membahas mengenai perekonomian pada era pemerintahan kabinet SBY-Budiono pada tahun 2009-2014, melihat kebijakan pemerintah menanggapi terjadinya krisis keuangan global yang berdampak pada perlambatan perekonomian negara-negara di dunia
2. Disusun Oleh :
1. Dewi Rahayuningsih 5553141573
2. Prima Rahmanda 5553140561
3. Ahmad Gofur 5553140784
4. Octa Greeyvani S 5553150058
ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
VI A
KELOMPOK 7
MATA KULIAH : PEREKONOMIAN INDONESIA
12. Kebijakan Fiskal
• memelihara dan atau meningkatkan daya
beli masyarakat
• menjaga daya tahan perusahaan/sektor
usaha dalam menghadapi krisis global
• menciptakan kesempatan kerja dan
menyerap dampak pemutusan hubungan
kerja melalui kebijakan pembangunan
infrastruktur padat karya
15. Program Pemerintah pada Masa SBY-
Budiono
• Bidang Pendidikan
• Bidang Kesehatan
• Bidang Penanggulangan Kemiskinan
• Penciptaan lapangan kerja
• Pembangunan Infrastruktur Dasar
• Ketahanan Pangan
• Ketahanan dan Kemandirian Energi
• Pembangunan Inklusif dan berkeadilan
16. Bidang Pendidikan
• Pemanfaatan alokasi anggaran
minimal 20% dari APBN
• Upaya perbaikan penghasilan
guru, dosen dan peneliti
• Program beasiswa, Program
Keluarga Harapan, Bantuan tunai
19. Penciptaan Lapangan Kerja
• Perbaikan iklim investasi
• Pembangunan infrastruktur fisik
• Peningkatan ekonomi kreatif
• Pembangunan kawasan ekonomi
khusus
21. Ketahanan Pangan
• Infrastruktur Pertanian
• Informasi transparan tentang harga
• Perbaikan sistem distribusi dan logistik
• Penyediaan subsidi pupuk
23. pembangunan inklusif berkeadilan
• Perluasan kredit untuk UMKM
• Mengurangi kesenjangan antar
daerah
• Percepatan pembangunan
daerah-daerah tertinggal
Pada masa awal pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu jilid ll Indonesia di hadapkan pada krisis global yang melanda dunia, dimana krisis ini di awali dengan adanya subprime mortgage di Amerika Serikat. Subprime mortgage merupakan kredit perumahan di Amerika Serikat yang diberikan kepada debitur yang memilik sejarah kredit yang buruk ataupun belum memiliki sejarah kredit. Yang kemudian subprime mortgage ini dikemas dalam berbagai sekuritas kemudian di perdagangkan di pasar finansial. Krisis ini merupakan krisis finansial terburuk terburuk dalam 80 tahun terakhir, bahkan para ekonom dunia menyebut krisis ini sebagai The mother of all crises, yang kemudian krisis subprime mortgage berimbas pada krisis global yang menyebabkan perlambatan ekonomi global.
Akibat adanya krisis keuangan global pada tahun 2008 yang dimulai dari tahun 2007, pertumbuhan ekonomi dunia mengalami penurunan bahkan menyentuh angka minus. Krisis ini tidak hanya berimbas pada negara maju saja, namun juga dirasakan oleh negara berkembang meski dampak signifikan lebih dirasakan oleh negara-negara maju. Akibatnya pada kuartal I tahun 2009 negara-negara di dunia menyentuh titik pertumbuhan ekonomi terendahnya, yaitu pada negara maju hampir mencapai minus 10 meski kemurian di kuartal II negara-negara di dunia kembali mengalami kenaikan yang signifikan.
Tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi, krisis global 2008 juga berdampak pada penurunan harga minyak Internasional yaitu pada akhir tahun 2008 harga minyak dunia menyentuh angka terendah yaitu $25
Krisis keuangan global juga menyebabkan penurunan indeks harga komoditas baik komoditas Non energi maupun energi, meski penurunannya dirasakan lebih tinggi pda komoditas energi karena harga minyak dunia yang anjlok. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan negara-negara eksportir
Krisis keuangan Global menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi negara di seluruh Indonesia, tidak terkecuali Indonesia. Di Indonesia sendiri pada tahun 2009 merupakan awal pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono jilid II, yang diawal pemerintahannya langsung dihadapkan pada permasalahan tentang perlambatan ekonomi global. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 1,4%, namun hal ini di rasa cukup baik mengingat pertumbuhan ekonomi dunia mengalami penurunan hingga ke angka negatif sedang Indonesia masih berada pada posisi 4,6 %. Dan apabila dibandingkan dengan era reformasi dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 3,6% maka penurunan persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 dirasa masih lebih baik. Dan seiring dengan perbaikan ekonomi global di Indonesia juga mengalami perbaikan ekonomi yang meningkatkan kembali pertumbuhan ekonomi menjadi 6,2%.
Untuk menahan laju penurunan ekonomi yang diakibatkan krisis keuangan global, pemerintahan pada era SBY-Budiono menerapkan berbagai kebijakan diantaranya yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
, pada tahun 2009 Bank Indonesia menurunkan BI Rate dengan besaran yang berbeda dalam tiga episode, dengan mempertimbangkan secara menyeluruh berbagai kondisi terkini dan prospek perekonomian ke depan. Pada episode pertama, yaitu Januari-Maret 2009 penurunan BI Rate dilakukan cukup agresif sebesar 50 bps setiap bulan sehingga pada Maret 2009 tercatat pada level 7,75%. Respons penurunan BI Rate yang agresif itu ditempuh dengan mempertimbangkan tekanan pada sistem keuangan yang masih tinggi dan tren perlambatan pertumbuhan ekonomi yang masih berlanjut, sedangkan tekanan inflasi ke depan diperkirakan masih belum kuat. Pada episode kedua, yaitu April-Agustus 2009 penurunan BI Rate ditetapkan lebih kecil menjadi 25 bps per bulan hingga mencapai 6,50% pada Agustus 2009. Arah kebijakan tersebut ditempuh setelah mempertimbangkan intensitas tekanan pada sistem keuangan yang mulai menurun dan tekanan inflasi yang tetap belum kuat, sementara akselerasi pertumbuhan ekonomi belum cepat. Pada episode ketiga, yaitu September-Desember 2009 BI Rate dipertahankan di level 6,50%. Di tengah kondisi stabilitas sistem keuangan yang telah stabil, level BI Rate sebesar 6,50% cukup konsisten dengan upaya pencapaian sasaran inflasi tahun 2010-2011, namun tetap memberikan ruang gerak bagi upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.