PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
JUDUL
1. Materi Inti I
Pencegahan Infeksi pada Persalinan
dan Bayi Baru Lahir
Cut Nurul Hayati, S.Tr. Keb, Bdn.
dr. Gebina Wahyu Ardina
Ns. Yuri Rorita, S. Kep
3. Deskripsi Singkat
Secara Global hasil penelitian
menunjukan bahwa cuci tangan
dapat menurunkan kejadian
infeksi di fasilitas kesehatan
sebesar 30%.
4. Penyebab terbanyak kematian
ibu dan neonatal di Indonesia
salah satunya adalah karena
infeksi dan sepsis.
Langkah - langkah untuk menurunkan
infeksi di fasilitas kesehatan yang tepat dan
praktis salah satunya menjaga
Kebersihan Tangan
5. MENGAPA KEBERSIHAN
TANGAN PENTING ?
• Tangan merupakan media
transmisi kuman patogen
tersering di Pelayanan Kesehatan
• Memindahkan mikroorganisme/
kuman dari satu pasien ke pasien
lain, dari permukaan lingkungan
ke pasien
7. 1. Metode mencuci tangan
Metode mencuci tangan ada tiga macam
yaitu :
cuci tangan menggunakan air dan sabun
(Hand Wash)
cuci tangan menggunakan alkohol
(handrub)
cuci tangan prosedural.
8. Handwash :
• Apabila tangan terlihat kotor
• jika terkena benda yang diduga
terpapar MO atau
• setelah dari kamar kecil
• sebelum tindakan invasif
• Waktu 40 – 60 detik
kapan kita mencuci tangan hand
wash dan handrub ????
Handrub :
• Apabila tangan yang tidak
tampak kotor
• Waktu 20 -30 detik
Prosedural
• Tindakan
pembedahan
19. 2. Alat Pelindung Diri (APD)
Tujuan Pemakaian APD :
Melindungi kulit dan membran mukosa dari resiko
pajanan darah, cairan tubuh, sekret dari pasien ke
petugas dan sebaliknya.
Indikasi Pemakaian APD :
Jika melakukan tidakan yang memungkinkan tubuh
atau membran mukosa terkena atau terpecik
darah/cairan tubuh pasien.
20. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri
Sarung tangan
Topi pelindung
Apron
Sepatu Boots
Masker Kacamata pelindung
28. B. Penerimaan Bayi Baru Lahir dengan
Memperhatikan Kebersihan Lingkungan
Perawatan
Standar Prosedur Penerimaan Bayi
a) Persiapan Alat dan Bahan :
• Sarung tangan
• Masker
• Lap handuk kecil
• Larutan desinfektan
• Bak tempat handuk kotor
• Satu set perlengkapan bayi
29. B. Penerimaan Bayi Baru Lahir dengan
Memperhatikan Kebersihan Lingkungan
Perawatan
• Meja tindakan/infant warmer/inkubator/Boks bayi, dll.
• Alat pemeriksaan fisik
30. b) Penerimaan bayi
• Membersihkan alat-alat yang ada di lingkungan (ruang
persalinan/ruang perawatan
• Mencuci tangan sesuai prosedur dan memakai sarung
tangan yang baru.
• Melakukan permbersihan (lap) dengan prinsip dari area
bersih ke area kotor.
• Menyiapkan timbangan bayi yang sudah dibersihkan
dan memberi alas
31. Lanjutan……
• Menyiapkan meja tindakan atau infant warmer yang
telah dibersihkan
• Membuka sarung tangan dan membuangnya pada
tempat sampah infeksius dan mencuci tangan sesuai
prosedur
• Mendapatkan informasi yang lengkap terkait kondisi ibu
dan bayi baru lahir
33. ✔ Merupakan bagian dari Pencegahan
Infeksi
✔Terdapat 4 langkah pemrosesan alat:
1. Dekontaminasi
2. Pencucian
3. Desinfeksi Tingkat Tinggi
4. Penyimpanan
Pengolahan Alat yang Dipakai Ulang
34. Langkah Dekontaminasi
Segera sesudah
dipakai, taruhlah
alat dalam ember
atau panci plastik
berisi larutan
klorin/kaporit/
pemutih pakaian
0,5%.
Rendamlah
alat selama 10
menit.
Angkat alat
dari larutan
perendam
dengan
menggunakan
sarung
tangan.
Bilaslah alat
dengan air
dan keringkan
segera.
•Gantilah larutan perendam setiap pagi hari, atau kapan saja bila
larutan sangat terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh
lainnya, atau bila cairan menjadi keruh
Gunakan APD yang sesuai
35. catatan
• Jangan biarkan alat terendam lebih dari 10 menit karena
dapat merusak alat atau barang lainnya.
• Selalu gunakan sarung tangan pelindung setiap kali
mengangkat alat dari larutan klorin
36. idealnya alat resusitasi
digunakan hanya sekali.
karena keterbatasan lalu
dekontaminasi level tinggi,
disinfeksi dan sterilisasi dari
instrumen yang sebelumnya
Sterilisasi plasma sterilizer,
ethilen oxide, autoclave, dry
heat (oven), sterilisasi kimia
atau radiasi
Lingkungan Resusitasi…
37. matress tahan air digunakan saat bayi
dibersihkan setelah resusitasi dengan:
• Resiko rendah dari transmisi atau
infeksi gunakan deterjen
• Resiko tinggi transmisi dari infeksi
deterjen dan disinfeksi di kontaminasi
dengan organisme multi resisten
• Troli resusitasi dan lainnya yang tidak
dihubungkan secara langsung pada bayi
(monitor pulse oxymeter, pompa
infusi) dibersihkan setiap saat
digunakan dengan deterjen
Lingkungan Resusitasi…
39. Pencucian
• Tujuan Pencucian adalah untuk menghilangkan darah,
cairan tubuh lain, jaringan dan kotoran yang menempel
pada alat dan bahan habis pakai, mengurangi jumlah
kuman serta membuat sterilisasi atau DTT menjadi efektif.
40. Langkah Pencucian
Gunakan sarung
tangan berbahan karet
(sarung tangan rumah
tangga) bila alat
terkena banyak darah
atau cairan ketuban,
gunakan juga masker
dan pelindung mata
Gunakan sikat
yang lembut,
sabun, dan air.
Sikatlah
alat/barang
dengan baik
sambil
memegangnya di
dalam air (jangan
mencoba
menyiramkan air).
Bilaslah
dengan air
bersih secara
baik untuk
menghilangkan
semua sabun
Sikatlah bagian-bagian
celah dan sambungan
di mana darah dan
jaringan melekat
41. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
• Tujuan DTT adalah untuk membunuh kuman.
• DTT dapat digunakan untuk alat atau barang yang akan
kontak dengan kulit maupun mukosa membran yang tidak
utuh.
• Bila sterilisasi tidak tersedia, DTT merupakan satu-
satunya pilihan.
• DTT dapat dilakukan dengan merebus, mengukus, atau
secara kimiawi.
• Jenis DTT:
1. Merebus
2. Mengukus
3. Kimiawi
42. Langkah DTT Perebusan (1)
Pisahkan/buka
bagian-bagian
peralatan
Taruhlah semua
alat atau barang
lain dalam bak
untuk merebus
Tutup dan
rebus, tunggu
hingga mendidih
selama 20 menit
Semua barang harus terendam
dalam air. Permukaan air berada
2,5 cm di atas alat.
43. Langkah DTT Perebusan (2)
• Angkatlah barang/alat dari bak dengan korentang atau
tang pengambil yang telah di desinfeksi.
• Letakkan alat atau barang dalam bak yang telah di
desinfeksi tingkat tinggi.
• Keringkan dalam udara sebelum memakai atau
menyimpan
44. Langkah-langkah DTT: Pengukusan
• Taruh air di dasar panci penguap (dandang), sampai 2/3
panci penguap.
• Taruh rak berlubang di atas permukaan air.
• Letakkan semua barang dalam panci kukusan yang
berlubang (pisahkan semua bagian tabung resusitasi dan
alat lain yang memiliki sambungan) dan tutuplah panci.
45. DTT Pengukusan
Taruh air di
dasar panci
penguap
(dandang),
sampai 2/3
panci penguap,
taruh rak
berlubang di
atas
permukaan air
Letakkan semua
barang dalam
panci kukusan
yang berlubang
(pisahkan semua
bagian tabung
resusitasi dan alat
lain yang memiliki
sambungan) dan
tutuplah panci
Kukus
selama 20
menit.
Hitung
waktu
setelah air
mendidih
Ambil
alat/barang
dari panci
dengan
korentang
DTT.
Letakkan
alat/barang
dalam bak
yang telah
desinfeksi
Keringkan
alat/barang
di udara
terbuka.
46. • Panaskan air sampai mendidih.
• Biarkan mendidih selama 20 menit. Hitung waktu
setelah air mendidih
• Jangan menambahkan peralatan lain selama
proses pengukusan
• Ambil alat/barang dari panci dengan korentang
DTT.
• Letakkan alat/barang dalam bak yang telah
desinfeksi.
• Keringkan alat/barang di udara terbuka.
• Bila telah kering gunakan atau simpan alat
tersebut.
47. Langkah-langkah DTT: Kimiawi
Cara DTT kimiawi.
• Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah
didekontaminasi dan cuci bilas).
• Pastikan bahwa peralatan terendam seluruhnya dalam
larutan kimia.
• Rendam peralatan selama 20 menit.
• Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan
sampai kering.
• Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau
disimpan dalam wadah DTT yang berpenutup.
48. Penyimpanan
• Rangkai kembali seluruh bagian alat resusitasi. Gunakan sarung
tangan steril pada saat merangkai alat.
• Selalu simpan alat di dalam tromol atau bak instrumen dalam
keadaan kering.
• Jagalah agar tempat penyimpanan bersih, kering dan bebas debu.
• Jangan gunakan kotak karton karena dapat berdebu, dan
berserangga.
• Bak instrumen atau tromol disimpan:
• 20 – 25 cm dari atas lantai
• 45 – 50 cm dari atap/langit-langit
• 15 – 20 cm dari dinding luar
• Beri tanggal dan susun bahan habis pakai (masuk dulu - keluar dulu).
• Batas waktu penyimpanan alat adalah 2 minggu.
• Setelah lebih dari 2 minggu alat tidak dipakai, lakukan proses DTT
ulang.
• Seluruh alat selalu dalam kondisi steril dan siap pakai.
49. Pengolahan linen
• Darah dan duh tubuh merupakan sumber infeksi
utama bagi petugas kesehatan. Maka setiap
kontak/potensi kontak dengan darah dan duh
tubuh harus digunakan APD.
• APD dalam mengelola linen dengan potensi
sumber infeksi meliputi: sarung tangan, gown,
apron, masker dan pelindung mata (goggle)
• Petugas berisiko terpapar infeksi hendaknya
menggunakan pakaian yang hanya khusus
digunakan di ruangan bersangkutan.
50. Prinsip Umum
• Gunakan APD saat menangani linen terkontaminasi
• Lipat dan gulung linen sehingga bagian yang paling
kotor berada di sisi dalam lipatan
• Jangan mengibaskan pakaian atau linen kotor
• Sediakan wadah yang sesuai untuk memindahkan
linen kotor – ember yang tidak bocor dan bertutup
• Jangan menyentuh bagian dalam dari wadah
pembuangan tanpa perlindungan yang sempurna
• Barang yang bisa dipakai ulang hanya boleh
digunakan setelah melewati proses pengolahan alat
pakai ulang dengan baik
51. Mengelola spills (tumpahan)
• Gunakan sarung tangan bersih
• Usap dari arah luar (paling bersih) ke arah dalam
(paling kotor)
• Jangan memungut kaca, sekalipun
menggunakan sarung tangan
• Buang sarung tangan dan perlengkapan
pembersihan (lap sekali pakai)
52. Prinsip kewaspadaan standar
• Terdapat SPO penatalaksanaan linen 🡪 Prosedur
penanganan, pengangkutan dan distribusi linen harus
jelas, aman, dan memenuhi kebutuhan pelayanan
• Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD
(sarung tangan rumah tangga, gaun, apron, masker, dan
sepatu tertutup)
• Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen
terkontaminasi cairan tubuh, pemisahan dilakukan sejak
dari lokasi penggunaannya oleh perawat atau petugas
53. • Linen kotor segera dibungkus/dimasukkan ke dalam
kantong kuning di lokasi penggunaannya dan tidak boleh
disortir atau dicuci di lokasi dimana linen dipakai
• Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan
tubuh lainnya harus dibungkus, dimasukkan kantong
kuning dan diangkut/ditransportasikan secara berhati-hati
agar tidak terjadi kebocoran
54. • Buang terlebih dahulu kotoran seperti faeces ke
washer bedpan, spoelhook atau toilet dan segera
tempatkan linen terkontaminasi ke dalam kantong
kuning/infeksius. Pengangkutan dengan troli
yang terpisah, untuk linen kotor atau
terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantong
kuning. Pastikan kantong tidak bocor dan lepas
ikatan selama transportasi. Kantong tidak perlu
ganda
• Pastikan alur linen kotor dan linen terkontaminasi
sampai di laundry TERPISAH dengan linen yang
sudah bersih
55. • Cuci dan keringkan linen di ruang laundry. Linen
terkontaminasi seyogyanya langsung masuk
mesin cuci yang segera diberi disinfektan
• Untuk menghilangkan cairan tubuh yang
infeksius pada linen dilakukan melalui 2 tahap
yaitu menggunakan deterjen dan selanjutnya
dengan Natrium hipoklorit (Klorin) 0,5%. Apabila
dilakukan perendaman maka harus diletakkan di
wadah tertutup agar tidak menyebabkan toksik
bagi petugas
56. Pengolahan Bahan Habis Pakai
• Letakkan benda-benda tajam di atas baki steril atau disinfeksi tingkat tinggi
atau dengan menggunakan “daerah aman” yang sudah ditentukan (daerah
khusus untuk meletakkan dan mengambil peralatan tajam).
• Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara
tak sengaja.
• Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan pernah
meraba ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan.
• Jangan menutup kembali, melengkungkan, mematahkan, atau melepaskan
jarum yang akan dibuang
57. • Buang benda-benda tajam dalam wadah
tahan bocor dan segel dengan perekat jika
sudah dua per tiga penuh. Jangan
memindahkan benda-benda tajam tersebut
ke wadah lain. Wadah benda tajam yang
sudah disegel tadi harus dibakar di dalam
insinerator.
• Jika benda-benda tajam tidak bisa dibuang
secara aman dengan cara insinerasi, bilas
tiga kali dengan larutan klorin 0,5%
(dekontaminasi), tutup kembali
menggunakan teknik satu tangan dan
kemudian dikubur.
58. Pengolahan Jaringan
• Seluruh petugas atau karyawan harus mengetahui
tentang penatalaksanaan patogen yang
berhubungan dengan darah, cairan, atau duh tubuh.
• Khusus untuk limbah infeksius dimasukkan ke dalam
kantong plastik khusus yang berlabel sampah
infeksius
• kantong plastik tersebut diambil paling sedikit satu
hari sekali atau bila sudah mencapai tiga perempat
penuh. Kemudian diikat kuat sebelum diangkut dan
ditampung sementara di bak sampah klinis. Bak
sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat
bila mencapai tiga perempat penuh atau sebelum
jadwal pengumpulan sampah yang nantinya akan
dimusnahkan dengan insinerator.
59. • THE CAPACITY TO LEARN IS A GIFT
THE ABILITY TO LEARN IS A SKILL
THE WILLINGNESS TO LEARN IS A CHOICE
60. 4. PENCEGAHAN INFEKSI PADA PEMASANGAN
JALUR INFUS DAN TERAPI INTRAVENA
dr. Gebina Wahyu Ardina
61. Standar Prosedur Pemasangan
Infus (dewasa)
1. Persiapan Alat
2. Tahap pra Interaksi
3. Tahap Orientasi
4. Prosedur Pemasangan Infus
5. Tahap terminasi
62. • Larutan sesuai kebutuhan
• Jarum/pungsi vena yang terdiri dari keteter plastic, surflo,
venflon, abocath dengan ukuran sebagai berikut:
• Dewasa = 18, 20, 22
• Set infus dengan ukuran:
• Dewasa = makrodrip
• Kapas Alcohol 70%
• Torniquet
• Plester/hipafix
• Tiang infus
• Sarung tangan sekali pakai
• Bengkok
• Gunting
• Baki beralas/troli/dressing car
Persiapan Alat
63. Tahap Pra Interaksi
• Identifikasi
kebutuhan/indikasi
pasien
• Cuci tangan
• Siapkan alat
Tahap Orientasi
• Beri salam,
panggil klien
dengan namanya
• Jelaskan tujuan
dan prosedur
tindakan
• Beri kesempatan
pada klien untuk
bertanya
64. Prosedur Pemasangan Infus
• Buka set steril dengan teknik aseptik.
• Cek cairan dengan menggunakan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
• (obat, pasien, dosis, waktu, rute, dokumentasi)
• Buka set infus, letakkan klem 2-4 cm di bawah tabung drip dalam keadaan
off/terkunci.
• Buka tutup botol, lakukan desinfeksi tutup botol cairan, dan tusukkan set infus ke
botol/kantong cairan dengan benar.
• Gantungkan botol cairan infus pada tiang infus, isi tabung drip infus ⅓-½ penuh.
• Buka penutup jarum dan buka klem untuk mengalirkan cairan sampai ke ujung
jarum hingga tidak ada udara dalam selang, klem kembali, dan tutup kembali
jarum.
• Pilih jarum intravena/abbocath.
• Atur posisi pasien dan pilih vena.
• Bebaskan daerah yang akan diinsersi, letakkan tourniquet 10-15 cm proksimal
tempat insersi.
• Pakai handscoon
65. Prosedur Pemasangan Infus
• Bersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari dalam ke luar)
• Pertahankan vena pada posisi stabil
• Pegang IV kateter (abbocath) dengan sudut 20-30º, tusuk vena dengan
lubang jarum menghadap ke atas, dan pastikan IV kateter masuk
intravena dengan tanda darah masuk ke abbocath, kemudian tarik
mandrin ± 0.5 cm
• Masukkan IV kateter secara perlahan, tarik mandrin, dan sambungkan IV
kateter dengan selang infus
• Lepas tourniquet, kemudian alirkan cairan infus
• Lakukan fiksasi IV kateter, kemudian beri desinfektan daerah tusukan dan
tutup dengan kasa
• Atur tetesan sesuai program
• Lepaskan sarung tangan
66. Tahap Terminasi
• Evaluasi hasil/respon klien
• Dokumentasikan hasilnya
• Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
• Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
• Cuci tangan
81. PEMASANGAN KATETER VENA UMBILIKAL
Bersihkan tali pusat dengan cairan antiseptik dan pasangkan penjepit steril
Dengan teknik steril 🡪 ikat tali pusat melingkar sebanyak dua kali di bagian bawah
tali pusat
82. PEMASANGAN KATETER VENA UMBILIKAL…
Potong tali pusat menggunakan pisau bedah no. 11
Saat tali pusat dipotong, berikan tekanan ringan pada puntung umbilikal
untuk mengontrol perdarahan
11