Mastitis atau peradangan payudara sering terjadi pada ibu menyusui pada 10-28 hari pasca melahirkan, disebabkan kuman dari mulut bayi yang masuk melalui pecahan kulit puting akibat perawatan yang kurang tuntas. Gejalanya berupa nyeri, pembengkakan, dan demam. Peradangan dapat mengganggu pemberian ASI, namun ASI harus tetap diberikan dan ibu dianjurkan memeriksakan diri ke dokter. P
1. BILA PAYUDARA MERADANG
A
SI adalah makanan terbaik bagi bayi. Selain mengandung semua nutrisi penting
dengan proporsi ideal, ASI juga mudah diserap bayi. Namun, pada awal pemberian
ASI seringkali ditemui peradangan payudara atau mastitis, yang tak jarang
mematahkan semangat Ibu memberikan ASI pada bayinya. Mastitis biasanya muncul
antara hari ke-10 dan ke-28 pasca kelahiran bayi
Mengapa meradang?
Mastitis disebabkan kuman dari mulut bayi, yang masuk ke dalam saluran
susu melalui pecahan pada kulit puting. Pecahnya kulit puting ini disebabkan
perawatan puting yang kurang tuntas, ditambah lagi dengan kuatnya hisapan bayi.
Gejala mastitis antara lain : rasa nyeri yang kuat pada payudara, kulit
memerah, rasa panas dan pembengkakan pada saluran susu yang terkena infeksi,
disertai rasa dingin dan demam pada seluruh tubuh.
Mastitis dapat berkembang menjadi abses payudara dengan gejala yang lebih
parah, yaitu nyeri yang berdenyut dan sangat kuat, pembengkakan dan rasa panas
di area sekitar abses, suhu tubuh tinggi dan terkadang diikuti dengan benjolan
berisi nanah pada payudara.
Efek untuk ibu dan bayi
Peradangan payudara menimbulkan perasaan tak nyaman bayi Ibu, sehingga
mengganggu aktivitas ibu memberi ASI pada bayi. Memberi ASI saat payudara
meradang memang menimbulkan rasa nyeri, sehingga seringkali muncul keengganan
atau keinginan untuk menunda pemberian ASI.
Padahal agar kualitas dan kuantitas ASI seoptimal mungkin, tak hanya
asupan gizi yang harus diperhatikan, ASI pun harus diberikan sesering mungkin,
sekaligus untuk mencegah terjadinya sumbatan yang bisa memperparah keadaan.
Sementara itu, akibat peradangan bagi bayi nyaris tidak ada, sehingga
dokter pun akan menyarankan pemberian ASI tetap dilakukan seperti biasa. Infeksi
atau obat-obatan (biasanya antibiotik dan pereda nyeri) yang diberikan pada Ibu
tidak akan membahayakan kesehatan bayi.
Langkah Untuk Mengatasi
Tindakan pencegahannya adalah dengan menjaga kebersihan dan kesehatan
payudara. Sejak kehamilan usia 32-34 minggu, sebaiknya dilakukan pemijatan
payudara untuk memperbaiki sirkulasi darah, merawat dan melatih puting susu agar
bersih, tidak mudah lecet dan lentur, serta memperlancar keluarnya ASI pada
waktu menyusui.
Perawatan saat menyusui juga harus diperhatikan. Selain rutin melakukan
pemijatan payudara agar sirkulasi darah dan aliran ASI lancar, kebersihan
payudara pun harus dijaga. Bersihkan daerah sekitar payudara setiap habis
menyusui dengan lap basah bersih, lalu buang sisa ASI dalam payudara dengan
memompanya, agar tidak terjadi penggumpalan ASI, sekaligus meningkatkan produksi
ASI. Jaga agar payudara tetap kering dengan menggunakan bantalan BH yang diganti
secara teratur, mengangin-anginkan payudara sesering mungkin.
Ingat, begitu gejala peradangan muncul, segeralah memeriksakan diri ke dokter.
Untuk peradangan yang telah menjadi abses, selain obat-obatan terkadang juga
dilakukan tindakan pengeluaran nanah melalui pembedahan dengan anastesi lokal.
Bila kasus ini terjadi biasanya aktivitas menyusui pada payudara yang terkena
abses untuk sementara harus dihentikan. Tapi, pengosongan payudara harus tetap
dilakukan sampai kondisi payudara membaik dan kegiatan menyusui dapat dilakukan
kembali.