1. Dokumen tersebut membahas tentang bakteri Bacillus Anthracis yang menyebabkan penyakit anthrax. Bakteri ini ditemukan oleh ilmuwan Robert Koch pada abad ke-19 dan dapat membentuk spora yang membuatnya mampu bertahan lama di lingkungan.
1. 1
Bakteri Bacillus Anthracis
Oleh; Maria Bernadete Tukan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tanpa pernah kita sadari, hidup kita sehari-hari tidak pernah luput dari
incaran mikroorganisme yang tidak terlihat oleh mata telanjang.
Mikroorganisme tersebut berseliweran di dekat kita. Ada beberapa jenis yang
tidak berbahaya, namun beberapa jenis yang lain dapat mengancam kesehatan
jika masuk ke dalam tubuh kita. Bakteri ini dapat masuk ke jaringan tubuh dan
menimbulkan gejala penyakit, seperti infeksi jaringan paru, infeksi kornea dan
lain sebagainya.
Di sekitar kita terdapat banyak sekali bakteri. Bahkan sebenarnya kita
sepenuhnya hidup di tengah-tengah lautan bakteri yang tidak tampak. Bakteri
berasal dari kata Bakterion (yunani = batang kecil). Bakteri adalah organisme
bersel satu yang terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang.
Ukurannya dalam satuan micron (1/1000 mm). Untuk melihatnya kita perlu
mikroskop. Di bawah lensa mikroskop kita akan tahu betapa banyak bakteri
menempel di setiap benda. Bentuknya pun bermacam-macam. Ada bakteri
batang, ada bakteri bulat dan ada pula bakteri yang bentuknya menggerombol
seperti anggur sehingga disebut bakteri anggur.
Banyak sekali penyakit yang diakibatkan oleh adanya bakteri. Menurut
badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa penyakit akibat
bakteri "Escherichia coli" (E. coli) yang melanda Jerman dan 11 negara lainnya
di wilayah Eropa hingga kini telah mencapai 2.260 kasus dan mengakibatkan
2. 2
kematian 22 orang. Selain bakteri E. Coli, ada juga bakteri Bacillus Anthracis
yaitu bakteri yang menyebabkan penyakit anthrax. Seringkali dalam
kehidupan, kita mendengar tentang penyakit anthraks, banyak yang
berpendapat atau menyatakan kalau penyakit anthraks itu disebabkan oleh
virus anthraks, ternyata pendapat itu salah, yang menyebabkan penyakit
anthraks adalah bakteri Bacillus Anthracis. Bacillus Anthracis merupakan
bakteri patogen penyebab penyakit anthraks. Penyakit ini biasanya menyerang
hewan maupun manusia yang kontak dengan hewan yang sudah terinfeksi.
Nama anthrax kembali akrab di telinga kita akibat pemberitaan media yang
gencar mengenai kasus teror menggunakan agen hayati (bioterorisme) baru-
baru ini di Amerika. Pada kesempatan ini, tak ada salahnya kita mengenal lebih
dalam mengenai bakteri Bacillus Anthracis, patogen penyebab anthrax karena
penyakit ini juga dikenal di Indonesia seperti kejadian di Purwakarta (Januari
2000) dan Bogor (Januari 2001) yang lalu.
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa uraian masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
Apa itu Bacillus Anthracis?
Bagaimanakah ciri-ciri Bacillus Anthracis?
Penyakit-penyakit apa sajakah yang dapat ditimbulkan oleh Bacillus
Anthracis?
Bagaimanakah cara penularan anthrax pada manusia dan hewan?
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui apa itu Bacillus Anthracis.
Mengetahui ciri-ciri Bacillus Anthracis.
Mengetahui penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan oleh Bacillus
Anthracis.
Mengetahui cara penularan anthrax pada manusia dan hewan.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bacillus Anthracis
Studi sistematis Bacillus Anthracis dimulai akhir abad 19 oleh seorang
ilmuwan besar, Robert Koch (ahli ilmu bakteri/bacteriology dari Jerman).
Koch, penerima Hadiah Nobel Kedokteran 1905, untuk pertama kalinya
berhasil membiakkan kultur murni Bacillus Anthracis sekaligus menunjukkan
bahwa bakteri ini dapat membentuk spora serta membuktikan Bacillus
Anthracis sebagai penyebab penyakit anthrax.
Bacillus Anthracis ditemukan pada tahun 1849 oleh Davaine dan Bayer,
dan pada tahun 1855 telah berhasil diidentifikasi oleh Pollender. Pada tahun
1877, Robert Koch mampu membuat biak murni Bacillus Anthracis, yang
membuktikan kemampuan bakteri tersebut membentuk endospora dan
mengenali lebih lanjut sifat-siat bakteri anthrax tersebut. Bacillus Anthracis
merupakan bakteri penyebab penyakit antrax, yang biasanya menyerang hewan
ternak. Namun pada perkembangannya penyakit tersebut dapat menular ke
manusia melalui luka, dan juga makanan. Antraks adalah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri yang bernama Bacillus Anthracis. Penyakit ini bersifat
akut. Penyakit ini sering kali ditemui pada hewan-hewan ternak (farm
animals), namun dapat menular pula pada manusia (zoonosis). Antraks masih
menjadi masalah khusus di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Keberadaannya sangat ditakuti oleh masyarakat dan pelaku usaha pada bidang
peternakan. Selain karena menyebabkan kerugian materi akibat matinya ternak,
antraks juga bisa menyebabkan nyawa manusia melayang. Untungnya, manusia
memiliki pengetahuan mengenai antraks, meski pengetahuan itu masih
terbatas. Pengetahuan manusia terhadap antraks tidak terlepas dari jasa para
peneliti di masa lalu. Antraks dapat diketahui sebagai penyakit yang
4. 4
disebabkan oleh bakteri setelah melalui berbagai macam percobaan dan
penelitian. Pada saat ini, bakteri antraks dapat diidentifikasi dan
dikembangbiakkan dalam sebuah media tertentu. Hal tersebut dapat terwujud
berkat hasil kerja keras seorang bakteriologis berkebangsaan Jerman bernama
Robert Koch (1843-1910). Robert Koch lahir pada tanggal 11 Desember 1843
di Clausthal-Zellerfeld, Hannover, Jerman dengan nama Robert Heinrich
Hermann Koch. Ayahnya adalah seorang ahli pertambangan terkemuka. Koch
menempuh pendidikan dasar di sekolah lokal yang terletak tidak jauh dari
tempat tinggalnya. Pada saat memasuki sekolah menengah atas, Koch
menunjukkan ketertarikannya yang sangat tinggi terhadap biologi. Dalam
biografi Robert Koch pada sebuah publikasi yang berjudul Nobel Lectures,
Physiology or Medicine 1901-1921 dijelaskan, Koch mempelajari ilmu
kedokteran di University of Gottingen pada tahun 1862. Kemudian, di tempat
ini, Koch mengenal seorang profesor dalam bidang anatomi, Jacob Henle.
Perkenalan tersebut tampaknya menjadi pengalaman yang bersejarah bagi
Koch. Jacob Henle adalah orang pertama yang mempengaruhi Koch untuk
mempelajari bakteriologi. Hal itu dirasakan Koch ketika mengetahui pendapat
Henle yang menyatakan, penyakit menular disebabkan oleh organisme parasit
hidup. Setelah itu, Koch pun lulus dan mendapat gelar M.D (medical doctor)
pada tahun 1866. Koch kemudian menikah dengan Emmy Fraats yang
memberikannya seorang anak bernama Gertrud. Penelitian Koch terhadap
antraks dimulai ketika antraks menjadi penyakit hewan dengan prevalensi
paling tinggi pada masa itu. Dengan berbekal sebuah mikroskop sederhana
dalam laboratorium di ruangan rumahnya, Koch mencoba membuktikan secara
ilmiah mengenai Bacillus yang menyebabkan antraks. Hal itu dilakukan
dengan menyuntikkan Bacillus Anthracis ke dalam tubuh sejumlah tikus. Koch
mendapatkan Bacillus Anthracis tersebut dari limpa hewan ternak yang mati
karena antraks. Sementara itu, tikus yang suntik oleh darah yang berasal dari
limpa hewan yang sehat ditemukan dalam keadaan masih hidup. Melalui
percobaannya ini, Koch memperkuat hasil penelitian ilmuwan lain yang
menyatakan, penyakit ini dapat menular melalui darah dari hewan yang
5. 5
menderita antraks . Rasa keingintahuan Koch terhadap antraks semakin besar
setelah berhasil melakukan percobaan pertamanya.
Casimir Davaine merupakan ilmuwan yang membuktikan penularan
langsung Bacillus Anthracis di antara beberapa ekor sapi. Namun, Koch ingin
mengetahui apakah Bacillus Anthracis yang tidak pernah kontak dengan segala
jenis hewan dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, Koch menemukan metode dalam pemurnian Bacillus dari
sampel darah untuk kemudian dikembangbiakkan. Melalui metode tersebut
Koch mampu mengidentifikasi, mempelajari, dan mengambil gambar Bacillus
yang sedang dikembangbiakkan. Setelah itu dapat disimpulkan, jika Bacillus
Anthracis berada dalam lingkungan yang tidak disukainya dan berada di luar
inang, bakteri tersebut akan memproduksi spora untuk melawan lingkungan
yang tidak cocok baginya. Kondisi seperti ini dapat bertahan dalam waktu yang
sangat lama. Ketika kondisi lingkungan telah kembali cocok dan normal, spora
akan memicu berkembangnya kembali Bacillus. Jika spora tersebut tertanam
dalam tanah, maka akan menyebabkan penyebaran antraks secara spontan
(spontaneous outbreak). Postulat Koch dari percobaan keduanya tersebut,
Koch menyimpulkan, meskipun Bacillus tidak kontak dengan segala jenis
hewan, namun mereka tetap dapat menyebabkan timbulnya antraks. Hasil
penemuan tersebut didemonstrasikan oleh Koch di hadapan dua orang profesor
yang bernama Ferdinand Cohn dan Cohnheim. Kedua orang profesor itu
sangat terkesan dengan penemuan Koch. Pada tahun 1876 Ferdinand Cohn
mempublikasikan penemuan Koch dalam sebuah jurnal. Tidak lama setelah itu,
Koch menjadi cukup terkenal dan dirinya diberi penghargaan berupa sebuah
pekerjaan di Kantor Kesehatan Kekaisaran (Imperial Health Office) pada tahun
1880 di Berlin. Postulat-postulat Koch menyebutkan bahwa untuk menetapkan
suatu organisme sebagai penyebab penyakit, maka organisme tersebut harus
memenuhi sejumlah syarat. Pertama, ditemukan pada semua kasus dari
penyakit yang telah diperiksa. Kedua, telah diolah dan dipelihara dalam kultur
murni (pure culture). Ketiga, mampu membuat infeksi asli (original infection),
meskipun sudah beberapa generasi berada dalam kultur. Keempat, dapat
6. 6
diperoleh kembali dari hewan yang telah diinokulasi dan dapat dikulturkan
kembali. Setelah Casimir Davaine menunjukkan transmisi langsung anthrax
bacilus di antara sapi, Koch mempelajari anthrax lebih dekat lagi. Dia
menemukan metode untuk memurnikan basilus dari sampel darah dan
mengembangkan kultur murni. Dia menemukan bahwa, anthrax tidak dapat
hidup di luar inang atau hospes dalam waktu yang lama, namun dapat membuat
spora yang dapat bertahan lama. Spora-spora ini, tertanam dalam tanah, yang
adalah penyebab dari merebaknya anthraks yang spontan dan tidak dapat
dijelaskan.
Bacillus Anthracis berukuran besar yaitu 1-1,3 X 3-10 mikron meter,
dengan ke-empat sudutnya membentuk siku-siku. Bakteri anthrax mampu
membentuk spora, berbentuk oval, yang berukuran 0,75 X 1,0 mikron meter.
Berbentuk batang lurus dengan susunan dua dua atau seperti rantai. Dinding sel
dari bakteri ini merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari N-
asetilglukosamin dan D-galaktosa. Selanjutnya, dalam sel bakteri antraks ini
juga terdapat eksotoksin kompleks yang terdiri atas protective Ag (PA), lethal
factor (LF), dan oedema factor (EF). Peran ketiganya itu terlihat sekali dalam
menimbulkan gejala penyakit antraks. Tepatnya, ketiga komponen dari
eksotoksin itu berperan bersama-sama. Protective Ag berfungsi untuk mengikat
reseptor dan selanjutnya lethal factor. Sedangkan oedema factor akan
memasuki sistem sel dari bakteri. Oedema factor merupakan adenilsiklase yang
mampu meningkatkan cAMP sitoplasma sel, sedangkan fungsi spesifik dari
lethal factor masih belum diketahui.
B. Ciri-ciri Bacillus Anthracis.
Morfologi
1. Berbentuk batang lurus.
2. Ukuran 1,6µm.
7. 7
3. Bersifat aerob.
4. Tidak tahan terhadap suhu tinggi.
5. Bersifat Patogen.
6. Mempunyai kemampuan membentuk spora.
7. Tidak mempunyai alat gerak (motil).
8. Berkapsul dan tahan asam.
8. 8
9. Dinding sel bakteri merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari
N-asetilglukosamin dan D-galaktosa.
Taksonomi
• Kingdom:Bacteria
• Filum:Firmicutes
• Kelas:Bacilli
• Ordo:Bacillales
• Famili:Bacillaceae
• Genus:Bacillus
• Spesies: Bacillus anthracis
Fisiologi
Dalam mempertahankan siklus hidupnya, Bacillus anthracis
membentuk dua sistem pertahanan, yaitu kapsul dan spora. Dua bentuk
inilah, terutama spora yang menyebabkan Bacillus anthracis dapat
bertahan hidup hingga puluhan tahun lamanya.
Sedangkan kapsul merupakan suatu lapisan tipis yang menyelubungi
dinding luar dari bakteri. Kapsul ini terdiri atas polipeptida berbobot
molekul tinggi yang mengandung asam D-glutamat. Bakteri ini akan
membentuk kapsul dengan baik jika terdapat pada jaringan hewan yang
mati atau pada media khusus yang mengandung natrium bikarbonat
dengan konsentrasi karbondioksida 5 persen. Kapsul inilah yang berperan
dalam penghambatan fagositosis oleh sistem imun tubuh, dan juga dapat
menentukan derajat keganasan atau virulensi bakteri.
Selain itu, Bacillus Anthracis juga membentuk spora sebagai bentuk
resting cells. Pembentukan spora akan terjadi apabila nutrisi esensial yang
diperlukan tidak memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan, prosesnya
9. 9
disebut sporulasi. Spora Bacillus anthracis ini tidak terbentuk pada
jaringan atau darah binatang yang hidup, spora tersebut tumbuh dengan
baik di tanah maupun pada jaringan hewan yang mati karena antraks.
Di sinilah keistimewaan bakteri ini, apabila keadaan lingkungan sekitar
menjadi baik kembali atau nutrisi esensial telah terpenuhi, spora akan
berubah kembali menjadi bentuk bakteri. Spora-spora ini dapat terus
bertahan hidup selama puluhan tahun dikarenakan sulit dirusakkan atau
mati oleh pemanasan atau bahan kimia tertentu, sehingga bakteri tersebut
bersifat dormant, hidup tapi tak berkembang biak. Bacillus Antrachis
termasuk dalam spesies Bacillus. Jenis ini penting untuk industri,
lingkungan dan kesehatan. Misalnya. B. subtilis adalah produsen enzim
amylase dan protease untuk tekstil dan makanan. B. subtilis (natto) dipakai
untuk fermentasi jenis tempe bernama natto yang digemari masyarakat
Jepang, Bacillus juga model makhluk hidup paling sederhana yang
melakukan metamorfosa (proses perubahan badan seperti ulat menjadi
kupu-kupu) dari bakteri menjadi spora.
C. Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan oleh Bacillus Anthracis.
Penyakit yang dapat ditimbulkan oleh Bacillus Anthracis yaitu anthraks
kulit, anthraks saluran pencernaan, anthraks saluran pernapasan, dan
dapat sampai ke otak yang disebut anthraks otak atau meningitis. Anthraks
kulit terjadi karena disebabkan infeksi pada kulit sehingga spora Bacillus
anthracis dapat masuk melalui kulit. Anthraks saluran pencernaan disebabkan
karena spora Bacillus anthracis yang terbawa oleh makanan yang telah
terinfeksi dan sampai ke saluran pencernaan. Anthraks saluran pernapasan
disebabkan karena spora Bacillus Anthracis yang terhirup.
10. 10
D. Cara Penularan Anthrax pada Hewan dan Manusia.
Hampir semua hewan berdarah panas bisa terkena penyakit antraks. Di
Indonesia, penyakit ini sering dijumpai pada kerbau, sapi, kambing, domba,
kuda, dan babi. Dari segi epidemiologi Bacillus Anthracis ini menyukai tanah
berkapur dan tanah yang bersifat basa (alkalis). Umumnya antraks menyerang
hewan pada musim kering (kemarau), dimana rumput sangat langka, sehingga
sering terjadi pada ternak (terutama kuda) tertular lewat makan rumput yang
tercabut sampai akarnya. Lewat akar rumput inilah bisa terbawa pula spora dari
antraks. Anthrax merupakan penyakit zoonis yang menyerang sapi, domba,
kuda, dan lain-lain bahkan dapat menyerang manusia. Pada umumnya ada 3
cara penularan penyakit anthrax ke manusia, yaitu:
• Kontak langsung dengan bibit penyakit yang ada di tanah/rumput,
hewan yang sakit, maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang
sakit seperti kulit, daging, tulang dan darah.
• Bibit penyakit terhirup oleh orang yang mengerjakan bulu hewan
(domba dll) pada waktu mensortir. Penyakit dapat ditularkan melalui
pernapasan bila seseorang menghirup spora Antraks.
• Memakan daging hewan yang sakit atau produk asal hewan seperti
dendeng, abon, dan lain-lain.
Ada beberapa jenis anthrax, yang pertama adalah "cutaneous anthrax" yang
disebabkan oleh infeksi melalui luka di kulit. Jenis ini meliputi >95% kasus
yang dilaporkan di seluruh dunia, termasuk kasus di Bogor, Januari tahun ini.
Spora dari binatang yang terinfeksi, misalnya di tempat penjagalan, masuk ke
kulit korban melalui lubang luka. Dalam waktu 1-2 hari kemudian, muncul
benjolan yang gatal, disusul dengan gelembung cairan kemudian borok hitam.
Apabila cepat diobati, >99% dapat sembuh total. Tapi seperti yang terjadi di
Indonesia, biasanya hal ini kurang diperhatikan sehingga infeksi lebih lanjut ke
jaringan lain melalui aliran darah yang bisa menimbulkan kondisi yang lebih
parah dan mematikan. Jenis kedua yang terbanyak berikutnya adalah "gastro
11. 11
intestinal anthrax" yang disebabkan oleh infeksi melalui makanan/daging yang
sudah tertular. Spora B. antrachis sangat stabil, sehingga lebih baik dihindari
memakan daging dari ternak yang mati karena anthrax. Contoh di Indonesia
adalah peristiwa di Purwakarta, Jabar awal tahun 2000 akibat mengkonsumsi
daging burung unta terinfeksi yang dijual murah. Gejalanya adalah sakit perut
yang mendadak, disertai rasa mual, muntah-muntah dan mencret berat. Bila
sudah parah, akan sampai kepada pendarahan dalam perut. Kalau tidak segera
diobati, resiko kematiannya mencapai 25-60%. Yang terakhir adalah "inhaled
anthrax". Jenis ini disebabkan oleh spora yang terhirup oleh korban. Jadi hanya
mungkin disebabkan oleh ulah manusia yang menyebarkan spora tersebut
dalam tindakan terorisme atau perang. Contohnya kasus di Amerika baru-baru
ini dan kecelakaan pabrik pembuat senjata biologis Rusia tahun 1979 di kota
Sverdlovsk (sekarang disebut kota Yekaterinburg). Dalam kasus ini, anthrax
sangat mematikan (90% kemungkinan tewas). Ini disebabkan karena spora B.
antrachis langsung terbawa ke dalam tubuh melalui paru-paru dan berinteraksi
dengan sel macrophage yang menjadi sasaran pertamanya. Selain itu, gejala
awalnya setelah 1-5 hari terinfeksi (masa inkubasi), sangat mirip dengan flu
biasa, seperti batuk-batuk, panas dan badan lemah. Sehingga ketika kondisi
makin parah seperti sulit bernafas, sudah dipastikan korban tidak tertolong lagi
karena protein racun sudah menyebar ke mana-mana dan tidak bisa
dimusnahkan dengan antibiotika.
12. 12
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang sudah diuraikan di depan, maka secara umum kesimpulan
dapat diambil sebagai berikut:
1. Bacillus Anthracis merupakan bakteri penyebab penyakit antrax, yang
biasanya menyerang hewan ternak. Namun pada perkembangannya
penyakit tersebut dapat menular ke manusia melalui luka, dan juga
makanan.
2. Ciri-ciri Bacillus Anthracis.
Morfologi
1. Berbentuk batang lurus.
2. berukuran 1,6µm.
3. Bersifat aerob.
4. Tidak tahan terhadap suhu tinggi.
5. Bersifat Patogen.
6. Mempunyai kemampuan membentuk spora.
7. Tidak mempunyai alat gerak (motil).
8. Berkapsul dan tahan asam.
3. Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan oleh Bacillus Anthracis yaitu
anthraks kulit, anthraks saluran pencernaan, anthraks saluran pernapasan,
anthraks otak atau meningitis.
4. Pada umumnya ada 3 cara penularan anthrax pada hewan dan manusia
yaitu:
13. 13
• Kontak langsung dengan bibit penyakit yang ada di tanah/rumput,
hewan yang sakit, maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang
sakit seperti kulit, daging, tulang dan darah.
• Bibit penyakit terhirup oleh orang yang mengerjakan bulu hewan
(domba dll) pada waktu mensortir. Penyakit dapat ditularkan melalui
pernapasan bila seseorang menghirup spora Antraks.
• Memakan daging hewan yang sakit atau produk asal hewan seperti
dendeng, abon, dan lain-lain.