Makalah ini membahas tentang kebudayaan penduduk Kalimantan Tengah, khususnya tiga suku yaitu Ngaju, Ot-Danum, dan Ma'anyan. Pembahasan meliputi identifikasi suku, jumlah penduduk, bentuk desa, mata pencaharian, sistem kekerabatan, kemasyarakatan, dan keagamaan ketiga suku tersebut.
1. 1
MAKALAH
STUDI MASYARAKAT INDONESIA
Tentang
“ Kebudayaan Penduduk Kalimantan Tengah ”
DOSEN PEMBIMBING : Alfi Sahrin, M. Pd
DI SUSUN OLEH :
Kelompok VI (Enam )
Ketua : St. Hajar Kurniati
Anggota : 1. Muhammad Fitrah
2. Nuhra
3. Nuraini
KELAS/ SEMESTER : B/ VII (Tujuh)
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN SOSIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP-BIMA )
2. 2
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum warrahmatullahi wabbarakatuh.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan makalah Studi Masyarakat
Indonesia (SMI) tentang “ Kebudayaan Kalimantan Tengah ”.
Dengan selesainya tugas makalah ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah memberikan masukkan-masukan yang positif kepada penulis. Terutama kepada Dosen
pembimbing, serta tidak lupa saya mengucapkan banyak terimakasih juga kepada rekan-
rekan yang telah membantu.
Makalah Studi Masyarakat Indoesia tentang “KEBUDAYAAN PENDUDUK
KALIMANTAN TENGAH” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah studi masyarakat
indonesia tentang “KEBUDAYAAN PENDUDUK KALIMANTAN TENGAH “ serta untuk
mengetahui tentang sejauhmana perubahan kebudayaan penduduk kalimantan tengah akibat
dari pengaruh globasasi. Maka dengan segala kerendahan penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun kesempurnaan pembuatan makalah kedepannya, dan jika dalam
penyusunan isi maupun penulisan yang tidak sempurna saya mohon maaf. Dan semoga
makalah ini bermanfaat. Amiiiiiiinnnn............................
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabbarakatuh.
Bima, November, 2014
Kelompok VI
Penulis
3. 3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar belakang masalah ...................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Identifikasi ......................................................................................................... 3
B. Jumlah Penduduk ............................................................................................... 4
C. Bentuk Desa ....................................................................................................... 5
D. Mata Pencaharian Hidup .................................................................................... 6
E. Sistem Kekerabatan ............................................................................................ 8
F. Sistem Kemayarakatan ....................................................................................... 11
G. Sistem Religi ...................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 15
A. Kesimpulan......................................................................................................... 15
B. Kritik dan Saran................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persoalan kebudayaan kontemporer sangatlah beragam dan bervariasi sebagai
mana yang telah kita ketahui bersama. Dimana masing-masing budaya saling memiliki
karakter dan cirinya tersendiri, maka kemajemukkan itu tidaklah bisa dipandang dengan
sejajar seperti apa yang terdapat dalam diri personal manusia (individu).
Kebudayaan ada karena tercipta oleh manusia, sama halnya dengan
masyarakat (penduduk) ada karena kebudayaan yang menciptakannya. Seperti halnya
dengan penduduk Kalimantan Tengah, dimana kebudayaan Kalimantan Tengah tercipta
dari kebiasaan, serta aturan dari masyarakat pada jamannya dulu yaitu masyarakat
dayak.
Kalimantan tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak
dipulau Kalimantan. Ibukotanya adalah kota Palangkaraya. Kalimantan Tengah
memiliki luas 157.983 km dan berpenduduk sekitar 2.202.599 jiwa, yang terdiri atas
1.147.878 laki-laki dan 1.054.721 perempuan. (hasil sensus penduduk Indonesia 2010)
Dimasa penjajahan, suku dayak di daerah Kalimantan Tengah, sekalipun telah
bersosialisasi dengan pendatang, namun tetap berada dalam lingkungannya sendiri
tahun 1919, generasi muda dayak yang telah mengenyam pendidikan formal,
mengusahakan kemajuan bagi masyarakat dengan mendirikan serikat dayak dan
koperasi dayak yang di pelopori oleh Hausman Babu, M. Lampe Philips Sinar Haji
Abdul Gani dan masih banyak lainnya.
Serikat dayak dan koperasi dayak bergerak aktif hingga tahun 1926. Sejak saat
itu suku dayak menjadi lebih mengenal keadaan zaman dan mulai bergerak. Tahun
1928 kedua organisasi tersebut dilebur menjadi pakat dayak, yang bergerak dalam
bidang social, ekonomi, politik mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan tersebut ialah
Hausman Babu, Anton samat. Pakat dayak merupakan perjuangan hingga bubarnya
pemerintahan belanda di Indonesia tahun 1975.
5. 5
B. Rumusan Masalah.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembuatan makalah Studi
Masyarakat Indonesia tentang” KEBUDAYAAN PENDUDUK KALIMANTAN
TENGAH ” antara lain :
1. Jelaskan Idenifikasi kebudayaan penduduk kalimantan tengah?
2. Jelasan jumlah penduduk kalimantan tengah ?
3. Jelaskan bentuk Desa penduduk kalimantan tengah ?
4. Deskipsikan mata pencahrian hidup masyarakat kalimantan tengah?
5. Jelaskan Sistim Kekerabatan penduduk kalimantan tengah ?
6. Jelaskan sistim kemasyarakatan penduduk kalimantan tengah ?
7. Jelaskan sistim Religi penduduk kalimantan tengah ?
C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penyusunan makalah Studi Masyarakat
Indonesia tentang “ KEBUDAYAAN PENDUDUK KALIMANTAN TENGAH “
antara lain :
1. Untuk mengetahui Idetifikasi kebudayaan penduduk kalimantan tengah!
2. Untuk dapat mendeskripsikan jumlah Penduduk kalimantan tengah !
3. Untuk mengetahui bentuk desa penduduk kalimantan tengah !
4. Untuk mengetahui mata pencaharian penduduk kalimantan tengah !
5. Untuk mengetahui sistim kekerabatan penduduk kalimantan tengah !
6. Untuk mengetahui sistim kemasyarakatan penduduk kalimantan tengah !
7. Untuk mengetahui sistim religi penduduk kalimantan tengah !
6. 6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identifikasi
Kalimantan tengah adalah salah satu dari propinsi-propinsi Republik indonesia
yang terletak di pulau kalimantan. Propinsi kalimantan terdiri dari lima kabupaten
yaitu:
1. Kota waringin barat,
2. Kota waringin timur
3. Kapuas
4. Barito utara,dan
5. Barito selatan
Luas seluruh wilayah kalimantan tengah adalah 152.600 km
, sehingga
melebihi luas pulau jawa dan madura bersama, namun daerah itu menurut sensus 1961
hanya berpenduduk 497.000 jiwa, jadi kepadatan penduduk rata-rata hanya 3,3 orang
saja tiap kilometer persegi. Sebagian besar penduduknya terdiri dari orang Dayak, yang
terbagi atas beberapa suku bangsa seperti Ngaju, OT Danum, Ma’anyam, Ot Siang,
lawangan, Katigan dan sebagainya. Mereka ini berdiam di desa-desa sepanjang sungai-
sungai Barito, Kapuas, Kahayan, Katingan (Mendawai), Mentaya, Seruyan, Kurnai,
Arut, (Lemandandau), Jelai dan lain-lain.
Pulau kalimantan adalah pulau terbesar ketiga setelah pulau tanah Hijau
(Greenland) dan pulau Irian. sebagai akibat kolonialisme Barat pulau itu kini terpecah
menjadi 3 wilayah dari 3 negara, yaitu bekas jajahan inggris di utara menjadi wilayah
negara malaysia dan kesultanan Brunai, sedangkan bekas jajahan belanda di selatan
menjadi wilayah republik indonesia. Luas kalimantan adalah kira-kira 746.540 km
.
dari luas itu 539.460 km
.
Menurut Tjilik Riwut, di sekitar hulu sungai Barito dan sungai Mahakam ada
orang Dayak yang cara hidupnya masih belum menetap, artinya masih belum
mempunyai desa, karena mata pencahrian hidupnya masih belum bertani melainkan
berburu.
7. 7
Penduduk Kalimantan Tengah selain ‘orang Dayak’ yang merupakan
penduduk ‘ asli ’ daerah itu, ada pula keturunan orang-orang pendatang. Keturunan
pendatang ini diantaranya adalah orang Banjar, Bugis, Madura, Makasar, Meayu, Cina,
dan lain sebagainya.
Dari sekian macam banyak orang Dayak di kalimantan Tengah, yang hanya
penulis bicarakan dan bahas kebudayaannya adalah dari tiga suku bangsa saja, ( Suku :
Ngaju, Ot-Danum dan Ma’anyan ).
Tempat tinggal suku Bangsa Ngaju adalah di sepanjang sungai-sungai besar
Kalimantan Tengah seperti Kapuas, Kahayan, Rungan, Manuhin, Barito dan Katingan.
Sedangkan tempat kediaman orang Ot-Danum adalah selain di sepanjang hulu sungai-
sungai besar seperti Kahayan, Rungan, Barito dan Kapuas, juga di hulu sungai-sungai
dari kalimantan barat, seperti sungai Melawi ( anak sungai kapuas dari kalimantan
Barat).
Suku bangsa Ma’anyan tersebar di berbagai bagian dari Kabupaten Barito
Selatan yaitu di tepi timur sungai Barito, terutama di antara anak-anak sungai seperti
Patai, Telang, Karau, Dayu di timur. Daerah suku bangsa Ma’anyan bersentuhan
dengan wilayah orang Banjar dari daerah hulu sungai dari kalimantan Selatan, di barat
berbatasan dengan suku-suku bangsa Bakumpai, dan orang Banjar dari daerah hulu
sungai dari sungai Barito, di selatan dibatasi tanah paya-paya di selatan sungai Patai,
dan diutara sampai ke sungai ayu di sebelah utara Buntuk (ibukota kabupaten barito
selatan).
Di daerah aliran sungai-sungai Karau dan ayu, orang Ma’anyan banyak
bercampur dengan suku bangsa Dayak lain, yaitu suku bangsa Lawangan, yang
memang sudah mendiami wilayah itu sebelum orang Ma’anyan memasukinya.
B. Jumlah Penduduk
Sensus penduduk tahun 1961 oleh pemerintah pusat dan sensus pada tahun-
tahun kemudian oleh pemerintah daerah tidak mencatat jumlah penduduk menurut suku
bangsa, maka dari itu sukar untuk mengetahui masing-masing suku bangsa penduduk.
Jumlah penduduk kalimantan Tengah berdasarkan sensus penduduk tahun 1961 adalah
496.518 jiwa dengan perincian seperti yang tertera pada tabel :
8. 8
No Kotapraja dan Kabupaten Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Kotapraja Palangkaraya 4.070 2.786 6.856
2 Kabupaten Kapuas 78.027 77.021 155.048
3 Kabupaten Barito Utara 36.444 35.404 71.848
4 Kabupaten Barito Selatan 36.788 36.578 73.366
5 Kabupaten Kota Waringin Barat 25.975 25.174 51.149
6 Kabupaten Kota Waringin Timur 70.008 68.243 138.251
Jml 251.312 245.206 496.518
Jumlah penduduk berdasarkan sensus yang dilakukan oleh pemerintah
provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 1963 adalah 593.828 jiwa. Dan dari
perwakilan departemen agama provinsi kalimantan tengah tetap dilaporkan bahwa pada
tahun 1968 jumlah penduduk provinsi itu sudah bertambah menjadi di sekitar 750.000
jiwa. Melihat angka-angka tersebut, dapatlah di tarik kesimpulan bahwa di kalimantan
tengah telah terjadi perkembangan penduduk yang sangat pesat. Hal ini orang dapat
mengerti, apabila di ingat bahwa di bangunnya kota Palangkaraya serta di bukanya
daerah kalimantan yang masih mempunyai banyak tanah kosong, telah tertarik banyak
transmigran spontan yang berasal dari jawa yang sudah padat.
Mengenai jumlah penduduk dari ketiga suku bangsa Dayak yang di bicarakan
dalam pembahasan ini,dimana jumlah penduduk Ot-Danum 5900 jiwa,dan jumlah
penduduk Ma’anyan diantara 3.00 sampai 4.000 jiwa.
C. Bentuk Desa
Orang-orang Dayak di Kalimantan Tengah mendiami desa-desa yang terletak
jauh satu dari yang lain, di tepi-tepi atau dekat sungai-sungai besar dan kecil dari
propinsi itu. Komunikasia antara satu desa dengan desa yang lain pada umumnya
melalui air, dan jarang sekali melalui darat. Hal ini disebabkan karena daerah dimana
desa-desa itu didirikan masih merupakan daerah hutan tropis dengan semak dan belukar
bawah yang padat. Untuk mengunjungi suatu desa, orang harus merapatkan perahunya
pada sebuah tempat berlabuh yang di buwat dari balok-balok. Satu desa pada umumnya
mempunyai 100-500 penduduk.
9. 9
Rumah-rumah desa pada umumnya didirikan ditepi jalan yang dibuat sejajar
ataupun tegak lurus dengan sungai. Rumah penduduk pada umumnya dibuat dari
‘SIRAP’ (lempengan kayu) atau kulit kayu. Rumah-rumah itu pada umumnya didirikan
di atas ‘tonggak-tonggak’ kira-kira 2,5 meter, sehingga untuk memasukinya, kita harus
menaiki tangga yang dibuat dari setengah balok yang di beri lekuk-lekuk tempat kaki
berpijak.
Dahulu rumah-rumah gaya lama di Kalimantan Tengah berupa Rumah
Panjang yang oleh orang Ngaju dan Ot-Danum disebut ‘Betang’. Betang tersebut
mempunyai ruangan-ruangan kecil (bilik) sampai lima puluh buah banyaknya titik.
Rumah semacam itu kini sudah jarang di kalimantan tengah, tetapi masih banyak
terdapat di daerah utara, yaitu di daerah-daerah ssuku bangsa Ot-Siang Murung.
Didaerah sungai Kahayan hanya didaerah suku bangsa Ot-Danum saja yang masih
terdapat rumah Betang, yaitu di Tumbang Kurik dan di Tumbang Anoi.
Di desa Telang (daerah Ma’anyan) dulu menurut cerita penduduk juga pernah
ada Rumah-rumah tradisional semacam itu, tetapi pada saat sekarang sudah tidak ada
bekas-bekasnya lagi. Rumah-rumah panjang juga terbuat dari kayu dan Bertonggak
tinggi sebagai kakinya, tinggi Tonggak adalah diantara 5-7 meter, rumah panjang pada
masa dahulu adalah tempat kediaman keluarga Ambilineal Kecil (minimal ramage).
Bentuk Rumah yang paling umum kini terdapat di kalimantan Tengah adalah
Rumah-rumah berbentuk lebih kecil, di diami oleh 1-5 keluarga batih (inti) yaitu yang
terdiri dari 1 keluarga batih senior di tambah dengan keluarga batih anak-anaknya, baik
yang laki-laki maupun perempuan, yang dapat kita sebut keluarga luas.
D. Mata Pencaharian Hidup.
1. Berladang.
Berladang adalah suatu pekerjaan yang memakan banyak sekali tenaga
untuk mengerjakannya, penghuni dari suatu rumah tangga saja tidak mencukupi,
mereka harus memperoleh bantuan dari tetangga mereka. Oleh karena itu di desa
Telang Ma’anyan misalnya, telah dikembangkan suatu sistim kerjasama dengan
jalan membentuk kelompok gotong royong, yang biasanya berdasarkan hubungan
ketetanggan atau persahabatan.
10. 10
kelompok ini terdiri dari 12-15 orang, yang secara bergiliran membuka
hutan bagi ladang masing-masing anggota. Secara teoritis, sebuah rumah tangga
yang sedang menerima bantuan, harus membayarnya kembali. Didalam rumah
tangga yang kekurangan tenaga kerja laki-laki, kaum wanitalah yang menggantikan
pekerjaan kasar itu, yaitu membuka hutan, membersihkan semak-semak, bahkan
juga menebang pohon-pohon yang sebenarnya pekerjaan orang laki-laki.
Di daerah Ngaju dan Ot-Danum pekerjaan yang bersifat gitong royong itu
juga ada, dan rumah tangga yang kekurangan tenaga kerja karena kematian misalnya
sering mendapat bantuan sukarela dari tetangga-tetangganya.
Siklus pengerjaan ladang di Kalimantan adalah sebagai berikut :
· Pada bulan Mei,Juni atau Juli : Orang menebang pohon-pohon di hutan setelah
penebangan, batang-batang kayu, cabang-cabang, ranting-ranting serta daun-
daunnya dibiarkan mengering selama dua bulan.
· Pada bulan Agustus atau September : seluruh hasil tebangan tadi sudah harus di
bakar karena setelah itu musim hujan sudah tiba. Abu bekas pembakaran tadi
dibiarkan sebagai Pupuk. setelah itu tibalah masanya untuk mulai menanam
pada bulan Oktober.
· Pada bulan Oktober, November, Desember dan Januari : Pada bulan ini dimulai
masa tanam dan berlangsung sampai masa tumbuh dan perkembangan tanaman
yang di panen. Pada bulan oktober, pekerjaan ini didaerah Ma’anyam dilakukan
secara bergotong-royong. Para laki-laki berbaris di muka sambil menusuk-
nusuk tanah dengan tongkat tugalnya, sedangkan para wanitanya berbaris
mengikuti di belakang, sambil memasukkan beberapa butir padi kedalam
lubang-lubang yang dibuat oleh kaum laki-laki tadi. Pekerjaan selanjutnya, yaitu
merawat serta menjaga pertumbuhan bibit tersebut menjadi tanggungan rumah
tangga masing-masing.
· Pada bulan februari dan Maret : Tibalah musim panen, hal ini tergantung pada
jenis padi yang ditanam.
11. 11
2. Berburu
Berburu adalah mencari hasil hutan dan mencari ikan. Sumber protein
orang Dayak Kalimantan Tengah pada umumnya dipenuhi dengan makanan yang
terdiri dari ikan-ikan sungai, daging babi, kerbau dan ayam. Walaupun sangat
digemari, bukanlah merupakan makanan sehari-hari, tetapi makanan pada waktu ada
upacara-upacara adat atau pada waktu desa di kunjungi oleh tamu-tamu penting. Di
hutan sekitar tempat kediaman ada juga binatang liar seperti babi hutan dan rus,
tetapi karena senjata api (Dondang) kurang dimiliki mereka, maka daging binatang-
binatang tersebut hanya menjadi makanan yang bersifat kadangkala saja.
Alat tradisional orang Ngaju untuk berburu selain dondang masih ada
beberapa alat yang penting lainnya, seperti Lonjo (tombak), ambang (parang), jarat
(jerat), sipet (ranjau kayu atau bambu runcing) atau Tambuwung.
E. Sistem Kekerabatan.
Sistem kekerabatan orang Dayak Kalimantan tengah, baik Ngaju, Ot-Danum
Maupun Ma’anyan, berdasarkan prinsip keturunan ‘ambilineal’ yang menghitungkan
hubungan kekerabatan untuk sebagian orang dalam masyarakat melalui orang laki-laki
dan untuk sebagian orang yang lain dalam masyarakat itu juga melalui orang-orang
wanita.
Pada masa dahulu, pada waktu di daerah Kalimantan Tengah masih ada
rumah-rumah panjang, maka kelompok, kekerabatan yang terpenting dalam masyarakat
mereka adalah keluarga ambilineal kecil. Bentuk keluarga ini timbul kalau ada keluarga
luas. Untuk memperkuat rasa identitas itu, maka dikembangkan orientasi terhadap
nenek moyang yang hidup 2-3 angkatan yang lampau.
Pada masa sekarang kelompok kekerabatan yang terpenting adalah keluaga-
luas utrolokal yang di Kalimantan Tengah biasanya menjadi isi dari suatu rumah
tangga. Rumah tangga ini juga berlaku sebagai kesatauan fisik, misalnya dalam sistem
gotong-royong, dan sebagai kesatuan rohaniah dalam uapacara-upacara agama
kaharingan. Setiap keluarga luas mempunyai Roh pelindung sendiri dan beberapa di
antaranya memuja roh-roh nenek moyangnya sendiri.
12. 12
Pada orang Dayak ada perkawinan yang dianggap ideal dan amat di ingini oleh
umum, yaitu ‘perkawinan diantara dua orang bersaudara sepupu yang kakek-kakeknya
adalah saudara sekandung’ yaitu apa yang disebut (hajenan) dalam bahasa Ngaju
(saudara sepupu derajat kedua). Selain itu juga dianggap baik ‘perkawinan diantara dua
orang saudara sepupu yang ibu-ibunya bersaudara sekandung’ dan diantara cross-
cousin.
perkawinan yang dianggap ‘sumbang (salah horoi dalam bahasa Ngaju),
adalah perkawinan antara saudara sepupu yang ayah-ayahnya adalah besaudara
sekandung (patri paralel cousin), dan terutama sekali perkawinan diantara orang-orang
dari generasi yang berbeda, misalnya ’antara seorang anak dengan orang tuanya, atau
antara seorang gadis dengan mamaknya’. Persetubuhan diantara seorang mamak
dengan keponakannya dianggap sedemikian buruknya, sehingga untuk itu perlu
diadakan upacara sebagai penghapus dosa. Dalam hal ini orang yang bersalah tadi di
haruskan makan dari dulang(tempat makan babi) sambil merangkak di hadapan warga
desa yang sengaja di undang untuk menyaksikan upacara tersebut. Pantangan kawin
tersebut, jika dilanggar berarti ‘Tulah besar’ yang menurut kepercayaan orang Ngaju
dan Ot-Danum dapat mendatangkan bencana bukan saja pada orang-orang yang
bersangkutan, tetapi juga pada seluruh warga desa, sehingga perlu di netralisasi dengan
upacara penawar seperti yang di ceritakan di atas. Orang-orang Dayak tidak melarang
gadis-gadis mereka menikah dari suku bangsa lain, asalkan saja laki-laki asing tersebut
bersedia untuk tunduk terhadap adat mereka, dan bersedia terus berdiam di desa
mereka.
Pergaulan antar pemuda dan pemudi dayak kalimantan tengah adalah bebas
dalam batas-batas tertentu. Sepasang pemuda pemudi boleh bergaul asal ditempat ada
orang tua yang mengawasi mereka, misalnya di pesta, dimana mereka dianjurkan untuk
bergurau dan menari bersama-sama. Apabila seorang laki-laki didapati sedang
berduaan dengan seorang wanita yang bukan istrinya atau saudara sekandungnya di
tempat yang sepi, akan didenda menurut Hukum Adat, yaitu akan di singer (Ngaju) atau
di danda (Ma’anyan).
Seorang pemuda boleh pergi bersama-sama dengan seorang pemudi asalkan
ada seorang bibi atau paman yang menyertainya. Demikian juga seorang laki-laki
dewasa boleh bercakap-cakap dengan istri orang lain asalkan ada orang ketiga
13. 13
Adat melamar terurai di atas juga terdapat pada suku-bangsa Dayak Ma’anyam
yang menurut Hudson disebut pipakatan yaitu perkawinan yang diurus oleh orang tua,
karena di-mapakati, (dimufakati) oleh orang tuanya tetapi selain bentuk perkawinan
tersebut di atas, pada orang Ma’anyan ada satu bentuk perkawinan lagi yang pada
dewasa ini sudah mulai umum, yaitu ijari (berasal dari kata jadi atau lari), atau kawin
‘lari’.
walaupun namanya ‘kawin lari’ tetapi bukan berarti bahwa dengan larinya
sepasang merpati itu, perkawinan sudah dapat terjadi. Larinya itu hanya baru
merupakan tindakan pertama menuju ke rumah kepala adat yang disebut pengulu, atau
kerumah seorang kawan baik yang mempunyai kedudukan baik didalam masyarakat.
Kepada tokoh-tokoh itu mereka sampaikan keputusan hati mereka, dan tokoh itulah
yang kemudian menghubungi orang-orang tua kedua belah pihak tersebut.
Jika orang tidak berkeberatan, maka kontrak perkawinan segera dibuat, dan
upacara perkawinan yang dilangsungkan ini disebut kawin setengah. Setelah selesai
berlangsungnya pesta perkawinan ini, dua sejoli tersebut sudah boleh hidup bersama
sebagai suami istri untuk waktu tiga bulan. Dalam waktu itu mereka diwajibkan untuk
berusaha untuk mengumpulkan biaya guna membiayai pesta perkawinan menurut adat.
Perkawinan orang Dayak Kalimantan Tengah pada umumnya adalah
monogami, hal ini bukan saja berlaku pada mereka yang beragama nasrani, tetapi juga
pada mereka yang beragama kaharingan. Adat kaharingan sebenarnya tidak melarang
seorang laki-laki mengambil lebih dari seorang isteri, tetapi dalam prakteknya hal itu
jarang sekali dapat dilakukan, karena adat waib membayar pelaku lagi yang bukan
sedikit jumlahnya itu.
Di kalimantan Tengah angka perceraian adalah cukup tinggi. Menurut Hudson,
tiga desa di daerah Ma’anyan, 25% dari perkawinan-perkawinan yang di akhiri dengan
perceraian. Perceraian pada orang Ngaju, Ot-Danum maupun Ma’anyan biasanya
terjadi karena tidak setianya salah satu pihak.
perceraian sebagai akibat seorang istri mandul tak pernah terjadi, karena ada
adat mengadopsi anak yang di lakukan secara luas. Pada perceraian, anak-anak yang
masih kecil biasanya ikut dengan ibunya, sedangkan anak-anak yang sudah agak besar
menjadi tanggungan kaum kerabat dari kedua belah pihak menurut keadaan.
14. 14
F. Sistem Kemasyarakatan
Propinsi kalimantan tengah terdiri dari satu kotamadya dan lima kabupaten.
Kotamadya tersebut adalah palangkaraya yang didirikan di atas wilayah desa Pahandut
di kabupaten Kapuas. Palangkaraya adalah ibukota propinsi Kalimantan Tengah.
Adapun kelima kabupaten Kalimantan Tengah adalah :
1. Kota Waringin Barat (Ibukota : Pangkalan Bun), merupakan daerah aliran sungai-
sungai kota Waringin, Lamandau dan Arut.
2. Kota Waringin Timur (Ibukota : Sampit), merupakan daerah aliran sungai-sungai-
sungai pembuan (Seruyan), dan Sampit (Mentaya).
3. Kapuas (Ibukota : Kuala Kapuas), merupakan daerah aliran sungai-sungai
Katingan (Mendawai), Kahayan dan Kapuas.
4. Barito Selatan (Ibukota : Muntok), merupakan daerah aliran sungai-sungai Patai,
Telang, Dayu, Paku Karau dan Ayuh.
5. Barito Utara (Ibukota : Muara Teweh), merupakan daerah aliran sungai-sungai
Montalat, Teweh, Lahai, Busang dan Murung.
Propinsi Kalimantan Tengah dikepala oleh seorang ‘Gubernur’ dan kabupaten
dikepalai oleh seorang ‘Bupati’ yang diangkat oleh Gubernur. Berhubung kesukaran
komunikasi di Kalimantan Tengah, maka pengaruh seorang bupati menjadi besar
sekali.
Dulu kabupaten dibagi menjadi beberapa kewedanaan dan masing-masing
kewedanaan kemudian dibagi lagi menjadi kecamatan-kecamatan, tetapi sejak tahun
1964 kewedanaan dihapuskan. Kecamatan selanjutnya di bagi lagi kedalam desa-desa
yang di kepalai oleh seorang ’Pembekal’. Didalam satu desa di samping ada seorang
pembekal yang merupakan kepala desa urusan administratif pemerintahan desa, ada
seorang kepala lagi yang khusus mengurus adat setempat yang disebut ‘pangulu’. Para
pengulu tersebut berada dibawah seorang kepala adat di tingkat kecamatan yang
disebut ‘Demang’. Pangulu dari suatu desa dalam hal mengurus adat desanya
didampingi oleh satu dewan orang-orang tua yang didaerah Ma’anyan disebut Mantir.
Penduduk Kalimantan Tengah, selain mempunyai desa-desa induk, juga
mempunyai desa-desa ladang. Jika mengingat mata pencaharian hidup orang Dayak
Kalimantan Tengah adalah berdasarkan perladangan yang harus berpindah-pindah,
15. 15
maka rupa-rupanya bentuk desa asli dari mereka adalah justru desa ladang yang semi-
permanen dan bukan desa induk yang permanen. Menurut Hudson desa-desa induk
adalah rupa-rupanya bentuk kesatuan setempat yang di bentuk oleh pemerintah
Kolonial sejak kira-kira tahun 1856. Pada dewasa ini, walaupun sudah ada desa-desa
induk yang permanen, tetapi karena mata pencaharian hidup orang Dayak Kalimantan
Tengah masih tetap berladang, maka sebagian besar dari orang desa, terutama yang
masih kuat bekerja, hidup di desa-desa ladang mereka untuk lebih dari enam bulan tiap-
tiap tahun.
Hukum adat Kalimantan menurut Hudson adalah hukum setempat yang tidak
tertulis. Sanksi dari hukum adat kebanyakan berupa pemberian ganti kerugian
(Ma’anyan danda), maksud pembayaran ganti kerugian adalah mengembalikan
keseimbangan ketenangan masyarakat yang dikacaukan oleh kejahatan seperti misalnya
pembunuhan, melarikan isteri orang dan sebagainya. Hukum adat selain menentukan
hukuman terhadap pelanggaran adat yang berupa denda secara materil. Juga
mengharuskan si pelanggar membayar denda secara upacara, yaitu dengan maksud
memulihkan keseimbangan alam dengan jalan mengambil hati para dewa agar tidak
marah lagi. Setiap denda dapat berbentuk Pembayaran benda-benda materiiel (uang,
benda-benda antik) dan berbentuk sajian binatang kepada para dewa. Suatu upacara
yang penting dalam rangka ini adalah upacara memercikkan darah binatang sajian ke
sekeliling desa, dengan maksud sebagai penawar. Upacara ini di laksanakan ketika di
desa telah terjadi pelanggaran pantangan kawin dan zina. Dan harus dikurbankan
seekor babi dan darahnya dipercik-percikkan pada pohon-pohon buah-buah yang
tumbuh disekeliling desa dengan secabang daun-daunan dengan maksud agar pohon-
pohon tersebut dapat berbuah lagi dengan baik.
Pada dewasa ini di Kalimantan Tengah selain berlaku hukum adat, berlaku
juga hukum pidana R.I. Walaupun diantara kedua hukum tersebut sering terjadi
pertentangan, tetapi kebanyakan adalah salin mengisi. Umpamanya di salah satu desa di
paju sepuluh (daerah Ma’anyan), telah ada kejadian bahwa sebuah perangkap untuk
rusa di hutan menyebabkan kecelakaan dan membunuh seorang laki-laki yang
merupakan anak tunggal dari suami isteri yang sudah lanjut umurnya. Karena kejadian
itu menurut hukum pidana tidak disebabkan oleh kejahatan, maka pemilik perangkap
tadi di serahkan kepada kebijaksanaan sidang hukum adat. Sidang hukum adat
kemudian telah men-danda-nya dan mengatur agar ia dapat diadopsi oleh orang tua si
16. 16
korban, sehingga dengan demikian ia dapat memberi nafkah pada kedua orang tua itu
tadi.
G. Religi
Berdasarkan Religinya, penduduk Propinsi Kalimantan Tengah dibagi menjadi
empat golongan, yaitu : 1) golongan yang menganut agama Islam, 2) golongan yang
menganut agama Pribumi, 2) golongan yang menganut agama Kristen, dan 4) golongan
yang menganut Katholik.
Menurut laporan Perwakilan Departemen Agama Propisi Kalimantan Tengah
(1968), maka orang islam merupakan golongan terbesar. Jumlah besar dari orang islam
itu sudah tentu disebabkan karena di propinsi kalimantan tengah sekarang ini ada
banyak orang datang. Di daerah hilir sungai-sungai besar banyak orang pribumi atau
orang dayak telah juga menjadi orang islam lebih dari satu-dua abad lamanya, tetapi
dalam zaman sebelum perang Dunia ke-II, mereka biasanya tidak mau dianggap orang
dayak lagi, karena sebutan itu berarti ‘orang udik’ dan dianggap sangat merendahkan.
Agama asli dari penduduk pribumi adalah agama ‘Kaharingan’. Sebutann itu
dipergunakan sesudah perang Dunia ke-II, waktu diantara penduduk pribumi di
kalimantan timbul suatu kesadaran akan kepribadian kebudayaan mereka sendiri dan
suatu keinginan kuat untuk menghidupkan kembali kebudayaan Dayak yang asli.
Adapun agama Kristen mulai masuk daerah Kalimantan Tengah mulai pertengahan
abad yang lalu, dan aliran agama Kristen yang pada masa sekarang ini paling besar
jumlah penganutnya adalah aliran gereja Kalimantan Evngelis. Dan adapun agama
Katolik baru disebarkan diantara orang Dayak di Kalimantan Tengah mulai zaman
kemerdekaan.
Umat Kaharingan percaya bahwa alam sekitar hidupnya itu penuh dengan
mahluk-mahluk halus dan roh-roh yang menempati tiang rumah, batu-batu besar,
pohon-pohon besar, hutan belukar, air. Pokoknya alam sekeliling tempat tinggal
manusia.
Kepercayaan terhadap ruh nenek moyang dan makhluk-makhluk halus lainnya
yang menempati alam sekeliling itu, terwujud dalam upacar-upacara keagamaan.
Kecuali upacara-upacara kecil yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Dan yang
pada umumnya pemberian sajian kepada ruh-ruh, ada suatu rangkai upacara yang
17. 17
dilakukan orang pada peristiwa-peristiwa penting sepanjang lingkaran hidupnya, seperti
upacara, menyambut kelahiran anak, upacar memandikan bayi, dan sebagainya.
Diantara upacara-upacara lingkaran hidup tersebut, dapat juga disebut upacara
mengubur dan upacara pembakaran mayat. Kalau orang dayak mati, mayatnya dikubur
dulu dalam sebuah peti mayat dari kayu berbentuk perahu lesung. Kuburan itu
dianggap orang kuburan sementara, karena upacara yang terpenting berhubung dengan
kematian adalah upacara pembakaran mayat secara besar-besaran. Pada upacara itu
tulang belulang terutama tengkoraknya, dari semua kaum kerabat yang telah meninggal
dalam suatu masa yang tertentu digali lagi dan dipindahkan ke suatu pemakaman yang
tetap, sebuah bangunan berukiran indah (sandung).
Pada orang Ma’anyan tulang belulang tadi dibakar dan abunya ditempatkan
dalam sebuah pemakaman tetap berupa bangunan. Karena upacara itu biasanya
dilakukan oleh suatu jumlah dari keluarga-keluarga luas secara bersama-sama, maka
sifatnya selalu besar-besaran dan berlangsung dari seminggu sampai dua-tiga minggu
berturut-turut. Dalam hal ini pengunjung-pengunjung dari banyak desa-desa dari suatu
daerah yang luas akan datang untuk merayakan perayaan yang istimewa itu.
Kecuali upacara-upacara terbatas didalam lingkungan keluarga, atau upacara-
upacara besar-besaran yang menyangkut seluruh masyarakat desa, bahkan banyak desa-
desa, terurai di atas, orang Dayak tentu juga mengenal upacara-upacara keagamaan
yang dilakukan oleh beberapa keluarga, ialah upacara-upacara yang bersangkut paut
dengan pertanian di ladang, dengan maksud untuk menambah kesuburan tanah, untuk
menolak hama-hama, dan untuk mengusaha hasil bumi yang berlimpah-limpah. Dalam
upacara serupa itu yang juga dipimpin oleh seorang balian, sering tampak berbagai
unsur dari ilmu gaib.
18. 18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalimantan tengah adalah salah satu dari propinsi-propinsi Republik indonesia
yang terletak di pulau kalimantan, dan Propinsi Kalimantan terdiri dari lima Kabupaten
yaitu: (Kota waringin barat, Kota waringin timur, Kapuas, Barito utara, dan Barito
selatan).
Luas seluruh wilayah kalimantan tengah adalah 152.600 km
, sehingga
melebihi luas Pulau Jawa dan Madura bersama. Namun daerah itu menurut sensus1961
hanya berpenduduk 497.000 jiwa, jadi kepadatan penduduk rata-rata hanya 3,3 orang
saja tiap kilometer persegi. Sebagian besar penduduknya terdiri dari orang Dayak, yang
terbagi atas beberapa suku bangsa seperti Ngaju, Ot-Daum, Ma’anyam, Ot-Siang,
lawangan, Katigan dan sebagainya. Dan mereka ini berdiam di desa-desa sepanjang
sungai-sungai Barito, Kapuas, Kahayan, Katingan (Mendawai), Mentaya, Seruyan,
Kurnai, Arut, (Lemandandau), Jelai dan lain-lain.
Pulau kalimantan adalah pulau terbesar ketiga setelah pulau tanah Hijau
(Greenland) dan pulau Irian. Sebagai akibat kolonialisme Barat pulau itu kini terpecah
menjadi 3 wilayah dari 3 negara, yaitu bekas jajahan Inggris di utara menjadi wilayah
negara Malaysia dan kesultanan Brunai, sedangkan bekas jajahan belanda di selatan
menjadi wilayah Republik Indonesia. Luas kalimantan adalah kira-kira 746.540 km
.
dari luas itu 539.460 km
.
Orang-orang Dayak di Kalimantan Tengah mendiami desa-desa yang terletak
jauh satu dari yang lain, di tepi-tepi atau dekat sungai-sungai besar dan kecil dari
propinsi itu . Komunikasi antara satu desa dengan desa yang lain pada umumnya
melalui air, dan jarang sekali melalui darat. Hal ini disebabkan karena daerah dimana
desa-desa itu didirikan masih merupakan daerah hutan tropis dengan semak dan belukar
bawah yang padat. Untuk mengunjungi suatu desa, orang harus merapatkan perahunya
pada sebuah tempat berlabuh yang di buwat dari balok-balok. Satu desa pada umumnya
mempunyai 100 -500 penduduk.
19. 19
B. Kritik dan Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Menyadari akan hal itu maka penulis mengharapkan kritik serta saran
yang membangun dari teman-teman mahasiswa demi kesempurnaan makalah ini
sehingga kedepannya penulis bisa menyajikan makalah yang lebih baik lagi di
kemudian hari.