Korban tewas setelah digigit ular kobra peliharaannya. Racun ular kobra yang masuk ke tubuh korban mulai beraksi dan menyebabkan kejang-kejang sehingga korban meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
2. Case 9
Pegawai DPRD Bekasi Tewas Digigit Ular
indosiar.com, Bekasi - Seorang kepala seksi bagian hubungan masyarakat Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) tingkat II Bekasi, Rabu (21/05/2003) kemarin, tewas setelah digigit
ular kobra peliharaannya.
Oos Masrun (55), kepala seksi bagian hubungan masyarakat Kantor Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah tingkat II Bekasi, kemarin tewas dalam perjalanan ke Rumah Sakit Umum
Bekasi, setelah digigit ular kobra miliknya. Kematian korban secara mendadak ini, sangat
mengejutkan anggota dewan lainnya.
Menurut kepala dewan, Oos Masrun yang selama ini dikenal juga sebagai pawang ular
sebelum meninggal dunia mengaku, sekitar pukul 7.00 WIB digigit ular korba miliknya.
Karena hal tersebut dianggap biasa, maka korban tetap masuk kerja dan menolak
disarankan untuk berobat ke dokter.
Racun ular kobra yang bersarang ditubuh korban, mulai beraksi sekitar pukul 12.00,
sehingga korban mengalami kejang-kejang. Anggota dewan yang melihat kondisi korban
segera melarikannya ke Rumah Sakit Umum Bekasi. Namun dalam perjalanan nyawa korban
tidak tertolong.
Menurut keterangan dokter Rumah Sakit Umum Bekasi, racun ular kobra masuk melalui otot
dan menyumbat pernapasan korban, sehingga nyawa korban tidak dapat diselamatkan.
3. Bisa adalah suatu zat atau substansi
yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa
dan sekaligus juga berperan pada sistem
pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan
ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan
oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang
mengeluarkan bisa merupakan suatu
modifikasi kelenjar ludah parotid yang
terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di
belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri
atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan
campuran kompleks, terutama protein, yang
memiliki aktivitas enzimatik.
Efek toksik bisa ular pada saat
menggigit mangsanya tergantung pada
spesies, ukuran ular, jenis kelamin, usia, dan
efisiensi mekanik gigitan , serta banyaknya
serangan yang terjadi.
4. JENIS-JENIS RACUN ULAR
1. Neurotoksin : Dapat melumpuhkan sistim saraf
pusat, melumpuhkan jantung dan sarah
pernafasan. Racun jenis ini dimiliki oleh ular
Kobra, ular Mamba, ular Laut, Krait, Ular Karang
2. Hemotoksin: Dapat menyerang sistim sirkulasi
darah dan sistim otot dan dapat menyebabkan
kerusakan jaringan, gangrene, kelumpuhan
permanen kemapuan bergerak otot. Racun jenis
ini dihasilkan oleh keluarga ular Viperidae
misalnya Rattle Snake, Coppe head, dan Cotton
mouth.
5. CIRI-CIRI TOKSIK
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala
sistemik pada semua gigitan ular :
1. Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka
gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena darah
yang terperangkap di jaringan bawah kulit).
2. Gejala sistemik: hipotensi, otot melemah,
berkeringat, menggigil, mual, hipersalivasi,
muntah, nyeri kepala, pandangan kabur
6. Manifestasi Klinik
Pemeriksaan laboratorium:
• Peningkatan jumlah neutrophil, limfopenia, koagulopati dengan PT
dan PTT memanjang.
• Penurunan jumlah fibrinogen.
• Kadar keratin kinase serum normal pada hari pertama dan kedua
setelah perawatan.
Pada pemeriksaan urinalisis:
• Proteinuria (83%), serta hematuria mikroskopik (50,9%).
• Hemoglobinuria dan mioglobulin umumnya dapat dideteksi.
• Terjadi leukosituria (56,4%)
• Kadar ureum darah meningkat pada pasien dengan gejala gagal
ginjal.
Pada pemeriksaan EKG:
• Umumnya terjadi kelainan seperti bradikardia dan inversi septal
gelombang.
7. Gigitan Elapidae (misal: ular kobra, ular
weling, ular welang, ular sendok, ular
anang, ular cabai, coral snakes, mambas,
kraits)
1. Semburan kobra pada mata dapat
menimbulkan rasa sakit yang berdenyut,
kaku pada kelopak mata, bengkak di
sekitar mulut.
2. Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan
kulit yang rusak.
3. Setelah digigit ular
a. 15 menit: muncul gejala sistemik.
b. 10 jam: paralisis urat-urat di wajah,
bibir, lidah, tenggorokan, sehingga sukar
bicara, susah menelan, otot lemas,
kelopak mata menurun, sakit kepala, kulit
dingin, muntah, pandangan kabur, mati
rasa di sekitar mulut.
Kematian dapat terjadi dalam 24 jam.
8. MANIFESTASI
• Gigitan dari ular kobra biasanya tidak
menimbulkan nyeri hebat.
• Biasanya gejala berkembang dalam 12 jam
• Bisa yang bersifat neurotoksik, mempunyai
dampak dalam beberapa jam, seperti:
perasaan mengantuk, kelumpuhan nervus
kranialis, kelemahan otot, dan kematian
karena gagal napas.
9. Oos Masrun (55)
Digigit Ular
2 taring
5mm
Beberapa Jam
kemudian
Ptosis bilateral
sulit melihat ke
medial, diplopia,
starbismus
Volume darah
& cairan
P. Membran
RBC
Echimosis Dolor
Permeabilitas
capiler
Keadaan Membaik
Efek Vaskuler
Tumor
Dilihat dari paparan
racun
Inflamasi
Hemolisis
CN III Terganggu
Hb
Comsumtive
coagulopathy
Darah Sulit
membeku
Pale
HRBp
Trombosit
Trombosit
MEKANISME
10. ANTIDOT
• 2 vial @ 5 ml intravena dalam 500 ml NaCl 0,9 %
atau Dextrose 5% dengan kecepatan 40-80 tetes
per menit. Maksimal 100 ml (20 vial).
• Beri SABU ( Serum Anti Bisa Ular ) polivalen 1 ml
berisi:
1. 10 - 50 LD50 bisa Ankystrodon
2. 25-50 LD50 bisa Bungarus
3. 25-50 LD50 bisa Naya sputarix
4. Fenol 0,25% v/v.
11. Mekanisme Antidot
Pada tahun 2000 bulan Desember terdapat produk baru yaitu
Crotalinae Polyvalent Immune Fab (ovine) antivenon yang
berasal dari serum domba. Serum Fab ini ternyata lima kali
lebih poten dan efektif sebagai anti bisa dan jarang terdapat
komplikasi akibat pem- beriannya. Penggunaan serum Fab
dianjurkan diencer- kan dalam 250 ml NaCl 0,9% dan
pemberiannya lebih dari satu jam melalui intravena. Untuk
pasien yang masih sangat kecil (berat badan kurang dari 10 kg),
volume cairan dapat disesuaikan. Jumlah penggunaan anti bisa
ular tergantung derajat beratnya kasus. Kasus dengan derajat
none tidak diberikan anti bisa, untuk kasus dengan derajat
minimal diberikan 1-5 vial sedangkan moderate dan severe lebih
dari 15 vial
12. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan pada kasus gigitan ular
berbisa adalah :
1. Menghalangi / memperlambat absorbsi bisa
ular
2. Menetralkan bisa ular yang sudah masuk
kedalam sirkulasi darah
3. Mengatasi efek local dan sistemik.
13. A. SEBELUM PENDERITA DIBAWA KE PUSAT PELAYANAN
KESEHATAN,ADA BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :
• Luka dicuci dengan air bersih atau dengan larutan kalium
permanganat untuk menghilangkan atau menetralisir bisa ular yang
belum terabsorpsi.
• Penderita di istirahatkan dalam posisi horizontal terhadap luka
gigitan.
• Jangan memanipulasi daerah gigitan
• Penderita dilarang berjalan dan minum minuman yang ber alcohol.
• Apabila gejala timbul secara cepat,sementara belum tersedia Anti
Bisa Ular,maka ikat daerah proksimal dan distal dari gigitan. Tindakan
ini berguna jika dilakukan sekitar lebih dari 30 menit paska gigitan
ular. Tujuannya adalah : Menahan aliran limfe , bukan menahan
aliran vena atau arteri.
• Lakukan kemudian imobilisasi anggota badan yang digigit dengan
cara memasang bidai karena gerakan otot dapat mempercepat
penyebaran racun.
• Bila mungkin anggota badan yang digigit didinginkan dengan es batu
14. B. SETELAH PENDERITA TIBA DI PUSAT PELAYANAN KESEHATAN (TERAPHI
SUPORTIF)
1. Dibawa ke Emergency Room, dan melakukan ABC (Penatalaksanaan
Airway,Breathing,and Circulation ).
2. Pada penatalaksanaan sirkulasi,berikan infuse (Cairan yang bersifat
Kristaloid)
3. Beri pertolongan pertama pada gigitan (perban ketat luka gigitan,imobilisasi
dengan bidai bila perlu).
4. Sampel darah untuk pemeriksaan : Trombosit,Kreatinin,Urea N,elektrolit
(terutama K),CK.
5. Periksa waktu pembekuan darah,jika >10 menit,maka menunjukan
kemungkinan adanya koagulopati.
Berikan SABU (Serum Anti Bisa Ular,Serum kuda yang di kebalkan)Polivalen 1
ml.
inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
Ekimosis adalah tanda memar atau tanda biru kehitaman, merupakan daerah makula besar akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan subkutan dan kulit.
Dolor adalah rasa nyeri, nyeri akan terasa pada jaringan yang mengalami infeksi. Ini terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi mengeluarkan zat tertentu sehingga menimbulkan nyeri menangis.