SlideShare a Scribd company logo
1 of 120
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
AGRIBISNIS KOPI RAKYAT DI KECAMATAN SILO
KABUPATEN JEMBER
TUGAS AKHIR
2
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan
di Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri
Jurusan Manajemen Agribisnis
Oleh
FREDY EKAARDHI PRATAMA
D4 110 304
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2
2014KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
AGRIBISNIS KOPI RAKYAT DI KECAMATAN SILO
KABUPATEN JEMBER
Telah Diuji pada Tanggal 12 Juni 2014
Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat
Tim Penguji:
Ketua (DPU)
Dewi Kurniawati, S.Sos, M.Si
NIP. 19790113 200501 2 001
Sekretaris (DPA) Anggota (Penguji)
Wenny Dhamayanthi, SE, M.Si Ratih Puspitorini Yekti A, SE, MM
NIP. 19710804 199802 2 001 NIP. 19760705 200112 2 001
Mengesahkan: Menyetujui:
Direktur Politeknik Negeri Jember, Ketua Jurusan Manajemen Agribisnis
Ir. Nanang Dwi Wahyono, MM Retno Sari Mahanani, SP, MM
NIP. 19590822 198803 1 001 NIP. 19700507 200003 2 001
3
MOTTO
“ Hadapi Masa Lalu Tanpa Penyesalan, Hadapi Hari
Ini Dengan Tegar Dan Percaya Diri. Siapkan Masa
Depan Dengan Rencana Yang Matang Dan Tanpa
Rasa Khawatir”
(Hary Tanoessoedibjo)
“Sekali Melangkah Pantang Menyerah
Sekali Tampil Harus Berhasil ”
-Fredy Eka Ardhi Pratama-
“Segala Kemudahan Dan Kelancaran Berawal
Dari Restu Orang Tua“
-Fredy Eka Ardhi Pratama-
“ Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara
sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai
tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan
mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat.
Pertumbuhan jiwa sehat dari pemuda harus berarti
pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah
kami naik gunung“
(Soe Hok Gie)
“Persiapkan Diri Untuk Gagal Tetapi Optimis Untuk
Keberhasilan“
4
(Fredy Eka Ardhi Pratama)
5
PERSEMBAHAN
Ku Persembahkan Coretan Kecil Ini Untuk :
҉ ALLAH SWT.
(Yang telah menciptakan aku menjadi seseorang manusia yang mempunyai akal
dan menjadikan aku sebagai hamba-Nya memeluk Islam dan akan selalu berada di jalan-
Nya)
҉ Agamaku
҉ Ayah (Bapak Untung Suariadi) Dan Mama (Ibu Endang
Purwati) Tercinta
(Berkat kasih sayang dan cinta Kalian aku menjadi besar dan dewasa seperti ini,
dari do’a serta pengorbanan Kalian aku berhasil)
҉ Ririn Fitria Utama
(Terima kasih atas kasih sayang, cinta, do’a, motivasi, dukungan dan waktunya
selama ini, always love you...)
҉ Adikku Tersayang (Finishia Nove Kharisma Putri)
(Yang selalu memberi semangat kepadaku)
҉ Ibu Dewi Kurniawati Dan Ibu Wenny Dhamayanthi
(Sebagai Dosenku yang selalu membingbingku dan selalu memberikan masukan
yang bersifat membangun agar aku bisa maju dan lebih baik)
҉ Bapak Sunyoto dan Seluruh Staff Dinas Perkebunan Dan
Kehutanan
҉ My Best Friend MID MADURA’10
(Angga, Hari, Fian, Bayu, Maulana, Niko, Ridho, Andy, Defit, Heru, Rizal yang
selalu membuat happy disaat stress menghadapi permasalahan dan terima kasih atas canda
tawanya yang selalu memberi motivasi)
҉ All My Friend MID ‘10
(Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini selama 8 semester)
҉ Mas Ainur Rahman PPL
(Terima kasih atas waktu dan bantuannya dalam meengerjaan Tugas Akhir ini
҉ Almamater POLITEKNIK NEGERI JEMBER
6
PRAKATA
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan segala puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah memberikan keselamatan, nikmat, rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga
Laporan Tugas Akhir (TA) yang berjudul, “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Agribisnis Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember”,
dapat terlaksana dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Ir. Nanang Dwi Wahyono, MM selaku Direktur Politeknik Negeri Jember.
2. Retno Sari Mahanani, SP, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Agribisnis
Politeknik Negeri Jember.
3. Wenny Dhamayanthi, SE, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Manajemen
Agribisnis Politeknik Negeri Jember dan Dosen Pembimbing Anggota.
4. Dewi Kurniawati, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen
Agroindustri dan Dosen Pembimbing Utama.
5. Ratih Puspitorini Yekti A, SE, MM selaku dosen penguji Tugas Akhir.
6. Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
penulisan laporan penelitian yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jember, 12 Juni 2014
Penulis
7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................ii
MOTTO .................................................iii
PERSEMBAHAN .................................................iv
PRAKATA .................................................v
DAFTAR ISI .................................................vi
DAFTAR TABEL .................................................ix
DAFTAR GAMBAR ................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................xi
SURAT PERNYATAAN ................................................xii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI
xiii
ABSTRAK
xiv
ABSTRACT .................................................xv
RINGKASAN
xvi
I. PENDAHULUAN ........................................1
1.1 Latar Belakang .............................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................4
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................5
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................6
2.1 Studi Empiris ...............................................6
2.2 Studi Teoritis .............................................15
2.2.1 Produksi .............................................15
2.2.2 Luas Lahan .............................................16
2.2.3 Modal .............................................17
2.2.4 Pengalaman .............................................18
2.2.5 Pendidikan Petani .............................................18
2.2.6 Kontribusi Pemerintah Daerah................................................ 19
2.2.7 Akses Informasi .............................................21
2.3 Kerangka Proses Berfikir ............................................ 22
2.4 Kerangka Konseptual ............................................ 23
2.5 Hipotesis Penelitian ............................................ 24
III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................25
3.1 Rancangan Penelitian .............................................25
3.2 Populasi Penelitian, Besar dan Teknik Pengambilan Sampel........... 25
3.2.1 Populasi Penelitian .............................................25
3.2.2 Besar dan Teknik Pengambilan Sampel ................................. 26
8
3.3 Variabel Penelitian .............................................27
3.3.1 Klasifikasi Variabel .............................................27
3.3.2 Definisi Operasional Variabel.............................................28
3.4 Instrumen Penelitian .............................................30
3.5 Lokasi Penelitian .............................................31
3.6 Prosedur Pengumpulan Data .............................................31
3.7 Teknik Analisis .............................................31
3.7.1 Uji Validitas .............................................31
3.7.2 Uji Reliabilitas .............................................32
3.8 Metode Analisis Data .............................................33
3.8.1 Analisis Regresi Linier Berganda............................................ 33
3.8.2 Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)............. 34
3.8.3 Uji F .............................................35
3.8.4 Uji t .............................................36
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN....................................... 37
4.1 Letak Geografis dan Keadaan Wilayah ............................................
37
4.4.1 Kecamatan Silo .............................................37
4.2 Keadaan Penduduk .............................................38
4.3 Sektor Pendidikan .............................................40
4.4 Potensi Wilayah .............................................42
4.5 Penanganan Pasca Panen Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo.............. 43
4.6 Pemasaran Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo..................................... 45
4.7 Karakteristik Petani Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo...................... 47
4.8 Pembentukan Kelompok Tani Di Kecamatan Silo............................ 49
V. HASIL PEMBAHASAN .............................................53
5.1 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabiltas..............................................
53
5.1.1 Hasil Uji Validitas .............................................53
5.1.2 Hasil Uji Reliabilitas .............................................54
5.2 Hasil Analisis .............................................55
5.2.1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda.................................. 55
5.2.2 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R Square).... 57
5.2.3 Pengujian Uji F .............................................59
5.2.4 Pengujian Uji t .............................................60
5.3 Pembahasan .............................................62
5.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Secara Simultan
Terhadap Produksi Agribisnis Kopi Rakyat............................ 62
5.3.2 Pengaruh Luas Lahan (X1) Terhadap Produksi....................... 63
5.3.3 Pengaruh Modal (X2) Terhadap Produksi................................ 63
5.3.4 Pengaruh Pengalaman (X3) Terhadap Produksi....................... 64
5.3.5 Pengaruh Pendidikan (X4) Terhadap Produksi........................ 65
5.3.6 Pengaruh Kontribusi Pemerintah Daerah (X5)
Terhadap Produksi .............................................65
9
5.3.7 Pengaruh Akses Informasi (X6) Terhadap Produksi................ 66
5.3.8 Pengaruh Dominan Terhadap Produksi Agribisnis
Kopi Rakyat .............................................66
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................67
6.1 Kesimpulan ............................................ 67
6.1 Saran ............................................ 68
DAFTAR PUSTAKA .............................................69
LAMPIRAN .............................................72
10
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Harga kopi robusta per tahun, selama 4 tahun terakhir
3
3.1 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi
32
4.1 Sebaran Penduduk Menurut Golongan Umur Di Kecamatan Silo
Pada Tahun 2011
38
4.2 Sebaran Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kecamatan Silo
Pada Tahun 2011
39
4.3 Sebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kecamatan Silo
Pada Tahun 2011
40
4.4 Jumlah Sarana Pendidikan Di Kecamatan Silo Pada Tahun 2011
41
4.5 Tata Guna Tanah dan Jenis Pengairan Di Kecamatan Silo
Kabupaten Jember Tahun 2011
42
4.6 Karakteristik Umur Petani Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo
47
4.7 Karakteristik Pengalaman Petani Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo
48
4.8 Karakteristik Tingkat Pendidikan Petani Kopi Rakyat
Di Kecamatan Silo
49
5.1 Hasil Uji Validitas
53
5.2 Hasil Uji Reliabilitas
55
5.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
56
5.4 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2
)
58
5.5 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi
58
11
5.6 Hasil Uji F Terhadap Koefisien Regresi secara serempak
59
5.7 Hasil Uji t Terhadap Koefisien Regresi secara parsial
60
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran
22
2.2 Kerangka Konseptual .................................................23
4.1 Pengolahan kopi di Kecamatan Silo .................................................44
4.2 Struktur Kelompok Tani Di Kecamatan Silo .................................................51
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Permohonan Ijin Survey .................................................72
2. Surat Pernyataan Penelitian .................................................73
3. Kuisioner Penelitian .................................................74
4. Rekapitulasi Data Responden .................................................79
5. Validitas dan Realibilitas 70 Responden .................................................89
6. Hasil Analisis .................................................95
7. F-Tabel .................................................97
8. t-Tabel .................................................101
9. Nilai r-Tabel .................................................103
10. Dokumentasi .................................................104
14
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Fredy Eka Ardhi Pratama
Nim : D4 110 304
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tugas
Akhir saya yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi
Agribisnis Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember” merupakan
gagasan dan hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir Tugas Akhir.
Jember, 12 Juni 2014
Fredy Eka Ardhi Pratama
NIM. D4 110 304
15
PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Fredy Eka Ardhi Pratama
NIM : D4 110 304
Program Studi : Manajemen Agroindustri
Jurusan : Manajemen Agribisnis
Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada
UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif
(Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Karya Ilmiah berupa Tugas Akhir (TA)
saya yang berjudul:
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
AGRIBISNIS KOPI RAKYAT DI KECAMATAN SILO
KABUPATEN JEMBER
Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri
Jember berhak menyimpan, mengalih media atau format, mengelola dalam bentuk
Pangkalan Data (Database), mendistribusikan karya dan menampilkan atau
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis
atau pencipta.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Politeknik
Negeri Jember, Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas Pelanggaran Hak
Cipta dalam Karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jember
Pada Tanggal : 12 Juni 2014
Yang menyatakan,
Fredy Eka Ardhi Pratama
D4 110 304
16
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI AGRIBISNIS
KOPI RAKYAT DI KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER
Fredy Eka Ardhi P 1
), Dewi Kurniawati 2
), Wenny Dhamayanthi3
)
ABSTRAK
Kecamatan Silo merupakan salah satu sentra produksi kopi rakyat utama di
Kabupaten Jember. Perkembangan produksi dan harga kopi dunia yang tidak pasti
dapat berimplikasi terhadap keberlanjutan usaha pertanian kopi rakyat. Tujuan
penelitian ini menganalisis dan menguji ada tidaknya pengaruh variabel bebas secara
serempak, secara parsial dan yang berpengaruh paling dominan terhadap produksi
agribisnis kopi rakyat. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 70 orang dari 2239
petani kopi rakyat. Teknik pengambilan sampel mengunakan teknik proposional
cluster sampling. Data yang diperoleh dianalisis dengan bantuan program SPSS
versi 16.0 dengan statistik model regresi linier. Sebelum analisis, dilakukan uji
validitas dan reliabilitas, uji F, dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengujian regresi uji F diperoleh kesimpulan bahwa seluruh variabel bebas
berpengaruh signifikan terhadap produksi kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten
Jember. Pengujian regresi uji t diperoleh kesimpulan sebagai berikut: variabel bebas
yang berpengaruh secara signifikan adalah luas lahan, modal, pengalaman, dan akses
informasi sedangkan variabel pendidikan dan kontribusi pemerintah daerah tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap produksi kopi rakyat di Kecamatan Silo
Kabupaten Jember. Variabel paling dominan dalam mempengaruhi produksi kopi
rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember adalah variabel modal.
Kata kunci : Kopi Rakyat, produksi agribisnis, perkebunan rakyat
1
) Mahasiswa Politeknik Negeri Jember, Jurusan Manajemen Agribisnis, Program
Studi D-IV Manajemen Agroindustri
2
) Dosen Politeknik Negeri Jember, Jurusan Manajemen Agribisnis, Program Studi
D-IV Manajemen Agroindustri.
3
) Dosen Politeknik Negeri Jember, Jurusan Manajemen Agribisnis, Program Studi
D-IV Manajemen Agroindustri.
17
FACTORS AFFECTING PRODUCTION OF COFFEE AGRIBUSINESS
PEOPLE IN THE SILO REGION OF JEMBER
Fredy Eka Ardhi P 1
), Dewi Kurniawati 2
), Wenny Dhamayanthi3
)
ABSTRACT
Silo region is one of main small holder coffee producer at Jember district.
Unpredictable world production and price can cause unsustainability of small holder
coffee production. The purpose of this study to analyze and test the effect of
independent variables simultaneously, partially and the most dominant influence on
the production of coffee agribusiness people. This study took a sample of 70 people
from the coffee growers in 2239 people. Sampling technique using proportional
cluster sampling technique. Data were analyzed with SPSS version 16.0 statistical
models with linear regression. Prior to analysis, to test the validity and reliability, F
test and t test. The results showed that the F test of regression testing can be
concluded that all independent variables significantly influence people's coffee
production in the Silo region at Jember district. t test regression testing can be
concluded as follows: independent variables that significantly influence was vast
land, capital, experience, and access to education and information, while the variable
contribution of the local government does not significantly affect coffee production
people in the Silo region at Jember district. The most dominant variable in affecting
people's coffee production in Silo region at Jember district.is a variable capital.
Keywords: Coffee people, agribusiness production, small holder plantation
1
) Student State Polytechnics of Jember, Department of Agribusiness Management,
Study Program D-IV of Agroindustri Management.
2
) Lecturer State Polytechnics of Jember, D-IV Agroindustry Management Study
Program, Agribusiness Department.
3
) Lecturer State Polytechnics of Jember, D-IV Agroindustry Management Study
Program, Agribusiness Department.
18
RINGKASAN
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Agribisnis Kopi Rakyat Di
Kecamatan Silo Kabupaten Jember” Fredy Eka Ardhi Pratama, D4110304, 2014,
68 Halaman, Jurusan Manajemen Agribisnis Program Study D-IV Manajemen
Agroindustri, Politeknik Negeri Jember, di bawah bimbingan Dosen Pembimbing
Utama Dewi Kurniawati, S.Sos, M.Si, Dosen Pembimbing Anggota Wenny
Dhamayanthi, SE, M.Si.
Pengusahaan komoditi kopi di Kabupaten Jember saat ini terutama adalah kopi
Robusta baik yang diusahakan oleh rakyat maupun perkebunan besar. Kopi rakyat di
Kabupaten Jember adalah kopi yang diusahakan oleh rakyat melalui pembinaan
langsung Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Jember. Hingga saat ini
komoditi kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan andalan perkebunan
rakyat di Kabupaten Jember. Kecamatan Silo merupakan salah satu sentra produksi
kopi rakyat utama di Kabupaten Jember. Perkembangan produksi dan harga kopi
dunia yang tidak pasti dapat berimplikasi terhadap keberlanjutan usaha pertanian
kopi rakyat. Dengan diterapkanya sistem agribisnis kini para petani kopi sudah dapat
mengolah biji kopi yang sudah dipanen di pabrik sendiri, dari pemeliharaan tanaman,
panen, pengolahan, hingga pemasaran dengan mengembangkan sistem agro industri
hilir. Jumlah petani kopi rakyat sendiri di Kecamatan Silo sebanyak 2239 yang
tergabung dalam 30 kelompok tani yang ada di seluruh desa Kecamatan Silo.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi agribisnis kopi rakyat yang baik dan berkualitas
maka perlu di teliti lagi dengan meneliti variabel luas lahan, modal, pengalaman,
pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, dan akses informasi karena variabel
– variabel ini sangat berpengaruh terhadap produksi kopi rakyat pada Kecamatan
Silo Kabupaten Jember. Rumusan masalah dalam penelitian ini : Apakah variabel Luas
Lahan (X1), Modal (X2), Pengalaman (X3), Pendidikan (X4), Kontribusi Pemerintah
Daerah (X5), Akses Informasi (X6) berpengaruh secara serempak dan berpengaruh
secara parsial, kemudian variabel manakah yang mempunyai pengaruh paling
dominan terhadap produksi kopi rakyat (Y)
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS 16.0 diperoleh persamaan regresi
linear berganda sebagai berikut :
Y = -0,252+1,220X1+ 0,791 X2+1,188 X3+-0,018 X4+0,098 X5+0,118 X6+ e
yang berarti bahwa Nilai konstanta bernilai negatif sebesar –0,252 menunjukkan
apabila tidak ada faktor luas lahan (X1), modal (X2), pengalaman (X3), pendidikan
(X4), kontribusi pemerintah daerah (X5), akses informasi (X6), maka produksi kopi
rakyat (Y) adalah sebesar -0,252 apabila terdapat faktor luas lahan (X1), modal (X2),
pengalaman (X3), pendidikan (X4), kontribusi pemerintah daerah (X5), akses
informasi (X6), maka produksi (Y) akan turun sebesar 0,252. Koefisien luas lahan
(X1) menunjukkan adanya pengaruh positif. Hal ini berarti apabila setiap peningkatan
luas lahan (X1) sebesar 1,220 akan meningkatkan nilai produksi kopi rakyat sebesar
1,220 per satu satuan luas lahan. Koefisien modal (X2) menunjukkan adanya
pengaruh positif. Hal ini berarti apabila setiap peningkatan modal (X2) sebesar 0,791
akan meningkatkan nilai produksi kopi rakyat sebesar 0,791 per satu satuan modal.
Koefisien pengalaman (X3) menunjukkan adanya pengaruh positif. Hal ini berarti
apabila setiap peningkatan pengalaman (X3) sebesar 1,118 akan meningkatkan nilai
produksi sebesar 1,118 per satu satuan pengalaman. Koefisien pendidikan (X4)
sebesar -0,018 artinya setiap peningkatan jenjang pendidikan sebesar, akan
mengurangi produksi 0,018 satuan. Koefisien kontribusi pemerintah daerah (X5)
menunjukkan adanya pengaruh positif. Hal ini berarti apabila setiap peningkatan
kontribusi pemerintah daerah (X5) sebesar 0,098 akan meningkatkan nilai produksi
sebesar 0,098 per satu satuan. Koefisien akses informasi (X6) menunjukkan adanya
pengaruh positif. Hal ini berarti apabila setiap peningkatan akses informasi (X6)
sebesar 0,118 akan meningkatkan nilai produksi sebesar 0,118 per satu satuan.
Adapun hasil penelitian dengan teknik analisis Uji F menunjukan bahwa dari hasil
analisis regresi diperoleh nilai Fhit sebesar 104,522 Nilai ini kemudian dibandingkan
dengan Ftabel yang dihitung pada derajat bebas pembilang (df pembilang) sebesar 6
dan derajat bebas penyebut (df penyebut) sebesar 63 dengan level of significance (α
= 0,05) yang nilainya sebesar 2,25 sehingga dapat disimpulkan bahwa Fhit sebesar
104,522 lebih besar dari level of significance (α = 0,05). Maka variabel Luas
Lahan (X1), Modal (X2), Pengalaman (X3), Pendidikan (X4), Kontribusi Pemerintah
Daerah (X5), Akses Informasi (X6) berpengaruh signifikan terhadap
produksi.Sedangkan hasil pengujian dengan menggunakan uji thit menunjukkan
bahwa bahwa Variabel luas lahan (X1), memiliki nilai thit 3,369 Hal ini berarti luas
lahan (X1) berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y). Variabel modal (X2),
memiliki nilai thit 4,096 Hal ini berarti modal (X2) berpengaruh signifikan terhadap
Produksi (Y) memiliki nilai probabilitas thit sebesar 0,000 yang menunjukan bahwa
nilai probabilitas thit lebih kecil dari pada level of significance ( 0,05). yang
menunjukkan bahwa thit > ttabel yaitu sebesar 4,096, dan merupakan
variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Produksi Agribisnis Kopi
Rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Variabel pengalaman (X3), memiliki
nilai thit 3,263 Hal ini berarti pengalaman (X3) berpengaruh signifikan terhadap
Produksi (Y). Variabel pendidikan (X4), memiliki nilai thit -0,529 Hal ini berarti
pendidikan (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y). Variabel
kontribusi pemerintah daerah (X5), memiliki nilai thit 0,674 Hal ini berarti kontribusi
pemerintah daerah (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y). Variabel
akses informasi (X6), memiliki nilai thit 2,501 Hal ini berarti akses informasi (X6)
berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y).
(Jurusan Manajemen Agribisnis, Program Studi D-IV Manajemen
Agroindustri, Politeknik Negeri Jember)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkebunan kopi di Indonesia terdiri dari Perkebunan Rakyat (Smallholder),
Perkebunan Besar Negara (Government) dan Perkebunan Besar Swasta (Private).
Dari luas areal yang tercatat pada tahun 2002 sebesar 1.269.333 ha dan produksi kopi
Indonesia sebesar 569.116 ton, maka dapat diketahui bahwa 94% berasal dari
Perkebunan Rakyat dan sisanya (6%) diusahakan dalam bentuk Perkebunan besar.
Posisi tersebut menunjukkan bahwa peranan petani dalam perkembangan perkopian
nasional sangat dominan.
Pengusahaan kopi pada perkebunan rakyat umumnya masih menggunakan teknologi
sederhana dan produksi mengacu pada harga kopi yang berlaku. Pada saat harga kopi
jatuh maka sejumlah petani kopi tidak akan menjual kopinya. Petani dapat
meninggalkan begitu saja lahannya dan mereka dapat beralih usaha pada tanaman
perkebunan lainnya yang lebih menguntungkan. Masalah lain yang masih terjadi
sampai saat ini di dalam perkebunan rakyat, yaitu mengenai kualitas kopi yang
dihasilkan yang sebagian besar bermutu rendah. Hal ini berkaitan dengan masalah
produksi, yaitu petani seringkali melakukan panen sebelum masak atau dikenal
dengan istilah petik hijau, yang seharusnya biji kopi dipetik setelah biji berwarna
merah.
Luas areal perkebunan kopi yang sangat luas menjadikan Jawa Timur sebagai salah
satu sentra produksi kopi di Indonesia. Dua daerah penghasil kopi utama di Jawa
Timur adalah Kabupaten Malang dan Jember. Keberadaan perkebunan kopi di kedua
daerah ini tidak terlepas dari sejarah perkebunan kopi Zaman Kolonial Belanda yang
memusatkan perkebunan kopinya di kedua daerah tersebut. Jawa Timur terutama
terkenal dengan kopi Arabika dan Robusta hasil pengolahan basah yang dikenal
dengan WIB coffee. Kopi tersebut terutama diproduksi oleh perkebunan besar negara
dan swasta.
Pengusahaan komoditi kopi di Kabupaten Jember saat ini terutama adalah kopi
Robusta baik yang diusahakan oleh rakyat maupun perkebunan besar. Kopi rakyat di
Kabupaten Jember adalah kopi yang diusahakan oleh rakyat melalui pembinaan
langsung Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Jember. Kopi rakyat sudah
diusahakan sejak zaman Belanda karena bias keberadaan Perkebunan Besar milik
Pemerintah Kolonial Belanda. Pada saat itu para pekerja perkebunan mencoba
menanam kopi di lahan-lahan mereka yang berada di sekitar lokasi perkebunan yang
1
letaknya berada di lereng-lereng pegunungan dan mencakup hampir seluruh wilayah
kecamatan. Hingga saat ini komoditi kopi merupakan salah satu jenis tanaman
perkebunan andalan perkebunan rakyat di Kabupaten Jember.
Sebaran luas areal kopi rakyat saat ini mencapai 5.524,01 ha yang tersebar hampir
diseluruh kecamatan dengan sentra areal kopi berada di 8 kecamatan yaitu
Kecamatan Silo (2.192,23 ha), Jelbuk (615,51 ha), Ledokombo (534, 21 ha),
Sumberjambe (572,92 ha), Panti (389,09 ha), Tanggul (256,09 ha) dan Sumberbaru
(282,50 ha). Kecamatan Silo secara topografis, dikelilingi oleh pegunungan atau
perbukitan, diantaranya Pegunungan Argopuro di sebelah utara, Pegunungan
Pace/Sanen disebelah selatan dan Gunung Gumitir di sebelah timur.
Kecamatan Silo terletak pada sisi paling timur, sekitar 30 km dari ibukota Kabupaten
Jember. Berbatasan langsung dengan wilayah Banyuwangi di sebelah timur,
Kecamatan Tempurejo di sebelah selatan, Kecamatan Ledokombo di sebelah utara
dan Kecamatan Mayang di sebelah barat. Topografi daerah ini berbukit-bukit atau
bergunung dan berhawa sejuk dengan ketinggian rata-rata antara 600 hingga 750
meter di atas permukaan laut. Daerah ini menyajikan keindahan alam perbukitan
dengan perpaduan kehidupan pertanian agraris. Dari luas daerah 30.998 ha, 513%
diantaranya merupakan daerah persawahan, 16,78% tanah tegalan, 26,05% daerah
perkebunan, 3,72% adalah daerah permukiman dan sisanya merupakan tambak atau
kolam dan lainnya. Dari 5,13% daerah persawahan atau seluas 1.591 ha, 46,95%
merupakan sawah dengan irigasi teknis, 33,94% merupakan sawah irigasi non teknis
dan sisanya 19,11% adalah sawah irigasi setengah teknis. Secara administrasif
kecamatan Silo terbagi 9 desa yang didukung dengan 41 dusun, 215 Rukun Warga
dan 646 Rukun Tetangga (Sumber: BPS Kecamatan Silo Dalam Angka Tahun 2010).
Pengembangan pada sektor pertanian telah dilakukan pada daerah ini selain sawah
dan tegalan yang sudah lama ditekuni secara tradisional masyarakat daerah ini, hasil
pertanian perkebunan juga telah banyak membantu menyerap tenaga kerja pada
daerah sekitar perkebunan. Dari hasil perkebunan produksi unggulan daerah ini yaitu
kopi dengan produksi sebesar 21.907 ton. Beberapa sentra perkebunan kopi antara
lain di Garahan Kidul desa Sidomulyo, Silosanen di desa Mulyorejo dan beberapa
tempat lainnya. Sebagai catatan bahwa Kecamatan Silo adalah salah satu penghasil
kopi yang terbesar di daerah Jember.
Pemasaran biji kopi yang dilakukan oleh petani pada umumnya adalah dengan cara
langsung dijual oleh para anggota kelompok tani kepada kelompok tani lain,
koperasi, dan pedagang pengumpul yang ada di Kecamatan Silo sehingga
1
meniadakan biaya transportasi. Akan tetapi selain dijual kepada pedagang
pengumpul di Kecamatan Silo sendiri. Para anggota kelompok tani tidak memiliki
kekuasaan penuh untuk menentukan harga jual kopi ke pedagang pengumpul. Antara
anggota kelompok tani yang satu dengan anggota kelompok tani yang lainnya
memiliki harga jual yang berbeda-beda, karena mereka akan memilih para pedagang
pengumpul yang bersedia membeli hasil kopinya dengan harga yang lebih tinggi.
Tabel 1.1 Harga Kopi Robusta Per Tahun, Selama 4 Tahun Terakhir
Tahun Kisaran Harga / kg (Rp)
2010 15.000 - 16.000
2011 18.000 - 20.000
2012
2013
20.000 - 24.000
20.000 – 24.000
Sumber: Kelompok Tani Ketakasi Sidomulyo
Ketidakpastian harga kopi dunia yang berubah-ubah setiap tahun turut
mempengaruhi petani. Apabila harga kopi rendah maka sebagian besar petani dapat
beralih ke usaha lain, sehingga perawatan tanaman kopi berkurang yang akhirnya
mempengaruhi mutu biji kopi. Apabila harga kopi tinggi, petani cepatcepat menjual
biji kopinya. Setelah selesai panen, biji kopi dijemur beberapa hari, dilakukan
pengolahan kering dan kemudian langsung dijual tanpa disortasi terlebih dahulu.
Kendala lain adalah kebiasaan petani untuk mengambil buah kopi sebelum matang di
pohon sehingga pada saat panen buah kopi masih tercampur antara buah kopi yang
matang, belum matang, dan terlalu matang. Hal ini tentu tidak akan menghasilkan
kopi yang baik terutama setelah menjadi bubuk dan diolah menjadi minuman.
Kebiasaan ini mereka lakukan terutama karena keinginan mereka untuk
mendapatkan uang lebih cepat, terutama bagi petani yang hanya mengandalkan pada
kebun kopi.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi agribisnis kopi rakyat yang baik dan berkualitas
maka perlu di teliti lagi dengan meneliti variabel luas lahan, modal, pengalaman,
pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, dan akses informasi karena
variabel-variabel ini sangat berpengaruh terhadap produksi kopi rakyat Di
Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1
Apakah variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi
pemerintah daerah, akses informasi secara serempak berpengaruh terhadap produksi
agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember ?
Apakah variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi
pemerintah daerah, akses informasi secara parsial berpengaruh terhadap produksi
agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember ?
Variabel manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap produksi
agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan adapun
tujuan dari penelitian ini :
Menganalisis dan menguji ada tidaknya pengaruh luas lahan, modal, pengalaman,
pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara serempak
terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Menganalisis dan menguji ada tidaknya pengaruh luas lahan, modal, pengalaman,
pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara parsial
terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Menganalisis dan menguji variabel mana yang berpengaruh paling dominan terhadap
produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dari hasil penelitian
ini diharapkan sebagai berikut :
Bagi lokasi penelitian
Melalui hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan
masukan bagi petani kopi di Kecamatan Silo untuk meningkatkan produksi agribisnis
kopi rakyat, khususnya dalam strategi dalam meningkatkan kemampuan
beragribisnis kopi.
Bagi Politeknik Negeri Jember
1
Melalui hasil penenlitian ini, diharapkan menjadi landasan atau bahan informasi bagi
peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sama.
Bagi Peneliti
Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman
bagi peneliti khususnya tentang luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani,
kontribusi pemerintah daerah, akses informasi terhadap produksi agribisnis kopi
rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Studi Empiris
Penelitian terdahulu sangat penting kaitannya dengan suatu penelitian. Hasil-hasil
penelitian terdahulu merupakan dasar atau landasan yang cukup kuat bagi
pengembangan kerangka teoritis untuk menjawab permasalahan yang ada. Maka,
terdapat beberapa penelitian terdahulu untuk membantu dalam penelitian ini dapat
dipaparkan sebagai berikut :
Purba, (2012), Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi produksi Tanaman Kopi Di
Desa Dolog Huluan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, Hasil Penelitian, 1)
Luas lahan yang diusahakan oleh responden dari 66 petani di Desa Dolog Huluan
lebih dominan memiliki lahan garapan 0,50 – 1 Ha. Pada umumnya responden yang
mengusakan tanaman tersebut adalah masyarakat menengah dan sebagian lainnya
mendapatkan tanah dari orangtua responden. Nilai ekonomis tamanam kopi dengan
lahan 0,50 – 1 Ha sudah mendukung untuk menanam kopi dengan jarak yang
dibutuhkan 2,5 x 2,5 m. Dan dengan Luas lahan yang dimiliki berpengaruh positif
terhadap hasil produksi yang didapatkan oleh responden.Yaitu 950 – 1100 Kg. 2)
Modal yang dimiliki responden lebih banyak dari modal sendiri yaitu minimal Rp
3.500.000 selama satu tahun dan maksimal Rp 6.000.000. Modal yang dimiliki
responden sudah mendukung untuk penanaman kopi. Dan Modal berpengaruh positif
terhadap produksi, karena semakin banyak modal yang dimiliki responden maka
hasil produksi juga semakin baik. 3) Pemasaran produksi kopi di Desa Dolog Huluan
dilihat dari cara pemasarannya. Cara pemasaran yang dilakukan responden umumnya
melalui pedagang pengumpul atau perantara 76,00 %), dengan harga pemasaran
antara 21.000 – 22.000/Kg hal ini lebih menguntungkan. Dan memalalui pemasaran
ini responden merasa tidak kesulitan, karena pedagang pengumpul yang secara
langsung datang ke tempat responden. Maka dengan harga dan pemasaran kopi yang
ada di Desa Dolog Huluan, produksi tanaman kopi petani bisa disalurkan dengan
lancar.
Berniati, (2011), Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa
Sawit Di Kebun Bagerpang PP. London Sumatra Indonesia Tbk, Hasil Penelitian, 1)
Model persamaan regresi linier berganda untuk analisis faktor yang mempengaruhi
hasil produksi sawit di Kebun Bagerpang PP. London Sumatra Indonesia Tbk.
adalah : 14,759.56 +10.92 +20.51 Konstanta sebesar 14,759.56 menyatakan bahwa
6
jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel dan variabel maka hasil produksi kelapa
sawit (Y) adalah 14,759.56. koefisien regresi ganda sebesar 10.92 dan 20.51
menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda positif) satu nilai atau nilai luas
lahan dan curah hujan akan memberikan kenaikan hasil produksi sebesar 10.92 dan
20.51. 2) Uji regresi linier berganda adalah : Dari hasil perhitungan di atas dapat
dilihat bahwa < ,yaitu 9.528 < 9.55, maka diterima. Hal ini berarti bahwa regresi
linear ganda Y atas dan bersifat tidak nyata atau persamaan regresi yang diperoleh
belum layak digunakan untuk memprediksi rata-rata Y jika dan diketahui. 3) Dari
hasil perhitungan didapat korelasi positif yaitu sebesar 0.9295 yang menunjukkan
bahwa antara variabel X dan Y berhubungan secara positif dengan tingkat hubungan
yang tinggi dan kuat. Besar hubungannya ditentukan oleh nilai koefisien determinasi
sebesar 0.8640 atau sebesar 86.40%, ini berarti meningkat atau menurunnya produksi
kelapa sawit dapat dijelaskan oleh faktor luas lahan dan curah hujan, sedangkan
13.60% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain. 4) Dari hasil koefisien korelasi
parsial antara dengan Y dan antara dengan Y, diperoleh bahwa : Nilai koefisien
korelasi antara dengan Y adalah 0.8977. Hal ini berarti faktor luas lahan memberikan
pengaruh yang kuat terhadap hasil produksi kelapa sawit. Nilai koefisien korelasi
antara dengan Y adalah 0.7366. Hal ini berarti faktor curah hujan memberikan
pengaruh yang sedang terhadap hasil produksi kelapa sawit.
Ginting, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi
Kecamatan Meranti-Kabupaten Asahan, Hasil Penelitian, 1) Bahwa variabel X1
(Luas Lahan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi dengan
elastisitas < 1 (Inelastis), artinya luas lahan inelastis terhadap produksi padi di
Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. 2) Bahwa variabel X2 (Tenaga Kerja)
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap produksi padi dengan elastisitas < 1
(Inelastis), artinya luas lahan inelastis terhadap produksi padi di Kecamatan Meranti
Kabupaten Asahan. 3) Bahwa variabel X3 (Jumlah bibit) berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap produksi padi dengan elastisitas < 1 (Inelastis), artinya luas
lahan inelastis terhadap produksi padi di Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. 4)
Bentuk fungsi produksi adalah increasing return to scale yang berarti setiap
peningkatan semua input menyebabkan peningkatan output yang lebih besar.
Angkat, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi
Ateng (Studi Kasus Kabupaten Dairi), Hasil Penelitian, 1) Kopi ateng merupakan
salah satu jenis tanaman perkebunan rakyat yang sangat diharapkan dapat
6
meningkatkan kesejahteraan masyarakat kabupaten Dairi, terutama bagi petani kopi
ateng. Namun pada kenyataannya kondisi perekonomian sebagian besar petani kopi
ateng masih jauh dari sejahtera dan belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
apabila petani hanya bertumpu pada penghasilan dari kopi ateng saja. Kopi ateng
sebagai salah satu komoditi yang penting dalam dunia ekspor pada kenyataannya
belum mampu memperbaiki taraf hidup masyarakat, terutama petani kopi ateng di
kabupaten Dairi akibat tingginya harga bahan pokok sedangkan harga jual kopi ateng
masih rendah bahkan kadang tidak sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
Masih banyak yang perlu dibenahi agar petani kopi ateng benar-benar merasakan
kesejahteraan. 2) Luas lahan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi. 3) Pengeluaran pupuk mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat produksi kopi ateng di kabupaten
Dairi. 4) Jumlah tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif namun tidak signifikan
terhadap tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi.
Yurisinthae, dkk, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi
Usahatani Lidah Buaya Di Sentra Produksi Kota Pontianak Provinsi Kalimantan
Barat, Hasil Penelitian, Secara analisis inferensial, model yang dipergunakan untuk
memprediksi pengaruh penggunaan input produksi terhadap produksi daun segar
lidah buaya memberikan hasil yang memadai, yaitu dengan nilai koefisien
determinasi sebesar 98,9 persen. Uji secara simultan pada model menghasilkan nilai
F hitung sebesar 595,7 signifikan pada taraf kesalahan 5 persen. Uji secara
parsial menunjukan bahwa input produksi berupa penggunaan abu, pupuk urea dan
lahan mempengaruhi produksi pelepah segar lidah buaya masing-masing signifikan
pada taraf kesalahan 5 persen.
Tahir, dkk, (2010), Analisis Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Kedelai Di Sulawesi
Selatan, Hasil Penelitian, 1) Secara teknis faktor-faktor yang mempengaruhi
peningkatan produksi kedelai adalah tingkat pengalaman petani, jumlah angkatan
kerja dalam keluarga, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk KCl, jumlah pupuk organik,
dummy status kepemilikan lahan sistem bagi hasil, dummy varietas kedelai (varietas
unggul), dummy jarak tanam (40 x 15 cm dan 40 x 10 cm), dan dummy tipe
lahan. Ketiga input produksi (pupuk) tersebut masih bisa dinaikkan jumlahnya untuk
meningkatkan produksi. 2) Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap
peningkatan TER pada usahatani kedelai adalah luas lahan garapan petani, umur
petani, tingkat pendidikan petani, dan tingkat pengalaman petani. 3) Secara ekonomis
6
efisiensi produksi dalam usahatani kedelai belum optimal. Pencapaian efisiensi masih
dimungkinkan dengan mengurangi penggunaan tenaga kerja upahan (luar keluarga)
untuk menambah pendapatan, serta mengurangi penggunaan benih kedelai, tenaga
kerja upahan, dan luas lahan garapan untuk meningkatkan keuntungan usahatani
kedelai.
Zakaria, (2010), Program Pengembangan Agribisnis Kedelai Dalam Peningkatan
Produksi Dan Pendapatan Petani, Hasil Penelitian, Produksi kedelai dalam negeri
pada dua dekade terakhir (1998−2008) menunjukkan penurunan yang cukup tajam
sejalan dengan berkurangnya luas areal tanam. Kondisi ini sebagai akibat
menurunnya minat petani dalam menanam kedelai karena usaha tani kedelai dinilai
tidak memberikan keuntungan yang memadai. Upaya peningkatan produksi kedelai
di tingkat petani tidak hanya berkaitan dengan aspek teknis dan ekonomis, tetapi juga
strategi menggalang partisipasi petani dalam pengembangan kedelai. Untuk
mewujudkan partisipasi aktif petani dalam peningkatan produksi kedelai menuju
swasembada dan sekaligus peningkatan pendapatan mereka, perlu dijalin kerja sama
dan koordinasi berbagai pihak terkait dalam pelaksanaan program. Strategi
peningkatan produksi untuk mendorong partisipasi petani dapat ditempuh melalui
pola kebijakan insentif, dengan menetapkan jaminan harga dasar agar usaha tani
kedelai memberikan keuntungan yang layak kepada petani. Di samping itu,
diperlukan pemberdayaan dan peningkatan kapasitas petani melalui penyediaan
bantuan modal dan penyuluhan, serta pembenahan tata niaga melalui pemulihan
kembali peran Bulog sebagai pengimpor utama. Untuk mengantisipasi ancaman
krisis pangan di tengah melonjaknya harga kedelai dunia, pemikiran ego sektoral
perlu dihilangkan. Untuk itu, diperlukan peta jalan kebijakan strategis jangka pendek
maupun jangka panjang agar masing-masing sektor dapat berjalan bersama-sama
untuk mencapai swasembada kedelai. Menggairahkan partisipasi petani tidak hanya
akan memantapkan ketahanan Untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan di
tengah melonjaknya harga kedelai dunia, pemikiran ego sektoral perlu dihilangkan.
Untuk itu, diperlukan peta jalan kebijakan strategis jangka pendek maupun jangka
panjang agar masing-masing sektor dapat berjalan bersama-sama untuk mencapai
swasembada kedelai. Menggairahkan partisipasi petani tidak hanya akan
memantapkan ketahanan.
Hutauruk, (2009), Pengaruh Pendidikan Dan Pengalaman Petani Terhadap Tingkat
Produksi Tanaman Kopi Dan Kontribusinya Terhadap Pengembangan Wilayah Di
6
Kabupaten Tapanuli Utara, Hasil Penelitian, 1) Dari hasil analisis regresi, dapat
diketahui bahwa variabel bebas yang memiliki pengaruh yang lebih signifikan
terhadap produksi tanaman kopi adalah variabel pengalaman dimana nilai t-hitung
variabel pengalaman lebih besar dari nilai t-hitung variabel pendidikan formal dan
pendidikan non formal. 2) Kontribusi usahatani kopi terhadap pengembangan
wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara masih sangat rendah. Ini dapat dilihat dari
pendapatan petani kopi rata-rata di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Rp. 5.012.526
per tahun lebih rendah bila dibandingkan dengan PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto) perkapita Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2007, yakni sebesar Rp.
10.348.813. Keterserapan tenaga kerja dari usahatani kopi di Kabupaten Tapanuli
Utara untuk luas lahan kurang 0,5 Ha seluas 13.128,89 Ha (85,25 % dari total luas
areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara) juga masih sangat rendah yakni
dengan keterserapan sebesar 15 % dari jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara
pada tahun 2006 pada masa panceklik dan meningkat menjadi 39,99 % - 49,99 %
pada masa panen raya.
Panjaitan, (2008), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kopi Di Kabupaten
Dairi, Hasil Penelitian, 1) Produksi kopi di kabupaten dairi secara signifikan
dipengaruhi pleh luas lahan, pengalaman bertani, waktu kerja, dan pestisida. Nilai
koefisien determinasi (R2
) sebesar 0,9792 berarti bahwa luas lahan, pengalaman
bertani, waktu kerja, dan penggunaan pestisida mampu menjelaskan variasi produksi
di kabupaten Dairi sebesar 97,92%. 2) Secara parsial analisis menunjukkan sebagai
berikut: a) Luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi di
kabupaten Dairi pada α=5%. b) Pengalaman bertani berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produksi kopi di kabupaten Dairi pada α=5%. c) Waktu kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi di kabupaten Dairi pada
α=5%. d) Pestisida berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi di
kabupaten Dairi pada α=5%. e) Pupuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap
produksi kopi di kabupaten Dairi pada α=10%. 3) Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh bahwa koefisien (elastisitas) luas lahan dan waktu kerja mempunyai nilai
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan koefisien (elastisitas) pengalaman
bertani, penggunaan pestisida, dan pupuk. Oleh karena itu luas lahan dan waktu kerja
merupakan faktor yang memberikan kontribusi yang lebih besar dalam produksi kopi
di kabupaten Dairi. 4) Harga kopi di tingkat petani menjadi faktor utama rendahnya
pendapatan petani kopi yang memainkan peranan harga di tingkat petani adalah
6
pedagang pengumpul, sehingga kopi di tingkat petani kopi Dairi tidak sesuai dengan
pasaran kopi. Sehingga petani tidak berharap banyak dari tanaman tersebut.
Suryana, (2007), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Di
Kabupaten Blora (Studi Kasus Produksi Jagung Hibrida Di Kecamatan Banjarejo
Kabupaten Blora), Hasil Penelitian, 1) Secara keseluruhan model produksi jagung
yang diestimasikan memberikan hasil yang positip karena semua variabel independen
yang diamati terlihat bahwa variabel Luas lahan (X1), Varietas Bibit (X2), Jarak dan
jumlah tanaman (X3), Biaya tenaga kerja (X4) dan variabel Biaya pembelian pupuk
berpengaruh terhadap hasil Produksi Jagung Hibrida (Y). Berdasarkan analisis
nampak bahwa F hitung sebesar = 32,197 adalah signifikan, karena p > .05. Dengan
demikian, (Ho) 1 yang menyatakan bahwa :” Tidak ada pengaruh luas lahan, varietas
bibit, jarak dan jumlah tanaman, biaya tenaga kerja, dan biaya pembelian pupuk
terhadap hasil produksi jagung hibrida, ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) yang
menyatakan bahwa: ” Ada pengaruh luas lahan, varietas bibit, jarak dan jumlah
tanaman, biaya tenaga kerja, dan biaya pembelian pupuk terhadap hasil produksi
jagung hibrida di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora ”, diterima. 2) Berdasarkan
hasil analisis statistik pada tabel 5.5. dari analisis regresi ditunjukan bahwa untuk
standar koefisien beta untuk variabel jarak dan jumlah tanaman (X3) menunjuk
angka paling besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jarak dan jumlah
tanamam (X3) memberikan pengaruh dominan terhadap hasil produksi jagung
hibrida, dan berikutnya adalah variabel biaya tenaga kerja (X4) dan variabel varietas
bibit (X2).
Kartika, (2006), AnalisisFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prduksi Usahatani
Paprika Hidroponik Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung, Hasil
Penelitian, 1) Berdasarkan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas, secara parsial
produksi luas greenhouse, benih, tenaga kerja dan obat-obatan berpengaruh secara
nyata terhadap produksi paprika hidroponik, sedangkan untuk faktor pengalaman dan
tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap produksi praprika hidroponik dan
secara keseluruhan berdasarkan uji F model layak atau signifikan pada taraf 5 persen
artinya secara bersama-sama faktor produksi (varabel bebas), yaitu luas greenhouse,
benih, tenaga kerja, obat-obatan, pengalaman, dan tingkat pendidikan berpengaruh
nyata terhadap produksi paprika hidroponik. 2) Analisis efisiensi
penggunaan faktor-faktor produksi, penggunaan faktor produksi luas greenhouse,
benih, tenaga kerja dan obat-obatan belum efisiensi karena rasio NPM dan BKM
6
lebih besar dari satu. Oleh karena itu penambahan penggunaan faktor produksi luas
greenhouse, benih, tenaga kerja dan obat-obatan akan meningkatkan produksi. 3)
Analisis pendapatan dan biaya usaha tani, terlihat bahwa usahatani paprika
hidroponik di Kecamatan Parongpong menguntungkan. Hal ini terlihat dari
pendapatan pada kondisi optimal lebih besar daripada kondisi nilai R/C ratio yang
diperoleh lebih besar dari satu, yaitu sebesar 3,97.
Triyatno, (2006), Analisis Produksi Padi Di Jawa Tengah, Hasil Penelitian, 1)
Variabel luas lahan, tenaga kerja, benih dan pompa air, memberikan pengaruh positif
yang signifikan hingga taraf kepercayaan 5% terhadap produksi padi di Jawa Tengah
sehingga hipotesis luas lahan, benih, tenaga kerja dan pompa berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produksi padi dapat diterima. 2) Variabel pupuk
mempunyai hubungan yang positif tetapi tidak signifikan dalam mempengaruhi
produksi padi di Jawa Tengah. 3) Nilai elastisitas produksi (RTS) adalah 1,089
(elastis). Ini berarti bahwa secara umum usaha padi di Jawa Tengah masih bisa
beroperasi dengan skala usaha yang meningkat (increasing returns to scale), tetapi
sudah mendekati kondisi konstan (constant returns to scale).
Apriyanto, (2005), Pengaruh Status Dan Luas Lahan Usahatani Kentang (Solanum
Tuberosum L.) Terhadap Produksi Dan Pendapatan Petani (Kasus: Desa Argalingga,
Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat), Hasil
Penelitian, a) Lahan garapan di lokasi penelitian dapat diperoleh dengan cara
memiliki sendiri, menyewa dan menggadai. Lahan sewa diperoleh dengan
memberikan sejumlah uang sewa untuk beberapa periode tertentu. Sistem gadai
dilakukan dengan cara memberikan pinjaman uang kepada pemilik lahan dengan
lahan garapan sebagai jaminan. Lahan garapan dapat dimanfaatkan oleh pemberi
pinjaman untuk beberapa periode tertentu (di lokasi penelitian biasanya maksimal
tiga tahun), kemudian setelah petani pemilik dapat melunasi pinjaman maka lahan
garapan dikembalikan kembali kepada pemilik semula. b) Usahatani kentang di
lokasi penelitian berada pada kondisi Constant Return to Scale. Nilai koefisien
regresi faktor produksi seperti pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida dan tenaga
kerja tidak menunjukan pengaruh yang nyata pada a = 5% kecuali bibit kentang
berpengaruh yang nyata pada a = 10%, hal ini sesuai dengan hasil analisis input
produksi bahwa penggunaan faktor-faktor produksi tersebut tidak sesuai dengan
anjuran. c) Analisis biaya dan penerimaan menunjukan lahan sewa memberikan nilai
positif terhadap pendapatan dari ketiga status lahan. Lahan garapan berdasarkan luas
6
lahan mempunyai nilai R/C ratio kurang dari satu kecuali lahan kurang dari satu
hektar pada R/C ratio atas biaya tunai. Hal ini menandakan mayoritas petani kentang
di lokasi penelitian menderita kerugian karena penerimaannya lebih kecil dari biaya
produksi yang dikeluarkan. Uji - t lahan garapan menurut status kepemilikan (sewa,
milik dan gadai) tidak menunjukan perbedaan yang nyata dalam produksi kentang
per hektar (yield). d) Uji-t luas lahan menunjukan bahwa luas lahan garapan
tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi per hektar.
Saifulli, (2001), Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi produksi Emping
Mlinjo Di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan, Hasil Penelitian, 1) Rata-
rata produksi emping mlinjo setiap pengrajin pertahun mencapai 471,1 kilogram
dengan bahan baku 1.325 kilogram, menyerap hari kerja orang sebanyak 659 HKO,
modal kerja Rp. 770.000 dengan teknologi yang rendah. 2) Dari pengujian
menggunakan Fstatistik diketahui bahwa seluruh variabel luas bebas memberikan
pengaruh serempak terhdap tingkat produksi emping mlinjo. Besarnya koefisien
determinasi sekitar 81 persen berarti variabel bebas mempengaruhi variasi variabel
terikat sekitar 81 persen. 3) Faktor yang paling dominan mempengaruhi tingkat
produksi emping mlinjo adalah modal kerja, bahan baku, tenaga kerja kemudian
teknologi. Hal ini dilihat dari koefisien regresi dari persamaan yang sudah
dilogaritmakan.
Sitepu, (2000), Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Markisa Di
Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo, Hasil Penelitian, 1) Produksi markisa di
Desa Tanjung Barus Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo merupakan fungsi dari
luas lahan, jumlah tenaga kerja dan juga modal yang digunakan. Luas lahan
berpengaruh positif terhadap produksi markisa akan naik. Jumlah tenaga kerja juga
mempunyai hubungan yang positif terhadap markisa. Jika terjadi penambahan jumlah
tenaga kerja maka produksi markisa akan mengalami peningkatan. Jumlah modal
yang digunakan pada produksi markisa juga mempunyai hubungan yang positif. 2)
Melalui uji F diketahui bahwa luas lahan bersama-sama dengan jumlah tenaga kerja
dan jumlah modal yang digunakan mempengaruhi produksi markisa secara signifikan
(nyata). 3) Melalui uji t diketahui bahwa luas lahan berpengaruh negatif (non
signifikan) terhadap produksi markisa. Sedangkan untuk jumlah tenaga kerja maupun
jumlah modal yang digunakan berpengaruh positif (signifikan) terhadap produksi
markisa. 4) Dari hasil regresi diketahui bahwa selama periode tahun 1999 diketahui
bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi markisa adalah luas lahan,
6
jumlah tenaga kerja dan jumlah modal. 5) Berdasarkan hasil analisa regresi diperoleh
bahwa luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan jumlah modal memberikan pengaruh
yang signifikan pada produksi markisa.
2.2 Studi Teoritis
2.2.1 Produksi
Menurut Miller (2000) bahwa pengertian produksi adalah sebagai berikut “Produksi
adalah sebagai penggunaan atau sumber daya yang mengubah suatu komoditi
menjadi komoditi lainnya yang sama. Ada beberapa pengertian produksi menurut
para ahli diantaranya adalah sebagai berikut :
Partadireja (1985) Produksi adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan atau menambah guna atas suatu benda, atau segala kegiatan yang
ditunjukkan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran. Murti. dkk (1987)
Produksi adalah semua kegiatan dalam menciptakan atau menambah kegunaan
barang atau jasa, dimana untuk kegiatan tersebut diperlukan faktor-faktor produksi.
Berdasarkan beberapa pandangan diatas dapat di simpulkan bahwa produksi
merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda
atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.
Kegiatan menambah daya guna benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan
produksi jasa sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan
mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat
tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi.
2.2.2 Luas Lahan
Hernanto (1989) mengemukakan bahwa luas lahan usahatani dapat digolongkan
menjadi tiga bagian, yakni lahan yang sempit dengan luas >0,5 hektar,
lahan yang sedang dengan luas antara 0,5 sampai dengan 2 hektar dan
lahan yang luas dengan luas >2 hektar.
Wiriaatmadja (1977), menjelaskan bahwa petani yang memiliki tanah usaha yang
luas memiliki sifat dan kegemaran untuk mencoba teknologi baru dan akan selalu
6
berusaha sendiri mencari informasi yang diperlukan. Birowo et al. dalam Adjid,
( 2001) mengemukakan bahwa petani yang memiliki lahan yang luas sangat respon
terhadap penerapan teknologi baru di sector pertanian, sebaliknya pada lahan yang
sempit para petani menganggapnya tidak efektif.
Luas lahan dapat dibedakan dengan tanah pertanian. Lahan pertanian banyak
diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usaha tani misalnya sawah,
tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu
diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara tradisional perlu
dipahami agar dapat ditransformasi ke ukuran luas lahan yang dinyatakan dengan
hektar. Di samping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah juga diperhatikan
(Soekartawi, 2006). Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang
digarap/ditanami), maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan
tersebut.
Mubyarto (1990) menyatakan tanah sebagai faktor produksi, Tanah adalah mencakup
bagian permukaan bumi yang tidak ter tutup oleh air atau bagian dari permukaan
bumi yang dapat dijadikan untuk tempat bercocok tanam dan untuk tempat tinggal
termasuk pula kekayaan alam yang terdapat dida lamnya.
Lahan merupakan tempat dimana proses agribisnis kopi dilakukan.Luas lahan yang
ditanami suatu komoditi akan mempengaruhi tingkat produksi yang dihasilkan
komoditi tersebut.Dilihat dari segi efisiensi,semakin luas lahan yang diusahakan
maka akan semakin tinggi produksi dan pendapatan dan petani per satuan
luasnya.Begitu pula sebaliknya,jika luas lahan yang diusahakan sempit dan kecil
maka akan semakin rendah produksi dan pendapatan dan petani per satuan luasnya.
Menurut Lionberger. dkk (1982), bahwa keterbatasan lahan yang dimiliki petani akan
memberikan pengaruh pada kurang efisiennya pengolahan pertanian. Luas dan status
pemilikan lahan Menurut Mardikanto (1983) berpengaruh terhadap tingkat
intensifikasi, produktivitas, besarnya pendapatan yang dapat diperoleh petani.Upaya
pembanguna pertanian akan sulit dilakukan, apabila kepemilikan lahan lebih banyak
secara kotak-kotak dengan luas penguasaan lahan yang sempit, karena petani
cenderung bertindak sendiri-sendiri dan motivasi untuk bekerja sama dan menantang
resiko menjadi kurang (Daniel, 2004).
2.2.3 Modal
6
Modal adalah setiap hasil atau produk atau kekayaan yang digunakan untuk
memproduksi hasil selanjutnya (Daniel, 2004). Modal dapat berasal dari petani atau
juga dapat berasal dari luar diri atau diperoleh pinjaman melalui lembaga perkreditan
(bank atau koperasi). Menurut Mardikanto, (1993) Tersedianya kredit modal bagi
petani yang membutuhkannya akan merupakan kekuatan baru yang sangat
menentukan kecepatan dan keberhasilan suatu penyuluh.
Modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja, keberadaan modal
sangat menentukan tingkat atau macam teknologi yang diterapkan dan dapat
memberikan akibat yang positif atau negatif, terutama pada usahatani dengan
penguasaan lahan sempit. Akibat negatifnya antara lain kegagalan usaha atau
kerugian, sedangkan positifnya dapat memperoleh hasil yang lebih tinggi dan
keuntungan yang banyak (Daniel, 2004). Berdasarkan anggapan tersebut berarti ada
hubungan antara tingkat ketersediaan modal dengan motivasi petani dalam
meningkatkan lahan usahataninya. Termasuk juga petani kopi sehingga terdapat
kecenderungan bahwa modal memengaruhi motivasi petani dalam meningkatkan
produksi kopi.
2.2.4 Pengalaman
Padmowihardjo (1994) menyatakan bahwa pengalaman adalah suatu kepemilikan
pengetahuan yang dialami oleh seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan
sebagai hasil belajar sealam hidupnya. Seseorang akan berusaha menghubungkan hal
yang akan dipelajari dengan pengalaman yang dimiliki dalam proses belajar.
Pengalaman yang menyenangkan dapat memuaskan akan berdampak pada hal positif
bagi perilaku yang sama yang akan diterapkan pada situasi berikutnya.
Sedarmayanti (2009) “Pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan
seseorang, sedangkan pengalaman hanya mungkin diperoleh dalam hubungan
lingkungannya”. Pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan
seseorang dalam hal ini berarti bahwa jiwa dan kemampuan seseorang akan lebih
mapan jika orang tersebut telah merasakan keadaan yang sebenarnya.
6
Menurut Van den Ban. Dkk. (1999) Melalui pengalaman seseorang memperbaiki
kemampuan untuk melaksanakan suatu pola sikap. Sedangkan Mosher (1987)
menyatakan bahwa pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi aktivitas petani dalam usahataninya di mana cita-cita petani
berdasarkan pengalaman yang baik mengenai cara bercocok tanam yang baik dan
menguntungkan akan mempengaruhi terlaksananya pembangunan pertanian.
2.2.5 Pendidikan petani
Morgan. dkk. (1963) mengemukakan bahwa pendidikan memiliki makna yang
menumbuhkan dinamika orang, mengantarkan orang untuk menjadi modern, (mampu
menguasai lingkungan dan dunianya). Pendidikan yang ditempuh seseorang baik
secara formal dan nonformal akan sangat mempengaruhi pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap orang tersebut.
Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumberdaya manusia dan
merupakan pengubah utama kualitas sumberdaya manusia. Makin menungkat
pendidikan seseorang, maka kualitas kerjanya (performance) juga meningkat
(Syahyuti, 2006).
Soekanto (2002) menyatakan bahwa pendidikan mengajarkan kepada individu aneka
macam kemampuan, membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan cara berpikir
ilmiah. Petani yang relative lebih cepat dalam menerapkan hal-hal baru umumnya
adalah petani yang pendidikannya lebih tinggi dari masyarakat di sekitarnya, pandai
dan pengetahuannya luas (Wiriaatmadja, 1977).
Menurut Syahyuti, (2006)Ada tiga cara pendidikan untuk mengubah perilaku, yaitu:
(1) pendidikan formal, (2) pendidikan nonformal dan (3) pendidikan
informal. Rataan pendidikan formal petani kopi adalah sembilan tahun dengan
kisaran umur 5-12 tahun. Tingkat pendidikan formal sangatlah penting bagi petani
kopi karena akan membenatu petani kopi untuk lebih mudah mengadopsi inovasi,
menerapakan teknologi dalam usahataninya kopi dan menyelesaikan masalah-
masalah yang dihadapi. Makin meningkat pendidika seorang petani, maka kualitas
kerjanya juga meningkat. Artinya semakin tinggi pedidikan petani kopi semakin
berkembang wawasan berpikirnya dan semakin baik keputusannya dalam berusahtani
kopi yang lebih produktif.
2.2.6 Kontribusi Pemerintah Daerah
6
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kontribusi adalah sumbangan;
sedangkan menurut Kamus Ekonomi (T Guritno, 1992) kontribusi adalah sesuatu
yang diberikan bersama -sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau kerugian
tertentu atau bersama.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah pengertian pemerintah daerah menurut Misdyanti
dan Kartasapoetra, (1993:17) adalah pemerintah daerah adalah penyelenggara
pemerintahan di daerah. Dengan kata lain pemerintah daerah adalah pemegang
kemudi dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan daerah. Pengertian pemerintah
daerah menurut peraturan pemerintah (PP, 2004: 32) Tahun 2000 tentang pedoman
organisasi perangkat daerah adalah Pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta
perangkat daerah otonomi yang lain sebagai badan eksekutif daerah.
Pengertian lain mengenai Pemerintah Daerah tercantum dalam Himpunan Peraturan
Perundang-Undangan Pemerintahan Desa dan Kelurahan bahwa “Pemerintah Daerah
adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah adalah selaras dengan azas
desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan dapat diwujudkan dalam fungsi-
fungsi pemerintah daerah. Adapun fungsi pemerintah daerah menurut Misdyanti dan
Kartasapoetra, (1993) adalah:
Fungsi otonomi
Fungsi otonomi dari pemerintah daerah adalah melaksanakan segala urusan yang
telah diserahkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang lebih tinggi
tingkatannya.
Fungsi pembantuan
Merupakan fungsi untuk turut serta dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang
ditugaskan kepada pemerintah daerah oleh pusat atau pemerintah daerah tingkat
atasnya dengan kewajiban mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya.
Fungsi Pembangunan
Fungsi ini untuk meningkatkan laju pembangunan dan menambah kemajuan
masyarakat sehingga tuntutan dari masyarakatpun semakin berkembang dan
kompleks
Fungsi lainnya
Selain ketiga fungsi diatas terdapat fungsi lainnya adalah:
Pembinaan wilayah
6
Pembinaan masyarakat
Pemberian pelayanan,pemeliharaan serta perlindungan kepentingan umum.
Berdasarkan beberapa pandangan diatas dapat di simpulkan bahwa pemerintah
daerah yang dimaksudkan adalah pemerintah daerah dalam arti sempit. Pemerintah
daerah dalam arti sempit terdiri dari kepala daerah, sekertaris daerah, dan dinas-dinas
di daerah. Jadi pemerintah daerah merupakan suatu sistem yang ada dalam wilayah
daerah kabupaten dan bupati kepala daerah sebagai unsur pimpinan penyelenggara
pemerintah di daerah.
2.2.7 Akses informasi
Syah (2005) Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna untuk
membuat keputusan. Informasi berguna untuk pembuat keputusan karena informasi
menurunkan ketidakpastian (atau meningkatkan pengetahuan) Informasi menjadi
penting, karena berdasarkan informasi itu para pengelola dapat mengetahui kondisi
obyektif perusahaannya. Informasi tersebut merupakan hasil pengolahan data atau
fakta yang dikumpulkan dengan metode ataupun cara - cara tertentu.
Menurut Mcleod (2001) Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk
yang memiliki arti bagi si penerima dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan
saat ini atau mendatang. Petani yang telah maju dan berorientasi pada pasar akan
selalu berusaha dapat bertani dengan lebih baik dan selalu mengikuti perkembangan
kebutuhan pasar. Berusahatani yang baik akan selalu memerlukan adanya informasi
baru tentang segala hal yang berkaitan dengan usahataninya.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa akses
informasi adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mengikuti perkembangan
informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan yang lebih baik dan
menurunkan ketidakpastian (menambah pengetahuan).
Kerangka Proses Berpikir
Purba, (2012), Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi produksi Tanaman Kopi Di Desa Dolog Huluan Kecamatan Raya
Kabupaten Simalungun
Berniati, (2011), Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Di Kebun Bagerpang PP.
London Sumatra Indonesia Tbk
Ginting, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Kecamatan Meranti-Kabupaten Asahan
Angkat, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Ateng (Studi Kasus Kabupaten
Dairi)
Yurisinthae, dkk, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Lidah Buaya Di Sentra
Produksi Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat
Tahir, dkk, (2010), Analisis Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Kedelai Di Sulawesi Selatan
Zakaria, (2010), Program Pengembangan Agribisnis Kedelai Dalam Peningkatan Produksi Dan Pendapatan Petani
Hutauruk, (2009), Pengaruh Pendidikan Dan Pengalaman Petani Terhadap Tingkat Produksi Tanaman Kopi Dan
Kontribusinya Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Tapanuli Utara
Panjaitan, (2008), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kopi Di Kabupaten Dairi
6
Suryana, (2007), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Di Kabupaten Blora (Studi Kasus
Produksi Jagung Hibrida Di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora)
Kartika, (2006), AnalisisFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prduksi Usahatani Paprika Hidroponik Di Kecamatan
Parongpong Kabupaten Bandung
Triyatno, (2006), Analisis Produksi Padi Di Jawa Tengah
Apriyanto, (2005), Pengaruh Status Dan Luas Lahan Usahatani Kentang (Solanum Tuberosum L.)
Saifulli, (2001), Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi produksi Emping Mlinjo Di Desa Bandar Setia
Kecamatan Percut Sei Tuan
Sitepu, (2000), Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Markisa Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten
Karo
Studi Teoritis
Produksi
Miller (2000) Partadireja (1985)
Murti. dkk (1987)
Luas Lahan
Hernanto (1989) Birowo et al. dalam Adjid, ( 2001) Soekartawi, 2006). Mubyarto (1990) Lionberger dan Gwin (1982),
Mardikanto (1983) Daniel, 2004).
Modal
(Daniel, 2004). (Mardikanto, 1993).
Pengalaman
Padmowihardjo (1994) Sedarmayanti (2009) Van den Ban. Dkk (1999).
Mosher (1987)
Pendidikan petani
Morgan et al. (1963) Syahyuti,( 2006) Soekanto (2002) Wiriaatmadja, (1977) Combs dan Manzoor dalam Sahidu, (1998).
Kontribusi Pemerintah Daerah
T Guritno, (1992) Misdyanti dan Kartasapoetra, (1993), (PP, 2004: 32) Tahun 2000
Akses informasi
Syah, (2005). Mcleod, Raymond, 2001,
6
1.Variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara serempak
berpengaruh terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
2.Variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara parsial
berpengaruh terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
3.Salah satu dari variabel bebas diduga merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap produksi agribisnis kopi
rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji F dan Uji t
Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi berpengaruh
signifikan terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
2.4 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penulisan ini dapat digambarkan secara sistematis,
sebagai berikut:
Modal (X2)
Luas lahan (X1)
6
Produksi Agribisnis Kopi Rakyat (Y)
Pengalaman (X3)
Pendidikan Petani (X4)
Kontribusi Pemerintah Daerah (X5)
Akses informasi(X6)
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Serempak
Parsial
6
2.5 Hipotesis Penelitian
Dari perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan telah dituangkan
dalam kerangka pikir, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
Variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah
daerah, akses informasi secara serempak berpengaruh terhadap produksi agribisnis
kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah
daerah, akses informasi secara parsial berpengaruh terhadap produksi agribisnis kopi
rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Salah satu dari variabel bebas diduga merupakan variabel yang berpengaruh paling
dominan terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten
Jember.
6
III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu penelitian yang
dilakukan dalam satu waktu. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan pertimbangan lokasi penelitian adalah Kecamatan Silo sebagai salah satu
sentra produksi kopi yang memiliki luas lahan agribisnis kopi terluas di kabupaten
Jember. Suatu keberhasilan agribisnis dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
antara lain faktor luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi
pemerintah daerah, dan akses informasi. Pemerintah dituntut untuk dapat memonitor,
memahami, dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi
agribisnis kopi rakyat yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun kebijakan
dan strategi yang tepat agar dapat mengembangkan agribisnis kopi rakyat mengingat
permintaan pasar yang cukup tinggi terhadap komoditas kopi ,baik pasar luar negeri
maupun dalam negeri dan diharapkan pengembangan agrbisnis kopi rakyat dapat
meningkatkan produksi petani dan memperbaiki kesejahteraan petani. Penelitian ini
dilakukan di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Pengambilan data dilaksanakan
pada bulan September - November 2013.
3.2 Populasi Penelitian, Besar dan Teknik Pengambilan Sampel
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang dterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi pada
penelitian ini adalah petani kopi di Kecamatan Silo yang tergabung dalam kelompok
tani serta tercatat di Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Jember berjumlah
2.239 orang.
3.2.2 Besar dan Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah suatu cara untuk menentukan banyaknya sampel dan
pemilihan calon anggota sampel, sehingga setiap sampel yang terpilih dalam
penelitian dapat mewakili populasinya (representatif) baik dari aspek jumlah maupun
25
dari aspek karakteristik yang dimiliki populasi. Teknik pengambilan sample yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Probability sampling.
Probability sampling adalah teknik pengambilan sample yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sample (Sugiyono, 2009). Teknik ini meliputi, sample random sampling,
proportionate stratified random sampling, disproportionarate stratified random,
sampling area sampling. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Proportionate
Stratified Random Sampling sebagai teknik pengambilan sample, yaitu populasi
mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata porposional (Sugiyono,
2009). Pengambilan sample berstrata digunakan apabila kita berpendapat bahwa ada
perbedaan ciri, atau karakteristik antara strata-strata yang ada, sedangkan perbedaan
tersebut mempengaruhi variabel (Arikunto, 2010). Porposional atau disebut juga
sample imbangan adalah teknik pengambilan sample porporsi atau sample imbangan
yang dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau
sampel wilayah (Arikunto, 2010).
Menurut Roscoe dalam buku Research Methods For Busines dalam Sugiyono, 2009,
memberikan saran tentang ukuran sample untuk penelitian seperti berikut ini :
Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan
500.
Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan
lain- lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau
regresi berganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari
jumlah variable yang diteliti. Misalnya variable penelitiannya ada 7 (independen +
dependent), maka jumlah anggota sampel = 10 x 7 = 70.
Untuk penelitian ekperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing
antara 10 s/d 20.
Populasi petani kopi di Kecamatan Silo yang tergabung dalam kelompok tani serta
tercatat di Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Jember berjumlah 2.239
orang. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 70 responden petani kopi di
Kecamatan Silo yang tergabung dalam kelompok tani dengan pertimbangan
terbatasnya waktu, dana dan tenaga. Sampel sebanyak 70 petani dianggap sudah
25
mewakili dari populasi yang ada. Berdasarkan teori tersebut, jumlah sampel 70 telah
memenuhi persyaratan ukuran sampel penelitian.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulan. Di dalam variabel harus jelas aspek –aspek atau faktor-
faktor yang akan dikemukakan (Sugiyono, 2009). Penelitian ini menggunakan
variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah
daerah, dan akses informasi
.
3.3.1 Klasifikasi Variabel
Klasifikasi variabel merupakan mempuyai maksud untuk mengetahui variabel apa
saja yang digunakan dalam penelitian. Klasifikasi dalam penelitian ini yaitu:
Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan
variabel terikat (Sugiyono, 2009). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
karakteristik Petani Kopi yaitu:
X1 : Luas Lahan Garapan
X2 : Modal
X3 : Pengalaman Beragribis Kopi
X4 : Pendidikan Formal Petani
X5 : Kontribusi Pemerintah Daerah
X6 : Akses Informasi
Variabel terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi akibat karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Produksi Agribisnis Kopi Rakyat .
3.3.2 Definisi Operasional Variabel
25
Berdasarkan pokok permasalahan yang diajukan, variable-variabel yang dianalisis
dapat dikelompokan sebagai berikut :
Luas lahan Garapan (X1),
Jumlah satuan hamparan tanah dalam hektar yang dimiliki dan dikuasai petani untuk
ditanami kopi, baik lahan yang menjadi milik sendiri, lahan yang disewa, ataupun
lahan yang ditanam. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Luas
lahan Garapan:
Keuntungan status kepemilikan lahan baik menyewa atau milik sendiri.
Status kepemilikan lahan sendiri tidak ditanami tanaman lain.
Luas status kepemilikan lahan mempengaruhi produksi.
Modal (X2),
Pernyataan petani tentang jumlah uang dalam rupiah yang digunakan dalam
berusahatani kopi, baik berasal dari milik sendiri, pinjaman ataupun bantuan dari
pihak lain. Jumlah modal diukur dengan skala rasio, sedangkan asal modal diukur
dengan skala nominal. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Modal:
Permodalan yang dimiliki dalam beragribis kopi.
Jumlah modal yang dimiliki sepenuhnya untuk beragribis kopi.
Peran pemerintah dalam pemberian modal beragribis kopi.
Pengalaman Beragribis Kopi (X3),
Pengalaman beragribis yang diimiliki petani baik mengenai cara bercocok tanam
yang baik dan menguntungkan yang akan mempengaruhi produksi kopi. Lamanya
petani beragribis kopi yang dinyatakan dalam tahun, dengan skala pengukuran rasio.
Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Pengalaman Beragribis:
Pengalaman beragribis kopi yang dimiliki.
Pengaruh pengalaman beragribis kopi yang dimiliki.
Ketrampilan dalam beragribis kopi.
Pendidikan Formal Petani (X4),
Lamanya petani mendapatkan atau mengikuti proses belajar formal yang pernah
dicapai, yang dinyatakan dengan jumlah tahun petani mengikuti pendidika formal,
dengan skala rasio.Kontribusi pemerintah daerah (X5),
Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Pendidikan Formal Petani:
Peran tingkat pendidikan formal dalam beragribis kopi.
Inovasi dalam beragribis kopi.
Pengaruh peran tingkat pendidikan formal dalam beragribis kopi.
25
Kontribusi Pemerintah Daerah (X5)
Keterlibatan yang dilakukan oleh kepala daerah, sekretaris daerah, dan dinas-dinas di
daerah.melalui peluang pasar, pendampingan petani, kepastian harga kopi.dalam
kepada petani kopi yang akan memberikan dampak terhadap produksi kopi rakyat.
Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel pemerintah daerah:
Peran pemerintah dalam hal peluang pasar.
Peran pendampingan dalam beragribis kopi pada petani
Kepastian harga kopi.
Akses informasi (X6)
Upaya petani untuk mencari informasi mengenai usahatani kopi baik didalam
maupun diluar sistem sosialnya yang dinyatakan dalam frekuensi. Upaya tersebut
dilihat dari frekuensi petani berinteraksi dengan sumber informasi, memanfaatkan
media massa dan mencari informasi ke luar daerah. Pengukurannya dengan
menggunakan skala rasio. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel
Akses informasi:
Manfaat media massa dalam beragribis kopi.
Pencarian informasi keluar daerah dalam beragribis kopi.
Peran tokoh penyuluh dalam beragribis kopi.
Produksi Agribisnis (Y)
Segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah nilai kegunaan suatu produk
agribisnis. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Produksi
Agribisnis:
Keadaan tanaman per luas lahan
Produksi lahan beragribis kopi.
Ketersedian tenaga kerja dalam beragribis kopi.
3.4 Instrumen Penelitian
Alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dan
informasi adalah kuesioner yang ditunjukkan kepada 70 Petani Kopi Rakyat di
Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Sebelum disebarkan keseluruh petani Kopi
Rakyat sebagai data primer atau data responden sebenarnya, kuesioner tersebut diuji
terlebih dahulu validitas dan realibilitasnya
Sugiyono (2009). Dalam penyusunan instrumen penelitian, yakni dalam penelitian
format jawaban untuk pertanyaan, penelitian menggunakan format skala likert. Skala
25
likert pada umumnya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, presepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fonomena social. Umumnya, instrumen penelitian
yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checlist ataupun pilihan
ganda. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Penelitian yang digunakan ini merupakan analisis kuantitatif dalam bentuk checklist
dengan memberi tanda (√) sebagai bentuk instrumen penelitian, maka jawaban-
jawaban dari pilihan tersebut diberikan skor sebagai berikut :
Sangat setuju : skor 4
Setuju
: skor 3
Tidak setuju : skor 2
Sangat tidak setuju : skor 1
3.5 Lokasi Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive Methods). Daerah
penelitian yang dipilih adalah Kecamatan Silo Kabupaten Jember Provinsi Jawa
Timur mengingat kecamatan Silo daerah terluas penghasil kopi. Penelitian dilakukan
pada bulan September-November 2013 selama 3 bulan yang meliputi persipan awal
sebelum penelitian sampai dengan tahap penyelesaian penelitian.
3.6 Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sangat berpengaruh sekali dengan hasil penelitian karena
pemilihan metode pengumpulan data yang tepat akan dapat diperoleh data yang
relefan, akurat dan reliabel, metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
Tahapan sebelum pengumpulan data di lapang, yaitu mengadakan pengamatan dan
penelitian pendahuluan di Perkebunan Rakyat Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Tahap pengumpulan data primer yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner
yang diperoleh secara langsung dari responden yaitu informasi atau data dari jawaban
seluruh petani di Perkebunan Rakyat Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Tahapan pengumpulan data sekunder diperoleh dari perpustakaan, literatur, maupun
laporan penelitian terdahulu (dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan)
25
3.7 Teknik Analisis
3.7.1 Uji Validitas
Sugiyono (2009). Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah. Cara paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas
suatu instrumen adalah dengan cara mengkorelasikan antara score yang diperoleh
pada masing-masing item (pertanyaan atau pernyataan) dengan score item dengan
score total haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu. Untuk menguji
validitas dari pertanyaan, dengan taraf signifikan (α) = 5% digunakan rumus
koefisien korelasi produk moment.
Rumus validitas adalah: (Sugiyono, 2009)
r
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
x = Variabel independen
y = Variabel dependen
n = Jumlah sampel
Tabel 3.1 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Inteerpretasi r
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono, 2009
3.7.2 Uji Reliabilitas
Mengetahui konsitensi alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan
indikator dari veriabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliable atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu (Sugiyono,2009).
ri =
25
Keterangan:
ri = Reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
Selanjutnya untuk teknik perhitungan kedua uji diatas akan dilakukan secara
otomatis dengan menggunakan alat bantu SPSS 16.
3.8 Metode Analisis Data
Setelah data dikumpulkan proses selanjutnya adalah menganalisis data yang telah
diperoleh, analisis data dilakukan dengan menggunakan:
3.8.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan regresi berganda. Analisis regresi
berganda adalah alat untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan dua atau
lebih variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, X6 ……..Xn) terhadap variabel terikat (Y)
(Sunyoto, 2012). Rumus pengujian regresi linier berganda:
Keterangan :
Y = Produksi Agribisnis Kopi Rakyat
a = Konstanta
b = Koefisien dari variabel bebas (X)
X1 = Luas Lahan Garapan
X2 = Modal
X3 = Pengalaman Beragribis Kopi
X4 = Pendidikan Formal Petani
X5 = Kontribusi Pemerintah Daerah
X6 = Akses Informasi
e = Kesalahan / Pengganggu (error)
3.8.2 Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
25
Koefisien determinasi (R2
) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefesien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
indepeden dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan variasi variabel
dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang relative rendah
karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan
untuk data runtun waktu biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi tinggi
(Imam Ghozali, 2005).
Apabila dalam penelitian hanya terdapat satu atau dua variabel independen maka R2
yang digunakan, namun jika dalam sebuah penelitian terdapat lebih dari 2 variabel
independen atau variabel bebas maka adjusted R square yang digunakan, dengan
demikian penelitian ini menggunakan adjusted R square untuk mengukur seberapa
besar variabel bebas (independen) yaitu luas lahan (X1), modal (X2), pengalaman
(X3), pendidikan petani (X4), kontribusi pemerintah daerah (X5), akses informasi (X6),
dapat mempengaruhi atau menerangkan variabel terikatnya (dependen) yaitu (Y)
Pendapatan Agribisnis Kopi Rakyat. Setiap tambahan satu variabel independen yaitu
luas lahan (X1), modal (X2), pengalaman (X3), pendidikan petani (X4), kontribusi
pemerintah daerah (X5), akses informasi (X6), maka nilai R2 p
asti meningkat tidak
peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
Produksi Agribisnis Kopi Rakyat (Y), sedangkan nilai adjusted R square dapat
meningkat atau turun apabila satu variabel dependen atau (Y) Produksi Agribisnis
Kopi Rakyat ditambah kedalam model. Teknik perhitungan koefisien determinasi
berganda pada penelitian ini menggunakan software SPSS 16.0
)1)((
)1(1
_ 2
2
Rkn
n
RAdjusted
−−
−−
=
Keterangan:
= Koefisien determinasi
n = Banyaknya responden
k = Banyaknya variabel bebas
25
3.8.3 Uji F
Menurut Sugiyono (2009), Untuk menguji secara serempak terhadap koefisien
korelasi ganda maka dapat digunakan uji F sebagai berikut :
Fhit
Keterangan:
R2
= koefisien korelasi ganda
K = jumlah variabel independen
N = jumlah anggota sampel
= Fhit yang selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel
Kriteria pengujian hipotesis:
Apabila Fhit > Ftabel, pada taraf signifikan yang ditentukan, maka Ho diterima dan Ha
ditolak sehingga variabel independen secara serempak mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan. Apabila F hit < Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
sehingga variabel independen secara serempak tidak mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan.
3.8.4 Uji t
Digunakan untuk menguji tingkat signifikan pengaruh variabel-variabel bebas secara
parsial terhadap variabel terikat (Sugiyono, 2009).
thitung
Keterangan:
t = Pengujian secara Parsial
bi = Korelasi Regresi Linier dari X1 sampai X3
s (bi) = Standar Deviasi bi
Kesimpulan keputusan :
Apabila thit < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga variabel independen
tidak mempengaruhi secara signifikan. Apabila t hit > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, sehingga variabel independen mempengaruhi secara signifikan.
25
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Keadaan Wilayah
4.1.1 Kecamatan Silo
Kecamatan Silo merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten
Jember, Propinsi Jawa Timur. Jarak pusat pemerintahan Kecamatan Silo ± 30 Km
dari pusat pemerintahan Kabupaten Jember dan ± 267 Km dari Ibukota Propinsi Jawa
timur. Topografi daerah ini berbukit-bukit atau bergunung dan berhawa sejuk dengan
ketinggian rata-rata antara 600 hingga 750 meter di atas permukaan laut dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kecamatan Ledokombo
Sebelah selatan : Kecamatan Tempurejo
Sebelah barat : Kecamatan Mayang
Sebelah timur : Kabupaten Banyuwangi
Daerah ini menyajikan keindahan alam perbukitan dengan perpaduan kehidupan
pertanian agraris. Di Kecamatan ini juga terdapat beberapa agrowisata, misalnya
Agrowisata Gunung Gumitir (PTPN XII) dimana kita bisa menikmati pembibitan,
penanaman dan penggilingan kopi.Beberapa sungai melintasi wilayah ini, antara lain
Sungai Merawan dengan panjang 0,45 km, Sungai Curah Mas 0,20 km, Sungai
Garahan 0,40 km dan Sungai Gila 0,20 km.
Luas wilayah Kecamatan Silo yaitu 30.998,23 Ha. Kecamatan Silo memiliki 9 desa
yaitu Desa Mulyorejo, Desa Pace, Desa Harjomulyo, Desa Karangharjo, Desa Silo,
Desa Sempolan, Desa Sumberjati, Desa Garahan, dan Desa Sidomulyo. Kesembilan
desa tersebut, hanya ada dua desa yang produksi perkebunannya melimpah dalam
komoditi kopi, yaitu Mulyorejo dan Desa Pace, sehingga menjadikan kedua desa
tersebut sebagai sentra produksi kopi rakyat.
4.2 Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk Kecamatan Silo pada tahun 2011 sebanyak 105.267 jiwa yang
terdiri dari 50.618 jiwa penduduk laki-laki dan 54.649 jiwa penduduk perempuan
373737
dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 30.256 jiwa. Sebaran penduduk menurut
luas wilayah dan jumlah penduduk kecamatan silo disajikan dalam Tabel 4.1
Tabel 4.1 Sebaran Penduduk Menurut Golongan Umur Di Kecamatan Silo Pada
Tahun 2011
No Kelompok
Umur
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Jumlah
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
1 0-4 4.379 4.304 8.683 8,56 8,17 8,36
2 5-9 4.535 4.482 9.017 8,87 8,50 8,68
3 10-14 4.782 4.695 9.477 9,35 8,91 9,13
4 15-19 3.998 3.987 7.985 7,82 7,57 7,69
5 20-24 3.566 4.014 7.580 6,97 7,62 7,30
6 25-29 4.111 4.489 8.600 8,04 8,52 8,28
7 30-34 3.931 4.357 8.288 7,69 8,27 7,98
8 35-39 4.384 4.326 8.710 8,57 8,21 8,39
9 40-44 3.965 3.910 7.875 7,75 7,42 7,58
10 45-49 3.396 3.460 6.856 6,64 6,57 6,60
11 50-54 3.075 2.800 5.875 6,01 5,31 5,66
12 55-59 2.282 2.106 4.388 4,46 4,00 4,23
13 60-64 1.855 1.902 3.757 3,63 3,61 3,62
14 65-69 1.243 1.494 2.737 2,43 2,83 2,64
15 70-74 826 1.164 1.990 1,61 2,21 1,92
16 75+ 819 1.213 2.032 1,60 2,30 1,96
JUMLAH 51.147 52.703 103.850 100,00 100,00 100,00
Sumber :BPS Kecamatan Silo Dalam Angka 2011
Berdasarkan Tabel 4.1, jumlah penduduk Di Kecamatan Silo usia yaitu umur 0-14
tahun sekitar 27.177 jiwa (26,17%), penduduk angkatan kerja yaitu umur 15-54 tahun
mencapai 31.343 jiwa (30,18%), dan penduduk usia lanjut yaitu umur > 55 tahun
berjumlah 7.789 jiwa (7,59%). Penduduk usia 15-54 tahun merupakan penduduk
yang termasuk dalam usia angkatan kerja. Sedangkan usia < 15 tahun merupakan
penduduk di luar usia angkatan kerja. Kelompok non angkatan kerja yaitu umur 0-14
dan > 55 tahun terdiri dari penduduk usia sekolah dan penduduk berusia lanjut.
Sebaran penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.2 :
Tabel 4.2 Sebaran Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kecamatan Silo
Pada Tahun 2011
N
o
Mata Desa
Jum
lah
Persen
tase
Pencaharian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 (%)
1 Pertanian
2.1
72
4.1
58
2.1
32
2.8
89
1.9
02
1.7
82
2.1
56
2.2
75
2.1
98
21.6
64
71,60
2 Industri 27
12
2
11
3
33 34 54 36 52 32 503 1,66
3 Kontruksi 36 43 36 42 36 46 62 54 46 401 1,33
4 Perdagangan
19
2
29
0
15
4
27
4
19
3
36
8
28
6
29
1
25
1
2.29
9
7,60
5 Angkutan 39 34 28 26 31 45 58 43 28 332 1,10
6 Dll
68
9
76
4
70
3
67
1
45
9
46
8
44
2
36
7
49
4
5.05
7
16,71
Jumlah 30.2 100,0
373737
56 0
Sumber :BPS Kecamatan Silo Dalam Angka 2011
Keterangan : 1= Mulyorejo
2= Pace
3= Harjomulyo
4= Karangharjo
5= Silo
6= Sempolan
7= Sumberjati
8= Garahan
9= Sidomulyo
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan
Silo mata pencahariannya bergerak dibidang pertanian. Jumlah penduduk yang
bekerja sebagai petani adalah sebesar 21.664 jiwa atau sebesar 71,60 % dari seluruh
jumlah penduduk yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Silo memiliki
potensi yang cukup besar dibidang pertanian, namun masih banyak penduduk yang
belum memiliki lahan pertanian sendiri. Kegiatan menjadi buruh tani dilakukan oleh
penduduk yang tidak memiliki lahan pertanian pada saat musim paceklik ataupu
musim sedang.
Dengan potensi penduduk terbesar sebagai petani, maka Kecamatan Silo dapat
dikatakan sebagai daerah yang potensial untuk dikembangkan, terutama hasil
pertanian yang dapat memberikan nilai kontribusi pendapatan yang cukup tinggi
berdasarkan penerimaan yang diperoleh petani untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-harinya.
4.3 Sektor Pendidikan
Kecamatan Silo memiliki berbagai sarana dan potensi yang memadai untuk sektor
pendidikan dasar dua belas tahun. Hal ini dikarenakan fasilitas pendidikan seperti
gedung untuk Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjut Tingkat Petama (SLTP), dan
Sekolah Menengah Umum (SMU) kurang tersedia dan memenuhi syarat. Sebaran
penduduk menurut tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Sebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kecamatan Silo
Pada Tahun 2011
N
o
Tingkat Desa
Juml
ah
Persen
tase
Pendidika
n
1 2 3 4 5 6 7 8 9
(jiwa
)
(%)
1
Tidak
Sekolah
3.
16
8
5.
09
3
2.
34
7
2.
67
3
2.
15
4
1.
77
2
1.
89
2
1.
58
8
1.
81
2
22.49
9
23,64
2
Tidak
Tamat
Sekolah
2.
79
8
3.
35
8
2.
34
2
1.
79
2
2.
25
8
1.
85
7
1.
95
1
2.
21
6
1.
86
5
20.43
7
21,47
3 SD/MI
5.
07
0
5.
21
4
2.
92
4
3.
69
4
3.
33
8
2.
84
8
4.
22
6
5.
32
1
4.
41
6
37.05
1
38,93
373737
4 SMP/MTs
86
8
1.
12
0
81
2
1.
36
9
94
5
94
9
1.
12
0
1.
14
1
90
8
9.232 9,70
5 SMU/MA
34
8
51
5
34
8
64
0
52
1
58
1
81
6
60
3
27
2
4.644 4,88
6 SMK 40 37 41 14 42 28 36 62 27 327 0,34
7 D-1/2 18 24 10 10 19 31 31 17 6 166 0,17
8 D-3 8 7 6 13 23 23 35 14 3 132 0,14
9 D-4/S-1 32 68 49 78 58 95
14
9
97 28 654 0,69
1
0
S-2/3 0 1 2 3 1 5 7 2 4 25 0,03
JUMLAH
95.16
7
100,00
Sumber :BPS Kecamatan Silo Dalam Angka 2011
Keterangan : 1= Mulyorejo
2= Pace
3= Harjomulyo
4= Karangharjo
5= Silo
6= Sempolan
7= Sumberjati
8= Garahan
9= Sidomulyo
Berdasarkan Tabel 4.3 Dapat diketahui bahwa penduduk Kecamatan Silo sebagian
besar adalah tamatan SD/sederajad, yaitu sekitar 37.051 jiwa atau sekitar 38,93 %
dari seluruh jumlah penduduk yang ada. Penduduk Kecamatan Silo yang tidak
sekolah sebesar 22.499 atau 23,64 %. Sedangkan penduduk Kecamatan Silo yang
tidak tamat sekolah sebesar 20.437 atau 21,47 %.
Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat di Kecamatan Silo terhadap
pendidikan kurang baik, sehingga sudah tidak banyak penduduk di Kecamatan Silo
yang mengenyam pendidikan formal. Jumlah sarana pendidikan yang ada di
Kecamatan Silo dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Jumlah Sarana Pendidikan Di Kecamatan Silo Pada Tahun 2011
N
o
Sarana Desa
Jum
lah
Persen
tase
Pendidikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
(uni
t)
(%)
1 TK
1
0
8 8 7 6 9 3 5 3 59 33,71
2 Sekolah Dasar 5 5 4 2 5 3 5 2 9 40 22,86
3 SLTP 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 1,71
4 SD Non Diknas 5 5 3 2 1 2 0 2 0 20 11,43
5 SLTP Non Diknas 1 1 1 1 2 0 0 2 2 10 5,71
6 SMU Non Diknas 0 0 1 1 1 1 0 0 1 5 2,86
7
Lembaga
Pendidikan
1
1
0
1 5 9 6 0 4 2 38 21,71
Keagamaan Non
Formal
JUMLAH 175 100,00
Sumber :BPS Kecamatan Silo Dalam Angka 2011
Keterangan : 1= Mulyorejo
373737
2= Pace
3= Harjomulyo
4= Karangharjo
5= Silo
6= Sempolan
7= Sumberjati
8= Garahan
9= Sidomulyo
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat kita lihat bahwa sarana pendidikan di Kecamatan Silo
cukup memadai, sehingga tidak mengherankan apabila kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan juga semakin meningkat pula. Akan tetapi sarana pendidikan
yang tinggi lebih sedikit, penduduk yang menempuh pendidikan tinggi juga semakin
sedikit. Jadi jumlah sarana pendidikan juga mempengaruhi tingkat pendidikan
penduduk.
4.4 Potensi Wilayah
Kecamatan Silo memiliki luas kurang lebih 30.998,23 Ha dengan klasifikasi sebagian
besar merupakan pengairan sawah, ladang atau tegalan, tambak atau kolam,
perkebunan, bangunan beserta halamannya dan sebagainya. Tata guna tanah di
Kecamatan Silo Kabupaten Jember ditunjukkan pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Tata Guna Tanah dan Jenis Pengairan Di Kecamatan Silo Kabupaten
Jember Tahun 2011
No
Pengguna
an
Desa luas
Perse
ntase
1 2 3 4 5 6 7 8 9 (Ha) (%)
1
Pengairan
Sawah
5
10
3
85 10
20
5
31
4
497
22
2
15
0
1.59
1
5,13
a. Teknis 0 0 0 0
20
5
26
2
280 0 0
b.
Setengah
Teknis
0 0 85 0 0 0 0 69
15
0
c. Non
Teknis
5
10
3
0 10 0 52 217
15
3
0
2
Ladang /
Tegalan
1.
87
5
46
8
39
9
29
5
62
8
25
8
239
41
9
63
7
5.21
7
16,83
3
Tambak /
kolam
0 2 1 2 0 0 1 0 0 5 0,02
4
Perkebun
an
2.
63
4
1.
43
9
1.
03
9
31
9
91
4
5 40
20
3
1.5
12
8.10
4
26,14
5 Bangunan
10
0
19
1
15
7
17
0
11
6
82 112
14
1
11
2
1.18
0
3,81
6 Lainnya
22
8
2.
92
7
2.
16
4
10
5
2.
80
2
41
3.3
83
51
8
2.7
35
14.9
02
48,07
373737
JUMLAH
30.9
98
100,00
Sumber :BPS Kecamatan Silo Dalam Angka 2011
Keterangan : 1= Mulyorejo
2= Pace
3= Harjomulyo
4= Karangharjo
5= Silo
6= Sempolan
7= Sumberjati
8= Garahan
9= Sidomulyo
Keseluruhan luas lahan di Kecamatan Silo adalah 30.998,23 Ha. Tanah Kecamatan
Silo sebagian besar digunakan untuk fungsi pengairan sawah (5,13%) yang meliputi
teknis, setengah teknis, non teknis kemudian untuk ladang/tegalan (16,83),
tambak/kolam (0,02%), Bangunan dan halamannya (3,81%) dan sisanya
dimanfaatkan sepenuhnya untuk tanah perkebunan rakyat (26,14%). Lahan yang
dominan di Kecamatan Silo adalah tanah perkebunan. Jenis tanaman yang
diusahakan menjadi komoditi utama adalah kopi robusta.
4.5 Penanganan Pasca Panen Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo
Bulan panen kopi biasanya terjadi antara bulan Mei hingga bulan September dengan
puncak panen antara Juli-Agustus. Penanganan pasca panen yang umum dilakukan
oleh petani kopi rakyat di Kecamatan Silo adalah pengolahan kering. Pengolahan
kering yang diterapkan di Kecamatan Silo adalah pengolahan kering pecah kulit.
Pemanenan buah kopi umumnya untuk buah kopi petik merah dan kuning umumnya
dilakukan selama 3 kali masa panen selama bulan Juli hingga September. Setelah
panen, buah kopi dipecah menggunakan alat yang disebut kneuzer. Buah kopi yang
telah dipecah dikeringkan selama 7 – 10 hari di atas lantai semen hingga mencapai
kadar air 13 – 15%. Kopi pecah kulit yang telah kering kemudian dikupas
menggunakan huller. Tahap akhir adalah proses sortasi jika diinginkan oleh pembeli.
Pada pengolahan basah, petani menerapkan pemetikan selektif sejak di pohon.
Setelah pemetikan buah kopi merah, buah kopi dikupas (pulping). Setelah
pengupasan kulit buah, biji kopi difermentasi selama ± 12 - 24 jam dalam bak
fermentasi. Pencucian biji kopi dilakukan secara manual ataupun menggunakan
mesin pencucian (washer). Biji kopi kemudian dikeringkan selama 4 - 5 hari untuk
mencapai kadar air 12%. Pada saat ini, pengeringan biji kopi olah basah untuk ekspor
373737
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo
Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo

More Related Content

What's hot

contoh lembar pengesahan
contoh lembar pengesahancontoh lembar pengesahan
contoh lembar pengesahan'Dwi Indasari'
 
Laporan KKN Alternatif UNNES 2014
Laporan KKN Alternatif UNNES 2014Laporan KKN Alternatif UNNES 2014
Laporan KKN Alternatif UNNES 2014Zulyy Zelyytta
 
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan AnemiaLaporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan AnemiaMaulana Sakti
 
Laporan KKN UNNES Desa Mororejo Kec Kaliwungu
Laporan KKN UNNES  Desa Mororejo Kec KaliwunguLaporan KKN UNNES  Desa Mororejo Kec Kaliwungu
Laporan KKN UNNES Desa Mororejo Kec KaliwunguFikri Nisa
 
59551206200907321
5955120620090732159551206200907321
59551206200907321Jamil Jamil
 
LAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARAN
LAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARANLAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARAN
LAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARANAsri Yunita
 
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molexDigital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molexeko_apt
 
APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...
APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...
APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...Uofa_Unsada
 
Kata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kkn
Kata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kknKata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kkn
Kata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kknNikmon Amal
 
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...Uofa_Unsada
 
Laporan PKL II Mahasiswa STPP Malang TA 2014
Laporan PKL II Mahasiswa STPP Malang TA 2014Laporan PKL II Mahasiswa STPP Malang TA 2014
Laporan PKL II Mahasiswa STPP Malang TA 2014Muliadin Forester
 
Aplikasi Layanan Informasi Pada Karyawan Berbasis PHP dan SMS Gateway di PT. ...
Aplikasi Layanan Informasi Pada Karyawan Berbasis PHP dan SMS Gateway di PT. ...Aplikasi Layanan Informasi Pada Karyawan Berbasis PHP dan SMS Gateway di PT. ...
Aplikasi Layanan Informasi Pada Karyawan Berbasis PHP dan SMS Gateway di PT. ...Uofa_Unsada
 
Laporan On the Job Training (OJT)
Laporan On the Job Training (OJT)Laporan On the Job Training (OJT)
Laporan On the Job Training (OJT)Reski Aprilia
 
LAPORAN KERJA PRAKTEK IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JIBAS DI SMP NEGERI 3 TER...
LAPORAN KERJA PRAKTEK IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JIBAS DI SMP NEGERI 3 TER...LAPORAN KERJA PRAKTEK IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JIBAS DI SMP NEGERI 3 TER...
LAPORAN KERJA PRAKTEK IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JIBAS DI SMP NEGERI 3 TER...Sutny_Wulan_Sary_Puasa
 
Perpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-n
Perpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-nPerpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-n
Perpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-nOperator Warnet Vast Raha
 
25 ps-2014 bantuan pengembangan pusat layanan tik
25 ps-2014 bantuan pengembangan pusat layanan tik25 ps-2014 bantuan pengembangan pusat layanan tik
25 ps-2014 bantuan pengembangan pusat layanan tikWinarto Winartoap
 

What's hot (19)

contoh lembar pengesahan
contoh lembar pengesahancontoh lembar pengesahan
contoh lembar pengesahan
 
Laporan KKN Alternatif UNNES 2014
Laporan KKN Alternatif UNNES 2014Laporan KKN Alternatif UNNES 2014
Laporan KKN Alternatif UNNES 2014
 
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan AnemiaLaporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
 
Laporan KKN UNNES Desa Mororejo Kec Kaliwungu
Laporan KKN UNNES  Desa Mororejo Kec KaliwunguLaporan KKN UNNES  Desa Mororejo Kec Kaliwungu
Laporan KKN UNNES Desa Mororejo Kec Kaliwungu
 
59551206200907321
5955120620090732159551206200907321
59551206200907321
 
LAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARAN
LAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARANLAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARAN
LAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARAN
 
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molexDigital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
 
APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...
APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...
APLIKASI ORASI SUCI DAN NOVENA KATOLIK BERBASIS ANDROID Diajukan untuk memenu...
 
Kata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kkn
Kata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kknKata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kkn
Kata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kkn
 
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
 
Laporan PKL II Mahasiswa STPP Malang TA 2014
Laporan PKL II Mahasiswa STPP Malang TA 2014Laporan PKL II Mahasiswa STPP Malang TA 2014
Laporan PKL II Mahasiswa STPP Malang TA 2014
 
59491206200907011
5949120620090701159491206200907011
59491206200907011
 
Kti AKBID husniarti lengkap
Kti AKBID husniarti lengkapKti AKBID husniarti lengkap
Kti AKBID husniarti lengkap
 
Aplikasi Layanan Informasi Pada Karyawan Berbasis PHP dan SMS Gateway di PT. ...
Aplikasi Layanan Informasi Pada Karyawan Berbasis PHP dan SMS Gateway di PT. ...Aplikasi Layanan Informasi Pada Karyawan Berbasis PHP dan SMS Gateway di PT. ...
Aplikasi Layanan Informasi Pada Karyawan Berbasis PHP dan SMS Gateway di PT. ...
 
Laporan On the Job Training (OJT)
Laporan On the Job Training (OJT)Laporan On the Job Training (OJT)
Laporan On the Job Training (OJT)
 
Ta
TaTa
Ta
 
LAPORAN KERJA PRAKTEK IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JIBAS DI SMP NEGERI 3 TER...
LAPORAN KERJA PRAKTEK IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JIBAS DI SMP NEGERI 3 TER...LAPORAN KERJA PRAKTEK IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JIBAS DI SMP NEGERI 3 TER...
LAPORAN KERJA PRAKTEK IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI JIBAS DI SMP NEGERI 3 TER...
 
Perpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-n
Perpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-nPerpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-n
Perpustakaan umsurabaya -sitiaisjah-261-1-pendahul-n
 
25 ps-2014 bantuan pengembangan pusat layanan tik
25 ps-2014 bantuan pengembangan pusat layanan tik25 ps-2014 bantuan pengembangan pusat layanan tik
25 ps-2014 bantuan pengembangan pusat layanan tik
 

Viewers also liked

Juknis sertifikasi
Juknis sertifikasiJuknis sertifikasi
Juknis sertifikasiBP4K
 
Ustan fix f1
Ustan fix f1Ustan fix f1
Ustan fix f1Eka Fitri
 
Pert ke.5-tenaga-kerja-to-agrotek
Pert ke.5-tenaga-kerja-to-agrotekPert ke.5-tenaga-kerja-to-agrotek
Pert ke.5-tenaga-kerja-to-agrotekAndary Aindåapryl
 
Jurnal 2 (deitiana)
Jurnal 2 (deitiana)Jurnal 2 (deitiana)
Jurnal 2 (deitiana)Tika Tikitik
 
Bg014 surat akuan sumpah
Bg014 surat akuan sumpahBg014 surat akuan sumpah
Bg014 surat akuan sumpahNor Haniza
 
Akuan sumpah 3
Akuan sumpah 3Akuan sumpah 3
Akuan sumpah 3An Nur
 
Contoh format surat pengesahan majikan (2)
Contoh format surat pengesahan majikan (2)Contoh format surat pengesahan majikan (2)
Contoh format surat pengesahan majikan (2)Jaya Ramalingam
 
Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manadoMakalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manadoYudi Pratama
 
Surat akuan
Surat akuanSurat akuan
Surat akuanSo GoOd
 
TENAGA KERJA DALAM PRODUKSI EKONOMI PERTANIAN
TENAGA KERJA DALAM PRODUKSI EKONOMI PERTANIANTENAGA KERJA DALAM PRODUKSI EKONOMI PERTANIAN
TENAGA KERJA DALAM PRODUKSI EKONOMI PERTANIANchaldh2
 
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan HipotesisDasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan HipotesisRahma Siska Utari
 
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...Sii AQyuu
 
Contoh bahan penyuluhan pertanian indonesia
Contoh bahan penyuluhan pertanian indonesiaContoh bahan penyuluhan pertanian indonesia
Contoh bahan penyuluhan pertanian indonesiaNenengPadriah
 
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa CucupanContoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa CucupanDang Chesminirwan
 

Viewers also liked (20)

Juknis sertifikasi
Juknis sertifikasiJuknis sertifikasi
Juknis sertifikasi
 
Ustan fix f1
Ustan fix f1Ustan fix f1
Ustan fix f1
 
Pert ke.5-tenaga-kerja-to-agrotek
Pert ke.5-tenaga-kerja-to-agrotekPert ke.5-tenaga-kerja-to-agrotek
Pert ke.5-tenaga-kerja-to-agrotek
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Jurnal 2 (deitiana)
Jurnal 2 (deitiana)Jurnal 2 (deitiana)
Jurnal 2 (deitiana)
 
Bg014 surat akuan sumpah
Bg014 surat akuan sumpahBg014 surat akuan sumpah
Bg014 surat akuan sumpah
 
Akuan sumpah 3
Akuan sumpah 3Akuan sumpah 3
Akuan sumpah 3
 
369 elaun elaun (1)
369 elaun elaun (1)369 elaun elaun (1)
369 elaun elaun (1)
 
Contoh format surat pengesahan majikan (2)
Contoh format surat pengesahan majikan (2)Contoh format surat pengesahan majikan (2)
Contoh format surat pengesahan majikan (2)
 
Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manadoMakalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
 
Proposal tugas akhir
Proposal tugas akhirProposal tugas akhir
Proposal tugas akhir
 
Makalah Sumber sumber pembelanjaan jangka pendek dan jangka panjang
Makalah Sumber sumber pembelanjaan jangka pendek dan jangka panjangMakalah Sumber sumber pembelanjaan jangka pendek dan jangka panjang
Makalah Sumber sumber pembelanjaan jangka pendek dan jangka panjang
 
Makalah Bawang Merah
Makalah Bawang MerahMakalah Bawang Merah
Makalah Bawang Merah
 
Surat akuan
Surat akuanSurat akuan
Surat akuan
 
TENAGA KERJA DALAM PRODUKSI EKONOMI PERTANIAN
TENAGA KERJA DALAM PRODUKSI EKONOMI PERTANIANTENAGA KERJA DALAM PRODUKSI EKONOMI PERTANIAN
TENAGA KERJA DALAM PRODUKSI EKONOMI PERTANIAN
 
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan HipotesisDasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
 
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
 
Makalah sistem ekonomi
Makalah sistem ekonomiMakalah sistem ekonomi
Makalah sistem ekonomi
 
Contoh bahan penyuluhan pertanian indonesia
Contoh bahan penyuluhan pertanian indonesiaContoh bahan penyuluhan pertanian indonesia
Contoh bahan penyuluhan pertanian indonesia
 
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa CucupanContoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
 

Similar to Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo

LAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 06 2022 FIX.pdf
LAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 06 2022 FIX.pdfLAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 06 2022 FIX.pdf
LAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 06 2022 FIX.pdfAzizatulImtiHana
 
Laporan Kerja Praktek Iwan Basinu
Laporan Kerja Praktek Iwan BasinuLaporan Kerja Praktek Iwan Basinu
Laporan Kerja Praktek Iwan BasinuIwan Basinu
 
Juklak Penilaian Kemampuan Poktan
Juklak Penilaian Kemampuan PoktanJuklak Penilaian Kemampuan Poktan
Juklak Penilaian Kemampuan PoktanMuliadin Forester
 
Aplikasi php dan_my_sql_dalam_pembuatan_sistem_informasi_sman_1_...
Aplikasi php dan_my_sql_dalam_pembuatan_sistem_informasi_sman_1_...Aplikasi php dan_my_sql_dalam_pembuatan_sistem_informasi_sman_1_...
Aplikasi php dan_my_sql_dalam_pembuatan_sistem_informasi_sman_1_...guest03eb7c
 
Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...
Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...
Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...Excruciate Limited
 
Bab i, v, daftar pustaka
Bab i, v, daftar pustakaBab i, v, daftar pustaka
Bab i, v, daftar pustakairwanza
 
Gejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatan
Gejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatanGejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatan
Gejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatanMuhammad Rizkyanto
 
Kuliah Kerja Mahasiswa 14
Kuliah Kerja Mahasiswa 14Kuliah Kerja Mahasiswa 14
Kuliah Kerja Mahasiswa 14Gilang Jupriono
 
Cover, daftar isi , kata pengantar
Cover, daftar isi , kata pengantarCover, daftar isi , kata pengantar
Cover, daftar isi , kata pengantaralankinata
 
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017Jessy Damayanti
 
RAMA_34201_03071181621009 (1).pdf
RAMA_34201_03071181621009 (1).pdfRAMA_34201_03071181621009 (1).pdf
RAMA_34201_03071181621009 (1).pdfWahyuPrayetno1
 
2010 1-00485-mtif cover
2010 1-00485-mtif cover2010 1-00485-mtif cover
2010 1-00485-mtif coverVa Kim Hyun
 

Similar to Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo (20)

LAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 06 2022 FIX.pdf
LAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 06 2022 FIX.pdfLAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 06 2022 FIX.pdf
LAPORAN AKHIR KKN KELOMPOK 06 2022 FIX.pdf
 
Laporan Kerja Praktek Iwan Basinu
Laporan Kerja Praktek Iwan BasinuLaporan Kerja Praktek Iwan Basinu
Laporan Kerja Praktek Iwan Basinu
 
Juklak Penilaian Kemampuan Poktan
Juklak Penilaian Kemampuan PoktanJuklak Penilaian Kemampuan Poktan
Juklak Penilaian Kemampuan Poktan
 
61511306200908101
6151130620090810161511306200908101
61511306200908101
 
Aplikasi php dan_my_sql_dalam_pembuatan_sistem_informasi_sman_1_...
Aplikasi php dan_my_sql_dalam_pembuatan_sistem_informasi_sman_1_...Aplikasi php dan_my_sql_dalam_pembuatan_sistem_informasi_sman_1_...
Aplikasi php dan_my_sql_dalam_pembuatan_sistem_informasi_sman_1_...
 
Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...
Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...
Analisis Strategi Pemasaran Di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lembah Dempo Pagar...
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Bab i, v, daftar pustaka
Bab i, v, daftar pustakaBab i, v, daftar pustaka
Bab i, v, daftar pustaka
 
Gejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatan
Gejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatanGejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatan
Gejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatan
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Kuliah Kerja Mahasiswa 14
Kuliah Kerja Mahasiswa 14Kuliah Kerja Mahasiswa 14
Kuliah Kerja Mahasiswa 14
 
Cover, daftar isi , kata pengantar
Cover, daftar isi , kata pengantarCover, daftar isi , kata pengantar
Cover, daftar isi , kata pengantar
 
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
 
Laporan hp pemikiran kritikal
Laporan hp pemikiran kritikalLaporan hp pemikiran kritikal
Laporan hp pemikiran kritikal
 
Laporan hp pemikiran kritikal
Laporan hp pemikiran kritikalLaporan hp pemikiran kritikal
Laporan hp pemikiran kritikal
 
Dela
DelaDela
Dela
 
RAMA_34201_03071181621009 (1).pdf
RAMA_34201_03071181621009 (1).pdfRAMA_34201_03071181621009 (1).pdf
RAMA_34201_03071181621009 (1).pdf
 
2010 1-00485-mtif cover
2010 1-00485-mtif cover2010 1-00485-mtif cover
2010 1-00485-mtif cover
 
Laporan hp pemikiran kritikal
Laporan hp pemikiran kritikalLaporan hp pemikiran kritikal
Laporan hp pemikiran kritikal
 
Pidato sidang promosi doktor
Pidato sidang promosi doktorPidato sidang promosi doktor
Pidato sidang promosi doktor
 

Recently uploaded

Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxBAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxchleotiltykeluanan
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxsitifaiza3
 

Recently uploaded (9)

Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxBAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
 

Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo

  • 1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI AGRIBISNIS KOPI RAKYAT DI KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER TUGAS AKHIR
  • 2. 2 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri Jurusan Manajemen Agribisnis Oleh FREDY EKAARDHI PRATAMA D4 110 304 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2
  • 3. 2014KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI AGRIBISNIS KOPI RAKYAT DI KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER Telah Diuji pada Tanggal 12 Juni 2014 Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat Tim Penguji: Ketua (DPU) Dewi Kurniawati, S.Sos, M.Si NIP. 19790113 200501 2 001 Sekretaris (DPA) Anggota (Penguji) Wenny Dhamayanthi, SE, M.Si Ratih Puspitorini Yekti A, SE, MM NIP. 19710804 199802 2 001 NIP. 19760705 200112 2 001 Mengesahkan: Menyetujui: Direktur Politeknik Negeri Jember, Ketua Jurusan Manajemen Agribisnis Ir. Nanang Dwi Wahyono, MM Retno Sari Mahanani, SP, MM NIP. 19590822 198803 1 001 NIP. 19700507 200003 2 001 3
  • 4. MOTTO “ Hadapi Masa Lalu Tanpa Penyesalan, Hadapi Hari Ini Dengan Tegar Dan Percaya Diri. Siapkan Masa Depan Dengan Rencana Yang Matang Dan Tanpa Rasa Khawatir” (Hary Tanoessoedibjo) “Sekali Melangkah Pantang Menyerah Sekali Tampil Harus Berhasil ” -Fredy Eka Ardhi Pratama- “Segala Kemudahan Dan Kelancaran Berawal Dari Restu Orang Tua“ -Fredy Eka Ardhi Pratama- “ Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung“ (Soe Hok Gie) “Persiapkan Diri Untuk Gagal Tetapi Optimis Untuk Keberhasilan“ 4
  • 5. (Fredy Eka Ardhi Pratama) 5
  • 6. PERSEMBAHAN Ku Persembahkan Coretan Kecil Ini Untuk : ҉ ALLAH SWT. (Yang telah menciptakan aku menjadi seseorang manusia yang mempunyai akal dan menjadikan aku sebagai hamba-Nya memeluk Islam dan akan selalu berada di jalan- Nya) ҉ Agamaku ҉ Ayah (Bapak Untung Suariadi) Dan Mama (Ibu Endang Purwati) Tercinta (Berkat kasih sayang dan cinta Kalian aku menjadi besar dan dewasa seperti ini, dari do’a serta pengorbanan Kalian aku berhasil) ҉ Ririn Fitria Utama (Terima kasih atas kasih sayang, cinta, do’a, motivasi, dukungan dan waktunya selama ini, always love you...) ҉ Adikku Tersayang (Finishia Nove Kharisma Putri) (Yang selalu memberi semangat kepadaku) ҉ Ibu Dewi Kurniawati Dan Ibu Wenny Dhamayanthi (Sebagai Dosenku yang selalu membingbingku dan selalu memberikan masukan yang bersifat membangun agar aku bisa maju dan lebih baik) ҉ Bapak Sunyoto dan Seluruh Staff Dinas Perkebunan Dan Kehutanan ҉ My Best Friend MID MADURA’10 (Angga, Hari, Fian, Bayu, Maulana, Niko, Ridho, Andy, Defit, Heru, Rizal yang selalu membuat happy disaat stress menghadapi permasalahan dan terima kasih atas canda tawanya yang selalu memberi motivasi) ҉ All My Friend MID ‘10 (Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini selama 8 semester) ҉ Mas Ainur Rahman PPL (Terima kasih atas waktu dan bantuannya dalam meengerjaan Tugas Akhir ini ҉ Almamater POLITEKNIK NEGERI JEMBER 6
  • 7. PRAKATA Assalamualaikum Wr. Wb Dengan segala puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan keselamatan, nikmat, rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir (TA) yang berjudul, “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Agribisnis Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember”, dapat terlaksana dengan baik. Pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ir. Nanang Dwi Wahyono, MM selaku Direktur Politeknik Negeri Jember. 2. Retno Sari Mahanani, SP, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Agribisnis Politeknik Negeri Jember. 3. Wenny Dhamayanthi, SE, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Agribisnis Politeknik Negeri Jember dan Dosen Pembimbing Anggota. 4. Dewi Kurniawati, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Agroindustri dan Dosen Pembimbing Utama. 5. Ratih Puspitorini Yekti A, SE, MM selaku dosen penguji Tugas Akhir. 6. Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan penelitian yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Jember, 12 Juni 2014 Penulis 7
  • 8. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................i LEMBAR PENGESAHAN ................................................ii MOTTO .................................................iii PERSEMBAHAN .................................................iv PRAKATA .................................................v DAFTAR ISI .................................................vi DAFTAR TABEL .................................................ix DAFTAR GAMBAR ................................................x DAFTAR LAMPIRAN ...............................................xi SURAT PERNYATAAN ................................................xii SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI xiii ABSTRAK xiv ABSTRACT .................................................xv RINGKASAN xvi I. PENDAHULUAN ........................................1 1.1 Latar Belakang .............................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ...............................................4 1.3 Tujuan Penelitian ...............................................5 1.4 Manfaat Penelitian ...............................................5 II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................6 2.1 Studi Empiris ...............................................6 2.2 Studi Teoritis .............................................15 2.2.1 Produksi .............................................15 2.2.2 Luas Lahan .............................................16 2.2.3 Modal .............................................17 2.2.4 Pengalaman .............................................18 2.2.5 Pendidikan Petani .............................................18 2.2.6 Kontribusi Pemerintah Daerah................................................ 19 2.2.7 Akses Informasi .............................................21 2.3 Kerangka Proses Berfikir ............................................ 22 2.4 Kerangka Konseptual ............................................ 23 2.5 Hipotesis Penelitian ............................................ 24 III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................25 3.1 Rancangan Penelitian .............................................25 3.2 Populasi Penelitian, Besar dan Teknik Pengambilan Sampel........... 25 3.2.1 Populasi Penelitian .............................................25 3.2.2 Besar dan Teknik Pengambilan Sampel ................................. 26 8
  • 9. 3.3 Variabel Penelitian .............................................27 3.3.1 Klasifikasi Variabel .............................................27 3.3.2 Definisi Operasional Variabel.............................................28 3.4 Instrumen Penelitian .............................................30 3.5 Lokasi Penelitian .............................................31 3.6 Prosedur Pengumpulan Data .............................................31 3.7 Teknik Analisis .............................................31 3.7.1 Uji Validitas .............................................31 3.7.2 Uji Reliabilitas .............................................32 3.8 Metode Analisis Data .............................................33 3.8.1 Analisis Regresi Linier Berganda............................................ 33 3.8.2 Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)............. 34 3.8.3 Uji F .............................................35 3.8.4 Uji t .............................................36 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN....................................... 37 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Wilayah ............................................ 37 4.4.1 Kecamatan Silo .............................................37 4.2 Keadaan Penduduk .............................................38 4.3 Sektor Pendidikan .............................................40 4.4 Potensi Wilayah .............................................42 4.5 Penanganan Pasca Panen Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo.............. 43 4.6 Pemasaran Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo..................................... 45 4.7 Karakteristik Petani Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo...................... 47 4.8 Pembentukan Kelompok Tani Di Kecamatan Silo............................ 49 V. HASIL PEMBAHASAN .............................................53 5.1 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabiltas.............................................. 53 5.1.1 Hasil Uji Validitas .............................................53 5.1.2 Hasil Uji Reliabilitas .............................................54 5.2 Hasil Analisis .............................................55 5.2.1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda.................................. 55 5.2.2 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R Square).... 57 5.2.3 Pengujian Uji F .............................................59 5.2.4 Pengujian Uji t .............................................60 5.3 Pembahasan .............................................62 5.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Secara Simultan Terhadap Produksi Agribisnis Kopi Rakyat............................ 62 5.3.2 Pengaruh Luas Lahan (X1) Terhadap Produksi....................... 63 5.3.3 Pengaruh Modal (X2) Terhadap Produksi................................ 63 5.3.4 Pengaruh Pengalaman (X3) Terhadap Produksi....................... 64 5.3.5 Pengaruh Pendidikan (X4) Terhadap Produksi........................ 65 5.3.6 Pengaruh Kontribusi Pemerintah Daerah (X5) Terhadap Produksi .............................................65 9
  • 10. 5.3.7 Pengaruh Akses Informasi (X6) Terhadap Produksi................ 66 5.3.8 Pengaruh Dominan Terhadap Produksi Agribisnis Kopi Rakyat .............................................66 VI. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................67 6.1 Kesimpulan ............................................ 67 6.1 Saran ............................................ 68 DAFTAR PUSTAKA .............................................69 LAMPIRAN .............................................72 10
  • 11. DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1.1 Harga kopi robusta per tahun, selama 4 tahun terakhir 3 3.1 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi 32 4.1 Sebaran Penduduk Menurut Golongan Umur Di Kecamatan Silo Pada Tahun 2011 38 4.2 Sebaran Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kecamatan Silo Pada Tahun 2011 39 4.3 Sebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kecamatan Silo Pada Tahun 2011 40 4.4 Jumlah Sarana Pendidikan Di Kecamatan Silo Pada Tahun 2011 41 4.5 Tata Guna Tanah dan Jenis Pengairan Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun 2011 42 4.6 Karakteristik Umur Petani Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo 47 4.7 Karakteristik Pengalaman Petani Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo 48 4.8 Karakteristik Tingkat Pendidikan Petani Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo 49 5.1 Hasil Uji Validitas 53 5.2 Hasil Uji Reliabilitas 55 5.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda 56 5.4 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2 ) 58 5.5 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi 58 11
  • 12. 5.6 Hasil Uji F Terhadap Koefisien Regresi secara serempak 59 5.7 Hasil Uji t Terhadap Koefisien Regresi secara parsial 60 12
  • 13. DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 22 2.2 Kerangka Konseptual .................................................23 4.1 Pengolahan kopi di Kecamatan Silo .................................................44 4.2 Struktur Kelompok Tani Di Kecamatan Silo .................................................51 13
  • 14. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Surat Permohonan Ijin Survey .................................................72 2. Surat Pernyataan Penelitian .................................................73 3. Kuisioner Penelitian .................................................74 4. Rekapitulasi Data Responden .................................................79 5. Validitas dan Realibilitas 70 Responden .................................................89 6. Hasil Analisis .................................................95 7. F-Tabel .................................................97 8. t-Tabel .................................................101 9. Nilai r-Tabel .................................................103 10. Dokumentasi .................................................104 14
  • 15. SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Fredy Eka Ardhi Pratama Nim : D4 110 304 Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tugas Akhir saya yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Agribisnis Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember” merupakan gagasan dan hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Tugas Akhir. Jember, 12 Juni 2014 Fredy Eka Ardhi Pratama NIM. D4 110 304 15
  • 16. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Fredy Eka Ardhi Pratama NIM : D4 110 304 Program Studi : Manajemen Agroindustri Jurusan : Manajemen Agribisnis Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Karya Ilmiah berupa Tugas Akhir (TA) saya yang berjudul: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI AGRIBISNIS KOPI RAKYAT DI KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember berhak menyimpan, mengalih media atau format, mengelola dalam bentuk Pangkalan Data (Database), mendistribusikan karya dan menampilkan atau mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta. Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Politeknik Negeri Jember, Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas Pelanggaran Hak Cipta dalam Karya ilmiah ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Jember Pada Tanggal : 12 Juni 2014 Yang menyatakan, Fredy Eka Ardhi Pratama D4 110 304 16
  • 17. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI AGRIBISNIS KOPI RAKYAT DI KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER Fredy Eka Ardhi P 1 ), Dewi Kurniawati 2 ), Wenny Dhamayanthi3 ) ABSTRAK Kecamatan Silo merupakan salah satu sentra produksi kopi rakyat utama di Kabupaten Jember. Perkembangan produksi dan harga kopi dunia yang tidak pasti dapat berimplikasi terhadap keberlanjutan usaha pertanian kopi rakyat. Tujuan penelitian ini menganalisis dan menguji ada tidaknya pengaruh variabel bebas secara serempak, secara parsial dan yang berpengaruh paling dominan terhadap produksi agribisnis kopi rakyat. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 70 orang dari 2239 petani kopi rakyat. Teknik pengambilan sampel mengunakan teknik proposional cluster sampling. Data yang diperoleh dianalisis dengan bantuan program SPSS versi 16.0 dengan statistik model regresi linier. Sebelum analisis, dilakukan uji validitas dan reliabilitas, uji F, dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian regresi uji F diperoleh kesimpulan bahwa seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap produksi kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Pengujian regresi uji t diperoleh kesimpulan sebagai berikut: variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan adalah luas lahan, modal, pengalaman, dan akses informasi sedangkan variabel pendidikan dan kontribusi pemerintah daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Variabel paling dominan dalam mempengaruhi produksi kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember adalah variabel modal. Kata kunci : Kopi Rakyat, produksi agribisnis, perkebunan rakyat 1 ) Mahasiswa Politeknik Negeri Jember, Jurusan Manajemen Agribisnis, Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri 2 ) Dosen Politeknik Negeri Jember, Jurusan Manajemen Agribisnis, Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri. 3 ) Dosen Politeknik Negeri Jember, Jurusan Manajemen Agribisnis, Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri. 17
  • 18. FACTORS AFFECTING PRODUCTION OF COFFEE AGRIBUSINESS PEOPLE IN THE SILO REGION OF JEMBER Fredy Eka Ardhi P 1 ), Dewi Kurniawati 2 ), Wenny Dhamayanthi3 ) ABSTRACT Silo region is one of main small holder coffee producer at Jember district. Unpredictable world production and price can cause unsustainability of small holder coffee production. The purpose of this study to analyze and test the effect of independent variables simultaneously, partially and the most dominant influence on the production of coffee agribusiness people. This study took a sample of 70 people from the coffee growers in 2239 people. Sampling technique using proportional cluster sampling technique. Data were analyzed with SPSS version 16.0 statistical models with linear regression. Prior to analysis, to test the validity and reliability, F test and t test. The results showed that the F test of regression testing can be concluded that all independent variables significantly influence people's coffee production in the Silo region at Jember district. t test regression testing can be concluded as follows: independent variables that significantly influence was vast land, capital, experience, and access to education and information, while the variable contribution of the local government does not significantly affect coffee production people in the Silo region at Jember district. The most dominant variable in affecting people's coffee production in Silo region at Jember district.is a variable capital. Keywords: Coffee people, agribusiness production, small holder plantation 1 ) Student State Polytechnics of Jember, Department of Agribusiness Management, Study Program D-IV of Agroindustri Management. 2 ) Lecturer State Polytechnics of Jember, D-IV Agroindustry Management Study Program, Agribusiness Department. 3 ) Lecturer State Polytechnics of Jember, D-IV Agroindustry Management Study Program, Agribusiness Department. 18
  • 19. RINGKASAN “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Agribisnis Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember” Fredy Eka Ardhi Pratama, D4110304, 2014, 68 Halaman, Jurusan Manajemen Agribisnis Program Study D-IV Manajemen Agroindustri, Politeknik Negeri Jember, di bawah bimbingan Dosen Pembimbing Utama Dewi Kurniawati, S.Sos, M.Si, Dosen Pembimbing Anggota Wenny Dhamayanthi, SE, M.Si. Pengusahaan komoditi kopi di Kabupaten Jember saat ini terutama adalah kopi Robusta baik yang diusahakan oleh rakyat maupun perkebunan besar. Kopi rakyat di Kabupaten Jember adalah kopi yang diusahakan oleh rakyat melalui pembinaan langsung Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Jember. Hingga saat ini komoditi kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan andalan perkebunan rakyat di Kabupaten Jember. Kecamatan Silo merupakan salah satu sentra produksi kopi rakyat utama di Kabupaten Jember. Perkembangan produksi dan harga kopi dunia yang tidak pasti dapat berimplikasi terhadap keberlanjutan usaha pertanian kopi rakyat. Dengan diterapkanya sistem agribisnis kini para petani kopi sudah dapat mengolah biji kopi yang sudah dipanen di pabrik sendiri, dari pemeliharaan tanaman, panen, pengolahan, hingga pemasaran dengan mengembangkan sistem agro industri hilir. Jumlah petani kopi rakyat sendiri di Kecamatan Silo sebanyak 2239 yang tergabung dalam 30 kelompok tani yang ada di seluruh desa Kecamatan Silo. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi produksi agribisnis kopi rakyat yang baik dan berkualitas maka perlu di teliti lagi dengan meneliti variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, dan akses informasi karena variabel – variabel ini sangat berpengaruh terhadap produksi kopi rakyat pada Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Rumusan masalah dalam penelitian ini : Apakah variabel Luas Lahan (X1), Modal (X2), Pengalaman (X3), Pendidikan (X4), Kontribusi Pemerintah Daerah (X5), Akses Informasi (X6) berpengaruh secara serempak dan berpengaruh secara parsial, kemudian variabel manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap produksi kopi rakyat (Y) Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS 16.0 diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = -0,252+1,220X1+ 0,791 X2+1,188 X3+-0,018 X4+0,098 X5+0,118 X6+ e yang berarti bahwa Nilai konstanta bernilai negatif sebesar –0,252 menunjukkan apabila tidak ada faktor luas lahan (X1), modal (X2), pengalaman (X3), pendidikan (X4), kontribusi pemerintah daerah (X5), akses informasi (X6), maka produksi kopi rakyat (Y) adalah sebesar -0,252 apabila terdapat faktor luas lahan (X1), modal (X2), pengalaman (X3), pendidikan (X4), kontribusi pemerintah daerah (X5), akses informasi (X6), maka produksi (Y) akan turun sebesar 0,252. Koefisien luas lahan (X1) menunjukkan adanya pengaruh positif. Hal ini berarti apabila setiap peningkatan luas lahan (X1) sebesar 1,220 akan meningkatkan nilai produksi kopi rakyat sebesar 1,220 per satu satuan luas lahan. Koefisien modal (X2) menunjukkan adanya pengaruh positif. Hal ini berarti apabila setiap peningkatan modal (X2) sebesar 0,791 akan meningkatkan nilai produksi kopi rakyat sebesar 0,791 per satu satuan modal. Koefisien pengalaman (X3) menunjukkan adanya pengaruh positif. Hal ini berarti
  • 20. apabila setiap peningkatan pengalaman (X3) sebesar 1,118 akan meningkatkan nilai produksi sebesar 1,118 per satu satuan pengalaman. Koefisien pendidikan (X4) sebesar -0,018 artinya setiap peningkatan jenjang pendidikan sebesar, akan mengurangi produksi 0,018 satuan. Koefisien kontribusi pemerintah daerah (X5) menunjukkan adanya pengaruh positif. Hal ini berarti apabila setiap peningkatan kontribusi pemerintah daerah (X5) sebesar 0,098 akan meningkatkan nilai produksi sebesar 0,098 per satu satuan. Koefisien akses informasi (X6) menunjukkan adanya pengaruh positif. Hal ini berarti apabila setiap peningkatan akses informasi (X6) sebesar 0,118 akan meningkatkan nilai produksi sebesar 0,118 per satu satuan. Adapun hasil penelitian dengan teknik analisis Uji F menunjukan bahwa dari hasil analisis regresi diperoleh nilai Fhit sebesar 104,522 Nilai ini kemudian dibandingkan dengan Ftabel yang dihitung pada derajat bebas pembilang (df pembilang) sebesar 6 dan derajat bebas penyebut (df penyebut) sebesar 63 dengan level of significance (α = 0,05) yang nilainya sebesar 2,25 sehingga dapat disimpulkan bahwa Fhit sebesar 104,522 lebih besar dari level of significance (α = 0,05). Maka variabel Luas Lahan (X1), Modal (X2), Pengalaman (X3), Pendidikan (X4), Kontribusi Pemerintah Daerah (X5), Akses Informasi (X6) berpengaruh signifikan terhadap produksi.Sedangkan hasil pengujian dengan menggunakan uji thit menunjukkan bahwa bahwa Variabel luas lahan (X1), memiliki nilai thit 3,369 Hal ini berarti luas lahan (X1) berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y). Variabel modal (X2), memiliki nilai thit 4,096 Hal ini berarti modal (X2) berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y) memiliki nilai probabilitas thit sebesar 0,000 yang menunjukan bahwa nilai probabilitas thit lebih kecil dari pada level of significance ( 0,05). yang menunjukkan bahwa thit > ttabel yaitu sebesar 4,096, dan merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Produksi Agribisnis Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Variabel pengalaman (X3), memiliki nilai thit 3,263 Hal ini berarti pengalaman (X3) berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y). Variabel pendidikan (X4), memiliki nilai thit -0,529 Hal ini berarti pendidikan (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y). Variabel kontribusi pemerintah daerah (X5), memiliki nilai thit 0,674 Hal ini berarti kontribusi pemerintah daerah (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y). Variabel akses informasi (X6), memiliki nilai thit 2,501 Hal ini berarti akses informasi (X6) berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y). (Jurusan Manajemen Agribisnis, Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri, Politeknik Negeri Jember)
  • 21. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan kopi di Indonesia terdiri dari Perkebunan Rakyat (Smallholder), Perkebunan Besar Negara (Government) dan Perkebunan Besar Swasta (Private). Dari luas areal yang tercatat pada tahun 2002 sebesar 1.269.333 ha dan produksi kopi Indonesia sebesar 569.116 ton, maka dapat diketahui bahwa 94% berasal dari Perkebunan Rakyat dan sisanya (6%) diusahakan dalam bentuk Perkebunan besar. Posisi tersebut menunjukkan bahwa peranan petani dalam perkembangan perkopian nasional sangat dominan. Pengusahaan kopi pada perkebunan rakyat umumnya masih menggunakan teknologi sederhana dan produksi mengacu pada harga kopi yang berlaku. Pada saat harga kopi jatuh maka sejumlah petani kopi tidak akan menjual kopinya. Petani dapat meninggalkan begitu saja lahannya dan mereka dapat beralih usaha pada tanaman perkebunan lainnya yang lebih menguntungkan. Masalah lain yang masih terjadi sampai saat ini di dalam perkebunan rakyat, yaitu mengenai kualitas kopi yang dihasilkan yang sebagian besar bermutu rendah. Hal ini berkaitan dengan masalah produksi, yaitu petani seringkali melakukan panen sebelum masak atau dikenal dengan istilah petik hijau, yang seharusnya biji kopi dipetik setelah biji berwarna merah. Luas areal perkebunan kopi yang sangat luas menjadikan Jawa Timur sebagai salah satu sentra produksi kopi di Indonesia. Dua daerah penghasil kopi utama di Jawa Timur adalah Kabupaten Malang dan Jember. Keberadaan perkebunan kopi di kedua daerah ini tidak terlepas dari sejarah perkebunan kopi Zaman Kolonial Belanda yang memusatkan perkebunan kopinya di kedua daerah tersebut. Jawa Timur terutama terkenal dengan kopi Arabika dan Robusta hasil pengolahan basah yang dikenal dengan WIB coffee. Kopi tersebut terutama diproduksi oleh perkebunan besar negara dan swasta. Pengusahaan komoditi kopi di Kabupaten Jember saat ini terutama adalah kopi Robusta baik yang diusahakan oleh rakyat maupun perkebunan besar. Kopi rakyat di Kabupaten Jember adalah kopi yang diusahakan oleh rakyat melalui pembinaan langsung Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Jember. Kopi rakyat sudah diusahakan sejak zaman Belanda karena bias keberadaan Perkebunan Besar milik Pemerintah Kolonial Belanda. Pada saat itu para pekerja perkebunan mencoba menanam kopi di lahan-lahan mereka yang berada di sekitar lokasi perkebunan yang 1
  • 22. letaknya berada di lereng-lereng pegunungan dan mencakup hampir seluruh wilayah kecamatan. Hingga saat ini komoditi kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan andalan perkebunan rakyat di Kabupaten Jember. Sebaran luas areal kopi rakyat saat ini mencapai 5.524,01 ha yang tersebar hampir diseluruh kecamatan dengan sentra areal kopi berada di 8 kecamatan yaitu Kecamatan Silo (2.192,23 ha), Jelbuk (615,51 ha), Ledokombo (534, 21 ha), Sumberjambe (572,92 ha), Panti (389,09 ha), Tanggul (256,09 ha) dan Sumberbaru (282,50 ha). Kecamatan Silo secara topografis, dikelilingi oleh pegunungan atau perbukitan, diantaranya Pegunungan Argopuro di sebelah utara, Pegunungan Pace/Sanen disebelah selatan dan Gunung Gumitir di sebelah timur. Kecamatan Silo terletak pada sisi paling timur, sekitar 30 km dari ibukota Kabupaten Jember. Berbatasan langsung dengan wilayah Banyuwangi di sebelah timur, Kecamatan Tempurejo di sebelah selatan, Kecamatan Ledokombo di sebelah utara dan Kecamatan Mayang di sebelah barat. Topografi daerah ini berbukit-bukit atau bergunung dan berhawa sejuk dengan ketinggian rata-rata antara 600 hingga 750 meter di atas permukaan laut. Daerah ini menyajikan keindahan alam perbukitan dengan perpaduan kehidupan pertanian agraris. Dari luas daerah 30.998 ha, 513% diantaranya merupakan daerah persawahan, 16,78% tanah tegalan, 26,05% daerah perkebunan, 3,72% adalah daerah permukiman dan sisanya merupakan tambak atau kolam dan lainnya. Dari 5,13% daerah persawahan atau seluas 1.591 ha, 46,95% merupakan sawah dengan irigasi teknis, 33,94% merupakan sawah irigasi non teknis dan sisanya 19,11% adalah sawah irigasi setengah teknis. Secara administrasif kecamatan Silo terbagi 9 desa yang didukung dengan 41 dusun, 215 Rukun Warga dan 646 Rukun Tetangga (Sumber: BPS Kecamatan Silo Dalam Angka Tahun 2010). Pengembangan pada sektor pertanian telah dilakukan pada daerah ini selain sawah dan tegalan yang sudah lama ditekuni secara tradisional masyarakat daerah ini, hasil pertanian perkebunan juga telah banyak membantu menyerap tenaga kerja pada daerah sekitar perkebunan. Dari hasil perkebunan produksi unggulan daerah ini yaitu kopi dengan produksi sebesar 21.907 ton. Beberapa sentra perkebunan kopi antara lain di Garahan Kidul desa Sidomulyo, Silosanen di desa Mulyorejo dan beberapa tempat lainnya. Sebagai catatan bahwa Kecamatan Silo adalah salah satu penghasil kopi yang terbesar di daerah Jember. Pemasaran biji kopi yang dilakukan oleh petani pada umumnya adalah dengan cara langsung dijual oleh para anggota kelompok tani kepada kelompok tani lain, koperasi, dan pedagang pengumpul yang ada di Kecamatan Silo sehingga 1
  • 23. meniadakan biaya transportasi. Akan tetapi selain dijual kepada pedagang pengumpul di Kecamatan Silo sendiri. Para anggota kelompok tani tidak memiliki kekuasaan penuh untuk menentukan harga jual kopi ke pedagang pengumpul. Antara anggota kelompok tani yang satu dengan anggota kelompok tani yang lainnya memiliki harga jual yang berbeda-beda, karena mereka akan memilih para pedagang pengumpul yang bersedia membeli hasil kopinya dengan harga yang lebih tinggi. Tabel 1.1 Harga Kopi Robusta Per Tahun, Selama 4 Tahun Terakhir Tahun Kisaran Harga / kg (Rp) 2010 15.000 - 16.000 2011 18.000 - 20.000 2012 2013 20.000 - 24.000 20.000 – 24.000 Sumber: Kelompok Tani Ketakasi Sidomulyo Ketidakpastian harga kopi dunia yang berubah-ubah setiap tahun turut mempengaruhi petani. Apabila harga kopi rendah maka sebagian besar petani dapat beralih ke usaha lain, sehingga perawatan tanaman kopi berkurang yang akhirnya mempengaruhi mutu biji kopi. Apabila harga kopi tinggi, petani cepatcepat menjual biji kopinya. Setelah selesai panen, biji kopi dijemur beberapa hari, dilakukan pengolahan kering dan kemudian langsung dijual tanpa disortasi terlebih dahulu. Kendala lain adalah kebiasaan petani untuk mengambil buah kopi sebelum matang di pohon sehingga pada saat panen buah kopi masih tercampur antara buah kopi yang matang, belum matang, dan terlalu matang. Hal ini tentu tidak akan menghasilkan kopi yang baik terutama setelah menjadi bubuk dan diolah menjadi minuman. Kebiasaan ini mereka lakukan terutama karena keinginan mereka untuk mendapatkan uang lebih cepat, terutama bagi petani yang hanya mengandalkan pada kebun kopi. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi produksi agribisnis kopi rakyat yang baik dan berkualitas maka perlu di teliti lagi dengan meneliti variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, dan akses informasi karena variabel-variabel ini sangat berpengaruh terhadap produksi kopi rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1
  • 24. Apakah variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara serempak berpengaruh terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember ? Apakah variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara parsial berpengaruh terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember ? Variabel manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember ? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan adapun tujuan dari penelitian ini : Menganalisis dan menguji ada tidaknya pengaruh luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara serempak terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Menganalisis dan menguji ada tidaknya pengaruh luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara parsial terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Menganalisis dan menguji variabel mana yang berpengaruh paling dominan terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dari hasil penelitian ini diharapkan sebagai berikut : Bagi lokasi penelitian Melalui hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi petani kopi di Kecamatan Silo untuk meningkatkan produksi agribisnis kopi rakyat, khususnya dalam strategi dalam meningkatkan kemampuan beragribisnis kopi. Bagi Politeknik Negeri Jember 1
  • 25. Melalui hasil penenlitian ini, diharapkan menjadi landasan atau bahan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sama. Bagi Peneliti Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti khususnya tentang luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. 1
  • 26. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Empiris Penelitian terdahulu sangat penting kaitannya dengan suatu penelitian. Hasil-hasil penelitian terdahulu merupakan dasar atau landasan yang cukup kuat bagi pengembangan kerangka teoritis untuk menjawab permasalahan yang ada. Maka, terdapat beberapa penelitian terdahulu untuk membantu dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut : Purba, (2012), Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi produksi Tanaman Kopi Di Desa Dolog Huluan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, Hasil Penelitian, 1) Luas lahan yang diusahakan oleh responden dari 66 petani di Desa Dolog Huluan lebih dominan memiliki lahan garapan 0,50 – 1 Ha. Pada umumnya responden yang mengusakan tanaman tersebut adalah masyarakat menengah dan sebagian lainnya mendapatkan tanah dari orangtua responden. Nilai ekonomis tamanam kopi dengan lahan 0,50 – 1 Ha sudah mendukung untuk menanam kopi dengan jarak yang dibutuhkan 2,5 x 2,5 m. Dan dengan Luas lahan yang dimiliki berpengaruh positif terhadap hasil produksi yang didapatkan oleh responden.Yaitu 950 – 1100 Kg. 2) Modal yang dimiliki responden lebih banyak dari modal sendiri yaitu minimal Rp 3.500.000 selama satu tahun dan maksimal Rp 6.000.000. Modal yang dimiliki responden sudah mendukung untuk penanaman kopi. Dan Modal berpengaruh positif terhadap produksi, karena semakin banyak modal yang dimiliki responden maka hasil produksi juga semakin baik. 3) Pemasaran produksi kopi di Desa Dolog Huluan dilihat dari cara pemasarannya. Cara pemasaran yang dilakukan responden umumnya melalui pedagang pengumpul atau perantara 76,00 %), dengan harga pemasaran antara 21.000 – 22.000/Kg hal ini lebih menguntungkan. Dan memalalui pemasaran ini responden merasa tidak kesulitan, karena pedagang pengumpul yang secara langsung datang ke tempat responden. Maka dengan harga dan pemasaran kopi yang ada di Desa Dolog Huluan, produksi tanaman kopi petani bisa disalurkan dengan lancar. Berniati, (2011), Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Di Kebun Bagerpang PP. London Sumatra Indonesia Tbk, Hasil Penelitian, 1) Model persamaan regresi linier berganda untuk analisis faktor yang mempengaruhi hasil produksi sawit di Kebun Bagerpang PP. London Sumatra Indonesia Tbk. adalah : 14,759.56 +10.92 +20.51 Konstanta sebesar 14,759.56 menyatakan bahwa 6
  • 27. jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel dan variabel maka hasil produksi kelapa sawit (Y) adalah 14,759.56. koefisien regresi ganda sebesar 10.92 dan 20.51 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda positif) satu nilai atau nilai luas lahan dan curah hujan akan memberikan kenaikan hasil produksi sebesar 10.92 dan 20.51. 2) Uji regresi linier berganda adalah : Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa < ,yaitu 9.528 < 9.55, maka diterima. Hal ini berarti bahwa regresi linear ganda Y atas dan bersifat tidak nyata atau persamaan regresi yang diperoleh belum layak digunakan untuk memprediksi rata-rata Y jika dan diketahui. 3) Dari hasil perhitungan didapat korelasi positif yaitu sebesar 0.9295 yang menunjukkan bahwa antara variabel X dan Y berhubungan secara positif dengan tingkat hubungan yang tinggi dan kuat. Besar hubungannya ditentukan oleh nilai koefisien determinasi sebesar 0.8640 atau sebesar 86.40%, ini berarti meningkat atau menurunnya produksi kelapa sawit dapat dijelaskan oleh faktor luas lahan dan curah hujan, sedangkan 13.60% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain. 4) Dari hasil koefisien korelasi parsial antara dengan Y dan antara dengan Y, diperoleh bahwa : Nilai koefisien korelasi antara dengan Y adalah 0.8977. Hal ini berarti faktor luas lahan memberikan pengaruh yang kuat terhadap hasil produksi kelapa sawit. Nilai koefisien korelasi antara dengan Y adalah 0.7366. Hal ini berarti faktor curah hujan memberikan pengaruh yang sedang terhadap hasil produksi kelapa sawit. Ginting, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Kecamatan Meranti-Kabupaten Asahan, Hasil Penelitian, 1) Bahwa variabel X1 (Luas Lahan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi dengan elastisitas < 1 (Inelastis), artinya luas lahan inelastis terhadap produksi padi di Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. 2) Bahwa variabel X2 (Tenaga Kerja) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap produksi padi dengan elastisitas < 1 (Inelastis), artinya luas lahan inelastis terhadap produksi padi di Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. 3) Bahwa variabel X3 (Jumlah bibit) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap produksi padi dengan elastisitas < 1 (Inelastis), artinya luas lahan inelastis terhadap produksi padi di Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. 4) Bentuk fungsi produksi adalah increasing return to scale yang berarti setiap peningkatan semua input menyebabkan peningkatan output yang lebih besar. Angkat, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Ateng (Studi Kasus Kabupaten Dairi), Hasil Penelitian, 1) Kopi ateng merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan rakyat yang sangat diharapkan dapat 6
  • 28. meningkatkan kesejahteraan masyarakat kabupaten Dairi, terutama bagi petani kopi ateng. Namun pada kenyataannya kondisi perekonomian sebagian besar petani kopi ateng masih jauh dari sejahtera dan belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari apabila petani hanya bertumpu pada penghasilan dari kopi ateng saja. Kopi ateng sebagai salah satu komoditi yang penting dalam dunia ekspor pada kenyataannya belum mampu memperbaiki taraf hidup masyarakat, terutama petani kopi ateng di kabupaten Dairi akibat tingginya harga bahan pokok sedangkan harga jual kopi ateng masih rendah bahkan kadang tidak sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Masih banyak yang perlu dibenahi agar petani kopi ateng benar-benar merasakan kesejahteraan. 2) Luas lahan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi. 3) Pengeluaran pupuk mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi. 4) Jumlah tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi. Yurisinthae, dkk, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Lidah Buaya Di Sentra Produksi Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat, Hasil Penelitian, Secara analisis inferensial, model yang dipergunakan untuk memprediksi pengaruh penggunaan input produksi terhadap produksi daun segar lidah buaya memberikan hasil yang memadai, yaitu dengan nilai koefisien determinasi sebesar 98,9 persen. Uji secara simultan pada model menghasilkan nilai F hitung sebesar 595,7 signifikan pada taraf kesalahan 5 persen. Uji secara parsial menunjukan bahwa input produksi berupa penggunaan abu, pupuk urea dan lahan mempengaruhi produksi pelepah segar lidah buaya masing-masing signifikan pada taraf kesalahan 5 persen. Tahir, dkk, (2010), Analisis Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Kedelai Di Sulawesi Selatan, Hasil Penelitian, 1) Secara teknis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai adalah tingkat pengalaman petani, jumlah angkatan kerja dalam keluarga, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk KCl, jumlah pupuk organik, dummy status kepemilikan lahan sistem bagi hasil, dummy varietas kedelai (varietas unggul), dummy jarak tanam (40 x 15 cm dan 40 x 10 cm), dan dummy tipe lahan. Ketiga input produksi (pupuk) tersebut masih bisa dinaikkan jumlahnya untuk meningkatkan produksi. 2) Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap peningkatan TER pada usahatani kedelai adalah luas lahan garapan petani, umur petani, tingkat pendidikan petani, dan tingkat pengalaman petani. 3) Secara ekonomis 6
  • 29. efisiensi produksi dalam usahatani kedelai belum optimal. Pencapaian efisiensi masih dimungkinkan dengan mengurangi penggunaan tenaga kerja upahan (luar keluarga) untuk menambah pendapatan, serta mengurangi penggunaan benih kedelai, tenaga kerja upahan, dan luas lahan garapan untuk meningkatkan keuntungan usahatani kedelai. Zakaria, (2010), Program Pengembangan Agribisnis Kedelai Dalam Peningkatan Produksi Dan Pendapatan Petani, Hasil Penelitian, Produksi kedelai dalam negeri pada dua dekade terakhir (1998−2008) menunjukkan penurunan yang cukup tajam sejalan dengan berkurangnya luas areal tanam. Kondisi ini sebagai akibat menurunnya minat petani dalam menanam kedelai karena usaha tani kedelai dinilai tidak memberikan keuntungan yang memadai. Upaya peningkatan produksi kedelai di tingkat petani tidak hanya berkaitan dengan aspek teknis dan ekonomis, tetapi juga strategi menggalang partisipasi petani dalam pengembangan kedelai. Untuk mewujudkan partisipasi aktif petani dalam peningkatan produksi kedelai menuju swasembada dan sekaligus peningkatan pendapatan mereka, perlu dijalin kerja sama dan koordinasi berbagai pihak terkait dalam pelaksanaan program. Strategi peningkatan produksi untuk mendorong partisipasi petani dapat ditempuh melalui pola kebijakan insentif, dengan menetapkan jaminan harga dasar agar usaha tani kedelai memberikan keuntungan yang layak kepada petani. Di samping itu, diperlukan pemberdayaan dan peningkatan kapasitas petani melalui penyediaan bantuan modal dan penyuluhan, serta pembenahan tata niaga melalui pemulihan kembali peran Bulog sebagai pengimpor utama. Untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan di tengah melonjaknya harga kedelai dunia, pemikiran ego sektoral perlu dihilangkan. Untuk itu, diperlukan peta jalan kebijakan strategis jangka pendek maupun jangka panjang agar masing-masing sektor dapat berjalan bersama-sama untuk mencapai swasembada kedelai. Menggairahkan partisipasi petani tidak hanya akan memantapkan ketahanan Untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan di tengah melonjaknya harga kedelai dunia, pemikiran ego sektoral perlu dihilangkan. Untuk itu, diperlukan peta jalan kebijakan strategis jangka pendek maupun jangka panjang agar masing-masing sektor dapat berjalan bersama-sama untuk mencapai swasembada kedelai. Menggairahkan partisipasi petani tidak hanya akan memantapkan ketahanan. Hutauruk, (2009), Pengaruh Pendidikan Dan Pengalaman Petani Terhadap Tingkat Produksi Tanaman Kopi Dan Kontribusinya Terhadap Pengembangan Wilayah Di 6
  • 30. Kabupaten Tapanuli Utara, Hasil Penelitian, 1) Dari hasil analisis regresi, dapat diketahui bahwa variabel bebas yang memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap produksi tanaman kopi adalah variabel pengalaman dimana nilai t-hitung variabel pengalaman lebih besar dari nilai t-hitung variabel pendidikan formal dan pendidikan non formal. 2) Kontribusi usahatani kopi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara masih sangat rendah. Ini dapat dilihat dari pendapatan petani kopi rata-rata di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Rp. 5.012.526 per tahun lebih rendah bila dibandingkan dengan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) perkapita Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2007, yakni sebesar Rp. 10.348.813. Keterserapan tenaga kerja dari usahatani kopi di Kabupaten Tapanuli Utara untuk luas lahan kurang 0,5 Ha seluas 13.128,89 Ha (85,25 % dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara) juga masih sangat rendah yakni dengan keterserapan sebesar 15 % dari jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2006 pada masa panceklik dan meningkat menjadi 39,99 % - 49,99 % pada masa panen raya. Panjaitan, (2008), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kopi Di Kabupaten Dairi, Hasil Penelitian, 1) Produksi kopi di kabupaten dairi secara signifikan dipengaruhi pleh luas lahan, pengalaman bertani, waktu kerja, dan pestisida. Nilai koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0,9792 berarti bahwa luas lahan, pengalaman bertani, waktu kerja, dan penggunaan pestisida mampu menjelaskan variasi produksi di kabupaten Dairi sebesar 97,92%. 2) Secara parsial analisis menunjukkan sebagai berikut: a) Luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi di kabupaten Dairi pada α=5%. b) Pengalaman bertani berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi di kabupaten Dairi pada α=5%. c) Waktu kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi di kabupaten Dairi pada α=5%. d) Pestisida berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi di kabupaten Dairi pada α=5%. e) Pupuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi di kabupaten Dairi pada α=10%. 3) Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa koefisien (elastisitas) luas lahan dan waktu kerja mempunyai nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan koefisien (elastisitas) pengalaman bertani, penggunaan pestisida, dan pupuk. Oleh karena itu luas lahan dan waktu kerja merupakan faktor yang memberikan kontribusi yang lebih besar dalam produksi kopi di kabupaten Dairi. 4) Harga kopi di tingkat petani menjadi faktor utama rendahnya pendapatan petani kopi yang memainkan peranan harga di tingkat petani adalah 6
  • 31. pedagang pengumpul, sehingga kopi di tingkat petani kopi Dairi tidak sesuai dengan pasaran kopi. Sehingga petani tidak berharap banyak dari tanaman tersebut. Suryana, (2007), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Di Kabupaten Blora (Studi Kasus Produksi Jagung Hibrida Di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora), Hasil Penelitian, 1) Secara keseluruhan model produksi jagung yang diestimasikan memberikan hasil yang positip karena semua variabel independen yang diamati terlihat bahwa variabel Luas lahan (X1), Varietas Bibit (X2), Jarak dan jumlah tanaman (X3), Biaya tenaga kerja (X4) dan variabel Biaya pembelian pupuk berpengaruh terhadap hasil Produksi Jagung Hibrida (Y). Berdasarkan analisis nampak bahwa F hitung sebesar = 32,197 adalah signifikan, karena p > .05. Dengan demikian, (Ho) 1 yang menyatakan bahwa :” Tidak ada pengaruh luas lahan, varietas bibit, jarak dan jumlah tanaman, biaya tenaga kerja, dan biaya pembelian pupuk terhadap hasil produksi jagung hibrida, ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa: ” Ada pengaruh luas lahan, varietas bibit, jarak dan jumlah tanaman, biaya tenaga kerja, dan biaya pembelian pupuk terhadap hasil produksi jagung hibrida di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora ”, diterima. 2) Berdasarkan hasil analisis statistik pada tabel 5.5. dari analisis regresi ditunjukan bahwa untuk standar koefisien beta untuk variabel jarak dan jumlah tanaman (X3) menunjuk angka paling besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jarak dan jumlah tanamam (X3) memberikan pengaruh dominan terhadap hasil produksi jagung hibrida, dan berikutnya adalah variabel biaya tenaga kerja (X4) dan variabel varietas bibit (X2). Kartika, (2006), AnalisisFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prduksi Usahatani Paprika Hidroponik Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung, Hasil Penelitian, 1) Berdasarkan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas, secara parsial produksi luas greenhouse, benih, tenaga kerja dan obat-obatan berpengaruh secara nyata terhadap produksi paprika hidroponik, sedangkan untuk faktor pengalaman dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap produksi praprika hidroponik dan secara keseluruhan berdasarkan uji F model layak atau signifikan pada taraf 5 persen artinya secara bersama-sama faktor produksi (varabel bebas), yaitu luas greenhouse, benih, tenaga kerja, obat-obatan, pengalaman, dan tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik. 2) Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, penggunaan faktor produksi luas greenhouse, benih, tenaga kerja dan obat-obatan belum efisiensi karena rasio NPM dan BKM 6
  • 32. lebih besar dari satu. Oleh karena itu penambahan penggunaan faktor produksi luas greenhouse, benih, tenaga kerja dan obat-obatan akan meningkatkan produksi. 3) Analisis pendapatan dan biaya usaha tani, terlihat bahwa usahatani paprika hidroponik di Kecamatan Parongpong menguntungkan. Hal ini terlihat dari pendapatan pada kondisi optimal lebih besar daripada kondisi nilai R/C ratio yang diperoleh lebih besar dari satu, yaitu sebesar 3,97. Triyatno, (2006), Analisis Produksi Padi Di Jawa Tengah, Hasil Penelitian, 1) Variabel luas lahan, tenaga kerja, benih dan pompa air, memberikan pengaruh positif yang signifikan hingga taraf kepercayaan 5% terhadap produksi padi di Jawa Tengah sehingga hipotesis luas lahan, benih, tenaga kerja dan pompa berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi dapat diterima. 2) Variabel pupuk mempunyai hubungan yang positif tetapi tidak signifikan dalam mempengaruhi produksi padi di Jawa Tengah. 3) Nilai elastisitas produksi (RTS) adalah 1,089 (elastis). Ini berarti bahwa secara umum usaha padi di Jawa Tengah masih bisa beroperasi dengan skala usaha yang meningkat (increasing returns to scale), tetapi sudah mendekati kondisi konstan (constant returns to scale). Apriyanto, (2005), Pengaruh Status Dan Luas Lahan Usahatani Kentang (Solanum Tuberosum L.) Terhadap Produksi Dan Pendapatan Petani (Kasus: Desa Argalingga, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat), Hasil Penelitian, a) Lahan garapan di lokasi penelitian dapat diperoleh dengan cara memiliki sendiri, menyewa dan menggadai. Lahan sewa diperoleh dengan memberikan sejumlah uang sewa untuk beberapa periode tertentu. Sistem gadai dilakukan dengan cara memberikan pinjaman uang kepada pemilik lahan dengan lahan garapan sebagai jaminan. Lahan garapan dapat dimanfaatkan oleh pemberi pinjaman untuk beberapa periode tertentu (di lokasi penelitian biasanya maksimal tiga tahun), kemudian setelah petani pemilik dapat melunasi pinjaman maka lahan garapan dikembalikan kembali kepada pemilik semula. b) Usahatani kentang di lokasi penelitian berada pada kondisi Constant Return to Scale. Nilai koefisien regresi faktor produksi seperti pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida dan tenaga kerja tidak menunjukan pengaruh yang nyata pada a = 5% kecuali bibit kentang berpengaruh yang nyata pada a = 10%, hal ini sesuai dengan hasil analisis input produksi bahwa penggunaan faktor-faktor produksi tersebut tidak sesuai dengan anjuran. c) Analisis biaya dan penerimaan menunjukan lahan sewa memberikan nilai positif terhadap pendapatan dari ketiga status lahan. Lahan garapan berdasarkan luas 6
  • 33. lahan mempunyai nilai R/C ratio kurang dari satu kecuali lahan kurang dari satu hektar pada R/C ratio atas biaya tunai. Hal ini menandakan mayoritas petani kentang di lokasi penelitian menderita kerugian karena penerimaannya lebih kecil dari biaya produksi yang dikeluarkan. Uji - t lahan garapan menurut status kepemilikan (sewa, milik dan gadai) tidak menunjukan perbedaan yang nyata dalam produksi kentang per hektar (yield). d) Uji-t luas lahan menunjukan bahwa luas lahan garapan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi per hektar. Saifulli, (2001), Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi produksi Emping Mlinjo Di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan, Hasil Penelitian, 1) Rata- rata produksi emping mlinjo setiap pengrajin pertahun mencapai 471,1 kilogram dengan bahan baku 1.325 kilogram, menyerap hari kerja orang sebanyak 659 HKO, modal kerja Rp. 770.000 dengan teknologi yang rendah. 2) Dari pengujian menggunakan Fstatistik diketahui bahwa seluruh variabel luas bebas memberikan pengaruh serempak terhdap tingkat produksi emping mlinjo. Besarnya koefisien determinasi sekitar 81 persen berarti variabel bebas mempengaruhi variasi variabel terikat sekitar 81 persen. 3) Faktor yang paling dominan mempengaruhi tingkat produksi emping mlinjo adalah modal kerja, bahan baku, tenaga kerja kemudian teknologi. Hal ini dilihat dari koefisien regresi dari persamaan yang sudah dilogaritmakan. Sitepu, (2000), Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Markisa Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo, Hasil Penelitian, 1) Produksi markisa di Desa Tanjung Barus Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo merupakan fungsi dari luas lahan, jumlah tenaga kerja dan juga modal yang digunakan. Luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi markisa akan naik. Jumlah tenaga kerja juga mempunyai hubungan yang positif terhadap markisa. Jika terjadi penambahan jumlah tenaga kerja maka produksi markisa akan mengalami peningkatan. Jumlah modal yang digunakan pada produksi markisa juga mempunyai hubungan yang positif. 2) Melalui uji F diketahui bahwa luas lahan bersama-sama dengan jumlah tenaga kerja dan jumlah modal yang digunakan mempengaruhi produksi markisa secara signifikan (nyata). 3) Melalui uji t diketahui bahwa luas lahan berpengaruh negatif (non signifikan) terhadap produksi markisa. Sedangkan untuk jumlah tenaga kerja maupun jumlah modal yang digunakan berpengaruh positif (signifikan) terhadap produksi markisa. 4) Dari hasil regresi diketahui bahwa selama periode tahun 1999 diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi markisa adalah luas lahan, 6
  • 34. jumlah tenaga kerja dan jumlah modal. 5) Berdasarkan hasil analisa regresi diperoleh bahwa luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan jumlah modal memberikan pengaruh yang signifikan pada produksi markisa. 2.2 Studi Teoritis 2.2.1 Produksi Menurut Miller (2000) bahwa pengertian produksi adalah sebagai berikut “Produksi adalah sebagai penggunaan atau sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama. Ada beberapa pengertian produksi menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut : Partadireja (1985) Produksi adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau menambah guna atas suatu benda, atau segala kegiatan yang ditunjukkan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran. Murti. dkk (1987) Produksi adalah semua kegiatan dalam menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa, dimana untuk kegiatan tersebut diperlukan faktor-faktor produksi. Berdasarkan beberapa pandangan diatas dapat di simpulkan bahwa produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi. 2.2.2 Luas Lahan Hernanto (1989) mengemukakan bahwa luas lahan usahatani dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yakni lahan yang sempit dengan luas >0,5 hektar, lahan yang sedang dengan luas antara 0,5 sampai dengan 2 hektar dan lahan yang luas dengan luas >2 hektar. Wiriaatmadja (1977), menjelaskan bahwa petani yang memiliki tanah usaha yang luas memiliki sifat dan kegemaran untuk mencoba teknologi baru dan akan selalu 6
  • 35. berusaha sendiri mencari informasi yang diperlukan. Birowo et al. dalam Adjid, ( 2001) mengemukakan bahwa petani yang memiliki lahan yang luas sangat respon terhadap penerapan teknologi baru di sector pertanian, sebaliknya pada lahan yang sempit para petani menganggapnya tidak efektif. Luas lahan dapat dibedakan dengan tanah pertanian. Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usaha tani misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara tradisional perlu dipahami agar dapat ditransformasi ke ukuran luas lahan yang dinyatakan dengan hektar. Di samping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah juga diperhatikan (Soekartawi, 2006). Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Mubyarto (1990) menyatakan tanah sebagai faktor produksi, Tanah adalah mencakup bagian permukaan bumi yang tidak ter tutup oleh air atau bagian dari permukaan bumi yang dapat dijadikan untuk tempat bercocok tanam dan untuk tempat tinggal termasuk pula kekayaan alam yang terdapat dida lamnya. Lahan merupakan tempat dimana proses agribisnis kopi dilakukan.Luas lahan yang ditanami suatu komoditi akan mempengaruhi tingkat produksi yang dihasilkan komoditi tersebut.Dilihat dari segi efisiensi,semakin luas lahan yang diusahakan maka akan semakin tinggi produksi dan pendapatan dan petani per satuan luasnya.Begitu pula sebaliknya,jika luas lahan yang diusahakan sempit dan kecil maka akan semakin rendah produksi dan pendapatan dan petani per satuan luasnya. Menurut Lionberger. dkk (1982), bahwa keterbatasan lahan yang dimiliki petani akan memberikan pengaruh pada kurang efisiennya pengolahan pertanian. Luas dan status pemilikan lahan Menurut Mardikanto (1983) berpengaruh terhadap tingkat intensifikasi, produktivitas, besarnya pendapatan yang dapat diperoleh petani.Upaya pembanguna pertanian akan sulit dilakukan, apabila kepemilikan lahan lebih banyak secara kotak-kotak dengan luas penguasaan lahan yang sempit, karena petani cenderung bertindak sendiri-sendiri dan motivasi untuk bekerja sama dan menantang resiko menjadi kurang (Daniel, 2004). 2.2.3 Modal 6
  • 36. Modal adalah setiap hasil atau produk atau kekayaan yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya (Daniel, 2004). Modal dapat berasal dari petani atau juga dapat berasal dari luar diri atau diperoleh pinjaman melalui lembaga perkreditan (bank atau koperasi). Menurut Mardikanto, (1993) Tersedianya kredit modal bagi petani yang membutuhkannya akan merupakan kekuatan baru yang sangat menentukan kecepatan dan keberhasilan suatu penyuluh. Modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja, keberadaan modal sangat menentukan tingkat atau macam teknologi yang diterapkan dan dapat memberikan akibat yang positif atau negatif, terutama pada usahatani dengan penguasaan lahan sempit. Akibat negatifnya antara lain kegagalan usaha atau kerugian, sedangkan positifnya dapat memperoleh hasil yang lebih tinggi dan keuntungan yang banyak (Daniel, 2004). Berdasarkan anggapan tersebut berarti ada hubungan antara tingkat ketersediaan modal dengan motivasi petani dalam meningkatkan lahan usahataninya. Termasuk juga petani kopi sehingga terdapat kecenderungan bahwa modal memengaruhi motivasi petani dalam meningkatkan produksi kopi. 2.2.4 Pengalaman Padmowihardjo (1994) menyatakan bahwa pengalaman adalah suatu kepemilikan pengetahuan yang dialami oleh seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan sebagai hasil belajar sealam hidupnya. Seseorang akan berusaha menghubungkan hal yang akan dipelajari dengan pengalaman yang dimiliki dalam proses belajar. Pengalaman yang menyenangkan dapat memuaskan akan berdampak pada hal positif bagi perilaku yang sama yang akan diterapkan pada situasi berikutnya. Sedarmayanti (2009) “Pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan seseorang, sedangkan pengalaman hanya mungkin diperoleh dalam hubungan lingkungannya”. Pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan seseorang dalam hal ini berarti bahwa jiwa dan kemampuan seseorang akan lebih mapan jika orang tersebut telah merasakan keadaan yang sebenarnya. 6
  • 37. Menurut Van den Ban. Dkk. (1999) Melalui pengalaman seseorang memperbaiki kemampuan untuk melaksanakan suatu pola sikap. Sedangkan Mosher (1987) menyatakan bahwa pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas petani dalam usahataninya di mana cita-cita petani berdasarkan pengalaman yang baik mengenai cara bercocok tanam yang baik dan menguntungkan akan mempengaruhi terlaksananya pembangunan pertanian. 2.2.5 Pendidikan petani Morgan. dkk. (1963) mengemukakan bahwa pendidikan memiliki makna yang menumbuhkan dinamika orang, mengantarkan orang untuk menjadi modern, (mampu menguasai lingkungan dan dunianya). Pendidikan yang ditempuh seseorang baik secara formal dan nonformal akan sangat mempengaruhi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap orang tersebut. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumberdaya manusia dan merupakan pengubah utama kualitas sumberdaya manusia. Makin menungkat pendidikan seseorang, maka kualitas kerjanya (performance) juga meningkat (Syahyuti, 2006). Soekanto (2002) menyatakan bahwa pendidikan mengajarkan kepada individu aneka macam kemampuan, membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan cara berpikir ilmiah. Petani yang relative lebih cepat dalam menerapkan hal-hal baru umumnya adalah petani yang pendidikannya lebih tinggi dari masyarakat di sekitarnya, pandai dan pengetahuannya luas (Wiriaatmadja, 1977). Menurut Syahyuti, (2006)Ada tiga cara pendidikan untuk mengubah perilaku, yaitu: (1) pendidikan formal, (2) pendidikan nonformal dan (3) pendidikan informal. Rataan pendidikan formal petani kopi adalah sembilan tahun dengan kisaran umur 5-12 tahun. Tingkat pendidikan formal sangatlah penting bagi petani kopi karena akan membenatu petani kopi untuk lebih mudah mengadopsi inovasi, menerapakan teknologi dalam usahataninya kopi dan menyelesaikan masalah- masalah yang dihadapi. Makin meningkat pendidika seorang petani, maka kualitas kerjanya juga meningkat. Artinya semakin tinggi pedidikan petani kopi semakin berkembang wawasan berpikirnya dan semakin baik keputusannya dalam berusahtani kopi yang lebih produktif. 2.2.6 Kontribusi Pemerintah Daerah 6
  • 38. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kontribusi adalah sumbangan; sedangkan menurut Kamus Ekonomi (T Guritno, 1992) kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama -sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau bersama. Dalam pelaksanaan otonomi daerah pengertian pemerintah daerah menurut Misdyanti dan Kartasapoetra, (1993:17) adalah pemerintah daerah adalah penyelenggara pemerintahan di daerah. Dengan kata lain pemerintah daerah adalah pemegang kemudi dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan daerah. Pengertian pemerintah daerah menurut peraturan pemerintah (PP, 2004: 32) Tahun 2000 tentang pedoman organisasi perangkat daerah adalah Pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonomi yang lain sebagai badan eksekutif daerah. Pengertian lain mengenai Pemerintah Daerah tercantum dalam Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Pemerintahan Desa dan Kelurahan bahwa “Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. Dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah adalah selaras dengan azas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan dapat diwujudkan dalam fungsi- fungsi pemerintah daerah. Adapun fungsi pemerintah daerah menurut Misdyanti dan Kartasapoetra, (1993) adalah: Fungsi otonomi Fungsi otonomi dari pemerintah daerah adalah melaksanakan segala urusan yang telah diserahkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang lebih tinggi tingkatannya. Fungsi pembantuan Merupakan fungsi untuk turut serta dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah oleh pusat atau pemerintah daerah tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya. Fungsi Pembangunan Fungsi ini untuk meningkatkan laju pembangunan dan menambah kemajuan masyarakat sehingga tuntutan dari masyarakatpun semakin berkembang dan kompleks Fungsi lainnya Selain ketiga fungsi diatas terdapat fungsi lainnya adalah: Pembinaan wilayah 6
  • 39. Pembinaan masyarakat Pemberian pelayanan,pemeliharaan serta perlindungan kepentingan umum. Berdasarkan beberapa pandangan diatas dapat di simpulkan bahwa pemerintah daerah yang dimaksudkan adalah pemerintah daerah dalam arti sempit. Pemerintah daerah dalam arti sempit terdiri dari kepala daerah, sekertaris daerah, dan dinas-dinas di daerah. Jadi pemerintah daerah merupakan suatu sistem yang ada dalam wilayah daerah kabupaten dan bupati kepala daerah sebagai unsur pimpinan penyelenggara pemerintah di daerah. 2.2.7 Akses informasi Syah (2005) Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna untuk membuat keputusan. Informasi berguna untuk pembuat keputusan karena informasi menurunkan ketidakpastian (atau meningkatkan pengetahuan) Informasi menjadi penting, karena berdasarkan informasi itu para pengelola dapat mengetahui kondisi obyektif perusahaannya. Informasi tersebut merupakan hasil pengolahan data atau fakta yang dikumpulkan dengan metode ataupun cara - cara tertentu. Menurut Mcleod (2001) Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang memiliki arti bagi si penerima dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang. Petani yang telah maju dan berorientasi pada pasar akan selalu berusaha dapat bertani dengan lebih baik dan selalu mengikuti perkembangan kebutuhan pasar. Berusahatani yang baik akan selalu memerlukan adanya informasi baru tentang segala hal yang berkaitan dengan usahataninya. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa akses informasi adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mengikuti perkembangan informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan yang lebih baik dan menurunkan ketidakpastian (menambah pengetahuan). Kerangka Proses Berpikir Purba, (2012), Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi produksi Tanaman Kopi Di Desa Dolog Huluan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun Berniati, (2011), Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Di Kebun Bagerpang PP. London Sumatra Indonesia Tbk Ginting, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Kecamatan Meranti-Kabupaten Asahan Angkat, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Ateng (Studi Kasus Kabupaten Dairi) Yurisinthae, dkk, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Lidah Buaya Di Sentra Produksi Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahir, dkk, (2010), Analisis Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Kedelai Di Sulawesi Selatan Zakaria, (2010), Program Pengembangan Agribisnis Kedelai Dalam Peningkatan Produksi Dan Pendapatan Petani Hutauruk, (2009), Pengaruh Pendidikan Dan Pengalaman Petani Terhadap Tingkat Produksi Tanaman Kopi Dan Kontribusinya Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Tapanuli Utara Panjaitan, (2008), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kopi Di Kabupaten Dairi 6
  • 40. Suryana, (2007), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Di Kabupaten Blora (Studi Kasus Produksi Jagung Hibrida Di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora) Kartika, (2006), AnalisisFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prduksi Usahatani Paprika Hidroponik Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Triyatno, (2006), Analisis Produksi Padi Di Jawa Tengah Apriyanto, (2005), Pengaruh Status Dan Luas Lahan Usahatani Kentang (Solanum Tuberosum L.) Saifulli, (2001), Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi produksi Emping Mlinjo Di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Sitepu, (2000), Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Markisa Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Studi Teoritis Produksi Miller (2000) Partadireja (1985) Murti. dkk (1987) Luas Lahan Hernanto (1989) Birowo et al. dalam Adjid, ( 2001) Soekartawi, 2006). Mubyarto (1990) Lionberger dan Gwin (1982), Mardikanto (1983) Daniel, 2004). Modal (Daniel, 2004). (Mardikanto, 1993). Pengalaman Padmowihardjo (1994) Sedarmayanti (2009) Van den Ban. Dkk (1999). Mosher (1987) Pendidikan petani Morgan et al. (1963) Syahyuti,( 2006) Soekanto (2002) Wiriaatmadja, (1977) Combs dan Manzoor dalam Sahidu, (1998). Kontribusi Pemerintah Daerah T Guritno, (1992) Misdyanti dan Kartasapoetra, (1993), (PP, 2004: 32) Tahun 2000 Akses informasi Syah, (2005). Mcleod, Raymond, 2001, 6
  • 41. 1.Variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara serempak berpengaruh terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. 2.Variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara parsial berpengaruh terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. 3.Salah satu dari variabel bebas diduga merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji F dan Uji t Analisis Regresi Linier Berganda Variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi berpengaruh signifikan terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 2.4 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dalam penulisan ini dapat digambarkan secara sistematis, sebagai berikut: Modal (X2) Luas lahan (X1) 6
  • 42. Produksi Agribisnis Kopi Rakyat (Y) Pengalaman (X3) Pendidikan Petani (X4) Kontribusi Pemerintah Daerah (X5) Akses informasi(X6) Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Serempak Parsial 6
  • 43. 2.5 Hipotesis Penelitian Dari perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan telah dituangkan dalam kerangka pikir, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: Variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara serempak berpengaruh terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara parsial berpengaruh terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Salah satu dari variabel bebas diduga merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. 6
  • 44. III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Desain Penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi penelitian adalah Kecamatan Silo sebagai salah satu sentra produksi kopi yang memiliki luas lahan agribisnis kopi terluas di kabupaten Jember. Suatu keberhasilan agribisnis dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain faktor luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, dan akses informasi. Pemerintah dituntut untuk dapat memonitor, memahami, dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi agribisnis kopi rakyat yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun kebijakan dan strategi yang tepat agar dapat mengembangkan agribisnis kopi rakyat mengingat permintaan pasar yang cukup tinggi terhadap komoditas kopi ,baik pasar luar negeri maupun dalam negeri dan diharapkan pengembangan agrbisnis kopi rakyat dapat meningkatkan produksi petani dan memperbaiki kesejahteraan petani. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan September - November 2013. 3.2 Populasi Penelitian, Besar dan Teknik Pengambilan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang dterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi pada penelitian ini adalah petani kopi di Kecamatan Silo yang tergabung dalam kelompok tani serta tercatat di Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Jember berjumlah 2.239 orang. 3.2.2 Besar dan Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling adalah suatu cara untuk menentukan banyaknya sampel dan pemilihan calon anggota sampel, sehingga setiap sampel yang terpilih dalam penelitian dapat mewakili populasinya (representatif) baik dari aspek jumlah maupun 25
  • 45. dari aspek karakteristik yang dimiliki populasi. Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah Probability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sample yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sample (Sugiyono, 2009). Teknik ini meliputi, sample random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionarate stratified random, sampling area sampling. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling sebagai teknik pengambilan sample, yaitu populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata porposional (Sugiyono, 2009). Pengambilan sample berstrata digunakan apabila kita berpendapat bahwa ada perbedaan ciri, atau karakteristik antara strata-strata yang ada, sedangkan perbedaan tersebut mempengaruhi variabel (Arikunto, 2010). Porposional atau disebut juga sample imbangan adalah teknik pengambilan sample porporsi atau sample imbangan yang dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah (Arikunto, 2010). Menurut Roscoe dalam buku Research Methods For Busines dalam Sugiyono, 2009, memberikan saran tentang ukuran sample untuk penelitian seperti berikut ini : Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain- lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi berganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variable yang diteliti. Misalnya variable penelitiannya ada 7 (independen + dependent), maka jumlah anggota sampel = 10 x 7 = 70. Untuk penelitian ekperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20. Populasi petani kopi di Kecamatan Silo yang tergabung dalam kelompok tani serta tercatat di Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Jember berjumlah 2.239 orang. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 70 responden petani kopi di Kecamatan Silo yang tergabung dalam kelompok tani dengan pertimbangan terbatasnya waktu, dana dan tenaga. Sampel sebanyak 70 petani dianggap sudah 25
  • 46. mewakili dari populasi yang ada. Berdasarkan teori tersebut, jumlah sampel 70 telah memenuhi persyaratan ukuran sampel penelitian. 3.3 Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Di dalam variabel harus jelas aspek –aspek atau faktor- faktor yang akan dikemukakan (Sugiyono, 2009). Penelitian ini menggunakan variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, dan akses informasi . 3.3.1 Klasifikasi Variabel Klasifikasi variabel merupakan mempuyai maksud untuk mengetahui variabel apa saja yang digunakan dalam penelitian. Klasifikasi dalam penelitian ini yaitu: Variabel bebas (X) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan variabel terikat (Sugiyono, 2009). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah karakteristik Petani Kopi yaitu: X1 : Luas Lahan Garapan X2 : Modal X3 : Pengalaman Beragribis Kopi X4 : Pendidikan Formal Petani X5 : Kontribusi Pemerintah Daerah X6 : Akses Informasi Variabel terikat (Y) Variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Produksi Agribisnis Kopi Rakyat . 3.3.2 Definisi Operasional Variabel 25
  • 47. Berdasarkan pokok permasalahan yang diajukan, variable-variabel yang dianalisis dapat dikelompokan sebagai berikut : Luas lahan Garapan (X1), Jumlah satuan hamparan tanah dalam hektar yang dimiliki dan dikuasai petani untuk ditanami kopi, baik lahan yang menjadi milik sendiri, lahan yang disewa, ataupun lahan yang ditanam. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Luas lahan Garapan: Keuntungan status kepemilikan lahan baik menyewa atau milik sendiri. Status kepemilikan lahan sendiri tidak ditanami tanaman lain. Luas status kepemilikan lahan mempengaruhi produksi. Modal (X2), Pernyataan petani tentang jumlah uang dalam rupiah yang digunakan dalam berusahatani kopi, baik berasal dari milik sendiri, pinjaman ataupun bantuan dari pihak lain. Jumlah modal diukur dengan skala rasio, sedangkan asal modal diukur dengan skala nominal. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Modal: Permodalan yang dimiliki dalam beragribis kopi. Jumlah modal yang dimiliki sepenuhnya untuk beragribis kopi. Peran pemerintah dalam pemberian modal beragribis kopi. Pengalaman Beragribis Kopi (X3), Pengalaman beragribis yang diimiliki petani baik mengenai cara bercocok tanam yang baik dan menguntungkan yang akan mempengaruhi produksi kopi. Lamanya petani beragribis kopi yang dinyatakan dalam tahun, dengan skala pengukuran rasio. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Pengalaman Beragribis: Pengalaman beragribis kopi yang dimiliki. Pengaruh pengalaman beragribis kopi yang dimiliki. Ketrampilan dalam beragribis kopi. Pendidikan Formal Petani (X4), Lamanya petani mendapatkan atau mengikuti proses belajar formal yang pernah dicapai, yang dinyatakan dengan jumlah tahun petani mengikuti pendidika formal, dengan skala rasio.Kontribusi pemerintah daerah (X5), Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Pendidikan Formal Petani: Peran tingkat pendidikan formal dalam beragribis kopi. Inovasi dalam beragribis kopi. Pengaruh peran tingkat pendidikan formal dalam beragribis kopi. 25
  • 48. Kontribusi Pemerintah Daerah (X5) Keterlibatan yang dilakukan oleh kepala daerah, sekretaris daerah, dan dinas-dinas di daerah.melalui peluang pasar, pendampingan petani, kepastian harga kopi.dalam kepada petani kopi yang akan memberikan dampak terhadap produksi kopi rakyat. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel pemerintah daerah: Peran pemerintah dalam hal peluang pasar. Peran pendampingan dalam beragribis kopi pada petani Kepastian harga kopi. Akses informasi (X6) Upaya petani untuk mencari informasi mengenai usahatani kopi baik didalam maupun diluar sistem sosialnya yang dinyatakan dalam frekuensi. Upaya tersebut dilihat dari frekuensi petani berinteraksi dengan sumber informasi, memanfaatkan media massa dan mencari informasi ke luar daerah. Pengukurannya dengan menggunakan skala rasio. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Akses informasi: Manfaat media massa dalam beragribis kopi. Pencarian informasi keluar daerah dalam beragribis kopi. Peran tokoh penyuluh dalam beragribis kopi. Produksi Agribisnis (Y) Segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah nilai kegunaan suatu produk agribisnis. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Produksi Agribisnis: Keadaan tanaman per luas lahan Produksi lahan beragribis kopi. Ketersedian tenaga kerja dalam beragribis kopi. 3.4 Instrumen Penelitian Alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dan informasi adalah kuesioner yang ditunjukkan kepada 70 Petani Kopi Rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Sebelum disebarkan keseluruh petani Kopi Rakyat sebagai data primer atau data responden sebenarnya, kuesioner tersebut diuji terlebih dahulu validitas dan realibilitasnya Sugiyono (2009). Dalam penyusunan instrumen penelitian, yakni dalam penelitian format jawaban untuk pertanyaan, penelitian menggunakan format skala likert. Skala 25
  • 49. likert pada umumnya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fonomena social. Umumnya, instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checlist ataupun pilihan ganda. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Penelitian yang digunakan ini merupakan analisis kuantitatif dalam bentuk checklist dengan memberi tanda (√) sebagai bentuk instrumen penelitian, maka jawaban- jawaban dari pilihan tersebut diberikan skor sebagai berikut : Sangat setuju : skor 4 Setuju : skor 3 Tidak setuju : skor 2 Sangat tidak setuju : skor 1 3.5 Lokasi Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive Methods). Daerah penelitian yang dipilih adalah Kecamatan Silo Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur mengingat kecamatan Silo daerah terluas penghasil kopi. Penelitian dilakukan pada bulan September-November 2013 selama 3 bulan yang meliputi persipan awal sebelum penelitian sampai dengan tahap penyelesaian penelitian. 3.6 Prosedur Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data sangat berpengaruh sekali dengan hasil penelitian karena pemilihan metode pengumpulan data yang tepat akan dapat diperoleh data yang relefan, akurat dan reliabel, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tahapan sebelum pengumpulan data di lapang, yaitu mengadakan pengamatan dan penelitian pendahuluan di Perkebunan Rakyat Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Tahap pengumpulan data primer yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang diperoleh secara langsung dari responden yaitu informasi atau data dari jawaban seluruh petani di Perkebunan Rakyat Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Tahapan pengumpulan data sekunder diperoleh dari perpustakaan, literatur, maupun laporan penelitian terdahulu (dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan) 25
  • 50. 3.7 Teknik Analisis 3.7.1 Uji Validitas Sugiyono (2009). Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Cara paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas suatu instrumen adalah dengan cara mengkorelasikan antara score yang diperoleh pada masing-masing item (pertanyaan atau pernyataan) dengan score item dengan score total haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu. Untuk menguji validitas dari pertanyaan, dengan taraf signifikan (α) = 5% digunakan rumus koefisien korelasi produk moment. Rumus validitas adalah: (Sugiyono, 2009) r Keterangan : r = Koefisien korelasi x = Variabel independen y = Variabel dependen n = Jumlah sampel Tabel 3.1 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Inteerpretasi r 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat Sumber: Sugiyono, 2009 3.7.2 Uji Reliabilitas Mengetahui konsitensi alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari veriabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Sugiyono,2009). ri = 25
  • 51. Keterangan: ri = Reliabilitas internal seluruh instrumen rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua Selanjutnya untuk teknik perhitungan kedua uji diatas akan dilakukan secara otomatis dengan menggunakan alat bantu SPSS 16. 3.8 Metode Analisis Data Setelah data dikumpulkan proses selanjutnya adalah menganalisis data yang telah diperoleh, analisis data dilakukan dengan menggunakan: 3.8.1 Analisis Regresi Linier Berganda Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah alat untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan dua atau lebih variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, X6 ……..Xn) terhadap variabel terikat (Y) (Sunyoto, 2012). Rumus pengujian regresi linier berganda: Keterangan : Y = Produksi Agribisnis Kopi Rakyat a = Konstanta b = Koefisien dari variabel bebas (X) X1 = Luas Lahan Garapan X2 = Modal X3 = Pengalaman Beragribis Kopi X4 = Pendidikan Formal Petani X5 = Kontribusi Pemerintah Daerah X6 = Akses Informasi e = Kesalahan / Pengganggu (error) 3.8.2 Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) 25
  • 52. Koefisien determinasi (R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefesien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel indepeden dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang relative rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi tinggi (Imam Ghozali, 2005). Apabila dalam penelitian hanya terdapat satu atau dua variabel independen maka R2 yang digunakan, namun jika dalam sebuah penelitian terdapat lebih dari 2 variabel independen atau variabel bebas maka adjusted R square yang digunakan, dengan demikian penelitian ini menggunakan adjusted R square untuk mengukur seberapa besar variabel bebas (independen) yaitu luas lahan (X1), modal (X2), pengalaman (X3), pendidikan petani (X4), kontribusi pemerintah daerah (X5), akses informasi (X6), dapat mempengaruhi atau menerangkan variabel terikatnya (dependen) yaitu (Y) Pendapatan Agribisnis Kopi Rakyat. Setiap tambahan satu variabel independen yaitu luas lahan (X1), modal (X2), pengalaman (X3), pendidikan petani (X4), kontribusi pemerintah daerah (X5), akses informasi (X6), maka nilai R2 p asti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Produksi Agribisnis Kopi Rakyat (Y), sedangkan nilai adjusted R square dapat meningkat atau turun apabila satu variabel dependen atau (Y) Produksi Agribisnis Kopi Rakyat ditambah kedalam model. Teknik perhitungan koefisien determinasi berganda pada penelitian ini menggunakan software SPSS 16.0 )1)(( )1(1 _ 2 2 Rkn n RAdjusted −− −− = Keterangan: = Koefisien determinasi n = Banyaknya responden k = Banyaknya variabel bebas 25
  • 53. 3.8.3 Uji F Menurut Sugiyono (2009), Untuk menguji secara serempak terhadap koefisien korelasi ganda maka dapat digunakan uji F sebagai berikut : Fhit Keterangan: R2 = koefisien korelasi ganda K = jumlah variabel independen N = jumlah anggota sampel = Fhit yang selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel Kriteria pengujian hipotesis: Apabila Fhit > Ftabel, pada taraf signifikan yang ditentukan, maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga variabel independen secara serempak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Apabila F hit < Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga variabel independen secara serempak tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. 3.8.4 Uji t Digunakan untuk menguji tingkat signifikan pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat (Sugiyono, 2009). thitung Keterangan: t = Pengujian secara Parsial bi = Korelasi Regresi Linier dari X1 sampai X3 s (bi) = Standar Deviasi bi Kesimpulan keputusan : Apabila thit < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga variabel independen tidak mempengaruhi secara signifikan. Apabila t hit > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga variabel independen mempengaruhi secara signifikan. 25
  • 54. IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Wilayah 4.1.1 Kecamatan Silo Kecamatan Silo merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur. Jarak pusat pemerintahan Kecamatan Silo ± 30 Km dari pusat pemerintahan Kabupaten Jember dan ± 267 Km dari Ibukota Propinsi Jawa timur. Topografi daerah ini berbukit-bukit atau bergunung dan berhawa sejuk dengan ketinggian rata-rata antara 600 hingga 750 meter di atas permukaan laut dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara : Kecamatan Ledokombo Sebelah selatan : Kecamatan Tempurejo Sebelah barat : Kecamatan Mayang Sebelah timur : Kabupaten Banyuwangi Daerah ini menyajikan keindahan alam perbukitan dengan perpaduan kehidupan pertanian agraris. Di Kecamatan ini juga terdapat beberapa agrowisata, misalnya Agrowisata Gunung Gumitir (PTPN XII) dimana kita bisa menikmati pembibitan, penanaman dan penggilingan kopi.Beberapa sungai melintasi wilayah ini, antara lain Sungai Merawan dengan panjang 0,45 km, Sungai Curah Mas 0,20 km, Sungai Garahan 0,40 km dan Sungai Gila 0,20 km. Luas wilayah Kecamatan Silo yaitu 30.998,23 Ha. Kecamatan Silo memiliki 9 desa yaitu Desa Mulyorejo, Desa Pace, Desa Harjomulyo, Desa Karangharjo, Desa Silo, Desa Sempolan, Desa Sumberjati, Desa Garahan, dan Desa Sidomulyo. Kesembilan desa tersebut, hanya ada dua desa yang produksi perkebunannya melimpah dalam komoditi kopi, yaitu Mulyorejo dan Desa Pace, sehingga menjadikan kedua desa tersebut sebagai sentra produksi kopi rakyat. 4.2 Keadaan Penduduk Keadaan penduduk Kecamatan Silo pada tahun 2011 sebanyak 105.267 jiwa yang terdiri dari 50.618 jiwa penduduk laki-laki dan 54.649 jiwa penduduk perempuan 373737
  • 55. dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 30.256 jiwa. Sebaran penduduk menurut luas wilayah dan jumlah penduduk kecamatan silo disajikan dalam Tabel 4.1 Tabel 4.1 Sebaran Penduduk Menurut Golongan Umur Di Kecamatan Silo Pada Tahun 2011 No Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Jumlah Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan 1 0-4 4.379 4.304 8.683 8,56 8,17 8,36 2 5-9 4.535 4.482 9.017 8,87 8,50 8,68 3 10-14 4.782 4.695 9.477 9,35 8,91 9,13 4 15-19 3.998 3.987 7.985 7,82 7,57 7,69 5 20-24 3.566 4.014 7.580 6,97 7,62 7,30 6 25-29 4.111 4.489 8.600 8,04 8,52 8,28 7 30-34 3.931 4.357 8.288 7,69 8,27 7,98 8 35-39 4.384 4.326 8.710 8,57 8,21 8,39 9 40-44 3.965 3.910 7.875 7,75 7,42 7,58 10 45-49 3.396 3.460 6.856 6,64 6,57 6,60 11 50-54 3.075 2.800 5.875 6,01 5,31 5,66 12 55-59 2.282 2.106 4.388 4,46 4,00 4,23 13 60-64 1.855 1.902 3.757 3,63 3,61 3,62 14 65-69 1.243 1.494 2.737 2,43 2,83 2,64 15 70-74 826 1.164 1.990 1,61 2,21 1,92 16 75+ 819 1.213 2.032 1,60 2,30 1,96 JUMLAH 51.147 52.703 103.850 100,00 100,00 100,00 Sumber :BPS Kecamatan Silo Dalam Angka 2011 Berdasarkan Tabel 4.1, jumlah penduduk Di Kecamatan Silo usia yaitu umur 0-14 tahun sekitar 27.177 jiwa (26,17%), penduduk angkatan kerja yaitu umur 15-54 tahun mencapai 31.343 jiwa (30,18%), dan penduduk usia lanjut yaitu umur > 55 tahun berjumlah 7.789 jiwa (7,59%). Penduduk usia 15-54 tahun merupakan penduduk yang termasuk dalam usia angkatan kerja. Sedangkan usia < 15 tahun merupakan penduduk di luar usia angkatan kerja. Kelompok non angkatan kerja yaitu umur 0-14 dan > 55 tahun terdiri dari penduduk usia sekolah dan penduduk berusia lanjut. Sebaran penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.2 : Tabel 4.2 Sebaran Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kecamatan Silo Pada Tahun 2011 N o Mata Desa Jum lah Persen tase Pencaharian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (%) 1 Pertanian 2.1 72 4.1 58 2.1 32 2.8 89 1.9 02 1.7 82 2.1 56 2.2 75 2.1 98 21.6 64 71,60 2 Industri 27 12 2 11 3 33 34 54 36 52 32 503 1,66 3 Kontruksi 36 43 36 42 36 46 62 54 46 401 1,33 4 Perdagangan 19 2 29 0 15 4 27 4 19 3 36 8 28 6 29 1 25 1 2.29 9 7,60 5 Angkutan 39 34 28 26 31 45 58 43 28 332 1,10 6 Dll 68 9 76 4 70 3 67 1 45 9 46 8 44 2 36 7 49 4 5.05 7 16,71 Jumlah 30.2 100,0 373737
  • 56. 56 0 Sumber :BPS Kecamatan Silo Dalam Angka 2011 Keterangan : 1= Mulyorejo 2= Pace 3= Harjomulyo 4= Karangharjo 5= Silo 6= Sempolan 7= Sumberjati 8= Garahan 9= Sidomulyo Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Silo mata pencahariannya bergerak dibidang pertanian. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani adalah sebesar 21.664 jiwa atau sebesar 71,60 % dari seluruh jumlah penduduk yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Silo memiliki potensi yang cukup besar dibidang pertanian, namun masih banyak penduduk yang belum memiliki lahan pertanian sendiri. Kegiatan menjadi buruh tani dilakukan oleh penduduk yang tidak memiliki lahan pertanian pada saat musim paceklik ataupu musim sedang. Dengan potensi penduduk terbesar sebagai petani, maka Kecamatan Silo dapat dikatakan sebagai daerah yang potensial untuk dikembangkan, terutama hasil pertanian yang dapat memberikan nilai kontribusi pendapatan yang cukup tinggi berdasarkan penerimaan yang diperoleh petani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. 4.3 Sektor Pendidikan Kecamatan Silo memiliki berbagai sarana dan potensi yang memadai untuk sektor pendidikan dasar dua belas tahun. Hal ini dikarenakan fasilitas pendidikan seperti gedung untuk Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjut Tingkat Petama (SLTP), dan Sekolah Menengah Umum (SMU) kurang tersedia dan memenuhi syarat. Sebaran penduduk menurut tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Sebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kecamatan Silo Pada Tahun 2011 N o Tingkat Desa Juml ah Persen tase Pendidika n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (jiwa ) (%) 1 Tidak Sekolah 3. 16 8 5. 09 3 2. 34 7 2. 67 3 2. 15 4 1. 77 2 1. 89 2 1. 58 8 1. 81 2 22.49 9 23,64 2 Tidak Tamat Sekolah 2. 79 8 3. 35 8 2. 34 2 1. 79 2 2. 25 8 1. 85 7 1. 95 1 2. 21 6 1. 86 5 20.43 7 21,47 3 SD/MI 5. 07 0 5. 21 4 2. 92 4 3. 69 4 3. 33 8 2. 84 8 4. 22 6 5. 32 1 4. 41 6 37.05 1 38,93 373737
  • 57. 4 SMP/MTs 86 8 1. 12 0 81 2 1. 36 9 94 5 94 9 1. 12 0 1. 14 1 90 8 9.232 9,70 5 SMU/MA 34 8 51 5 34 8 64 0 52 1 58 1 81 6 60 3 27 2 4.644 4,88 6 SMK 40 37 41 14 42 28 36 62 27 327 0,34 7 D-1/2 18 24 10 10 19 31 31 17 6 166 0,17 8 D-3 8 7 6 13 23 23 35 14 3 132 0,14 9 D-4/S-1 32 68 49 78 58 95 14 9 97 28 654 0,69 1 0 S-2/3 0 1 2 3 1 5 7 2 4 25 0,03 JUMLAH 95.16 7 100,00 Sumber :BPS Kecamatan Silo Dalam Angka 2011 Keterangan : 1= Mulyorejo 2= Pace 3= Harjomulyo 4= Karangharjo 5= Silo 6= Sempolan 7= Sumberjati 8= Garahan 9= Sidomulyo Berdasarkan Tabel 4.3 Dapat diketahui bahwa penduduk Kecamatan Silo sebagian besar adalah tamatan SD/sederajad, yaitu sekitar 37.051 jiwa atau sekitar 38,93 % dari seluruh jumlah penduduk yang ada. Penduduk Kecamatan Silo yang tidak sekolah sebesar 22.499 atau 23,64 %. Sedangkan penduduk Kecamatan Silo yang tidak tamat sekolah sebesar 20.437 atau 21,47 %. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat di Kecamatan Silo terhadap pendidikan kurang baik, sehingga sudah tidak banyak penduduk di Kecamatan Silo yang mengenyam pendidikan formal. Jumlah sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Silo dapat dilihat pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Jumlah Sarana Pendidikan Di Kecamatan Silo Pada Tahun 2011 N o Sarana Desa Jum lah Persen tase Pendidikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (uni t) (%) 1 TK 1 0 8 8 7 6 9 3 5 3 59 33,71 2 Sekolah Dasar 5 5 4 2 5 3 5 2 9 40 22,86 3 SLTP 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 1,71 4 SD Non Diknas 5 5 3 2 1 2 0 2 0 20 11,43 5 SLTP Non Diknas 1 1 1 1 2 0 0 2 2 10 5,71 6 SMU Non Diknas 0 0 1 1 1 1 0 0 1 5 2,86 7 Lembaga Pendidikan 1 1 0 1 5 9 6 0 4 2 38 21,71 Keagamaan Non Formal JUMLAH 175 100,00 Sumber :BPS Kecamatan Silo Dalam Angka 2011 Keterangan : 1= Mulyorejo 373737
  • 58. 2= Pace 3= Harjomulyo 4= Karangharjo 5= Silo 6= Sempolan 7= Sumberjati 8= Garahan 9= Sidomulyo Berdasarkan Tabel 4.4 dapat kita lihat bahwa sarana pendidikan di Kecamatan Silo cukup memadai, sehingga tidak mengherankan apabila kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan juga semakin meningkat pula. Akan tetapi sarana pendidikan yang tinggi lebih sedikit, penduduk yang menempuh pendidikan tinggi juga semakin sedikit. Jadi jumlah sarana pendidikan juga mempengaruhi tingkat pendidikan penduduk. 4.4 Potensi Wilayah Kecamatan Silo memiliki luas kurang lebih 30.998,23 Ha dengan klasifikasi sebagian besar merupakan pengairan sawah, ladang atau tegalan, tambak atau kolam, perkebunan, bangunan beserta halamannya dan sebagainya. Tata guna tanah di Kecamatan Silo Kabupaten Jember ditunjukkan pada Tabel 4.5 Tabel 4.5 Tata Guna Tanah dan Jenis Pengairan Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun 2011 No Pengguna an Desa luas Perse ntase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (Ha) (%) 1 Pengairan Sawah 5 10 3 85 10 20 5 31 4 497 22 2 15 0 1.59 1 5,13 a. Teknis 0 0 0 0 20 5 26 2 280 0 0 b. Setengah Teknis 0 0 85 0 0 0 0 69 15 0 c. Non Teknis 5 10 3 0 10 0 52 217 15 3 0 2 Ladang / Tegalan 1. 87 5 46 8 39 9 29 5 62 8 25 8 239 41 9 63 7 5.21 7 16,83 3 Tambak / kolam 0 2 1 2 0 0 1 0 0 5 0,02 4 Perkebun an 2. 63 4 1. 43 9 1. 03 9 31 9 91 4 5 40 20 3 1.5 12 8.10 4 26,14 5 Bangunan 10 0 19 1 15 7 17 0 11 6 82 112 14 1 11 2 1.18 0 3,81 6 Lainnya 22 8 2. 92 7 2. 16 4 10 5 2. 80 2 41 3.3 83 51 8 2.7 35 14.9 02 48,07 373737
  • 59. JUMLAH 30.9 98 100,00 Sumber :BPS Kecamatan Silo Dalam Angka 2011 Keterangan : 1= Mulyorejo 2= Pace 3= Harjomulyo 4= Karangharjo 5= Silo 6= Sempolan 7= Sumberjati 8= Garahan 9= Sidomulyo Keseluruhan luas lahan di Kecamatan Silo adalah 30.998,23 Ha. Tanah Kecamatan Silo sebagian besar digunakan untuk fungsi pengairan sawah (5,13%) yang meliputi teknis, setengah teknis, non teknis kemudian untuk ladang/tegalan (16,83), tambak/kolam (0,02%), Bangunan dan halamannya (3,81%) dan sisanya dimanfaatkan sepenuhnya untuk tanah perkebunan rakyat (26,14%). Lahan yang dominan di Kecamatan Silo adalah tanah perkebunan. Jenis tanaman yang diusahakan menjadi komoditi utama adalah kopi robusta. 4.5 Penanganan Pasca Panen Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo Bulan panen kopi biasanya terjadi antara bulan Mei hingga bulan September dengan puncak panen antara Juli-Agustus. Penanganan pasca panen yang umum dilakukan oleh petani kopi rakyat di Kecamatan Silo adalah pengolahan kering. Pengolahan kering yang diterapkan di Kecamatan Silo adalah pengolahan kering pecah kulit. Pemanenan buah kopi umumnya untuk buah kopi petik merah dan kuning umumnya dilakukan selama 3 kali masa panen selama bulan Juli hingga September. Setelah panen, buah kopi dipecah menggunakan alat yang disebut kneuzer. Buah kopi yang telah dipecah dikeringkan selama 7 – 10 hari di atas lantai semen hingga mencapai kadar air 13 – 15%. Kopi pecah kulit yang telah kering kemudian dikupas menggunakan huller. Tahap akhir adalah proses sortasi jika diinginkan oleh pembeli. Pada pengolahan basah, petani menerapkan pemetikan selektif sejak di pohon. Setelah pemetikan buah kopi merah, buah kopi dikupas (pulping). Setelah pengupasan kulit buah, biji kopi difermentasi selama ± 12 - 24 jam dalam bak fermentasi. Pencucian biji kopi dilakukan secara manual ataupun menggunakan mesin pencucian (washer). Biji kopi kemudian dikeringkan selama 4 - 5 hari untuk mencapai kadar air 12%. Pada saat ini, pengeringan biji kopi olah basah untuk ekspor 373737