Dokumen tersebut membahas dua topik utama yaitu fluida statis dan fluida dinamis. Fluida statis mengkaji karakteristik fluida dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan seragam, sedangkan fluida dinamis mengkaji fluida dalam keadaan bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah.
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Karakteristik Fluida
1. Fluida Statik Fluida Dinamik
Fluida statis mengkaji karakterististik dan
fenomena fliuda yang dalam keada diam ( tidak
mengalir) atau luida dalam keadaan bergerak
tetapi tak ada perbedaan kecepatan antar partikel
fluida tersebut atau bisa dikatakan bahwa partikel-
partikel fluida tersebut bergerak dengan kecepatan
seragam sehingga tidak memiliki gaya geser.
Fluida dinamis mengkaji karakteristik dan
fenomena fluida dalam keadaan bergerak
(mengalir) yang memiliki kecepatan aliran konstan
terhadap waktu, tidak mengalami perubahan
volume, tidak kental, dan tidak pula mengalami
putaran (turbulen).
Fluida Statik Fluida Dinamik
Rem Hidrolik menerapkan hukum Pascal. Proses
pengereman pada mobil menerapkan salah satu
karakteristik fluida statik yaitu “Jika zat cair yang
berada di ruang yang tertutup diberikan tekanan
maka terkanan tersebut akan diteruskan oleh zat
cait ke segala arah dengan tekanan yang sama
besar”. ketika pengguna menginjak pedal rem.
Tuas pada pedal rem terhubung langsung dengan
piston didalam master silinder, sehingga saat
pedal rem ditekan tuas rem akan mendorong piston
pada master silinder. karena piston terdorong,
menyebabkan ruang didepan piston mengecil
Penyemprot nyamuk menerapkan hukum
Bernoulli. tekanan fluida di tempat yang
kecepatannya tinggi lebih kecil daripada di tempat
yang kecepatannya lebih rendah. Saat lubang kecil
diberikan tekanan, maka akan mengalir udara
dengan kecepatan tinggi diatas luvabg tersebut
sehingga tekanannya akan akan lebih rendah dari
tekanan di dalam botol. Dengandemikian, fluida di
dalam botol akan terhisap keluar dan ikut
berhembus dengan aliran udara yang berkecepatan
tinggi tersebut.
Karakteristik gas ideal
1. Terdiri atas partikel yang banyak sekali dan bergerak sembarang.
2. Setiap partikel mempunyai masa yang sama.
3. Tidak ada gaya tarik menarik antara partikel satu dengan partikel lain kecuali ketika bertumbukan
4. Jarak antara partikel jauh lebih besar disbanding ukuran sebuah partikel.
5. Jika partikel menumbuk dinding atau partikel lain, tumbukan dianggap lenting sempurna.
6. Hukum Newton tentang gerak berlaku.
7. Gas selalu memenuhi hukum Boyle-Gay Lussac.
2. Kalor dapat mengubah suhu dan wujud suatu zat.
1. Es dipanasi dari suhu -10°C sampai suhu 0°C dengan kalor Q1. Dalam hal ini es menyerap kalor
sehingga suhunya betambah.
2. Pada suhu 0°C es itu dipanasi terus dengan kalor Q2 sehingga es mencair. Dalam hal ini es
menyerap kalor untuk mengubah wujudnya menjadi cair tetapi tidak terjadi perubahan suhu.
3. Setelah mencair semua, air yang terus dipanasi dengan kalor Q3 akan mengalami kenaikan suhu
sampai dengan suhu 100°C. Dalam hal ini air menyerap kalor sehingga suhunya bertambah
4. Pada saat suhu 100 oC, prosesnya adalah penguapan dengan kalor Q4. Dalam hal ini air menyerap
kalor untuk mengubah wujudnya menjadi gas tetapi tidak terjadi perubahan suhu.
5. Setelah semua air menjadi uap, barulah suhunya naik lagi.
6. Nampak bahwa pada saat perubahan wujud, suhu es dan suhu air itu tetap. Semua kalornya
digunakan untuk melakukan perubahan wujud dan bukan untuk kenaikan suhu.
3. Makna fisis diagram hubungan antara P-V dari keadaal gas ideal
a. Proses termodinamika
Dari 1→2 : kompresi adiabats.
Dari 2→3 : Pembakaran, pada tekanan tetap (isobarik)
Dari 3→4 : Ekspansi adiabatis.
Dari 4→1 : Pengeluaran Kalor sisa pada volume tetap (isokhorik)
b. Hukum I Termodinamika
Pada proses 1→2 tidak terjadi aliran kalor baik dari atau keluar sistem. Sistem mendapat kerja
dari luar sebesar Win sehingga terjadi kenaikan energi dalam yang menyebabkan suhu sistem
bertambah dari T1 menjadi T2
Pada proses 2→3 sistem menyerap kalor sebesar Qin dari luar. Kalor yang diserap digunakan
untuk menaikkan energi dalam sehingga terjadi penambahan suhu dari T2 menjadi T3. Sesuai
dengan konsep isobarik suhu sebanding dengan volume. Volume bertambah suhu juga
bertambah.
Pada proses 3→4 tidak terjadi aliran kalor baik dari atau keluar sistem. Sistem menghasilkan
kerja sebesar Wout sehingga terjadi penurunan energi dalam yang menyebabkan suhu sistem
berkurang dari T3 menjadi T4.
Pada proses 4→1 sistem melepas kalor sebesar Qout ke lingkungan dan tidak melakukan kerja
sehingga terjadi penurunan energi dalam yang menyebabkan suhu berkurang dari T4 menjadi
T1. Sesuai dengan konsep isokhorik suhu sebanding dengan tekanan. Tekanan berkurang maka
suhu juga berkuarang.