SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
1
Nama : Helmi Rizal Taupik
NIM : 18862321013
Semester : V PGMI
Mata kuliah : Bimbingan Konseling
Dosen pengampu : Ernawati, M.Pd
RESUME
Pendekatan ini diadakan mengingat kenyataannya ada seseorang atau
sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu
menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan
dalam proses mengajar. Program dalam proses itu dapat diartikan untuk setiap
petemuan, unit pelajaran, atau satuan waktu tetentu.
Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan:
1. Pengulangan
Pengulangan ini dapat dilakukan dalam berbagai tingkatan sesuai dengan
diagnostiknya yaitu:
a. Pada setiap akhir pertemuan.
Pada setiap akhir unit pembelajaran tertentu.
b. Pada akhir setiap suatu program studi.
Pelaksanaannya dapat secara:
a. Individual kalau ternyata yang mengalami kesulitan terbatas.
b. Elompok kalau ternyata sejumlah siswa dalam bidang studi tertentu
mempunyai jenis atau sifat kesalahan/kesulitan bersama.
Waktu dan cara pelaksanaaannya:
a. Bila sebagian/seluruh kelas mngalami kesulitan sama, diadakan
pertemuan kelas biasa berikutnya
1. Bahan di presentasikan kembali.
2. Diadakan latihan/penguasaan/soal bentuknya sejenis.
2
3. Diadakan kembali pengukuran kembali untuk mendeteksi hasil
peningkatan kea rah ktiteria keberhasilan.
b. Diadakan diluar jam pertemuan biasa
Diadakan jam pelajaran tambahan bila yang mengalami kesulitan
hanya sejumlah orang tertentu ( waktu sore, waktu istirahat, dan sebagainya).
Contoh nya diberikan pekerjaan rumah dan dikoreksi oleh guru sendiri.
c. Diadakan kelas remedial
1. Bagi siwa yang mempunyai kesulitan khsus dengan bimbingan
khusus.
2. Diadakan penggulangan secara total kalau jauh dibawah kriteria
keberhasilan minimal
2. Pengayaan/Pengukuran
Layanan ini dikenakan pada siswa yang kelemahannya ringan dan secara
akademk mungkin termasuk berbakat dengan cara:
a. Pemberian tugas/pekerjaan rumah.
b. Pemberian tugas/soal dikerjakan d ikelas.
3. Percepatan (akselerasi)
Layanan ini ditunjukan kepada siswa yang berbakat tetapi menunjukan
kesulitan psikososial (ego emosional).
a. Bila ternyata keseluruhan bidang studi unggul dibandingkan
kelompoknya dapat dinaikan ke tingkat yang lebih tinggi.
b. Bila hanya beberapa bidang studi ini dapat diteruskan (maju
berkelanjutan/continuous program).
A. Pendekatan Preventif
Pendekatan ini ditunjuan kepada siswa tertentu yang berdasarkan
data/informasi dipredisikan atau patut diduga akan mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Prediksi itu
dikatagorikan menjadi dua yaitu:
3
1. Bagi yang termasuk katagori normal mampu menyelesaikan
program belajar mengajar bisa sesuai dengan waktu yang
disediakan.
2. Bagi mereka yang terlambat atau tidak menyelesaikan program
dengan batas waktu yang ditetapkan. Berasarkan prediksi tersebut
maka layanan pengajaran perbaikan dapat dalam bentuk:
a. Bentuk kelompok belajar heterogen.
b. Bentuk individual
c. Bentuk kelompok dengan kelas remedial
(Amadi,Abu dan widodo supriono.2013:179
B. Azas Bimbingan dan Konseling di MI/SD
Syamsu Yusuf dalam pendidikan formalnya. Mengemukakan bahwa terlaksa dan
keberhasilan layanan Bimbingan dan Konseling sangat ditentukan oleh terwujudnya
asas-asas berikut :
1. Asas kerahasiaan, asas ini menuntut kerahasiaannya segenap data dan
keterangan tentang peserta didik.
2. Asas kesukarelaan, yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan peserta didik mengikuti / menjalani pelayanan / yang diperlukan
baginya.
3. Asas keterbukaan, yaitu asas yang menghendaki agar peserta didiknya bersifat
terbuka dan tidak berpura-pura.
4. Asas kegiatan, yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik berpartisipasi
secara aktif didalam penyelengaraan kegiatan bimbingan.
5. Asas kekinian, ialah permasalahan peserta didik (murid) dalam kondisinya
sekarang.
Selain dari kelima asas-asas di atas tadi masih ada asas-asas yang lain yaitu asas
keahlian, asas kemandirian, asas kedinamisan, asas keterpaduan, asas keharmonisan,
dan asas alih tangan kasus. Begitu pentingnya asas-asas tersebut, sehingga dapat
dikatakan bahwa asas-asas itu merupakan jiwa dan nafas dari seluruh proses kegiatan
4
pelayanan BK. Apabila asas-asas tersebut tidak dilakukan dengan baik maka
pelayanan BK akan tersendat-sendat atau bahkan terhenti. Adapun asas-asas
Bimbingan dan Konseling yang Berhubungan dengan Siswa diantaranya adalah :
a. Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan
Tiap-tiap siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda baik
jasmaniah (fisik) maupun rohaniah (psikis). Tingkah laku individu pada umumnya
dalam rangka memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhan tidak tercapai, akan
menimbulkan kecemasan dan kekecewaan, sehingga pada akhirnya menimbulkan
perilaku menyimpang. Guru BK di sekolah dan di madrasah harus bisa memahami
berbagai kebutuhan siswa, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling diberikan
dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa terutama kebutuhan psikis seperti
memperoleh kasih sayang, memperoleh rasa aman, kebutuhan untuk sukses dalam
belajar, memperoleh harga diri, kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh kelompok,
kebutuhan untuk melakukan eksistensi diri dan lain-lain.
b. Ada perbedaan diantara siswa (asas perbedaan siswa)
Dalam Teori Individualitas ditegaskan bahwa tiap-tiap individu berbeda.
Demikian halnya siswa sebagai individu jelas mempunyai perbedaan. Tiap-tiap siswa
mempunyai karakteristik yang berbeda baik fisik maupun psikisnya. Setiap siswa
berbeda dalam hal kemampuan, bakat, minat, kebutuhan, cita-cita, sikap atau
pandangan hidup, dan ciri-ciri pribadi lainnya. Perbedaan-perbedaan siswa tersebut
harus mendapatkan perhatian lebih spesifik dari pembimbing atau konselor di sekolah
dan di madrasah sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan karakterisktik
pribadinya masing-masing.
c. Tiap-tiap individu (siswa) ingin menjadi dirinya sendiri
Relevan dengan asas perbedaan individu diatas, tiap-tiap individu ingin menjadi
dirinya sendiri sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik pribadinya masing-
masing. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah harus dapat
menghantarkan siswa berkembang menjadi dirinya sendiri. Guru pembimbing atau
konselor di sekolah dan madrasah tidak boleh mengarahkan perkembangan siswa ke
5
arah yang pembimbing atau konselor inginkan. Dalam kaitan dengan peran siswa di
tengah masyarakat kelak, pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan agar
siswa menjadi “baik“ menurut ukuran masyarakat tanpa kehilangan kepribadiannya
sendiri.
d. Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang
Dalam tiap-tiap tahapan perkembangannya, setiap siswa mempunyai dorongan
ynag kuat untuk menjadi matang, produktif dan berdiri sendiri (mandiri).
Kematangan yang dimaksud disini adalah kematangan kejiwaan, emosi, dan social.
Pelayanan bimbingan dan konseling kepada para siswa disekolah dan madrasah harus
berorientasi kepada kematangan di atas sehingga siswa dapat berkembang sesuai
dengan kecendrungan-kecendrungannya.
e. Tiap-tiap individu mempunyai masalah dan mempunyai dorongan untuk
menyelesaikannya.
Tidak ada individu (siswa) yang tidak memiliki masalah. Mungkin tidak ada pula
individu tidak ingin masalahnya terselesaikan. Apalagi individu (siswa) yang sedang
dalam proses perkembangan, pasti memiliki masalah. Yang berbeda adalaha
kompleksilitas masalah yang dialami oleh tiap-tiap siswa; artinya ada siswa yang
mengalami masalah kompleks da nada yang kurang kompleks. Pada dasarnya setiap
individu (siswa) mempunyai dorongan-dorongan untuk memecahkan masalahnya,
namun karena keterbatasannya adakalanya siswa tidak selalu berhasil. Pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah harus diarahkan dalam rangka
membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
dalam hidupnya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan-dorongan yang ada
pada setiap siswa.
Adapun asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan praktik
atau pekerjaan bimbingan. Menurut Arifin dan Ety Kartikawati (1995) dan Prayitno
dan Erman Amti (1999) asas-asas yang berkenaan dengan praktik dan pekerjaan
bimbingan dan konseling adalah:
a. Asas Kerahasiaan
6
Adakalanya pelayanan bimbingan dan konseling berkenaan dengan individu atau
siswa yang bermasalah. Masalah biasanya suatu yang harus dirahasiakan. Adakalanya
dalam proses konseling siswa enggan berbicara karena merasa khawatir apabila
rahasianya diketahui orang lain termasuk konselornya. Apalagi apabila konselornya
tidak dapat menjaga rahasia kliennya. Apa pun yang menjadi sifatnya rahasi yang
disampaikan klien kepada konselor, tidak boleh diceritakan kepada orang lain
meskipun kepada koleganya. Dalam konseling, asas ini merupakan asa kunci karena
apabila asas ini dipegang teguh, konselor akan mendapat kepercayaan dari klien
sehingga mereka akan memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling sebaik-baiknya.
Sebaliknya jika asas ini tidak dipegang teguh, konselor akan kehilangan kepercayaan
dari klien (siswa) sehingga siswa akan enggan memanfaatkan jasa bimbingan dan
konseling karena merasa takut masalah dan dirinya menjadi bahan gunjingan.
b. Asas Kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan baik
dari pihak pembimbing (konselor) maupun dari pihak klien (siswa). Klien diharapkan
secara sukarela, tanpa terpaksa dan tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa
menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan semua fakta data
dan segala sesuatu yang berkenaan dengan masalah yang dihadapinya kepada
konselor. Sebaliknya konselor atau pembimbing yang memberikan bimbingan juga
hendaknya jangan karena terpaksa. Dengan kata lain pembimbing atua konselor harus
memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara ikhlas.
Dalam asas ini, bukan bearrti konselor tidak boleh menerima jasa dari
pelayanan bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan
pekerjaan profesi, oleh sebab itu, pembimbing atau konselor tidak dilarang untuk
menerima gaji atau upah tetapi hendaknya gaji atau upah tidak menjadi tujuan.
Pembimbing atau konselor tidak memberikan pelayanan bimbingan dan konseling
secara terpaksa. Asas ini sangat relevan dengan ajaran islam berkenaan dengan ikslas.
Siswa harus ikhlas (tidak terpaksa) untuk mengikuti bimbingan dan konseling, dan
pembimbing pun harus ikhlas memberikan bimbingan dan konseling.
7
c. Asas Keterbukaan
Dalam proses bimbingan dan konseling sangat diperlukannya suasana
keterbukaan baik dari pihak konselor maupun konseli (siswa). Asas ini tidak
kontradiktif dengan asas kerahasiaan karena keterbukaan yang dimaksud menyangkut
kesediaan menrima saran-saran dari luar dan kesediaan membuka diri untuk
kepentingan pemecahan masalah. Siswa yang dibimbing diharapkan dapat berbicara
secara jujur dan berterus terang dirinya sehingga penelaahan dan pengkajian tentang
kekuatan dan kelemahannya diketahui.
Siswa diharapkan dapat membuka diri sendiri sehingga apa yang ada pada
dirinya (masalah yang dihadapinya) dapat diketahui oleh konselor atau
pembimbingnya. Selain itu, siswapun harus secara terbuka menerima saran-saran dan
masukan dari pihak lain. Konselorpun harus terbuka dengan bersedia menjawab
berbagai pertanyaan dari klien dan mengungkapkan diri konselor sendiri apabila hal
tersebut dikehendaki oleh klien. Tegasnya, dalam proses bimbingan dan konseling
masing—masing pihak harus terbuka (transparan) terhadap pihak lainnya.
d. Asas Kekinian
Pelayanan bimbingan dan konseling harus berorientasi kapada masalah ynag
sedang dirasakan klien (siswa) saat ini. Artinya masalah-masalah yang ditanggulangi
dalam proses bimbingan dan konseling adalah masalah-masalah yang sedang
dirasakan oleh siswa; bukan masalah yang sudah lampau dan juga bukan masalah
yang mungkin akan dialami di masa yang akan datang. Masalah yang dirasakan oleh
siswa mungkin terkait dengan masa lalu dan akan datang.dalam penaggulangan
masalah siswa, masa lalu dan akan datang menjadi latar belakang masalah.
Asas kekinian juga mengandung mkana bahwa pembimbing atau konselor tidak
boleh menunda-nunda pemberian bantuan. Apabila klien meminta bantuan atau fakta
menunjukan ada siswa yang perlu bantuan (mengalami masalah), maka konselor
hendaklah segera memberikan bantuan. Seyogianya konselor tiidak menunda-nunda
memberikan bantuan kepada klien (siswa). Konselor hendaklah lebih mementingkan
kepentingan klien dripada yang lainnya.
8
e. Asas Kemandirian
Kemandirian merupakan salah satu tujuan pelayanan bimbingan dan konseling.
Siswa yang telah dibimbing hendaklah bisa mandiri tidak bergantung kepada orang
lain dan kepada konselor.
Ciri-ciri kemandirian pada siswa yang telah dibimbing adalah :
1. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
2. Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis.
3. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
4. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.
5. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya.
Menentukan kemandirian dengan ciri-ciri di atas harus sisesuaikan dengan
tingkat perkembangan siswa. Kemandirian murid Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah jangan diukur dengan kemandirian siswa SMP dan Mts dan seterusnya.
f. Asas Kegiatan
Pelayanan bimbingan dan konseling tidak akan memberikan hasi yang berarti
apabila klien (siswa) tidak melakukan sendiri kegiatan untuk mencapai tujuan
bimbingan dan konseling. Hasil usaha yang menjadi tujuan bimbingan dan konseling
tidak akan tercpai dengan sendirinya, melainkan harus dicapai dengan kerja giat dari
klien (siswa) sendiri. Guru pembimbing atau konselor harus dapat membangkitkan
semangat klien sehingga ia mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan
dalam penyelesaian masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam proses
konseling.
Asas ini juga bermakna bahwa masalah klien tidak akan terpecahkan apabila
siswa tidak melakukan kegiatan seperti yang dibicarakan dalam konseling.
g. Asas Kedinamisan
Usaha bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada individu
(siswa) yang dibimbing, yaitu perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Perubahan
yang terjadi tak sekadar mengulang-ulang hal yang lama yang bersifat monoton,
9
melainkan perubahan yang lebih maju dan dinamis sesuai dengan arah perkembangan
klien yang dikehendaki.
h. Asas Keterpaduan
Individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang apabila keadaannya tidak
seimbang, tidak serasi dan tidak terpadu,justru akan menimbulkan masalah. Oleh
sebab itu, usaha bimbingan dan konseling hendaklah memadukan berbagai aspek
kepribadian klien. Selain keterpaduan pada diri klien, juga harus terpadu dalsm isi
dan proses layanan yang diberikan. Tidak boleh aspek layanan yang satu tidak serasi
apalagi bertentangan dengan aspek yang lainnya.
Asas keterpaduan juga menuntut konselor memiliki wawasan yang luas tentang
perkembangan klien dan aspek-spek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang
dapat diaktifkan untuk mengenai masalh klien. Semua aspek di atas dipadukan secara
serasi dan sinergi dalam upaya bimbingan dan konseling.
i. Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling (proses bimbingan dan konseling) tidak boleh
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku; baik norma agama, adat , hukum
atau negara, norma ilmu, maupun norma kebiasaan sehari-hari. Seluruh isi dan proses
konseling harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Demikian pula produser,
teknik dan peralatan (instrumen) yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma
yang berlaku.
j. Asas Keahlian
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional yang
diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus dididik untuk pekerjaan
tersebut. Dengan perkataan lain, pelayanan bimbingan dan konseling harus dilakukan
oleh orang yang memiliki keahlian (memiliki pengetahuan dan keterampilan) tentang
bimbingan dan konseling.
Asas keahlian juga mengacu kepada kualifikasi konselor seperti pendidikan dan
penglaman. Selain itu, seorang konselor juga harus mengeathui dan memahami secara
baik teori-teori dan praktik bimbingan dan konseling.
10
k. Asas Alih Tangan (Referal)
Konselor (pembimbing) sebagai manusia, di atas kelebihannya tetap memiliki
keterbatasan kemampuan. Tidak semua masalah yang dihadapiklien berada dalam
kemampuan konselor (pembimbing) untuk memecahkannya. Apabila konselor telah
mengerahkan segenap tenaga dan kemampuannya untuk memecahkan masalah klien,
tetapi belum berhasil, maka konselor yang bersangkutan harus memindahkan
tanggungjawab pemberian bimbingan dan konseling kepada pembimbing atau
konselor lain atau kepada orang lain yang lebih mengetahui. Dengan perkatan lain,
apabila konselor telah mengerahkan segenap kemampuan untuk membantu klien
(siswa), tetapi siswa yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang
diharapkan, maka konselor dapat mengirim siswa yang bersangkutan kepada peugas
atau badan lain yang lebih ahli.
Asas ini juga bermakna bahwa konselor dalam memberikan pelayanan
bimbingan dan konseling jangan melebihi batas kewenangannya. Atau pelayanan
bimbingan dan konseling hanya menangani masalah-masalah individu (siswa) sesuai
yang bersangkutan. Misalnya individu yang stres berat (gila) tidak lagi menjadi
kewenangan konselor sekoah dan madrasah melainkan kewenangan psikiater.
Pembimbing atau konselor tidak boleh melaksanakan tugas melebihi batas
kewenangannya.
l. Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini menunjukan pada suasana umum ynag hendak tercipta dalam rangka
hubungan keseluruhan antara pembimbing (konselor) dengan yang dibimbing
(siswa). Terlebih lagi di lingkungan sekolah atau madrasah, asas ini makin dirasakan
manfaatnya bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sungtulodo, ing madyo
dmangun karso.
D. Pendekatan Strategi Bimbingan Dan Konseling
1. Pendekatan krisis
Dalam pendekatan ini, guru menunggu munculnya suatu krisis, baru kemudian
dia bertindak membantu muid yang menghadapi krisis itu. Strategi yang digunakan
11
dalam pedekatan ini adalah teknik-teknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis
itu. Contoh: seorang murid datang mengadu kepada guru sambil menangis karena
didorong temannya sehingga tersungkur ke lantai. Guru yang menggunakan
pendekatan krisis akan meminta murid tersebut untuk membicarakan penyelesaian
masalahnya dengan teman yang mendorongnya ke lantai. Bahkan mungkin guru
tersebut memanggil teman murid tersebut untuk datang ke ruang guru untuk
membicarakan penyelesaian masalah tersebut sampai tuntas.
2. Pendekatan remedial
Dalam pendekatan ini, guru akan memfokuskan bantuannya pada upaya
menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan murid yang tampak.
Tujuan bantuan dari pendekatan ini ialah menghindarkan dari krisis yang mungkin
terjadi.
Strategi yang digunakan, seperti mengajarkan kepada murid keterampilan belajar
(membaca, merangkum, menyimak dll) keterampilan sosial dan sejenisnya yang
belum dimiliki murid sebelumnya. Dalam contoh kasus diatas, dengan menggunakan
pendekatan remedial guru dapat mengambil tindakan mengajarkan keterampilan
berdamai.
3. Pendekatan preventif
Dalam pendekatan ini guru mencoba mengantisipasi masalah-masalah generik
dan mencegah terjadinya masalah itu. Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus
sekolah, berkelahi, kenakalan, merokok, dan sejenisnya yang secara potensial
masalah itu dapat terjadi pada murid secara umum. Model preventif ini didasarkan
pada pemikiran bahwa jika guru dapat mendidik murid untuk menyadari bahaya dari
berbagai kegiatan yang menguasai metode untuk menghindari terjadinya masalah itu,
maka guru akan dapat mencegah murid dari perbuatan-perbuatan yang
membahayakan itu.
Strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan ini termasuk mengajar dan
memberikan informasi. Dalam contoh kasus diatas, jika guru menggunakan
pendekatan ini dia akan mengajari murid-muridnya secara klasikal untuk bersikap
12
toleran dan memahami orang lain sehingga dapat mencegah munculnya perilaku
agresif, tanpa menunggu munculnya krisis terlebih dahulu.
4. Pendekatan perkembangan
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan lebih proaktif
dibandingkan dengan ketiga pendekatan sebelumnya. Pembimbing yang
menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan
pengalaman khusus yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan disekolah dan di
dalam kehidupan secara lebih luas di masyarakat. Pendekatan perkembangan ini
dipandang sebagai pendekatan yang tepat digunakan dalam tatanan pendidikan
sekolah karena pendekatan ini memberikan perhatian pada tahap-tahap
perkembangan murid, kebutuhan dan minat, serta membantu murid mempelajari
keterampilan hidup (Robert Myrick, 1989).
Strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan ini seperti mengajar, tukar
informasi, bermain peran, melatih, tutorial, dan konseling. Dalam contoh diatas, jika
guru menggunakan pendekatan perkembangan, guru tersebut sebaiknya menangani
murid tadi sejak tahun-tahun pertama masuk sekolah mengajar dan mmenyediakan
pengalaman belajar bagi murid itu yang dapat mengembangkan keterampilan
hubungan antarpribadiyang diperlukan untuk melakukan interaksi yang efektif
dengan orang lain. Oleh karena itu, dalam pendekatan perkembangan, keterampilan
dan pengalaman belajar yang menjadi kebutuhan murid akan dirumuskan kedalam
suatu kurikulum bimbingan atau dirumuskan sebagai layanan dasar umum.
Ada pola umum dalam proses perkembangan murid. Oleh karena itu,
perkembangan berlangsung dalam tata urutan tertentu. Tugas perkembngan diartikan
sebagai perangkat perilaku yang harus dikuasai murid dalam periode kehidupan
tertentu, dimana keberhasilan menguasai perangkat perilaku dalam periode
berikutnya; sedangkan kegagalan munguasai perangkat perilaku dalam periode
kehidupan sebelumnya akan membawa murid kedalam kekecewaan, penolakan
masyarakat, dan kesulitan didalam menguasai perangkat perilaku pada proses
kehidupan berikutnya.
13
Dalam suatu lingkungan perkembangan akan mengandung unsur-unsur berikut :
1. Unsur peluang. Unsur ini berkaitan dengan topik yang disajikan yang
memungkinkan murid mempelajari perilaku perilaku baru.
2. Unsur pendukung. Unsur ini berkaitan dengan proses pengembangan interaksi
yang dapat menumbuhkan kemampuan murid untuk mempelajari perilaku
baru baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
3. Unsur penghargaan. Esensi unsur ini terletak pada penelitian dan pemberian
balikan yang dapat memperkuat pembentukan perilaku baru.

More Related Content

What's hot

Pembelajaran Orang Dewasa
Pembelajaran Orang DewasaPembelajaran Orang Dewasa
Pembelajaran Orang DewasaUpi_raharjo
 
Ppt. pendidikan karakter
Ppt. pendidikan karakterPpt. pendidikan karakter
Ppt. pendidikan karakterReni H_dika BK
 
PPT SEJARAH PRAMUKA.pptx
PPT SEJARAH PRAMUKA.pptxPPT SEJARAH PRAMUKA.pptx
PPT SEJARAH PRAMUKA.pptxNana655724
 
Dunia siaga kak ida
Dunia siaga kak idaDunia siaga kak ida
Dunia siaga kak idaNas Rulloh
 
Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)
Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)
Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)Donny kurnianto
 
Al qiyadah wal juddiyah
Al qiyadah wal juddiyahAl qiyadah wal juddiyah
Al qiyadah wal juddiyahLahud Dien
 
pendidikan karakter di sekolah
pendidikan karakter di sekolahpendidikan karakter di sekolah
pendidikan karakter di sekolahemri ardi
 
Makalah pendidikan anak berbakat mys
Makalah pendidikan anak berbakat mysMakalah pendidikan anak berbakat mys
Makalah pendidikan anak berbakat mysMitha Ye Es
 
Petunjuk penyelenggaraan pramuka peduli
Petunjuk penyelenggaraan pramuka peduliPetunjuk penyelenggaraan pramuka peduli
Petunjuk penyelenggaraan pramuka peduliAndi Darussalam
 
DUNIA PENGGALANG.pptx
DUNIA PENGGALANG.pptxDUNIA PENGGALANG.pptx
DUNIA PENGGALANG.pptxfarahhamidah3
 
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...bulan purnama
 
Ppt kedisiplinan
Ppt kedisiplinanPpt kedisiplinan
Ppt kedisiplinanbkupstegal
 

What's hot (20)

Pembelajaran Orang Dewasa
Pembelajaran Orang DewasaPembelajaran Orang Dewasa
Pembelajaran Orang Dewasa
 
Ppt. pendidikan karakter
Ppt. pendidikan karakterPpt. pendidikan karakter
Ppt. pendidikan karakter
 
Gaya belajar.ppt
Gaya belajar.pptGaya belajar.ppt
Gaya belajar.ppt
 
CONTOH RPL POP
CONTOH RPL POPCONTOH RPL POP
CONTOH RPL POP
 
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
 
Power Point Gaya Belajar
Power Point Gaya BelajarPower Point Gaya Belajar
Power Point Gaya Belajar
 
PPT SEJARAH PRAMUKA.pptx
PPT SEJARAH PRAMUKA.pptxPPT SEJARAH PRAMUKA.pptx
PPT SEJARAH PRAMUKA.pptx
 
Dunia siaga kak ida
Dunia siaga kak idaDunia siaga kak ida
Dunia siaga kak ida
 
Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)
Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)
Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)
 
Al qiyadah wal juddiyah
Al qiyadah wal juddiyahAl qiyadah wal juddiyah
Al qiyadah wal juddiyah
 
PPT BERTANGGUNG JAWAB
PPT BERTANGGUNG JAWABPPT BERTANGGUNG JAWAB
PPT BERTANGGUNG JAWAB
 
pendidikan karakter di sekolah
pendidikan karakter di sekolahpendidikan karakter di sekolah
pendidikan karakter di sekolah
 
Rpl konseling individu
Rpl konseling individuRpl konseling individu
Rpl konseling individu
 
Makalah pendidikan anak berbakat mys
Makalah pendidikan anak berbakat mysMakalah pendidikan anak berbakat mys
Makalah pendidikan anak berbakat mys
 
Kepemimpinan Dalam Gerakan Pramuka
Kepemimpinan Dalam Gerakan PramukaKepemimpinan Dalam Gerakan Pramuka
Kepemimpinan Dalam Gerakan Pramuka
 
Petunjuk penyelenggaraan pramuka peduli
Petunjuk penyelenggaraan pramuka peduliPetunjuk penyelenggaraan pramuka peduli
Petunjuk penyelenggaraan pramuka peduli
 
Materi kepramukaan
Materi kepramukaanMateri kepramukaan
Materi kepramukaan
 
DUNIA PENGGALANG.pptx
DUNIA PENGGALANG.pptxDUNIA PENGGALANG.pptx
DUNIA PENGGALANG.pptx
 
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
 
Ppt kedisiplinan
Ppt kedisiplinanPpt kedisiplinan
Ppt kedisiplinan
 

Similar to Bimbingan Konseling di MI/SD

Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]
Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]
Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]HERI YANTO
 
Resume bimbingan dan konseling 6
Resume bimbingan dan konseling 6Resume bimbingan dan konseling 6
Resume bimbingan dan konseling 6Ricky Ramadhan
 
Model dan pola layanan
Model dan pola layananModel dan pola layanan
Model dan pola layananUnnes
 
Resume bimbingan dan konseling 4
Resume bimbingan dan konseling 4Resume bimbingan dan konseling 4
Resume bimbingan dan konseling 4Ricky Ramadhan
 
Makalah bk arti tujuan bk sekolah
Makalah bk arti tujuan bk sekolahMakalah bk arti tujuan bk sekolah
Makalah bk arti tujuan bk sekolahKun Hidayaturrahman
 
Jawaban bk pertemuan 4 dianic fajar jahara 2 b penjas
Jawaban bk pertemuan 4 dianic fajar jahara 2 b penjasJawaban bk pertemuan 4 dianic fajar jahara 2 b penjas
Jawaban bk pertemuan 4 dianic fajar jahara 2 b penjasnazarshiddiq3
 
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)elissugiharti1
 
Makalah Bimbingan Belajar Kelompok 6
Makalah Bimbingan Belajar Kelompok 6Makalah Bimbingan Belajar Kelompok 6
Makalah Bimbingan Belajar Kelompok 6LiaDT
 
K01947 20180507164604 k10 pengurusan penasihatan murid
K01947 20180507164604 k10 pengurusan penasihatan muridK01947 20180507164604 k10 pengurusan penasihatan murid
K01947 20180507164604 k10 pengurusan penasihatan muridJANGAN TENGOK
 
Bk t01 yunita sari_1202783_pentingnya mempelajari bimbingan dan konseling
Bk t01 yunita sari_1202783_pentingnya mempelajari bimbingan dan konselingBk t01 yunita sari_1202783_pentingnya mempelajari bimbingan dan konseling
Bk t01 yunita sari_1202783_pentingnya mempelajari bimbingan dan konselingYunita Sari
 
pembelajaan berbasis bimbingan
pembelajaan berbasis bimbinganpembelajaan berbasis bimbingan
pembelajaan berbasis bimbinganBijak3
 
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN KELOMPOKKONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN KELOMPOKNur Arifaizal Basri
 
Kesulitan Belajar dan Cara Mengatasinya
Kesulitan Belajar dan Cara MengatasinyaKesulitan Belajar dan Cara Mengatasinya
Kesulitan Belajar dan Cara MengatasinyaRoe DhyModification
 
Makalah prinsip bp dan kode etik guru bp
Makalah prinsip bp dan kode etik guru bpMakalah prinsip bp dan kode etik guru bp
Makalah prinsip bp dan kode etik guru bpMuhammad Firdaus
 
Program pengembangan karir ptk
Program pengembangan karir ptkProgram pengembangan karir ptk
Program pengembangan karir ptkayu hutria
 

Similar to Bimbingan Konseling di MI/SD (20)

Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]
Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]
Bimbingan dan konseling_diperbaiki_lagi_ya[1]
 
Resume bimbingan dan konseling 6
Resume bimbingan dan konseling 6Resume bimbingan dan konseling 6
Resume bimbingan dan konseling 6
 
Model dan pola layanan
Model dan pola layananModel dan pola layanan
Model dan pola layanan
 
Bimbingan Konseling
Bimbingan KonselingBimbingan Konseling
Bimbingan Konseling
 
Resume bimbingan dan konseling 4
Resume bimbingan dan konseling 4Resume bimbingan dan konseling 4
Resume bimbingan dan konseling 4
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah bk arti tujuan bk sekolah
Makalah bk arti tujuan bk sekolahMakalah bk arti tujuan bk sekolah
Makalah bk arti tujuan bk sekolah
 
M4 kb1
M4 kb1M4 kb1
M4 kb1
 
Jawaban bk pertemuan 4 dianic fajar jahara 2 b penjas
Jawaban bk pertemuan 4 dianic fajar jahara 2 b penjasJawaban bk pertemuan 4 dianic fajar jahara 2 b penjas
Jawaban bk pertemuan 4 dianic fajar jahara 2 b penjas
 
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
 
Makalah Bimbingan Belajar Kelompok 6
Makalah Bimbingan Belajar Kelompok 6Makalah Bimbingan Belajar Kelompok 6
Makalah Bimbingan Belajar Kelompok 6
 
Makalah konseling
Makalah konselingMakalah konseling
Makalah konseling
 
K01947 20180507164604 k10 pengurusan penasihatan murid
K01947 20180507164604 k10 pengurusan penasihatan muridK01947 20180507164604 k10 pengurusan penasihatan murid
K01947 20180507164604 k10 pengurusan penasihatan murid
 
Bk t01 yunita sari_1202783_pentingnya mempelajari bimbingan dan konseling
Bk t01 yunita sari_1202783_pentingnya mempelajari bimbingan dan konselingBk t01 yunita sari_1202783_pentingnya mempelajari bimbingan dan konseling
Bk t01 yunita sari_1202783_pentingnya mempelajari bimbingan dan konseling
 
pembelajaan berbasis bimbingan
pembelajaan berbasis bimbinganpembelajaan berbasis bimbingan
pembelajaan berbasis bimbingan
 
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN KELOMPOKKONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN KELOMPOK
 
Kesulitan Belajar dan Cara Mengatasinya
Kesulitan Belajar dan Cara MengatasinyaKesulitan Belajar dan Cara Mengatasinya
Kesulitan Belajar dan Cara Mengatasinya
 
Makalah prinsip bp dan kode etik guru bp
Makalah prinsip bp dan kode etik guru bpMakalah prinsip bp dan kode etik guru bp
Makalah prinsip bp dan kode etik guru bp
 
Program pengembangan karir ptk
Program pengembangan karir ptkProgram pengembangan karir ptk
Program pengembangan karir ptk
 
BK dan Layanan Peminatan
BK dan Layanan PeminatanBK dan Layanan Peminatan
BK dan Layanan Peminatan
 

Bimbingan Konseling di MI/SD

  • 1. 1 Nama : Helmi Rizal Taupik NIM : 18862321013 Semester : V PGMI Mata kuliah : Bimbingan Konseling Dosen pengampu : Ernawati, M.Pd RESUME Pendekatan ini diadakan mengingat kenyataannya ada seseorang atau sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses mengajar. Program dalam proses itu dapat diartikan untuk setiap petemuan, unit pelajaran, atau satuan waktu tetentu. Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan: 1. Pengulangan Pengulangan ini dapat dilakukan dalam berbagai tingkatan sesuai dengan diagnostiknya yaitu: a. Pada setiap akhir pertemuan. Pada setiap akhir unit pembelajaran tertentu. b. Pada akhir setiap suatu program studi. Pelaksanaannya dapat secara: a. Individual kalau ternyata yang mengalami kesulitan terbatas. b. Elompok kalau ternyata sejumlah siswa dalam bidang studi tertentu mempunyai jenis atau sifat kesalahan/kesulitan bersama. Waktu dan cara pelaksanaaannya: a. Bila sebagian/seluruh kelas mngalami kesulitan sama, diadakan pertemuan kelas biasa berikutnya 1. Bahan di presentasikan kembali. 2. Diadakan latihan/penguasaan/soal bentuknya sejenis.
  • 2. 2 3. Diadakan kembali pengukuran kembali untuk mendeteksi hasil peningkatan kea rah ktiteria keberhasilan. b. Diadakan diluar jam pertemuan biasa Diadakan jam pelajaran tambahan bila yang mengalami kesulitan hanya sejumlah orang tertentu ( waktu sore, waktu istirahat, dan sebagainya). Contoh nya diberikan pekerjaan rumah dan dikoreksi oleh guru sendiri. c. Diadakan kelas remedial 1. Bagi siwa yang mempunyai kesulitan khsus dengan bimbingan khusus. 2. Diadakan penggulangan secara total kalau jauh dibawah kriteria keberhasilan minimal 2. Pengayaan/Pengukuran Layanan ini dikenakan pada siswa yang kelemahannya ringan dan secara akademk mungkin termasuk berbakat dengan cara: a. Pemberian tugas/pekerjaan rumah. b. Pemberian tugas/soal dikerjakan d ikelas. 3. Percepatan (akselerasi) Layanan ini ditunjukan kepada siswa yang berbakat tetapi menunjukan kesulitan psikososial (ego emosional). a. Bila ternyata keseluruhan bidang studi unggul dibandingkan kelompoknya dapat dinaikan ke tingkat yang lebih tinggi. b. Bila hanya beberapa bidang studi ini dapat diteruskan (maju berkelanjutan/continuous program). A. Pendekatan Preventif Pendekatan ini ditunjuan kepada siswa tertentu yang berdasarkan data/informasi dipredisikan atau patut diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Prediksi itu dikatagorikan menjadi dua yaitu:
  • 3. 3 1. Bagi yang termasuk katagori normal mampu menyelesaikan program belajar mengajar bisa sesuai dengan waktu yang disediakan. 2. Bagi mereka yang terlambat atau tidak menyelesaikan program dengan batas waktu yang ditetapkan. Berasarkan prediksi tersebut maka layanan pengajaran perbaikan dapat dalam bentuk: a. Bentuk kelompok belajar heterogen. b. Bentuk individual c. Bentuk kelompok dengan kelas remedial (Amadi,Abu dan widodo supriono.2013:179 B. Azas Bimbingan dan Konseling di MI/SD Syamsu Yusuf dalam pendidikan formalnya. Mengemukakan bahwa terlaksa dan keberhasilan layanan Bimbingan dan Konseling sangat ditentukan oleh terwujudnya asas-asas berikut : 1. Asas kerahasiaan, asas ini menuntut kerahasiaannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik. 2. Asas kesukarelaan, yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik mengikuti / menjalani pelayanan / yang diperlukan baginya. 3. Asas keterbukaan, yaitu asas yang menghendaki agar peserta didiknya bersifat terbuka dan tidak berpura-pura. 4. Asas kegiatan, yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik berpartisipasi secara aktif didalam penyelengaraan kegiatan bimbingan. 5. Asas kekinian, ialah permasalahan peserta didik (murid) dalam kondisinya sekarang. Selain dari kelima asas-asas di atas tadi masih ada asas-asas yang lain yaitu asas keahlian, asas kemandirian, asas kedinamisan, asas keterpaduan, asas keharmonisan, dan asas alih tangan kasus. Begitu pentingnya asas-asas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu merupakan jiwa dan nafas dari seluruh proses kegiatan
  • 4. 4 pelayanan BK. Apabila asas-asas tersebut tidak dilakukan dengan baik maka pelayanan BK akan tersendat-sendat atau bahkan terhenti. Adapun asas-asas Bimbingan dan Konseling yang Berhubungan dengan Siswa diantaranya adalah : a. Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan Tiap-tiap siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda baik jasmaniah (fisik) maupun rohaniah (psikis). Tingkah laku individu pada umumnya dalam rangka memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhan tidak tercapai, akan menimbulkan kecemasan dan kekecewaan, sehingga pada akhirnya menimbulkan perilaku menyimpang. Guru BK di sekolah dan di madrasah harus bisa memahami berbagai kebutuhan siswa, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa terutama kebutuhan psikis seperti memperoleh kasih sayang, memperoleh rasa aman, kebutuhan untuk sukses dalam belajar, memperoleh harga diri, kebutuhan untuk diakui dan diterima oleh kelompok, kebutuhan untuk melakukan eksistensi diri dan lain-lain. b. Ada perbedaan diantara siswa (asas perbedaan siswa) Dalam Teori Individualitas ditegaskan bahwa tiap-tiap individu berbeda. Demikian halnya siswa sebagai individu jelas mempunyai perbedaan. Tiap-tiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda baik fisik maupun psikisnya. Setiap siswa berbeda dalam hal kemampuan, bakat, minat, kebutuhan, cita-cita, sikap atau pandangan hidup, dan ciri-ciri pribadi lainnya. Perbedaan-perbedaan siswa tersebut harus mendapatkan perhatian lebih spesifik dari pembimbing atau konselor di sekolah dan di madrasah sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan karakterisktik pribadinya masing-masing. c. Tiap-tiap individu (siswa) ingin menjadi dirinya sendiri Relevan dengan asas perbedaan individu diatas, tiap-tiap individu ingin menjadi dirinya sendiri sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik pribadinya masing- masing. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah harus dapat menghantarkan siswa berkembang menjadi dirinya sendiri. Guru pembimbing atau konselor di sekolah dan madrasah tidak boleh mengarahkan perkembangan siswa ke
  • 5. 5 arah yang pembimbing atau konselor inginkan. Dalam kaitan dengan peran siswa di tengah masyarakat kelak, pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan agar siswa menjadi “baik“ menurut ukuran masyarakat tanpa kehilangan kepribadiannya sendiri. d. Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai dorongan untuk menjadi matang Dalam tiap-tiap tahapan perkembangannya, setiap siswa mempunyai dorongan ynag kuat untuk menjadi matang, produktif dan berdiri sendiri (mandiri). Kematangan yang dimaksud disini adalah kematangan kejiwaan, emosi, dan social. Pelayanan bimbingan dan konseling kepada para siswa disekolah dan madrasah harus berorientasi kepada kematangan di atas sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan kecendrungan-kecendrungannya. e. Tiap-tiap individu mempunyai masalah dan mempunyai dorongan untuk menyelesaikannya. Tidak ada individu (siswa) yang tidak memiliki masalah. Mungkin tidak ada pula individu tidak ingin masalahnya terselesaikan. Apalagi individu (siswa) yang sedang dalam proses perkembangan, pasti memiliki masalah. Yang berbeda adalaha kompleksilitas masalah yang dialami oleh tiap-tiap siswa; artinya ada siswa yang mengalami masalah kompleks da nada yang kurang kompleks. Pada dasarnya setiap individu (siswa) mempunyai dorongan-dorongan untuk memecahkan masalahnya, namun karena keterbatasannya adakalanya siswa tidak selalu berhasil. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah harus diarahkan dalam rangka membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hidupnya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan-dorongan yang ada pada setiap siswa. Adapun asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan praktik atau pekerjaan bimbingan. Menurut Arifin dan Ety Kartikawati (1995) dan Prayitno dan Erman Amti (1999) asas-asas yang berkenaan dengan praktik dan pekerjaan bimbingan dan konseling adalah: a. Asas Kerahasiaan
  • 6. 6 Adakalanya pelayanan bimbingan dan konseling berkenaan dengan individu atau siswa yang bermasalah. Masalah biasanya suatu yang harus dirahasiakan. Adakalanya dalam proses konseling siswa enggan berbicara karena merasa khawatir apabila rahasianya diketahui orang lain termasuk konselornya. Apalagi apabila konselornya tidak dapat menjaga rahasia kliennya. Apa pun yang menjadi sifatnya rahasi yang disampaikan klien kepada konselor, tidak boleh diceritakan kepada orang lain meskipun kepada koleganya. Dalam konseling, asas ini merupakan asa kunci karena apabila asas ini dipegang teguh, konselor akan mendapat kepercayaan dari klien sehingga mereka akan memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling sebaik-baiknya. Sebaliknya jika asas ini tidak dipegang teguh, konselor akan kehilangan kepercayaan dari klien (siswa) sehingga siswa akan enggan memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling karena merasa takut masalah dan dirinya menjadi bahan gunjingan. b. Asas Kesukarelaan Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan baik dari pihak pembimbing (konselor) maupun dari pihak klien (siswa). Klien diharapkan secara sukarela, tanpa terpaksa dan tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan semua fakta data dan segala sesuatu yang berkenaan dengan masalah yang dihadapinya kepada konselor. Sebaliknya konselor atau pembimbing yang memberikan bimbingan juga hendaknya jangan karena terpaksa. Dengan kata lain pembimbing atua konselor harus memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara ikhlas. Dalam asas ini, bukan bearrti konselor tidak boleh menerima jasa dari pelayanan bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesi, oleh sebab itu, pembimbing atau konselor tidak dilarang untuk menerima gaji atau upah tetapi hendaknya gaji atau upah tidak menjadi tujuan. Pembimbing atau konselor tidak memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara terpaksa. Asas ini sangat relevan dengan ajaran islam berkenaan dengan ikslas. Siswa harus ikhlas (tidak terpaksa) untuk mengikuti bimbingan dan konseling, dan pembimbing pun harus ikhlas memberikan bimbingan dan konseling.
  • 7. 7 c. Asas Keterbukaan Dalam proses bimbingan dan konseling sangat diperlukannya suasana keterbukaan baik dari pihak konselor maupun konseli (siswa). Asas ini tidak kontradiktif dengan asas kerahasiaan karena keterbukaan yang dimaksud menyangkut kesediaan menrima saran-saran dari luar dan kesediaan membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Siswa yang dibimbing diharapkan dapat berbicara secara jujur dan berterus terang dirinya sehingga penelaahan dan pengkajian tentang kekuatan dan kelemahannya diketahui. Siswa diharapkan dapat membuka diri sendiri sehingga apa yang ada pada dirinya (masalah yang dihadapinya) dapat diketahui oleh konselor atau pembimbingnya. Selain itu, siswapun harus secara terbuka menerima saran-saran dan masukan dari pihak lain. Konselorpun harus terbuka dengan bersedia menjawab berbagai pertanyaan dari klien dan mengungkapkan diri konselor sendiri apabila hal tersebut dikehendaki oleh klien. Tegasnya, dalam proses bimbingan dan konseling masing—masing pihak harus terbuka (transparan) terhadap pihak lainnya. d. Asas Kekinian Pelayanan bimbingan dan konseling harus berorientasi kapada masalah ynag sedang dirasakan klien (siswa) saat ini. Artinya masalah-masalah yang ditanggulangi dalam proses bimbingan dan konseling adalah masalah-masalah yang sedang dirasakan oleh siswa; bukan masalah yang sudah lampau dan juga bukan masalah yang mungkin akan dialami di masa yang akan datang. Masalah yang dirasakan oleh siswa mungkin terkait dengan masa lalu dan akan datang.dalam penaggulangan masalah siswa, masa lalu dan akan datang menjadi latar belakang masalah. Asas kekinian juga mengandung mkana bahwa pembimbing atau konselor tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan. Apabila klien meminta bantuan atau fakta menunjukan ada siswa yang perlu bantuan (mengalami masalah), maka konselor hendaklah segera memberikan bantuan. Seyogianya konselor tiidak menunda-nunda memberikan bantuan kepada klien (siswa). Konselor hendaklah lebih mementingkan kepentingan klien dripada yang lainnya.
  • 8. 8 e. Asas Kemandirian Kemandirian merupakan salah satu tujuan pelayanan bimbingan dan konseling. Siswa yang telah dibimbing hendaklah bisa mandiri tidak bergantung kepada orang lain dan kepada konselor. Ciri-ciri kemandirian pada siswa yang telah dibimbing adalah : 1. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya. 2. Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis. 3. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri. 4. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu. 5. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan- kemampuan yang dimilikinya. Menentukan kemandirian dengan ciri-ciri di atas harus sisesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Kemandirian murid Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah jangan diukur dengan kemandirian siswa SMP dan Mts dan seterusnya. f. Asas Kegiatan Pelayanan bimbingan dan konseling tidak akan memberikan hasi yang berarti apabila klien (siswa) tidak melakukan sendiri kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha yang menjadi tujuan bimbingan dan konseling tidak akan tercpai dengan sendirinya, melainkan harus dicapai dengan kerja giat dari klien (siswa) sendiri. Guru pembimbing atau konselor harus dapat membangkitkan semangat klien sehingga ia mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam proses konseling. Asas ini juga bermakna bahwa masalah klien tidak akan terpecahkan apabila siswa tidak melakukan kegiatan seperti yang dibicarakan dalam konseling. g. Asas Kedinamisan Usaha bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada individu (siswa) yang dibimbing, yaitu perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Perubahan yang terjadi tak sekadar mengulang-ulang hal yang lama yang bersifat monoton,
  • 9. 9 melainkan perubahan yang lebih maju dan dinamis sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki. h. Asas Keterpaduan Individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang apabila keadaannya tidak seimbang, tidak serasi dan tidak terpadu,justru akan menimbulkan masalah. Oleh sebab itu, usaha bimbingan dan konseling hendaklah memadukan berbagai aspek kepribadian klien. Selain keterpaduan pada diri klien, juga harus terpadu dalsm isi dan proses layanan yang diberikan. Tidak boleh aspek layanan yang satu tidak serasi apalagi bertentangan dengan aspek yang lainnya. Asas keterpaduan juga menuntut konselor memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan aspek-spek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk mengenai masalh klien. Semua aspek di atas dipadukan secara serasi dan sinergi dalam upaya bimbingan dan konseling. i. Asas Kenormatifan Usaha bimbingan dan konseling (proses bimbingan dan konseling) tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku; baik norma agama, adat , hukum atau negara, norma ilmu, maupun norma kebiasaan sehari-hari. Seluruh isi dan proses konseling harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Demikian pula produser, teknik dan peralatan (instrumen) yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang berlaku. j. Asas Keahlian Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus dididik untuk pekerjaan tersebut. Dengan perkataan lain, pelayanan bimbingan dan konseling harus dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian (memiliki pengetahuan dan keterampilan) tentang bimbingan dan konseling. Asas keahlian juga mengacu kepada kualifikasi konselor seperti pendidikan dan penglaman. Selain itu, seorang konselor juga harus mengeathui dan memahami secara baik teori-teori dan praktik bimbingan dan konseling.
  • 10. 10 k. Asas Alih Tangan (Referal) Konselor (pembimbing) sebagai manusia, di atas kelebihannya tetap memiliki keterbatasan kemampuan. Tidak semua masalah yang dihadapiklien berada dalam kemampuan konselor (pembimbing) untuk memecahkannya. Apabila konselor telah mengerahkan segenap tenaga dan kemampuannya untuk memecahkan masalah klien, tetapi belum berhasil, maka konselor yang bersangkutan harus memindahkan tanggungjawab pemberian bimbingan dan konseling kepada pembimbing atau konselor lain atau kepada orang lain yang lebih mengetahui. Dengan perkatan lain, apabila konselor telah mengerahkan segenap kemampuan untuk membantu klien (siswa), tetapi siswa yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat mengirim siswa yang bersangkutan kepada peugas atau badan lain yang lebih ahli. Asas ini juga bermakna bahwa konselor dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling jangan melebihi batas kewenangannya. Atau pelayanan bimbingan dan konseling hanya menangani masalah-masalah individu (siswa) sesuai yang bersangkutan. Misalnya individu yang stres berat (gila) tidak lagi menjadi kewenangan konselor sekoah dan madrasah melainkan kewenangan psikiater. Pembimbing atau konselor tidak boleh melaksanakan tugas melebihi batas kewenangannya. l. Asas Tut Wuri Handayani Asas ini menunjukan pada suasana umum ynag hendak tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing (konselor) dengan yang dibimbing (siswa). Terlebih lagi di lingkungan sekolah atau madrasah, asas ini makin dirasakan manfaatnya bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sungtulodo, ing madyo dmangun karso. D. Pendekatan Strategi Bimbingan Dan Konseling 1. Pendekatan krisis Dalam pendekatan ini, guru menunggu munculnya suatu krisis, baru kemudian dia bertindak membantu muid yang menghadapi krisis itu. Strategi yang digunakan
  • 11. 11 dalam pedekatan ini adalah teknik-teknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis itu. Contoh: seorang murid datang mengadu kepada guru sambil menangis karena didorong temannya sehingga tersungkur ke lantai. Guru yang menggunakan pendekatan krisis akan meminta murid tersebut untuk membicarakan penyelesaian masalahnya dengan teman yang mendorongnya ke lantai. Bahkan mungkin guru tersebut memanggil teman murid tersebut untuk datang ke ruang guru untuk membicarakan penyelesaian masalah tersebut sampai tuntas. 2. Pendekatan remedial Dalam pendekatan ini, guru akan memfokuskan bantuannya pada upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan murid yang tampak. Tujuan bantuan dari pendekatan ini ialah menghindarkan dari krisis yang mungkin terjadi. Strategi yang digunakan, seperti mengajarkan kepada murid keterampilan belajar (membaca, merangkum, menyimak dll) keterampilan sosial dan sejenisnya yang belum dimiliki murid sebelumnya. Dalam contoh kasus diatas, dengan menggunakan pendekatan remedial guru dapat mengambil tindakan mengajarkan keterampilan berdamai. 3. Pendekatan preventif Dalam pendekatan ini guru mencoba mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu. Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, berkelahi, kenakalan, merokok, dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada murid secara umum. Model preventif ini didasarkan pada pemikiran bahwa jika guru dapat mendidik murid untuk menyadari bahaya dari berbagai kegiatan yang menguasai metode untuk menghindari terjadinya masalah itu, maka guru akan dapat mencegah murid dari perbuatan-perbuatan yang membahayakan itu. Strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan ini termasuk mengajar dan memberikan informasi. Dalam contoh kasus diatas, jika guru menggunakan pendekatan ini dia akan mengajari murid-muridnya secara klasikal untuk bersikap
  • 12. 12 toleran dan memahami orang lain sehingga dapat mencegah munculnya perilaku agresif, tanpa menunggu munculnya krisis terlebih dahulu. 4. Pendekatan perkembangan Pendekatan ini merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan lebih proaktif dibandingkan dengan ketiga pendekatan sebelumnya. Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan disekolah dan di dalam kehidupan secara lebih luas di masyarakat. Pendekatan perkembangan ini dipandang sebagai pendekatan yang tepat digunakan dalam tatanan pendidikan sekolah karena pendekatan ini memberikan perhatian pada tahap-tahap perkembangan murid, kebutuhan dan minat, serta membantu murid mempelajari keterampilan hidup (Robert Myrick, 1989). Strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan ini seperti mengajar, tukar informasi, bermain peran, melatih, tutorial, dan konseling. Dalam contoh diatas, jika guru menggunakan pendekatan perkembangan, guru tersebut sebaiknya menangani murid tadi sejak tahun-tahun pertama masuk sekolah mengajar dan mmenyediakan pengalaman belajar bagi murid itu yang dapat mengembangkan keterampilan hubungan antarpribadiyang diperlukan untuk melakukan interaksi yang efektif dengan orang lain. Oleh karena itu, dalam pendekatan perkembangan, keterampilan dan pengalaman belajar yang menjadi kebutuhan murid akan dirumuskan kedalam suatu kurikulum bimbingan atau dirumuskan sebagai layanan dasar umum. Ada pola umum dalam proses perkembangan murid. Oleh karena itu, perkembangan berlangsung dalam tata urutan tertentu. Tugas perkembngan diartikan sebagai perangkat perilaku yang harus dikuasai murid dalam periode kehidupan tertentu, dimana keberhasilan menguasai perangkat perilaku dalam periode berikutnya; sedangkan kegagalan munguasai perangkat perilaku dalam periode kehidupan sebelumnya akan membawa murid kedalam kekecewaan, penolakan masyarakat, dan kesulitan didalam menguasai perangkat perilaku pada proses kehidupan berikutnya.
  • 13. 13 Dalam suatu lingkungan perkembangan akan mengandung unsur-unsur berikut : 1. Unsur peluang. Unsur ini berkaitan dengan topik yang disajikan yang memungkinkan murid mempelajari perilaku perilaku baru. 2. Unsur pendukung. Unsur ini berkaitan dengan proses pengembangan interaksi yang dapat menumbuhkan kemampuan murid untuk mempelajari perilaku baru baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. 3. Unsur penghargaan. Esensi unsur ini terletak pada penelitian dan pemberian balikan yang dapat memperkuat pembentukan perilaku baru.