Vitamin C dapat meningkatkan efikasi vaksin sel utuh untuk melindungi ikan nila dari serangan bakteri Streptococcus agalactiae. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian vaksin dan vitamin C secara bersamaan melalui pakan mampu meningkatkan kadar sel darah merah, hemoglobin, dan nilai Relative Percent Survival (RPS) menjadi 66,7%, lebih tinggi daripada pemberian vaksin tunggal yang hanya mencapai 51,9%.
1. Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang 2016
106 | A k u a k u l t u r [ A - 1 9 ] - S e f t i H e z a D w i n a n t i & M i r n a F i t r a n i
PENGARUH VITAMIN C TERHADAP EFIKASI VAKSIN SEL UTUH UNTUK
PROTEKSI BAKTERI Streptococcus agalactiae PADA BENIH IKAN NILA
Sefti Heza Dwinanti* dan Mirna Fitrani
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,
Jalan Raya Palembang- Prabumulih KM. 32 Indralaya, Ogan Ilir Kode Pos 30662, Indonesia
*Email: heza_dwinanti@yahoo.com
Email: light_fishing@gmail.com
Abstrak – Pengembangan akuakultur berkelanjutan tidak terlepas dari usaha pencegahan penyakit, dan vaksinasi
merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha tersebut. Vaksinasi dan penambahan vitamin C dalam
pakan merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit bakterial yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus
agalactiae pada budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efikasi
vaksin sel utuh dalam memproteksi ikan nila dari serangan bakteri S. agalactiae dengan penambahan vitamin C
secara oral. Ikan nila yang digunakan sebanyak 60 ekor/perlakuan (berat ± 20 g/ekor) yang dipelihara selama 14
hari dengan pakan perlakuan. Pembuatan vaksin menggunakan metode formaline killed cells (FKC). Preparasi
vaksin dan vitamin C dalam pakan dilakukan dengan cara re-pelleting. Dosis vitamin C yang digunakan adalah
600 mg/Kg pakan. Analisis gambaran darah ikan yang diamati terdiri dari total sel darah merah, hematokrit dan
hemaglobin setelah perlakuan mengalami peningkatan setelah vaksinasi. Hasil penelitian menunjukkan pemberian
vitamin C dalam vaksin yang diberikan melalui pakan mampu meningkatkan proteksi ikan nila dari serangan
bakteri S. agalactiae dengan kepadatan 2.105
CFU/ml/ikan , dimana nilai Relative Percent Survival (RPS) dari
vaksin dan vitamin C mencapai 66,7% sementara vaksin tunggal 51,9%.
Kata kunci: Vitamin C, Vaksin, Streptococcus agalactiae, Nila
Abstract - Sustainable development in aquaculture is equivalent to disease prevention, and thus vaccination has
become one of the most important instruments. Vaccination and vitamin C in fish feed are alternative way to
prevent bacterial diseases in tilapia (Oreochromis niloticus) culture caused by Streptococcus agalactiae. The
purpose of this study was to increase the whole cell vaccine efficacy in order to protect tilapia from S. agalactiae
attacks by adding vitamin C via oral administration. The vaccine were prepared with formaline killed cells
(FKCs)-method. Preparation of vaccine and vitamin C to the fish feed was conducted through incorporated feed
(re-pelleting) technique. Dosage of vitamin C was 600mg/Kg feed. 60 tilapia/treatment with ± 20 g/fish in
weight, which were reared for 14 days, were examined. Blood analysis, including total erythrocyte, haematocrit,
haemoglobin increased after vaccination by both adding vitamin C and pure vaccine. The result showed that
vitamin C-vaccine enhanced tilapia protection from S. agalactiae with density of 2.105
CFU/ml/fish, which
Relative Percent Survival (RPS) value for vitamin C-vaccine was to 66,7% while single vaccine was to 51,9%.
Keywords: Vitamin C, Vaccine, Streptococcus agalactiae, Tilapia
I. PENDAHULUAN
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah
satu komoditas unggulan perikanan di Indonesia selain
ikan lele, patin, mas dan gurame [1]. Seiring
peningkatan produksi ikan nila, keberadaan penyakit
yang mampu menghambat produksi ikan nila saat ini
belum bisa diatasi dengan baik. Keberadaan penyakit
bakterial pada kegiatan budidaya merupakan salah satu
penyebab terjadinya kerugian ekonomi dalam usaha
perikanan [2] [3]. Salah satu penyakit yang sering
muncul pada budidaya ikan nila adalah penyakit
streptokokosis. Streptokokosis pada budidaya ikan nila
telah menyebabkan ikan sakit dan kematian sehingga
menimbulkan kerugian yang diestimasi mencapai $ 150
juta/tahun [4]. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk mengendalikan penyakit ini adalah dengan
menggunakan vaksin. Beberapa jenis vaksin yang sudah
dikembangkan antara lain vaksin sel utuh, vaksin sub
unit dan vaksin DNA [5] [6] [7].
Administrasi vaksinasi pada ikan dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu perendaman, injeksi dan oral.
Dari ketiga administrasi tersebut, pemberian vaksin
secara oral memiliki keunggulan antara lain dapat
diaplikasikan dengan mudah, tidak menimbulkan stress
pada ikan dan cocok untuk semua stadia hidup ikan.
Akan tetapi, pemeberian vaksin secara oral masih
memiliki kendala yaitu efikasi vaksin yang rendah [8]
2. Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang 2016
107 | A k u a k u l t u r [ A - 1 9 ] - S e f t i H e z a D w i n a n t i & M i r n a F i t r a n i
[9]. Untuk meningkatkan efikasi vaksin beberapa jenis
adjuvant dan zat lain yang mampu mendukung
peningkatan efikasi vaksin sel utuh terus dikaji
diantaranya vitamin C [10] [11] [12]. Vitamin C
merupakan suplemen yang sudah terbukti mampu
meningkatkan respon kekebalan di ikan dan memacu
pertumbuhan, memperbaiki kesehatan, konversi pakan
dan sintasan, serta mampu mengurangi stress [13] [14].
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh
pemanfaatan vitamin C dalam meningkatkan efikasi
vaksin sel utuh untuk memproteksi ikan nila dari
serangan bakteri Streptococcus agalactiae.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari 4 tahapan kerja. Pertama
pembuatan vaksin dengan metode Formaline Killed
Cells (FKCs), kedua re-pelleting pakan dengan vaksin
dan vitamin C , ketiga pemeliharaan ikan yang diberi
pakan perlakuan dan yang terakhir adalah uji tantang
pada ikan nila terhadap infeksi bakteri Streptococcus
agalactiae.
2.1 Bahan dan peralatan
Ikan yang digunakan adalah ikan nila dengan berat ±
20 g/ekor. Jumlah ikan yang digunakan sebanyak 240
ekor dan dipelihara pada akuarium 60 x 40 x 40 cm3
dengan kepadatan 20 ekor/akuarium. Pakan perlakuan
adalah pakan komersial dengan protein kasar ± 28%.
Vitamin C (ascorbic acid) yang digunakan sebanyak
600 mg/Kg pakan.
2.2. Perlakuan penelitian
Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan yang terdiri
dari :
I. Kontrol Positif
II. Kontrol Negatif
III. Pemberian Vaksin Tanpa Vitamin C
IV. Pemberian Vaksin dengan Vitamin C
Masing-masing perlakuan diulang 3 (tiga) kali.
2.3 Preparasi vaksin dalam pakan
Untuk memperoleh vaksin sel utuh digunakan
metode Formaline Killed Cells (FKCs) [15]. Jenis
sediaan vaksin yang digunakan pada penelitian ini
adalah sediaan vaksin sel utuh (whole cell vaccine).
Vaksin sel utuh yang disuspensikan dalam PBS steril
digunakan untuk melarutkan vitamin C untuk
selanjutnya digunakan untuk melumatkan pakan
komersial. Untuk 1 Kg pakan dibutuhkan 800 ml larutan
vaksin atau vaksin dengan vitamin C. Selanjutnya pakan
dicetak ulang dan di oven pada suhu 60 ºC selama
semalam dan disimpan dalam wadah tertutup sebelum
diberikan pada ikan uji.
2.4 Pemeliharaan ikan uji
Ikan nila dipelihara selama 14 hari dengan pakan
perlakuan yang diberikan secara ad libitum sebanyak 3
kali/hari (pagi, siang dan sore) dengan FR 3-5% dari
bobot biomasa ikan.
2.5 Uji Tantang
Uji tantang dilakukan melalui infeksi buatan
terhadap patogen target. Kepadatan bakteri uji yang
digunakan adalah 2.104
CFU/mL dan disuntikan secara
intra peritoneal sebanyak 0,1 mL/ekor. Untuk evaluasi
vaksin menggunakan rumus Relative Percent Ratio
(RPS) sebagai berikut :
(1)
%100
%
%
1 x
fishvaccinatednnonmortalityi
dfishnvaccinatemortalityi
RPS
2.6 Analisa gambaran darah ikan
Pengambilan darah ikan uji dilakukan sebanyak dua
kali yaitu sebelum diberikan pakan uji dan sebelum
dilakukan uji tantang dengan menggunakan spuit 1 mL
pada bagian vena caudalis. Haematologi yang diamati
adalah kadar hematokrit, hemoglobin dan total sel darah
merah.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
Vaksinasi merupakan upaya pencegahan terhadap suatu
penyakit yang bersifat spesifik. Sifat spesifik
menunjukkan bahwa vaksin memicu sistem imun
dengan cara memanfaatkan sel memori untuk mengenali
benda asing tertentu. Selain vaksinasi, peningkatan
respon imun juga membutuhkan komponen yang mampu
meningkatkan kemampuan imun non spesifik. Salah satu
contoh komponen yang telah banyak dikaji adalah
vitamin C. Vitamin C memiliki sifat berupa antioksidan
dan mampu mengurangi stres pada ikan serta memacu
pertumbuhan [18]. Sistem imun non spesifik merupakan
pertahanan tubuh pertama dalam menghadapi berbagai
serangan mikroorganisme patogen. Hal ini
memungkinkan vitamin C dapat memberikan respon
langsung terhadap antigen, sedangkan vaksin yang
membangkitkan sistem imun spesifik membutuhkan
3. Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang 2016
108 | A k u a k u l t u r [ A - 1 9 ] - S e f t i H e z a D w i n a n t i & M i r n a F i t r a n i
waktu untuk mengenali antigen terlebih dahulu sebelum
dapat memberikan respon imunitas. Dari hasil analisa
darah menunjukkan bahwa penambahan vitamin C
dalam vaksin memberikan respon positif terhadap
penambahan sel darah merah, persentase hemaglobin
dan persentase hematokrit. Gambaran darah suatu
organisme dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
kesehatan yang sedang di alami oleh organisme tersebut.
Secara umum kondisi kesehatan ikan selama
pemeliharaan ikan dalam keadaan sehat. Hasil analisa
darah disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Analisa gambaran darah ikan nila
Peningkatan sel darah merah dan haemoglobin lebih
tinggi terjadi pada perlakuan vaksin dan vitamin C
setelah dipelihara selama 14 hari. Hal ini menunjukkan
bahwa vitamin C mampu memicu produksi haemoglobin
sehingga populasi sel darah merah pun meningkat.
Hemoglobin (Hb) adalah protein kompleks yang terdiri
atas protein, globin, dan pigmen hem yang mengandung
zat besi. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa
oksigen yang kaya akan zat besi dalam sel darah merah
dan membantu dalam transportasi nutrisi dalam tubuh
sehingga membantu menjaga kondisi tubuh untuk tetap
berada dalam kondisi yang prima [19]. Sedangkan
hematokrit tidak menunjukkan perubahan yang
signifikan pada setiap perlakuan. Hematokrit merupakan
parameter yang digunakan untuk mengukur persentase
sel darah merah pada darah dengan cara
membandingkan volume sel darah merah dengan plasma
darah. Kadar hematokrit dapat digunakan untuk
menentukan kondisi ikan dalam keadaan sehat atau yang
terkena anemia. Tidak terjadinya perubahan signifikan
terhadap kadar hematokrit tidak berarti ikan dalam
kondisi anemia. Berdasarkan kontrol ikan masih dalam
kondisi sehat, kisaran hematokrit ikan nila normal antara
26-28 % [7].
Pengaruh vitamin C terhadap efikasi vaksin juga
memberikan pengaruh positif. Hal ini dapat dilihat dari
nilai relative percent ratio (RPS) setelah dilakukannya
uji tantang menggunakan bakteri Streptococcus
agalactiae pada ikan nila secara injeksi dengan
kepadatan bakteri 2.104
CFU/mL. Nilai RPS yang
dihasilkan disajikan pada Tabel 1 berikut.
.
Tabel 1. Nilai RPS pada ikan uji
∑
ikan
total
∑
ikan
yang
mati
Mortalitas
(%)
RPS
(%)
Kontrol - 60 3 5
Kontrol + 60 39 65
Vit C + Vaksin 60 13 21.7 66,7
Vaksin 60 18 30 51,9
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa vitamin
C memberikan efek positif terhadap peningkatan efikasi
vaksin yang ditunjukkan dari nilai RPS. Semakin tinggi
nilai RPS yang dihasilkan dari suatu vaksin maka efikasi
vaksin tersebut semakin bagus. Nilai RPS yang baik dari
suatu vaksin apabila dapat menghasilkan nilai RPS di
atas 50% [9]. RPS merupakan gambaran tentan
4. Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang 2016
109 | A k u a k u l t u r [ A - 1 9 ] - S e f t i H e z a D w i n a n t i & M i r n a F i t r a n i
kemampuan suatu vaksin dalam memproteksi serangan
patogen. Dari tabel diatas gabungan vaksin dan vitamin
C menunjukkan proteksi yang lebih baik. Sehingga
dapat dikatakan bahwa vitamin C berperan sebagai
adjuvant dalam vaksin sel utuh untuk memproteksi
serangan bakteri. Adjuvant merupakan zat atau material
tambahan dalam vaksin yang berfungsi untuk
meningkatkan efikasi vaksin. Beberapa kriteria yang
harus dimiliki oleh adjuvant antara lain adalah memiliki
zat yang mampu meningkatkan respon kekebalan seperti
antioksidan atau immunopotentiators agents serta
mampu mengurangi jumlah antigen yang diberikan pada
resipien [17]. Vitamin C yang dicampurkan dengan
vaksin mampu berperan sebagai immunopotentiators
agents.
IV.KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah vitamin C
dapat meningkatkan efikasi vaksin sel utuh yang
diberikan secara oral pada ikan nila.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya yang telah
mendanai penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] (2014) Kementrian Perikanan Kelautan website.
[Online]. Available http://www.statistik.kkp.go.id.
[2] A. Israngkura and S. Sae-Hae. A review of the economic
impacts of aquatic animal disease. p. 253-286. In: J.R.
Arthur, M.J. Phillips, R.P. Subasinghe, M.B. Reantaso
and I.H. MacRae. (eds.) Primary Aquatic Animal Health
Care in Rural, Small-scale, Aquaculture Development.
FAO Fish. Tech. 2002, 406.
[3] N. Bagum, M.S. Monir and M. H. Khan. Present status
of fish diseases and economic losses due to incidence of
disease in rural freshwater aquaculture of Bangladesh. J.
Innov. Dev. Strategy 7: 48-53. 2013.
[4] P.H. Klesius, C.A. Shoemaker and J.J. Evans.
“Vaccination: A health management practice for
preventing diseases caused by Streptococcus in tilapia
and other cultured fish”. Proc. ISTA V, 2000, 09. 558-
564.
[5] Sukenda, T. R. Febriansyah dan S. Nuryati. Efikasi
vaksin sel utuh Streptococcus agalactiae pada ikan nila
Oreochromis niloticus melalui perendaman. Jurnal
Akuakultur Indonesia 13 : 83–93. 2014.
[6] Amrullah, Sukenda, E. Harris, Alimuddin and A. M.
Lusiastuti. Immunogenicity of the 89 kDa Toxin Protein
from Extracellular Products of Streptococcus in
Oreochromis niloticus . Journal of Fisheries and Aquatic
Science 9 : 176-186. 2014.
[7] S. H. Dwinanti, Sukenda, M. Yuhana dan A. M.
Lusiastuti. Toksisitas dan Imunogenisitas Produk
Ekstraseluler Streptococcus agalactiae tipe non-
hemolitik pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia 2 : 105-116. 2014.
[8] J. W. Pridgeon and P. H. Klesius. Major bacterial
diseases in aquaculture and their vaccine development.
CAB Reviews 48: 1-16. 2012.
[9] A.E. Ellis. Fish vaccination. London: Academic Press
Ltd. 1988.
[10] M. M. Barros, D. R. Falcon, R. O. Orsi, L. E. Pezzato, A.
C. Fernandes Jr, I. G. Guimaraes , Fernandes Jr A, C. R.
Padovani and M.M. Sartori. Non-specific immune
parameters and physiological response of Nile tilapia fed
b-glucan and vitamin C for different periods and
submitted to stress and bacterial challenge. Journal of
Fish & Shellfish Immunology 39: 188 – 195. 2014.
[11] S. N. Labh and S. R. Shakya. Application of
immunostimulants as an alternative to vaccines for
health management in aquaculture. International Journal
of Fisheries and Aquatic Studies 2(1): 153-156. 2014.
[12] K. Anbarasu and M. R. Chandran. Effect of ascorbic
acid on the immune response of the catfish, Mystus gulio
(Hamilton), to different bacterins of Aeromonas
hydrophila. Fish & Shellfish Immunology 11 : 347-355.
2001.
[13] X. H. Dong, X. Geng, Q. H. Yang, S. Y. Chi, H. Y. Liu
and X. Q. Liu. Effects of dietary immunostimulant
combination on the growth performance, non-specific
immunity and disease resistance of cobia,
Rachycentroncanadum (Linnaeus). Aquaculture
Research 46 : 840-849. 2015.
[14] M. R. Narra, K. Rajender, R. R. Reddy, J. V. Rao and G.
Begum The role of vitamin C as antioxidant in
protection of biochemical and haematological stress
induced by chlorpyrifos in freshwater fish Clarias
batrachus. Chemosphere 132: 172–178. 2015.
[15] P.H. Klesius, C.A. Shoemaker and J.J. Evans. Efficacy
of a killed Streptococcus iniae vaccine in tilapia
Oreochromis niloticus Bull. Eur. Ass. Fish Pathol. 19 :
1–3. 1999.
[16] Taukhid dan U Purwaningsih. Efikasi berbagai sediaan
vaksin Streptococcus agalactiae untuk pencegahan
penyakit streptococcosis pada ikan nila,Oreochromis
niloticus. Laporan Teknis Riset Perikanan Budidaya Air
5. Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan VI,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang 2016
110 | A k u a k u l t u r [ A - 1 9 ] - S e f t i H e z a D w i n a n t i & M i r n a F i t r a n i
Tawar. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar,
Indonesia. 2010.
[17] Guy B. The perfect mix: recent progress in adjuvant
research. Nat Rev Microbiol 5: 505-517. 2007.
[18] M. R. Narra, K. Rajender, R. R. Reddy, J. Venkateswara
Rao and G. Begum. The role of vitamin C as antioxidant
in protection of biochemical and haematological stress
induced by chlorpyrifos in freshwater fish. Clarias
batrachus. Chemosphere 132 : 172–178. 2015.
[19] D.P. Anderson and A. Siwicki. Basic hematology and
serology for fish health programs. Second Symposium
on Disease in Asia Aquaculture “Aquatic Animal Health
and Environment”. Asia Fisheries Society : 185-202.
1993.