Dokumen tersebut membahas tentang resolusi konflik sosial keagamaan. Ia menjelaskan pengertian dan tahapan resolusi konflik serta faktor-faktor penyebab konflik seperti persaingan sumber daya, ketegangan sosial ekonomi, dan isu-isu SARA. Dokumen tersebut juga menyebutkan model-model penyelesaian konflik seperti pendekatan berbasis kekuatan, hak, dan kepentingan serta prinsip-prinsip dalam
2. A. PENGANTAR
TERMINOLOGI RESOLUSI KONFLIK
Proses yang memungkinkan seseorang untuk
memecahkan konflik dalam sebuah metode, gaya, cara,
dan sikap yang baik serta konstruktif.
Langkah-langkah yang diambil dalam resolusi konflik
ditujukan untuk membangun suatu hubungan baru yang
bisa bertahan lama di antara pihak-pihak yang bertikai.
3. 2. HUBUNGAN AGAMA DAN KEKERASAN
(PENYEBAB KONFLIK)
Primordialist Instrumentalist Constructivist
Hasenclever & Rittberger
(2000)
5. INSTRUMENTALIST
Konflik dipicu oleh persaingan /perebutan SDA & SDM
(sebagai trigger) ,
Agama ditarik-tarik / digerek menjadi pemacu untuk
memprovokasi Konflik. Agama (sebagai escalator)
Kasus : Sampit (Madura – Dayak)
6. CONTRUCTIVIST
Konflik dipicu oleh konstruk (bangunan, susunan) mind sett
para Toga& Toma
Kasus :Sampang Madura, Gereja Yasmin Bogor, Ciketing
Bekasi, Tolikara Papua, Ambon Maluku
7. VARIABEL KONFLIK
• Konflik dapat terjadi saat individu/kelompok gagal
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang prinsipil
(non negotiable principle) kelangsungan hidup
(survive), kesejahteraan (wellbeing), harga diri
(identity), dan kebebasan (freedom). Individu akan
memperjuangkannya meskipun nyawa sebagai taruhan.
Dalam usahanya individu membutuhkan belief (religion,
ideology, partner, family) dalam upaya mendukung
tindakannya (Johan Galtung, 1996).
8. Kerusuhan akan terjadi manakala terdapat factor-
faktorstruktural yang kondusif, misalnya
kesenjangan dan ketidak adilan. Kondisi ini
kemudian membuat adanya ketegangan-
ketegangan dan mendorong terbentuknya
generalized belief dan perasaan bermusuhan yang
laten (Neil Smelser, 1963).
9. 3. EKSEMPLAR KONFLIK SOSIAL KEAGAMAAN
• Konflik Sambas dan Sampit (1998);
• Konflik Maluku dan Maluku Utara (1999);
• Konflik Sampang (2012);
• Konflik-Konflik Ahmadiyah;
• Konflik Tolikara (2015);
• Konflik Sinkil (2015);
• Konflik Tanjung Balai (2016);
• Konflik-Konflik Pendirian Rumah Ibadah;
10. B. PEMETAAN KONFLIK
Problem • Persoalan pokok
dan pendukung
Proses • Tahapan demi
tahapan
Person • Aktor
terlibat
12. UNSUR - UNSUR
• Provokator / Aktor Intelektual
• Perebutan sumber-sumber ekonomi
• Persaingan antar-elite (politik)
• Psikologi massa - Mobilisasi massa
• Kesenjangan social ekonomi
• SARA (penodaan, permusuhan, penyalahgunaan)
• Deprivasi
• Bias Persepsi (stereo type, prejudice)
• Pertentangan Ideologi
• Hoax atau rumor yang tidak dapat divalidasi
• Ketidak adilan
• Dominasi individu/kelompok
13. D. MANAJEMEN KONFLIK
Luas Konflik
Intensitas
Konflik
Penampakan
Konflik
Sosialisasi
Konflik
Privatisasi
Konflik
Sanksi bagi
Aktor
(Eep Saefullah Fatah, 2010)
14. E. TAHAP PENYELESAIAN KONFLIK
1. Peace
Keeping
2. Peace
Building
3. Peace
Making
Aparat
Kemanan
Membangun
Komunikasi
Upaya
Negosiasi
15. F. MODEL PENYELESAIAN KONFLIK
1. Pendekatan berbasis kekuatan dan
kekuasaan (power-based).
2. Pendekatan berbasis hak (rights-
based),
3. Pendekatan berbasis kepentingan
(interest-based)
17. G. PRINSIP DALAM NEGOSIASI
• Melibatkan perwakilan atau pemimpin pihak yang berkonflik
• Dapat melibatkan pihak ketiga sebagai mediator. Pihak ketiga
tersebut harus bisa diterima oleh pihak-pihak yang bertikai.
• Pihak ketiga ini kemudian memanggil (mengundang) pihak-pihak
yang bertikai.
• Pihak-pihak yang duduk dalam perundingan perlu mengungkapkan
secara terbuka, seperti; fakta, perasaan, dan kebutuhan mendesak.
• Mencari kesepakatan
• Mediator bisa berperan dalam pembuatan kesepakatan-
kesepakatan yang disetujui pihak-pihak yang bertikai.
• Hasil dlm bentuk kesepakatan disampaikan secara terbuka