TEMA KEBIJAKAN FISKAL 2020
1. INFRASTRUKTUR, Infrastruktur yang layak menjadi penyokong mobilitas dan mendorong pembangunan
2. TEKNOLOGI, Pengayaan inovasi dan teknologi berperan dalam menjawab tantangan industri ke depan
3. TATA RUANG WILAYAH, Pengelolaan tata ruang yang baik dan didukung oleh sistem yang integratif
4. KUALITAS SDM, Penguatan SDM melalui pendidikan dan riset, program kesehatan, dan perlindungan sosial
5. BIROKRASI PEMERINTAH, Perbaikan kualitas pelayanan dan efisiensi proses bisnis diperlukan
6. SUMBER DAYA EKONOMI DAN KEUANGAN, APBN sehat menjadi kunci kesuksesan target 2045
TEMA KEBIJAKAN FISKAL 2020
1. INFRASTRUKTUR, Infrastruktur yang layak menjadi penyokong mobilitas dan mendorong pembangunan
2. TEKNOLOGI, Pengayaan inovasi dan teknologi berperan dalam menjawab tantangan industri ke depan
3. TATA RUANG WILAYAH, Pengelolaan tata ruang yang baik dan didukung oleh sistem yang integratif
4. KUALITAS SDM, Penguatan SDM melalui pendidikan dan riset, program kesehatan, dan perlindungan sosial
5. BIROKRASI PEMERINTAH, Perbaikan kualitas pelayanan dan efisiensi proses bisnis diperlukan
6. SUMBER DAYA EKONOMI DAN KEUANGAN, APBN sehat menjadi kunci kesuksesan target 2045
Paparan menteri ppn/kepala bappenas - sosialisasi visi indonesia 2045Ridho Fitrah Hyzkia
Sosialisasi Pemaparan Visi Indonesia 2045
oleh Menteri PPN/ Kepala Bappenas Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro. Selasa, 8 Januari 2019
Ballroom - Hotel Fairmont Jakarta
Paparan menteri ppn/kepala bappenas - sosialisasi visi indonesia 2045Ridho Fitrah Hyzkia
Sosialisasi Pemaparan Visi Indonesia 2045
oleh Menteri PPN/ Kepala Bappenas Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro. Selasa, 8 Januari 2019
Ballroom - Hotel Fairmont Jakarta
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
1. DRAFT RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMN 2020-2024
Sektor Energi dan Ketenagalistrikan
Direktorat Energi, Telekomunikasi dan Informatika
17 Oktober 2019
2. DISCLAIMER
2
Seluruh Data dan Informasi yang digunakan dalam presentasi
ini tidak untuk dikutip dan dipublikasikan lebih lanjut,
namun akan menjadi dasar dalam perencanaan sektor energi
dan ketenagalistrikan pada RPJMN 2020-2024
5. REPUBLIK
INDONESIA
INFRASTRUKTUR MASIH TERBATAS
Peringkat kinerja infrastruktur logistik
Sumber: Logistic Performance Index, World Bank (2018)
40 47 67
41
20
42.5%
4,210.2
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
-
20
40
60
80
100
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
as % of GDP Capital Stock
Berdasarkan Persentase PDB (LHS) dan Rp triliun (RHS)
Indonesia
UK
43%
57%
76%
87%
Sumber: World Bank (2015), Mckinsey Global Institute Report (2013)
Sumber: Prospera
Canada
India
USA
Germany
Spain Poland
China
South
Africa
Italy
58% 58%
64%
71% 73%
80% 82%
Triliun
Rp.
Persen
(%)
laju penurunan melambat, meningkat secara nominal
PENURUNAN STOK INFRASTRUKTUR TERHADAP
PDB
43% vs rata-rata 70%
STOK INFRASTRUKTUR DI BAWAH RATA-RATA
INTERNASIONAL
Biaya logistik (persentase terhadap PDB)
BIAYA LOGISTIK MASIH TINGGI
KINERJA INFRASTRUKTUR LOGISTIK MASIH RENDAH
54
China Malaysia Thailand Vietnam Indonesia Filippina
8% 8% 9% 9%
13% 13% 13% 14% 15%
20%
24%
5
6. Pencapaian Pembangunan 2018 (Evaluasi)
6
Diversifikasi Pembangkitan
Rasio
Elektrifikasi
Susut Jaringan PT PLN
RE Nasional
98,3%
2018
53
55
60
61
62.6
2018
2014
Konsumsi Listrik
1.064
2018
1.012
2017
956
2016
918
2015
kWh/kapita
Kapasitas Pembangkit (GW)
Penjualan Listrik (GWh)
267.453,99
2017
247.416,06
232.520,00
2016
2015 Δ5,1%
Δ6,4%
Δ8,1%
SAIDI PT PLN
terbesar: 73,9 jam/
pelanggan (Wilayah Sumsel,
Jambi Bengkulu)
Subsidi Listrik RT
Plg 2016 Plg 2018
450 VA (jt plg) 23,17 23,43
900 VA (jt plg) 23,13 6,31
900 VA RTM (jt plg) - 21,0
Subsidi (Rp. T) 45,74 48,10
Emisi CO2 2018 di pembangkitan PT
PLN: 217,5 juta ton
281.976,21
2018 Δ6,4%
Getting Electricity Competitiveness Trilemma
Posisi Global
RE Susut 61-82-57
Pelayanan
(terdapat indikator SAIDI)
• Rata-rata nasional: 15,97
• Rata-rata Jawa: 9,46
• Rata-rata Luar Jawa: 26,36
• Smt 1 2019: 65,80 GW
• 2014-2019 bertambah 12,8 GW
• Smt 1 2019: 98,81%
• Terdapat 721.008 RT tidak
mampu melakukan koneksi
• Smt 1 2019: 1.071
• 2015-2019 bertambah 153 kWh
* Sesuai konsumsi listrik dari Statistik DJK
Rata-rata pertumbuhan 6,3%
Jumlah Rumah Tangga Miskin 2019 sesuai Basis Data Terpadu: 27,31 jt
7. REPUBLIK
INDONESIA
7
Infrastruktur:
Kurang memadai, utamanya konektivitas
Sumber Daya Manusia adalah kendala mengikat bagi
pertumbuhan ekonomi jangka menengah-panjang
Fiskal:
Rendahnya penerimaan perpajakan
The Most Binding Constraint
Binding Constraint
Bukan Binding Constraint
Future Binding Constraint
Regulasi dan Institusi adalah kendala
mengikat bagi pertumbuhan ekonomi
• Regulasi tidak mendukung penciptaan dan
pengembangan bisnis, bahkan cenderung membatasi,
khususnya pada regulasi:
- Tenaga kerja
- Investasi
- Perdagangan
• Kualitas institusi rendah
- Korupsi tinggi dan birokrasi tidak efisien
- Lemahnya koordinasi antarkebijakan
Penghambat Utama Ekonomi Tumbuh Tinggi
(Jika tidak diatasi saat ini, akan menghalangi Indonesia untuk bersaing di era
digital dan beralih ke manufaktur berteknologi tinggi)
Penghambat Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia (Ilustrasi
Gentong Air)
*Studi Growth Diagnostics, Bappenas 2018
7
8. REPUBLIK
INDONESIA
8
ISU ENERGI DAN KETENAGALISTRIKAN 2018
Subsidi listrik dan energi masih belum tepat
sasaran
Pembangkit listrik berbasis fosil sebesar 87,68%
sedangkan porsi EBT masih terbatas
Konsumsi listrik perkapita 1.064 kWh, sedangkan
Malaysia 4.000 kWh
75% LPG dan 40,50% BBM masih impor
Rumah tangga yang menggunakan kayu bakar
untuk memasak masih besar (21,57%)
Masih rendahnya pemanfaatan gas bumi dalam
negeri (49%)
Cadangan operasional BBM baru 20 hari, standar
negara maju 3-6 bulan
Durasi pemadaman listrik terbesar 84 jam/plg
HIGHLIGHT ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 2020-2024
9. 2. TEMA DAN AGENDA PEMBANGUNAN RPJMN 2020-2024
9
11. 11
Arahan RPJPN 2005-2025 untuk RPJMN 2020-2024 (Tahap IV)
Sasaran Pokok Pembangunan Jangka
Panjang Nasional diupayakan secara
bertahap melalui RPJMN lima tahunan
sebagai berikut:
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju,
adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya
struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang
didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing
Memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang
dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia
berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat
Memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan
menekankan upaya peningkatan kualitas SDM termasuk
pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya
saing perekonomian
Menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang yang
ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, yang adil
dan demokratis dan yang tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat
Visi Pembangunan 2005-2025
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU,
ADIL DAN MAKMUR
I
II
III
IV RPJMN 2020 - 2024
RPJMN 2015 - 2019
RPJMN 2010 - 2014
RPJMN 2005 - 2009
TIGA KATA KUNCI:
a. Struktur Perekonomian yang Kokoh
b. Keunggulan Kompetitif Wilayah
c. SDM Berkualitas
12. 12
Pengantar - Kerangka Pembangunan Infrastruktur 2020-2024
Infrastruktur Ekonomi Infrastruktur Perkotaan
Konektivitas Sektor Ekonomi
Tol Laut Antarmoda
Pengembangan Wilayah /
Pusat pertumbuhan
Pengembangan Wilayah /
Pusat pertumbuhan
TOL LAUT
Kawasan
Terbangun
KTI / Daerah
Tertinggal
Area
Pelabuhan
Area
Pelabuhan
Pertanian-
Perkebunan-
Kelautan Perikanan
Industri
Pengolahan
Jasa dan
Pariwisata
Pembangunan Energi dan Ketenagalistrikan
Waduk Multipurpose dan Modernisasi Irigasi
Aksesibilitas Daerah Tertinggal
+
ICT untuk Transformasi Digital
Energi Berkelanjutan
untuk Perkotaan
Pembangunan
Transportasi Perkotaan
Infrastruktur
Pelayanan Dasar
Penyediaan Akses Perumahan
dan Permukiman Layak, Aman,
dan Terjangkau
Keselamatan dan Keamanan
Transportasi
Ketahanan Kebencanaan
Infrastruktur
Pengelolaan Air Tanah dan
Air Baku Aman
Berkelanjutan
Infrastruktur dan
Ekosistem ICT Perkotaan
Akses Air Minum dan
Sanitasi (Air Limbah dan
Sampah) Perkotaan
Akses Perumahan dan
Permukiman Layak, Aman,
dan Terjangkau di Perkotaan
Penyediaan Akses Air Minum
dan Sanitasi (Air Limbah dan
Sampah) Layak dan Aman
Pengarusutamaan
Kesetaraan Gender
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Pembangunan Berkelanjutan
Modal dan Sosial Budaya
Transformasi Digital
Ketahanan Bencana
13. 13
Koridor Perencanaan Pembangunan
Struktur Industri Listrik
(Single Buyer)
IPP Kit
IPP
T/SO
Distribusi
Konsumen
PT PLN
H.I.T.S
Makro
Funding &
Financing
Regional
Sektor
Paradigma Perencanaan
Pembangunan Nasional
Alokasi prioritas
Integrasi sumber
pendanaan
Disparitas antar
wilayah
Dukungan sasaran
makro
Arahan Sektor
Proses: Teknokratis, top-down, bottom-up, partisipatif, dan
politis
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), RPJP, Visi 2045
Tantangan global: dekarbonasi, desentralisasi, digitalisasi
UU 30/2009 -- BUMN (PT PLN) tidak hanya menjadi
the first but also the last resort.
14. REPUBLIK
INDONESIA
TEMA DAN AGENDA PEMBANGUNAN RPJMN 2020-2024
Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk
Pertumbuhan yang Berkualitas
Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi
Kesenjangan
Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang
Berkualitas dan Berdaya Saing
Revolusi Mental dan Pembangunan
Kebudayaan
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan
Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim
Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan
Transformasi Pelayanan Publik
Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung
Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar
TEMA:
“INDONESIA BERPENGHASILAN MENENGAH – TINGGI YANG SEJAHTERA, ADIL DAN
BERKESINAMBUNGAN”
7 AGENDA PEMBANGUNAN:
14
17. 17
Sasaran Pembangunan Nasional
Tingkat Kemiskinan
Pertumbuhan
Ekonomi
5,4%-6,0%
9,82% 6,5-7,0%
Pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan makro ekonomi tersebut
tergantung dari efektivitas perbaikan
kebijakan lintas sektor (kebijakan reformasi
struktural)
Tingkat Pengangguran
Terbuka
5,34% 4,0-4,6%
Ketimpangan/
Gini Ratio
0,389 0.370-0,374 71,38 75,35
Target-target Pembangunan Tahun 2024
(2018) (2024)
(Maret 2018) (2024) (Agustus 2018) (2024)
(Maret 2018) (2024)
2,99 juta 2,7-3,0 juta
(Agustus 2018) (2024)
Penciptaan
Kesempatan Kerja
IPM
(2024)
5,3%
(2018) (2024)
3,2%
(2018)
Inflasi
3,0%
… pertumbuhan ekonomi stabil, harga-harga terkendali serta angka pengangguran, kemiskinan dan ketimpangan menurun …
18. REPUBLIK
INDONESIA
KERANGKA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 2020-2024
Infrastruktur Ekonomi Infrastruktur Perkotaan
Konektivitas Sektor Ekonomi
Tol Laut Antarmoda
Pengembangan Wilayah /
Pusat pertumbuhan
Pengembangan Wilayah /
Pusat pertumbuhan
TOL LAUT
Kawasan
Terbangun
KTI / Daerah
Tertinggal
Area
Pelabuhan
Area
Pelabuhan
Pertanian-
Perkebunan-
Kelautan Perikanan
Industri
Pengolahan
Jasa dan
Pariwisata
Pembangunan Energi dan Ketenagalistrikan
Waduk Multipurpose dan Modernisasi Irigasi
Aksesibilitas Daerah Tertinggal
+
ICT untuk Transformasi Digital
Energi Berkelanjutan
untuk Perkotaan
Pembangunan
Transportasi Perkotaan
Infrastruktur
Pelayanan Dasar
Penyediaan Akses Perumahan
dan Permukiman Layak, Aman,
dan Terjangkau
Keselamatan dan Keamanan
Transportasi
Ketahanan Kebencanaan
Infrastruktur
Pengelolaan Air Tanah dan
Air Baku Aman
Berkelanjutan
Infrastruktur dan
Ekosistem ICT Perkotaan
Akses Air Minum dan
Sanitasi (Air Limbah dan
Sampah) Perkotaan
Akses Perumahan dan
Permukiman Layak, Aman,
dan Terjangkau di Perkotaan
Penyediaan Akses Air Minum
dan Sanitasi (Air Limbah dan
Sampah) Layak dan Aman
Pengarusutamaan
Kesetaraan Gender
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Pembangunan Berkelanjutan
Modal dan Sosial Budaya
Transformasi Digital
Ketahanan Bencana
18
19. REPUBLIK
INDONESIA
SASARAN UTAMA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 2020-2024
TRANSFORMASI DIGITAL
3 START UP
UNICORN BARU
ANALOG SWITCH OFF
100% SIARAN DIGITAL
CAKUPAN JARINGAN
SERAT OPTIK
75% KECAMATAN
KECEPATAN INTERNET
FIXED 25 Mbps
MOBILE 20 Mbps
ICT DEVELOPMENT
INDEX 5,0 - 5,3
ENERGI DAN KETENAGALISTRIKAN
INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
ANGKUTAN UMUM MASSAL
6 KOTA METROPOLITAN
HUNIAN DENGAN AKSES
SAMPAH TERKELOLA BAIK
80 % PENANGANAN
20 % PENGURANGAN
INFRASTRUKTUR EKONOMI
KERETA CEPAT JAKARTA-SURABAYA DAN
JAKARTA-BANDUNG
KERETA BARANG MAKASSAR - PAREPARE
STANDARISASI KINERJA DAN
PENGELOLAAN PELABUHAN
TERPADU 7 PELABUHAN HUB
ON TIME PERFORMANCE (OTP): 95%
BANDARA BARU 25
PENGEMBANGAN RUTE JEMBATAN
UDARA 30 RUTE BARU
RUTE PELAYARAN MEMBENTUK
LOOP 27%
SAMBUNGAN RUMAH DENGAN AKSES AIR
MINUM LAYAK PERPIPAAN 24,45 JUTA
RUMAH TANGGA MENEMPATI HUNIAN
LAYAK 52,78 %
HUNIAN DENGAN AKSES AIR MINUM
LAYAK DAN AMAN 75,34 %
HUNIAN DENGAN AKSES SANITASI LAYAK
90 %, TERMASUK AKSES AMAN 20 %
TAMBAHAN AIR BAKU INDUSTRI &
DOMESTIK 90 m3/detik
JARINGAN IRIGASI BARU
500 RIBU HA
BENDUNGAN MULTIGUNA BARU
58 UNIT
EFISIENSI PENGGUNAAN AIR RP 74
RIBU/M3
JARINGAN GAS KOTA
2,5 JUTA SAMBUNGAN
RUMAH BARU
KONSUMSI LISTRIK PER KAPITA
NASIONAL
1.500 kWh *)
EMISI CO2 DI PEMBANGKITAN
323,9 JUTA TON *)
INFRASTRUKTUR PELAYANAN DASAR
PENURUNAN WAKTU TEMPUH JALAN
UTAMA PULAU 2,2 jam/100 km
JALAN TOL BARU: 2.000 km
JALAN NASIONAL BARU: 2.500 km
KONDISI MANTAP JALAN NASIONAL: 98%
WAKTU TANGGAP PENCARIAN
DAN PERTOLONGAN 30 MENIT
19
RASIO FATALITAS KECELAKAAN JALAN
1,37/10 ribu kendaraan
20. 20
Dari Makro ke Mikro – Sasaran dan Indikator Utama 1 (Listrik per kapita)
5,4 - 6,0
Listrik:
4,4 – 4,8
Proyeksi pertumbuhan ekonomi
Draft RPJMN
Exercise (sangat sementara) Rendah Tinggi
Pertumbuhan Penjualan Listrik (%), avg. 2020-2024 5,2 5,7
Perkiraan Kebutuhan Listrik (TWh), 2024 382,0 392,4
Perkiraan target Konsumsi Listrik per Kapita di 2024:
~ 1.300 kWh*
-
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Pertumbuhan Penjualan Tenaga Listrik Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Sektor Listrik
… Angka exercise sangat sementara…
Pertumbuhan
Ekonomi
* Penjualan listrik nasional (KESDM) = 281.976 GWh di 2018
* 1350 – 1390 kWh
Konsumsi listrik per kapita 1.160-1200 kWh (berbasis PT PLN)
Perkiraan kebutuhan pembangkit (GW), 2024 84,1 86,4
Perkiraan tambahan pembangkit (GW), 2024 19,2 21,5
21. 21
Arah Kebijakan dan Strategi: Energi dan Ketenagalistrikan
Arah Kebijakan
Strategi
Diversifikasi energi dan ketenagalistrikan
untuk pemenuhan kebutuhan
a. Pemanfaatan EBT;
b. Pengembangan mini/micro grid berbasis energi bersih;
c. Pengembangan energy storage system
d. Pemanfaatan energi surya atap (solar rooftop) untuk rumah tangga beserta
pengembangan industri sel surya dalam negeri
Peningkatan efisiensi pemanfaatan energi
dan tenaga listrik
a. Pengembangan Energy Service Company (ESCO);
b. Memperluas, merehabilitasi dan peningkatan kapasitas sistem transmisi dan distribusi;
c. Pengembangan sistem manajemen informasi dan kontrol data;
d. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi smart grid
e. Pemanfaatan teknologi yang lebih efisien dan rendah emisi (high efficiency and low emission/HELE)
Penguatan dan perluasan pelayanan pasokan
energi dan tenaga listrik
a. Pemenuhantenaga listrik di kawasan-kawasan prioritas;
b. Penyediaan bantuan pasang baru listrik untuk rumah tangga tidak mampu;
c. Dukungan penyediaan energi primer (gas dan batubara) untuk listrik;
d. Peningkatan kapasitas kilang minyak dalam negeri;
e. Peningkatan infrastruktur gas bumi;
f. Pengembangan cadangan penyangga/operasional BBM dan LPG;
g. Pemanfaatan jaringan gas perkotaan, LPG, dan kompor bersih berbasis listrik;
h. Peningkatan kemampuan rekayasa enjiniring nasional untuk pembangkit listrik dan
sarana prasarana gas/minyak yang didukung industri dalam negeri;
i. Perluasan penyaluran BBM satu harga;
j. Pengembangan infrastruktur pendukung kendaraan listrik.
Untuk pemenuhan akses dan pasokan energi dan tenaga listrik merata, handal, efisien, dan berkelanjutan
22. 22
Arah Kebijakan dan Strategi: Pembangunan Ketenagalistrikan (3/3)
Arah Kebijakan
Peningkatan tata kelola energi dan
ketenagalistrikan
a. Peningkatan tugas dan fungsi kelembagaan
b. Penguatan independensi operator sistem transmisi;
c. Mendorong kebijakan harga/tarif energi dan penerapannya sehingga
mencapai harga keekonomian secara bertahap;
d. Mereviu kebijakan harga EBT berbasis biaya pokok penyediaan (BPP)
pembangkitan
Strategi
Pengembangan kebijakan pendanaan dan
pembiayaan
a. Pengembangan subsidi tepat sasaran melalui subsidi langsung dan realokasi
belanja;
b. Penerapan penyesuaian tarif dan/atau dukungan pemerintah untuk
peningkatan finansial PT PLN;
c. Penerapan kembali automatic tariff adjustment;
d. Memanfaatkan pembiayaan murah, alternatif instrumen dan leverage asset;
e. Pengembangan skema pendanaan yang cocok dan berkesinambungan.
23. REPUBLIK
INDONESIA
23
PP 1: Infrastruktur
Pelayanan Dasar
PP 2: Penguatan
Konektivitas
PP 3: Infrastruktur
Perkotaan
PP 4: Energi dan
Ketenagalistrikan
PP 5: Transformasi
Digital
PN 5: MEMPERKUAT INFRASTRUKTUR UNTUK MENDUKUNG
PENGEMBANGAN EKONOMI DAN PELAYANAN DASAR
KP 1: Penyediaan akses
perumahan dan
permukiman layak,
aman dan terjangkau
KP 4: Keselamatan dan
Keamanan Transportasi
KP 5: Ketahanan
Kebencanaan
Infrastruktur
KP 6: Waduk
Multipurpose dan
Modernisasi Irigasi
KP 1: Sistem Angkutan
Masal Umum
Perkotaan
KP 2 Akses Energi dan
Ketenagalistrikan
KP 3: Pasokan Energi
dan Tenaga Listrik
KP 1: Energi dan
Tenaga Listrik
Berkelanjutan
KP 1: Penuntasan
Infrastruktur TIK
KP 2: Pemanfaatan
Infrastruktur TIK
KP 3: Fasilitas
Pendukung
Transformasi Digital
KP 2: Penyediaan Akses
Air Minum dan Sanitasi
(Air Limbah dan Sampah)
KP 3: Energi dan
Ketenagalistrikan
Perkotaan
KP 4: Infrastruktur dan
Ekosistem ICT
Perkotaan
KP 6: Penyediaan Akses
Perumahan dan
Permukiman Perkotaan
KP 5: Akses Air
Minum dan Sanitasi
Perkotaan
KP 3: Pengelolaan Air
Tanah dan Air Baku
Berkelanjutan
KP 1: Konektivitas
Transportasi Jalan
KP 2: Konektivitas
Transportasi Kereta Api
KP 3: Konektivitas
Transportasi Laut
KP 4: Konektivitas
Transportasi Udara
KP 5: Konektivitas
Transportasi Darat dan
Antarmoda
KP 2: Infrastruktur
Jalan Perkotaan
23
PROGRAM PRIORITAS (PP) DAN KEGIATAN PRIORITAS (KP)
24. REPUBLIK
INDONESIA
MAJOR PROJECTS INFRASTRUKTUR 2020-2024
Penyediaan
100.000 Unit
Hunian Layak
Peningkatan Akses
Sanitasi (air limbah)
Layak dan Aman
Pembangunan 10
Juta Sambungan
Rumah dengan
Akses Air Minum
Layak dan Aman
Pengelolaan
Citarum Harum
Pengelolaan Terpadu
Pesisir Pantai Utara
Pulau Jawa:
Pembangunan KA
Angkutan Barang:
KA Sulawesi
Makasar-Pare pare
Pengembangan
Jaringan 7 Pelabuhan
Laut Terpadu
Pembangunan
Jalan Tol Trans
Sumatera
Pembangunan
Jalan Trans Papua
Pembangunan KA Cepat
Jakarta-Semarang-Surabaya
& Jakarta-Bandung
Pengembangan Waduk
Multiguna & modernisasi irigasi
Pembangunan Jalan
Trans/Lingkar pulau
terluar/tertinggal (Morotai,
Nias, Saumlaki, Sumba,
Nunukan, Alor, Simeuleu, dll)
Pembangunan
Jembatan Udara
Papua
Sistem Angkutan Umum
Masal Perkotaan di 6
Kota Metropolitan:
Metropolitan Jakarta,
Surabaya, Medan, Bandung,
Semarang, dan Makasar
Pengembangan
Infrastruktur Gas
Kota
Penyelesaian
program 35.000 MW
Revitalisasi Kilang Minyak (Balikpapan, Cilacap,
Balongan, Dumai) dan Pembangunan 2 Kilang Baru
(Tuban & Bontang)
Program Transformasi
Digital
Penuntasan Infrastruktur TIK (Satelit multifungsi dan lastmile)
Dari sektor sektor lain (pemanfaatan)
Program Prioritas 1
INFRASTRUKTUR
PELAYANAN DASAR
Program Prioritas 2
PENGUATAN
KONEKTIVITAS
Program Prioritas 3
INFRASTRUKTUR
PERKOTAAN
Program Prioritas 4
ENERGI &
KETENAGALISTRIKAN
Program Prioritas 5
TRANSFORMASI
DIGITAL
Perluasan Distribusi Air
Bersih di Seluruh Wilayah
Jalan Tol Semarang-
Demak Terintegrasi
Tanggul Laut
24
26. REPUBLIK
INDONESIA
26
KERANGKA PENDANAAN
Pendanaan RPJMN 2020-2024 disusun dengan memperkuat implementasi Money Follow
Program dengan 3 strategi utama :
Memperkuat kualitas alokasi
pada Prioritas
1
• Memperkuat integrasi pendanaan
untuk prioritas
• Fokus pada pendanaan prioritas
khususnya Major Project
Memperbesar Kapasitas Pendanaan
• Diperkirakan Belanja K/L hanya dapat mendanai
20-25% seluruh kebutuhan pembangunan
• Mendorong peran BUMN, KPBU,dan Masyarakat
• Mendorong inovasi skema pendanaan (creative
financing) antara lain PINA, Blended Finance serta
Output Based Transfer/Hibah ke daerah
Memperkuat Delivery Mechanism
• Menyusun rencana program pembangunan hingga tingkat proyek
dan Major Project sebagai alat kendali
2
3
Rp
26
27. REPUBLIK
INDONESIA
RENCANA PENDANAAN INFRASTRUKTUR 2020-2024
Kebutuhan Investasi Infrastruktur 2020-2024
Rp 6.445 T
Gap
• Peran serta investasi masyarakat dan badan usaha melalui
skema KPBU dan PINA didorong untuk mengatasi
ketimpangan antara kebutuhan dan ketersediaan pendanaan
• Untuk meningkatkan stok infrastruktur dari 43% PDB pada
2017 menuju 50% PDB pada 2024, dibutuhkan investasi
infrastruktur sebesar Rp 6.445T (6.1% PDB)
• Meningkat 34,3% dari investasi 2015-2019 sebesar
Rp 4.796,2T
Sumber: Bappenas (2019)
Swasta:
(Rp 2.707T )
(42%)
Total Investasi
Infrastruktur
Tahun
2020-2024:
Rp 6.445 T
BUMN:
(Rp 1.353T )
(21%)
Anggaran Negara
(Rp 2.385T )
(37%)
Kebutuhan Investasi Infrastruktur
27
28. REPUBLIK
INDONESIA
28
KPBU sebagai alternatif Pembiayaan Infrastruktur
… KPBU User Charge …
CAPEX
OPEX
PROFIT
COST OF
FUND
RUPIAH
MURNI
PHLN
SBSN
EQUITY
DEBT
PROJECT
CASHFLOW
Financing Project
Government Support
• VGF
• DAK
• Sector Support
• Others
Revenue Project
Funding
Gambaran Umum Integrasi Pendanaan dan Pembiayaan – KPBU User Charge
APBN
APBD
Badan Usaha - KPBU
Infrastructure Facility
M
A
S
Y
A
R
A
K
A
T
Pemerintah/PJPK
Pajak/PAD
Tarif Pengguna
29. REPUBLIK
INDONESIA
Struktur Umum KPBU
• Pembiayaan
Sebagian Konstruksi
• Dukungan
Pemerintah (VGF)
KONTRIBUSI PEMERINTAH
• Tarif (User fee).
• Availability Payment.
• Bentuk lainnya
SKEMA PENGEMBALIAN
INVESTASI PJPK
PPP Project
Special Purpose
Company (SPC)
Equity
Sponsor
Financier
DEBT EQUITY
USER
Penyediaan
Infrastruktur
Perjanjian
KPBU
PT. PII
Perjanjian Regres Perjanjian Penjaminan
(membuat project menjadi
bankable)
JAMINAN PEMERINTAH
Project Finance
29
29
30. REPUBLIK
INDONESIA
Sektor Infrastruktur KPBU
KONEKTIVITAS
Jalan
▪ Jalan Tol
▪ Jembatan Tol
▪ Jalan
FASILITAS PERKOTAAN FASILITAS SOSIAL
Transportasi
▪ Pelabuhan
▪ Bandara
▪ Kereta Api
▪ Transportasi Darat
Ketenagalistrikan
▪ Pembangkit Listrik
▪ Transmisi
Konservasi Energi
▪ PJU
Telekomunikasi &
Informatika
▪ Fiber optics
▪ E-government
▪ Satellit
Air Minum
Pengelolaan Sampah
Sumber Daya Air
dan Irigasi
Pengelolaan Limbah
Setempat
Pengelolaan Limbah
Terpusat
Perumahan
Rakyat
Fasilitas Perkotaan
▪ Pasar Tradisional
Pariwisata
Fasilitas Pendidikan
Sarana Seni,
Olahraga, Budaya
Kesehatan
Kawasan
LAPAS
Minyak, Gas, dan
EBT
30
30
32. 32
Integrasi Pelaksana dan Pembiayaan/Pendanaan
PP
PN
KP
Proyek
Prioritas
Output
Prioritas K/L
Output Prioritas
Pemda/ Badan
Usaha
Output
Reguler*
Output
Prioritas
Kegiatan
K/L
K/L
Program
K/L
Komponen
Sub Output
Sub
Komponen
Pembangunan Nasional Kementerian/Lembaga
Output Prioritas K/L
sebagai bridging
Komponen
Sub Output
Sub
Komponen
Batas RENJA K/L
Batas RKA K/L
Akun Akun
Detail Detail
Sumber : Framework for Managing Programme Performance Information
33. Climate Change is Real
IPCC Special Report on Global
Warming of 1.5 degree Celcius
• Increase of global temperature caused by climate change
is faster than expected
• Need extreme effort from all stakeholders to limit
temperature increasing up to 1,5°C
• Our time is limited to achieve this target in 2030. Only 12
years left.
WMO Statement on the State of the
Global Climate in 2018
• exceptionally high land and ocean temperatures over
the past four years
• physical signs and socio-economic impacts of climate
change are accelerating as record greenhouse gas
concentrations drive global temperatures towards
increasingly dangerous levels
34. Impact of Climate Change for Indonesia
Temperature increase Rainfall Changes RCP4.5 Between 2020-2035
Decreasing of rainfall up to 2 mm/day
January: Sumatra, Java, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, and Papua
Mei-July: Java, Bali and East Nusa Tenggara
Increasing of rainfall 1 - 2,5 mm/day
August and September
RCP4.5 2020-2034 Projection Increasing between 0,45-0,75C
RCP4.5 2030-2045 Projection Increasing between 0,75-1,3C
RCP4.5 until 2100 Projection Increasing between 1,5C
Source: RAN API, 2018
35. Sea Surface Temperature Rise
Average of Sea Surface Temperature is
projected to increase > 0,25C/decade
within 2006-2040
Average of Sea Lever Rise around
0.9 cm/year during 2006-2040
Increase of extreme wave 1-1.5 m
up to 2040
Source: RAN API, 2018
Impact of Climate Change for Indonesia
Sea Level Rise Extreme Wave Rise
36. Indonesia’s NDC Target
538
1669
1355 1271
55
69.6
66.8
66.4
117
119.7
110.4 115.9
635
714
217
64
112
296
285
270
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Actual 2016 Business as Usual Counter Measure
29%
Counter Measure
up to 41%
Mton
CO2e
Comparison between BAU and CM
Energy IPPU Agriculture Forestry Waste
2016 2030
Counter Measure 29%
Energy
IPPU
Agriculture
Forestry
Waste
Counter Measure up to 41%
Energy
IPPU
Agriculture
Forestry
Waste
10.9%
13.9%
17.3%
22.7%
Source: Indonesia Second Biennial Update Report (2018)
37. We have learned from UK and Other Countries
There is no trade off between economic growth and
emissions reduction.
Since 2000, more than 20 Countries have reduced
annual GHG Emissions while growing their economies
Editor's Notes
Pendapatan Kompensasi PT PLN di 2018 sebesar Rp. 23.173.464 juta
Regulation biases: (a) price below profit maximizing level; (b) pro-producers; (c) the presence of market failure (monopolistic industries)