kk eko junianto.pdf ada yang terjual tapi ngecer nggak bisa mijid nggak bisa ...
Penerbitan grafis dan elektronik
1. Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
PROGRAM STUDI D3 PERPUSTAKAAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FKIP UNIVERSITAS TANJUNGPURA
MAKALAH
PENERBITAN BUKU
Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Desain Grafis
oleh:
Megawati F0271141001
PROGRAM STUDI D3 PERPUSTAKAAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FKIP UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
2. KATA PENGANTAR
Dengan mengucap rasa syukur kepada Tuhan yang maha esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah
yang berjudul “Penerbitan Buku” makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari
tugas mata kuliah “Desain Grafis”. Penulis menyadari bahwa didalam penyelesaian
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan
data dan kemampuan penulis yang masih dalam tahap belajar. Untuk itu penulis
sangat menghargai setiap saran dan kritik untuk perbaikan dan pengembangan
makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
untuk mahasiswa-mahasiswi universitas tanjungpura pada khususnya dan pihak yang
akan menggunakan makalah ini untuk berbagai hal pada umumnya.
Pontianak, Desember 2016
Penulis
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................3
C. Tujuan .......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Penerbitan buku.........................................................................5
B. Penyuntingan naskah................................................................19
C. Indek dan ISBN........................................................................26
D. Pemasaran dan aspek ekonomi penerbitan...............................29
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................37
B. Saran.........................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................39
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 91), kata penerbit
diberikan dibawah kata terbit. Terbit antara lain mengandung arti keluar untuk
diedarkan (tentang surat kabar, buku, dan sebagainya) kata penerbit sebagai
bentukan kata terbit mengandung arti orang atau perusahaan yang
menerbitkan buku, majalah, dan sebagainya. Pada mulanya, penerbitan adalah
percetakan, yaitu sebagai kegiatan pembuatan (manufacturing), dan belum
berfungsi sebagai penyebarluasan. Lalu pada abad ke-19, penerbit berfungsi
sebagaimana fungsinya yang sekarang, yakni sebgai promotor dari kata-kata
tercetak.
Penerbit adalah badan yang memerbanyak naskah seorang pengarang
atau penulis dalam bentuk buku, kemudian menyebarkannya kepada
masyarakat pembaca yang memerlukannya. Ditinjau dari sudut komunikasi,
penerbit menjadi perantara antara sumber informasi (pengarang) dan penerima
informasi (pembaca). Pada awal kegiatannya, penerbit menerima, mencari,
atau mengusahakan naskah yang sudah jadi dari penulis atau pengarang,
penerjemah, atau meminta seseorang untuk menyusunnya. Bagian penting
ketiga dalam penerbit adalah Bagian Pemasaran, yang dapat mencakup
promosi dan penjualan. Ada juga penerbit yang memisahkan Bagian
Penjualan dari Bagian Pemasaran, dan memunyai Bagian Promosi
tersendiri.Sebelum atau menjelang terbitnya suatu buku, bagian promosi
sudah mempersiapkan cara untuk mengumumkan terbitnya buku,
memperkenalkannya kepada masyarakat, baik secara meluas maupun secara
terarah.
Organisasi penerbit dapat berlainan dari satu penerbit ke penerbit lain,
namun fungsi-fungsi pokoknya adalah pengadaan, pertimbangan, dan
5. pengolahan naskah hingga siap cetak, lalu produksi atau penggandaan buku,
dan akhirnya pemasaran dan penjualan buku yang telah jadi. Ketiga bagian
utama penerbit dapat dipimpin oleh seorang manajer; jadi ada Manajer Bagian
Editorial, Manajer Bagian Produksi, dan Manajer Bagian
Pemasaran/Penjualan, di samping manajer-manajer lain yang menangani
urusan-urusan perusahaan sebagaimana pada perusahaan lain.
Dunia penerbitan dan percetakan berkembang terus, baik cakupan
pekerjaannya maupun peralatan pendukungnya. Dalam dunia penerbitan
semakin banyak jenis buku yang diterbitkan, dalam berbagai bahasa, dan
disebarkan diberbagai negara. Maka terciptalah berbagai jenis penerbit yang
menkhususkan diri menerbitkan buku tertentu, misalnya jenis buku anak-
anak, buku pelajaran sekolah, buku pariwisata. Adakalanya sebuah buku
diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya buku pariwisata indonesia
diterbitkan dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris.
Agar menarik, buku perlu dirancang secara khusus, sesuai dengan
jenisnya. Dalam dunia perbukuan, selain penerbit dan percetakan, dikenal
pula pihak perancang buku. Mereka inilah yang bertugas menangani
penampilan buku agar menarik dan sesuai dengan isinya. Di negara yang
penerbitannya telah lebih maju, pengkhususan bidang pekerjaan ini sudah
lebih merinci. Sehingga dikenal perusahaan yang khusus menyiapkan naskah,
merancang buku, mengatur perbanyakan naskah, mencetak, menjilid,
mempromosikan, mendistribusikan, dan menjual buku. Masing-masing
mempunyai tugas tersendiri. Perkembangan pekerjaan di dunia perbukuan ini
juga diikuti oleh perkembangan peralatan pendukungnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat di ambil dari latar belakang di atas
adalah :
1. Apa pengertian dari penerbitan buku?
6. 2. Apa pengertian dari penyuntingan naskah?
3. Apa pengertian dari indek dan ISBN?
4. Apa pengertian dari pemasaran dan aspek ekonomi penerbitan?
5. Tujuan
Adapun tujuan yang dapat di ambil dari rumusan masalah di atas adalah :
1. Agar mengetahui pengertian dari penerbitan buku dan bagian-bagiannya.
2. Agar mengetahui pengertian penyuntingan naskah dan bagian-bagiannya.
3. Agar mengetahui pengertian dari indeks dan ISBN.
4. Agar mengetahui pengertian dari pemasaran dan aspek ekonomi
penerbitan.
7. BAB II
PEMBAHASAN
1. Penerbitan Buku
A. Pengertian penerbitan buku
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 91), kata penerbit
diberikan dibawah kata terbit. Terbit antara lain mengandung arti keluar untuk
diedarkan (tentang surat kabar, buku, dan sebagainya) kata penerbit sebagai
bentukan kata terbit mengandung arti orang atau perusahaan yang
menerbitkan buku, majalah, dan sebagainya. Pada mulanya, penerbitan adalah
percetakan, yaitu sebagai kegiatan pembuatan (manufacturing), dan belum
berfungsi sebagai penyebarluasan. Lalu pada abad ke-19, penerbit berfungsi
sebagaimana fungsinya yang sekarang, yakni sebgai promotor dari kata-kata
tercetak.
Dunia penerbitan dan percetakan berkembang terus, baik cakupan
pekerjaannya maupun peralatan pendukungnya. Dalam dunia penerbitan
semakin banyak jenis buku yang diterbitkan, dalam berbagai bahasa, dan
disebarkan diberbagai negara. Maka terciptalah berbagai jenis penerbit yang
menkhususkan diri menerbitkan buku tertentu, misalnya jenis buku anak-
anak, buku pelajaran sekolah, buku pariwisata. Adakalanya sebuah buku
diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya buku pariwisata indonesia
diterbitkan dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris.
Agar menarik, buku perlu dirancang secara khusus, sesuai dengan
jenisnya. Dalam dunia perbukuan, selain penerbit dan percetakan, dikenal
pula pihak perancang buku. Mereka inilah yang bertugas menangani
penampilan buku agar menarik dan sesuai dengan isinya. Di negara yang
penerbitannya telah lebih maju, pengkhususan bidang pekerjaan ini sudah
lebih merinci. Sehingga dikenal perusahaan yang khusus menyiapkan naskah,
8. merancang buku, mengatur perbanyakan naskah, mencetak, menjilid,
mempromosikan, mendistribusikan, dan menjual buku. Masing-masing
mempunyai tugas tersendiri.
Perkembangan pekerjaan di dunia perbukuan ini juga diikuti oleh
perkembangan peralatan pendukungnya. Mesin tik biasa telah berkembang
menjadi mesin tik elektronik dengan berbagai macam kemampuan. Penemuan
komputer semakin memacu perkembangan peralatan penerbit dan percetakan.
Pengetikan naskah sudah tidak lagi menggunakan mesin tik, melainkan
dengan memanfaatkan komputer dan program pengolah kata seperti WordStar
dan WordPerfect. Merancang halaman dan sampul buku pun sudah dikerjakan
dengan komputer. Mesin cetak dan mesin potong kertas sudah juga
dikomputerkan.
B. Penerbitan dan Terbitannya
Dewasa ini jenis terbitan, dalam hal ini buku sangat beraneka ragam
sehingga pada umumnya penerbit mengkhususkan diri menerbitkan satu atau
dua macam terbitan saja.
a. Jenis penerbit menurut buku terbitannnya
Secara lebih luas, penerbit dapat kita golongkan antara lain
menurut jenis terbitannya. Dari sudut ini kita mengenal tiga kelompok
besar penerbit, yaitu penerbit buku umum, penerbit buku anak-anak,
dan penerbit khusus. Kelompok yang terakhir ini dapat dibagi lagi
menjadi penerbit buku pelajaran sekolah dasar dan menengah, penerbit
buku universitas, dan penerbit buku ilmiah.
1. Penerbit buku umum
Sasaran pembaca terbitan ini adalah khalayak ramai yang tentu
sangat beragam, sukar dikenali, dan sukar diperkirakan. Porsi
terbesar karya penerbit jenis ini adalah buku fiksi. Dalam hal ini,
pengarang yang sudah sukses dan terkenal merupakan kekayaan
9. penerbit yang tek ternilai. Puncak penjualan buku umum biasanya
dicapai pada setahun pertama penerbitan, yaitu pada saat penerbit
mempromosikan buku-buku terbitan terbarunya.
2. Penerbit buku anak-anak
Pada penerbit jenis ini, judul-judul lama merupakan modal
utama karena pada umumnya buku anak-anak yang klasik selalu
dicetak ulang. Agar menarik buat pembaca yang masih kecil, buku
anak-anak biasanya sarat warna, sehingga biaya produksinya besar.
Untuk mengatasi biaya besar itu, penerbit sering bekerja sama
dengan penerbit lain. Khususnya penerbit luar negeri untuk
menerbitkan judul yang sama.
3. Penerbit buku khusus
Dalam kelompok ini terdapat penerbit buku pelajaran sekolah
dasar dan menengah (selanjutnya disebut penerbit buku sekolah),
penerbit buku universitas, dan penerbit buku ilmiah.
b. Jenis penerbit menurut statusnya
Penerbit dapat juga dikelompokkan menurut statusnya, yaitu
penerbit swasta dan penerbit pemerintah. Penerbit swasta dikelola oleh
badan swasta, biasanya mengutamakan keuntungan. Sebaliknya,
penerbit pemerintah dikelola oleh lembaga pemerintah, dan biasanya
tidak terlalu mengutamakan keuntungan, melainkan lebih
menitikberatkan pemenuhan kebutuhan pemerintah.
c. Jenis terbitan
Seperti juga penerbit, terbitan dapat dikelompokkan.
Pengelompokkan pertama adalah menurut jenis barang yang
diterbitkan, yaitu majalah, koran dan buku. Majalah dan jurnal ilmiah
biasanya terbit dalam bentuk seperti buku, yaitu mempunyai sampul
dan isi. Keduanya terbit secara berkala, dapat mingguan, bulanan,
tribulanan dan sebagainya. Berbeda dengan koran dan majalah, buku
10. tidak terbit secara berkala. Sebuah buku dapat dicetak beberapa kali
dengan isi yang tetap sama. Buku yang dicetak pertama kali disebut
cetakan pertama, yang kedua kali cetakan kedua, dan seterusnya. Bila
buku dipinda oleh pengarangnya, artinya ada perubahan nyata dalam
isinya, maka buku hasil pindaan itu disebut edisi baru. Jadi, buku
berjudul sama tetapi edisinya berbeda, tentu berbeda isinya, meskipun
perbedaan itu tidak selalu mencolok.
Menurut sampulnya, buku dapat dikelompokkan dalam dua
bagian besar. Buku bersampul tegar dan bersampul lembek. Dewasa
ini, berkat kemajuan teknologi di bidang perbukuan, jenis sampul
sudah lebih beragam, ada yang terbuat dari sejenis plastik atau kulit
buatan. Jenis kertas sampulpun bermacam-macam, sehingga sampul
untuk buku bersampul lembek dapat dipilih sesuai dengan keinginan.
Kita juga mengenal kelompok buku fiksi dan non fiksi. Buku
fiksi adalah rekaan pengarang, misalnya novel dan cerita pendek, serta
buku rekam ilmiah. Buku nonfiksi adalah kebalikan buku fiksi, yaitu
buku yang ditulis berdasarkan kejadian nyata, fakta, atau hokum alam.
Contohnya adalah biografi dan buku ilmu pengetahuan.
Dari pembacanya kita mengenal pembaca dewasa, kaum
wanita, kaum pria, anak-anak, remaja, pelajar, mahasiswa, kelompok
berpendidikan tinggi, kelompok berpendidikan rendah, kaum
profesional (orang yang mempunyai keahlian tertentu yang diperlukan
untuk kelancaran pekerjaannya, misalnya para manajer perusahaan,
ahli komputer, pakar olah raga, guru, juru masak), dan sebagainya.
Dari isinya buku dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok besar. Jika kita pada jenis pengelompokkan pokok bahasan
menurut sistem Dewey yang lazim digunakan, maka kita mengenal
kelompok buku yang membahas tentang informasi, agama, ekonomi,
sosial, matematika, fisika, kedokteran dan farmasi, teknik, arsitektur
11. dan sipil, sastra dan fiksi, dan geografi. Kelompok besar ini dapat
dibagi lagi menjadi kelompok yang lebih kecil, misalnya kelompok
buku ekonomi dirinci menjadi bisnis, manajemen, akuntansi, dan lain-
lain.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat dalam dunia
penerbitan dan percetakan mendorong diciptakannya jenis terbitan
yang tidak menggunakan kertas sebagai wahananya. Di masa awal
1960-an sudah dikenal naskah dalam bentuk gulungan film dan
mikrofis. Untuk membaca naskah yang dimuat dalam bentuk tersebut
diperlukan alat pembaca khusus yang dilengkapi dengan sebuah
layanan seperti televisi. Di Indonesia alat seperti ini dapat dijumpai
antara lain di Perpustakaan Nasional, Peropustakaan PDII,
Perpustakaan The British Council, Perpustakaan Pusat ITB. Sejumlah
buku, khususnya buku rujukan seperti kamus, buku katalog, dan
ensiklopedi, diterbitkaan dalam bentuk cakram keras, disebut CD-
ROM (compac disk- read only memory).
Cakram tersebut dapat memuat data dalam jumlah yang sangat
besar, misalnya 18 jilid Encyclopedia Britanica yang tebalnya 200-an
ribu halaman dapat dimuat dalam satu cakram saja. Untuk
membacannya, pembaca memerlukan seperangkat alat khusus yang
dapat menampilkan naskah dalam cakram itu pada layar monitor.
Disamping buku dalam bentuk yang bermacam-macam tadi, penerbit
juga menyediakan alat pendukung lain seperti lembaran teransparansi
untuk menyajikan kuliah, bagan berbagai macam proses, slide, dan
kaset video.
C. Sejarah Penerbitan Buku di Indonesia
Di Indonesia, awalnya bentuk buku masih berupa gulungan
daun lontar. Menurut Ajip Rosidi (sastrawan dan mantan ketua
12. IKAPI), secara garis besar, usaha penerbitan buku di Indonesia dibagi
dalam tiga jalur, yaitu usaha penerbitan buku pelajaran, usaha
penerbitan buku bacaan umum (termasuk sastra dan hiburan), dan
usaha penerbitan buku agama. Pada masa penjajahan Belanda,
penulisan dan penerbitan buku sekolah dikuasai orang Belanda.
Kalaupun ada orang pribumi yang menulis buku pelajaran, umumnya
mereka hanya sebagai pembantu atau ditunjuk oleh orang Belanda.
Usaha penerbitan buku agama dimulai dengan penerbitan
buku-buku agama Islam yang dilakukan orang Arab, sedangkan
penerbitan buku –buku agama Kristen umumnya dilakukan oleh
orang-orang Belanda. Penerbitan buku bacaan umum berbahasa
Melayu pada masa itu dikuasai oleh orang-orang Cina. Orang pribumi
hanya bergerak dalam usaha penerbitan buku berbahasa daerah. Usaha
penerbitan buku bacaaan yang murni dilakukan oleh pribumi, yaitu
mulai dari penulisan hingga penerbitannya, hanya dilakukan oleh
orang-orang Sumatera Barat dan Medan.
Karena khawatir dengan perkembangan usaha penerbitan
tersebut, pemerintah Belanda lalu mendirikan penerbit Buku Bacaan
Rakyat. Tujuannya untuk mengimbangi usaha penerbitan yang
dilakukan kaum pribumi. Pada tahun 1908, penerbit ini diubah
namanya menjadi Balai Pustaka. Hingga Jepang masuk ke Indonesia,
Balai Pustaka belum pernah menerbitkan buku pelajaran karena
bidang ini dikuasai penerbit swasta belanda. Sekitar tahun 1950-an,
penerbit swasta nasional mulai bermunculan. Sebagian besar berada di
pulau Jawa dan selebihnya di Sumatera. Pada awalnya, mereka
bermotif politis dan idealis. Mereka ingin mengambil alih dominasi
para penerbit Belanda yang setelah penyerahan kedaulatan di tahun
1950 masih diijinkan berusaha di Indonesia.
13. Pada tahun 1955, pemerintah Republik Indonesia mengambil
alih dan menasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia.
Kemudian pemerintah berusaha mendorong pertumbuhan dan
perkembangan usaha penerbitan buku nasional dengan jalan memberi
subsidi dan bahan baku kertas bagi para penerbit buku nasional
sehingga penerbit diwajibkan menjual buku-bukunya denga harga
murah. Pemerintah kemudian mendirikan Yayasan Lektur yang
bertugas mengatur bantuan pemerintah kepada penerbit dan
mengendalikan harga buku.
Dengan adanya yayasan ini, pertumbuhan dan perkembangan
penerbitan nasional dapat meningkat dengan cepat. Menurut Ikatan
Penerbit Indonesia (IKAPI) yang didirikan 1950, penerbit yang
menjadi anggota IKAPI yang semula berjumlah 13 pada tahun 1965
naik menjadi 600-an lebih.
Pada tahun 1965 terjadi perubahan situasi politik di tanah air.
Salah satu akibat dari perubahan itu adalah keluarnya kebijakan baru
pemerintah dalam bidang politik, ekonomi dan moneter. Sejak akhir
tahun 1965, subsidi bagi penerbit dihapus. Akibatnya, karena hanya
25% penerbit yang bertahan, situasi perbukuan mengalami
kemunduran.
Sementara itu, pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mashuri, kemudian menetapkan bahwa semua buku
pelajaran disediakan oleh pemerintah. Keadaan tidak bisa terus-
menerus dipertahankan karena buku pelajaran yang meningkat dari
tahun ke tahun. Karena itu, diberikan hak pada Balai Pustaka untuk
mencetak buku-buku yang dibutuhkan di pasaran bebas. Para penerbit
swasta diberikan kesempatan menerbitkan buku-buku pelengkap
dengan persetujuan tim penilai.
14. Hal lain yang menonjol dalam masalah perbukuan selama Orde
Baru adalah penerbitan buku yang harus melalui sensor dan
persetujuan kejaksaan agung. Tercatat buku-buku karya Pramudya
Ananta Toer, Utuj Tatang Sontani dan beberapa pengarang lainnya,
tidak dapat dipasarkan karena mereka dinyatakan terlibat G30S/PKI.
Sementara buku-buku “Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai”,
kemudian “Era Baru, Pemimpin Baru” tidak bisa dipasarkan karena
dianggap menyesatkan, terutama mengenai cerita-cerita seputar
pergantian kekuasaan pada tahun 1966.
D. Proses penerbitan buku
Menurut Manik Purba yang dikutip dalam sebuah website
mengemukakan bahwa proses penerbitan buku adalah sebagai berikut :
1. Misalkan anda sebagai pengarang ingin menegajukan naskah
kumpulan puisi ke penerbit A.
2. Yang anda ajukan cukup naskahnya dalam bentuk ketikan
(misalnya Ms. Word) dan bisa disertai print outnya agar
memudahkan penerbit dalam memproses naskah tersebut. Penerbit
biasanya memberikan banyak kemudahan bagi pengarang yang
sudah banyak mengarang buku. Penerbit mau saja menerima
kiriman naskah melalui email dan sebagainya.
3. Penerbit akan menentukan apakah naskah tersebut layak
diterbitkan dan kirakira dibutuhkan masyarakat (ada penilaian
terhadap isi naskah maupun kwalitas/bobot pengarangnya).
4. Lalu penerbit akan mengontak pengarang dan membicarakan isi
naskah maupun honor. Sistem honor tergantung sistem yang dianut
oleh penerbit. Bisa bersifat langsam (seolah naskah tersebut dibeli
oleh penerbit) dengan memberi harga pada naskah tersebut,
misalnya dibeli seharga Rp 3.000.000.- dan dibayar secara
15. sekaligus atau bertahap. Tergantung pengajuan penerbit dan
disetujui oleh pengarang.
5. Kerugian sistem ini bagi pengarang adalah: penerbit bisa mencetak
naskah tersebut dalam jumlah banyak dan bisa dicetak beberapa
kali, tanpa memberi honor tambahan lagi kepada pengarang.
6. Bisa juga dengan sistem royalti dimana pengarang memperoleh
persentase terhadap harga naskah/ buku tersebut. Rata-rata nilai
royalti: 10% s/d 15% dari harga buku yang terjual. Pengarang-
pengarang yang sudah terkenal sering ditawari honor yang tinggi
karena penerbit yakin buku karangannya bakal laku keras.
Misalnya: buku tersebut akan dicetak sebanyak 5.000
buah/eksamplar dan dijual dengan harga Rp 15.000.- per
eksemplar. Maka pengarang akan memperoleh honor (dianggap
semua buku terjual): 10% x 5.000 x Rp 15.000.- Sering
pembayaran ini pun dilakukan secara bertahap misalnya 1 x 3
bulan atau 1 x 6 bulan. Bila buku tersebut dicetak ulang lagi, maka
penerbit membuat perjanjian lagi dan pengarang akan memperoleh
royalti lagi. Biasanya penerbit akan mengontak pengarang lagi
untuk cetak ulang (karena bisa jadi pengarang tidak bersedia lagi
dan mau pindah ke penerbit lain).
7. Dengan menggunakan softcopy naskah yang diberikan dalam
bentuk ketikan Microsoft Word tersebut, penerbit akan
mengolahnya dan mengatur layout serta membuat desain covernya.
Desain cover bisa juga diajukan oleh pengarang bila pengarang
juga seorang yang ahli dalam desain. Setelah desain cover dan
layout isi buku telah selesai, maka akan dimulai proses cetak.
8. Proses cetak sering dimulai dengan mencetak contoh (dummy)
dulu dan melihat hasilnya agar kelak tidak terjadi kesalahan besar.
16. Setelah itu akan dilakukan proses cetak sejumlah yang diinginkan
(misalnya: 5.000 buah buku). .
9. Penerbit akan memberikan buku contoh hasil cetakan bagi
pengarang untuk file pribadinya dan kemudian penerbit akan
melakukan pembayaran kepada pengarang sesuai perjanjian yang
telah disepakati/ditandatangani. Bila buku tersebut ingin dicetak
terus dan ternyata pengarangnya telah meninggal, maka perjanjian
dan hak pembayaran royalti akan diberikan kepada ahli waris (istri/
anaknya) dan seterusnya penerbit akan berurusan dengan ahli
warisnya.
10. Penerbit akan menyebarkan buku tersebut ke toko buku untuk
dibeli oleh masyarakat. Perjanjian Royalti adalah antara pengarang
dan penerbit, sedangkan Hak Cipta adalah Hak Pengarang yang
bisa diurus oleh pengarang dengan mendaftarkannya ke
Departement Kehakiman dan HAM, Direktorat Hak Cipta.
Penerbit tidak mengurus Hak Cipta karena Hak Cipta adalah
urusan pengarang (kecuali naskah tersebut telah dibeli oleh
Penerbit dan sepenuhnya menjadi hak milik penerbit). Tidak
banyak buku yang didaftarkan Hak Ciptanya oleh pengarang,
biasanya buku-buku yang sangat terkenal atau buku yang bakal
dibutuhkan terus yang didaftarkan Hak Ciptanya oleh pengarang.
2. Penyuntingan naskah
A. Pengertian Penyuntingan Naskah
Menurut KBBI (2007:1106) definisi penyuntingan adalah proses, cara,
perbuatan menyunting atau sunting-menyunting. Sedangkan definisi
menyunting adalah :
17. 1. Menyiapkan naskah siap cetak atau siap tebit dengan memperhatikan segi
sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan
struktur kalimat)
2. Merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah).
3. Menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-
motong dan memasang kembali.
Untuk menjadi penyunting maskah ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi oleh seseorang. Persyaratan itu meliputi penguasaan ejaan
bahasa Indonesia, penguasaan tata bahasa Indonesia, ketelitian dan
kesabaran, kamanpuan menuis, keluwesan, penguasaan salah satu bidang
keilmuan, pengetahuan yang luas dan kepekaan bahasa.
Salah satu tugas dan kewajiban ilmuan (scientist) dan pandit(scholars)
yang melakukan penelitian ialah melaporkan hasil kegiatannya kepada
masyarakat lingkungan yang mendukungnya. Laporan itu harus ditulis
selengkapnya sacara jelas, tepat tetapi singkat dan lugas untuk kemudian
diterbitkan. Dalam proses penyiapan penerbitan laporan itu terlibat
penyunting yang akan membantu pengolahan naskah tertulis untuk
menjadi bahan tercetak yang akan disampaikan ke masyarakat luas untuk
dibaca.
Salah satu tugas pokok penerbit adalah menerbitkan maskah
pengarang atau penulis menjadi buku. Definisi maskah sendiri menurut
KBBI (2007:776) adalah :
1. Karangan yang masih ditulis dengan tangan
2. Karangan seseorang yang belum diterbitkan
3. Bahan-bahan berita yang siap untuk diset
Perlu ditekankan sekali lagi bahwa tugas penyunting karya terbatas
pada pengolahan naskah menjadi suatu bahan yang siap, dan
menawasi pelaksanaan segi teknis sampai naskah jadi itu pekerjaan
penyunting bukan penerbit, jadi mereka tidak bertanggung jawab atas
18. masalah keuangan, penyebarluasan serta pengelolaan suatu penerbitan.
Para penyunting bertanggung jawab atas isi bukan atas produksi bahan
yang diterbitkan.
B. Tujuan Penyuntingan
Tujuan penyuntingan yang dilakukan oleh para penyunting adalah sebagai
berikut.
1. Untuk menjasikan taipsrip sebagai karya yang sempurna yang dapat
dibaca dan dihayati dengan mudah oleh pembaca apabila kelak
diterbitkan.
2. Untuk memastikan pengaliran atau penyebaran idea dari penulis kepada
pembaca dapat disampaikan dalam bahasa yang gramatis, jelas, indah, dan
menarik.
3. Untuk menjadikan persembahan e-book yang akan diterbitkan itu dapat
menggambarkan nilai dan identity karya itu sendiri sehingga dapat
menarik minat pembaca.
4. Untuk memastikan pengaliran dan fakta berkenaan disampaikan dengan
jelas, tepat, dan tidak menyalahi agama, undang-undang, dan morma
masyarakat.
Dalam penyuntingan, kita mengenal dua tahap penyuntingan, yaitu
penyuntingan substansif dan penyuntingan kopi. Berdasarkan tahap-tahap
penyuntingan yang ada, maka ada beberapa tujuan lain dari penyuntingan.
1. Penyuntingan Substantif
Tujuan penyuntingan ini dilakukan adalah untuk memastikan hasrat
atau idea penulis dapat disampaikan setepat, sepadat, dan sejelas. Semasa
membuat penyuntingan substantif, editor akan membaca taipskrip sepintas
lalu dengan memberikan tumpuan kepada kandungan, pendekatan secara
menyeluruh, bahasa, susunan atau konsep taipskrip berkenaan.
19. Berdasarkan hal diatas, editor akan membuat teguran dan cadangan
kepada penulis untuk sama ada dalam melengkapi taipskrip, menulis
semula, menyusun semula, menggugurkan atau memotong bahagian teks
atau ilustrasi yang tidak perlu, dan membuat tambahan.
Berikut ialah perkara yang perlu diteliti semasa penyuntingan
substantif :
a. Tajuk tepat dan jelas
b. Pembahagian bab dan tajuk kecil jelas
c. Adanya kesinambungan antara bahagian, bab dan paragraph
d. Kesinambungan antara setiap bab dan paragrap
e. Taipskrip tidak bertentangan dengan undang-undang, moral dan
agama
f. Penguasaan bahasa, keselarasan istilah dan ejaan
g. Bahan awalan, teks dan akhir hendaklah lengkap mengikuti
halaman kandungan.
h. Petikan bahan dari karya lain telah mendapat keizinan
2. Penyuntingan Copy
Tujuan penyuntingan kopi adalah untuk menghapuskan semua
halangan yang wujud antara pembaca dengan apa yang hendak
disampaikan oleh penulis. Penyuntingan kopi memerlukan perhatian yang
teliti terhadap setiap butiran di dalam taipskrip.
Editor perlu berpengetahuan tentang apa yang patut disunting dan
gaya yang patut diikuti di samping mempunyai kebolehan untuk membuat
keputusan dengan cepat, logic, dan boleh dipertahankan. Semasa membuat
suntingan kopi, editor akan membaca taipskrip dengan teliti, yaitu
membaca kata demi kata, ayat demi ayat, baris demi baris dan kadang-
kadang melihat huruf demi huruf. Kebanyakan dari masa penyuntingan
20. itu, editor akan berurusan dengan hal penyusunan, bahasa dan
kebolehbacaan taipskrip itu.
Tahapan dalam penyuntingan kopi :
a. Membuat penyuntingan baris demi baris
b. Memberi tumpuan khusus kepada fakta dan bahasa
c. Memastikan keselarasan ejaan, istilah dan gaya bahasa
d. Memastikan ketepatan dan keselarasan ilustrasi dan bahan lain
dalam teks tersebut.
Berikut ialah hal-hal yang perlu diteliti semasa penyuntingan kopi :
1. Fakta, pastikan semua butiran dalam teks betul. Editor perlu
menyimak dengan teliti untuk memastikan ketepatan. Kadang-
kadang kesilapan fakta boleh berlaku semasa teks ditaip.
Contohnya, papan lapis menjadi papan lapik dan tidak mahal
harganya menjadi mahal harganya. Selain itu ada sesetebgah
pernyataan yang tidak tepat dan berunsur negative sehingga boleh
membawa kepada tindakan undang-undang.
2. Bahasa, bahasa yang dimaksud mencakup :
1. Diksi ialah pemilihan penggunaak kata-kata. Dalam hal ini editor kopi perlu
memastikan.
2. Kata-kata yang dipilih berkesan dari segi maksud
3. Kata-kata yang dipilih sesuai dengan laras bahasa yang digunakan
C. Kode Etik Penyuntingan Naskah
Dalam penyuntingan naskah, ada rambu-rambu yang perlu
diperhatikan penyunting naskah sebelum mulai menyunting. Dengan
demikian, tidak terjadi persoalan atau masalah dikemudian hari, terutama
dalam kaitannya dengan penulis atau pengarang. Rambu-rambu ini merupakan
pedoman atau pegangan bagi penyunting dalam menyunting naskah. Rambu
21. ini lah yang kita sebut “kode etik penyuntingan naskah”. Adapun kode etik
dalam penyuntingan neskah adalah
1. Penyunting naskah wajib mencari informasi mengenai penulis
naskah sebelum mulai menyunting naskah.
2. Penyunting naskah bukanlah penulis naskah.
3. Penyunting naskah wajib menghormati gaya penulis naskah.
4. Penyunting naskah wajib merahasiakan informasi yang terdapat
dalam naskah yang disuntingnya.
5. Penyunting naskah wajib mengonsultasikan hal-hal yang mungkin
akan diubahnya dalam naskah.
6. Penyunting naskah tidak boleh menghilangkan naskah yang akan,
sedang, atau telah disuntingnya.
3. Indeks Dan Buku ISBN
A. Pengertian Indeks Buku
Indeks buku merupakan salah satu bagian penting yang harus ada
dalam buku. Indeks adalah kata atau istilah penting yang tersusun berdasarkan
abjad yang memberikan informasi mengenai halaman tempat kata atau istilah
ditemukan. Indeks sangat berguna untuk mempermudah mencari keterangan
di dalam buku karena dengan segera akan ditemukan informasi yang kita cari.
Pada umumnya indeks buku diletakkan pada halama akhir buku.
B. Bagian-bagian Indeks Buku
Sebuah indek buku dibangun oleh beberapa bagian, diantaranya yaitu
indeks nama, indeks topik, perincian indeks topik, dan juga nomor halaman
dimana nama atau rincian topik tersebut berada. Itu semua merupakan bagian-
bagian yang membangun indek buku. Untuk lebih jelas bias dilihat dibawah
ini.
1. Indeks nama pengarang
22. Merupakan susunan atau kumpulan nama-nama orang dalam sebuah
indeks.
2. Indek topik (subjek/istilah)
Merupakan kumpulan subjek atau istilah yang disusun berdasarkan abjad
yang istilah tersebut berada dalam buku atau bersangkutan dengan isi
buku tersebut. Dalam sebuah buku geografi, indeks topik yang ada
kaitannta dengan ilmu geografi.
3. Perincian indek topik
Merupakan istilah-istilah atau subjek yang ada kaitannya dengan subjek
yang ada dalam sebuah indeks topik.
4. Nomor halaman
Merupakan bagian indeks buku yang bertuliskan nomor-nomor halaman
dimana sebuah istilah itu berada.
C. International Standard Book Number (ISBN)
ISBN adalah pengindentikasi unik untuk buku-buku yang digunakan
secara komersional. System ISBN diciptakan di Britania Raya pada tahun
1966 oleh seorang pedagang buku dan alat-alat tulis. ISBN mulanya disebut
Standard Book Numbering atau SBN, nama SBN digunakan hingga tahun
1974. System ini diadopsi sebagai standar internasional ISO 2108 tahun 1970.
Pengidentikasi serupa, Internasional Standard Serial Number (ISSN),
digunakan untuk publikasi periodic seperti majalah.
ISBN diperuntukkan bagi penerbitan buku. Nomor ISBN tidak biasa
dipergunakan secara sembarangan, diatur oleh sebuah lembaga internasional
yang berkedudukan di Berlin, Jerman. Untuk memperolehnya bisa
menghubungi perwakilan lembaga ISBN di tiap Negara yang telah ditunjuk
oleh lembaga internasinal ISBN. Perwakilan lembaga internasional ISBN di
Indonesia adalah Perpustakaan Nasional RI sejak ditunjuknya lembaga
23. tersebut menjadi badan nasional ISBN untuk wilayah Negara kesatuan
Republik Indonesia pada tahun 1986.
Penerbit yang ingin mengajukan permohonan ISBN harus memenuhi
beberapa persyaratan, yaitu :
1. Mengisi formulir surat pernyataan untuk penerbit baru yang belum
pernah bergabung dalam keanggotaan ISBN.
2. Menunjukkan bukti legalitas penerbit (akta notaries, surat
keputusan, akta kesepakatan, atau surat-surat resmi yang dapat
dipertanggungjawabkan).
3. Membuat surat permohonan di atas kop surat resmi penerbit atau
badan yang bertanggung jawab.
4. Melampirkan halaman judul, halaman balik halaman judul, daftar
isi, dan kata pengantar.
5. Permohonan dapat disampaikan melalui jasa pos, faksimili, email,
online, atau dating langsung ke Perpustakaan Nasional dan tiak
dikenakan biaya.
ISBN terdiri dari 10 digit nomor dengan urutan penulisan adalah kode
Negara-kode penerbit-kode buku-no identifikasi. Namun mulai Januari
2007 penulisan ISBN mengalami perubahan mengikuti pola EAN,
yaitu 13 digit nomor. Perbedaannya hanya terletak pada digit nomor
pertama ditambah 978. Jadi, penilusan ISBN 13 digit adalah 978- kode
Negara- kode penerbit- kode buku- no identifikasi.
4. Pemasaran Dan Aspek Ekonomi Penerbitan
A. Definisi Pemasaran
Menurut Kotler (2005) pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial di mana masing-masing individu dan kelompok mendapatkan apa
24. yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan
pertukaran produk yang bernilai bagi pihak lain.
Pemasaran merupakan suatu proses yang dipakai oleh suatu
perusahaan atau orang yang melakukan usaha dalam mengenalkan produk
atau usaha yang akan dipasarkan dan untuk mempertahankan suatu
kelangsungan kegiatan perusahaan tersebut dan untuk mendapatkan suatu
keuntungan/laba.
a. Tiga komponen pokok dalam aspek pemasaran
1. Semua proses perencanaan serta aktivitas perusahaan harus memiliki
orientasi pada konsumen sebagai pasar.
2. Tujuan perusahaan adalah membuat produk penjualan yang
menguntungkan bukan sebaliknya penciptaan produk yang hanya
bertujuan untuk kepentingan itu sendiri.
3. Semua aktivitas pemasaran yang dirancang dalam perusahaan harus
selalu terkoordinasi dengan saling berhubungan secara organisasi.
b. Tiga hal penting yang harus diketahui serta di sadari oleh perusahaan
ketika melakukan pemasaran
1. Orientasi pada konsumen
Di dalam konsep pemasaran, orientasi konsumen merupakan
salah satu hal yang menjadi prioritas utama saat menghasilkan sebuah
produk, dimana sebuah produk yang dihasilkan akan membuat
konsumen merasakan kepuasan dalam mendapatkan suatu produk
yang kita keluarkan.
2. Koordinasi serta integrasi dalam perusahaan
Segala bentuk kebutuhan dalam bidang pemasaran, upaya
strategi, pelaksanaan, penganalisaan, pengawasan dan sebagainya yang
25. menyangkut dengan kegiatan pemasaran harus dilakukan secara
tersusun, diatur secara detail dan jelas sehingga akan mempermudah
proses pelaksanaan dan pengawasan.
3. Pencapaian laba melalui kepuasan
Kepuasan konsumen juga merupakan salah satu unsur penting
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan konsep pemasaran.
Manajemen pemasaran yang baik menghendaki adanya hasil kepuasan
konsumen yang maksimal sebagai akibat dari proses marketing yang
berjalan baik. Kepuasan konsumen tidak hanya diukur dari bagaiman
kualitas produk yang dihasilkan, namun juga dari bagaimana cara dan
strategi pemasaran itu dijalankan.
B. Tujuan pemasaran
1. Untuk mendapatkan pelanggan atau konsumen
2. Untuk memperkenalkan produk atau usaha yang dijalani
3. Untuk mendapatkan keuntungan atau laba
4. Untuk bisa bersaing dengan perusahaan lain
5. Untuk meningkatkan pelanggan atau konsumen
Penerbitan juga di artikan sebagai semua benda tercetak berisi tulisan atau
karangan, kumpulan foto atau reproduksi karya-karya gambar lainnya yang
mempunyai nilai berita, penerangan ilmu pengetahuan atau hiburan. Penerbitan juga
dikenal dengan istilah publikasi yaitu media tercetak buku, brosur, pamflet, poster,
majalah, dan surat kabar.
Jenis-jenis pekerjaan di industri penerbitan buku, yaitu:
1. Sekertaris
2. Keuangan
26. 3. Personalia
4. pemasaran/marketing
5. produksi
6. Distribusi
C. Penerbitan di bagi dalam 2 jenis, yaitu:
1. penerbitan khusus
adalah bentuk perbitan dapat diselenggarakan secara tetap dan tidak tetap.
2. penerbitan Pers
adalah media tercetak bersifat umum yang teratur waktu terbitnya, setiap
hari atau minggu, secara tengah-bulanan, berisi berita, ulasan, berbagai
macam karangan dan gambar
D. Kriteria Naskah Layak Terbit
1. Aspek Editorial
a. Ide dan topik naskah sesuai dengan kebutuhan dan tren masyarakat
terkini atau mengandung ide-ide segar
b. sistematika penyajian naskah berurut, mudah dipahami, dan tuntas.
c. Keapikan penggunaan dan penyajian tata bahasa sesuai dengan
pembaca sasaran
d. Kedalaman pembahasan (disesuaikan dengan pembaca sasaran) dan
lain-lain.
2. Aspek Pemasaran
a. Target pasar atau pembaca sasaran luas dan terarah
b. Ditulis oleh penulis yang memiliki kompeten dan ahli di bidangnya.
c. Topik sedang hangat, dibutuhkan ataupun diinginkan oleh sebagian
besar masyarakat.
27. d. Biaya produksi relatif ekonomis dan menghasilkan harga yang
bersaing
e. Dapat diterbitkan saat momentum yang tepat.
f. Life Time Period, atau potensi rentang waktu penjualan dapat bertahan
lama.
g. Ada potensi best seller
3. Aspek Keamanan
a. Keamanan naskah dari pelanggaran hak cipta orang lain atau plagiat.
b. Kebebasan naskah dari unsur SARA, pornografi, terorisme, fitnah dan
penghinaan terhadap orang lain.
c. Kebebasan naskah dari unsur konflik dengan pihak ketiga, kontroversi
berbahaya, dan terganggunya stabilitas keamanan nasional
4. Aspek Produksi
a. Kemudahan dan kehematan proses produksi
b. Tiras Produksi
c. Harga pokok produksi
d. Spesifikasi tekhnis produksi
E. Usaha Penerbitan Buku
Umumnya penerbit memberlakukan harga jual buku sebesar empat
kali atau lima kali dari ongkos cetak. Kalau biaya cetaknya nya adalah 4.000.
per buku maka harga jualnya 16 ribu atau 20.000 perbuku. Sedangkan
perhitungannya adalah sebagai berikut:
20 % untuk ongkos cetak
10 % untuk royalti penulis/fee penerjemah, setting, edit, dan cover
28. 5 % untuk transportasi
5 % untuk promosi/lain-lain
10 % untuk keuntungan penerbit
50 % untuk rabat distributor/toko buku.
Perhitungan ini tidak mesti kaku seperti di atas, semuanya tergantung
dari penerbit. Misalnya jika buku diterbitkan secara self publishing, yaitu
ditulis sendiri, disetting sendiri, dan dibuatkan cover sendiri, maka uang yang
ada bisa dialokasikan ke promosi. Begitu pula dengan rabat yang diberikan
kepada distributor tergantung dari daya tawar penerbit. Bagi penerbit baru,
biasanya diminta oleh distributor tunggal sebesar 55 %, ada juga yang 45
% atau 50 %. Sedangkan penerbit yang mapan, biasaya “pelit” dalam
memberi rabat ke toko buku, angkanya sekitar 30 % sampai 40 % yang
diberikan ke toko buku. Dengan demikian, semakin besar nama penerbit,
maka semakin bagus daya tawarnya sehingga semakin besar pula keuntungan
yang didapatkan.
29. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerbitan buku di Indonesia sepanjang tahun tidak beranjak dari
tahun sebelumnya, tetap lesu dan suram. Penerbit sulit berkembang karena
terbebani tingginya biaya produksi dan distribusi, lemahnya daya beli
masyarakat, serta tidak adanya dukungan pemerintah. Sejumlah penerbit
mengatakan rata-rata produksi buku dan angka penjualan buku terus menurun.
Sementara biaya produksi justru maik tajam karena harga kertas
membumbung tinggi dan ongkos distribusi mengalami kenaikan. Beban biaya
terbesar lainnya adalah tingginya harga kertas dan pajak kertas yang mencapai
15 % dari harga produksi buku. Disisi lain, belum ada berpihakan pemerintah
untuk pembukuan di luar buku-buku pelajaran.
B. Saran
Sebaiknya ada perhatian khusus dari pemerintah agar penrbitan buku
di Indonesia dapat meningkat. Pemerintah bisa menurunkan harga distribusi
buku agar percetakan buku bisa kembali normal. Karena tidak hanya penerbit
besar yang menerbitka buku, jika biaya distribusi mahal, penerbit kecil akan
sulit menembus tata niaga perbukuan. Selain itu jaringan distributor buku
akan enggan mengantar sampai ke daerah terpencil, sehingga pembagian buku
tidak akan merata.