SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM
PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN
DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN
Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)
Abtrak
Perairan Segara Anakan yang merupakan pertemuan beberapa
muara sungai, yaitu Ci Tanduy, Ci Meneng, Ci Beureum, Ci Konde,
dan beberapa sungai lainnya telah berubah akibat sedimentasi oleh
lumpur Ci Tanduy yang setiap tahunnya menyumbang 740.000 meter
kubik lumpur dari total sedimen 1 juta meter kubik/tahun yang dibawa
masuk sungai-sungai lain. Adanya penambahan luas daratan akibat
proses sedimentasi tersebut tentunya akan menimbulkan berbagai
dampak. Dampak tersebut tidak saja berpengaruh terhadap aspek
kehidupan penduduk, tetapi juga terhadap aspek lain yang melibatkan
pihak pemerintah, misalnya dalam pengelolaan tata ruang dan aspek
perbatasan. Salah satu dampak sedimentasi di kawasan Segara
Anakan adalah permasalahan hukum dan kelembagaan dari
kepemilikan delta di kawasan laguna. Dari kondisi inilah yang
menyebabkan perlunya dicari model pendekatan yang sesuai untuk
penataan ruang perairan Segara Anakan. Dalam penelitian ini, upaya
pengelolaan tata ruang dan aspek perbatasan dan penguasaan tanah
delta akibat sedimentasi di kawasan Segara Anakan dianalisis melalui
citra penginderaan jauh misalnya dengan Citra Landsat.
Pemanfaatan citra satelit dipilih sebagai alternatif penelitian, karena
citra satelit dapat mencakup daerah yang luas. Dari citra satelit
tersebut dapat diidentifikasi secara spesifik antara daratan dan lautan
dalam waktu relatif singkat, serta waktu perekamannya yang
berkelanjutan.
Kata Kunci: Segara Anakan, sedimentasi, citra landsat, laguna
*) Drs. Dede Sugandi, M,Si., adalah dosen Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI.
**) Drs. Jupri, MT., adalah dosen Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI.
1. Pendahuluan
Luas perairan Segara Anakan memang semakin sempit.
Laguna Segara Anakan mengalami pendangkalan akibat Ci Tanduy
dan sejumlah sungai lainnya. Akibat tingginya sedimentasi di perairan
itu, luas Segara Anakan dari tahun ke tahun semakin sempit dan
tertutup lumpur sedimentasi. Bahan sedimen dari Ci Tanduy mencapai
kurang lebih 74% dari jumlah sedimentasi di Segara Anakan yang
merupakan penyebab utama penyempitan Segara Anakan, sedangkan
sebesar 26% jumlah sedimentasi di Segara Anakan berasal dari
Daerah Aliran Sungai (DAS) Segara Anakan. Laju sedimentasi rata-
rata 5 cm per tahun (PPLH Unsoed dan Bappeda Cilacap, 1997).
Sedimentasi telah mengakibatkan terbentuknya delta, seperti
pulau-pulau kecil di perairan Segara Anakan. Delta-delta tersebut
bermunculan secara sporadis di kawasan laguna. Bahkan proses
sedimentasi selama 30 tahun lebih menyebabkan delta terhubung
dengan Pulau Nusakambangan. Proses sedimentasi yang begitu cepat
menunjukkan telah terjadi degradasi lingkungan/ekosistem pada
daerah hulu hingga sepanjang daerah aliran Sungai (DAS) Ci Tanduy
dan sungai-sungai kecil lainnya. Akibatnya, kualitas dan kuantitas
komponen ekosistem, baik hayati maupun nonhayati menurun drastis.
Dampak sedimentasi di kawasan Segara Anakan menimbulkan
permasalahan hukum dan kelembagaan dari kepemilikan delta di
kawasan laguna. Perkembangan delta mendorong perkembangan
sektor-sektor kegiatan yang bertujuan untuk memaksimumkan
kepentingannya, tanpa mempertimbangkan kepentingan pihak lain.
Tentu saja hal ini dapat mengakibatkan timbulnya konflik kepentingan
(conflict of interest) dan terjadinya perubahan ekosistem dengan skala
tertentu. Pemanfaatan sumberdaya tanpa mempertimbangkan prinsip-
prinsip ekologi dapat menurunkan mutu lingkungan dan berlanjut
dengan terjadinya kerusakan ekosistem di perairan Segara Anakan.
Karena itu diperlukan adanya penataan ruang di perairan Segara
Anakan, sehingga semua pemanfaatan, pengaturan, dan pengelolaan
sumberdaya wilayah di perairan Segara Anakan harus diatur dan
dikelola dengan mempertimbangkan hubungan setiap sumberdaya
dalam ekosistem di perairan Segara Anakan dan dengan tetap
memperhatikan ekosistem tersebut secara menyeluruh. Salah satu
upaya pengelolaan tata ruang dan aspek perbatasan dan penguasaan
tanah delta akibat sedimentasi di kawasan Segara Anakan dapat
dianalisis melalui citra penginderaan jauh misalnya dengan Citra
Landsat.
2. Data Penelitian
Adapun data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi Peta Tata
Ruang Kawasan Segara Anakan, Peta Rupa Bumi skala 1:25000, dan
Citra Landsat tahun 1994 dan 2001.
3. Klasifikasi Citra dan Uji Ketelitian Klasifikasi
Perhitungan ketelitian hasil klasifikasi dilakukan dengan
membandingkan dua yaitu peta citra hasil klasifikasi dan peta lain
yang diasumsikan benar atau dianggap benar (Peta Rupa Bumi
Bakosurtanal). Obyek-obyek yang dijadikan pengujian dipilih dengan
mempertimbangkan beberapa hal yaitu obyek yang ada dan dapat
dikenali, baik pada peta acuan maupun peta citra hasil klasifikasi yang
diuji. Selain itu dengan mempertimbangkan obyek yang tidak berubah
atau kemungkinan berubahnya kecil pada tahun perekaman citra dan
pada tahun pembuatan peta acuan. Pengambilan sampel titik terhadap
masing-masing kelas dilakukan pada posisi geografis yang sama untuk
mengetahui keakurasian kelas lahan yang telah ditentukan dengan
berdasar pada kelas lahan di peta acuan. Jumlah titik tiap kelas lahan
yang sesuai dan tidak sesuai ditampilkan dalam bentuk matriks
kesalahan (error matrix atau confusion matrix). Dari matriks
kesalahan dapat diketahui jumlah hasil klasifikasi yang sesuai pada
diagonal matriks, dan hasil klasifikasi yang tidak sesuai (pixel kelas
lain yang masuk dalam kelas yang telah ditentukan).
4. Analisis Hasil Klasifikasi Citra
Hasil klasifikasi menunjukkan adanya perubahan keluasan
perairan yang dapat menjadi acuan terjadinya penambahan keluasan
daratan. dalam kurun waktu tujuh tahun (1994 dan 2001) telah terjadi
luas pengurangan perairan sebesar 3.386 ha, dan penambahan daratan
seluas 3.700 ha. Hal ini disebabkan tindakan manusia yang kurang
bijaksana terhadap alam di daerah aliran sungai yang bermuara di
Segara Anakan. Fenomena yang terjadi adalah penebangan hutan yang
sangat besar dan luas, sehingga mengakibatkan erosi di sepanjang
hulu sungai Citanduy, yang akhirnya terbawa oleh aliran sungai
menuju Segara Anakan. Kondisi ini didukung pula oleh keadaan
Segara Anakan sendiri yang keadaan airnya tenang, sehingga aliran air
dari Samudera Hindia dapat masuk dan mendorong aliran sedimen
dari Sungai Citanduy di Barat menuju ke Timur, sehingga
mengakibatkan endapan yang dapat bertahan lama. Seharusnya
Pemerintah dapat mengambil peran penting untuk menanggulangi
besarnya sedimentasi. Hal ini dilakukan karena sedimentasi akan
membawa akibat dari berbagai kepentingan, baik lingkungan hidup,
ekosistem, sosial ekonomi dan transportasi.
5. Analisis Perubahan Luas Lahan
Dalam kurun waktu 1994-2001 telah terjadi perubahan luas
liputan lahan, baik pengurangan maupun penambahan luas lahan.
Lahan hutan mengalami pengurangan luas sebesar 433 ha, hal ini
disebabkan adanya penebangan liar oleh masyarakat dan pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab terhadap hutan di kawasan Segara
Anakan. Sedangkan lahan hutan rawa mengalami penambahan luas
sebesar 1.389 ha. Hal ini disebabkan telah berubahnya delta yang
berupa lumpur menjadi tanaman hutan rawa seperti bakau.
Lahan perairan mengalami pengurangan luas sebesar 3.386 ha.
Hal ini disebabkan tindakan manusia yang kurang bijaksana terhadap
alam di daerah aliran sungai yang bermuara di Segara Anakan,
sehingga mengakibatkan sedimentasi di perairan Segara Anakan.
Pengurangan luasan perairan diperkirakan tiap tahunnya seluas 677 ha
atau 10,7%.
Lahan pemukiman terjadi penambahan luas sebesar 1.017 ha.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya para pendatang yang berasal dari
Banyumas Jawa Tengah dan pendatang dari Jawa Barat yang
mengetahui banyaknya daratan baru atau delta di Segara Anakan.
Lahan sawah mengalami peningkatan luas lahan sebesar 1.727
ha. Diperkirakan lahan sawah mengalami penambahan luasan rata-rata
per tahun sebesar 345 ha. Secara umum peningkatan ini disebabkan
adanya delta yang kadar garamya rendah sehingga cocok untuk
ditanami tanaman pangan, adanya peningkatan jumlah penduduk,
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pertanian dan perairan
Segara Anakan.
6. Aspek Perbatasan Laguna Segara Anakan
Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat menyebabkan
kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal dan berusaha menjadi
semakin besar. Dengan semakin terbatasnya sumberdaya yang ada di
daratan, terbentuknya delta di kawasan Segara Anakan mendorong
penduduk untuk memanfaatkan delta tersebut sebagai lahan pertanian
dan usaha lain tanpa memperhatikan aspek perbatasan secara yuridis.
Dampak sedimentasi di kawasan Segara Anakan menimbulkan
permasalahan hukum dan kelembagaan dari kepemilikan delta di
kawasan laguna. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional tanggal 9 Mei 1996 Nomor 410.1293
tentang Penertiban Status Delta dan Tanah Reklamasi, sudah
ditegaskan bahwa status hukum delta dinyatakan sebagai tanah yang
dikuasai langsung oleh Negara. Jadi, dalam penelitian ini diharapkan
adanya penegasan status hukum delta laguna Segara Anakan melalui
pemanfaatan citra satelit Landsat.
7. Perencanaan Tata Ruang Laguna Segara Anakan
Perencanaan tata ruang laguna Segara Anakan tidak dapat
mengikuti sepenuhnya konsep daratan, karena karakteristik eko-
biologis dan prinsip dasar yang berbeda. Pada kawasan laguna
Segara Anakan, pola perencanaan sangat dipengaruhi oleh
pembagian zona-zona perlindungan yang sangat ketat. Hal ini
disebabkan karakteristik laguna Segara Anakan yang sangat
dinamis tetapi rentan terhadap perubahan yang terjadi.
Perencanaan tata ruang kawasan laguna Segara Anakan
mencakup penetapan peruntukan lahan yang terbagi menjadi empat
zone yaitu : (1) zona preservasi, (2) zona konservasi, (3) zona
penyangga, dan (4) zona budidaya (zona pemanfaatan). Dalam zona
preservasi kawasan laguna Segara Anakan terdapat daerah
pemijahan (spowning ground) dari biota perairan. Dalam zona ini
tidak diperbolehkan adanya kegiatan manusia, kecuali kegiatan
pendidikan dan penelitian.
8. Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
diuraikan dapat disimpulkan bahwa :
1) Citra Landsat TM/ETM yang mempunyai cakupan daerah
rekaman luas (185km x 185km) mampu membedakan distribusi
lahan di Segara Anakan merupakan salah satu teknologi altematif
dalam pengadaan data awal. Kemampuan ini perlu diimbangi
dengan resolusi spasial yang dimiliki, dimana dengan resolusi
spasial 30 meter, maka luas minimal yang dapat dideteksi sebesar
900 m2
.
2) Citra Landsat multitemporal dapat dipergunakan untuk mengamati
besarnya perubahan liputan lahan di kawasan Segara Anakan,
dimana telah terjadi pengurangan luas perairan sebesar 3.386 ha,
sekaligus penambahan daratan baru sebesar 3.700 ha, dan daerah
yang tidak terklasifikasi seluas 314 ha dalam kurun waktu tahun
1994 hingga 2001.
3) Status hukum delta dinyatakan sebagai tanah yang dikuasai
langsung oleh Negara. Jadi, dalam penelitian ini diharapkan
adanya penegasan status hukum delta laguna Segara Anakan
melalui pemanfaatan citra satelit Landsat.
4) Perencanaan tata ruang kawasan laguna Segara Anakan
mencakup penetapan peruntukan lahan yang terbagi menjadi
empat zone yaitu : (1) zona preservasi, (2) zona konservasi, (3)
zona penyangga, dan (4) zona budidaya (zona pemanfaatan).
Dalam zona preservasi tidak diperbolehkan adanya kegiatan
manusia, kecuali kegiatan pendidikan dan penelitian.
Adapun beberapa saran yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Penggunaan metode penginderaan jauh untuk meneliti
perkembangan suatu distribusi spasial, sebaiknya dipergunakan
data citra yang mempunyai resolusi spasial besar, sehingga
memungkinkan untuk menggali informasi lebih mendetail.
2) Penggunaan peta rujukan sebagai bahan kalibrasi/uji klasifikasi
sebaiknya mempunyai tahun pembuatan yang sesuai dengan tahun
citra analisis citra.
3) Perlu dilakukan klasifikasi terhadap lahan perairan dengan lebih
detail dibandingkan dengan yang telah dilakukan, agar dapat
diketahui berbagai macam penggunaan lahan perairan.
Daftar Pustaka
PPLH Unsoed dan Bappeda Cilacap. 1997.
Surat Edaran Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
tanggal 9 Mei 1996 Nomor 410.1293 tentang Penertiban Status
Delta dan Tanah Reklamasi

More Related Content

What's hot

Roadmap untuk Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Wilayah Sungai Citarum
Roadmap untuk Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Wilayah Sungai CitarumRoadmap untuk Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Wilayah Sungai Citarum
Roadmap untuk Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Wilayah Sungai CitarumOswar Mungkasa
 
Das ( daerah aliran sungai )
Das ( daerah aliran sungai )Das ( daerah aliran sungai )
Das ( daerah aliran sungai )sylviamoniqe8
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)rizky hadi
 
Manajemen rawa-terpadu
Manajemen rawa-terpaduManajemen rawa-terpadu
Manajemen rawa-terpadupdatarawa
 
Daerah aliran sungai
Daerah aliran sungaiDaerah aliran sungai
Daerah aliran sungaiAbhy Taridala
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutPosma Andri Octavia Siagian
 
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakan
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakanModul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakan
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakanLusnia S Multianti
 
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Brantas
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS BrantasPola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Brantas
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS BrantasDe Dwi Saptarahadi
 
Daur Hidrologi dan Ekosistem DAS
Daur Hidrologi dan Ekosistem DASDaur Hidrologi dan Ekosistem DAS
Daur Hidrologi dan Ekosistem DASReka Ardian Tika
 
Pertemuan 2 karakteristik das
Pertemuan 2 karakteristik dasPertemuan 2 karakteristik das
Pertemuan 2 karakteristik dasInfoSehat
 
Reklamasi lahan rawa
Reklamasi lahan rawaReklamasi lahan rawa
Reklamasi lahan rawaKevin Niro
 
Pengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungai
Pengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungaiPengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungai
Pengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungaiWillem Sidharno
 
Kebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan dasKebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan dasdenotsudiana
 
4.strategi utama dalam pengelolaan das
4.strategi utama dalam pengelolaan das4.strategi utama dalam pengelolaan das
4.strategi utama dalam pengelolaan dasZaidil Firza
 
3.kerangka pikir pengelolaan das
3.kerangka pikir pengelolaan das3.kerangka pikir pengelolaan das
3.kerangka pikir pengelolaan dasZaidil Firza
 
Kuliah ii pengel das
Kuliah ii pengel das Kuliah ii pengel das
Kuliah ii pengel das Oky Febrianti
 
Paparan banjir menhut feb 2014
Paparan banjir menhut feb 2014Paparan banjir menhut feb 2014
Paparan banjir menhut feb 2014Apnaeni Winarcahyo
 

What's hot (20)

Roadmap untuk Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Wilayah Sungai Citarum
Roadmap untuk Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Wilayah Sungai CitarumRoadmap untuk Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Wilayah Sungai Citarum
Roadmap untuk Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Wilayah Sungai Citarum
 
Pengelolaan das
Pengelolaan dasPengelolaan das
Pengelolaan das
 
1.kuliah das
1.kuliah das 1.kuliah das
1.kuliah das
 
Das ( daerah aliran sungai )
Das ( daerah aliran sungai )Das ( daerah aliran sungai )
Das ( daerah aliran sungai )
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)
 
Manajemen rawa-terpadu
Manajemen rawa-terpaduManajemen rawa-terpadu
Manajemen rawa-terpadu
 
Daerah aliran sungai
Daerah aliran sungaiDaerah aliran sungai
Daerah aliran sungai
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
 
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakan
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakanModul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakan
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakan
 
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Brantas
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS BrantasPola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Brantas
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Brantas
 
Daur Hidrologi dan Ekosistem DAS
Daur Hidrologi dan Ekosistem DASDaur Hidrologi dan Ekosistem DAS
Daur Hidrologi dan Ekosistem DAS
 
Pertemuan 2 karakteristik das
Pertemuan 2 karakteristik dasPertemuan 2 karakteristik das
Pertemuan 2 karakteristik das
 
Hermono: Pengendalian Kerusakan Sungai
Hermono: Pengendalian Kerusakan Sungai Hermono: Pengendalian Kerusakan Sungai
Hermono: Pengendalian Kerusakan Sungai
 
Reklamasi lahan rawa
Reklamasi lahan rawaReklamasi lahan rawa
Reklamasi lahan rawa
 
Pengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungai
Pengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungaiPengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungai
Pengelolaan sumber daya air berbasis wilayah sungai
 
Kebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan dasKebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan das
 
4.strategi utama dalam pengelolaan das
4.strategi utama dalam pengelolaan das4.strategi utama dalam pengelolaan das
4.strategi utama dalam pengelolaan das
 
3.kerangka pikir pengelolaan das
3.kerangka pikir pengelolaan das3.kerangka pikir pengelolaan das
3.kerangka pikir pengelolaan das
 
Kuliah ii pengel das
Kuliah ii pengel das Kuliah ii pengel das
Kuliah ii pengel das
 
Paparan banjir menhut feb 2014
Paparan banjir menhut feb 2014Paparan banjir menhut feb 2014
Paparan banjir menhut feb 2014
 

Similar to 1696 2982-1-sm

8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdf
8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdf8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdf
8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdfFriscaZofanoraPramah1
 
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptx
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptxTUGAS MANAJEMEN DAS.pptx
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptxendang460976
 
95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungai95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungaiJack Lubis
 
Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013alokasiair
 
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problemsSedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problemsbramantiyo marjuki
 
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...borgolsaja
 
Model spasial temporal dampak kenaikan muka air laut terhadap permukiman pend...
Model spasial temporal dampak kenaikan muka air laut terhadap permukiman pend...Model spasial temporal dampak kenaikan muka air laut terhadap permukiman pend...
Model spasial temporal dampak kenaikan muka air laut terhadap permukiman pend...robert peranginangin
 
Bahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdf
Bahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdfBahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdf
Bahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdfRiaPurnamasari5
 
Penentuan status kualitas perairan sungai
Penentuan status kualitas perairan sungaiPenentuan status kualitas perairan sungai
Penentuan status kualitas perairan sungaiAnjas Asmara, S.Si
 
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptx
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptxPersiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptx
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptxssuser773280
 
Banjir bandang penyebab dan penanggulangannya 1
Banjir bandang penyebab dan penanggulangannya 1Banjir bandang penyebab dan penanggulangannya 1
Banjir bandang penyebab dan penanggulangannya 1Dwi Ys
 
River basin (Daerah Aliran Sungai)
River basin (Daerah Aliran Sungai)River basin (Daerah Aliran Sungai)
River basin (Daerah Aliran Sungai)Janiarto Paradise
 
Monitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglekMonitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglekGoparipung Bambang
 

Similar to 1696 2982-1-sm (20)

8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdf
8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdf8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdf
8204-ID-analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-debit-sungai-mamasa.pdf
 
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptx
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptxTUGAS MANAJEMEN DAS.pptx
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptx
 
95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungai95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungai
 
Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013
 
Pengkajian kelas air
Pengkajian kelas airPengkajian kelas air
Pengkajian kelas air
 
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problemsSedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
 
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...
60933503 puguh-dwi-raharjo-perubahan-penggunaan-lahan-das-kreo-terhadap-debit...
 
Model spasial temporal dampak kenaikan muka air laut terhadap permukiman pend...
Model spasial temporal dampak kenaikan muka air laut terhadap permukiman pend...Model spasial temporal dampak kenaikan muka air laut terhadap permukiman pend...
Model spasial temporal dampak kenaikan muka air laut terhadap permukiman pend...
 
Bahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdf
Bahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdfBahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdf
Bahan Paparan 3-Kajian Bahaya Pesisir.pdf
 
Penentuan status kualitas perairan sungai
Penentuan status kualitas perairan sungaiPenentuan status kualitas perairan sungai
Penentuan status kualitas perairan sungai
 
Usle
UsleUsle
Usle
 
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptx
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptxPersiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptx
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptx
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Banjir bandang penyebab dan penanggulangannya 1
Banjir bandang penyebab dan penanggulangannya 1Banjir bandang penyebab dan penanggulangannya 1
Banjir bandang penyebab dan penanggulangannya 1
 
River basin (Daerah Aliran Sungai)
River basin (Daerah Aliran Sungai)River basin (Daerah Aliran Sungai)
River basin (Daerah Aliran Sungai)
 
Artikel plh
Artikel plhArtikel plh
Artikel plh
 
Laporan Pengindraan Jauh
Laporan Pengindraan JauhLaporan Pengindraan Jauh
Laporan Pengindraan Jauh
 
Tugas das brantas fauziyah
Tugas das brantas fauziyahTugas das brantas fauziyah
Tugas das brantas fauziyah
 
Mita
MitaMita
Mita
 
Monitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglekMonitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglek
 

Recently uploaded

MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxarifyudianto3
 

Recently uploaded (9)

MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 

1696 2982-1-sm

  • 1. PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**) Abtrak Perairan Segara Anakan yang merupakan pertemuan beberapa muara sungai, yaitu Ci Tanduy, Ci Meneng, Ci Beureum, Ci Konde, dan beberapa sungai lainnya telah berubah akibat sedimentasi oleh lumpur Ci Tanduy yang setiap tahunnya menyumbang 740.000 meter kubik lumpur dari total sedimen 1 juta meter kubik/tahun yang dibawa masuk sungai-sungai lain. Adanya penambahan luas daratan akibat proses sedimentasi tersebut tentunya akan menimbulkan berbagai dampak. Dampak tersebut tidak saja berpengaruh terhadap aspek kehidupan penduduk, tetapi juga terhadap aspek lain yang melibatkan pihak pemerintah, misalnya dalam pengelolaan tata ruang dan aspek perbatasan. Salah satu dampak sedimentasi di kawasan Segara Anakan adalah permasalahan hukum dan kelembagaan dari kepemilikan delta di kawasan laguna. Dari kondisi inilah yang menyebabkan perlunya dicari model pendekatan yang sesuai untuk penataan ruang perairan Segara Anakan. Dalam penelitian ini, upaya pengelolaan tata ruang dan aspek perbatasan dan penguasaan tanah delta akibat sedimentasi di kawasan Segara Anakan dianalisis melalui citra penginderaan jauh misalnya dengan Citra Landsat. Pemanfaatan citra satelit dipilih sebagai alternatif penelitian, karena citra satelit dapat mencakup daerah yang luas. Dari citra satelit tersebut dapat diidentifikasi secara spesifik antara daratan dan lautan dalam waktu relatif singkat, serta waktu perekamannya yang berkelanjutan. Kata Kunci: Segara Anakan, sedimentasi, citra landsat, laguna *) Drs. Dede Sugandi, M,Si., adalah dosen Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI. **) Drs. Jupri, MT., adalah dosen Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI.
  • 2. 1. Pendahuluan Luas perairan Segara Anakan memang semakin sempit. Laguna Segara Anakan mengalami pendangkalan akibat Ci Tanduy dan sejumlah sungai lainnya. Akibat tingginya sedimentasi di perairan itu, luas Segara Anakan dari tahun ke tahun semakin sempit dan tertutup lumpur sedimentasi. Bahan sedimen dari Ci Tanduy mencapai kurang lebih 74% dari jumlah sedimentasi di Segara Anakan yang merupakan penyebab utama penyempitan Segara Anakan, sedangkan sebesar 26% jumlah sedimentasi di Segara Anakan berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Segara Anakan. Laju sedimentasi rata- rata 5 cm per tahun (PPLH Unsoed dan Bappeda Cilacap, 1997). Sedimentasi telah mengakibatkan terbentuknya delta, seperti pulau-pulau kecil di perairan Segara Anakan. Delta-delta tersebut bermunculan secara sporadis di kawasan laguna. Bahkan proses sedimentasi selama 30 tahun lebih menyebabkan delta terhubung dengan Pulau Nusakambangan. Proses sedimentasi yang begitu cepat menunjukkan telah terjadi degradasi lingkungan/ekosistem pada daerah hulu hingga sepanjang daerah aliran Sungai (DAS) Ci Tanduy dan sungai-sungai kecil lainnya. Akibatnya, kualitas dan kuantitas komponen ekosistem, baik hayati maupun nonhayati menurun drastis. Dampak sedimentasi di kawasan Segara Anakan menimbulkan permasalahan hukum dan kelembagaan dari kepemilikan delta di kawasan laguna. Perkembangan delta mendorong perkembangan sektor-sektor kegiatan yang bertujuan untuk memaksimumkan kepentingannya, tanpa mempertimbangkan kepentingan pihak lain. Tentu saja hal ini dapat mengakibatkan timbulnya konflik kepentingan (conflict of interest) dan terjadinya perubahan ekosistem dengan skala tertentu. Pemanfaatan sumberdaya tanpa mempertimbangkan prinsip- prinsip ekologi dapat menurunkan mutu lingkungan dan berlanjut dengan terjadinya kerusakan ekosistem di perairan Segara Anakan. Karena itu diperlukan adanya penataan ruang di perairan Segara Anakan, sehingga semua pemanfaatan, pengaturan, dan pengelolaan sumberdaya wilayah di perairan Segara Anakan harus diatur dan dikelola dengan mempertimbangkan hubungan setiap sumberdaya dalam ekosistem di perairan Segara Anakan dan dengan tetap memperhatikan ekosistem tersebut secara menyeluruh. Salah satu upaya pengelolaan tata ruang dan aspek perbatasan dan penguasaan tanah delta akibat sedimentasi di kawasan Segara Anakan dapat
  • 3. dianalisis melalui citra penginderaan jauh misalnya dengan Citra Landsat. 2. Data Penelitian Adapun data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi Peta Tata Ruang Kawasan Segara Anakan, Peta Rupa Bumi skala 1:25000, dan Citra Landsat tahun 1994 dan 2001. 3. Klasifikasi Citra dan Uji Ketelitian Klasifikasi Perhitungan ketelitian hasil klasifikasi dilakukan dengan membandingkan dua yaitu peta citra hasil klasifikasi dan peta lain yang diasumsikan benar atau dianggap benar (Peta Rupa Bumi Bakosurtanal). Obyek-obyek yang dijadikan pengujian dipilih dengan mempertimbangkan beberapa hal yaitu obyek yang ada dan dapat dikenali, baik pada peta acuan maupun peta citra hasil klasifikasi yang diuji. Selain itu dengan mempertimbangkan obyek yang tidak berubah atau kemungkinan berubahnya kecil pada tahun perekaman citra dan pada tahun pembuatan peta acuan. Pengambilan sampel titik terhadap masing-masing kelas dilakukan pada posisi geografis yang sama untuk mengetahui keakurasian kelas lahan yang telah ditentukan dengan berdasar pada kelas lahan di peta acuan. Jumlah titik tiap kelas lahan yang sesuai dan tidak sesuai ditampilkan dalam bentuk matriks kesalahan (error matrix atau confusion matrix). Dari matriks kesalahan dapat diketahui jumlah hasil klasifikasi yang sesuai pada diagonal matriks, dan hasil klasifikasi yang tidak sesuai (pixel kelas lain yang masuk dalam kelas yang telah ditentukan). 4. Analisis Hasil Klasifikasi Citra Hasil klasifikasi menunjukkan adanya perubahan keluasan perairan yang dapat menjadi acuan terjadinya penambahan keluasan daratan. dalam kurun waktu tujuh tahun (1994 dan 2001) telah terjadi luas pengurangan perairan sebesar 3.386 ha, dan penambahan daratan seluas 3.700 ha. Hal ini disebabkan tindakan manusia yang kurang bijaksana terhadap alam di daerah aliran sungai yang bermuara di Segara Anakan. Fenomena yang terjadi adalah penebangan hutan yang sangat besar dan luas, sehingga mengakibatkan erosi di sepanjang hulu sungai Citanduy, yang akhirnya terbawa oleh aliran sungai menuju Segara Anakan. Kondisi ini didukung pula oleh keadaan Segara Anakan sendiri yang keadaan airnya tenang, sehingga aliran air
  • 4. dari Samudera Hindia dapat masuk dan mendorong aliran sedimen dari Sungai Citanduy di Barat menuju ke Timur, sehingga mengakibatkan endapan yang dapat bertahan lama. Seharusnya Pemerintah dapat mengambil peran penting untuk menanggulangi besarnya sedimentasi. Hal ini dilakukan karena sedimentasi akan membawa akibat dari berbagai kepentingan, baik lingkungan hidup, ekosistem, sosial ekonomi dan transportasi. 5. Analisis Perubahan Luas Lahan Dalam kurun waktu 1994-2001 telah terjadi perubahan luas liputan lahan, baik pengurangan maupun penambahan luas lahan. Lahan hutan mengalami pengurangan luas sebesar 433 ha, hal ini disebabkan adanya penebangan liar oleh masyarakat dan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap hutan di kawasan Segara Anakan. Sedangkan lahan hutan rawa mengalami penambahan luas sebesar 1.389 ha. Hal ini disebabkan telah berubahnya delta yang berupa lumpur menjadi tanaman hutan rawa seperti bakau. Lahan perairan mengalami pengurangan luas sebesar 3.386 ha. Hal ini disebabkan tindakan manusia yang kurang bijaksana terhadap alam di daerah aliran sungai yang bermuara di Segara Anakan, sehingga mengakibatkan sedimentasi di perairan Segara Anakan. Pengurangan luasan perairan diperkirakan tiap tahunnya seluas 677 ha atau 10,7%. Lahan pemukiman terjadi penambahan luas sebesar 1.017 ha. Hal ini disebabkan oleh banyaknya para pendatang yang berasal dari Banyumas Jawa Tengah dan pendatang dari Jawa Barat yang mengetahui banyaknya daratan baru atau delta di Segara Anakan. Lahan sawah mengalami peningkatan luas lahan sebesar 1.727 ha. Diperkirakan lahan sawah mengalami penambahan luasan rata-rata per tahun sebesar 345 ha. Secara umum peningkatan ini disebabkan adanya delta yang kadar garamya rendah sehingga cocok untuk ditanami tanaman pangan, adanya peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pertanian dan perairan Segara Anakan. 6. Aspek Perbatasan Laguna Segara Anakan Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat menyebabkan kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal dan berusaha menjadi semakin besar. Dengan semakin terbatasnya sumberdaya yang ada di
  • 5. daratan, terbentuknya delta di kawasan Segara Anakan mendorong penduduk untuk memanfaatkan delta tersebut sebagai lahan pertanian dan usaha lain tanpa memperhatikan aspek perbatasan secara yuridis. Dampak sedimentasi di kawasan Segara Anakan menimbulkan permasalahan hukum dan kelembagaan dari kepemilikan delta di kawasan laguna. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional tanggal 9 Mei 1996 Nomor 410.1293 tentang Penertiban Status Delta dan Tanah Reklamasi, sudah ditegaskan bahwa status hukum delta dinyatakan sebagai tanah yang dikuasai langsung oleh Negara. Jadi, dalam penelitian ini diharapkan adanya penegasan status hukum delta laguna Segara Anakan melalui pemanfaatan citra satelit Landsat. 7. Perencanaan Tata Ruang Laguna Segara Anakan Perencanaan tata ruang laguna Segara Anakan tidak dapat mengikuti sepenuhnya konsep daratan, karena karakteristik eko- biologis dan prinsip dasar yang berbeda. Pada kawasan laguna Segara Anakan, pola perencanaan sangat dipengaruhi oleh pembagian zona-zona perlindungan yang sangat ketat. Hal ini disebabkan karakteristik laguna Segara Anakan yang sangat dinamis tetapi rentan terhadap perubahan yang terjadi. Perencanaan tata ruang kawasan laguna Segara Anakan mencakup penetapan peruntukan lahan yang terbagi menjadi empat zone yaitu : (1) zona preservasi, (2) zona konservasi, (3) zona penyangga, dan (4) zona budidaya (zona pemanfaatan). Dalam zona preservasi kawasan laguna Segara Anakan terdapat daerah pemijahan (spowning ground) dari biota perairan. Dalam zona ini tidak diperbolehkan adanya kegiatan manusia, kecuali kegiatan pendidikan dan penelitian. 8. Penutup Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa : 1) Citra Landsat TM/ETM yang mempunyai cakupan daerah rekaman luas (185km x 185km) mampu membedakan distribusi lahan di Segara Anakan merupakan salah satu teknologi altematif dalam pengadaan data awal. Kemampuan ini perlu diimbangi dengan resolusi spasial yang dimiliki, dimana dengan resolusi
  • 6. spasial 30 meter, maka luas minimal yang dapat dideteksi sebesar 900 m2 . 2) Citra Landsat multitemporal dapat dipergunakan untuk mengamati besarnya perubahan liputan lahan di kawasan Segara Anakan, dimana telah terjadi pengurangan luas perairan sebesar 3.386 ha, sekaligus penambahan daratan baru sebesar 3.700 ha, dan daerah yang tidak terklasifikasi seluas 314 ha dalam kurun waktu tahun 1994 hingga 2001. 3) Status hukum delta dinyatakan sebagai tanah yang dikuasai langsung oleh Negara. Jadi, dalam penelitian ini diharapkan adanya penegasan status hukum delta laguna Segara Anakan melalui pemanfaatan citra satelit Landsat. 4) Perencanaan tata ruang kawasan laguna Segara Anakan mencakup penetapan peruntukan lahan yang terbagi menjadi empat zone yaitu : (1) zona preservasi, (2) zona konservasi, (3) zona penyangga, dan (4) zona budidaya (zona pemanfaatan). Dalam zona preservasi tidak diperbolehkan adanya kegiatan manusia, kecuali kegiatan pendidikan dan penelitian. Adapun beberapa saran yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Penggunaan metode penginderaan jauh untuk meneliti perkembangan suatu distribusi spasial, sebaiknya dipergunakan data citra yang mempunyai resolusi spasial besar, sehingga memungkinkan untuk menggali informasi lebih mendetail. 2) Penggunaan peta rujukan sebagai bahan kalibrasi/uji klasifikasi sebaiknya mempunyai tahun pembuatan yang sesuai dengan tahun citra analisis citra. 3) Perlu dilakukan klasifikasi terhadap lahan perairan dengan lebih detail dibandingkan dengan yang telah dilakukan, agar dapat diketahui berbagai macam penggunaan lahan perairan. Daftar Pustaka PPLH Unsoed dan Bappeda Cilacap. 1997. Surat Edaran Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional tanggal 9 Mei 1996 Nomor 410.1293 tentang Penertiban Status Delta dan Tanah Reklamasi