Makalah ini membahas tentang penerbitan bahan pustaka, meliputi pengertian penerbitan buku, sejarah penerbitan buku di Indonesia, tujuan dan tugas penerbit, jenis terbitan yang dapat diterbitkan, penyuntingan naskah, pembuatan indeks dan mendapatkan ISBN, serta pemasaran dan aspek ekonomi penerbitan.
1. PENERBITAN GRAFIS DAN ELEKTRONIK
BAHAN PUSTAKA
MAKALAH
Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi ujian semester pada mata kuliah
PENERBITAN GRAFIS DAN ELEKTONIK
Oleh:
Dian Lia Mas F0271141007
PRODI D-3 PERPUSTAKAAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017
2. i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul Penerbitan
Grafis dan Elektronik Bahan Pustaka dapat diselesaikan. Secara garis besar
makalah ini berisi tentang hal yang berhubungan dengan cara penyuntingan
naskah bahan pustaka, penerbitan bahan pustaka, cara mendapatkan ISBN hingga
melakukan pemasaran pada bahan pustaka yang diterbitkan tersebut.
Penulis mengucapkan rasa yang terima kasih sebesar-besarnya atas semua
bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama
penyusunan tugas makalah ini hingga selesai. Secara khusus rasa terima kasih
tersebut kami sampaikan kepada Bapak Enda Esyudha Pratama, ST. MT selaku
dosen pengampu pada mata kuliah Penerbitan Grafis dan Elektronik yang telah
memberikan dorongan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi
materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan dalam penyempurnaan tugas makalah ini kedepannya. Terakhir
penulis berharap, semoga tugas akhir ini dapat memberikan hal yang bermanfaat
dan menambah wawasan bagi pembaca dan khusunya bagi penulis juga.
Pontianak, 16 Januari 2017
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Penerbitan Bahan Pustaka ........................................................................ 3
1. Pengertian Penerbitan Buku ............................................................................. 3
2. Sejarah Penerbitan Buku di Indonesia .............................................................. 5
3. Tujuan Penerbitan............................................................................................ 7
4. Tugas Penerbit ................................................................................................. 7
5. Jenis Terbitan................................................................................................... 8
B. Penyuntingan Naskah ............................................................................... 8
1. Pengertian Penyuntingan Naskah ..................................................................... 8
2. Kriteria Kelayakan Suatu Naskah................................................................... 11
3. Tujuan Penyuntingan ..................................................................................... 12
4. Kegiatan Penyuntingan .................................................................................. 12
C. Pembuatan Indeks dan ISBN .................................................................. 13
1. Pengertian ISBN ............................................................................................ 13
2. Fungsi ISBN .................................................................................................. 14
3. Terbitan yangdapat diberikan ISBN ............................................................... 14
4. Terbitan yang tidak dapat diberikan ISBN...................................................... 14
5. Struktur ISBN................................................................................................ 15
6. Persyaratan Permohonan ISBN ...................................................................... 16
7. Pengertian Indeks........................................................................................... 17
8. Bagian-bagian Indeks Buku ........................................................................... 17
9. Dokumen yang Bisa di Indeks........................................................................ 18
4. iii
D. Pemasaran dan Aspek Ekonomi Penerbitan ............................................ 18
1. Pengertian Pemasaran......................................................................... 18
2. Jenis-jenis Pekerjaan di Industri Penerbitan Buku............................... 19
3. Kriteria Naskah yang Layak Terbit ..................................................... 21
4. Usaha Penerbitan Buku....................................................................... 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 24
B. Saran...................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 25
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 91), kata penerbit
diberikan dibawah kata terbit. Terbit antara lain mengandung arti keluar
untuk diedarkan (tentang surat kabar, buku, dan sebagainya) kata penerbit
sebagai bentukan kata terbit mengandung arti orang atau perusahaan yang
menerbitkan buku, majalah, dan sebagainya. Pada awalnya, penerbitan
adalah percetakan, yaitu sebagai kegiatan pembuatan (manufacturing), dan
belum berfungsi sebagai penyebarluasan. Lalu pada abad ke-19, penerbit
berfungsi sebagaimana fungsinya yang sekarang, yakni sebagai promotor
dari kata-kata tercetak.
Dunia penerbitan dan percetakan berkembang terus, baik cakupan
pekerjaannya maupun peralatan pendukungnya. Dalam dunia penerbitan
semakin banyak jenis buku yang diterbitkan, dalam berbagai bahasa, dan
disebarkan diberbagai negara. Untuk mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sekarang ini baik penerbit maupun
penulis perlu mengetahui dan memahami bahan pustaka yang diinginkan
oleh pemustaka. dalam menerbitkan bahan pustaka perlu melakukan
penyuntingan naskah, agar naskah yang ditebitkan lebih baik. Selain itu
penulis juga perlu untuk mengetahui bagaimana cara mendapatkan nomor
ISBN agar buku yang diterbitkan diakui oleh negara dan buku tersebut
tidak dianggapkan illegal dan dapat dipercaya oleh masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah
ini adalah :
1. Bagaimana tata cara penerbitan bahan pustaka?
2. Bagaimana tata cara penyuntingan suatu naskah?
3. Bagaimana cara membuat indeks dan mendapatkan nomor ISBN
buku?
6. 2
4. Bagaimana tata cara pemasaran dan aspek ekonomi penerbitan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah :
1. Mengetahui tata cara penerbitan bahan pustaka
2. Mengetahui tata cara penyuntingan naskah
3. Mengetahui langkah membuat indeks dan mendapatkan nomor
ISBN buku
4. Mengetahui tata cara pemasaran dan aspek ekonomi penerbitan
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan diatas, maka manfaat penulisan
makalah ini adalah :
1. Bagi Penulis
a. Meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran khususnya
pembelajaran penerbitan grafis dan elektronik.
b. Menambah wawasan tentang penyuntingan naskah, penerbitan
bahan pustaka, pembuatan indeks buku dan mendapatkan ISBN
dan dapat meningkatkan kemampuan dalam hal-hal yang
menyangkut bahan pustaka.
2. Bagi Pembaca
a. Mengembangkan pengetahuan tentang langkah-langkah
penerbitan bahan pustaka
b. Dapat menambah wawasan apabila ingin menerbitkan bahan
pustaka.
7. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penerbitan Bahan Pustaka
1. Pengertian Penerbitan Buku
Menurut KBBI, penerbit adalah perusahaan dan sebagainya
yang menerbitkan buku, majalah, dan sejenisnya; sedangkan penerbitan
adalah proses, cara, atau perbuatan menerbitkan. Percetakan sendiri
bermakna tempat atau perusahaan yang berhubungan dengan masalah
cetak-mencetak buku, majalah, dan sejenisnya. Mengutip dari buku
“Taktis Menyunting Buku” karangan Bambang Trim, penerbit buku
adalah lembaga atau institusi yang mengolah naskah mentah dari
penulis/pengarang hingga menjadi bahan siap cetak dalam bentuk
dummy (prototype buku). Penerbit berbeda dengan percetakan karena
modal utamanya adalah gagasan yang kemudian diolah menjadi buku
siap terbit. Sedangkan percetakan, modal utamanya adalah mesin-mesin
yang digunakan untuk menerima order cetak, termasuk buku. Tidak
semua penerbit memiliki percetakan dan memang tidak harus pula
memiliki percetakan.
Perkembangan pekerjaan di dunia perbukuan ini juga diikuti
oleh perkembangan peralatan pendukungnya. Mesin tik biasa telah
berkembang menjadi mesin tik elektronik dengan berbagai macam
kemampuan. Penemuan komputer semakin memacu perkembangan
peralatan penerbit dan percetakan. Pengetikan naskah sudah tidak lagi
menggunakan mesin tik, melainkan dengan memanfaatkan kompoter
dan program pengolah kata seperti WordStar dan WordPerfect.
Merancang halaman dan sampul buku pun sudah dikerjakan dengan
komputer. Mesin cetak dan mesin potong kertas sudah juga
dikomputerkan.
Dengan semakin berkembangnya perincian pekerjaan dalam
dunia perbukuan, semakin berkembang juga masalah yang dihadapi. Di
pihak penerbit, hak dan kewajiban penulis maupun penyunting yang
8. 4
mewakili penerbit semakin menuntut rincian yang lebih tegas.
Demikian pula keterlibatan pihak lain seperti perancang, percetakan,
dan toko buku. Untuk mengatur kepentingan semua pihak itu
diperlukan serangkaian ketentuan. Maka diciptakanlah Surat Perjanjian
Penerbitan, Undang- Undang Hak Cipta, Uang Jasa Penulis, ISBN, dan
sebagainya.
Industri penerbitan di Indonesia sedang mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Makinbanyak penerbit-penerbit
dengan spesifikasi khusus bermunculan. Misalnya, penerbit buku
Islami,penerbit buku pengetahuan dan sebagainya. Belakangan ini juga
semakin marak Self Publisheryaitu istilah untuk penerbit yang kecil,
dimana penulis dapat menerbitkan bukunya sendiri tanpaharus melalui
penerbit yang besar. Munculnya Self Publisher dikarenakan belum
adanya aturanyang mewajibkan penerbit memiliki badan hukum sendiri.
Artinya setiap orang yang mempunyaikemampuan menerbitkan buku,
boleh menerbitkannya tanpa memerlukan izin dari pihak terkaitselama
masih memperhatikan etika-etika penerbitan.
Di Indonesia, penerbit-penerbit yang sekaligus memiliki
percetakan adalah para penerbit besar seperti Gramedia, Erlangga,
Yudhistira, Bumi Aksara, Penebar Swadaya, Grafindo Media Pratama,
Kanisius, Intan Pariwara, dan Tiga Serangkai. Biasanya percetakan itu
menjadi pendukung untuk pencetakan buku secara massal dan cepat.
Ada juga penerbit-penerbit lain semacam Sygma, Mizan, Salamadani,
dan lain-lain yang juga memiliki percetakan, namun masih dalam skala
kecil sehingga tak jarang mereka juga meng-order pencetakan pada
percetakan lain.
Selain buku, masih banyak lagi jenis terbitan lain yang biasa
diterbitkan oleh sebuah penerbit seperti:
a. Jurnal
Jurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk pamflet berseri
berisi bahan yang sangat diminati orang saat diterbitkan . Bila
9. 5
dikaitkan dengan kata ilmiah di belakang kata jurnal dapat
terbitan berarti berkala yang berbentuk pamflet yang berisi
bahan ilmiah yang sangat diminati orang saat diterbitkan.
b. X- banner
Jika kita mengacu kepada kaidah dasar poster, X banner ini
adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi
gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar.
Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan
datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat
mungkin. Karena itu X banner biasanya dibuat dengan warna-
warna kontras dan kuat.
c. Brosur
Brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak dijilid keras,
lengkap (dalam satu kali terbitan), memiliki paling sedikit 5
halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman, diluar perhitungan
sampul. Adanya perkembangan penerbitan buku dan sejenisnya
semakin banyak masalah yang dihadapi, dipihak penerbitan hak
dan kewajiban penulis maupun penyuntingan yang mewakili
penerbitan dituntut untuk lebih berpotensi.
2. Sejarah Penerbitan Buku di Indonesia
Sejarah penerbitan buku di Indonesia sebenarnya dapat dibagi
menjadi beberapa fase sebagai berikut :
Fase Hindia Belanda adalah fase berkembangnya penerbitan
awal di Indonesia yang dipelopori pemerintahan kolonial Belanda,
terutama untuk menjalankan misi penyebaran agama. Mesin cetak pun
didatangkan pada 1624 meski kemudian tidak berfungsi karena tidak
ada tenaga ahlinya. Kegiatan penerbitan dan pencetakan baru dimulai
pada 1659. Adalah Cornelis Pijl yang memprakarsai penerbitan dan
pencetakan Tijtboek—meski kini tiada yang tahu apa sebenarnya konten
Tijtboek itu. Belanda terus menggiatkan penerbitan dengan mencetak
10. 6
pengumuman, kontrak dan dokumen perjanjian dagang, buku agama
Kristen, kamus, hingga buku sejarah. Pemerintah Hindia Belanda
mengatur semua izin dan prosedur penerbitan maupun pencetakan
berbagai dokumen dan buku-buku sampai akhir abad ke-18.
Fase Cina Peranakan yang berkembang disebabkan meluasnya
pemakaian bahasa Melayu di kalangan masyarakat Indonesia. Fase ini
ditandai berkembangnya juga penerbitan surat kabar berbahasa Melayu,
di samping surat kabar berbahasa Jawa kala itu. Surat kabar sebagai
media informasi juga digunakan sebagai media iklan bagi para
pedagang yang kebanyakan adalah kaum perantau dari Cina. Mereka
pun akhirnya merasa berkepentingan dengan penguasaan bahasa,
terutama bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Akhirnya, anak-anak
merekapun disekolahkan untuk dapat menguasai bahasa Melayu plus
bahasa Belanda. Generasi peranakan Cina inilah yang kemudian
memelopori penerbitan buku-buku selanjutnya dengan mengalih
bahasakan kisah-kisah dari negeri mereka ke dalam bahasa Melayu.
Tercatat pada dasawarsa 1880-an, sedikitnya ada 40 karya terjemahan
dari cerita-cerita asli Cina. Pada 1903–1928, bahkan penerbitan
peranakan Cina ini mampu menghasilkan seratusan novel asli karya 12
pengarang peranakan Cina—jauh dibandingkan Balai Poestaka yang
pada 1928 hanya menerbitkan 20-an novel.
Fase Balai Poestaka adalah fase ketika pemerintahan kolonial
Belanda membentuk Commissie voor de Inlandsche School en
Volkslectuur (Komisi Bacaan Rakyat) berdasarkan keputusan
Departement van Onderwijs en Eeredienst No. 12 pada 14 September
1908. Komisi ini bertugas memilih bacaan yang sesuai untuk rakyat
Hindia Belanda, di samping memberikan saran dan pertimbangan
kepada Direktur Pendidikan. Program peningkatan minat baca pun
dimulai dengan penerbitan bacaan-bacaan ringan yang tentu tetap
berada dalam kontrol pemerintahan Hindia Belanda. Pada tahun 1910,
Komisi Bacaan Rakyat meningkatkan aktivitasnya ketika D.A. Rinkes
11. 7
yang menjabat sekretaris komisi diberi wewenang mengendalikan
komisi. Ia merekrut ahli bahasa Jawa dan bahasa Sunda untuk mulai
menerjemahkan berbagai karya asing. Dalam enam tahun, komisi ini
telah menerbitkan 153 judul buku dengan penerbitan terbanyak
berbahasa Jawa (95 judul) serta berbahasa Sunda (54 judul). Komisi
yang sukses ini kemudian berdasarkan Keputusan No. 63 tanggal 22
September 1917 Indonesia Book PuBlishing Industry menjadi Kantoor
voor de Volkslectuur. Lembaga ini kemudian diberi nama menjadi Balai
Poestaka dan dipimpin lagi oleh D.A. Rinkes. Pada tahun 1921, Balai
Poestaka pun sudah memiliki percetakan sendiri. Balai Poestaka
kemudian dikenal sebagai ukuran gengsi intelektual karena pembacanya
adalah kaum elite serta menggunakan bahasa tinggi.
3. Tujuan Penerbitan
Gagasan mendirikan penerbitan tentunya untuk mencapai tujuan
tertentu. Ada banyak tujuanyang melatarbelakangi dirikannya penebit.
Baik tujuan penerbitan itu sendiri maupun tujuan orang atau lembaga
penelitian. Secara umum tujuan penerbitan adalah sebagai berikut:
Melakukan penyebaran dan dan pengembangan ilmu pengetahuan
Menyajikan berbagai ilmu pengetahuan melalui produk
penerbitan
Melakukan perdagangan dengan mencari keuntungan penjualan
produk terbitannya.
4. Tugas Penerbit
Sebagai bagian dari jejarig penerbitan, penerbit mempunyai peran
yang sangat vital.Pada dasarya tugas penerbit adalah mengkordinasikan
unsur-unsur penerbitan sepertipenulis, percetakan, distributor dan lain-
lain. Tugas penerbit adalah ;
a. Menggandakan Naskah
b. Mencari pengarang/penulis
12. 8
c. Memperkirakan biaya produksi (meliputi bahan baku, distribusi
dan lain lain)
d. Mengestimasi daya jual
e. Menghubungi desainer
f. Hubungi percetakan
g. Promosi dan distribusi
h. Perjanjian penerbit
5. Jenis Terbitan
Macam-macam terbitan dapat dibagi menurut jenis terbitannya.
Berdasarkan jenis terbitan dibagi menjadi :
a. Umum
Jenis terbitan umum jenis terbitan buku populer atau umum.
Contohnya adalah novel, cerpen, majalah ataupun koran.
b. Ilmiah
Jenis terbitan ilmiah biasanya adalah buku-buku pelajaran baik
di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi. Selain itu terdapat
juga jurnal sebagai terbitan yang biasanya berisi penemuan baru
atau pembahasan materi ilmiah.
c. Pendidikan
Terbitan pendidikan adalah terbitan buku khusus teks
pendidikan seperti buku pelajaran, buku-buku perguruan tinggi
dan lain-lain.
Berdasarkan waktu terbitnya, jenis terbitan dibagi menjadi :
a. Terbitan berkala
Terbitan berkala adalah terbitan yang waktu terbitnya konsisten
atau teratur dalam waktu tertentu. Contoh terbitan berkala
adalah majalah, koran maupun buletin. Waktu setiap terbitan
berbeda-beda. Majalah biasanya terbit sebulan sekali, koran
biasanya terbit setiap hari.
13. 9
b. Terbitan tidak berkala
Terbitan berkala adalah terbitan yang terbitnya tidak konsisten
atau teratur. Contoh jenis terbitan tidak berkala adalah buku-
buku umum seperti novel, buku biografi dan buku ilmu
pengetahuan umum lainnya.
B. Penyuntingan Naskah
1. Pengertian Penyuntingan Naskah
Menurut KBBI (2007:1106) definisi penyuntingan adalah proses, cara,
perbuatan menyunting atau sunting-menyunting. Sedangkan definisi
menyunting adalah
a. menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan
memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa
(menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat).
b. merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah).
c. menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara
memotong-motong dan memasang kembali.
Bagian penyuntingan merupakan inti sebuah penerbitan, karena
fungsinya yang utama mengembangkan naskah, dibagian inilah bahan
baku penerbitan yang berupa naskah diolah dan dipersiapkan sehingga
naskah yang tadinya masih mentah menjadi siap dan layak terbit. Yang
paling bertanggung jawab atas isi sebuah buku tentu pengarang, namun
penerbit yang baik akan menerbitkan naskah yang seharusnya
memerlukan penyuntingan atau belum layak terbit. Penyuntingan
naskah disebuah penerbitan yang besar terdiri dari:
a. Kontrak Penerbitan
Penerimaan naskah oleh penerbitan harus benar-benar hasil karya
pengarang yang bersangkutan, bukan hasil jiplikan. Jaminan
pengarang dalam hal ini sangat penting dan harus tertuang dalam
kontrak penerbitan naskahnya. Kontrak atau surat perjanjian
14. 10
penerbitan itu harus ditanda tangani oleh pengrang dan pihak
penerbit sebelum naskah tersebut diolah lebih lanjut.
b. Penyerahan Naskah
Naskah biasanya diserahkan oleh pengarang pada pihak penerbit
dalam bentuk tertulis, ketikan maupun disket. Naskah diserahkan
rangkap satu dan untuk pengarang biasanya memiliki arsipnya.
c. Ketaatan Asas
Naskah disebut taat asas bila penyajiannya mengikuti pola tertentu
dengan tetap. Di indonesia belum ada pedoman yang mantap
mengenai asasan sebuah naskah,namun sebagai patokan penerbit
dapat berpedoma Ejaan Yang Disempurnakan terbitan pusat
pengembangan dan pembinaan bahasa.
d. Tata Bahasa
Penggunaan bahasa yang baik dan benar merupakan syarat yang
harus dipenuhi oleh sebuah naskah. Kalimat yang mengungkapkan
pesan pengarang harus dapat dipahami pembaca. Penyuntingan
memberikan saran kepada penulis. Sehingga naskah yang ada tidak
hanya berbobot isinya namun baik bahasanya.
e. Kelengkapan Naskah
Kelengkapan naskah terdiri dari :
1) Cover
2) Halaman judul utama
3) Halaman persembahan
4) Kata pengantar
5) Daftar isi
6) Tabel
7) Ilustrasi
8) Singkatan
9) Lambang
10) Catatan kaki
11) Daftar pustaka
15. 11
12) Lampiran
13) Indeks
14) Biografi singkat
2. Kriteria Kelayakan Suatu Naskah
Ada beberapa kriteria kelayakan naskah yang umum diterapkan oleh
penerbit diantaranya adalah sebagai berikut ;
a. Naskah sesuai dengan visi dan misi penerbit
b. Tidak mengandung unsur sara, pornografi, tidak bertentangan
dengan norma masyarakat
c. Karya asli, bukan plagiat/ jiplakan dari naskah lain
d. Naskah dari jenis yang diinginkan oleh penerbit
e. Sesuai kebutuhan penerbit dan memiliki budget untuk terbit.
Selain kelima kriteria kelayakan naskah tersebut, terdapat tujuh kriteria
kelayakan naskah lain diantaranya adalah sebagai berikut ;
a. Manfaat, sebuah naskah haruslah mempunyai manfaat bagi
pembaca.
b. Mudah dalam hal ini adalah penggarapannya.
c. Mutakhir artinya terbaru atau sesuai dengan tren.
d. Mampu, penerbit juga memikirkan apakah naskah tersebut mampu
untuk didanai atau tidak.
e. Marketable, naskah yang baik haruslah marketable atau punya nilai
jual dan sesuai dengan pasar terkini.
f. Minat, setiap penerbit mempunyai image tersendiri didalam
masyarakat.
g. Menarik, naskah yang baik haruslah mempunyai nilai keunikan
yang membedakan ia dari naskahnaskah yang lainnya.
16. 12
3. Tujuan Penyuntingan
Tujuan Penyuntingan yang dilakukan oleh para penyunting adalah :
a. Untuk menjadikan taipskrip sebagai karya yang sempurna yang
dapat dibaca dan dihayati dengan mudah oleh pembaca apabila
diterbitkan kelak.
b. Untuk memastikan pengaliran atau penyebaran idea daripada
penulis kepada pembaca dapat disampaikan dalam bahasa yang
gramatis, jelas, indah dan menarik.
c. Untuk menjadikan persembahan e-buku yang akan diterbitkan itu
dapat menggambarkan nilai dan identiti karya itu sendiri sehingga
dapat menarik. minat pembaca.
d. Untuk memastikan pengaliran dan fakta berkenaan disampaikan
dengan jelas, tepat, dan tidak menyalahi agama, undang-undang,
dan norma masyarakat.
4. Kegiatan Penyuntingan
Secara garis besar kegiatan penyuntingan meliputi :
a. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang kasat mata.
b. Menghindari kontradiksi dan memperbaiki tulisan sebelumnya.
c. Menyesuaikan gaya bahasa sesuai dengan kebijakan media yang
bersangkutan.
d. Meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat yang
memiliki kejelasan makna serupa
e. Menghindari adanya arti ganda dan tulisan yg membosankan.
f. Melengkapi tulisan dengan anak kalimat atau subjudul.
g. Memperbaiki judul supaya menarik.
h. Menulis keterangan gambar atau pekerjaan lain yang terkait
dengan tulisan yang disunting.
i. Menelaah kembali hasil tulisan yang telah dicetak, mungkin
masih terdapat kesalhan secara redaksional atau substansial.
17. 13
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyuntingan:
1. Menguasai ejaan.
2. Menguasai tatabahasa.
3. Bersahabat dengan kamus.
4. Memiliki kepekaan bahasa.
5. Memiliki pengetahuan luas.
6. Memiliki ketelitian dan kesabaran.
7. Memiliki kepekaan terhadap SARA dan Pornografi.
8. Memiliki keluwesan.
9. Memiliki kemampuan menulis.
10. Menguasai bidang tertentu.
11. Menguasai bahasa asing.
12. Memahami kode etik penyuntingan naskah.
C. Pembuatan Indeks dan ISBN
1. Pengertian ISBN
International Standard Book Number (ISBN) adalah deretan
angka 13 digit sebagai pemberi identifikasi unik secara internasional
terhadap satu buku maupun produk seperti buku yang diterbitkan oleh
penerbit. Setiap nomor memberikan identifikasi unik untuk setiap
terbitan buku dari setiap penerbit, sehingga keunikan tersebut
memungkinkan pemasaran produk yang lebih efisien bagi toko buku,
perpustakaan, universitas maupun distributor. ISBN diberikan oleh
Badan Internasional ISBN yang berkedudukan di London. Perpustakaan
Nasional RI merupakan Badan Nasional ISBN yang berhak
memberikan ISBN kepada penerbit yang berada di wilayah Indonesia
dan KDT (Katalog Dalam Terbitan). KDT merupakan deskripsi
bibliografis yang dihasilkan dari pengolahan data yang diberikan
penerbit untuk dicantumkan di halaman balik judul sebagai
kelengkapan penerbit.
18. 14
2. Fungsi ISBN
a. Memberikan suatu identitas terhadap satu judul buku yang
diterbitkan oleh penerbit.
b. Membantu arus kelancaran distribusi buku karena dapat mencegah
terjadinya kekeliruan dalam pemesanan buku
c. Sarana promosi bagi penerbit karena informasi pencantuman ISBN
disebarkan oleh Badan Nasional ISBN Indonesia di Jakarta maupun
Badan International yang berkedudukan di London.
3. Terbitan yang dapat diberikan ISBN
a. Buku tercetak (monografi) dan pamphlet
b. Terbitan Braille
c. Buku peta
d. Film, video, dan transparansi yang bersifat edukatif
e. Audiobooks pada kaset, CD, atau DVD
f. Terbitan elektronik (misalnya machine-readable tapes, disket,
CD-ROM dan publikasi di Internet)
g. Salinan digital dari cetakan monograf
h. Terbitan microform
i. Software edukatif
j. Mixed-media publications yang mengandung teks
4. Terbitan yang tidak dapat diberikan ISBN
a. Terbitan yang terbit secara tetap (majalah, bulletin, dsb.)
b. Iklan
c. Printed music
d. Dokumen pribadi (seperti biodata atau profil personal elektronik)
e. Kartu ucapan
f. Rekaman musik
g. Software selain untuk edukasi termasuk game
h. Buletin elektronik
19. 15
i. Surat elektronik
j. Permainan
5. Struktur ISBN
Nomor ISBN terdiri dari 13 digit dan dibubuhi huruf ISBN didepannya.
Nomor tersebut terdiri atas 5 (lima) bagian. Masing-masing bagian
dicetak dengan dipisahkan dengan tanda hyphen (-). Kelompok
pembagian nomor ISBN ditentukan dengan struktur sebagai berikut:
Contoh : ISBN 978-602-8519-93-9
Angka pengenal produk terbitan buku dari EAN (Prefix identifier)
= 978
Kode kelompok (group identifier) = 602 (Default)
Kode penerbit (publisher prefix) = 8519
Kode Judul (title identifier) = 93
Angka pemeriksa (check digit) = 9
Barcode/kode ISBN diletakkan pada cover/kulit buku bagian belakang,
sehingga dapat memudahkan dalam pengecekan dengan alat scanner.
ISBN ditulis dengan huruf cetak yang jelas dan mudah dibaca.
Singkatan ISBN ditulis dengan huruf besar mendahului penulisan angka
pengenal kelompok, pengenal penerbit, pengenal judul dan angka
20. pemeriksa. P
penghubung, seperti contoh berikut:
“ ISBN 978
Untuk terbitan cetak, ISBN dicantumkan pada:
Bagian bawah pada sampul belakang (back cover)
Verso (dibalik halaman judul) (halaman
Punggung buku (spine) untuk
memungkinkan
6. Persyaratan Permohonan ISBN
Permohonan dapat dilakukan secara online atau manual dengan
melengkapi persyaratan :
a. Mengisi formulir surat pernyataan disertai dengan stempel
dengan menunjukkan bukti legalitas penerbit atau lembaga yang
bertanggung jawab (akta notaris)
b. Membuat surat permohonan atas nama penerbit (berstempel) untuk
buku yang akan diterbitkan
c. Mengirimkan atau melampirkan fotokopi :
Halaman judul
Balik
Kata pengantar
Daftar isi
16
pemeriksa. Penulisan antara setiap bagian pengenal dibatasi oleh tanda
penghubung, seperti contoh berikut:
“ ISBN 978-602-8519-93-9 ”
Untuk terbitan cetak, ISBN dicantumkan pada:
Bagian bawah pada sampul belakang (back cover)
Verso (dibalik halaman judul) (halaman copyright)
Punggung buku (spine) untuk buku tebal, bila keadaan
memungkinkan
Persyaratan Permohonan ISBN
Permohonan dapat dilakukan secara online atau manual dengan
melengkapi persyaratan :
Mengisi formulir surat pernyataan disertai dengan stempel
dengan menunjukkan bukti legalitas penerbit atau lembaga yang
bertanggung jawab (akta notaris)
Membuat surat permohonan atas nama penerbit (berstempel) untuk
buku yang akan diterbitkan
Mengirimkan atau melampirkan fotokopi :
Halaman judul
Balik halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
enulisan antara setiap bagian pengenal dibatasi oleh tanda
Bagian bawah pada sampul belakang (back cover)
copyright)
, bila keadaan
Permohonan dapat dilakukan secara online atau manual dengan
Mengisi formulir surat pernyataan disertai dengan stempel penerbit
dengan menunjukkan bukti legalitas penerbit atau lembaga yang
Membuat surat permohonan atas nama penerbit (berstempel) untuk
21. 17
7. Pengertian Indeks
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Indeks berarti daftar kata
atau istilah penting yang terdapat dalam buku cetakan (biasanya berada
pada bagian akhir buku) tersusun menurut abjad yang memberikan
informasi mengenai halaman tempat kata atau istilah itu ditemukan.
Informasi atau penjelasan kata tertentu dalam buku yang relatif tebal dapat
ditemukan dengan cepat dengan teknik membaca memindai melalui
indeks. Indeks buku bertujuan untuk memberikan informasi letak halaman
suatu kata atau istilah tertentu. Selain itu, indeks buku juga dapat berfungsi
sebagai alat membaca memindai. Lasa (1998: 59) menguraikan beberapa
fungsi indeks, sebagai berikut:
a) mencapai efisiensi dalam penelusuran literature;
b) memberikan informasi yang lebih lengkap,
c) pemanfaatan informasi seoptimal mungkin; dan
d) menganalisa, memerinci dan meringkas isi naskah menjadi unit-
unit yang lebih kecil.
8. Bagian- bagian indeks buku
Sebuah indeks buku dibangun oleh beberapa bagian, diantaranya yaitu :
Indeks nama (pengarang), merupakan susunan atau kumpulan
nama-nama orang dalam sebuah indeks. Baca juga artikel aturan
penulisan indeks pengarang.
Indeks topik (subjek/istilah), merupakan kumpulan subjek atau
istilah yang disusun berdasarkan abjad yang istilah tersebut berada
dalam buku atau bersangkutan dengan isi buku tersebut. Dalam
sebuah buku geografi, indeks topik yang ada biasanya adalah
istilah-istilah yang ada kaitannya dengan ilmu geografi.
Perincian indeks topik, merupakan istilah-istilah atau subjek yang
ada kaitannya dengan subjek yang ada dalam sebuah indeks topik.
Nomor halaman, merupakan bagian indeks buku yang bertuliskan
nomor-nomor halaman dimana sebuah sebuah istilah itu berada.
22. 18
9. Dokumen yang Biasa di Indeks
Majalah
Bahan buku
Jurnal
Artikel surat kabar
Kertas kerja seminar
Bahan tesis
D. Pemasaran dan Aspek Ekonomi Penerbitan
1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran sebagaimana diketahui, adalah inti dari sebuah usaha.
Tanpa pemasaran tidak ada yang namanya perusahaan, akan tetapi apa
yang dimaksud dengan pemasaran itu sendiri orang masih merasa rancu.
Pengertian pemasaran menurut Kotler (1997:8) adalah Suatu proses sosial
dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan
dan mempertukarkan produk dengan pihak lain “.
Definisi menurut Harper W (2000:4) bahwa Pemasaran adalah
“Suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang
memungkinkan indidvidu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk
23. 19
mengembangkan hubungan pertukaran”. Definisi ini menjelaskan bahwa
pemasaran merupakan proses kegiatan usaha untuk melaksanakan rencana
strategis yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan konsumen melalui
pertukaran dengan pihak lain. Ada 3 komponen pokok dalam aspek
pemasaran yaitu :
a. Semua proses perencanaan dan aktivitas perusahaan harus
memiliki orientasi pada konsumen sebagai pasar.
b. Tujuan perusahaan adalah membuat produk penjualan yang
menguntungkan bukan sebaliknya penciptaan produk yang
hanya bertujuan untuk kepentingan sendiri.
c. Semua aktivitas pemasaran yang dirancang dalam
perusahaan harus selalu terkoordinasi dan saling terhubung
secara organisasi.
2. Jenis – Jenis Pekerjaan di Industri Penerbitan Buku
Sebenarnya, penerbitan sama halnya dengan industri lain. Selain
direktur atau pimpinan perusahaan yang bertugas mengatur laju
perusahaan dan departemen di bawahnya, bagian-bagian yang idealnya
ada dalam sebuah industri (penerbitan dan industri lain) adalah formasi
untuk:
1. Sekretaris
Tugas sekretaris di penerbitan relatif sama dengan sekretaris di industri
pada umumnya: mengurus surat masuk dan keluar, melakukan kegiatan
administratif, membuat catatan meeting redaksi, dan seterusnya. Yang
membedakan dengan industri lain adalah tugasnya mengurus surat kerja
sama penerbitan buku antara penulis dengan penerbit. Terkadang, di
beberapa penerbit, sekretaris juga bertugas mengarsip naskah-naskah
masuk, baik yang dikirim melalui email maupun printed out. Namun, di
penerbitan yang lain tugas ini menjadi tanggung jawab editor akuisisi.
Sekretaris bertanggung jawab secara langsung kepada pimpinan
perusahaan.
24. 20
2. Keuangan
Tugasnya sama dengan bagian keuangan pada umumnya; mengatur arus
kas, membuat laporan penjualan, mengatur gaji karyawan, dan
seterusnya. Tentu saja yang membedakan dengan industri lain adalah
tugasnya menghitung dan membayar royalti penulis.
3. Personalia
Bagian ini juga relatif sama dengan industri lain: mengurus karyawan,
dari mulai absensi, hak cuti, memberikan surat peringatan, dan
seterusnya.
4. Pemasaran (Marketing)
Sama halnya dengan marketing di industri lain, tugas marketing adalah
memasarkan barang agar lebih banyak diketahui orang, kemudian
dibeli. Di sebuah penerbitan, marketing biasanya juga punya “suara”
apakah sebuah buku layak terbit atau tidak disesuaikan dengan selera
pasar ataupun target marketnya. Dalam hal ini, editor akuisisi biasanya
akan presentasi tentang sebuah naskah yang menurutnya layak terbit di
depan bagian lain, termasuk bagian marketing. Di zaman serba digital
seperti ini, tentunya tugas marketing semakin beragam, misalnya:
membuat rencana promo buku di sosial media, merencanakan program-
program yang dijalankan online, dan lain-lain.
5. Produksi
Bagian produksi biasanya dipimpin oleh seorang yang disebut kepala
produksi, dia bertanggung jawab penuh pada jadwal cetak buku serta
hasil cetakannya (apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan atau
belum). Kepala produksi akan menjadi quality control atas hasil cetakan
buku-buku penerbitannya. Bagian produksi juga biasanya jadi satu
dengan artistik yang bertugas membuat cover dan atau me-layout
25. 21
naskah. Jika penerbitan tersebut punya mesin cetak sendiri, kepala
produksi biasanya juga bertugas memimpin pegawai-pegawai di
percetakan.
6. Distribusi
Bagian ini bertugas mendistribusikan buku-buku yang sudah selesai
dicetak. Dia akan berhubungan dengan toko-toko buku konvensional
dan juga toko buku online. Dia juga bertugas memastikan bahwa stok
buku di gudang penerbit cukup aman sehingga tidak kehabisan stok jika
ada toko yang melakukan repeat order. Jika stok buku sudah mulai
sedikit, dia harus melaporkan kepada kepala produksi agar
dipertimbangkan untuk segera cetak ulang. Sebaliknya, jika buku di
gudang terlalu banyak, dia akan berdiskusi dengan bagian marketing
untuk membuat event-event tertentu agar stok buku cepat berkurang.
3. Kriteria Naskah yang Layak Terbit
a. Aspek Editorial
Ide dan topik naskah sesuai dengan kebutuhan dan tren
masyarakat terkini atau mengandung ide-ide segar
sistematika penyajian naskah berurut, mudah dipahami, dan
tuntas.
Keapikan penggunaan dan penyajian tata bahasa sesuai dengan
pembaca sasaran
Kedalaman pembahasan (disesuaikan dengan pembaca sasaran)
dan lain-lain.
b. Aspek Pemasaran
Target pasar atau pembaca sasaran luas dan terarah
Ditulis oleh penulis yang memiliki kompeten dan ahli di
bidangnya.
Topik sedang hangat, dibutuhkan ataupun diinginkan oleh
sebagian besar masyarakat.
26. 22
Biaya produksi relatif ekonomis dan menghasilkan harga yang
bersaing
Dapat diterbitkan saat momentum yang tepat.
Life Time Period, atau potensi rentang waktu penjualan dapat
bertahan lama.
Ada potensi best seller
c. Aspek Keamanan
Keamanan naskah dari pelanggaran hak cipta orang lain atau
plagiat.
Kebebasan naskah dari unsur SARA, pornografi, terorisme,
fitnah dan penghinaan terhadap orang lain.
Kebebasan naskah dari unsur konflik dengan pihak ketiga,
kontroversi berbahaya, dan terganggunya stabilitas keamanan
nasional.
d. Aspek Produksi
Kemudahan dan kehematan proses produksi
Tiras Produksi
Harga pokok produksi
Spesifikasi teknis produksi
4. Usaha Penerbitan Buku
Umumnya penerbit memberlakukan harga jual buku sebesar empat
kali atau lima kali dari ongkos cetak. Kalau biaya cetaknya nya adalah
4.000. per buku maka harga jualnya 16 ribu atau 20.000 perbuku.
Sedangkan perhitungannya adalah sebagai berikut:
20 % untuk ongkos cetak
10 % untuk royalti penulis/fee penerjemah, setting, edit,
dan cover
5 % untuk transportasi
5 % untuk promosi/lain-lain
10 % untuk keuntungan penerbit
27. 23
50 % untuk rabat distributor/toko buku.
Perhitungan ini tidak mesti kaku seperti di atas, semuanya
tergantung dari penerbit. Misalnya jika buku diterbitkan secara self
publishing, yaitu ditulis sendiri, disetting sendiri, dan dibuatkan
cover sendiri, maka uang yang ada bisa dialokasikan ke promosi.
28. 24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyaknya penerbitan buku pada era sekarang ini membuat banyak
penerbit yang bermunculan dan tersebar di seluruh Indonesia. Penerbit
pada dasarnya sebagai kordinator dari industri penerbitan seperti
berkordinasi dengan penulis, editor, layouter, pihak percetakan sampai
pihak distributor. Penerbit yang bertanggung jawab atas naskah yang
disetujui sampai kemudian bisa dicetak dan dijual. Oleh karena itu wajib
untuk pemustaka maupun petugas perpustakaan mengetahui bagaimana
cara penerbitan buku.
Industri penerbitan adalah industri gagasan yang memerlukan banyak
sekali waktu dan orang. Industri penerbitan berbeda dengan industri
percetakan meskipun keduanya saling terkait dan tidak terpisahkan.
Industri penerbitan selain tujuannya mencari keuntungan sebanyak-
banyaknya, juga mempunyai tujuan yang mulia yakni
menyebarkanluaskan pengetahuan.
B. Saran
Industri penerbitan hendaknya tidak dipandang dari segi profit saja yang
menggiurkan, namun harus dilihat pula dari segi tanggung jawab moral
mencerdaskan bangsa. Melalui buku-buku berkualitas yang dihasilkan
penerbit akan membawa bangsa ini kepada kemajuan.
29. 25
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Trim, J. G. (2015). Industri Penerbitan Buku Indonesia : Dalam Data
dan Fakta . Jakarta: Ikatan Penerbit Indonesia.
Sheila Prasasti, N. D. (n.d.). Retrieved Januari 12, 2017, from
https://kekepprabowo.files.wordpress.com/2015/05/organisasi-penerbitan.pdf
Syahid, M. (2014). Paper Pengantar Ilmu Penerbitan. Jakarta: Politeknik Negeri
Media Kreatif.