SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
w
w
w
.
i
r
m
a
d
e
v
i
t
a
.
c
o
m
www.irmadevita.com
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 35 TAHUN 1997
TENTANG
PENGENAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN KARENA HIBAH WASIAT
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 3 ayat (2) Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dipandang perlu pengatur pengenaan bea atau pajak atas perolehan hak
atas tanah dan atau bangunan karena hibah wasiat dengan Peraturan Pemerintah;
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Lembaran
Negara Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3688);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGENAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN
BANGUNAN KARENA HIBAH WASIAT
Pasal 1
Yang dimaksud dengan hibah wasiat adalah suatu penetapan wasiat yang khusus mengenai pemberian hak atas tanah
dan atau bangunan kepada orang pribadi atau badan hukum tertentu, yang berlaku setelah pemb eri hibah wasiat
meninggal dunia.
Pasal 2
Yang dimaksud dengan badan hukum tertentu adalah badan hukum yang melayani kepentingan umum di bidang
sosial, keagamaan, pendidikan, kesehatan dan kebudayaan yang kegiatannya semata-mata tidak mencari
keuntungan.
Pasal 3
Besarnya bea atau pajak yang terutang atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan karena hibah wasiat yang
diterima oleh:
a. orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas dan
satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, dikenakan sebesar 0% (nol persen)
dari bea atau pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang seharusnya terutang;
b. orang pribadi selain dimaksud pada huruf a, dikenakan sebesar 50% (lima puluh persen) dari bea atau pajak atas
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang seharusnya terutang;
c. badan hukum tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dikenakan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
bea atau pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang seharusnya terutang.
Pasal 4
Saat yang menentukan bea atau pajak yang terutang atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan karena hibah
wasiat adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya.
Pasal 5
(1) Nilai Perolehan Objek Pajak hak atas tanah dan atau bangunan yang diperoleh karena hibah wasiat adalah nilai
pasar pada saat didaftarkannya peralihan hak tersebut.
(2) Dalam hal nilai pasar sebagaimana dimaksud dalam a
yat (1) lebih rendah dari pada Nilai Jual Objek Pajak
Pajak Bumi dan Bangunan, yang digunakan adalah Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan.
Pasal 6
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya hanya dapat melakukan pendaftaran peralihan hak setelah Wajib
Pajak menyerahkan salinan Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Pasal 7
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan mengenai tata cara pengenaan bea atau pajak atas perolehan hak atas tanah
atau bangunan karena hibah wasiat sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini diatur dengan Keputusan
Menteri Keuangan.
Pasal 8
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 1998.
w
w
w
.
i
r
m
a
d
e
v
i
t
a
.
c
o
m
www.irmadevita.com
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Oktober 1997
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 7 Oktober 1997
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
MOERDIONO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1997 NOMOR 78
w
w
w
.
i
r
m
a
d
e
v
i
t
a
.
c
o
m
www.irmadevita.com
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 35 TAHUN 1997
TENTANG
PENGENAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH
DAN BANGUNAN KARENA HIBAH WASIAT
UMUM
Dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan disebutkan
bahwa perolehan hak atas tanah dan bangunan karena hibah wasiat merupakan objek pajak. Hibah wasiat adalah
suatu penetapan wasiat yang khusus mengenai pemberian hak atas tanah dan atau bangunan kepada orang pribadi
atau badan hukum tertentu, yang berlaku setelah pemberi hibah wasiat meninggal dunia.
Pada umumnya penerima hibah wasiat adalah orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga dengan pemberi
hibah wasiat, atau orang pribadi yang tidak mampu. Di samping orang pribadi, penerima hibah pada umumnya juga
berupa badan hukum tertentu yang melayani kepentingan umum di bidang sosial, keagamaan, pendidikan, kesehatan
dan kebudayaan, yang semata-mata tidak mencari keuntungan.
Oleh karena pemberian dengan melalui hibah wasiat merupakan penghargaan dari pemberi hibah wasiat kepada
penerima hibah wasiat, maka untuk lebih memberikan rasa keadilan, besarnya pengenaan bea atau pajak atas
perolehan hak atas tanah dan bangunan karena hibah wasiat perlu diatur tersendiri dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 pengertian Bea atas Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
dikatakan pula sebagai pajak. Oleh karenanya, dalam Peraturan Pemerintah ini kedua sebutan tersebut digunakan.
Sebutan Pajak terutama dipakai untuk mempermudah pemahaman tentang cara perhitungan dalam penetapan
besarnya Bea yang terutang.
PASAl DEMI PASAL
Pasal 1
Yang dimaksud dengan suatu penetapan wasiat yang khusus mengenai pemberian hak atas tanah dan atau bangunan
adalah penyerahan hak atas tanah dan atau bangunan dari pemberi hibah wasiat kepada penerima hibah wasiat yang
berlaku setelah pemberi hibah wasiat meninggal dunia.
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Huruf a
Berbeda dengan pengertian umum, untuk keperluan perpajakan pengertian hubungan keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat ke atas dan satu derajat ke bawah tidak termasuk saudara kandung.
Pembuktian hubungan keluarga tersebut didasarkan pada keterangan yang terdapat dalam fatwa waris sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sebagai contoh besarnya bea atau pajak perolehan hak atas tanah dan bangunan karena hibah wasiat sebagaimana
dimaksud dalam huruf a ini:
Seorang anak memperoleh hibah wasiat dari ayahnya sebidang tanah dengan Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP)
sebesar Rp 130.000.000,00 maka besarnya bea atau pajak yang terutang adalah sebagai berikut:
- Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 130.000.000,00
- Nilai Perolehan Objek Pajak
Tidak Kena Pajak Rp 30.000.000,00(-)
-----------------------
- Nilai Perolehan Objek Pajak
Kena Pajak Rp 100.000.000,00
- Bea atau pajak yang seharusnya terutang = 5% x Rp100.000.000,00 = Rp 5.000.000,00
- Bea atau pajak yang harus dibayar = 0% x Rp5.000.000,00 = 0 (Nihil).
Huruf b
Sebagai contoh besarnya bea atau pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan karena hibah wasiat
sebagaimana dimaksud dalam Huruf b ini:
Badu memperoleh hibah wasiat dari Ali, antara Badu dan Ali tidak ada hubungan keluarga sedarah, berupa sebidang
tanah yang di atasnya terdapat bangunan rumah dengan NPOP sebesar Rp 130.000.000,00 maka besarnya bea atau
pajak yang terutang adalah sebagai berikut:
- Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 130.000.000,00
- Nilai Perolehan Objek Pajak
Tidak Kena Pajak Rp 30.000.000,00(-)
-----------------------
- Nilai Perolehan Objek Pajak
Kena Pajak Rp 100.000.000,00
- Bea atau pajak yang seharusnya terutang = 5% x Rp100.000.000,00 = Rp 5.000.000,00
- Bea atau pajak yang harus dibayar = 50% x Rp5.000.000,00 = Rp 2.500.000,00.
Huruf c
Sebagai contoh besarnya bea atau pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan karena hibah wasiat
sebagaimana dimaksud dalam Huruf c ini:
w
w
w
.
i
r
m
a
d
e
v
i
t
a
.
c
o
m
www.irmadevita.com
Suatu Yayasan Panti Asuhan Anak Yatim Piatu memperoleh hibah wasiat sebidang tanah dengan NPOP sebesar
Rp130.000.000,00 maka besarnya bea atau pajak yang terutang adalah sebagai berikut:
- Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 130.000.000,00
- Nilai Perolehan Objek Pajak
Tidak Kena Pajak Rp 30.000.000,00(-)
-----------------------
- Nilai Perolehan Objek Pajak
Kena Pajak Rp 100.000.000,00
-..Bea atau pajak yang seharusnya terutang = 5% x Rp100.000.000,00 = Rp 5.000.000,00
-..Bea atau pajak yang harus dibayar = 50% x Rp5.000.000,00=Rp 2.500.000,00.
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3707

More Related Content

What's hot

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNANBEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNANDwi Paris Caesar
 
Pembayaran BPHTB
Pembayaran BPHTBPembayaran BPHTB
Pembayaran BPHTBBbe Mee
 
UU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasirUU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasirYasir Partomo
 
Per 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSP
Per 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSPPer 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSP
Per 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSPyudi maulana
 
Tugas pajak bphtb
Tugas pajak bphtbTugas pajak bphtb
Tugas pajak bphtbibeth_rtk
 
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunanUU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunanPajeg Lempung
 
Pengetahuan hukum bagi broker properti
Pengetahuan hukum bagi broker propertiPengetahuan hukum bagi broker properti
Pengetahuan hukum bagi broker propertiLeks&Co
 
Pajak Bumi Bangunan - Materi Kuliah hk pajak Grup A FH USU
Pajak Bumi Bangunan - Materi Kuliah hk pajak Grup A FH USUPajak Bumi Bangunan - Materi Kuliah hk pajak Grup A FH USU
Pajak Bumi Bangunan - Materi Kuliah hk pajak Grup A FH USUFurqaan Syah
 
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)Yudhi Aldriand
 
Proses pelaksanaan-pendaftaran-tanah-men
Proses pelaksanaan-pendaftaran-tanah-menProses pelaksanaan-pendaftaran-tanah-men
Proses pelaksanaan-pendaftaran-tanah-menMiftah Arifin
 
Pajak bumi dan bangunan (pbb)
Pajak bumi dan bangunan (pbb)Pajak bumi dan bangunan (pbb)
Pajak bumi dan bangunan (pbb)Maulina Sahara
 
Pajak bumi dan bangunan
Pajak bumi dan bangunanPajak bumi dan bangunan
Pajak bumi dan bangunanranioktalia
 

What's hot (20)

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNANBEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN
 
Pembayaran BPHTB
Pembayaran BPHTBPembayaran BPHTB
Pembayaran BPHTB
 
UU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasirUU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasir
 
Pp 112 2000
Pp 112 2000Pp 112 2000
Pp 112 2000
 
Per 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSP
Per 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSPPer 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSP
Per 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSP
 
Tugas pajak bphtb
Tugas pajak bphtbTugas pajak bphtb
Tugas pajak bphtb
 
UU 20 2000
UU 20 2000UU 20 2000
UU 20 2000
 
Uu 1985 12
Uu 1985 12Uu 1985 12
Uu 1985 12
 
UU 12 th 1994
UU 12 th 1994UU 12 th 1994
UU 12 th 1994
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunanUU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
 
Uu 13 1952
Uu 13 1952Uu 13 1952
Uu 13 1952
 
Pengetahuan hukum bagi broker properti
Pengetahuan hukum bagi broker propertiPengetahuan hukum bagi broker properti
Pengetahuan hukum bagi broker properti
 
Pajak Bumi Bangunan - Materi Kuliah hk pajak Grup A FH USU
Pajak Bumi Bangunan - Materi Kuliah hk pajak Grup A FH USUPajak Bumi Bangunan - Materi Kuliah hk pajak Grup A FH USU
Pajak Bumi Bangunan - Materi Kuliah hk pajak Grup A FH USU
 
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (pbb p2)
 
Uu 20 2000
Uu 20 2000Uu 20 2000
Uu 20 2000
 
Proses pelaksanaan-pendaftaran-tanah-men
Proses pelaksanaan-pendaftaran-tanah-menProses pelaksanaan-pendaftaran-tanah-men
Proses pelaksanaan-pendaftaran-tanah-men
 
Pajak bumi dan bangunan (pbb)
Pajak bumi dan bangunan (pbb)Pajak bumi dan bangunan (pbb)
Pajak bumi dan bangunan (pbb)
 
Pwer point
Pwer pointPwer point
Pwer point
 
Pajak bumi dan bangunan
Pajak bumi dan bangunanPajak bumi dan bangunan
Pajak bumi dan bangunan
 

Similar to PP Hibah Waris

Similar to PP Hibah Waris (20)

Materi_BPHTB.pptx
Materi_BPHTB.pptxMateri_BPHTB.pptx
Materi_BPHTB.pptx
 
Pertemuan 11 pajak
Pertemuan 11 pajakPertemuan 11 pajak
Pertemuan 11 pajak
 
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdfPP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
 
Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan BangunanPajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan
 
D1 Pajak: Pajak Bumi dan Bangunan
D1 Pajak: Pajak Bumi dan BangunanD1 Pajak: Pajak Bumi dan Bangunan
D1 Pajak: Pajak Bumi dan Bangunan
 
PBB & BPHTB.pptx
PBB & BPHTB.pptxPBB & BPHTB.pptx
PBB & BPHTB.pptx
 
ppt tugas hpl akbar.pptx
ppt tugas hpl akbar.pptxppt tugas hpl akbar.pptx
ppt tugas hpl akbar.pptx
 
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...
 
Pengadaan Tanah
Pengadaan TanahPengadaan Tanah
Pengadaan Tanah
 
Pbb1
Pbb1Pbb1
Pbb1
 
Perda PBB P2 Kab Sumbawa
Perda PBB P2 Kab SumbawaPerda PBB P2 Kab Sumbawa
Perda PBB P2 Kab Sumbawa
 
Dr. Hatta - Akta PPAT 2022.pdf
Dr. Hatta - Akta PPAT 2022.pdfDr. Hatta - Akta PPAT 2022.pdf
Dr. Hatta - Akta PPAT 2022.pdf
 
Materi PBB.pptx
Materi PBB.pptxMateri PBB.pptx
Materi PBB.pptx
 
Boncu2
Boncu2Boncu2
Boncu2
 
Pp no 53 tahun 2008
Pp no 53 tahun 2008Pp no 53 tahun 2008
Pp no 53 tahun 2008
 
Uudrt 14 1951
Uudrt 14 1951Uudrt 14 1951
Uudrt 14 1951
 
PP Nomor 10 Tahun 2021 copy.pdf
PP Nomor 10 Tahun 2021 copy.pdfPP Nomor 10 Tahun 2021 copy.pdf
PP Nomor 10 Tahun 2021 copy.pdf
 
Perda 11 2011
Perda 11 2011Perda 11 2011
Perda 11 2011
 
Per 43.pj.2015
Per 43.pj.2015Per 43.pj.2015
Per 43.pj.2015
 
14. perda kab sumbawa tentang pbb p2
14. perda kab sumbawa tentang pbb p214. perda kab sumbawa tentang pbb p2
14. perda kab sumbawa tentang pbb p2
 

Recently uploaded

pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnisilhamsumartoputra
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 

Recently uploaded (11)

pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 

PP Hibah Waris

  • 1. w w w . i r m a d e v i t a . c o m www.irmadevita.com PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1997 TENTANG PENGENAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN KARENA HIBAH WASIAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 3 ayat (2) Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dipandang perlu pengatur pengenaan bea atau pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan karena hibah wasiat dengan Peraturan Pemerintah; Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3688); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGENAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN KARENA HIBAH WASIAT Pasal 1 Yang dimaksud dengan hibah wasiat adalah suatu penetapan wasiat yang khusus mengenai pemberian hak atas tanah dan atau bangunan kepada orang pribadi atau badan hukum tertentu, yang berlaku setelah pemb eri hibah wasiat meninggal dunia. Pasal 2 Yang dimaksud dengan badan hukum tertentu adalah badan hukum yang melayani kepentingan umum di bidang sosial, keagamaan, pendidikan, kesehatan dan kebudayaan yang kegiatannya semata-mata tidak mencari keuntungan. Pasal 3 Besarnya bea atau pajak yang terutang atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan karena hibah wasiat yang diterima oleh: a. orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas dan satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, dikenakan sebesar 0% (nol persen) dari bea atau pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang seharusnya terutang; b. orang pribadi selain dimaksud pada huruf a, dikenakan sebesar 50% (lima puluh persen) dari bea atau pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang seharusnya terutang; c. badan hukum tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dikenakan sebesar 50% (lima puluh persen) dari bea atau pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang seharusnya terutang. Pasal 4 Saat yang menentukan bea atau pajak yang terutang atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan karena hibah wasiat adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya. Pasal 5 (1) Nilai Perolehan Objek Pajak hak atas tanah dan atau bangunan yang diperoleh karena hibah wasiat adalah nilai pasar pada saat didaftarkannya peralihan hak tersebut. (2) Dalam hal nilai pasar sebagaimana dimaksud dalam a yat (1) lebih rendah dari pada Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan, yang digunakan adalah Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan. Pasal 6 Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya hanya dapat melakukan pendaftaran peralihan hak setelah Wajib Pajak menyerahkan salinan Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Pasal 7 Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan mengenai tata cara pengenaan bea atau pajak atas perolehan hak atas tanah atau bangunan karena hibah wasiat sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. Pasal 8 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 1998.
  • 2. w w w . i r m a d e v i t a . c o m www.irmadevita.com Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 Oktober 1997 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd SOEHARTO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 7 Oktober 1997 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd MOERDIONO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1997 NOMOR 78
  • 3. w w w . i r m a d e v i t a . c o m www.irmadevita.com PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1997 TENTANG PENGENAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN KARENA HIBAH WASIAT UMUM Dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan disebutkan bahwa perolehan hak atas tanah dan bangunan karena hibah wasiat merupakan objek pajak. Hibah wasiat adalah suatu penetapan wasiat yang khusus mengenai pemberian hak atas tanah dan atau bangunan kepada orang pribadi atau badan hukum tertentu, yang berlaku setelah pemberi hibah wasiat meninggal dunia. Pada umumnya penerima hibah wasiat adalah orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga dengan pemberi hibah wasiat, atau orang pribadi yang tidak mampu. Di samping orang pribadi, penerima hibah pada umumnya juga berupa badan hukum tertentu yang melayani kepentingan umum di bidang sosial, keagamaan, pendidikan, kesehatan dan kebudayaan, yang semata-mata tidak mencari keuntungan. Oleh karena pemberian dengan melalui hibah wasiat merupakan penghargaan dari pemberi hibah wasiat kepada penerima hibah wasiat, maka untuk lebih memberikan rasa keadilan, besarnya pengenaan bea atau pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan karena hibah wasiat perlu diatur tersendiri dengan Peraturan Pemerintah. Dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 pengertian Bea atas Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dikatakan pula sebagai pajak. Oleh karenanya, dalam Peraturan Pemerintah ini kedua sebutan tersebut digunakan. Sebutan Pajak terutama dipakai untuk mempermudah pemahaman tentang cara perhitungan dalam penetapan besarnya Bea yang terutang. PASAl DEMI PASAL Pasal 1 Yang dimaksud dengan suatu penetapan wasiat yang khusus mengenai pemberian hak atas tanah dan atau bangunan adalah penyerahan hak atas tanah dan atau bangunan dari pemberi hibah wasiat kepada penerima hibah wasiat yang berlaku setelah pemberi hibah wasiat meninggal dunia. Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Huruf a Berbeda dengan pengertian umum, untuk keperluan perpajakan pengertian hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas dan satu derajat ke bawah tidak termasuk saudara kandung. Pembuktian hubungan keluarga tersebut didasarkan pada keterangan yang terdapat dalam fatwa waris sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai contoh besarnya bea atau pajak perolehan hak atas tanah dan bangunan karena hibah wasiat sebagaimana dimaksud dalam huruf a ini: Seorang anak memperoleh hibah wasiat dari ayahnya sebidang tanah dengan Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) sebesar Rp 130.000.000,00 maka besarnya bea atau pajak yang terutang adalah sebagai berikut: - Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 130.000.000,00 - Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 30.000.000,00(-) ----------------------- - Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp 100.000.000,00 - Bea atau pajak yang seharusnya terutang = 5% x Rp100.000.000,00 = Rp 5.000.000,00 - Bea atau pajak yang harus dibayar = 0% x Rp5.000.000,00 = 0 (Nihil). Huruf b Sebagai contoh besarnya bea atau pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan karena hibah wasiat sebagaimana dimaksud dalam Huruf b ini: Badu memperoleh hibah wasiat dari Ali, antara Badu dan Ali tidak ada hubungan keluarga sedarah, berupa sebidang tanah yang di atasnya terdapat bangunan rumah dengan NPOP sebesar Rp 130.000.000,00 maka besarnya bea atau pajak yang terutang adalah sebagai berikut: - Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 130.000.000,00 - Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 30.000.000,00(-) ----------------------- - Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp 100.000.000,00 - Bea atau pajak yang seharusnya terutang = 5% x Rp100.000.000,00 = Rp 5.000.000,00 - Bea atau pajak yang harus dibayar = 50% x Rp5.000.000,00 = Rp 2.500.000,00. Huruf c Sebagai contoh besarnya bea atau pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan karena hibah wasiat sebagaimana dimaksud dalam Huruf c ini:
  • 4. w w w . i r m a d e v i t a . c o m www.irmadevita.com Suatu Yayasan Panti Asuhan Anak Yatim Piatu memperoleh hibah wasiat sebidang tanah dengan NPOP sebesar Rp130.000.000,00 maka besarnya bea atau pajak yang terutang adalah sebagai berikut: - Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 130.000.000,00 - Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 30.000.000,00(-) ----------------------- - Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp 100.000.000,00 -..Bea atau pajak yang seharusnya terutang = 5% x Rp100.000.000,00 = Rp 5.000.000,00 -..Bea atau pajak yang harus dibayar = 50% x Rp5.000.000,00=Rp 2.500.000,00. Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3707