2. Panti Weda adalah tempat para
lanjut usia (lansia) tinggal
dengan berbagai alasan. Di sana
mereka dapat saling berbagi
cerita karena usia mereka relatif
sebaya.
3. Kasus yang sering kami temukan berkaitan
dengan fonologi adalah kasus pada
pengucapan bunyi-bunyi konsonan.
Di antara bunyi-bunyi itu yang paling sulit
diucapkan oleh para lansia adalah bunyi S.
4. Menurut kami, itu dikarenakan oleh sudah
tanggalnya sebagian besar gigi para lansia
tersebut.
Bunyi S adalah bunyi apiko-alveolar. Alat-alat
ucap yang dominan adalah ujung lidah dan
ujung gigi atas. Untuk mengucapkan bunyi itu,
artikulator (ujung lidah) menyentuh titik
artikulasi (ujung gigi atas). Jika gigi atas
tanggal, maka dalam pengucapan bunyi tersebut
akan mengalami kesulitan dan dalam
pengucapannya tidak sempurna.Bunyi yang
muncul adalah bunyi (sh) pada shad.
5. Faktor lain yang meneyebabkan kasus itu ada
adalah faktor pendidikan dan kondisi hati.
Seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung
lebih awet muda. Hal itu menyebabkan
lambatnya penurunan fungsi-fungsi organ tubuh,
dalam hal ini alat-alat ucap.
Lalu, berkaitan dengan kondisi hati. Dari seorang
lansia yang kami ajak bercakap (Ipoh), kami
menemukan bahwa beliau berada di panti
tersebut karena ditelantarkan oleh keluarga
beliau. Hal itu membuat beliau stres dan
membuat fungsi otak semakin menurun. Beliau
lebih pikun dibandingkan dengan para lansia lain
yang lebih berumur. Sealin itu, dari segi fisik,
beliau terlihat lebih tua dari lansia yang lain.
6. Beberapa lansia yang kami observasi
(pengucapan bunyi)
• Ipoh (80th), beliau mengalami kesulitan dalam
pengucapan bunyi S dan R.
• Wawa (77th), beliau dapat mengucapkan bunyi
vokal A, I, U, E, O dengan cepat namun tak
terdengar jelas.
• Hong ( 70an), beliau adalah lulusan ITB. Beliau
mengidap penyakit alzeimer.
• Anna(67th), beliau tidak bersekolah.
Menyebabkan kepikunan yang lebih dari pada
lansia lain.
• Kebanyakan lansia yang menjadi obyek
observasi kami mengalami masalah
pendengaran.