Dokumen tersebut membahas doktrin Kristen mengenai kehidupan setelah kematian, yaitu kebangkitan, penghakiman akhir, kedatangan Kristus yang kedua, surga dan neraka. Doktrin ini menjadi perhatian para nabi pada zaman Perjanjian Lama hingga para rasul di zaman Baru.
4. “Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-
Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan
menyesatkan banyak orang. Kamu akan mendengar deru
perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-
awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus
terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan
bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan.
Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat.
Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan
menjelang zaman baru.” Bertambahnya mesias-mesias
palsu, bertambahnya peperangan, bertambahnya
kelaparan, penyakit dan bencana-bencana alam – semua ini
adalah “tanda-tanda” akhir zaman (Matius 24, 5-8).
5. Both the isolation of despair and its accompanying
totalization of evil and failure are destructive illusions.
Despair lacks all sense of proportion. It thrives on
depression’s exaggerated imagination of
suffering, guilt, failure or disgrace. In this depressive
state, we might feel taht we are nothing, but a sum of
negativities.
When despair isolates the depressed and exaggerates
their problems, it encloses them in the illusion of
hopelessly unreal expectations. These have led to a
doomed attempt to measure oneself, others and the
larger world against undreachable ideals of perfection.
6. Inevitably, then, despair inhabits a world of endless
frustation.... There is no room for patience. If I try to
dispense with the long haul, if I reject the need to take
time – whatever time it takes – to achieve the goal, then
failure is inevitable. To demand some instant outcome is to
become locked in unreal time. Energy is first frustated and
then exhausted.
Yet there is a further aspect of depressive despair. The
depressed have been deflected from reality. Problem totally
determine their world. Isolation is an englobing
experience. Life has become a complete disappointement.
In such a state, I can stop wanting anything. Desire dies in
the heart. Love for anyone or anyting presents too being a
hreat. It will make vulnerable to further grief and
frustation. It is better not to want anything so as to avoid a
further letdown.
Anthony Kelly, CSsR, Eschatology and Hope
(Maryknoll, NY: Orbis Books, 2006), 8-11.
7. Both apocalyptic and prophecy are addressed to a situation
where there is a contrast, if not contradiction, between a
theological or faith affirmation and the historical reality
(Rowland, The Open Heaven, 9; D.
Mathewson, “Revelation”, 210; Jerome D’Souza, The Book of
Revelation, 23).
Apocalyptic is essentially resistance literature; it was
written to address a crisis in the lives of the believers. It
presents a vision of divine intervention that will bring to an
end the anguish of believers and usher in the kingdom of
God. Alexander A. Di Lella, OFM, Daniel A Book for
Troubling Times (Hyde Park, NY: New City Press, 1997), 11-
2.
8. Bidang dari doktrin Kristiani yang perhatiannya arah
kehidupan manusia dan dunia. Doktrin ini berfokus
pada kehidupan jiwa, kebangkitan badan, dan
penghakiman terakhir, kedatangan Kristus dan langit
dan bumi baru, api pencucian, surga, dan neraka.
9. Awalnya perhatian pada diri mereka sebagai bangsa
dan peran mereka dalam pertumbungan bangsa
mereka.
Mazmur 88 mengenai gambaran Sheol.
Abad 2, berlangsung penganiyaan oleh rezim
Antiokhus Epiphanes yang memaksa umat Yahudi
untuk memeluk simbol dan nilai Yunani.
Daniel 12, 2 sebagai referensi pertama yang
meyakinkan mengenai kebangkitan.
10. Lebih detil, melimpah, dan kadang-kadang berkonflik
satu terhadap yang lain.
1 Tes 4, 17: “sesudah itu, kita yang hidup, yang masih
tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka
dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa.
Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama
dengan Tuhan.”
2 Tes 1, 7-10, “dan untuk memberikan kelegaan kepada
kamu yang ditindas, dan juga kepada kami, pada
waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-
Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-
Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-
nyala...”
11. 2 Kor 5, 2, “Selama kita di dalam kemah ini, kita
mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat
kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang
sekarang ini.”
Rom 8, 21, “Tetapi dalam pengharapan, karena
makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari
perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam
kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.”
Markus 9, 1. 43-5; 12, 18-27; 13, 10; 13, 32.
Matius 24, 29-31. 31-46; 7-13-4; 8, 11-2.
Lukas 16, 19-31 mengenai kisah Lazarus
Yohanes 11, 26, “Dan setiap orang yang hidup dan yang
percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.
Percayakah engkau akan hal ini?”
12. Yohanes 20, 2-3. 5. 9-10. 12-15.
Yohanes 21, 1-2, “Lalu aku melihat langit yang baru dan
bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi
yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.
Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang
baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias
bagaikan pengantin perempuan yang berdandan
untuk suaminya.”
13. Agustinus, “Periode api pencucian setelah kematian
sungguh dipengaruh doa-doa mereka yang hidup yang
berdoa kepadanya untuk masuk ke dalam kebahagiaan
abadi. Hukuman itu lebih intensif daripada
penderitaan-penderitaan yang oran gitu pernah
mengalaminya di bumi. Meskipun meninggal sebagai
sahabat-sahabat Allah, mereka masih harus membayar
perilaku dosa mereka di bumi. Setelah pengadilan
terakhir, semua hukuman itu selesai.
Lih. William J. La Due, The Trinity Guide to
Eschatology (New York, NY: Continuum, 2004).
14. Para nabi palsu kontemporer mengeksploitasi krisis
dalam masyarakat dengan iming-iming kepastian akan
masa depan mereka setelah kehidupan di dunia.
Mereka mendekatkan secara paksa teks-teks Kitab
Suci yang berbicara mengenai kehidupan setelah di
dunia ini untuk mengelabuhi pendengarnya bahwa
saat akhir telah tiba.
Mereka penjual kiamat.
Nabi-nabi sejati kontemporer bukan penjual
kiamat, tetapi penyampai harapan di tengah krisis
dalam masyarakat dunia.