1. Menggosip adalah perbuatan yang dilarang agama dan dibenci Allah. Rasulullah menjelaskan bahwa memberitahukan kejelekan orang lain tanpa kebenaran adalah menggosip atau ghibah.
2. Menggosip sering disosialisasikan sebagai tindakan biasa melalui media, padahal itu adalah perbuatan buruk yang dapat menyebabkan siksaan di akhirat.
3. Untuk menghindari menggosip, perlu ber
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Bahaya ghibah dan ngerumpi
1. Disari dari Ida S Widayati, penulis tetap rubrik “Jendela Keluarga”
Majalah Hidayatullah
2. Perbuatan yg dibenci Allah
• Menggosip adalah tindakan yang paling dibenci
Allah. Tapi celakanya, kebiasaan ini justru disukai
banyak orang, baik di kantor, ditempat kerja atau
bahkan di rumah. Terurama kalangan ibu-ibu
3. Rasulullah SAW berkata
• Ghibah atau gosip merupakan sesuatu yang
dilarang agama. “Apakah ghibah itu?” Tanya
seorang sahabat pada Rasulullah SAW. “Ghibah
adalah memberitahu kejelekan orang lain!” jawab
Rasul. “
• Kalau keadaaannya memang benar?” Tanya
sahabat lagi. “ Jika benar itulah ghibah, jika tidak
benar itulah dusta!” tegas Rasulullah. Percakapan
tersebut diambil dari HR Abu Hurairah.
4. Al Quran
• Dalam Al Qur’an (QS 49:12), orang yang suka
menggibah diibaratkan seperti memakan
bangkai saudaranya sendiri. Jabir bin Abdullah
ra. Meriwayatkan “ Ketika kami bersama
Rasulullah SAW. Tiba-tiba tercium bau busuk
yang menyengat seperti bau bangkai maka
Rasul pun bersabda, “Tahukah kalian, bau
apakah ini? Inilah bau dari orang-orang yang
meng-ghibah orang lain”. (HR Ahmad)
5. Perbuatan buruk yg menjadi biasa
• Banyak hal yang bergeser dan berubah dengan hadirnya pesawat televisi
ke rumah kita, terutama yang berkaitan dengan budaya dan akhlak. Salah
satu yang jelas terlihat yaitu pergeseran makna bergunjing atau
menggosip.
• Menggosip adalah tindakan yang kurang terpuji yang celakanya, kebiasaan
ini seringkali dilekatkan pada sifat kaum wanita. Dulu, orang akan
tersinggung jika dikatakan tukang gosip. Seseorang yang ketahuan sedang
menggosip biasanya merasa malu. Namun, sekarang kesan buruk tentang
menggosip mungkin sudah mengalami pergeseran.
• Menggosip yang merupakan tindakan buruk, bisa tidak terasa lagi memiliki
konotasi buruk jika terus-menerus disosialisasikan dengan paket menarik
pada televisi. Menggosip akan terasa sebagai tindakan biasa dan lumrah
dilakukan. Menceritakan aib orang lain menjadi sesuatu yang tanpa beban
kita lakukan. Padahal jika kita cermati makna gosip -yang sama dengan
ghibah- barangkali kita akan merasa ngeri
6. Balasan di Ahkirat nanti
• Rasulullah pernah bersabda, “Pada malam Isra’
mi’raj, aku melewati suatu kaum yang berkuku
tajam yang terbuat dari tembaga. Mereka
mencabik-cabik wajah dan dada mereka sendiri.
Lalu aku bertanya pada Jibril” Siapa merka?” Jibril
menjawab, “Mereka itu suka memakan daging
manusia, suka membicarakan dan menjelekkan
orang lain, mereka inilah orang-orang yang
gemar akan ghibah!” (dari Abu Daud yang berasal
dari Anas bin Malik ra).
7. Penyakit yg perludihindarkan
• Sosialisasi pergunjingan di televisi bagaimanapun harus dihindari.
Jangan sampai kita merasa tidak berdosa melakukannya. Bahkan
merasa terhibur dengan informasi semacam itu. Kita mesti berhati-hati.
Bahaya ghibah harus senantiasa ditanamkan agar kita
senantiasa sadar akan bahayanya. Benar kiranya jika dikatakan
bahwa dulu orang tinggal di dalam rumah karena menghindari
bahaya dari luar. Kini bahaya justru berasal dari dalam rumah
sendiri yaitu dengan hadirnya acara yang menurunkan kualitas iman
di televisi.
• Penyakit yang satu ini begitu mudahnya terjangkit pada diri
seseorang. Bisa datang melalui televisi, bisa pula melalui kegiatan
arisan, berbagai pertemuan, sekedar obrolan di warung belanjaan,
bahkan melalui pengajian. Untuk menghindarinya juga tak begitu
mudah, mengharuskan kita ekstra hati-hati
9. 1. Berbicara Sambil Berfikir
• Cobalah untuk berpikir sebelum berbicara,
‘perlukah saya mengatakan hal ini?’ dan
kembangkan menjadi, ‘apa manfaatnya ? Apa
mudharatnya?’. Berarti, otak harus senantiasa
digunakan, dalam keadaan sesantai apapun.
Seperti Rasulullah saw, yang biasanya
memberi jeda sesaat untuk berfikir sebelum
menjawab pertanyaan orang.
10. 2. Berbicara Sambil Berzikir
• Berzikir di sini maksudnya selalu menghadirkan
ingatan kita kepada Allah SWT. Ingatlah betapa
buruknya ancaman dan kebencian Allah kepada
orang yang ber-ghibah. Bawalah ingatan ini pada
saat berbicara dengan siapa saja, dimana saja dan
kapan saja.
11. 3. Tingkatkan rasa Percaya Diri
• Orang yang tidak percaya diri, suka mengikut saja
perbuatan orang lain, sehingga ia mudah terseret
perbuatan ghibah temannya. Bahkan ia pun
berpotensi menyebabkan ghibah, karena tak
memiliki kebanggaan terhadap dirinya sendiri
sehingga lebih senang memperhatikan,
membicarakan dan menilai orang lain
12. 4. Buang Penyakit Hati
• Kebanyakan ghibah tumbuh karena didasari
rasa iri dan benci, juga ketidakikhlasan
menerima kenyataan bahwa orang lain lebih
berhasil atau lebih beruntung daripada kita.
Dan kalau dirinya kurang beruntung, diapun
senang menyadari bahwa masih banyak orang
lain yang lebih sengsara daripaad dirinya.
13. 5. Posisikan Diri
• Ketika sedang membicarakan keburukan orang
lain, segera bayangkan bagaimana perasaan
kita jika keburukan kita pun dibicarakan orang.
Seperti hadis yang menjanjikan bahwa Allah
akan menutupi cacat kita sepanjang kita tidak
membuka cacat orang lain, sebaliknya tak
perlu heran jika Allah pun akan membuka
cacat kita di depan orang lain jika kita
membuka ` cacat orang.
14. 6. Hindari, ingatkan, diam atau pergi
• Hindarilah segala sesuatu yang mendekatkan kita pada ghibah.
Seperti acara-acara bernuansa ghibah di televisi dan radio. Juga
berita-berita koran dan majalah yang membicarakan kejelekan
orang.
• Jika terjebak dalam situasi ghibah, ingatkanlah mereka akan
kesalahannya. Jika tak mampu, setidaknya anda diam dan tak
menanggapi ghibah tersebut. Atau anda memilih hengkang dan
‘menyelamatkan diri’