Tattering adalah proses robeknya daun pisang yang dipengaruhi oleh iklim, suhu, cahaya matahari, dan kemiringan lereng. Semakin lebar daun pisang, semakin berkurang daya tahannya karena tulang daun tidak mampu menahan berat daun sehingga robek.
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
Makalah fistum
1. MAKALAH
TATTERING DAN HUBUNGANNYA DENGAN IKLIM, SUHU, MATAHARI, DAN
KEMIRINGAN LERENG
Dosen: A. R Tolangara
Disusun Oleh:
Kelompok 13
Andi Saputra Hasrudin
Merlianti Kayeli
Saima Sibela
Narti M. Husen
Rahayu Faradila
Salman Muhtar
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGRUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS KHAIRUN
2019
2. KATA PENGANTAR
puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa, yang telah melimpahkan
petunjuk, bimbingan, dan kekuatan lahir batin kepada kami, sehingga kami dapat menulis
makalah sebagaimana mestinya.
Dengan membaca makalah ini sejak awal sampai akhir, tidak harus diartikan
keseluruhan. harus senantiasa diingat di sini bahwa apa yang dipaparkan makalah ini
merupakan sebagian kecil saja dari keseluruhan pembahasan yang demikian luas.
Demikianlah, kami telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk
menyajikan makalah yang sebaik-baiknya, namun masih banyak kekurangan dan kelemahan.
Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca makalah ini. Kami sebagai penulis
menantikan kritik dan saran untuk penyempurnaan selanjutnya.
Senin, 19 November 2019
Penyusun
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar yang telah mengunjungi iklim tropis telah memperhatikan bahwa daun dari
keluarga pisang (musaceae) yang di parut ke titik yang sulit untuk membayangkan bahwa
tidak ada kerusakan serius yang telah di laukan untuk daun, ketika seseorang melihat dekat
pada daun, tampak bawah kerusakan sangat sedikit di lakukan untuk daun dengan merobek.
Pembuluh darah daun pisang di susun sedemikian rupah sehingga tampaknya seolah-olah
daun di rancang bentuk robek, robeknya daun pisang karena daun terlalu lebar semakin lebar,
semakin daya tahan daun semakin berkurang tulang daun tidak mampu menahan daun,
semakin daun robek semakin banyak stomata dan semakin meningkat transpirasi karena
semakin banyak CO2 yang masuk sehingga produktifitas semakin efektif dan meningkat.
Makin lebar daun makin besar daun menyerap cahaya dan semakin besar suhu yang
diterima, makin banyak cahaya yang diterima makin menigkat suhu di permukaan daun dan
semakin besar pengeluaran H2O , iklim mikro merupakan iklim yang terbentuk di sekitar
permukaan daun yang lebih dekat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Tattering daun pada daun pisang ?
2. Bagaimana hubungan Tattering dengan iklim, suhu, matahari dan kemiringan lereng?
3. Apa manfaat Tattering pada daun pisang?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan dari Tattering pada daun pisang
2. Untuk mengetahui hubungan dari Tattering dengan iklim, suhu, matahari dan kemiringan
lereng
3. Untuk mengetahui manfaat dari Tattering
4. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tattering
Tattering ada peristiwa robeknya daun pisang, tattering terjadi karena daun terlalu lebar.
Semakin lebar, semakin daya tahan daun berkurang karena tulang daun tidak mampu
menahan daun selain itu, daun robek mempengaruhu jumlah stomata. Semakin banyak daun
yanng robek, maka stomata semakin banyak sehingga transpirasi semakin meningkat.
Daun yang robek meningkatkan CO2 yang masuk sehingga produktifitas semakin
efektif dan meningkat, daun pisang yang lebar mempengaruhi penyerapan cahaya karena
makin lebar daun makin besar daun menyerap cahaya sehingga besar suhu yang di terima.
Daun pisang memiliki cadangan air lebih banyak karena batang atau bongol pisang
dalam tanah menarik air masuk dan membawa air secara sirkular.
B. Hubungan Tattering dengan Iklim
Robeknya daun pisang di pengaruhi oleh iklim karena iklim tropis basah lembab dan panas
mendukung pertumbuhan pisang namun demikian, pisang masi dapat tumbuh di daerah
subtropis pada kondisi tanpa air, pisang masi tetap tumbuh karena air di suplai dari batangnya
yang berair tetapi produksinya tidak dapat di harapkan.
Jadi robeknya daun pisang di pengaruhi oleh angin karena angin dengan kecepatan
tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Ada faktor lain yaitu curah hujan, curah hujan optimal adalah 1520-3800 mm/tahun dengan 2
bulan kering, variasi curah hujan harus di imbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah
tidak tergenang.
C. Hubungan Tattering dengan Suhu
Robeknya daun pisang di pengaruhi oleh suhu karena semakin banyak cahaya yang di terima
makin meningkat suhu di permukaan daun dan semakin besar pengeluaran H20, suhu
optimum adalah 31/32 ⁰ C, suhu hanya mencapai di musim panas. Daun berhenti muncul di
sekitar 9/10 ⁰ C selama musim panas dapat menghasilkan 4/5 daun sebulan tetapi di musim
dingin hanya sedikit daun yang di hasilkan dalam sebulan, Suhu juga mempengaruhi susunan
5. daun pada tanaman yang tumbuh di bawah kondisi dingin daun lebih tegak tetapi di bawah
kondisi lebih panas mereka lebih horizontal.
Pada akhir musim gugur dan awal musim dingin, ketika cuaca dingin pertama tiba, efek
pada daun yang lebih tua sangat drastis. Yaitu dengan munculnya bercak-bercak atau bintik-
bintik pada daun yang lebih tua menguning dan mati, di bawah kondisi dingin pisang tidak
dapat mempertahankan semua daunnya dan yang lebih tua hilang.
D. Hubungan Tattering dengan Cahaya Matahari
Cahaya adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman pisang
kebanyakan pisang akan tumbuh dengan baik pada lahan yang terbuka, tetapi jika
memperoleh penyinaran yang berlebihan maka akan menyebabkan terbakar oleh sinar
matahari (sunburn) (Rukmana, 1999:38)
Tumbuhan membutuhkan cahaya dalam proses fotosintesis, panjang gelombang cahaya
digunakan tumbuhan untuk melakukan fotosintesis berkisar anatara 400 μm-760 μm. Jadi
hubungannya dengan robeknya daun pisang yaitu makin banyak cahaya yang di terima,
makin meningkat suhu di permukaan daun sehingga semakin besar pengeluaran H20.
E. Hubungan Tattering dengan Kemiringan Lereng
Tanaman pisang toleran akan ketinggian dan kekeringan. Tanaman pisang dapat tumbuh di
daratan rendah sampai pegunungan setinggi 1000 m dpl. Produktiftas pisang yang optimum
akan di hasilkan pisang yang di tanam pada tanah datar pada ketinggian di bawah 500 m
(Cahyono, 20002;28). Tanaman pisang umumnya tumbuh dan berproduksi secara optimal di
daerah yang memiliki ketinggian antara 400 m- 600 m dpl. Di dataran tinggi umur tanaman
berubah menjadi lama dan kulitnya tebal.
Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin suhu di daerah tersebut demikian juga
sebaliknya, bila lebih rendah berarti suhu udara di daerah tersebut lebih panas, semakin tinggi
suatu tempat, maka suhu dan intensitas cahaya di tempat tersebut juga akan semakin
berkurang (Goldsworthy dan Fisher, 1992; 2). Kondisi lain pada daerah yang memiliki
elevasi tinggi adalah jumlah konsentrasi CO2 yang relatif lebih kecil bila di bandingkan pada
daerah yang lebih rendah.
Padahal CO2 adalah bahan baku dalam proses fotosintesis untuk di ubah menjadi
karbohidrat, sehingga tumbuhan yang tumbuh pada dataran tinggi cenderung memiliki
6. jumlah klorofil yang lebih banyak dari pada tumbuhan yang hidup di dataran rendah, agara
dapat menangkap CO2 lebih banyak. Sedangkan tumbuhan dataran rendah, dengan kondisi
iklimnya umumnya temperatur tinggi kelembapan rendah dan intensitas sinar matahari besar,
memiliki kepekaan menangkap sinar matahari lebih rendah.
7. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses robeknya daun pisang
di pengaruhi oleh Iklim, suhu, cahaya matahari dan kemiringan lereng. Karena Robeknya
daun pisang di pengaruhi oleh iklim karena iklim tropis basah lembab dan panas mendukung
pertumbuhan pisang namun demikian, pisang masi dapat tumbuh di daerah subtropis pada
kondisi tanpa air,Robeknya daun pisang di pengaruhi oleh suhu karena semakin banyak
cahaya yang di terima makin meningkat suhu di permukaan daun dan semakin besar
pengeluaran H20, robeknya daun pisang yaitu makin banyak cahaya yang di terima, makin
meningkat suhu di permukaan daun sehingga semakin besar pengeluaran H20. Dan Semakin
tinggi suatu daerah semakin dingin suhu di daerah tersebut demikian juga sebaliknya, bila
lebih rendah berarti suhu udara di daerah tersebut lebih panas, semakin tinggi suatu tempat,
maka suhu dan intensitas cahaya di tempat tersebut juga akan semakin berkurang
(Goldsworthy dan Fisher, 1992; 2).
8. DAFTAR PUSTAKA
Agfact, 2003. Respon bananas-suhu. NSW Agriculture, di akses pada tanggal 19 November
2019
Cahyono, 20002. Ketinggian Tempat. Html. di akses pada tanggal 19 November 2019
Goldsworthy dan Fisher, 1992. Ketinggian Tempat. Html. di akses pada tanggal 19
November 2019
Rukmana, 1999. PH pada pisang. Html. di akses pada tanggal 19 November 2019
Turner W. David et Al dkk, 2008. Fisiologi lingkungan dari pisang (musa spp). The
university off western Australia, , di akses pada tanggal 19 November 2019