SlideShare a Scribd company logo
1 of 77
Download to read offline
ISSN : 1693 - 3265
BULETIN             Volume 8, Nomor 3, September 2010


HUKUM PERBANKAN
DAN KEBANKSENTRALAN
 Implikasi Landasan Hukum Independensi dan Posisi Dalam Sistem Ketatanegaraan Bagi Pencapaian Tujuan
 dan Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral RI
 Implementasi Pasal 34 Undang-Undang Tentang Bank Indonesia dan Dampaknya Pada Peranan dan
 Fungsi Bank Indonesia Di Bidang Moneter, Sistem Pembayaran dan Stabilitas Keuangan
 Peran Bank Sentral Dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan
 Bank Indonesia: Independensi, Pengawasan Bank dan Stabilitas Sistem Keuangan
 Beberapa Catatan Terhadap RUU Otoritas Jasa Keuangan
 Resensi Buku: Konstitusi Ekonomi (Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH)
 Cakrawala Hukum: Seminar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, RUU Otoritas Jasa Keuangan, Adakah Solusi Alternatif ?
 Daftar Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia, Mei - Oktober 2010
 Ringkasan Peraturan Bank Indonesia, Mei - Oktober 2010
Volume 8, Nomor 3, September 2010


             BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN
                                            Direktorat Hukum Bank Indonesia


                                                      Pelindung
                                     Deputi Gubernur Bidang Hukum Bank Indonesia

                                                Penanggung Jawab
                                        Ahmad Fuad, Heru Pranoto, Agus Santoso

                                                   Pemimpin Redaksi
                                                     Agus Santoso

                                                   Sekretaris Redaksi
                                                      Dyah Pratiwi

                                                      Dewan Redaksi
                   Zulkarnain Sitompul, Wahyudi Santoso, Sudarmaji, Bambang Djauhari, Herminingsih,
                                Rosalia Suci, Suprianto, Hari Sugeng Raharjo, Umi Widji. R.

                                                  Redaksi Pelaksana
                                  Arief. R. Permana, Gufron Baehaki, Hilman Tisnawan,
                                       Teddy Yusuf, Anton Purba, Kuwat Wijayanto

                                                       Mitra Bestari
                                          Prof. Dr. Erman Radjagukguk, SH, LLM
                                            Prof. Dr. Nindyo Pramono, SH, LLM
                                              Prof. Dr. Huala Adolf, SH, LLM
                                              Dr. Inosentius Samsul, SH, LLM
                                               Dr. Lastuti Abubakar, SH, MH

                                     Penanggung Jawab Pelaksana dan Distribusi
                                    Tim Perundang-undangan dan Pengkajian Hukum,
                                            Direktorat Hukum Bank Indonesia


Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan ini diterbitkan oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia. Isi dan hasil penelitian
dalam tulisan-tulisan dalam buletin ini sepenuhnya tanggung jawab para penulis dan bukan merupakan pandangan resmi
Bank Indonesia.

Buletin ini pada awal tahun penerbitan, tahun 2003, diterbitkan 6 (enam) bulan sekali, yaitu pada bulan Juli dan Desember.
Mulai tahun 2004 buletin ini terbit secara berkala pada bulan April, Agustus dan Desember, dan mulai tahun 2009, buletin
diterbitkan pada bulan Januari, Mei, dan September. Peminat buletin ini dapat menghubungi Bagian Administrasi Direktorat
Statistik Ekonomi dan Moneter, Gedung B Lt. 16, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, telepon (021) 381 8629, facsimile
(021) 350 1931, email: buletinhukum_dhk@bi.go.id

Redaksi menerima sumbangan tulisan berupa artikel ilmiah atau semi ilmiah serta resensi buku berkenaan dengan hukum
perbankan dan kebanksentralan. Tulisan tersebut dapat disampaikan kepada Tim Perundang-undangan dan Pengkajian Hukum,
Direktorat Hukum Bank Indonesia, Gedung Tipikal Lt 9 Jl M.H Thamrin No. 2 Jakarta 10350, telepon (021) 381 7346, facsimile
(021) 380 1430. Atas dimuatnya artikel dan resensi buku dimaksud, Redaksi memberikan uang jasa penulisan.


                                  “Buletin ini dapat diakses melalui website Bank Indonesia
                                    di http://www.bi.go.id, pilih links riset, survey dan
                                            publikasi, kemudian pilih publikasi”
Halaman ini sengaja dikosongkan
Dari Meja Redaksi



         Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan Volume 8 Nomor 3, Edisi September 2010 kembali hadir dan menyapa
pembaca sekalian.


         Pembentukan Lembaga Pengawas Jasa Keuangan (LPJK) sebagai amanat Pasal 34 UU Bank Indonesia harus dilakukan
untuk membangun industri jasa keuangan yang sehat, teratur dan mempunyai daya saing yang tinggi guna mewujudkan
perekonomian yang mampu tumbuh secara berkelanjutan dan stabil. Namun demikian, pembentukan Lembaga Pengawas
Jasa Keuangan (LPJK) harus dicermati dari berbagai aspek. Dari aspek filosofis, pembentukan UU mengenai LPJK harus dilihat
apakah dapat meningkatkan fungsi administratif kontrol dan manajerial kontrol terhadap otoritas jasa keuangan agar kebijakan
yang telah ditetapkan dilaksanakan secara taat asas sesuai peraturan perundang-undangan bebas dari berbagai penyimpangan
atau penyelewengan dalam rangka pencapaian tujuan. Dari aspek yuridis, RUU berkaitan LPJK tidak boleh dilihat terpisah dari
UU lain yang terkait. Dari aspek sosiologis, penyusunan RUU mengenai LPJK hendaknya secara sungguh mempertimbangkan
best practice dan dinamika perkembangan di sektor jasa keuangan.


         Menyoroti hal tersebut, dalam edisi kali ini Buletin akan khusus menghadirkan artikel berkaitan dengan rencana
pembentukan OJK, yaitu: Implikasi Landasan Hukum, Independensi dan Posisi Dalam Sistem Ketatanegaraan Bagi Pencapaian
Tujuan dan Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral, yang ditulis oleh Prof. Dr. Nindyo Pramono, SH, LLM;
Implementasi Pasal 34 Undang-Undang Tentang Bank Indonesia dan Dampaknya Pada Peran dan Fungsi Bank Indonesia di
Bidang Moneter, Sistem Pembayaran dan Stabilitas Sistem Keuangan, yang ditulis oleh Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, LLM;
Peran Bank Sentral Dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan, Oleh Dr. Wimboh Santoso, Kepala Biro Stabilitas Sistem
Keuangan Bank Indonesia; Independensi Bank Indonesia dan Peran Baru Dalam Stabilitas Sistem Keuangan, oleh Drs. Ec.
Abdul Mongid, MA; serta Beberapa Catatan Terhadap RUU Otoritas Jasa Keuangan, oleh Oka Mahendra, SH;


         Sementara itu, dalam rubrik Cakrawala Hukum, redaksi menampilkan pula seminar yang diselenggarakan oleh Ikatan
Sarjana Ekonomi Indonesia: RUU OJK, Adakah Solusi ?


         Selanjutnya sebagai referensi, redaksi juga telah menyediakan resensi buku: Konstitusi Ekonomi.


         Akhirnya, guna memberikan pengkinian informasi produk perundang-undangan Bank Indonesia, buletin ini akan
memuat daftar Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan Surat Edaran (SE) Ekstern Bank Indonesia dari bulan Mei sampai dengan
Oktober 2010, yang dilengkapi dengan Ringkasan Peraturan Bank Indonesia, dengan harapan agar semakin mempermudah
pembaca dalam menelusuri dan mencari regulasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.


Selamat membaca.


                                                                                                 Jakarta, September 2010



                                                                                                           Redaksi




                                                                                                                         i
Halaman ini sengaja dikosongkan
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan
                                   Volume 8, Nomor 3, September 2010



                                                                                                                                                                       Halaman
Dari Meja Redaksi............................................................................................................................................              i


Daftar Isi..........................................................................................................................................................      iii


Implikasi Landasan Hukum Independensi dan Posisi Dalam Sistem Ketatanegaraan Bagi Pencapaian Tujuan
dan Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral RI.......................................................................                                     1-9
Prof. Dr. Nindyo Pramono, SH, LLM


Implementasi Pasal 34 Undang-Undang Tentang Bank Indonesia dan Dampaknya Pada Peranan dan
Fungsi Bank Indonesia Di Bidang Moneter, Sistem Pembayaran dan Stabilitas Keuangan...................................                                                  11 - 16
Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, LLM


Peran Bank Sentral Dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan........................................................................                                    17 - 22
Dr. Wimboh Santoso
(Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan, Bank Indonesia)


Bank Indonesia: Independensi, Pengawasan Bank dan Stabilitas Sistem Keuangan...........................................                                                23 - 36
Drs. Ec. Abdul Mongid, MA


Beberapa Catatan Terhadap RUU Otoritas Jasa Keuangan.................................................................................                                  37 - 43
Oka Mahendra, SH


Resensi Buku:
Konstitusi Ekonomi (Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH)..........................................................................................                         45 - 46
Veri Dhyatmika Adhiraharja


Cakrawala Hukum:
Seminar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, RUU Otoritas Jasa Keuangan, Adakah Solusi Alternatif ?................                                                       47 - 49
Redaksi


Daftar Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia, Mei - Oktober 2010......................                                                      51 -53
Tim Informasi Hukum
(Direktorat Hukum Bank Indonesia)


Ringkasan Peraturan Bank Indonesia, Mei - Oktober 2010................................................................................                                 55 - 70
Tim Informasi Hukum
(Direktorat Hukum Bank Indonesia)




                                                                                                                                                                                 iii
Halaman ini sengaja dikosongkan
Implikasi Landasan Hukum Independensi dan Posisi
                      Dalam Sistem Ketatanegaraan Bagi Pencapaian
                      Tujuan dan Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia
                      Sebagai Bank Sentral RI
                      Oleh: Prof. Dr. Nindyo Pramono, SH, LLM




A. LANDASAN DAN STATUS BANK INDONESIA                        masih merupakan bagian dari Eksekutif. Konsekuensinya
                                                             Bank Indonesia dituntut transaparan dan memenuhi
  Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 jo               prinsip akuntabilitas kepada publik dalam menetapkan
  Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank              kebijakannya serta terbuka bagi pengawasan oleh
  Indonesia (UUBI), Bank Indonesia adalah Lembaga            masyarakat.
  Negara yang independen. Sebagai Lembaga Negara
  yang independen, Pemerintah dan/atau pihak-pihak           Apakah sebenarnya hakekat independen itu, apakah
  lainnya dilarang melakukan campur tangan terhadap          independen berarti BI steril sama sekali dari segala bentuk
  pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia (BI).        intervensi?. Adakah batas-batas toleransinya?. Secara
  Bahkan ditegaskan di dalam UUBI, BI wajib menolak          teoritis, pada hakekatnya terminologi “independensi“
  dan/atau mengabaikan segala bentuk campur tangan           itu mempunyai cakupan yang sangat luas.
  dari pihak-pihak yang disebutkan di muka.
                                                             Independence: “the state or condition of being free from
  Pelanggaran terhadap larangan campur tangan maupun         dependence, subjection or control. Political independence
  terhadap kewajiban untuk menolak campur tangan,            is the attribute of a nation or state which is enterely
  diancam penjara minimal 2 (dua) tahun, maksimal 5 (lima)   autonomous and not subject to government, control or
  tahun serta denda minimal Rp 2 miliar, maksimal Rp 5       dictation of any exterior power“. Independence: “not
  miliar. Demikian terangkum dalam Pasal 67 dan 68 UUBI.     depending on autority, self governing, not depend on
                                                             something for validity or efficiency, not supported by
B. INDEPENDENSI BI                                           public fund (for institution), unwilling to be under
                                                             obligation to others, independent of any political aprty
  Sebagai Lembaga Negara yang indepedenden, BI adalah        (for politician) (Riyanto Sastroadmodjo, 1999).
  badan hukum yang status badan hukumnya diperoleh
  melalui penetapan Undang-Undang (UU). BI adalah            Jika dikaitkan dengan Independensi Bank Sentral, maka
  badan hukum publik, dengan kriteria: cara pendiriannya     independensi Bank Sentral seperti BI terkait hal-hal
  dilakukan penguasa negara berdasarkan UU, pelaksanaan      sebagai berikut: Suatu Bank Sentral yang efektif harus
  tugasnya berhubungan dengan publik, diberi wewenang        kuat dengan cakupan ekonomi yang luas dalam
  membuat peraturan sendiri yang mengikat masyarakat.        operasinya dan terlepas dari campur tangan partisan
  Saat ini produk peraturan tersebut dituangkan dalam        serta tekanan partai politik. Sebagai lembaga independen
  Peraturan Bank Indonesia (PBI).                            di lingkungan pemerintahan suatu Negara, Bank Sentral
                                                             seharusnya memiliki kemampuan atau otoritas atau
  Adapun wewenang yang diberikan oleh UU kepada BI           kewenangan judgment dalam kaitannya dengan
  antara lain wewenang mengelola kekayaan sendiri            persoalan kebijakan moneter suatu negara, namun tidak
  terlepas dari APBN. Independensi BI memberikan             dalam arti berada dalam posisi isolasi terhadap seluruh
  kewenangan yang lebih besar kepada BI dengan               kebijakan perekonomian suatu negara (Paul A Volcker,
  harapan akan dapat lebih besar meningkatkan efektivitas    Ex Chairman Board of Governors FRS US 79-87).
  pelaksanaan tugasnya. Namun di sisi lain, independensi
  menuntut tanggung jawab yang lebih besar. Dalam            Itulah kualifikasi dan persyaratan suatu Bank Sentral
  sistem ketatanegaraan Indonesia, posisi BI tampaknya       yang independence. Dalam praktek negara maju,




                                                                                                                    1
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010




     kualifikasi dan persyaratan itu biasanya melekat dan                          2. Kemandirian Fungsi
     tercermin di dalam UU yang mengaturnya. Independen
     diperlukan untuk pengembangan institusi dan                                     Suatu Bank Sentral dapat dinilai mempunyai
     mempertahankan jati dirinya secara bertanggung jawab.                           kemandirian fungsi bila ia mempunyai kebebasan
     Independen sering terkait dengan prinsip politik yang                           dalam menggunakan instrumen-instrumen kebijakan
     dianut suatu pemerintah, secara historical maupun                               moneter seperti: penyesuaian tingkat suku bunga
     tradisional, terutama terletak pada masalah keuangan                            dan operasi pasar terbuka (OPT) dan pemberian
     pemerintah.                                                                     tingkat diskonto atau pengautan tentang kebijakan
                                                                                     perkreditan.
     Di Amerika Serikat (United State/US ) pemberian status
     independen Federal Reserve ( FDR ) atau Bank Sentral                            Dalam konteks ini kemandirian BI dapat diartikan
     Amerika terutama untuk tujuan agar FDR dapat                                    sebagai kemandirian instrumen yang menggambarkan
     mengatur kebijakan moneter US secara bebas dari                                 bahwa suatu bank sentral memiliki kebebasan memilih
     “political presures“ (Lash, 1987: 28)                                           instrumen yang diperlukan untuk mencapai tujuan
                                                                                     dan sasaran moneter yang telah ditetapkan.
C. KEMANDIRIAN BI
                                                                                     Hasil dari pelaksanaan kewenangan tersebut di atas,
     Sebagai Lembaga Negara yang independen, maka BI                                 sekalipun dengan biaya besar, misalnya dalam hal
     dituntut mempunyai kemandirian terutama dalam 4                                 pelaksanaan OPT, tidak tepat jika dinilai atau dievaluasi
     (empat) hal, yaitu: kemandirian institusi, kemandirian                          dengan tolak ukur out put yang dicapainya. Bisa jadi
     fungsi, kemandirian keuangan dan kemandirian                                    tidak sebanding, namun itulah keputusan yang
     organisasi. Masing-masing kemandirian tersebut dapat                            diambil oleh BI yang tidak boleh diintervensi.
     diuraikan sebagai berikut.
                                                                                     Bank Sentral yang independen harus memiliki
     1. Kemandirian Institusi                                                        kebebasan untuk memutuskan kapan dan dalam
                                                                                     hal apa saja bantuan kredit atau fasilitas kredit
        Kemandirian Institusi diartikan sebagai status BI                            likuiditas dapat diberikan. Pasal 10 UUBI mengatakan:
        secara institusi terpisah dari kekuasaan eksekutif                           ”BI dalam mengendalikan kebijakan moneter
        dan legislatif. BI diberi kewenangan menetapkan                              berwenang menggunakan instrumen-instrumen
        kebijakan moneter secara independen dan bebas                                moneter yang telah ditetapkan dalam UU tanpa
        dari campur tangan pemerintah. Demikian                                      meminta atau memperoleh persetujuan dari
        ditegaskan di dalam Pasal 4 Ayat (2) UUBI.                                   Pemerintah”. Oleh sebab itu, jika kemandirian fungsi
                                                                                     ini dikaitkan dengan kebijakan Kredit Likuiditas Bank
        Secara struktural kedudukan BI tidak berada di bawah                         Indonesia (KLBI) misalnya, seharusnya kebijakan
        atau di dalam Kabinet Pemerintah, namun mempunyai                            seperti KLBI ini tidak boleh ditugaskan kepada BI,
        kedudukan sejajar dengan Kabinet Pemerintah.                                 karena akan mengganggu kemandirian fungsi BI.
                                                                                     KLBI diberikan untuk membiayai berbagai kredit
        Kemandirian dalam hal menetapkan kebijakan                                   program pemerintah. KLBI dikucurkan terutama
        moneter merupakan syarat kemandirian institusi.                              untuk membiayai pengadaan pangan dan kegiatan
        Sebagaimana ditegaskan di dalam Pasal 8 huruf a                              yang menyentuh secara langsung kepada usaha
        UUBI: BI berwenang untuk menetapkan dan                                      kecil dan masyarakat berpenghasilan rendah.
        melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan                                 Diantaranya untuk Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit
        menjaga kelancaran sistem pembayaran serta                                   Pemilikan Rumah Sederhana dan Sangat Sederhana
        mengatur dan mengawasi bank. Kewenangan ini                                  (KPRS/SS), Kredit Kepada Koperasi Primer untuk
        tidak dapat diintervensi Pemerintah. Demikian                                anggotanya (KKPA), Kredit Kepada Koperasi (KKOP),
        ditentukan di dalam Pasal 9 Ayat (1) UUBI.                                   Kredit Modal Kerja Kepada BPR (KMK BPR), Kredit




 2
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010




  Kepada Pengusaha Kecil dan Mikro (KPKM) (BI, 2002:                       atas, intervensi maupun pressure politik tersebut
  20). Oleh sebab itu tepat jika kemudian oleh UUBI                        tidak boleh terjadi pada Bank Sentral seperti BI. Oleh
  di dalam Pasal 56 KLBI telah dihapuskan, karena                          karena itu UUBI mengatur bahwa anggaran BI adalah
  dipandang mengganggu konsep kemandirian BI.                              mandiri terpisah dari Pemerintah. Terpisah di sini
                                                                           mengandung arti “lepas“ sama sekali dari induknya.
  Kalau secara kaedah fungsi BI sebagai Lembaga                            Pemerintah tidak menganggarkan kebutuhan
  Negara yang mandiri, independen telah diatur secara                      keuangan BI. Oleh sebab itulah, maka Pasal 60 UUBI
  tegas dalam UU, maka seharusnya perdebatan siapa                         mengatakan: “anggaran BI ditetapkan oleh Dewan
  yang harus bertanggung jawab atas kebijakan BLBI                         Gubernur. Tidak perlu approval DPR, tapi perlu
  untuk mengatasi krisis tahun 1997 yang lalu tidak                        diinformasikan kepada DPR, sebagai bentuk kontrol
  perlu terjadi. Sebagaimana diketahui BI adalah institusi                 tidak langsung.
  yang paling disorot dalam kasus BLBI tersebut. Saat
  itu terjadi perdebatan yang berkepanjangan di Panja                  4. Kemandirian Organisasi
  BLBI seputar apakah BI termasuk dalam jajaran
  pemerintahan/Kabinet atau tidak (Mintoraharjo,                           Kemandirian organisasi diperlukan oleh BI karena
  2001: 20). Ada satu pandangan yang mengatakan                            sangat erat kaitannya dengan komposisi dari organ
  BI termasuk dalam jajaran kabinet. Argumennya                            badan hukum BI dan sistem pengangkatan dan
  adalah dari segi keuangan dapat dipisahkan, namun                        pemberhentian pegawai BI sebagai bank sentral.
  dalam kebijakan yang dilakukan BI merupakan                              Pihak lain dilarang melakukan campur tangan
  pelaksanaan dari kebijakan pemerintah. Pada saat                         terhadap pelaksanaan tugas BI, sebaliknya BI wajib
  itu BI tidak hanya berfungsi sebagai Bank Sentral,                       menolak dan atau mengabaikan segala bentuk
  tapi sekaligus sebagai agent of development yang                         campur tangan dari pihak luar. Setiap pihak yang
  punya kaitan dengan kebijakan perekonomian                               melakukan campur tangan dikenai sanksi yang
  pemerintah secara keseluruhan. Pandangan lain                            tegas. Demikian dalam disimpulkan dari ketentuan
  mengatakan tidak demikian. BI adalah lembaga yang                        Pasal 67 jo Pasal 9 UUBI.
  independen, lembaga yang otonom berdasarkan UU
  No. 13 Tahun 1968 Tentang Bank Sentral waktu itu.                    Belakangan ini independensi dan kemandirian serta
  Perbedaan pandangan demikian seharusnya tidak                        kredibilitas BI diuji, karena ditengarai di dalam
  perlu terjadi jika semua pihak benar-benar memahami                  pelaksanaan BI sebagai Lembaga Negara yang
  fungsi Bank Sentral sebagai Lembaga Negara yang                      independen, ternyata BI belum mampu menempatkan
  independen, mandiri dari segi fungsinya, sebagaimana                 dirinya sebagaimaan dikehendaki oleh UUBI. Netralitas
  kami kemukakan di atas.                                              BI sebagai bank sentral ternyata belum sepenuhnya
                                                                       benar-benar mampu mandiri. Intervensi dan pressure
3. Kemandirian Keuangan                                                politik masih sering mempengaruhi kinerja dan kebijakan
                                                                       yang dijalankan oleh BI sebagai Lembaga Negara yang
  Mengacu kepada peran Pemerintah dan DPR                              independen. Akibatnya begitu BI menjalankan tugas-
  terhadap anggaran bank sentral, maka diperlukan                      tugasnya sebagaimana diamanatkan oleh UUBI, banyak
  adanya kemandirian keuangan pada BI. Mengapa                         pihak kemudian mempermasalahkan landasan hukum
  demikian, karena bila dalam masalah keuangan                         kebijakan dalam rangka pelaksanaan tugas BI, status
  terdapat kontrol dari Pemerintah, hal ini akan berarti               dan kewenangan BI. Tidak mustahil pula kemudian
  bahwa BI tidak lagi bisa memainkan peran                             banyak kalangan pemerhati BI yang juga menengarai
  independensinya secara optimal. Dengan adanya                        intervensi dan pressure politik tersebut sebagai upaya
  kontrol pemerintah akan sangat rentan intervensi                     lain yang bertujuan merongrong pencapaian kinerja
  atau pressure politik, khususnya berkaitan dengan                    dan pelaksanaan tugas BI.
  kebijakan moneter. Secara teoritis mengacu pada
  difinisi independen sebagaimana dikemukakan di




                                                                                                                                   3
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010




D. POSISI BI DALAM SISTEM KETATANEGARAAN




                                                                       MPR            Lembaga Tertinggi Negara


                                  Menyampaikan
                               Laporan Keuangan BI
                                yang telah diperiksa

       Lembaga        Badan                           Dewan                        Presiden                          Dewan
                                                                                                      Mahkamah
          Tinggi    Pemeriksa                        Perwakilan              Kepala      Kepala        Agung      Pertimbangan
         Negara     Keuangan                           Rakyat                                                         Agung
                                                                             Negara   Pemerintahan


                                                                           UU BI (UUD 45)                        Mengambil Sumpah
             Memeriksa              Informasi Tertulis    Informasi      Pimpinan BI (UUBI)                      dan Janji Anggota
                Laporan      Triwulan/sewaktu-waktu        Tahunan                                                Dewan Gubernur
            Keuangan BI                                     Tertulis

                                                           Bank Indonesia
       Lembaga Negara                                   Lembaga Negara yang                                        Departemen
       (UU No. 23/1999                              Independen dan Badan Hukum
          joUU No.3/04




                                                                Publik
                                                         (Informasi Tahunan)




     Sumber : Diolah kembali dari BI dan Rahbini, 2000.



                                                          Struktur Bank Indonesia
                                               Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia


                                                                       MPR



                                         Presiden
        Bank Indonesia                                                 DPR               DPA               BPK          MA
                                 Kepala        Kepala
                                 Negara     Pemerintahan




        1. Menetapkan dan Melaksanakan
           Kebijakan Moneter:
           a. Inflasi
           b. Nilai Tukar
        2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran                      Peraturan                        Peraturan
           Sistem Pembayaran                                  Bank Indonesia                    Pemerintah
        3. Mengatur dan Mengawasi Bank



     Sumber : Rahbini, 2000 : 166.




 4
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010




Status BI yang independen dan mandiri sebagaimana                     E. TUJUAN DAN TUGAS BANK INDONESIA
diuraikan di atas, secara legal berdasarkan UUBI, dapat
dipelajari bahwa posisi BI dalam system ketatanegaraan                    Menurut Pasal 7 UUBI, BI hanya mempunyai satu tujuan
Indonesia terlihat tidak sejajar dengan DPR, Mahkamah                     yaitu: MENCAPAI & MEMELIHARA KESTABILAN NILAI
Agung, BPK maupun Presiden sebagai Lembaga Tertinggi                      RUPIAH
Negara ( Rahbini, 2000 : 167 ). Posisi BI juga tidak sejajar              Pencapaian dan pemeliharaan kestabilan nilai Rupiah,
atau sederajat dengan Depertemen atau Kementeraian                        tercermin pada:
Departemen, karena posisi BI berada di luar Pemerintahan                  Terhadap barang dan jasa = inflasi
atau Kabinet. Secara legal menurut hemat saya, pendekatan                 Terhadap mata uang negara lain = kurs
demikian yang tepat, karena berdasarkan UUBI tegas
dikatakan di dalam Pasal 4 bahwa BI adalah Lembaga                        Menurut Pasal 8 UUBI, guna mencapai tujuan kestabilan
Negara yang independen. BI adalah Lembaga Negara bukan                    nilai tukar rupiah, BI memiliki tiga tugas yaitu:
Lembaga Pemerintah. Pemerintah boleh menyusun                             •   Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;
kabinetnya dan setiap saat boleh diganti atau berubah-                    •   Mengatur dan menjaga kelancaran sistem
ubah dan oleh UU perubahan seperti itu menjadi hak                            pembayaran;
prerogative Presiden, namun untuk posisi BI berdasarkan                   •   Mangatur dan mengawasi bank.
UU tidak perlu harus ikut arus perubahan seperti dalam
sistem kabinet dan/atau pemerintahan.                                 Tugas Penetapan dan Pelaksanaan Kebijakan Moneter
                                                                      Dalam rangka melaksanakan tugas menetapkan dan
Di sinilah sebenarnya posisi BI sebagai Bank Sentral yang             melaksanakan kebijakan moneter, BI menetapkan sasaran
tidak boleh dicampuri oleh pihak manapun, termasuk                    inflasi dengan memperhatikan perkembangan dan prospek
Pemerintah. Jadi dalam sistem ketatanegaraan Indonesia,               ekonomi makro, terutama perkembangan harga. Untuk
BI adalah Lembaga Negara yang independen. BI tidak                    mencapai sasaran laju inflasi, BI menetapkan sasaran
berada dalam struktur kabinet atau struktur Pemerintahan,             besaran moneter atau likuiditas perekonomian.
posisinya berada di luar strtuktur tersebut dan mandiri.
Rahbini mengatakan bahwa kedudukan BI adalah sejajar                  Pengendalian moneter dilakukan dengan menggunakan
dengan kedudukan Presiden. Sebagai Lembaga Negara BI                  berbagai instrumen a.l. Operasi Pasar Terbuka (OPT),
dikatakan mengambil sebagian peran Presiden sebagai                   penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib
Kepala Negara. Kedudukan seperti ini belum dipahami                   minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan.
oleh banyak kalangan, sehingga memerlukan sosialisasi
yang lebih mendalam (Rahbini, 2000 : 167).                            Dalam melaksanakan tugas menetapkan dan melaksanakan
                                                                      kebijakan moneter, BI tetap mempunyai fungsi sebagai
Jika poisisi demikian dipahami kebenarannya, maka                     lender of the last resort yang memungkinkan BI membantu
perdebatan tentang apakah BI merupakan bagian dalam                   kesulitan pendanaan jangka pendek yang dihadapi bank.
Kabinet Pemerintahan atau bukan, seperti yang terjadi pada            Pemberian bantuan dana kepada bank dalam rangka tugas
waktu-waktu yang lalu, seperti terkait dengan perdebatan              sebagai lender of the last resort tersebut dibatasi jangka
tentang kasus BLBI di Panja BLBI yang lalu seharusnya tidak           waktunya, yaitu paling lama 90 hari; Penggunaannya hanya
perlu terjadi. Jika hal ini dikaitkan dengan perbincangan             untuk kepentingan mismatch dan harus dijamin dengan
tentang sudah saatnya atau belum kehadiran OJK atau LPJK              surat berharga yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan.
untuk menggantikan peran BI sebagai Pengawas Perbankan,               Demikian dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 11 UUBI.
barangkali memerlukan perenungan atau penyimakan lebih
mendalam, sebagaimana akan dibahas pada uraian di bawah,              Berpijak dari pengalaman krisis moneter tahun 1997/98
mengingat pemahaman tentang posisi atau kedudukan,                    yang lalu, menurut hemat saya seyogyanya BI tidak lagi
kemandirian BI sebagai Bank Sentral saja oleh sementara               masuk ke ranah pendanaan Bank yang menghadapi masalah
kalangan pemerhati di bidang perbankan belum sepenuhnya               insolvency. Mengapa demikian, karena menurut hemat
benar.                                                                saya jika hal ini dilakukan oleh BI, risikonya akan terlalu




                                                                                                                                      5
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010




besar, jika ternyata Bank yang Insolven tersebut tidak                        Dalam jangka pendek, kebijakan perbankan diarahkan
kunjung dapat disehatkan bahkan bisa jadi akan semakin                        untuk mempercepat penyehatan bank-bank agar dapat
kolaps dan kemudian menghadapi pailit yang sudah pasti                        mendukung pemulihan ekonomi.
tidak mungkin dapat diharapkan mampu mengembalikan
dana bantuan tersebut. Satu-satunya jalan adalah dana                         Yang menjadi perhatian saat ini adalah kaitannya dengan
bantuan pendanaan tersebut kemudian hanya akan dijadikan                      tugas mengawasi bank. Amanat UU tugas pengawasan
penyertaan.Sementara itu kebijakan penyertaan tersebut                        bank tersebut akan dialihkan kepada lembaga pengawasan
tidak boleh berlangsung terus. Pada saatnya harus dijual                      sektor jasa keuangan yang akan dibentuk dan diharapkan
lagi kepada investor atau pihak ketiga yang berminat dan                      paling lambat akhir tahun 2010. Nama lembaga pengawas
memadai. Disinilah persoalan akan muncul, jika ternyata                       tersebut adalah Otoritas Jasa Keuangan, di mana Rancangan
hasilnya tidak juga mampu menutup dana bantuan yang                           Undang-undangnya sudah disiapkan baik oleh Departemen
telah dikeluarkan tersebut.                                                   Keuangan, DPR ataupun BI sendiri. Diharapkan pada saat
                                                                              pengalihan tugas pengawasan bank kepada lembaga
Selanjutnya, dalam rangka menjalankan tugas menetapkan                        pengawas yang baru tersebut, bank-bank yang selama ini
dan melaksanakan kebijakan moneter, BI mempunyai                              mengalami masalah likuiditas dan masalah penyehatan
wewenang untuk melaksanakan kebijakan nilai tukar                             akan benar-benar telah dapat disehatkan, sehingga tidak
berdasarkan sistem nilai tukar yang ditetapkan Pemerintah                     menimbulkan masalah baru dikemudian hari.
atas usul BI. Tugas ini erat kaitannya dengan masalah
lalulintas devisa dan system nilai tukar sebagaimana diatur                   F. KEHADIRAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)
dalam UU Tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar.                           ATAU LEMBAGA PENJAMIN JASA KEUANGAN (LPJK).


Di samping itu, menurut Pasal 13 UUBI, BI juga bertugas                               Jika mendasarkan pada amanat Pasal 34 UUBI
mengelola cadangan devisa negara yang ada di BI.                                      sebenarnya OJK atau LPJK tersebut diharapkan sudah
Pengelolaan cadangan devisa tersebut dilakukan dengan                                 terbentuk pada akhir tahun 2002 .Hal tersebut berarti
memperhatikan prinsip security, liquidity, dan probity.                               Undang-undang OJK sudah harus lahir pada tahun 2002
                                                                                      tersebut. Namun pada kenyataannya sampai saat ini
Tugas Pengaturan dan Penyelenggaraan Sistem                                           UUOJK tersebut belum juga kunjung ada. Kemudian
Pembayaran                                                                            diharapkan akhir tahun 2010 UUOJK diharapkan sudah
Dalam menjalankan tugas pengaturan dan penyelenggaraan                                bisa disetujui dan disahkan oleh DPR bersama-sama
sistem pembayaran, menurut Pasal 15 UUBI, BI berwenang:                               dengan Pemerintah.
•       Melaksanakan dan memberikan persetujuan serta izin
        penyelenggaraan jasa sistem pembayaran                                        Dengan hadirnya OJK, maka Lembaga keuangan Bank
•       Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran                               maupun bukan Bank nantinya akan diawasi oleh OJK
        untuk menyampaikan laporan kegiatannya                                        tersebut. Namun demikian, saat ini masih banyak
•       Menetapkan penggunaan alat pembayaran                                         kalangan yang mempertanyakan apakah kehadiran OJK
                                                                                      tersebut benar-benar sudah merupakan kebutuhan
Tugas Pengaturan dan Pengawasan Bank                                                  untuk mengawasi dalam satu atap lembaga keuangan
Selanjutnya dalam rangka tugas pengaturan dan pengawasan                              bank maupun non bank, termasuk pasar modal dan
bank, menurut Pasal 24 UUBI, BI berwenang:                                            asuransi. Saat ini justru banyak kalangan juga yang
•       Menetapkan peraturan di bidang perbankan                                      mengkawatirkan kehadiran OJK tidak akan mampu
•       Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan                             mengambil alih fungsi pengawasan tersebut, jika fakta
        kegiatan tertentu dari bank                                                   efouria saat ini tidak mencerminkan kesiapan SDM yang
•       Melakukan pengawasan bank baik langsung maupun                                memadai untuk mendukung kehadiran OJK tersebut.
        tidak langsung
•       Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan                                 Coba bandingkan dengan kasus Pajak yang
        ketentuan perundang-undangan                                                  menghebohkan saat ini, banyak pihak menyatakan




    6
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010




bahwa kehadiran Pengadilan Pajak ternyata bukan solusi                  Pejabat/pensiunan BI seperti halnya pada Peradilan Pajak,
terbaik untuk mendukung reformasi sistem perpajakan                     maka jujur saya khawatir kasus serupa akan terjadi juga
di Indonesia.                                                           di OJK tersebut. Jika konstatasi ini benar, maka menurut
                                                                        hemat saya saat ini masih perlu dikaji ulang apakah
Pernyataan yang layak direnungkan saat ini adalah,                      mandat Pasal 34 UUBI tersebut sudah sepenuhnya tepat
persoalan sebenarnya atau persoalan substansial terkait                 dan benar. Jangan-jangan mandat tersebut hanya
dengan krisis perbankan selama ini yang ditengarai                      didasari atau dilatarbelakangi oleh sikap emosional
antara lain karena pelaksanaan fungsi pengawasan BI                     karena trauma masa lalu.
kurang memadai, apakah persoalan tersebut terletak
pada lembaganya atau pada SDMnya ?. Bercermin                           Jika pandangan ini diterima, bukankah yang lebih
pada Peradilan Pajak sebagaimana dikemukakan di                         esensial dan substansial adalah persoalan reformasi
atas, bukankah hal tersebut secara substansial persoalan                SDM bukan reformasi kelembagaannya. Secara sistem
mendasar adalah terletak pada SDMnya yang tidak                         barangkali kelembagaannya sudah benar, sudah tepat
kredibel, tidak qualified, tidak jujur dan mempunyai                    berada di jajaran BI, akan tetapi SDM pemegang kunci
kemampuan maupun integritas yang tinggi. Jika                           pengambil keputusan dan/atau kebijakan di bidang
kehadiran OJK nanti ternyata hanya akan memindahkan                     tugas pengawasan yang harus direformasi dan bukan
SDM Divisi Pengawasan BI ke lembaga baru yang                           sistemnya.
bernama OJK, jika tidak dibarengi dengan SDM yang                       Saya kawatir kehadiran OJK yang mengambil fungsi
memadai, kredibel, mempunyai integritas yang tinggi,                    pengawasan BI atas Bank-bank Umum, akan tetap
tegas dalam menjalankan fungsi pengawasan yang                          tumbuh atau bertabrakan dengan fungsi pengaturan
mandiri, independen, saya kawatir hal intu hanya akan                   BI yang secara tidak langsung akan bersinggungan
menimbulkan masalah baru dikemudian hari.                               dengan fungsi pengawasan (macroprudential).


Saya terus terang kawatir kehadiran OJK yang dimanatkan             G. HUBUNGAN DENGAN LEMBAGA LAIN
oleh Pasal 34 UUBI tersebut, hanya dilatar belakangi
oleh sikap traumatis pembentuk UU waktu itu terhadap                    Dalam struktur ketatanegaraan Indonesia, hubungan
peristiwa krisis perbankan masa lalu yang satu diantaranya              BI dengan Presiden dapat digambarkan sebagai berikut.
ditengarai karena pelaksanaan tugas pengawasan BI
terhadap bank-bank umum di Indonesia yang kurang                        Hubungan dengan Presiden sebagai Kepala Negara,
efektif.                                                                Presiden berwenang:
                                                                        •   Mengusulkan dan mengangkat Gubernur & Deputi
Jika konstatasi ini benar, maka kehadiran OJK sebenarnya                    Senior
belum tentu mencerminkan solusi tepat pengaturan dan                    •   Mengangkat Deputi Gubernur
pembenahan tugas dan fungsi pengawasan perbankan                        •   Mengusulkan calon Gubernur & Deputi Senior
saat ini. Bercermin pada kasus Pajak sebagaimana saya                       kepada DPR
kemukakan di atas, kehadiran Pengadilan Pajak yang                      •   DPR menyampaikan hasil persetujuannya kepada
hanya diisi oleh SDM dari Pegawai Pajak dan Mantan                          Presiden untuk diangkat
Pegawai Pajak dan/atau Konsultan Pajak dengan dalih                     •   Memberikan persetujuan tertulis jika anggota Dewan
merekalah yang mempunyai pengalaman dan keahlian                            Gubernur akan menjalani proses hukum.
dibidang pajak, ternyata tidak memberikan solusi terbaik
sistem pengelolaan perpajakan di Indonesia, ternyata                    Hubungan dengan Makamah Agung, Mahkamah
juga masih rentan dengan KKN yang sungguh                               Agung yang bertugas mengambil sumpah/janji anggota
membahayakan kepentingan publik dan keuangan negara.                    Dewan Gubernur.
                                                                        Hubungan dengan Badan Pemeriksa Keuangan:
Jika kehadiran OJK ternyata juga hanya akan diisi oleh                  •   Menerima dan melakukan pemeriksaan atas laporan
SDM dari BI yang dieksodus ke LPJK/OJK dan mantan                           keuangan tahunan BI




                                                                                                                                    7
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010




    •   Melakukan pemeriksaan khusus terhadap BI apabila                          •   Dalam melaksanakan tugasnya, LPJK yang akan
        diminta oleh DPR                                                              datang mempunyai kewajiban melakukan koordinasi
    •   BPK menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada                                  & kerja sama dengan BI sebagai bank sentral. Kerja
        DPR.                                                                          sama tersebut akan di atur dalam UU LPJK atau OJK
                                                                                      yang akan datang, sebagaimana diamanatkan oleh
    Hubungan dengan Pemerintah:                                                       Pasal 34 UUBI.
    •   Hubungan dengan Kantor Menteri Sekretaris Negara
        untuk pemuatan PBI dalam Lembaran Negara RI.                      H. PENUTUP


    Hubungan dengan Bea & Cukai dalam hal larangan                                Dengan mendasarkan pada UUBI sebagaimana beberapa
    membawa uang rupiah ke luar atau ke dalam wilayah                             kaedahnya telah di bahas dalam uraian di atas, implikasi
    pabean RI:                                                                    terhadap independensi dan posisi dalam sistem
    •   BI mengelola cadangan devisa milik negara                                 ketatanegaraan bagi pencapaian tujuan dan pelaksanaan
    •   Pemerintah dapat hadir dalam Rapat Dewan                                  tugas BI sebagai Bank Sentral RI, ternyata masih
        Gubernur (RDG) bulanan untuk menetapkan                                   menyisakan perbedaan pemahaman diantara sebagian
        kebijakan umum di bidang moneter dengan hak                               kalangan pemerhati BI sebagai Lembaga Negara yang
        bicara tanpa hak suara                                                    independen. Secara kaedah pengaturan independensi
    •   BI sebagai pemegang kas Pemerintah                                        BI sebagai Bank Sentral sebenarnya sudah cukup tegas,
    •   Untuk dan atas nama Pemerintah dapat menerima                             sebagaimana dapat dilihat pada ketentuan Pasal 8
        pinjaman luar negeri, menatausahakan, serta                               UUBI. Namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa
        menyelesaikan tagihan & kewajiban keuangan                                independensi tersebut masih sering tidak dapat
        Pemerintah terhadap pihak luar negeri                                     diimplementasikan secara benar di dalam praktek karena
    •   Pemerintah wajib meminta pendapat dan/atau                                adanya intervensi baik dari Pemerintah maupun pressure
        mengundang BI dalam sidang kabinet yang                                   politik.
        membahas masalah ekonomi, perbankan &
        keuangan, atau masalah lain yang berkatan dengan                          Kehadiran OJK atau LPJK sebagai salah satu solusi untuk
        tugas & wewenang BI                                                       menempatkan peran pengawasan perbankan pada
    •   Pemerintah wajib konsultasi dengan BI & DPR dalam                         Institusi mandiri di luar BI, ditengarai masih menyisakan
        penerbitan surat-surat utang negara                                       problem mendasar dikemudian hari, karena kesiapan
    •   BI dapat membantu Pemerintah dalam penerbitan                             SDM untuk itu masih mengambil atau hanya
        surat-surat utang negara.                                                 memindahkan saja Direktorat Pengawasan BI menjadi
    •   Menerima sisa surplus hasil kegiatan BI                                   bagian dari Lembaga Pengawasan yang baru tersebut.
    •   Pemerintah dengan persetujuan DPR wajib menutup                           Kajian kritis berkaitan dengan hal itu adalah apakah
        kekurangan dalam hal modal BI menjadi kurang                              kehadiran OJK atau LPJK itu sudah benar-benar
        dari Rp 2 triliun                                                         merupakan kebutuhan atau justru hanya merupakan
                                                                                  efouria karena trauma masa lalu sebagai dampak dari
    Hubungan Internasional, BI bertugas:                                          krisis perbankan yang berkepanjangan yang satu
    •   Melakukan kerja sama dengan bank sentral negara                           diantaranya adalah karena fungsi pengawasan BI tidak
        lain, organisasi dan lembaga internasional                                optimal.
    •   Apabila keanggotaan suatu lembaga internasional/
        multilateral dipersyaratkan adalah negara, BI dapat
        bertindak sebagai anggota lembaga tersebut untuk
        dan atas nama Negara


    Hubungan dengan Lembaga Pengawasan Jasa Keuangan
    yang Independen yang akan datang.




8
Referensi



Bank Indonesia, 2002, Mengurai Benang Kusut BLBI, Bank Indonesia.


Lash, Nicholas, A.,1987, Banking Law and Regulations: An Economis Perspentive, Prentice-Hall Inc, USA.


Mintorahardjo, Sukowaluyo, 2001., BLBI Simalakama, Resi, Jakarta.


Macey, Jonathan, R and Miller, Geoffrey, P., 1992, Banking Law and Regulation, Litle Brown Company, Boston, Toronto, London.


Rahbini, Didik J; Suwidi Tono, 1987, Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral, PT. Mardi Mulyo, Jakarta.


UU No. 7 Tahun 1992 jo UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.


UU No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.


UU NO. 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia.




                                                                                                                        9
Halaman ini sengaja dikosongkan
Implementasi Pasal 34 Undang-Undang Tentang
                              Bank Indonesia dan Dampaknya Pada Peranan dan
                              Fungsi Bank Indonesia Di Bidang Moneter, Sistem
                              Pembayaran dan Stabilitas Keuangan
                              Oleh: Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, LLM**




Apabila judul makalah ini didekati dari teori hukum, maka                    Artinya kedudukan Bank Sentral dalam struktur
teori hukum itu memberikan sarana kepada kita untuk                          ketatanegaraan terpatri atau memperoleh mandat dari
merangkum dan memahami masalah implementasi Pasal                            konstitusi yang sekaligus memberikan jaminan dari konstitusi
34 “Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank                           untuk Bank Sentral yang independen.
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2004, terakhir dengan Undang-Undang                            Apabila diperhatikan secara mendalam, maka penafsiran
Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia.” (“UUBI”).                        bahwa Bank Sentral ditentukan dalam pasal 23D UUD 1945
                                                                             adalah Bank Indonesia, sebagaimana telah pula ditentukan
Dengan ini dapat dipahami persoalan-persoalan yang bersifat                  dalam pasal 4 ayat (1) UU BI. Berdasarkan hukum Bank
yang hakiki dari UUBI itu. Radbruch menyatakan, bahwa                        Indonesia telah ditentukan sebagai Bank Sentral dan
tugas teori hukum adalah membikin jelas nilai-nilai serta                    kedudukannya diakui oleh konstitusi.
postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya
yang tertinggi.1                                                             Untuk itu dapat dipahami berbagai pendapat yang mengkaji
                                                                             kedudukan bank sentral yang independen dalam konstitusi.
Berdasarkan itu harus diteliti antara lain sebagai berikut.2                 Seperti dikatakan oleh Arend Lijhart, bahwa “A central
Petama, mengapa UUBI itu berlaku? Kedua, apa dasar                           bank can be made particularly strong if us independence
kekuatan mengikatnya ? Ketiga, apa yang menjadi tujuan                       is enshrined not just a central bank charter but in the
UUBI.? Keempat, bagaimana seharusnya UUBI dipahami?                          constitution”. Sementara itu, John Elster menyatakan pula,
                                                                             bahwa “…they cannot be change through the ordinary
UU BI merupakan derivatif dari ketentuan pasal 23 UUD                        legislative pocess but require a more stringent procedure".3
1945.
                                                                             Konstitusi itulah yang menjadi desain utama dan pokok
                                                                             dari keseluruhan sistem aturan yang berlaku sebagai
                                                                             pegangan bersama dalam kehidupan warga Negara dalam
                                                                             suatu Negara, yang keseluruhannya membentuk suatu
** Mendapat Sarjana Hukum dari USU (1983), Magister Hukum dari
   Universitas Indonesia (1994), Doktor dari Universitas Indonesia (2001),   kesatuan sistem hukum. Karena itu, hukum dan konstitusi
   Guru Besar Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU (2004), Dosen                 disuatu Negara itu haruslah menjadi sesuatu yang hidup
   Fakultas Hukum USU Medan, tahun 1987-sekarang, Dosen Pascasarjana
   Hukum USU Medan, tahun 1999-sekarang, Dosen Magister Manajemen            dalam praktek kehidupan bernegara sehari-hari. Dari sinilah
   Pascasarjana USU Medan, tahun 2002, Dosen Magister Kenotariatan
                                                                             kita dapat meyakini “the rule of law” atau prinsip supremasi
   Pascasarjana USU Medan, tahun 2002-sekarang, Dosen Magister
   Hukum Pascasarjana Univ. Pancasila Jakarta, tahun 2001-sekarang,          hukum (supremacy of law) dapat benar-benar diwujudkan
   Dosen Magister Hukum Pascasarjana Univ. Krisnadwipayana Jakarta,
   tahun 2001–2002, Dosen Magister Hukum Pascasarjana Sekolah Tinggi
                                                                             dalam kenyataan. Jika tidak, niscaya prinsip “the rule of
   Hukum Militer (STHM), Jakarta, tahun 2003-sekarang. Magister Hukum        law” dan “supremacy of law” itu hanya menjadi jargon
   Pascasarjana Universitas Islam, Jakarta, tahun 2004-sekarang. Dosen
   Magister Hukum Pascasarjana Universitas Nasional, Jakarta, 2005.          atau slogan kosong belaka.4
   Dosen Penguji dan Pembimbing Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum
   Universitas Indonesia, tahun 2002-sekarang. Ketua Program Studi Ilmu
   Hukum dan Ketua Program Doktor Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana            3   Arend Lijphart dan jon Elster dalam Maqdir Ismail, “Independensi,
   Universitas Sumatera Utara, Tahun 2006-sekarang.                              Akuntabilitas, dan Transparansi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral:
                                                                                 Studi Perbandingan Undang Undang Bank Indonesia”, Disertasi pada
1   Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Alumni, 1982), hal. 224-            Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2005), hal.263.
    225.
                                                                             4   Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar Pilar Demokrasi, (Jakarta:
2   Bandingkan. Satjipto Rahardjo, Op. Cit, halaman. 225                         Konstitusi Press, 2006), hal.79.




                                                                                                                                                     11
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010




Dalam konteks kedudukan Bank Sentral dalam konstitusi                         memberikan independen kepada bank sentral sebenarnya
memberikan penjelasan bahwa tata urutan atau susunan                          tidak berdasar. Independensi tidak berarti bank sentral bebas
hierarkis tatanan hukum berkenaan dengan kegiatan                             menjalankan kebijakan moneter yang mereka inginkan.
perbankan, termasuk pengawasan bank, harus bertitik                           Independen berarti bank sentral dapat menggunakan
tolak kepada ketentuan yang mengatur tentang Bank                             instrumen yang dimilikinya untuk mencapai tujuan yang
Sentral sebagaimana telah ditentukan dalam konstitusi.                        telah ditetapkan oleh sistem politik tanpa adanya campur
Sebab apabila dipostulasikan dengan norma dasar, konstitusi                   tangan dari pihak diluar bank sentral. Ini yang disebut
menempati urutan tertinggi dalam hukum nasional.                              dengan ”instrument independence” bukan ”goal
Konstitusi tidak hanya menentukan organ-organ dan                             independence”. Konsekwensi independen bagi bank sentral
prosedur pembentukan undang undang, tetapi juga sampai                        adalah harus lebih akuntabel untuk tindakan yang dilakukan
derajat tertentu, isi dari hukum yang akan datang. Konstitusi                 dan kebijakan moneter yang dilakukan secara transparan.
menentukan secara negatif bahwa hukum tidak boleh                             Menarik untuk dicermati bahwa meskipun pada awalnya
memuat isi tertentu, misalnya bahwa parlemen tidak boleh                      ada keraguan dalam memberikan independensi kepada
mengesahkan (rancangan) undang undang yang                                    bank sentral pada akhirnya masyarakat sangat puas terhadap
bertentangan dengan          konstitusi.5                                     independensi bank sentral. Tidak ada satu negara pun yang
                                                                              menyesal telah memberikan independensi kepada bank
Dengan demikian, peranan dan tugas Bank Indonesia yang                        sentralnya.7 Terdapat kesepakatan diantara para ahli bahwa
independen sebagai Bank Sentral sebagaimana ditentukan                        bank sentral independen yang bebas dari campur tangan
dalam konstitusi, harus dipertahankan kedudukannya,                           pemerintah dapat mencapai tujuan menjaga stabilitas harga
termasuk tidak ada undang-undang yang akan datang yang                        dengan lebih baik. Untuk mencapai kestabilan harga
dapat mencabut fungsi dan tugas bank Indonesia. Mengingat                     dibutuhkan waktu lebih panjang dan komitmen tinggi
peranan dan tugas bank Indonesia sangat penting dan                           terhadap pengawasan moneter.
berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara, terutama yang berhubungan dengan masalah                       Alan S. Blinder menyatakan bahwa independensi bank
ekonomi, perbankan dan keuangan. Selanjutnya                                  sentral dapat berarti dua hal. Pertama, bank sentral memiliki
independensi Bank Indonesia harus dipahami juga sebagai                       kebebasan untuk menentukan bagaimana untuk mencapai
suatu hal yang penting untuk menjamin               demokrasi.6               tujuannya, dan kedua, keputusan-keputusan yang diambil
                                                                              olehnya sulit untuk dibatalkan oleh cabang-cabang atau
Kedudukan Independensi Bank Indonesia                                         lembaga pemerintahan lainnya.8 Kebebasan dalam
                                                                              menentukan bagaimana untuk mencapai tujuannya bukan
Independensi merupakan salah satu isu penting dalam                           berarti bahwa bank sentral dapat menentukan sendiri
membahas peran Bank Sentral. Memiliki suatu bank sentral                      tujuannya, karena tujuan bank sentral secara umum tentu
yang independen mungkin merupakan elemen proses                               saja ditetapkan melalui legislasi yang disepakati bersama
reformasi moneter yang memicu perdebatan sengit dan                           melalui suatu sistem demokrasi. Tapi yang dimaksud adalah
dianggap sangat kontroversial pada dekade yang lalu. Secara                   bahwa bank sentral memiliki diskresi yang luas mengenai
alamiah para politisi merasa tidak nyaman memberikan                          bagaimana menggunakan instrumen-instrumennya untuk
independensi kepada bank sentral karena mengurangi                            mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui undang-
kewenangan dalam bidang-bidang penting yang selama ini                        undang.9
mereka miliki. Namun demikian keprihatinan para politisi


                                                                              7       Lars Nyberg, “The Framework of Modern Central Banking”, Speech
                                                                                      at a Conference on Reforming the State Bank of Thailand, Hanoi,
5    Bandingkan. Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara,                    21 March 2006
     (Bandung, penerbit Nusamedia & Penerbit Nuansa, 2006), hal. 180-
     181.                                                                     8       Alan S. Blinder, Central Banking in Theory and Practice, (Cambridge:
                                                                                      The MIT Press, 1998), hal. 54.
6    Bandingkan. Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitualisme Indonesia,
     (Jakarta: Konstitusi Press, 2006), hal.157.                              9       Ibid.




12
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010




Lebih jauh lagi, Blinder menegaskan mengapa independensi             menetapkan tiga tugas Bank Indonesia yaitu : (1) menetapkan
bank sentral menjadi begitu penting. Kebijakan moneter               dan melaksanakan kebijakan moneter; (2) mengatur dan
menurut Blinder memerlukan yang ia sebut sebagai long                menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta; (3) mengatur
time horizon, atau pandangan yang jauh kedepan10. Hal                dan mengawasi bank. Oleh karena itu pelaksanaan amanat
ini karena, pertama, efek-efek yang dihasilkan dari suatu            Pasal 34 berpotensi menyulitkan BI dalam mencapai tujuan
kebijakan moneter, seperti yang terkait dengan inflasi baru          yang diamanatkan oleh UU BI. Pasal 34 tersebut telah
dapat dilihat setelah sekian waktu lamanya, sehingga para            mengamputasi instrumen penting yang dimiliki BI dalam
decision makers tidak bisa langsung melihat hasil kerja              mencapai tujuannya.
mereka. Kedua, kebijakan-kebijakan moneter memiliki
karakteristik yang sama seperti halnya aktivitas investasi,          Dari sejarah pembentukan UU BI diketahui bahwa
yaitu memerlukan sesuatu dibayar dimuka, dan akan                    keberadaan Pasal 34 dipenuhi kontroversi. Pasal tersebut
mendapatkan hasil secara berkala setelah sekian waktu.11             didasarkan pada pandangan yang keliru tentang lembaga
                                                                     yang bertanggung jawab atas krisis keuangan yang terjadi
Tetapi, orang-orang politik yang duduk di pemerintahan,              pada tahun 1997/98. BI dianggap tidak dapat menjalankan
bukanlah orang-orang yang memiliki kesabaran ataupun                 tugasnya dengan efektif sehingga menimbulkan krisis
long time horizon. Kebanyakan dari mereka hanya melihat              keuangan yang parah. Pandangan ini tidak sepenuhnya
segala sesuatunya dalam short-term basis saja, tanpa                 beralasan. Bila diteliti struktur pengawasan perbankan
mempertimbangkan long term gains.12 Dari sini dapat                  pada waktu itu akan diketahui bahwa pengawasan bank
dilihat betapa bahayanya, apabila kebijakan moneter bank             dilakukan oleh dua lembaga yaitu BI dan Departemen
sentral yang mempengaruhi kondisi negara secara makro                Keuangan. BI bertugas mengawasi bank dalam arti sempit
diintervensi secara politis.                                         (audit) sedangkan tugas mengatur dan memberi/mencabut
                                                                     ijin usaha bank ada pada Departemen Keuangan. Oleh
Dampak Keberlakuan Pasal 34 UU BI                                    sebab itu tidak efektifnya tugas pengawasan bank sehingga
                                                                     memicu terjadi krisis pada tahun 1997/1998 tentunya
Pasal 34 UU BI mengamanatkan pembentukan Lembaga                     adalah tanggung jawab bersama kedua lembaga tersebut.
Pengawas Sektor Keuangan (LPJK) paling lambat pada tahun             Berdasarkan latar belakang seperti itu maka penerapan
2010. Amanat Pasal 34 tersebut sejak awal penyusunannya              Pasal 34 UU BI perlu dikaji ulang secara komprehensif.
telah mengandung kontroversi dan perdebatan. Berdasarkan
Pasal 34 UU BI fungsi BI dalam mengawasi bank dialihkan              Secara teoritis, terdapat dua aliran (school of thought) dalam
kepada LPJK. Pengalihan fungsi pengawasan bank dari bank             hal pengawasan lembaga keuangan. Di satu pihak terdapat
sentral di negara yang industri keuangannya didominasi               aliran yang mengatakan bahwa pengawasan industri
oleh industri perbankan tentunya menimbulkan perdebatan              keuangan sebaiknya dilakukan oleh institusi tunggal.
dan memicu kontroversi. Bank sentral yang diberikan                  Di pihak lain ada aliran yang berpendapat pengawasan
tanggung jawab untuk menciptakan stabilitas nilai rupiah             industri keuangan lebih tepat apabila dilakukan oleh beberapa
tentu akan menemukan kesulitan untuk memenuhi tanggung               lembaga. Di Inggris misalnya industri keuangannya diawasi
jawab tersebut apabila tidak memiliki kewenangan                     oleh Financial Supervisory Authority (FSA), sedangkan di
mengawasi bank. Itu sebabnya UU BI meletakan tujuan BI               Amerika Serikat industri keuangan diawasi oleh beberapa
dalam Pasal 7 yaitu mencapai dan memelihara kestabilan               institusi. SEC misalnya mangawasi perusahaan sekuritas
nilai rupiah dan untuk mencapai tujuan mencapai dan                  sedangkan industri perbankan diawasi oleh bank sentral
memelihara kestabilan nilai rupiah tersebut Pasal 8 UU BI            (the Fed), FDIC, dan OCC. Alasan dasar yang melatarbelakangi
                                                                     kedua aliran ini adalah kesesuaian dengan sistem perbankan
                                                                     yang dianut oleh negara tersebut. Juga, seberapa dalam
                                                                     konvergensi di antara lembaga-lembaga keuangan. Dari
10 Ibid. hal.55.
                                                                     sudut sistem, terdapat dua sistem perbankan yang berlaku
11 Ibid.
                                                                     yaitu commercial banking system dan universal banking
12 Ibid. hal.55-56.                                                  system. Commercial banking, seperti yang berlaku di negara




                                                                                                                                    13
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010




kita dan di Amerika Serikat, melarang bank dalam melakukan                  dalam jasa keuangan sifatnya masih sederhana dan
kegiatan usaha keuangan non bank seperti asuransi. Hal                      volumenya belum besar sehingga belum dapat dikatakan
ini berbeda dengan universal banking, dianut oleh antara                    sebagai masalah krusial yang dapat menimbulkan masalah
lain negara-negara Eropa dan Jepang yang membolehkan                        sistemik. Produk hybrid adalah produk yang merupakan
bank melakukan kegiatan usaha keuangan non bank                             perpaduan antara produk perbankan, asuransi atau pasar
seperti investment banking dan asuransi. Di samping alasan                  modal. Di Indonesia, produk-produk tersebut masih
sistem perbankan yang berlaku yang juga menjadi dasar                       merupakan produk asuransi atau pasar modal murni sehingga
pertimbangan adalah seberapa dalam telah terjadi                            dalam hal ini bank hanya berfungsi sebagai penjual (agent)
konvergensi pada industri keuangan. Konvergensi yang                        dan mendapatkan komisi (fee) dari jasanya tersebut. Ambil
dalam akan menyebabkan munculnya masalah kewenangan                         contoh produk hybrid yang baru dikenal di Indonesia yaitu
regulasi. Hal ini terjadi karena produk-produk yang dihasilkan              bancassurance yang memiliki dua pengertian yaitu: Pertama,
lembaga-lembaga keuangan sudah sedemikian menyatunya                        a bank that can offer banking, insurance lending and
sehingga sulit menentukan apakah suatu produk keuangan                      investment product to customer, Kedua, a French term
tertentu dihasilkan oleh industri perbankan sehingga diregulasi             referring to the selling of insurance through a bank’s
oleh bank sentral atau produk perusahaan sekuritas dan                      established distribution channel. Di negara-negara Eropa
harus tunduk pada regulasi Bapepam. Dengan diselesaikannya                  yang menganut universal banking system produk ini sudah
kewenangan pengawasan kepada satu institusi maka masalah                    lama berkembang dan dilakukan sesuai dengan pengertian
kewenangan regulasi tersebut akan terpecahkan.                              bancassurance yang pertama. Di Indonesia produk ini masih
                                                                            murni produk perusahaan asuransi yang ditawarkan atau
Secara empiris, survey yang dilakukan Central Banking                       dijual melalui jalur distribusi (distribution channel) perbankan
Publication (1999) menunjukkan bahwa dari 123 negara                        sehingga lebih tepat dengan pengertian bancassurance yang
yang diteliti, tiga perempatnya memberikan kewenangan                       kedua. Hal ini sesuai dengan undang-undang perbankan
pengawasan industri perbankan kepada bank sentral. Hal                      yang melarang bank melakukan kegiatan asuransi. Larangan
ini lebih menonjol di negara-negara sedang berkembang.                      ini sesuai pula dengan sistem perbankan yang dianut oleh
Khusus untuk negara yang sedang berkembang alasannya                        Indonesia, yaitu commercial banking system. Keuntungan
adalah masalah sumber daya (resourches). Bank sentral                       bank menjual produk hybrid tersebut adalah selain menerima
dianggap memadai dalam hal sumber daya (sumber daya                         komisi juga sekaligus dapat memperbesar customer base
manusia dan dana). Dari kaca mata politik, dicabutnya                       dan menjaga loyalitas nasabah.
kewenangan pengawasan dari bank sentral sejalan dengan
munculnya kecenderungan pemberian independensi                              Kedua, membentuk lembaga baru seberkuasa dan sebesar
kepada bank sentral. Ada kekhawatiran bahwa dengan                          OJK tentunya membutuhkan sumber daya yang besar. Pada
independennya bank sentral, apabila bank sentral juga                       saat negara sedang ”sakit” seperti saat ini pastilah lebih
berwenang mengawasi bank bank sentral akan memiliki                         bijaksana apabila sumber daya yang tidak sedikit itu
kewenangan yang sedemikian besar. Bank of England                           digunakan untuk memperbaiki infrastruktur yang sudah
misalnya, pada tahun 1997 mendapatkan                                       parah. Masalah utama yang dihadapi industri keuangan
keindependenannya, namun dua minggu kemudian                                khususnya perbankan saat ini bukanlah telah semakin
kewenangan pengawasan bank diambil alih dari bank                           menyatunya dengan industri keuangan lainnya, tetapi
sentral tersebut.                                                           lemahnya penerapan good corporate governance. Masalah
                                                                            good corporate governance tidak akan selesai dengan
Menjawab pertanyaan kapan waktu yang tepat mulai                            beralihnya kewenangan pengawasan. Orang bijak
beroperasinya OJK dapat dilakukan dengan                                    mengatakan don’t change your jokey in the middle of the
mempertimbangkan ketiga alasan di atas dan memperhatikan                    race otherwise you will lose the game. Hal ini terbukti dalam
hal-hal berikut. Pertama, data menunjukkan bahwa industri                   pengalaman Jepang dalam menerapkan FSA, suatu lembaga
keuangan kita 90% lebih di antaranya dikuasai oleh industri                 semacam OJK, pada saat industri perbankan Jepang menjadi
perbankan. Belum terjadi konvergensi yang dalam di antara                   lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari bangkrutnya Long-Term
industri keuangan tersebut. Kalaupun ada produk hybrid                      Credit Bank dan Nippon Credit Bank, dua bank besar yang




14
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010




terbukti merekayasa pembukuannya. Masalah koordinasi                             Dengan demikian implementasi ketentuan pasal 34 UUBI
antara FSA dengan bank sentral juga muncul misalnya                              dapat merubah esensi sistem dari suatu kesatuan UUBI
dalam kasus Ishikawa Bank dan Masalah kredit macet dan                           dan berpotensi menyulitkan BI dalam mencapai tujuan
kecurangan (fraud) masih mewarnai perbankan Jepang.13                            sebagaimana yang diamanatkan oleh UUBI.


Apabila pasal 34 UU BI diimplementasikan maka kewenangan                         Seharusnya peranan Bank Indonesia dalam menjaga
dalam mengawasi bank oleh BI tidak akan ada lagi, padahal                        stabilitas sistem keuangan seyogyanya tidak perlu
kewenangan mengawasi bank oleh BI merupakan tanggung                             diintervensi oleh lembaga manapun. Karena, tugas Bank
jawabnya dalam menciptakan nilai rupiah yang stabil.                             Indonesia berfungsi juga untuk menjaga stabilitas keuangan.
Selanjutnya akan mengakibatkan perubahan lainnya terhadap                        Hal ini sejalan dengan nafas independensi Bank Indonesia
substansi ketentuan UU BI lainnya yang pada gilirannya                           sebagaimana ditetapkan oleh norma dasar di Indonesia.
dapat mengganggu fungsi BI di bidang moneter, sistem
pembayaran dan stabilitas keuangan.                                              Apabila munculnya berbagai badan atau lembaga yang
                                                                                 kewenangannya sudah merupakan kewenangan Bank
Ketentuan pengawasan bank oleh BI sebelum adanya                                 Indonesia akan menjadi permasalahan dalam bidang hukum.
ketentuan pasal 34 UUBI adalah merupakan suatu ketentuan                         Sebab, merupakan hal yang aneh apabila berbagai undang-
yang berada dalam satu sistem hukum BI. Oleh karena itu                          undang melahirkan berbagai badan atau lembaga yang
tidak bisa kewenangan pengawasan bank oleh BI dipisahkan                         mempunyai kewenangan yang mirip.
dengan kewenangan BI lainnya.
                                                                                 Hal ini dapat berpotensi dibatalkannya undang-undang
Beberapa ciri dari suatu kesatuan sebagai           berikut:14                   yang menjadi dasar hukum pendirian badan atau lembaga
1. Sistem adalah suatu kompleksitas elemen yang terbentuk                        tersebut, apalagi sebagai Bank Sentral telah diatur dalam
    dalam satu kesatuan interaksi (proses).                                      UUD 1945.
2. Masing-masing elemen terikat dalam satu kesatuan
    hubungan yang satu sama lain saling bergantung                               PENUTUP
    (interdepende of its parts).
3. Kesatuan elemen yang kompleks itu membentuk satu                              Amanat Pasal 34 UUBI bila dilaksanakan akan mengakibatkan
    kesatuan yang lebih besar, yang meliputi keseluruhan                         tidak efektifnya Bank Indonesia dalam menciptakan stabilitas
    elemen pembentuknya itu (the whole is more than the                          nilai rupiah sebagaimana yang diamanatkan oleh pasal 7
    sum of its parts).                                                           UUBI. Tujuan BI sebagaimana yang ditetapkan dalam pasal
4. Keseluruhan itu menentukan ciri dari setiap bagian                            7 tersebut, hanya dapat dilaksanakan secara efektif apabila
    pembentuknya (the whole determines the nature of its                         Bank Indonesia berwenang menetapkan dan melaksanakan
    parts)                                                                       kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem
5. Bagian dari keseluruhan itu tidak dapat dipahami jika                         pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank
    ia dipisahkan, atau dipahami secara terpisah dari                            sebagaimana ditetapkan dalam pasal 8 UUBI.
    keseluruhan itu (the parts canot be under-stood if
    considered in isolation from the whole).                                     Singkat kata, apabila amanat pasal 34 UUBI ingin dijalankan,
6. Bagian-bagian itu bergerak secara dinamis secara                              maka seluruh tanggung jawab dan tugas yang diembankan
    mandiri atau secara keseluruhan dalam keseluruhan                            kepada Bank Indonesia harus dikaji ulang, karena pasal 34
    (sistem) itu.                                                                UUBI tersebut dilaksanakan akan mengamputasi salah satu
                                                                                 pondasi Bank Indonesia dalam mencapai tujuannya.



13 The Economist, 30 Agustus 2003.

14 Lili Rasjidi dan Wyasa Saputra, Hukum Sebagai Suatu Sistem (Bandung:
   Mandar Maju, tahun 2003 ,hal. 65.




                                                                                                                                                15
Daftar Pustaka



Alan S. Blinder, Central Banking in Theory and Practice, Cambridge: The MIT Press, 1998.


Arend Lijphart dan jon Elster dalam Maqdir Ismail, “Independensi, Akuntabilitas, dan Transparansi Bank Indonesia sebagai Bank
           Sentral: Studi Perbandingan Undang Undang Bank Indonesia”, Disertasi pada Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas
           Indonesia, 2005.


Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Bandung, penerbit Nusamedia & Penerbit Nuansa, 2006.


Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar Pilar Demokrasi, Jakarta: Konstitusi Press, 2006.


Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitualisme Indonesia, Jakarta: Konstitusi Press, 2006.


Lars Nyberg, “The Framework of Modern Central Banking”, Speech at a Conference on Reforming the State Bank of Thailand,
           Hanoi, 21 March 2006 .


Lili Rasjidi dan Wyasa Saputra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung: Mandar Maju, tahun 2003.


Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Alumni, 1998


The Economist, 30 Agustus 2003.




16
Peran Bank Sentral Dalam Menjaga Stabilitas
                             Sistem Keuangan
                             Oleh: Dr. Wimboh Santoso1




I.   Pendahuluan                                                        (3) Bagaimana kerja sama antar otoritas untuk
                                                                        mendukungnya; (4) Dengan apa kita bisa menjaga
     Stabilitas sistem keuangan telah menjadi sasaran yang              stabilitas sistem keuangan.
     penting dalam kebijakan ekonomi keuangan selama
     beberapa puluh tahun terakhir terutama paska krisis             II. Apa yang dimaksud stabilitas sistem keuangan
     Asia pada tahun 1998. Pada tahun 1980an, deregulasi
     terhadap pasar keuangan terutama pemberian kredit                  Meskipun beberapa negara telah menaruh perhatian
     atau pemberian fasilitas sejenisnya dari bank serta                cukup besar terhadap stabilitas sistem keuangan, deskripsi
     pengaturan aliran modal antar negara telah dihapuskan              tentang "stabilitas sistem keuangan" tetap masih menjadi
     secara bertahap di beberapa negara. Kondisi ini telah              diskusi yang hangat. Agar rumah tangga dan perusahaan
     menyebabkan adanya fondasi yang kuat untuk                         korporasi dapat secara optimal melakukan perannya
     mengembangkan sektor keuangan sehingga lebih cepat                 yaitu mengkonsumsi barang-barang dan juga melakukan
     dari pertumbuhan dari sektor-sektor ekonomi lainnya.               investasi secara berkesinambungan, maka harus ada
     Dalam phase ini, sistem keuangan telah berkembang                  sistem keuangan yang berperan secara baik dalam hal
     secara struktural dan menjadi lebih komplek. Instrumen             melakukan intermediasi dari para penyimpan dana
     keuangan telah berkembang menjadi beraneka ragam,                  (surplus unit) dan peminjam dana (deficit unit),
     aktivitasnya lebih terdiversifikasi dan risikonya lebih rumit      memberikan layanan pembayaran transaksi, dan
     dengan perubahan yang sangat dinamis. Sektor keuangan              melakukan realokasi risiko secara baik.
     juga menjadi lebih terintegrasi dan terkait erat satu sama
     lain dari segi dimensi industri maupun secara geographis,          Dalam pendekatan pemahaman yang lebih sempit atas
     sehingga sulit diidentifikasi originalitasnya dan siapa            stabilitas sistem keuangan dapat dilakukan dengan
     yang bertanggung jawab apabila terjadi permasalahan.               mendefinisikan sebaliknya yaitu menghindari adanya
     Sejalan dengan pertumbuhan yang pesat di sektor                    "instabilitas sistem keuangan" dimana telah terjadi
     keuangan, maka diikuti pula dengan berbagai                        gangguan terhadap perekonomian. Definisi ini lebih
     permasalahan yang semakin sulit terdeteksi secara lebih            melihat dari sisi kebalikannya dari kondisi yang stabil
     dini. Krisis di sektor keuangan biasanya berkaitan dengan          serta bagaimana mengupayakan untuk menghindari
     siklus "boom" dan "bust"terhadap nilai aset dan kredit.            terjadinya instabilitas.
     Terjadinya perkembangan pertumbuhan yang cepat
     harga property dan kredit konsumsi telah menjadi                   Gangguan terhadap perekonomian ditandai dengan
     indikator awal permasalahan instabilitas. Pertanyaannya:           timbulnya biaya yang harus dibayar oleh pemerintah.
     apakah kebijakan moneter dapat digunakan untuk                     Beberapa tahun terakhir terlihat bahwa biaya dari krisis
     memitigasi perkembangan yang pesat tersebut? Paper                 ini cukup besar bila dibandingkan dengan GDP suatu
     ini akan mengulas beberapa pertanyaan terkait dengan:              negara. Dari pengalaman juga menunjukan bahwa
     (1) Apa yang disebut stabilitas sistem keuangan?; (2)              krisis keuangan dapat terjadi baik dinegara berkembang
     Bagaimana melakukan analisisnya agar bisa melakukan                maupun di negara maju serta dapat menimbulkan
     deteksi lebih dini dan mengambil kebijakan mitigasinya;            dampak ikutan ke negara lain.


                                                                        Begitu terdapat biaya yang menjadi beban negara untuk
1    Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan Bank Indonesia              penyelamatan sistem keuangan, maka dapat dikatakan




                                                                                                                             17
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010




   bahwa sudah terjadi instabilitas di sistem keuangan.                             dapat terekspose risiko. Tanpa disadari bahwa risiko
   Penyelematan oleh pemerintah dimaksudkan agar biaya                              sistemik akan dapat manganulir persepsi bahwa
   yang ditimbulkan dari krisis dapat diminimalisir.                                risikonya telah dijual, sedangkan lembaga yang membeli
                                                                                    risiko ternyata sudah terlalu besar risiko yang dibelinya
   Definisi stabilitas sistem keuangan yang banyak dipakai                          dan tidak bisa dimitigasi ke lembaga lain. Kalau terjadi
   dibeberapa negara mengkombinasikan atas tiga hal                                 default atas maka hanya bailout dari otoritas yang
   yaitu: terjadi alokasi resources dengan baik sehingga                            dapat menyelesaikannya.
   proses intermediasi bisa berjalan dengan normal,
   berbagai indikator sistem keuangan masih memenuhi                                Melakukan analisis risiko yang berasal dari dalam sistem
   batas stabil dan belum ada dana publik yang dipakai                              keuangan akan lebih jelas kalau dapat dibedakan melalui
   untuk penyelamatan sistem keuangan.                                              dua pendekatan micro dan macroprudential.


III. Bagaimana otoritas melakukan analisis stabilitas                               Microprudential analisis lebih mengarah kepada
   sistem keuangan?                                                                 perkembangan dalam individu lembaga keuangan
                                                                                    dengan lebih menaruh perhatian pada menghindari
   Setelah pemahaman stabilitias sistem keuangan dan                                problem individual lembaga untuk melindungi
   sasaran yang akan dicapai disepakati dan dipahami                                kepentingan para deposan.
   oleh otoritas, maka pelaksanaan analisis simpul simpul
   kerawanan yang dapat menyebabkan instabilitas akan                               Macroprudential analisis lebih mengarah kepada
   dapat dilakukan dengan mudah dalam organisasi bank                               sistem keuangan secara keseluruhan dengan sasaran
   sentral. Terdapat dua pendekatan yang saling                                     agar tidak terjadi permasalahan untuk menghindari
   melengkapi:                                                                      biaya yang akan dibebankan kepada pemerintah
                                                                                    (pembayar pajak). Untuk menghindari sistemic risk
   Pertama, kita perlu memfokuskan kepada berbagai                                  dilakukan analisis risiko terhadap semua unsur di sistem
   faktor risiko yang berasal dari dalam sistem keuangan                            keuangan. Khusus untuk lembaga keuangan, analisis
   itu sendiri yaitu terdiri dari lembaga keuangan, pasar                           terhadap keterkaitan antar lembaga keuangan yang
   keuangan dan infrastruktur keuangan seperti settlement                           diakibatkan oleh permasalahan likuiditas maupun
   yang dilakukan oleh bank sentral (RTGS) maupun lembaga                           solvabilitas merupakan analisis macroprudential yang
   settlement lainnya. Unsur internal sistem keuangan ini                           penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.
   akan selalu dihadapkan kepada berbagai faktor risiko
   seperti risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan                       Kedua, pendekatan dengan menekankan risiko yang
   risiko operasional. Analisis atas berbagai risiko tersebut                       berasal dari luar sistem keuangan. Pendekatan ini telah
   telah semakin sulit beberapa tahun terakhir ini sejalan                          dipahami oleh para pengambil kebijakan beberapa
   dengan sistem keuangan yang semakin komplek dan                                  tahun terakhir. Perkembangan yang pesat perdagangan
   saling berkaitan baik antar industri maupun secara                               instrument derivatives atas surat hutang dan harga
   geographis.                                                                      assets, termasuk juga gangguan makro ekonomi seperti
                                                                                    turunnya harga komoditi serta terjadinya ketidak
   Peningkatan kompleksitas sistem keuangan di tunjukan                             seimbangan dalam ekonomi dunia dan pasar keuangan
   dengan pesatnya pasar di credit derivatives. Instrumen                           akan dapat menimbulkan risiko instabilitas. Untuk
   ini relatif masih baru yang bentuknya bisa beraneka                              melakukan identifikasi dari sumber instabilitas, kita
   ragam. Meskipun instrumen ini sangat baik untuk                                  memerlukan berbagai indikator yang dapat memberikan
   mitigasi risiko, namun terdapat kemungkinan bahwa                                informasi tanda-tanda terjadinya instabilitas. Dengan
   tehnis penilaiannya akan rumit serta dapat menimbulkan                           mendasarkan perbandingan beberapa indikator pada
   moral hazard atau rentan terjadinya spekulasi dan fraud.                         waktu tertentu dengan pada waktu normal, maka kita
   Lembaga keuangan baik yang melakukan mitigasi                                    bisa melakukan analisis seberapa besar perbedaan atas
   dengan menjual risikonya kepada pihak lain masih                                 indikator instabilitas tersebut. Kalau perbedaannya




18
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010




besar dengan trend yang meningkat maka kita bisa                      monitor sistem keuangan. Terintegrasinya lembaga dan
mengindikasikan kondisi keuangan mengarah kepada                      pasar keuangan dengan pasar global telah membuat
instabilitas. Namun demikian, sering sekali mendapatkan               bank sentral perlu melakukan analisis sistem keuangan
kesulitan untuk melakukan interpretasi atas berbagai                  global dalam laporan stabilitas sistem keuangannya yang
indikator instabilitas karena indikator normal kadang-                dipublikasikan secara rutin. Pengembangan berbagai
kadang sulit untuk ditentukan mengingat perkembangan                  tool analisis merupakan tantangan bank sentral agar
ekonomi yang sangat dinamis. Berbagai informasi yang                  dapat menangkap simpul kerawanan secara lebih dini.
belum secara terintegrasi dalam sistem keuangan
merupakan faktor yang penting untuk dapat dijadikan               IV. Bagaimana koordinasi antar otoritas untuk
judgment dalam melakukan analisis kondisi sistem                      bersama-sama menjaga stabilitas sistem keuangan
keuangan.
                                                                      Koordinasi antar otoritas ini sangat diperlukan dalam
Analisis dampak negatif atas guncangan ekonomi makro                  menjaga agar terhindar dari krisis dan mempermudah
terhadap stabilitas sistem keuangan juga dapat                        dalam penyelesaian krisis apabila ternyata tidak dapat
diterapkan. Macro stress testing merupakan pendekatan                 dihindari. Dalam koordinasi ini, peran dan tanggung
yang biasanya digunakan dalam analisis ini dengan                     jawab masing-masing otoritas harus jelas dan dituangkan
tujuan untuk mengukur ketahanan bank atau lembaga                     dalam undang-undang. Tugas menjaga stabilitas sistem
keuangan dalam menghadapi berbagai shocks atas                        keuangan ini dilakukan oleh bank sentral, dengan
kondisi ekonomi dan respon kebijakan makro ekonomi                    berkoordinasi dengan pengawasan pasar keuangan dan
yang diperlukan dari otoritas. Berbagai skenario kondisi              menteri keuangan sebagai otoritas fiskal. Di negara
makro ekonomi dapat disimulasikan untuk melakukan                     yang otoritas pengawasan lembaga keuangan dipisahkan
pengujian atas ketahanan bank atau lembaga keuangan                   dari bank sentral, maka otoritas tersebut akan menjadi
termasuk dalam kondisi ekstrim, pendekatan ini sering                 bagian dari otoritas yang harus melakukan koordinasi
disebut micro stress testing. Lembaga keuangan dan                    dibawah menteri keuangan. Untuk mencapai sasaran
pasar keuangan sudah semakin terintegrasi serta sangat                dalam mencegah dan menyelesaikan krisis, maka sharing
tinggi ketergantungannya sehingga analisis keterkaitan                informasi antar otoritas sangat diperlukan baik dalam
antar lembaga dan pasar keuangan sangat membantu                      kondisi normal maupun krisis. Dalam hal permasalahan
untuk mengukur sejauhmana permasalahan yang                           disektor keuangan menyangkut bank yang operasinya
mungkin timbul di lembaga atau pasar keuangan dapat                   secara multinasional maka koordinasi akan menyangkut
menimbulkan dampak sistemik di sistem keuangan.                       otoritas antar negara dengan berbagai kerangka hukum
Aliran dana masuk dan keluar di pasar keuangan telah                  yang berbeda. Sebagaimana yang terjadi terhadap
meningkat cukup besar aktivitasnya di beberapa tahun                  Lehman Brothers pada tahun 2008, otoritas di sejumlah
terkahir. Transaksi oleh para pelaku pasar antar negara               negara terlena melakukan koordinasi untuk melakukan
telah meningkat cukup pesat baik di pasar saham,                      assessment dampak penutupan lehman brothers ini
obligasi dan juga financial instrumen lainnya seperti                 terhadap lembaga keuangan lain dan pasar keuangan
produk off-shore dan derivatives. Pemerintah di berbagai              dinegara lain. Pandangan umum sementara ini, otoritas
negara banyak sekali mengeluarkan surat hutang untuk                  di suatu negara hanya bertanggung jawab pengawasan
membantu memperbaiki cash flow anggaran belanjanya                    terhadap bank yang didirikan dengan badan hukum
dan banyak para pelaku pasar yang melakukan                           di negara tersebut, sedangkan bank disuatu negara
diversifikasi risikonya dengan melakukan hedging                      yang didirikan dengan dasar hukum di negara lain
diberbagai pasar dunia. Analisis dengan mendasarkan                   (ie. Kantor cabang bank asing) maka tanggung jawab
domain domestik ternyata tidak cukup sehingga global                  pengawasannya ada di home supervisory authorities.
analisis tentang pasar dan lembaga keuangan sangat                    Permasalahan ini muncul apabila terdapat bank yang
diperlukan untuk melihat secara lebih akurat simpul                   beroperasi secara multinational dan mengalami
kerawanan di sistem keuangan. Bank sentral mempunyai                  permasalahan di kantor pusatnya sehingga harus ditutup,
tanggung jawab khusus dalam melakukan analisis dan                    maka secara legal seluruh kantor cabangnya harus




                                                                                                                                 19
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310
Bulhuk 080310

More Related Content

What's hot

Sesi 1 kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)
Sesi 1  kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)Sesi 1  kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)
Sesi 1 kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)rahma wati
 
Bank sentral
Bank sentralBank sentral
Bank sentralVero Nika
 
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETER
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETERINDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETER
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETERHeny Larasatii
 
Bank Sentral (Bank Indonesia)
Bank Sentral (Bank Indonesia)Bank Sentral (Bank Indonesia)
Bank Sentral (Bank Indonesia)Ari Raharjo
 
Silabus bank & lembaga keuangan 2
Silabus bank & lembaga keuangan 2Silabus bank & lembaga keuangan 2
Silabus bank & lembaga keuangan 2Anas Hakim
 
Bank syariah dan Bank konvensional
Bank syariah dan Bank konvensionalBank syariah dan Bank konvensional
Bank syariah dan Bank konvensionalYunzilAenulIsmi
 
JURNAL ANGGA HAPSILA
JURNAL ANGGA HAPSILAJURNAL ANGGA HAPSILA
JURNAL ANGGA HAPSILAGilang Mt
 
Ikhtisar 2
Ikhtisar 2Ikhtisar 2
Ikhtisar 2kpwbi
 
Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...
Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...
Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...Kevin Biondy
 
New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)
New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)
New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)Fenti Anita Sari
 
Tugas paper bank dan lembaga keuangan
Tugas paper bank dan lembaga keuanganTugas paper bank dan lembaga keuangan
Tugas paper bank dan lembaga keuanganNugrahaFajarSidiq
 
Hbl,12, fariz satiano, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...
Hbl,12, fariz satiano, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...Hbl,12, fariz satiano, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...
Hbl,12, fariz satiano, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...farizsatiano32
 
KTI hukum perbankan
KTI hukum perbankanKTI hukum perbankan
KTI hukum perbankanVinny Alysha
 

What's hot (19)

Bank Sentral
Bank SentralBank Sentral
Bank Sentral
 
Sesi 1 kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)
Sesi 1  kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)Sesi 1  kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)
Sesi 1 kelembagaan bank sentral -tegal (candra-pres)
 
Bank sentral
Bank sentralBank sentral
Bank sentral
 
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETER
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETERINDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETER
INDEPENDENSI BANK SENTRAL, INSTRUMEN KEBIJAKSANAN MONETER
 
Bank Sentral (Bank Indonesia)
Bank Sentral (Bank Indonesia)Bank Sentral (Bank Indonesia)
Bank Sentral (Bank Indonesia)
 
Bank Sentral : Bank Indonesia (Ekonomi Moneter - BAB 3)
Bank Sentral : Bank Indonesia (Ekonomi Moneter - BAB 3)Bank Sentral : Bank Indonesia (Ekonomi Moneter - BAB 3)
Bank Sentral : Bank Indonesia (Ekonomi Moneter - BAB 3)
 
Silabus bank & lembaga keuangan 2
Silabus bank & lembaga keuangan 2Silabus bank & lembaga keuangan 2
Silabus bank & lembaga keuangan 2
 
Bank syariah dan Bank konvensional
Bank syariah dan Bank konvensionalBank syariah dan Bank konvensional
Bank syariah dan Bank konvensional
 
JURNAL ANGGA HAPSILA
JURNAL ANGGA HAPSILAJURNAL ANGGA HAPSILA
JURNAL ANGGA HAPSILA
 
Ikhtisar 2
Ikhtisar 2Ikhtisar 2
Ikhtisar 2
 
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
 
Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...
Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...
Hbl,kevinbiondy,hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas mercu bua...
 
New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)
New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)
New Makalah Keuangan dan Perbankan (Study Lapang Bank BCA Syariah)
 
Tugas paper bank dan lembaga keuangan
Tugas paper bank dan lembaga keuanganTugas paper bank dan lembaga keuangan
Tugas paper bank dan lembaga keuangan
 
Hbl,12, fariz satiano, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...
Hbl,12, fariz satiano, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...Hbl,12, fariz satiano, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...
Hbl,12, fariz satiano, hapzi ali,hukum perbankan dan asuransi, universitas me...
 
2079
20792079
2079
 
Materi -bank-sentral
Materi -bank-sentralMateri -bank-sentral
Materi -bank-sentral
 
KTI hukum perbankan
KTI hukum perbankanKTI hukum perbankan
KTI hukum perbankan
 
Jurnal Borneo Administrator Vol. 8 No. 3 Tahun 2012
Jurnal Borneo Administrator Vol. 8 No. 3 Tahun 2012Jurnal Borneo Administrator Vol. 8 No. 3 Tahun 2012
Jurnal Borneo Administrator Vol. 8 No. 3 Tahun 2012
 

Viewers also liked (20)

Deepervoice2a
Deepervoice2aDeepervoice2a
Deepervoice2a
 
Global Handwashing Day 2009
Global Handwashing Day 2009Global Handwashing Day 2009
Global Handwashing Day 2009
 
מצגת להגשה סופית
מצגת להגשה סופיתמצגת להגשה סופית
מצגת להגשה סופית
 
1,4
1,41,4
1,4
 
Joomla! 1.6 uuendused
Joomla! 1.6 uuendusedJoomla! 1.6 uuendused
Joomla! 1.6 uuendused
 
Agravo de Instrumento - 2014.051213-7
Agravo de Instrumento - 2014.051213-7Agravo de Instrumento - 2014.051213-7
Agravo de Instrumento - 2014.051213-7
 
windows vista...
windows vista...windows vista...
windows vista...
 
Internet i Xarxes 2.0 al Priorat
Internet i Xarxes 2.0 al PrioratInternet i Xarxes 2.0 al Priorat
Internet i Xarxes 2.0 al Priorat
 
Proyecto dolca
Proyecto dolcaProyecto dolca
Proyecto dolca
 
corrección
correccióncorrección
corrección
 
Tarde calurosa
Tarde calurosaTarde calurosa
Tarde calurosa
 
Fotos teide
Fotos teideFotos teide
Fotos teide
 
免費! FREE
免費! FREE免費! FREE
免費! FREE
 
Sep13
Sep13Sep13
Sep13
 
TAC - POA 06.2014.00011590-0
TAC - POA 06.2014.00011590-0TAC - POA 06.2014.00011590-0
TAC - POA 06.2014.00011590-0
 
talleres emprendimiento
talleres emprendimientotalleres emprendimiento
talleres emprendimiento
 
3 färgfördjupningar
3 färgfördjupningar3 färgfördjupningar
3 färgfördjupningar
 
Novetats musicals. Estiu, 2009
Novetats musicals. Estiu, 2009Novetats musicals. Estiu, 2009
Novetats musicals. Estiu, 2009
 
областная викторина я гражданин страны народного единства
областная викторина я   гражданин страны народного единстваобластная викторина я   гражданин страны народного единства
областная викторина я гражданин страны народного единства
 
Carta escrita en el 2070
Carta escrita en el 2070Carta escrita en el 2070
Carta escrita en el 2070
 

Similar to Bulhuk 080310

banksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptx
banksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptxbanksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptx
banksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptxBangkitRioPasaribuSE
 
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaranBank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaranDolores Silvia
 
Anggaran dasar himpsi
Anggaran dasar himpsiAnggaran dasar himpsi
Anggaran dasar himpsiswirawan
 
Panduan informasi 2012
Panduan informasi 2012Panduan informasi 2012
Panduan informasi 2012Ida Komariana
 
129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1
129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1
129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1Alvin Setiawan
 
Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...
Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...
Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...Vanny Andriani Huang
 
Buku Modul
Buku ModulBuku Modul
Buku ModulLiasiti
 
Ejurnal jurnal konstitusi andalas vol 2 no 1
Ejurnal jurnal konstitusi andalas vol 2 no 1Ejurnal jurnal konstitusi andalas vol 2 no 1
Ejurnal jurnal konstitusi andalas vol 2 no 1Adithiya Diar
 
Jurnal konstitusi
Jurnal konstitusiJurnal konstitusi
Jurnal konstitusivirmannsyah
 
Blk klp 5 bi dan ojk
Blk klp 5 bi dan ojkBlk klp 5 bi dan ojk
Blk klp 5 bi dan ojkRisa Martia
 
ABSTRAK Yeti dan Motto fINAL.docx
ABSTRAK Yeti dan Motto fINAL.docxABSTRAK Yeti dan Motto fINAL.docx
ABSTRAK Yeti dan Motto fINAL.docxBughill lord
 
Skripsi%20 andi%20jayanti.
Skripsi%20 andi%20jayanti.Skripsi%20 andi%20jayanti.
Skripsi%20 andi%20jayanti.radikalzen
 
Profile bank indonesia
Profile bank indonesiaProfile bank indonesia
Profile bank indonesiaAmalia Dekata
 
Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010
Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010
Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010Anggit T A W
 
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - LPS, OJK, & KARTU PLASTIK
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - LPS, OJK, & KARTU PLASTIKBANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - LPS, OJK, & KARTU PLASTIK
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - LPS, OJK, & KARTU PLASTIKWindaAmalia9
 

Similar to Bulhuk 080310 (20)

banksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptx
banksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptxbanksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptx
banksentralbisistempembayarandanalatpembayaran-210913174746.pptx
 
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaranBank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
Bank sentral (bi), sistem pembayaran, dan alat pembayaran
 
Anggaran dasar himpsi
Anggaran dasar himpsiAnggaran dasar himpsi
Anggaran dasar himpsi
 
Panduan informasi 2012
Panduan informasi 2012Panduan informasi 2012
Panduan informasi 2012
 
129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1
129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1
129075427 fungsi-dan-peran-bank-indonesia-dalam-perekonomian-bangsa1
 
Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...
Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...
Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...
 
Buku Modul
Buku ModulBuku Modul
Buku Modul
 
Jurnal ilmiah m kn unud edisi 10 oktober 2014
Jurnal ilmiah m kn unud edisi 10 oktober 2014Jurnal ilmiah m kn unud edisi 10 oktober 2014
Jurnal ilmiah m kn unud edisi 10 oktober 2014
 
Ejurnal jurnal konstitusi andalas vol 2 no 1
Ejurnal jurnal konstitusi andalas vol 2 no 1Ejurnal jurnal konstitusi andalas vol 2 no 1
Ejurnal jurnal konstitusi andalas vol 2 no 1
 
Berita acara
Berita acaraBerita acara
Berita acara
 
2312-5275-1-SM.pdf
2312-5275-1-SM.pdf2312-5275-1-SM.pdf
2312-5275-1-SM.pdf
 
Jurnal konstitusi
Jurnal konstitusiJurnal konstitusi
Jurnal konstitusi
 
Blk klp 5 bi dan ojk
Blk klp 5 bi dan ojkBlk klp 5 bi dan ojk
Blk klp 5 bi dan ojk
 
ABSTRAK Yeti dan Motto fINAL.docx
ABSTRAK Yeti dan Motto fINAL.docxABSTRAK Yeti dan Motto fINAL.docx
ABSTRAK Yeti dan Motto fINAL.docx
 
Skripsi%20 andi%20jayanti.
Skripsi%20 andi%20jayanti.Skripsi%20 andi%20jayanti.
Skripsi%20 andi%20jayanti.
 
undang-undang perbankan
undang-undang perbankanundang-undang perbankan
undang-undang perbankan
 
Profile bank indonesia
Profile bank indonesiaProfile bank indonesia
Profile bank indonesia
 
konsep
konsep konsep
konsep
 
Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010
Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010
Laporan Pencapaian MDG Indonesia 2010
 
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - LPS, OJK, & KARTU PLASTIK
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - LPS, OJK, & KARTU PLASTIKBANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - LPS, OJK, & KARTU PLASTIK
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA - LPS, OJK, & KARTU PLASTIK
 

Bulhuk 080310

  • 1. ISSN : 1693 - 3265 BULETIN Volume 8, Nomor 3, September 2010 HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN Implikasi Landasan Hukum Independensi dan Posisi Dalam Sistem Ketatanegaraan Bagi Pencapaian Tujuan dan Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral RI Implementasi Pasal 34 Undang-Undang Tentang Bank Indonesia dan Dampaknya Pada Peranan dan Fungsi Bank Indonesia Di Bidang Moneter, Sistem Pembayaran dan Stabilitas Keuangan Peran Bank Sentral Dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan Bank Indonesia: Independensi, Pengawasan Bank dan Stabilitas Sistem Keuangan Beberapa Catatan Terhadap RUU Otoritas Jasa Keuangan Resensi Buku: Konstitusi Ekonomi (Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH) Cakrawala Hukum: Seminar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, RUU Otoritas Jasa Keuangan, Adakah Solusi Alternatif ? Daftar Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia, Mei - Oktober 2010 Ringkasan Peraturan Bank Indonesia, Mei - Oktober 2010
  • 2. Volume 8, Nomor 3, September 2010 BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN Direktorat Hukum Bank Indonesia Pelindung Deputi Gubernur Bidang Hukum Bank Indonesia Penanggung Jawab Ahmad Fuad, Heru Pranoto, Agus Santoso Pemimpin Redaksi Agus Santoso Sekretaris Redaksi Dyah Pratiwi Dewan Redaksi Zulkarnain Sitompul, Wahyudi Santoso, Sudarmaji, Bambang Djauhari, Herminingsih, Rosalia Suci, Suprianto, Hari Sugeng Raharjo, Umi Widji. R. Redaksi Pelaksana Arief. R. Permana, Gufron Baehaki, Hilman Tisnawan, Teddy Yusuf, Anton Purba, Kuwat Wijayanto Mitra Bestari Prof. Dr. Erman Radjagukguk, SH, LLM Prof. Dr. Nindyo Pramono, SH, LLM Prof. Dr. Huala Adolf, SH, LLM Dr. Inosentius Samsul, SH, LLM Dr. Lastuti Abubakar, SH, MH Penanggung Jawab Pelaksana dan Distribusi Tim Perundang-undangan dan Pengkajian Hukum, Direktorat Hukum Bank Indonesia Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan ini diterbitkan oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia. Isi dan hasil penelitian dalam tulisan-tulisan dalam buletin ini sepenuhnya tanggung jawab para penulis dan bukan merupakan pandangan resmi Bank Indonesia. Buletin ini pada awal tahun penerbitan, tahun 2003, diterbitkan 6 (enam) bulan sekali, yaitu pada bulan Juli dan Desember. Mulai tahun 2004 buletin ini terbit secara berkala pada bulan April, Agustus dan Desember, dan mulai tahun 2009, buletin diterbitkan pada bulan Januari, Mei, dan September. Peminat buletin ini dapat menghubungi Bagian Administrasi Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, Gedung B Lt. 16, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, telepon (021) 381 8629, facsimile (021) 350 1931, email: buletinhukum_dhk@bi.go.id Redaksi menerima sumbangan tulisan berupa artikel ilmiah atau semi ilmiah serta resensi buku berkenaan dengan hukum perbankan dan kebanksentralan. Tulisan tersebut dapat disampaikan kepada Tim Perundang-undangan dan Pengkajian Hukum, Direktorat Hukum Bank Indonesia, Gedung Tipikal Lt 9 Jl M.H Thamrin No. 2 Jakarta 10350, telepon (021) 381 7346, facsimile (021) 380 1430. Atas dimuatnya artikel dan resensi buku dimaksud, Redaksi memberikan uang jasa penulisan. “Buletin ini dapat diakses melalui website Bank Indonesia di http://www.bi.go.id, pilih links riset, survey dan publikasi, kemudian pilih publikasi”
  • 3. Halaman ini sengaja dikosongkan
  • 4. Dari Meja Redaksi Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan Volume 8 Nomor 3, Edisi September 2010 kembali hadir dan menyapa pembaca sekalian. Pembentukan Lembaga Pengawas Jasa Keuangan (LPJK) sebagai amanat Pasal 34 UU Bank Indonesia harus dilakukan untuk membangun industri jasa keuangan yang sehat, teratur dan mempunyai daya saing yang tinggi guna mewujudkan perekonomian yang mampu tumbuh secara berkelanjutan dan stabil. Namun demikian, pembentukan Lembaga Pengawas Jasa Keuangan (LPJK) harus dicermati dari berbagai aspek. Dari aspek filosofis, pembentukan UU mengenai LPJK harus dilihat apakah dapat meningkatkan fungsi administratif kontrol dan manajerial kontrol terhadap otoritas jasa keuangan agar kebijakan yang telah ditetapkan dilaksanakan secara taat asas sesuai peraturan perundang-undangan bebas dari berbagai penyimpangan atau penyelewengan dalam rangka pencapaian tujuan. Dari aspek yuridis, RUU berkaitan LPJK tidak boleh dilihat terpisah dari UU lain yang terkait. Dari aspek sosiologis, penyusunan RUU mengenai LPJK hendaknya secara sungguh mempertimbangkan best practice dan dinamika perkembangan di sektor jasa keuangan. Menyoroti hal tersebut, dalam edisi kali ini Buletin akan khusus menghadirkan artikel berkaitan dengan rencana pembentukan OJK, yaitu: Implikasi Landasan Hukum, Independensi dan Posisi Dalam Sistem Ketatanegaraan Bagi Pencapaian Tujuan dan Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral, yang ditulis oleh Prof. Dr. Nindyo Pramono, SH, LLM; Implementasi Pasal 34 Undang-Undang Tentang Bank Indonesia dan Dampaknya Pada Peran dan Fungsi Bank Indonesia di Bidang Moneter, Sistem Pembayaran dan Stabilitas Sistem Keuangan, yang ditulis oleh Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, LLM; Peran Bank Sentral Dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan, Oleh Dr. Wimboh Santoso, Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan Bank Indonesia; Independensi Bank Indonesia dan Peran Baru Dalam Stabilitas Sistem Keuangan, oleh Drs. Ec. Abdul Mongid, MA; serta Beberapa Catatan Terhadap RUU Otoritas Jasa Keuangan, oleh Oka Mahendra, SH; Sementara itu, dalam rubrik Cakrawala Hukum, redaksi menampilkan pula seminar yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia: RUU OJK, Adakah Solusi ? Selanjutnya sebagai referensi, redaksi juga telah menyediakan resensi buku: Konstitusi Ekonomi. Akhirnya, guna memberikan pengkinian informasi produk perundang-undangan Bank Indonesia, buletin ini akan memuat daftar Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan Surat Edaran (SE) Ekstern Bank Indonesia dari bulan Mei sampai dengan Oktober 2010, yang dilengkapi dengan Ringkasan Peraturan Bank Indonesia, dengan harapan agar semakin mempermudah pembaca dalam menelusuri dan mencari regulasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Selamat membaca. Jakarta, September 2010 Redaksi i
  • 5. Halaman ini sengaja dikosongkan
  • 6. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan Volume 8, Nomor 3, September 2010 Halaman Dari Meja Redaksi............................................................................................................................................ i Daftar Isi.......................................................................................................................................................... iii Implikasi Landasan Hukum Independensi dan Posisi Dalam Sistem Ketatanegaraan Bagi Pencapaian Tujuan dan Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral RI....................................................................... 1-9 Prof. Dr. Nindyo Pramono, SH, LLM Implementasi Pasal 34 Undang-Undang Tentang Bank Indonesia dan Dampaknya Pada Peranan dan Fungsi Bank Indonesia Di Bidang Moneter, Sistem Pembayaran dan Stabilitas Keuangan................................... 11 - 16 Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, LLM Peran Bank Sentral Dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan........................................................................ 17 - 22 Dr. Wimboh Santoso (Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan, Bank Indonesia) Bank Indonesia: Independensi, Pengawasan Bank dan Stabilitas Sistem Keuangan........................................... 23 - 36 Drs. Ec. Abdul Mongid, MA Beberapa Catatan Terhadap RUU Otoritas Jasa Keuangan................................................................................. 37 - 43 Oka Mahendra, SH Resensi Buku: Konstitusi Ekonomi (Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH).......................................................................................... 45 - 46 Veri Dhyatmika Adhiraharja Cakrawala Hukum: Seminar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, RUU Otoritas Jasa Keuangan, Adakah Solusi Alternatif ?................ 47 - 49 Redaksi Daftar Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia, Mei - Oktober 2010...................... 51 -53 Tim Informasi Hukum (Direktorat Hukum Bank Indonesia) Ringkasan Peraturan Bank Indonesia, Mei - Oktober 2010................................................................................ 55 - 70 Tim Informasi Hukum (Direktorat Hukum Bank Indonesia) iii
  • 7. Halaman ini sengaja dikosongkan
  • 8. Implikasi Landasan Hukum Independensi dan Posisi Dalam Sistem Ketatanegaraan Bagi Pencapaian Tujuan dan Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral RI Oleh: Prof. Dr. Nindyo Pramono, SH, LLM A. LANDASAN DAN STATUS BANK INDONESIA masih merupakan bagian dari Eksekutif. Konsekuensinya Bank Indonesia dituntut transaparan dan memenuhi Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 jo prinsip akuntabilitas kepada publik dalam menetapkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank kebijakannya serta terbuka bagi pengawasan oleh Indonesia (UUBI), Bank Indonesia adalah Lembaga masyarakat. Negara yang independen. Sebagai Lembaga Negara yang independen, Pemerintah dan/atau pihak-pihak Apakah sebenarnya hakekat independen itu, apakah lainnya dilarang melakukan campur tangan terhadap independen berarti BI steril sama sekali dari segala bentuk pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia (BI). intervensi?. Adakah batas-batas toleransinya?. Secara Bahkan ditegaskan di dalam UUBI, BI wajib menolak teoritis, pada hakekatnya terminologi “independensi“ dan/atau mengabaikan segala bentuk campur tangan itu mempunyai cakupan yang sangat luas. dari pihak-pihak yang disebutkan di muka. Independence: “the state or condition of being free from Pelanggaran terhadap larangan campur tangan maupun dependence, subjection or control. Political independence terhadap kewajiban untuk menolak campur tangan, is the attribute of a nation or state which is enterely diancam penjara minimal 2 (dua) tahun, maksimal 5 (lima) autonomous and not subject to government, control or tahun serta denda minimal Rp 2 miliar, maksimal Rp 5 dictation of any exterior power“. Independence: “not miliar. Demikian terangkum dalam Pasal 67 dan 68 UUBI. depending on autority, self governing, not depend on something for validity or efficiency, not supported by B. INDEPENDENSI BI public fund (for institution), unwilling to be under obligation to others, independent of any political aprty Sebagai Lembaga Negara yang indepedenden, BI adalah (for politician) (Riyanto Sastroadmodjo, 1999). badan hukum yang status badan hukumnya diperoleh melalui penetapan Undang-Undang (UU). BI adalah Jika dikaitkan dengan Independensi Bank Sentral, maka badan hukum publik, dengan kriteria: cara pendiriannya independensi Bank Sentral seperti BI terkait hal-hal dilakukan penguasa negara berdasarkan UU, pelaksanaan sebagai berikut: Suatu Bank Sentral yang efektif harus tugasnya berhubungan dengan publik, diberi wewenang kuat dengan cakupan ekonomi yang luas dalam membuat peraturan sendiri yang mengikat masyarakat. operasinya dan terlepas dari campur tangan partisan Saat ini produk peraturan tersebut dituangkan dalam serta tekanan partai politik. Sebagai lembaga independen Peraturan Bank Indonesia (PBI). di lingkungan pemerintahan suatu Negara, Bank Sentral seharusnya memiliki kemampuan atau otoritas atau Adapun wewenang yang diberikan oleh UU kepada BI kewenangan judgment dalam kaitannya dengan antara lain wewenang mengelola kekayaan sendiri persoalan kebijakan moneter suatu negara, namun tidak terlepas dari APBN. Independensi BI memberikan dalam arti berada dalam posisi isolasi terhadap seluruh kewenangan yang lebih besar kepada BI dengan kebijakan perekonomian suatu negara (Paul A Volcker, harapan akan dapat lebih besar meningkatkan efektivitas Ex Chairman Board of Governors FRS US 79-87). pelaksanaan tugasnya. Namun di sisi lain, independensi menuntut tanggung jawab yang lebih besar. Dalam Itulah kualifikasi dan persyaratan suatu Bank Sentral sistem ketatanegaraan Indonesia, posisi BI tampaknya yang independence. Dalam praktek negara maju, 1
  • 9. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010 kualifikasi dan persyaratan itu biasanya melekat dan 2. Kemandirian Fungsi tercermin di dalam UU yang mengaturnya. Independen diperlukan untuk pengembangan institusi dan Suatu Bank Sentral dapat dinilai mempunyai mempertahankan jati dirinya secara bertanggung jawab. kemandirian fungsi bila ia mempunyai kebebasan Independen sering terkait dengan prinsip politik yang dalam menggunakan instrumen-instrumen kebijakan dianut suatu pemerintah, secara historical maupun moneter seperti: penyesuaian tingkat suku bunga tradisional, terutama terletak pada masalah keuangan dan operasi pasar terbuka (OPT) dan pemberian pemerintah. tingkat diskonto atau pengautan tentang kebijakan perkreditan. Di Amerika Serikat (United State/US ) pemberian status independen Federal Reserve ( FDR ) atau Bank Sentral Dalam konteks ini kemandirian BI dapat diartikan Amerika terutama untuk tujuan agar FDR dapat sebagai kemandirian instrumen yang menggambarkan mengatur kebijakan moneter US secara bebas dari bahwa suatu bank sentral memiliki kebebasan memilih “political presures“ (Lash, 1987: 28) instrumen yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran moneter yang telah ditetapkan. C. KEMANDIRIAN BI Hasil dari pelaksanaan kewenangan tersebut di atas, Sebagai Lembaga Negara yang independen, maka BI sekalipun dengan biaya besar, misalnya dalam hal dituntut mempunyai kemandirian terutama dalam 4 pelaksanaan OPT, tidak tepat jika dinilai atau dievaluasi (empat) hal, yaitu: kemandirian institusi, kemandirian dengan tolak ukur out put yang dicapainya. Bisa jadi fungsi, kemandirian keuangan dan kemandirian tidak sebanding, namun itulah keputusan yang organisasi. Masing-masing kemandirian tersebut dapat diambil oleh BI yang tidak boleh diintervensi. diuraikan sebagai berikut. Bank Sentral yang independen harus memiliki 1. Kemandirian Institusi kebebasan untuk memutuskan kapan dan dalam hal apa saja bantuan kredit atau fasilitas kredit Kemandirian Institusi diartikan sebagai status BI likuiditas dapat diberikan. Pasal 10 UUBI mengatakan: secara institusi terpisah dari kekuasaan eksekutif ”BI dalam mengendalikan kebijakan moneter dan legislatif. BI diberi kewenangan menetapkan berwenang menggunakan instrumen-instrumen kebijakan moneter secara independen dan bebas moneter yang telah ditetapkan dalam UU tanpa dari campur tangan pemerintah. Demikian meminta atau memperoleh persetujuan dari ditegaskan di dalam Pasal 4 Ayat (2) UUBI. Pemerintah”. Oleh sebab itu, jika kemandirian fungsi ini dikaitkan dengan kebijakan Kredit Likuiditas Bank Secara struktural kedudukan BI tidak berada di bawah Indonesia (KLBI) misalnya, seharusnya kebijakan atau di dalam Kabinet Pemerintah, namun mempunyai seperti KLBI ini tidak boleh ditugaskan kepada BI, kedudukan sejajar dengan Kabinet Pemerintah. karena akan mengganggu kemandirian fungsi BI. KLBI diberikan untuk membiayai berbagai kredit Kemandirian dalam hal menetapkan kebijakan program pemerintah. KLBI dikucurkan terutama moneter merupakan syarat kemandirian institusi. untuk membiayai pengadaan pangan dan kegiatan Sebagaimana ditegaskan di dalam Pasal 8 huruf a yang menyentuh secara langsung kepada usaha UUBI: BI berwenang untuk menetapkan dan kecil dan masyarakat berpenghasilan rendah. melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan Diantaranya untuk Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit menjaga kelancaran sistem pembayaran serta Pemilikan Rumah Sederhana dan Sangat Sederhana mengatur dan mengawasi bank. Kewenangan ini (KPRS/SS), Kredit Kepada Koperasi Primer untuk tidak dapat diintervensi Pemerintah. Demikian anggotanya (KKPA), Kredit Kepada Koperasi (KKOP), ditentukan di dalam Pasal 9 Ayat (1) UUBI. Kredit Modal Kerja Kepada BPR (KMK BPR), Kredit 2
  • 10. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010 Kepada Pengusaha Kecil dan Mikro (KPKM) (BI, 2002: atas, intervensi maupun pressure politik tersebut 20). Oleh sebab itu tepat jika kemudian oleh UUBI tidak boleh terjadi pada Bank Sentral seperti BI. Oleh di dalam Pasal 56 KLBI telah dihapuskan, karena karena itu UUBI mengatur bahwa anggaran BI adalah dipandang mengganggu konsep kemandirian BI. mandiri terpisah dari Pemerintah. Terpisah di sini mengandung arti “lepas“ sama sekali dari induknya. Kalau secara kaedah fungsi BI sebagai Lembaga Pemerintah tidak menganggarkan kebutuhan Negara yang mandiri, independen telah diatur secara keuangan BI. Oleh sebab itulah, maka Pasal 60 UUBI tegas dalam UU, maka seharusnya perdebatan siapa mengatakan: “anggaran BI ditetapkan oleh Dewan yang harus bertanggung jawab atas kebijakan BLBI Gubernur. Tidak perlu approval DPR, tapi perlu untuk mengatasi krisis tahun 1997 yang lalu tidak diinformasikan kepada DPR, sebagai bentuk kontrol perlu terjadi. Sebagaimana diketahui BI adalah institusi tidak langsung. yang paling disorot dalam kasus BLBI tersebut. Saat itu terjadi perdebatan yang berkepanjangan di Panja 4. Kemandirian Organisasi BLBI seputar apakah BI termasuk dalam jajaran pemerintahan/Kabinet atau tidak (Mintoraharjo, Kemandirian organisasi diperlukan oleh BI karena 2001: 20). Ada satu pandangan yang mengatakan sangat erat kaitannya dengan komposisi dari organ BI termasuk dalam jajaran kabinet. Argumennya badan hukum BI dan sistem pengangkatan dan adalah dari segi keuangan dapat dipisahkan, namun pemberhentian pegawai BI sebagai bank sentral. dalam kebijakan yang dilakukan BI merupakan Pihak lain dilarang melakukan campur tangan pelaksanaan dari kebijakan pemerintah. Pada saat terhadap pelaksanaan tugas BI, sebaliknya BI wajib itu BI tidak hanya berfungsi sebagai Bank Sentral, menolak dan atau mengabaikan segala bentuk tapi sekaligus sebagai agent of development yang campur tangan dari pihak luar. Setiap pihak yang punya kaitan dengan kebijakan perekonomian melakukan campur tangan dikenai sanksi yang pemerintah secara keseluruhan. Pandangan lain tegas. Demikian dalam disimpulkan dari ketentuan mengatakan tidak demikian. BI adalah lembaga yang Pasal 67 jo Pasal 9 UUBI. independen, lembaga yang otonom berdasarkan UU No. 13 Tahun 1968 Tentang Bank Sentral waktu itu. Belakangan ini independensi dan kemandirian serta Perbedaan pandangan demikian seharusnya tidak kredibilitas BI diuji, karena ditengarai di dalam perlu terjadi jika semua pihak benar-benar memahami pelaksanaan BI sebagai Lembaga Negara yang fungsi Bank Sentral sebagai Lembaga Negara yang independen, ternyata BI belum mampu menempatkan independen, mandiri dari segi fungsinya, sebagaimana dirinya sebagaimaan dikehendaki oleh UUBI. Netralitas kami kemukakan di atas. BI sebagai bank sentral ternyata belum sepenuhnya benar-benar mampu mandiri. Intervensi dan pressure 3. Kemandirian Keuangan politik masih sering mempengaruhi kinerja dan kebijakan yang dijalankan oleh BI sebagai Lembaga Negara yang Mengacu kepada peran Pemerintah dan DPR independen. Akibatnya begitu BI menjalankan tugas- terhadap anggaran bank sentral, maka diperlukan tugasnya sebagaimana diamanatkan oleh UUBI, banyak adanya kemandirian keuangan pada BI. Mengapa pihak kemudian mempermasalahkan landasan hukum demikian, karena bila dalam masalah keuangan kebijakan dalam rangka pelaksanaan tugas BI, status terdapat kontrol dari Pemerintah, hal ini akan berarti dan kewenangan BI. Tidak mustahil pula kemudian bahwa BI tidak lagi bisa memainkan peran banyak kalangan pemerhati BI yang juga menengarai independensinya secara optimal. Dengan adanya intervensi dan pressure politik tersebut sebagai upaya kontrol pemerintah akan sangat rentan intervensi lain yang bertujuan merongrong pencapaian kinerja atau pressure politik, khususnya berkaitan dengan dan pelaksanaan tugas BI. kebijakan moneter. Secara teoritis mengacu pada difinisi independen sebagaimana dikemukakan di 3
  • 11. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010 D. POSISI BI DALAM SISTEM KETATANEGARAAN MPR Lembaga Tertinggi Negara Menyampaikan Laporan Keuangan BI yang telah diperiksa Lembaga Badan Dewan Presiden Dewan Mahkamah Tinggi Pemeriksa Perwakilan Kepala Kepala Agung Pertimbangan Negara Keuangan Rakyat Agung Negara Pemerintahan UU BI (UUD 45) Mengambil Sumpah Memeriksa Informasi Tertulis Informasi Pimpinan BI (UUBI) dan Janji Anggota Laporan Triwulan/sewaktu-waktu Tahunan Dewan Gubernur Keuangan BI Tertulis Bank Indonesia Lembaga Negara Lembaga Negara yang Departemen (UU No. 23/1999 Independen dan Badan Hukum joUU No.3/04 Publik (Informasi Tahunan) Sumber : Diolah kembali dari BI dan Rahbini, 2000. Struktur Bank Indonesia Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia MPR Presiden Bank Indonesia DPR DPA BPK MA Kepala Kepala Negara Pemerintahan 1. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter: a. Inflasi b. Nilai Tukar 2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Peraturan Peraturan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Pemerintah 3. Mengatur dan Mengawasi Bank Sumber : Rahbini, 2000 : 166. 4
  • 12. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010 Status BI yang independen dan mandiri sebagaimana E. TUJUAN DAN TUGAS BANK INDONESIA diuraikan di atas, secara legal berdasarkan UUBI, dapat dipelajari bahwa posisi BI dalam system ketatanegaraan Menurut Pasal 7 UUBI, BI hanya mempunyai satu tujuan Indonesia terlihat tidak sejajar dengan DPR, Mahkamah yaitu: MENCAPAI & MEMELIHARA KESTABILAN NILAI Agung, BPK maupun Presiden sebagai Lembaga Tertinggi RUPIAH Negara ( Rahbini, 2000 : 167 ). Posisi BI juga tidak sejajar Pencapaian dan pemeliharaan kestabilan nilai Rupiah, atau sederajat dengan Depertemen atau Kementeraian tercermin pada: Departemen, karena posisi BI berada di luar Pemerintahan Terhadap barang dan jasa = inflasi atau Kabinet. Secara legal menurut hemat saya, pendekatan Terhadap mata uang negara lain = kurs demikian yang tepat, karena berdasarkan UUBI tegas dikatakan di dalam Pasal 4 bahwa BI adalah Lembaga Menurut Pasal 8 UUBI, guna mencapai tujuan kestabilan Negara yang independen. BI adalah Lembaga Negara bukan nilai tukar rupiah, BI memiliki tiga tugas yaitu: Lembaga Pemerintah. Pemerintah boleh menyusun • Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter; kabinetnya dan setiap saat boleh diganti atau berubah- • Mengatur dan menjaga kelancaran sistem ubah dan oleh UU perubahan seperti itu menjadi hak pembayaran; prerogative Presiden, namun untuk posisi BI berdasarkan • Mangatur dan mengawasi bank. UU tidak perlu harus ikut arus perubahan seperti dalam sistem kabinet dan/atau pemerintahan. Tugas Penetapan dan Pelaksanaan Kebijakan Moneter Dalam rangka melaksanakan tugas menetapkan dan Di sinilah sebenarnya posisi BI sebagai Bank Sentral yang melaksanakan kebijakan moneter, BI menetapkan sasaran tidak boleh dicampuri oleh pihak manapun, termasuk inflasi dengan memperhatikan perkembangan dan prospek Pemerintah. Jadi dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, ekonomi makro, terutama perkembangan harga. Untuk BI adalah Lembaga Negara yang independen. BI tidak mencapai sasaran laju inflasi, BI menetapkan sasaran berada dalam struktur kabinet atau struktur Pemerintahan, besaran moneter atau likuiditas perekonomian. posisinya berada di luar strtuktur tersebut dan mandiri. Rahbini mengatakan bahwa kedudukan BI adalah sejajar Pengendalian moneter dilakukan dengan menggunakan dengan kedudukan Presiden. Sebagai Lembaga Negara BI berbagai instrumen a.l. Operasi Pasar Terbuka (OPT), dikatakan mengambil sebagian peran Presiden sebagai penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib Kepala Negara. Kedudukan seperti ini belum dipahami minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. oleh banyak kalangan, sehingga memerlukan sosialisasi yang lebih mendalam (Rahbini, 2000 : 167). Dalam melaksanakan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, BI tetap mempunyai fungsi sebagai Jika poisisi demikian dipahami kebenarannya, maka lender of the last resort yang memungkinkan BI membantu perdebatan tentang apakah BI merupakan bagian dalam kesulitan pendanaan jangka pendek yang dihadapi bank. Kabinet Pemerintahan atau bukan, seperti yang terjadi pada Pemberian bantuan dana kepada bank dalam rangka tugas waktu-waktu yang lalu, seperti terkait dengan perdebatan sebagai lender of the last resort tersebut dibatasi jangka tentang kasus BLBI di Panja BLBI yang lalu seharusnya tidak waktunya, yaitu paling lama 90 hari; Penggunaannya hanya perlu terjadi. Jika hal ini dikaitkan dengan perbincangan untuk kepentingan mismatch dan harus dijamin dengan tentang sudah saatnya atau belum kehadiran OJK atau LPJK surat berharga yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan. untuk menggantikan peran BI sebagai Pengawas Perbankan, Demikian dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 11 UUBI. barangkali memerlukan perenungan atau penyimakan lebih mendalam, sebagaimana akan dibahas pada uraian di bawah, Berpijak dari pengalaman krisis moneter tahun 1997/98 mengingat pemahaman tentang posisi atau kedudukan, yang lalu, menurut hemat saya seyogyanya BI tidak lagi kemandirian BI sebagai Bank Sentral saja oleh sementara masuk ke ranah pendanaan Bank yang menghadapi masalah kalangan pemerhati di bidang perbankan belum sepenuhnya insolvency. Mengapa demikian, karena menurut hemat benar. saya jika hal ini dilakukan oleh BI, risikonya akan terlalu 5
  • 13. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010 besar, jika ternyata Bank yang Insolven tersebut tidak Dalam jangka pendek, kebijakan perbankan diarahkan kunjung dapat disehatkan bahkan bisa jadi akan semakin untuk mempercepat penyehatan bank-bank agar dapat kolaps dan kemudian menghadapi pailit yang sudah pasti mendukung pemulihan ekonomi. tidak mungkin dapat diharapkan mampu mengembalikan dana bantuan tersebut. Satu-satunya jalan adalah dana Yang menjadi perhatian saat ini adalah kaitannya dengan bantuan pendanaan tersebut kemudian hanya akan dijadikan tugas mengawasi bank. Amanat UU tugas pengawasan penyertaan.Sementara itu kebijakan penyertaan tersebut bank tersebut akan dialihkan kepada lembaga pengawasan tidak boleh berlangsung terus. Pada saatnya harus dijual sektor jasa keuangan yang akan dibentuk dan diharapkan lagi kepada investor atau pihak ketiga yang berminat dan paling lambat akhir tahun 2010. Nama lembaga pengawas memadai. Disinilah persoalan akan muncul, jika ternyata tersebut adalah Otoritas Jasa Keuangan, di mana Rancangan hasilnya tidak juga mampu menutup dana bantuan yang Undang-undangnya sudah disiapkan baik oleh Departemen telah dikeluarkan tersebut. Keuangan, DPR ataupun BI sendiri. Diharapkan pada saat pengalihan tugas pengawasan bank kepada lembaga Selanjutnya, dalam rangka menjalankan tugas menetapkan pengawas yang baru tersebut, bank-bank yang selama ini dan melaksanakan kebijakan moneter, BI mempunyai mengalami masalah likuiditas dan masalah penyehatan wewenang untuk melaksanakan kebijakan nilai tukar akan benar-benar telah dapat disehatkan, sehingga tidak berdasarkan sistem nilai tukar yang ditetapkan Pemerintah menimbulkan masalah baru dikemudian hari. atas usul BI. Tugas ini erat kaitannya dengan masalah lalulintas devisa dan system nilai tukar sebagaimana diatur F. KEHADIRAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) dalam UU Tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. ATAU LEMBAGA PENJAMIN JASA KEUANGAN (LPJK). Di samping itu, menurut Pasal 13 UUBI, BI juga bertugas Jika mendasarkan pada amanat Pasal 34 UUBI mengelola cadangan devisa negara yang ada di BI. sebenarnya OJK atau LPJK tersebut diharapkan sudah Pengelolaan cadangan devisa tersebut dilakukan dengan terbentuk pada akhir tahun 2002 .Hal tersebut berarti memperhatikan prinsip security, liquidity, dan probity. Undang-undang OJK sudah harus lahir pada tahun 2002 tersebut. Namun pada kenyataannya sampai saat ini Tugas Pengaturan dan Penyelenggaraan Sistem UUOJK tersebut belum juga kunjung ada. Kemudian Pembayaran diharapkan akhir tahun 2010 UUOJK diharapkan sudah Dalam menjalankan tugas pengaturan dan penyelenggaraan bisa disetujui dan disahkan oleh DPR bersama-sama sistem pembayaran, menurut Pasal 15 UUBI, BI berwenang: dengan Pemerintah. • Melaksanakan dan memberikan persetujuan serta izin penyelenggaraan jasa sistem pembayaran Dengan hadirnya OJK, maka Lembaga keuangan Bank • Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran maupun bukan Bank nantinya akan diawasi oleh OJK untuk menyampaikan laporan kegiatannya tersebut. Namun demikian, saat ini masih banyak • Menetapkan penggunaan alat pembayaran kalangan yang mempertanyakan apakah kehadiran OJK tersebut benar-benar sudah merupakan kebutuhan Tugas Pengaturan dan Pengawasan Bank untuk mengawasi dalam satu atap lembaga keuangan Selanjutnya dalam rangka tugas pengaturan dan pengawasan bank maupun non bank, termasuk pasar modal dan bank, menurut Pasal 24 UUBI, BI berwenang: asuransi. Saat ini justru banyak kalangan juga yang • Menetapkan peraturan di bidang perbankan mengkawatirkan kehadiran OJK tidak akan mampu • Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan mengambil alih fungsi pengawasan tersebut, jika fakta kegiatan tertentu dari bank efouria saat ini tidak mencerminkan kesiapan SDM yang • Melakukan pengawasan bank baik langsung maupun memadai untuk mendukung kehadiran OJK tersebut. tidak langsung • Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan Coba bandingkan dengan kasus Pajak yang ketentuan perundang-undangan menghebohkan saat ini, banyak pihak menyatakan 6
  • 14. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010 bahwa kehadiran Pengadilan Pajak ternyata bukan solusi Pejabat/pensiunan BI seperti halnya pada Peradilan Pajak, terbaik untuk mendukung reformasi sistem perpajakan maka jujur saya khawatir kasus serupa akan terjadi juga di Indonesia. di OJK tersebut. Jika konstatasi ini benar, maka menurut hemat saya saat ini masih perlu dikaji ulang apakah Pernyataan yang layak direnungkan saat ini adalah, mandat Pasal 34 UUBI tersebut sudah sepenuhnya tepat persoalan sebenarnya atau persoalan substansial terkait dan benar. Jangan-jangan mandat tersebut hanya dengan krisis perbankan selama ini yang ditengarai didasari atau dilatarbelakangi oleh sikap emosional antara lain karena pelaksanaan fungsi pengawasan BI karena trauma masa lalu. kurang memadai, apakah persoalan tersebut terletak pada lembaganya atau pada SDMnya ?. Bercermin Jika pandangan ini diterima, bukankah yang lebih pada Peradilan Pajak sebagaimana dikemukakan di esensial dan substansial adalah persoalan reformasi atas, bukankah hal tersebut secara substansial persoalan SDM bukan reformasi kelembagaannya. Secara sistem mendasar adalah terletak pada SDMnya yang tidak barangkali kelembagaannya sudah benar, sudah tepat kredibel, tidak qualified, tidak jujur dan mempunyai berada di jajaran BI, akan tetapi SDM pemegang kunci kemampuan maupun integritas yang tinggi. Jika pengambil keputusan dan/atau kebijakan di bidang kehadiran OJK nanti ternyata hanya akan memindahkan tugas pengawasan yang harus direformasi dan bukan SDM Divisi Pengawasan BI ke lembaga baru yang sistemnya. bernama OJK, jika tidak dibarengi dengan SDM yang Saya kawatir kehadiran OJK yang mengambil fungsi memadai, kredibel, mempunyai integritas yang tinggi, pengawasan BI atas Bank-bank Umum, akan tetap tegas dalam menjalankan fungsi pengawasan yang tumbuh atau bertabrakan dengan fungsi pengaturan mandiri, independen, saya kawatir hal intu hanya akan BI yang secara tidak langsung akan bersinggungan menimbulkan masalah baru dikemudian hari. dengan fungsi pengawasan (macroprudential). Saya terus terang kawatir kehadiran OJK yang dimanatkan G. HUBUNGAN DENGAN LEMBAGA LAIN oleh Pasal 34 UUBI tersebut, hanya dilatar belakangi oleh sikap traumatis pembentuk UU waktu itu terhadap Dalam struktur ketatanegaraan Indonesia, hubungan peristiwa krisis perbankan masa lalu yang satu diantaranya BI dengan Presiden dapat digambarkan sebagai berikut. ditengarai karena pelaksanaan tugas pengawasan BI terhadap bank-bank umum di Indonesia yang kurang Hubungan dengan Presiden sebagai Kepala Negara, efektif. Presiden berwenang: • Mengusulkan dan mengangkat Gubernur & Deputi Jika konstatasi ini benar, maka kehadiran OJK sebenarnya Senior belum tentu mencerminkan solusi tepat pengaturan dan • Mengangkat Deputi Gubernur pembenahan tugas dan fungsi pengawasan perbankan • Mengusulkan calon Gubernur & Deputi Senior saat ini. Bercermin pada kasus Pajak sebagaimana saya kepada DPR kemukakan di atas, kehadiran Pengadilan Pajak yang • DPR menyampaikan hasil persetujuannya kepada hanya diisi oleh SDM dari Pegawai Pajak dan Mantan Presiden untuk diangkat Pegawai Pajak dan/atau Konsultan Pajak dengan dalih • Memberikan persetujuan tertulis jika anggota Dewan merekalah yang mempunyai pengalaman dan keahlian Gubernur akan menjalani proses hukum. dibidang pajak, ternyata tidak memberikan solusi terbaik sistem pengelolaan perpajakan di Indonesia, ternyata Hubungan dengan Makamah Agung, Mahkamah juga masih rentan dengan KKN yang sungguh Agung yang bertugas mengambil sumpah/janji anggota membahayakan kepentingan publik dan keuangan negara. Dewan Gubernur. Hubungan dengan Badan Pemeriksa Keuangan: Jika kehadiran OJK ternyata juga hanya akan diisi oleh • Menerima dan melakukan pemeriksaan atas laporan SDM dari BI yang dieksodus ke LPJK/OJK dan mantan keuangan tahunan BI 7
  • 15. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010 • Melakukan pemeriksaan khusus terhadap BI apabila • Dalam melaksanakan tugasnya, LPJK yang akan diminta oleh DPR datang mempunyai kewajiban melakukan koordinasi • BPK menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada & kerja sama dengan BI sebagai bank sentral. Kerja DPR. sama tersebut akan di atur dalam UU LPJK atau OJK yang akan datang, sebagaimana diamanatkan oleh Hubungan dengan Pemerintah: Pasal 34 UUBI. • Hubungan dengan Kantor Menteri Sekretaris Negara untuk pemuatan PBI dalam Lembaran Negara RI. H. PENUTUP Hubungan dengan Bea & Cukai dalam hal larangan Dengan mendasarkan pada UUBI sebagaimana beberapa membawa uang rupiah ke luar atau ke dalam wilayah kaedahnya telah di bahas dalam uraian di atas, implikasi pabean RI: terhadap independensi dan posisi dalam sistem • BI mengelola cadangan devisa milik negara ketatanegaraan bagi pencapaian tujuan dan pelaksanaan • Pemerintah dapat hadir dalam Rapat Dewan tugas BI sebagai Bank Sentral RI, ternyata masih Gubernur (RDG) bulanan untuk menetapkan menyisakan perbedaan pemahaman diantara sebagian kebijakan umum di bidang moneter dengan hak kalangan pemerhati BI sebagai Lembaga Negara yang bicara tanpa hak suara independen. Secara kaedah pengaturan independensi • BI sebagai pemegang kas Pemerintah BI sebagai Bank Sentral sebenarnya sudah cukup tegas, • Untuk dan atas nama Pemerintah dapat menerima sebagaimana dapat dilihat pada ketentuan Pasal 8 pinjaman luar negeri, menatausahakan, serta UUBI. Namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa menyelesaikan tagihan & kewajiban keuangan independensi tersebut masih sering tidak dapat Pemerintah terhadap pihak luar negeri diimplementasikan secara benar di dalam praktek karena • Pemerintah wajib meminta pendapat dan/atau adanya intervensi baik dari Pemerintah maupun pressure mengundang BI dalam sidang kabinet yang politik. membahas masalah ekonomi, perbankan & keuangan, atau masalah lain yang berkatan dengan Kehadiran OJK atau LPJK sebagai salah satu solusi untuk tugas & wewenang BI menempatkan peran pengawasan perbankan pada • Pemerintah wajib konsultasi dengan BI & DPR dalam Institusi mandiri di luar BI, ditengarai masih menyisakan penerbitan surat-surat utang negara problem mendasar dikemudian hari, karena kesiapan • BI dapat membantu Pemerintah dalam penerbitan SDM untuk itu masih mengambil atau hanya surat-surat utang negara. memindahkan saja Direktorat Pengawasan BI menjadi • Menerima sisa surplus hasil kegiatan BI bagian dari Lembaga Pengawasan yang baru tersebut. • Pemerintah dengan persetujuan DPR wajib menutup Kajian kritis berkaitan dengan hal itu adalah apakah kekurangan dalam hal modal BI menjadi kurang kehadiran OJK atau LPJK itu sudah benar-benar dari Rp 2 triliun merupakan kebutuhan atau justru hanya merupakan efouria karena trauma masa lalu sebagai dampak dari Hubungan Internasional, BI bertugas: krisis perbankan yang berkepanjangan yang satu • Melakukan kerja sama dengan bank sentral negara diantaranya adalah karena fungsi pengawasan BI tidak lain, organisasi dan lembaga internasional optimal. • Apabila keanggotaan suatu lembaga internasional/ multilateral dipersyaratkan adalah negara, BI dapat bertindak sebagai anggota lembaga tersebut untuk dan atas nama Negara Hubungan dengan Lembaga Pengawasan Jasa Keuangan yang Independen yang akan datang. 8
  • 16. Referensi Bank Indonesia, 2002, Mengurai Benang Kusut BLBI, Bank Indonesia. Lash, Nicholas, A.,1987, Banking Law and Regulations: An Economis Perspentive, Prentice-Hall Inc, USA. Mintorahardjo, Sukowaluyo, 2001., BLBI Simalakama, Resi, Jakarta. Macey, Jonathan, R and Miller, Geoffrey, P., 1992, Banking Law and Regulation, Litle Brown Company, Boston, Toronto, London. Rahbini, Didik J; Suwidi Tono, 1987, Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral, PT. Mardi Mulyo, Jakarta. UU No. 7 Tahun 1992 jo UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. UU No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. UU NO. 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia. 9
  • 17. Halaman ini sengaja dikosongkan
  • 18. Implementasi Pasal 34 Undang-Undang Tentang Bank Indonesia dan Dampaknya Pada Peranan dan Fungsi Bank Indonesia Di Bidang Moneter, Sistem Pembayaran dan Stabilitas Keuangan Oleh: Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, LLM** Apabila judul makalah ini didekati dari teori hukum, maka Artinya kedudukan Bank Sentral dalam struktur teori hukum itu memberikan sarana kepada kita untuk ketatanegaraan terpatri atau memperoleh mandat dari merangkum dan memahami masalah implementasi Pasal konstitusi yang sekaligus memberikan jaminan dari konstitusi 34 “Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank untuk Bank Sentral yang independen. Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004, terakhir dengan Undang-Undang Apabila diperhatikan secara mendalam, maka penafsiran Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia.” (“UUBI”). bahwa Bank Sentral ditentukan dalam pasal 23D UUD 1945 adalah Bank Indonesia, sebagaimana telah pula ditentukan Dengan ini dapat dipahami persoalan-persoalan yang bersifat dalam pasal 4 ayat (1) UU BI. Berdasarkan hukum Bank yang hakiki dari UUBI itu. Radbruch menyatakan, bahwa Indonesia telah ditentukan sebagai Bank Sentral dan tugas teori hukum adalah membikin jelas nilai-nilai serta kedudukannya diakui oleh konstitusi. postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya yang tertinggi.1 Untuk itu dapat dipahami berbagai pendapat yang mengkaji kedudukan bank sentral yang independen dalam konstitusi. Berdasarkan itu harus diteliti antara lain sebagai berikut.2 Seperti dikatakan oleh Arend Lijhart, bahwa “A central Petama, mengapa UUBI itu berlaku? Kedua, apa dasar bank can be made particularly strong if us independence kekuatan mengikatnya ? Ketiga, apa yang menjadi tujuan is enshrined not just a central bank charter but in the UUBI.? Keempat, bagaimana seharusnya UUBI dipahami? constitution”. Sementara itu, John Elster menyatakan pula, bahwa “…they cannot be change through the ordinary UU BI merupakan derivatif dari ketentuan pasal 23 UUD legislative pocess but require a more stringent procedure".3 1945. Konstitusi itulah yang menjadi desain utama dan pokok dari keseluruhan sistem aturan yang berlaku sebagai pegangan bersama dalam kehidupan warga Negara dalam suatu Negara, yang keseluruhannya membentuk suatu ** Mendapat Sarjana Hukum dari USU (1983), Magister Hukum dari Universitas Indonesia (1994), Doktor dari Universitas Indonesia (2001), kesatuan sistem hukum. Karena itu, hukum dan konstitusi Guru Besar Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU (2004), Dosen disuatu Negara itu haruslah menjadi sesuatu yang hidup Fakultas Hukum USU Medan, tahun 1987-sekarang, Dosen Pascasarjana Hukum USU Medan, tahun 1999-sekarang, Dosen Magister Manajemen dalam praktek kehidupan bernegara sehari-hari. Dari sinilah Pascasarjana USU Medan, tahun 2002, Dosen Magister Kenotariatan kita dapat meyakini “the rule of law” atau prinsip supremasi Pascasarjana USU Medan, tahun 2002-sekarang, Dosen Magister Hukum Pascasarjana Univ. Pancasila Jakarta, tahun 2001-sekarang, hukum (supremacy of law) dapat benar-benar diwujudkan Dosen Magister Hukum Pascasarjana Univ. Krisnadwipayana Jakarta, tahun 2001–2002, Dosen Magister Hukum Pascasarjana Sekolah Tinggi dalam kenyataan. Jika tidak, niscaya prinsip “the rule of Hukum Militer (STHM), Jakarta, tahun 2003-sekarang. Magister Hukum law” dan “supremacy of law” itu hanya menjadi jargon Pascasarjana Universitas Islam, Jakarta, tahun 2004-sekarang. Dosen Magister Hukum Pascasarjana Universitas Nasional, Jakarta, 2005. atau slogan kosong belaka.4 Dosen Penguji dan Pembimbing Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Indonesia, tahun 2002-sekarang. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Ketua Program Doktor Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana 3 Arend Lijphart dan jon Elster dalam Maqdir Ismail, “Independensi, Universitas Sumatera Utara, Tahun 2006-sekarang. Akuntabilitas, dan Transparansi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral: Studi Perbandingan Undang Undang Bank Indonesia”, Disertasi pada 1 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Alumni, 1982), hal. 224- Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2005), hal.263. 225. 4 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar Pilar Demokrasi, (Jakarta: 2 Bandingkan. Satjipto Rahardjo, Op. Cit, halaman. 225 Konstitusi Press, 2006), hal.79. 11
  • 19. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010 Dalam konteks kedudukan Bank Sentral dalam konstitusi memberikan independen kepada bank sentral sebenarnya memberikan penjelasan bahwa tata urutan atau susunan tidak berdasar. Independensi tidak berarti bank sentral bebas hierarkis tatanan hukum berkenaan dengan kegiatan menjalankan kebijakan moneter yang mereka inginkan. perbankan, termasuk pengawasan bank, harus bertitik Independen berarti bank sentral dapat menggunakan tolak kepada ketentuan yang mengatur tentang Bank instrumen yang dimilikinya untuk mencapai tujuan yang Sentral sebagaimana telah ditentukan dalam konstitusi. telah ditetapkan oleh sistem politik tanpa adanya campur Sebab apabila dipostulasikan dengan norma dasar, konstitusi tangan dari pihak diluar bank sentral. Ini yang disebut menempati urutan tertinggi dalam hukum nasional. dengan ”instrument independence” bukan ”goal Konstitusi tidak hanya menentukan organ-organ dan independence”. Konsekwensi independen bagi bank sentral prosedur pembentukan undang undang, tetapi juga sampai adalah harus lebih akuntabel untuk tindakan yang dilakukan derajat tertentu, isi dari hukum yang akan datang. Konstitusi dan kebijakan moneter yang dilakukan secara transparan. menentukan secara negatif bahwa hukum tidak boleh Menarik untuk dicermati bahwa meskipun pada awalnya memuat isi tertentu, misalnya bahwa parlemen tidak boleh ada keraguan dalam memberikan independensi kepada mengesahkan (rancangan) undang undang yang bank sentral pada akhirnya masyarakat sangat puas terhadap bertentangan dengan konstitusi.5 independensi bank sentral. Tidak ada satu negara pun yang menyesal telah memberikan independensi kepada bank Dengan demikian, peranan dan tugas Bank Indonesia yang sentralnya.7 Terdapat kesepakatan diantara para ahli bahwa independen sebagai Bank Sentral sebagaimana ditentukan bank sentral independen yang bebas dari campur tangan dalam konstitusi, harus dipertahankan kedudukannya, pemerintah dapat mencapai tujuan menjaga stabilitas harga termasuk tidak ada undang-undang yang akan datang yang dengan lebih baik. Untuk mencapai kestabilan harga dapat mencabut fungsi dan tugas bank Indonesia. Mengingat dibutuhkan waktu lebih panjang dan komitmen tinggi peranan dan tugas bank Indonesia sangat penting dan terhadap pengawasan moneter. berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama yang berhubungan dengan masalah Alan S. Blinder menyatakan bahwa independensi bank ekonomi, perbankan dan keuangan. Selanjutnya sentral dapat berarti dua hal. Pertama, bank sentral memiliki independensi Bank Indonesia harus dipahami juga sebagai kebebasan untuk menentukan bagaimana untuk mencapai suatu hal yang penting untuk menjamin demokrasi.6 tujuannya, dan kedua, keputusan-keputusan yang diambil olehnya sulit untuk dibatalkan oleh cabang-cabang atau Kedudukan Independensi Bank Indonesia lembaga pemerintahan lainnya.8 Kebebasan dalam menentukan bagaimana untuk mencapai tujuannya bukan Independensi merupakan salah satu isu penting dalam berarti bahwa bank sentral dapat menentukan sendiri membahas peran Bank Sentral. Memiliki suatu bank sentral tujuannya, karena tujuan bank sentral secara umum tentu yang independen mungkin merupakan elemen proses saja ditetapkan melalui legislasi yang disepakati bersama reformasi moneter yang memicu perdebatan sengit dan melalui suatu sistem demokrasi. Tapi yang dimaksud adalah dianggap sangat kontroversial pada dekade yang lalu. Secara bahwa bank sentral memiliki diskresi yang luas mengenai alamiah para politisi merasa tidak nyaman memberikan bagaimana menggunakan instrumen-instrumennya untuk independensi kepada bank sentral karena mengurangi mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui undang- kewenangan dalam bidang-bidang penting yang selama ini undang.9 mereka miliki. Namun demikian keprihatinan para politisi 7 Lars Nyberg, “The Framework of Modern Central Banking”, Speech at a Conference on Reforming the State Bank of Thailand, Hanoi, 5 Bandingkan. Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, 21 March 2006 (Bandung, penerbit Nusamedia & Penerbit Nuansa, 2006), hal. 180- 181. 8 Alan S. Blinder, Central Banking in Theory and Practice, (Cambridge: The MIT Press, 1998), hal. 54. 6 Bandingkan. Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitualisme Indonesia, (Jakarta: Konstitusi Press, 2006), hal.157. 9 Ibid. 12
  • 20. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010 Lebih jauh lagi, Blinder menegaskan mengapa independensi menetapkan tiga tugas Bank Indonesia yaitu : (1) menetapkan bank sentral menjadi begitu penting. Kebijakan moneter dan melaksanakan kebijakan moneter; (2) mengatur dan menurut Blinder memerlukan yang ia sebut sebagai long menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta; (3) mengatur time horizon, atau pandangan yang jauh kedepan10. Hal dan mengawasi bank. Oleh karena itu pelaksanaan amanat ini karena, pertama, efek-efek yang dihasilkan dari suatu Pasal 34 berpotensi menyulitkan BI dalam mencapai tujuan kebijakan moneter, seperti yang terkait dengan inflasi baru yang diamanatkan oleh UU BI. Pasal 34 tersebut telah dapat dilihat setelah sekian waktu lamanya, sehingga para mengamputasi instrumen penting yang dimiliki BI dalam decision makers tidak bisa langsung melihat hasil kerja mencapai tujuannya. mereka. Kedua, kebijakan-kebijakan moneter memiliki karakteristik yang sama seperti halnya aktivitas investasi, Dari sejarah pembentukan UU BI diketahui bahwa yaitu memerlukan sesuatu dibayar dimuka, dan akan keberadaan Pasal 34 dipenuhi kontroversi. Pasal tersebut mendapatkan hasil secara berkala setelah sekian waktu.11 didasarkan pada pandangan yang keliru tentang lembaga yang bertanggung jawab atas krisis keuangan yang terjadi Tetapi, orang-orang politik yang duduk di pemerintahan, pada tahun 1997/98. BI dianggap tidak dapat menjalankan bukanlah orang-orang yang memiliki kesabaran ataupun tugasnya dengan efektif sehingga menimbulkan krisis long time horizon. Kebanyakan dari mereka hanya melihat keuangan yang parah. Pandangan ini tidak sepenuhnya segala sesuatunya dalam short-term basis saja, tanpa beralasan. Bila diteliti struktur pengawasan perbankan mempertimbangkan long term gains.12 Dari sini dapat pada waktu itu akan diketahui bahwa pengawasan bank dilihat betapa bahayanya, apabila kebijakan moneter bank dilakukan oleh dua lembaga yaitu BI dan Departemen sentral yang mempengaruhi kondisi negara secara makro Keuangan. BI bertugas mengawasi bank dalam arti sempit diintervensi secara politis. (audit) sedangkan tugas mengatur dan memberi/mencabut ijin usaha bank ada pada Departemen Keuangan. Oleh Dampak Keberlakuan Pasal 34 UU BI sebab itu tidak efektifnya tugas pengawasan bank sehingga memicu terjadi krisis pada tahun 1997/1998 tentunya Pasal 34 UU BI mengamanatkan pembentukan Lembaga adalah tanggung jawab bersama kedua lembaga tersebut. Pengawas Sektor Keuangan (LPJK) paling lambat pada tahun Berdasarkan latar belakang seperti itu maka penerapan 2010. Amanat Pasal 34 tersebut sejak awal penyusunannya Pasal 34 UU BI perlu dikaji ulang secara komprehensif. telah mengandung kontroversi dan perdebatan. Berdasarkan Pasal 34 UU BI fungsi BI dalam mengawasi bank dialihkan Secara teoritis, terdapat dua aliran (school of thought) dalam kepada LPJK. Pengalihan fungsi pengawasan bank dari bank hal pengawasan lembaga keuangan. Di satu pihak terdapat sentral di negara yang industri keuangannya didominasi aliran yang mengatakan bahwa pengawasan industri oleh industri perbankan tentunya menimbulkan perdebatan keuangan sebaiknya dilakukan oleh institusi tunggal. dan memicu kontroversi. Bank sentral yang diberikan Di pihak lain ada aliran yang berpendapat pengawasan tanggung jawab untuk menciptakan stabilitas nilai rupiah industri keuangan lebih tepat apabila dilakukan oleh beberapa tentu akan menemukan kesulitan untuk memenuhi tanggung lembaga. Di Inggris misalnya industri keuangannya diawasi jawab tersebut apabila tidak memiliki kewenangan oleh Financial Supervisory Authority (FSA), sedangkan di mengawasi bank. Itu sebabnya UU BI meletakan tujuan BI Amerika Serikat industri keuangan diawasi oleh beberapa dalam Pasal 7 yaitu mencapai dan memelihara kestabilan institusi. SEC misalnya mangawasi perusahaan sekuritas nilai rupiah dan untuk mencapai tujuan mencapai dan sedangkan industri perbankan diawasi oleh bank sentral memelihara kestabilan nilai rupiah tersebut Pasal 8 UU BI (the Fed), FDIC, dan OCC. Alasan dasar yang melatarbelakangi kedua aliran ini adalah kesesuaian dengan sistem perbankan yang dianut oleh negara tersebut. Juga, seberapa dalam konvergensi di antara lembaga-lembaga keuangan. Dari 10 Ibid. hal.55. sudut sistem, terdapat dua sistem perbankan yang berlaku 11 Ibid. yaitu commercial banking system dan universal banking 12 Ibid. hal.55-56. system. Commercial banking, seperti yang berlaku di negara 13
  • 21. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010 kita dan di Amerika Serikat, melarang bank dalam melakukan dalam jasa keuangan sifatnya masih sederhana dan kegiatan usaha keuangan non bank seperti asuransi. Hal volumenya belum besar sehingga belum dapat dikatakan ini berbeda dengan universal banking, dianut oleh antara sebagai masalah krusial yang dapat menimbulkan masalah lain negara-negara Eropa dan Jepang yang membolehkan sistemik. Produk hybrid adalah produk yang merupakan bank melakukan kegiatan usaha keuangan non bank perpaduan antara produk perbankan, asuransi atau pasar seperti investment banking dan asuransi. Di samping alasan modal. Di Indonesia, produk-produk tersebut masih sistem perbankan yang berlaku yang juga menjadi dasar merupakan produk asuransi atau pasar modal murni sehingga pertimbangan adalah seberapa dalam telah terjadi dalam hal ini bank hanya berfungsi sebagai penjual (agent) konvergensi pada industri keuangan. Konvergensi yang dan mendapatkan komisi (fee) dari jasanya tersebut. Ambil dalam akan menyebabkan munculnya masalah kewenangan contoh produk hybrid yang baru dikenal di Indonesia yaitu regulasi. Hal ini terjadi karena produk-produk yang dihasilkan bancassurance yang memiliki dua pengertian yaitu: Pertama, lembaga-lembaga keuangan sudah sedemikian menyatunya a bank that can offer banking, insurance lending and sehingga sulit menentukan apakah suatu produk keuangan investment product to customer, Kedua, a French term tertentu dihasilkan oleh industri perbankan sehingga diregulasi referring to the selling of insurance through a bank’s oleh bank sentral atau produk perusahaan sekuritas dan established distribution channel. Di negara-negara Eropa harus tunduk pada regulasi Bapepam. Dengan diselesaikannya yang menganut universal banking system produk ini sudah kewenangan pengawasan kepada satu institusi maka masalah lama berkembang dan dilakukan sesuai dengan pengertian kewenangan regulasi tersebut akan terpecahkan. bancassurance yang pertama. Di Indonesia produk ini masih murni produk perusahaan asuransi yang ditawarkan atau Secara empiris, survey yang dilakukan Central Banking dijual melalui jalur distribusi (distribution channel) perbankan Publication (1999) menunjukkan bahwa dari 123 negara sehingga lebih tepat dengan pengertian bancassurance yang yang diteliti, tiga perempatnya memberikan kewenangan kedua. Hal ini sesuai dengan undang-undang perbankan pengawasan industri perbankan kepada bank sentral. Hal yang melarang bank melakukan kegiatan asuransi. Larangan ini lebih menonjol di negara-negara sedang berkembang. ini sesuai pula dengan sistem perbankan yang dianut oleh Khusus untuk negara yang sedang berkembang alasannya Indonesia, yaitu commercial banking system. Keuntungan adalah masalah sumber daya (resourches). Bank sentral bank menjual produk hybrid tersebut adalah selain menerima dianggap memadai dalam hal sumber daya (sumber daya komisi juga sekaligus dapat memperbesar customer base manusia dan dana). Dari kaca mata politik, dicabutnya dan menjaga loyalitas nasabah. kewenangan pengawasan dari bank sentral sejalan dengan munculnya kecenderungan pemberian independensi Kedua, membentuk lembaga baru seberkuasa dan sebesar kepada bank sentral. Ada kekhawatiran bahwa dengan OJK tentunya membutuhkan sumber daya yang besar. Pada independennya bank sentral, apabila bank sentral juga saat negara sedang ”sakit” seperti saat ini pastilah lebih berwenang mengawasi bank bank sentral akan memiliki bijaksana apabila sumber daya yang tidak sedikit itu kewenangan yang sedemikian besar. Bank of England digunakan untuk memperbaiki infrastruktur yang sudah misalnya, pada tahun 1997 mendapatkan parah. Masalah utama yang dihadapi industri keuangan keindependenannya, namun dua minggu kemudian khususnya perbankan saat ini bukanlah telah semakin kewenangan pengawasan bank diambil alih dari bank menyatunya dengan industri keuangan lainnya, tetapi sentral tersebut. lemahnya penerapan good corporate governance. Masalah good corporate governance tidak akan selesai dengan Menjawab pertanyaan kapan waktu yang tepat mulai beralihnya kewenangan pengawasan. Orang bijak beroperasinya OJK dapat dilakukan dengan mengatakan don’t change your jokey in the middle of the mempertimbangkan ketiga alasan di atas dan memperhatikan race otherwise you will lose the game. Hal ini terbukti dalam hal-hal berikut. Pertama, data menunjukkan bahwa industri pengalaman Jepang dalam menerapkan FSA, suatu lembaga keuangan kita 90% lebih di antaranya dikuasai oleh industri semacam OJK, pada saat industri perbankan Jepang menjadi perbankan. Belum terjadi konvergensi yang dalam di antara lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari bangkrutnya Long-Term industri keuangan tersebut. Kalaupun ada produk hybrid Credit Bank dan Nippon Credit Bank, dua bank besar yang 14
  • 22. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010 terbukti merekayasa pembukuannya. Masalah koordinasi Dengan demikian implementasi ketentuan pasal 34 UUBI antara FSA dengan bank sentral juga muncul misalnya dapat merubah esensi sistem dari suatu kesatuan UUBI dalam kasus Ishikawa Bank dan Masalah kredit macet dan dan berpotensi menyulitkan BI dalam mencapai tujuan kecurangan (fraud) masih mewarnai perbankan Jepang.13 sebagaimana yang diamanatkan oleh UUBI. Apabila pasal 34 UU BI diimplementasikan maka kewenangan Seharusnya peranan Bank Indonesia dalam menjaga dalam mengawasi bank oleh BI tidak akan ada lagi, padahal stabilitas sistem keuangan seyogyanya tidak perlu kewenangan mengawasi bank oleh BI merupakan tanggung diintervensi oleh lembaga manapun. Karena, tugas Bank jawabnya dalam menciptakan nilai rupiah yang stabil. Indonesia berfungsi juga untuk menjaga stabilitas keuangan. Selanjutnya akan mengakibatkan perubahan lainnya terhadap Hal ini sejalan dengan nafas independensi Bank Indonesia substansi ketentuan UU BI lainnya yang pada gilirannya sebagaimana ditetapkan oleh norma dasar di Indonesia. dapat mengganggu fungsi BI di bidang moneter, sistem pembayaran dan stabilitas keuangan. Apabila munculnya berbagai badan atau lembaga yang kewenangannya sudah merupakan kewenangan Bank Ketentuan pengawasan bank oleh BI sebelum adanya Indonesia akan menjadi permasalahan dalam bidang hukum. ketentuan pasal 34 UUBI adalah merupakan suatu ketentuan Sebab, merupakan hal yang aneh apabila berbagai undang- yang berada dalam satu sistem hukum BI. Oleh karena itu undang melahirkan berbagai badan atau lembaga yang tidak bisa kewenangan pengawasan bank oleh BI dipisahkan mempunyai kewenangan yang mirip. dengan kewenangan BI lainnya. Hal ini dapat berpotensi dibatalkannya undang-undang Beberapa ciri dari suatu kesatuan sebagai berikut:14 yang menjadi dasar hukum pendirian badan atau lembaga 1. Sistem adalah suatu kompleksitas elemen yang terbentuk tersebut, apalagi sebagai Bank Sentral telah diatur dalam dalam satu kesatuan interaksi (proses). UUD 1945. 2. Masing-masing elemen terikat dalam satu kesatuan hubungan yang satu sama lain saling bergantung PENUTUP (interdepende of its parts). 3. Kesatuan elemen yang kompleks itu membentuk satu Amanat Pasal 34 UUBI bila dilaksanakan akan mengakibatkan kesatuan yang lebih besar, yang meliputi keseluruhan tidak efektifnya Bank Indonesia dalam menciptakan stabilitas elemen pembentuknya itu (the whole is more than the nilai rupiah sebagaimana yang diamanatkan oleh pasal 7 sum of its parts). UUBI. Tujuan BI sebagaimana yang ditetapkan dalam pasal 4. Keseluruhan itu menentukan ciri dari setiap bagian 7 tersebut, hanya dapat dilaksanakan secara efektif apabila pembentuknya (the whole determines the nature of its Bank Indonesia berwenang menetapkan dan melaksanakan parts) kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem 5. Bagian dari keseluruhan itu tidak dapat dipahami jika pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank ia dipisahkan, atau dipahami secara terpisah dari sebagaimana ditetapkan dalam pasal 8 UUBI. keseluruhan itu (the parts canot be under-stood if considered in isolation from the whole). Singkat kata, apabila amanat pasal 34 UUBI ingin dijalankan, 6. Bagian-bagian itu bergerak secara dinamis secara maka seluruh tanggung jawab dan tugas yang diembankan mandiri atau secara keseluruhan dalam keseluruhan kepada Bank Indonesia harus dikaji ulang, karena pasal 34 (sistem) itu. UUBI tersebut dilaksanakan akan mengamputasi salah satu pondasi Bank Indonesia dalam mencapai tujuannya. 13 The Economist, 30 Agustus 2003. 14 Lili Rasjidi dan Wyasa Saputra, Hukum Sebagai Suatu Sistem (Bandung: Mandar Maju, tahun 2003 ,hal. 65. 15
  • 23. Daftar Pustaka Alan S. Blinder, Central Banking in Theory and Practice, Cambridge: The MIT Press, 1998. Arend Lijphart dan jon Elster dalam Maqdir Ismail, “Independensi, Akuntabilitas, dan Transparansi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral: Studi Perbandingan Undang Undang Bank Indonesia”, Disertasi pada Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005. Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Bandung, penerbit Nusamedia & Penerbit Nuansa, 2006. Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar Pilar Demokrasi, Jakarta: Konstitusi Press, 2006. Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitualisme Indonesia, Jakarta: Konstitusi Press, 2006. Lars Nyberg, “The Framework of Modern Central Banking”, Speech at a Conference on Reforming the State Bank of Thailand, Hanoi, 21 March 2006 . Lili Rasjidi dan Wyasa Saputra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung: Mandar Maju, tahun 2003. Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Alumni, 1998 The Economist, 30 Agustus 2003. 16
  • 24. Peran Bank Sentral Dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan Oleh: Dr. Wimboh Santoso1 I. Pendahuluan (3) Bagaimana kerja sama antar otoritas untuk mendukungnya; (4) Dengan apa kita bisa menjaga Stabilitas sistem keuangan telah menjadi sasaran yang stabilitas sistem keuangan. penting dalam kebijakan ekonomi keuangan selama beberapa puluh tahun terakhir terutama paska krisis II. Apa yang dimaksud stabilitas sistem keuangan Asia pada tahun 1998. Pada tahun 1980an, deregulasi terhadap pasar keuangan terutama pemberian kredit Meskipun beberapa negara telah menaruh perhatian atau pemberian fasilitas sejenisnya dari bank serta cukup besar terhadap stabilitas sistem keuangan, deskripsi pengaturan aliran modal antar negara telah dihapuskan tentang "stabilitas sistem keuangan" tetap masih menjadi secara bertahap di beberapa negara. Kondisi ini telah diskusi yang hangat. Agar rumah tangga dan perusahaan menyebabkan adanya fondasi yang kuat untuk korporasi dapat secara optimal melakukan perannya mengembangkan sektor keuangan sehingga lebih cepat yaitu mengkonsumsi barang-barang dan juga melakukan dari pertumbuhan dari sektor-sektor ekonomi lainnya. investasi secara berkesinambungan, maka harus ada Dalam phase ini, sistem keuangan telah berkembang sistem keuangan yang berperan secara baik dalam hal secara struktural dan menjadi lebih komplek. Instrumen melakukan intermediasi dari para penyimpan dana keuangan telah berkembang menjadi beraneka ragam, (surplus unit) dan peminjam dana (deficit unit), aktivitasnya lebih terdiversifikasi dan risikonya lebih rumit memberikan layanan pembayaran transaksi, dan dengan perubahan yang sangat dinamis. Sektor keuangan melakukan realokasi risiko secara baik. juga menjadi lebih terintegrasi dan terkait erat satu sama lain dari segi dimensi industri maupun secara geographis, Dalam pendekatan pemahaman yang lebih sempit atas sehingga sulit diidentifikasi originalitasnya dan siapa stabilitas sistem keuangan dapat dilakukan dengan yang bertanggung jawab apabila terjadi permasalahan. mendefinisikan sebaliknya yaitu menghindari adanya Sejalan dengan pertumbuhan yang pesat di sektor "instabilitas sistem keuangan" dimana telah terjadi keuangan, maka diikuti pula dengan berbagai gangguan terhadap perekonomian. Definisi ini lebih permasalahan yang semakin sulit terdeteksi secara lebih melihat dari sisi kebalikannya dari kondisi yang stabil dini. Krisis di sektor keuangan biasanya berkaitan dengan serta bagaimana mengupayakan untuk menghindari siklus "boom" dan "bust"terhadap nilai aset dan kredit. terjadinya instabilitas. Terjadinya perkembangan pertumbuhan yang cepat harga property dan kredit konsumsi telah menjadi Gangguan terhadap perekonomian ditandai dengan indikator awal permasalahan instabilitas. Pertanyaannya: timbulnya biaya yang harus dibayar oleh pemerintah. apakah kebijakan moneter dapat digunakan untuk Beberapa tahun terakhir terlihat bahwa biaya dari krisis memitigasi perkembangan yang pesat tersebut? Paper ini cukup besar bila dibandingkan dengan GDP suatu ini akan mengulas beberapa pertanyaan terkait dengan: negara. Dari pengalaman juga menunjukan bahwa (1) Apa yang disebut stabilitas sistem keuangan?; (2) krisis keuangan dapat terjadi baik dinegara berkembang Bagaimana melakukan analisisnya agar bisa melakukan maupun di negara maju serta dapat menimbulkan deteksi lebih dini dan mengambil kebijakan mitigasinya; dampak ikutan ke negara lain. Begitu terdapat biaya yang menjadi beban negara untuk 1 Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan Bank Indonesia penyelamatan sistem keuangan, maka dapat dikatakan 17
  • 25. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010 bahwa sudah terjadi instabilitas di sistem keuangan. dapat terekspose risiko. Tanpa disadari bahwa risiko Penyelematan oleh pemerintah dimaksudkan agar biaya sistemik akan dapat manganulir persepsi bahwa yang ditimbulkan dari krisis dapat diminimalisir. risikonya telah dijual, sedangkan lembaga yang membeli risiko ternyata sudah terlalu besar risiko yang dibelinya Definisi stabilitas sistem keuangan yang banyak dipakai dan tidak bisa dimitigasi ke lembaga lain. Kalau terjadi dibeberapa negara mengkombinasikan atas tiga hal default atas maka hanya bailout dari otoritas yang yaitu: terjadi alokasi resources dengan baik sehingga dapat menyelesaikannya. proses intermediasi bisa berjalan dengan normal, berbagai indikator sistem keuangan masih memenuhi Melakukan analisis risiko yang berasal dari dalam sistem batas stabil dan belum ada dana publik yang dipakai keuangan akan lebih jelas kalau dapat dibedakan melalui untuk penyelamatan sistem keuangan. dua pendekatan micro dan macroprudential. III. Bagaimana otoritas melakukan analisis stabilitas Microprudential analisis lebih mengarah kepada sistem keuangan? perkembangan dalam individu lembaga keuangan dengan lebih menaruh perhatian pada menghindari Setelah pemahaman stabilitias sistem keuangan dan problem individual lembaga untuk melindungi sasaran yang akan dicapai disepakati dan dipahami kepentingan para deposan. oleh otoritas, maka pelaksanaan analisis simpul simpul kerawanan yang dapat menyebabkan instabilitas akan Macroprudential analisis lebih mengarah kepada dapat dilakukan dengan mudah dalam organisasi bank sistem keuangan secara keseluruhan dengan sasaran sentral. Terdapat dua pendekatan yang saling agar tidak terjadi permasalahan untuk menghindari melengkapi: biaya yang akan dibebankan kepada pemerintah (pembayar pajak). Untuk menghindari sistemic risk Pertama, kita perlu memfokuskan kepada berbagai dilakukan analisis risiko terhadap semua unsur di sistem faktor risiko yang berasal dari dalam sistem keuangan keuangan. Khusus untuk lembaga keuangan, analisis itu sendiri yaitu terdiri dari lembaga keuangan, pasar terhadap keterkaitan antar lembaga keuangan yang keuangan dan infrastruktur keuangan seperti settlement diakibatkan oleh permasalahan likuiditas maupun yang dilakukan oleh bank sentral (RTGS) maupun lembaga solvabilitas merupakan analisis macroprudential yang settlement lainnya. Unsur internal sistem keuangan ini penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. akan selalu dihadapkan kepada berbagai faktor risiko seperti risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan Kedua, pendekatan dengan menekankan risiko yang risiko operasional. Analisis atas berbagai risiko tersebut berasal dari luar sistem keuangan. Pendekatan ini telah telah semakin sulit beberapa tahun terakhir ini sejalan dipahami oleh para pengambil kebijakan beberapa dengan sistem keuangan yang semakin komplek dan tahun terakhir. Perkembangan yang pesat perdagangan saling berkaitan baik antar industri maupun secara instrument derivatives atas surat hutang dan harga geographis. assets, termasuk juga gangguan makro ekonomi seperti turunnya harga komoditi serta terjadinya ketidak Peningkatan kompleksitas sistem keuangan di tunjukan seimbangan dalam ekonomi dunia dan pasar keuangan dengan pesatnya pasar di credit derivatives. Instrumen akan dapat menimbulkan risiko instabilitas. Untuk ini relatif masih baru yang bentuknya bisa beraneka melakukan identifikasi dari sumber instabilitas, kita ragam. Meskipun instrumen ini sangat baik untuk memerlukan berbagai indikator yang dapat memberikan mitigasi risiko, namun terdapat kemungkinan bahwa informasi tanda-tanda terjadinya instabilitas. Dengan tehnis penilaiannya akan rumit serta dapat menimbulkan mendasarkan perbandingan beberapa indikator pada moral hazard atau rentan terjadinya spekulasi dan fraud. waktu tertentu dengan pada waktu normal, maka kita Lembaga keuangan baik yang melakukan mitigasi bisa melakukan analisis seberapa besar perbedaan atas dengan menjual risikonya kepada pihak lain masih indikator instabilitas tersebut. Kalau perbedaannya 18
  • 26. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 8, Nomor 3, September 2010 besar dengan trend yang meningkat maka kita bisa monitor sistem keuangan. Terintegrasinya lembaga dan mengindikasikan kondisi keuangan mengarah kepada pasar keuangan dengan pasar global telah membuat instabilitas. Namun demikian, sering sekali mendapatkan bank sentral perlu melakukan analisis sistem keuangan kesulitan untuk melakukan interpretasi atas berbagai global dalam laporan stabilitas sistem keuangannya yang indikator instabilitas karena indikator normal kadang- dipublikasikan secara rutin. Pengembangan berbagai kadang sulit untuk ditentukan mengingat perkembangan tool analisis merupakan tantangan bank sentral agar ekonomi yang sangat dinamis. Berbagai informasi yang dapat menangkap simpul kerawanan secara lebih dini. belum secara terintegrasi dalam sistem keuangan merupakan faktor yang penting untuk dapat dijadikan IV. Bagaimana koordinasi antar otoritas untuk judgment dalam melakukan analisis kondisi sistem bersama-sama menjaga stabilitas sistem keuangan keuangan. Koordinasi antar otoritas ini sangat diperlukan dalam Analisis dampak negatif atas guncangan ekonomi makro menjaga agar terhindar dari krisis dan mempermudah terhadap stabilitas sistem keuangan juga dapat dalam penyelesaian krisis apabila ternyata tidak dapat diterapkan. Macro stress testing merupakan pendekatan dihindari. Dalam koordinasi ini, peran dan tanggung yang biasanya digunakan dalam analisis ini dengan jawab masing-masing otoritas harus jelas dan dituangkan tujuan untuk mengukur ketahanan bank atau lembaga dalam undang-undang. Tugas menjaga stabilitas sistem keuangan dalam menghadapi berbagai shocks atas keuangan ini dilakukan oleh bank sentral, dengan kondisi ekonomi dan respon kebijakan makro ekonomi berkoordinasi dengan pengawasan pasar keuangan dan yang diperlukan dari otoritas. Berbagai skenario kondisi menteri keuangan sebagai otoritas fiskal. Di negara makro ekonomi dapat disimulasikan untuk melakukan yang otoritas pengawasan lembaga keuangan dipisahkan pengujian atas ketahanan bank atau lembaga keuangan dari bank sentral, maka otoritas tersebut akan menjadi termasuk dalam kondisi ekstrim, pendekatan ini sering bagian dari otoritas yang harus melakukan koordinasi disebut micro stress testing. Lembaga keuangan dan dibawah menteri keuangan. Untuk mencapai sasaran pasar keuangan sudah semakin terintegrasi serta sangat dalam mencegah dan menyelesaikan krisis, maka sharing tinggi ketergantungannya sehingga analisis keterkaitan informasi antar otoritas sangat diperlukan baik dalam antar lembaga dan pasar keuangan sangat membantu kondisi normal maupun krisis. Dalam hal permasalahan untuk mengukur sejauhmana permasalahan yang disektor keuangan menyangkut bank yang operasinya mungkin timbul di lembaga atau pasar keuangan dapat secara multinasional maka koordinasi akan menyangkut menimbulkan dampak sistemik di sistem keuangan. otoritas antar negara dengan berbagai kerangka hukum Aliran dana masuk dan keluar di pasar keuangan telah yang berbeda. Sebagaimana yang terjadi terhadap meningkat cukup besar aktivitasnya di beberapa tahun Lehman Brothers pada tahun 2008, otoritas di sejumlah terkahir. Transaksi oleh para pelaku pasar antar negara negara terlena melakukan koordinasi untuk melakukan telah meningkat cukup pesat baik di pasar saham, assessment dampak penutupan lehman brothers ini obligasi dan juga financial instrumen lainnya seperti terhadap lembaga keuangan lain dan pasar keuangan produk off-shore dan derivatives. Pemerintah di berbagai dinegara lain. Pandangan umum sementara ini, otoritas negara banyak sekali mengeluarkan surat hutang untuk di suatu negara hanya bertanggung jawab pengawasan membantu memperbaiki cash flow anggaran belanjanya terhadap bank yang didirikan dengan badan hukum dan banyak para pelaku pasar yang melakukan di negara tersebut, sedangkan bank disuatu negara diversifikasi risikonya dengan melakukan hedging yang didirikan dengan dasar hukum di negara lain diberbagai pasar dunia. Analisis dengan mendasarkan (ie. Kantor cabang bank asing) maka tanggung jawab domain domestik ternyata tidak cukup sehingga global pengawasannya ada di home supervisory authorities. analisis tentang pasar dan lembaga keuangan sangat Permasalahan ini muncul apabila terdapat bank yang diperlukan untuk melihat secara lebih akurat simpul beroperasi secara multinational dan mengalami kerawanan di sistem keuangan. Bank sentral mempunyai permasalahan di kantor pusatnya sehingga harus ditutup, tanggung jawab khusus dalam melakukan analisis dan maka secara legal seluruh kantor cabangnya harus 19