SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
1.1. Latar Belakang 
Yogyakarta adalah tempat obyek wisata yang tidak asing lagi dimata orang 
ataupun di berbagai manca Negara. Disitu banyak berbagai tempat-tempat obyek 
pariwisata yang sangat penting, bersejarah dan mempunyai keunikan tersendiri 
dengan ciri khasnya masing-masing 
Tempat-tempat obyek pariwisata tersebut misalnya : Candi Borobudur, 
Candi Prambanan, Monumen Jogja Kembali (Monjali), Keraton Yogyakarta, 
Malioboro, Goa Jatijajar, Museum Dirgantara, dan Museum Kereta. 
Hal-hal yang melatar belakangi pembuatan makalah ini adalah : 
1. Tugas dari guru yang bersangkutan. 
2. Penulis ingin memperluas pengetahuan tentang Yogyakarta. 
3. Penulis ingin mengetahui keindahan tempat pariwisata Yogyakarta secara 
langsung. 
4. Penulis ingin mengetahui letak-letak tempat pariwisata Yogyakarta. 
1.2. Tujuan 
Tujuan penulis membuat makalah tentang Yogyakarta adalah : 
1. Penulis dapat menjelaskan dan menguraikan dari keindahan dan keunikan 
obyek wisata tersebut. 
2. Penulis dapat menjelaskan tentang pengaruh dan manfaat dari obyek wisata 
tersebut dengan dunia pendidikan. 
3. Penulis dapat menjelaskan tentang apa yang sebenarnya tersimpat dalam 
obyek wisata tersebut. 
4. Menambah wawasan atau pengetahuan yang luas khususnya bagi penulis 
sendiri dan umum bagi para pembaca yang budiman. 
5. Penulis dapat belajar dan mengasah otak dari apa yang kita lihat, kita dengar, 
dan kita baca untuk menimbulkan suatu gagasan atau ide dalam menciptakan 
/ mengembangkan suatu bakat / kemampuan seseorang. 
6. Penulis dapat mengenang peristiwa-peristiwa dahulu dan mengajak kita untuk 
berfikir lebih luas dalam mengatasi dan memperbaikinya
BAB II 
PEMBAHASAN/ DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 
2 
2.1 Sejarah Singkat Objek 
A. Candi Borobudur 
Sejarah Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kabupaten 
Magelang, Jawa Tengah. Candi ini merupakan candi Buddha terbesar kedua 
setelah Candi Ankor Wat di Kamboja dan termasuk dalam salah satu dari 
tujuh keajaiban dunia. Ada beberapa versi mengenai asal usul nama candi ini. 
Versi pertama mengatakan bahwa nama Borobudur berasal dari bahasa 
Sanskerta yaitu “bara” yang berarti “kompleks candi atau biara” dan 
“beduhur” yang berarti “tinggi/di atas”. 
Versi kedua mengatakan bahwa nama Sejarah Candi Borobudur 
kemungkinan berasal dari kata “sambharabudhara” yang berarti “gunung 
yang lerengnya berteras-teras”. Versi ketiga yang ditafsirkan oleh Prof. Dr. 
Poerbotjoroko menerangkan bahwa kata Borobudur berasal dari kata “bhoro” 
yang berarti “biara” atau “asrama” dan “budur” yang berarti “di atas” 
Pendapat Poerbotjoroko ini dikuatkan oleh Prof. Dr. W.F. Stutterheim 
yang berpendapat bahwa Bodorbudur berarti “biara di atas sebuah bukit”. 
Sedangkan, versi lainnya lagi yang dikemukakan oleh Prof. J.G. de Casparis 
berdasarkan prasati Karang Tengah, menyebutkan bahwa Borobudur berasal 
dari kata “bhumisambharabudhara” yang berarti “tempat pemujaan bagi 
arwah nenek moyang”. 
Masih berdasarkan prasasti Karang Tengah dan ditambah dengan prasasti 
Kahuluan, J.G. de Casparis dalam disertasinya tahun 1950 mengatakan bahwa 
Sejarah Candi Borobudur diperkirakan didirikan oleh Raja Samaratungga dari 
wangsa Sayilendra sekitar tahun Sangkala rasa sagara kstidhara atau tahun 
Caka 746 (824 Masehi) dan baru dapat diselesaikan oleh puterinya yang 
bernama Dyah Ayu Pramodhawardhani pada sekitar tahun 847 Masehi.
Pembuatan candi ini menurut prasasti Klurak (784 M) dibantu oleh seorang 
guru dari Ghandadwipa (Bengalore) bernama Kumaragacya dan seorang 
pangeran dari Kashmir yang bernama Visvawarma. Borobudur adalah 
sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 
Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya 
Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut 
Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama 
Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan 
wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di 
dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia. Monumen ini 
terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga 
pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan 
aslinya terdapat 504 arca Buddha.[4] Borobudur memiliki koleksi relief 
Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.[3] Stupa utama terbesar teletak di 
tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan 
melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah 
duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) 
Dharmachakra mudra (memutar roda dharma). 
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci 
untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk 
menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju 
pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[5] Para peziarah masuk 
melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari 
bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan 
3
berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga 
tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah 
berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini 
peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan 
menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada 
dinding dan pagar langkan. Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur 
ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu 
dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.[6] Dunia mulai 
menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas 
Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris 
atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya 
penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada 
kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan 
UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan 
Dunia. Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; 
tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan 
mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. 
Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di 
Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.[7][8][9] 
4
5 
Nama Borobudur 
Stupa Borobudur dengan jajaran perbukitan Menoreh. Selama berabad-abad 
bangunan suci ini sempat terlupakan. Dalam Bahasa Indonesia, bangunan 
keagamaan purbakala disebut candi; istilah candi juga digunakan secara lebih luas 
untuk merujuk kepada semua bangunan purbakala yang berasal dari masa Hindu- 
Buddha di Nusantara, misalnya gerbang, gapura, dan petirtaan (kolam dan 
pancuran pemandian). Asal mula nama Borobudur tidak jelas,[10] meskipun 
memang nama asli dari kebanyakan candi di Indonesia tidak diketahui.[10] Nama 
Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya Sir 
Thomas Raffles.[11] Raffles menulis mengenai monumen bernama borobudur, 
akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang menyebutkan nama yang sama 
persis.[10] Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk mengenai 
adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur adalah 
Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.[12] 
Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis 
Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu 
yaitu desa Bore (Boro); kebanyakan candi memang seringkali dinamai 
berdasarkan desa tempat candi itu berdiri. Raffles juga menduga bahwa istilah
'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang berarti 
"purba"– maka bermakna, "Boro purba".[10] Akan tetapi arkeolog lain 
beranggapan bahwa nama Budur berasal dari istilah bhudhara yang berarti 
6 
gunung.[13] 
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya 
menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, 
yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. 
Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur 
berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi 
borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan 
"beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula 
penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya kompleks 
candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam 
bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama 
yang berada di tanah tinggi. 
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor 
pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan 
prasasti Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis memperkirakan pendiri 
Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, 
yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru 
dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan 
Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti 
Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas
pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang 
disebut Bhūmisambhāra.[14] Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang 
berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, 
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa 
Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa Sanskerta yang berarti "Bukit 
himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli 
7 
Borobudur.[15] 
Lingkungan sekitar 
Borobudur, Pawon, dan Mendut terbujur dalam satu garis lurus yang menunjukan 
kesatuan perlambang 
Terletak sekitar 40 kilometer (25 mil) barat laut dari Kota Yogyakarta, Borobudur 
terletak di atas bukit pada dataran yang dikeliling dua pasang gunung kembar; 
Gunung Sundoro-Sumbing di sebelah barat laut dan Merbabu-Merapi di sebelah 
timur laut, di sebelah utaranya terdapat bukit Tidar, lebih dekat di sebelah selatan 
terdapat jajaran perbukitan Menoreh, serta candi ini terletak dekat pertemuan dua
sungai yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo di sebelah timur. Menurut legenda 
Jawa, daerah yang dikenal sebagai dataran Kedu adalah tempat yang dianggap 
suci dalam kepercayaan Jawa dan disanjung sebagai 'Taman pulau Jawa' karena 
keindahan alam dan kesuburan tanahnya.[16] 
8 
Tiga candi serangkai 
Selain Borobudur, terdapat beberapa candi Buddha dan Hindu di kawasan ini. 
Pada masa penemuan dan pemugaran di awal abad ke-20 ditemukan candi 
Buddha lainnya yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon yang terbujur membentang 
dalam satu garis lurus.[17] Awalnya diduga hanya suatu kebetulan, akan tetapi 
berdasarkan dongeng penduduk setempat, dulu terdapat jalan berlapis batu yang 
dipagari pagar langkan di kedua sisinya yang menghubungkan ketiga candi ini. 
Tidak ditemukan bukti fisik adanya jalan raya beralas batu dan berpagar dan 
mungkin ini hanya dongeng belaka, akan tetapi para pakar menduga memang ada 
kesatuan perlambang dari ketiga candi ini. Ketiga candi ini (Borobudur-Pawon- 
Mendut) memiliki kemiripan langgam arsitektur dan ragam hiasnya dan memang 
berasal dari periode yang sama yang memperkuat dugaan adanya keterkaitan 
ritual antar ketiga candi ini. Keterkaitan suci pasti ada, akan tetapi bagaimanakah 
proses ritual keagamaan ziarah dilakukan, belum diketahui secara pasti.[12] 
Selain candi Mendut dan Pawon, di sekitar Borobudur juga ditemukan beberapa 
peninggalan purbakala lainnya, diantaranya berbagai temuan tembikar seperti 
periuk dan kendi yang menunjukkan bahwa di sekitar Borobudur dulu terdapat 
beberapa wilayah hunian. Temuan-temuan purbakala di sekitar Borobudur kini 
disimpan di Museum Karmawibhangga Borobudur, yang terletak di sebelah utara
candi bersebelahan dengan Museum Samudra Raksa. Tidak seberapa jauh di 
sebelah utara Candi Pawon ditemukan reruntuhan bekas candi Hindu yang disebut 
Candi Banon. Pada candi ini ditemukan beberapa arca dewa-dewa utama Hindu 
dalam keadaan cukup baik yaitu Shiwa, Wishnu, Brahma, serta Ganesha. Akan 
tetapi batu asli Candi Banon amat sedikit ditemukan sehingga tidak mungkin 
dilakukan rekonstruksi. Pada saat penemuannya arca-arca Banon diangkut ke 
Batavia (kini Jakarta) dan kini disimpan di Museum Nasional Indonesia. 
9 
Danau purba 
Borobudur di tengah kehijauan alam dataran Kedu. Diduga dulu kawasan di 
sekeliling Borobudur adalah danau purba. 
Tidak seperti candi lainnya yang dibangun di atas tanah datar, Borobudur 
dibangun di atas bukit dengan ketinggian 265 m (870 kaki) dari permukaan laut 
dan 15 m (49 kaki) di atas dasar danau purba yang telah mengering.[18] 
Keberadaan danau purba ini menjadi bahan perdebatan yang hangat di kalangan 
arkeolog pada abad ke-20; dan menimbulkan dugaan bahwa Borobudur dibangun 
di tepi atau bahkan di tengah danau. Pada 1931, seorang seniman dan pakar 
arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp, mengajukan teori bahwa Dataran
Kedu dulunya adalah sebuah danau, dan Borobudur dibangun melambangkan 
bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau.[13] Bunga teratai baik 
dalam bentuk padma (teratai merah), utpala (teratai biru), ataupun kumuda (teratai 
putih) dapat ditemukan dalam semua ikonografi seni keagamaan Buddha; 
seringkali digenggam oleh Boddhisatwa sebagai laksana (lambang regalia), 
menjadi alas duduk singgasana Buddha atau sebagai lapik stupa. Bentuk arsitektur 
Borobudur sendiri menyerupai bunga teratai, dan postur Budha di Borobudur 
melambangkan Sutra Teratai yang kebanyakan ditemui dalam naskah keagamaan 
Buddha mahzab Mahayana (aliran Buddha yang kemudian menyebar ke Asia 
Timur). Tiga pelataran melingkar di puncak Borobudur juga diduga 
melambangkan kelopak bunga teratai.[18] Akan tetapi teori Nieuwenkamp yang 
terdengar luar biasa dan fantastis ini banyak menuai bantahan dari para arkeolog; 
pada daratan di sekitar monumen ini telah ditemukan bukti-bukti arkeologi yang 
membuktikan bahwa kawasan sekitar Borobudur pada masa pembangunan candi 
ini adalah daratan kering, bukan dasar danau purba. 
Sementara itu pakar geologi justru mendukung pandangan Nieuwenkamp dengan 
menunjukkan bukti adanya endapan sedimen lumpur di dekat situs ini.[19] Sebuah 
penelitian stratigrafi, sedimen dan analisis sampel serbuk sari yang dilakukan 
tahun 2000 mendukung keberadaan danau purba di lingkungan sekitar 
Borobudur,[18] yang memperkuat gagasan Nieuwenkamp. Ketinggian permukaan 
danau purba ini naik-turun berubah-ubah dari waktu ke waktu, dan bukti 
menunjukkan bahwa dasar bukit dekat Borobudur pernah kembali terendam air 
dan menjadi tepian danau sekitar abad ke-13 dan ke-14. Aliran sungai dan 
aktivitas vulkanik diduga memiliki andil turut mengubah bentang alam dan 
10
topografi lingkungan sekitar Borobudur termasuk danaunya. Salah satu gunung 
berapi paling aktif di Indonesia adalah Gunung Merapi yang terletak cukup dekat 
dengan Borobudur dan telah aktif sejak masa Pleistosen.[20] 
11 
Sejarah 
Pembangunan 
Lukisan karya G.B. Hooijer (dibuat kurun 1916—1919) merekonstruksi suasana 
di Borobudur pada masa jayanya 
Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun 
Borobudur dan apa kegunaannya.[21] Waktu pembangunannya diperkirakan 
berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup 
Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti 
kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 
masehi.[21] Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa 
puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah,[22] yang kala itu dipengaruhi 
Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan 
waktu 75 - 100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa 
pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.[23][24] 
Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa kala 
itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut 
agama Buddha aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan prasasti
Sojomerto menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu 
Siwa.[23] Pada kurun waktu itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di 
Dataran Kedu. Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama 
Siwa Sanjaya memerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang 
dibangun di perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah 
timur dari Borobudur.[25] Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu 
yang hampir bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun 
demikian Borobudur diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima 
tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan 
12 
sekitar tahun 850 M. 
Pembangunan candi-candi Buddha — termasuk Borobudur — saat itu 
dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran memberikan izin 
kepada umat Buddha untuk membangun candi.[26] Bahkan untuk menunjukkan 
penghormatannya, Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha 
(komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang 
dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan 
dalam Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi.[26] Petunjuk ini dipahami oleh 
para arkeolog, bahwa pada masyarakat Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi 
masalah yang dapat menuai konflik, dengan dicontohkan raja penganut agama 
Hindu bisa saja menyokong dan mendanai pembangunan candi Buddha, demikian 
pula sebaliknya.[27] Akan tetapi diduga terdapat persaingan antara dua wangsa 
kerajaan pada masa itu — wangsa Syailendra yang menganut Buddha dan wangsa 
Sanjaya yang memuja Siwa — yang kemudian wangsa Sanjaya memenangi 
pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko.[28] Ketidakjelasan juga
timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang 
dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa 
Sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra,[28] 
akan tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan 
kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini yaitu pihak 
Sailendra juga terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di Prambanan.[29] 
13 
Tahapan pembangunan Borobudur 
Para ahli arkeologi menduga bahwa rancangan awal Borobudur adalah stupa 
tunggal yang sangat besar memahkotai puncaknya. Diduga massa stupa raksasa 
yang luar biasa besar dan berat ini membahayakan tubuh dan kaki candi sehingga 
arsitek perancang Borobudur memutuskan untuk membongkar stupa raksasa ini 
dan diganti menjadi tiga barisan stupa kecil dan satu stupa induk seperti sekarang. 
Berikut adalah perkiraan tahapan pembangunan Borobudur: 
1. Tahap pertama: Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti 
(diperkirakan kurun 750 dan 850 M). Borobudur dibangun di atas bukit 
alami, bagian atas bukit diratakan dan pelataran datar diperluas. 
Sesungguhnya Borobudur tidak seluruhnya terbuat dari batu andesit, 
bagian bukit tanah dipadatkan dan ditutup struktur batu sehingga 
menyerupai cangkang yang membungkus bukit tanah. Sisa bagian bukit 
ditutup struktur batu lapis demi lapis. Pada awalnya dibangun tata susun 
bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak, tetapi 
kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar. Dibangun 
tiga undakan pertama yang menutup struktur asli piramida berundak.
2. Tahap kedua: Penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan satu 
undak melingkar yang diatasnya langsung dibangun stupa tunggal yang 
14 
sangat besar. 
3. Tahap ketiga: Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran 
dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak 
lingkaran. Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada 
pelataran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar di 
tengahnya. Karena alasan tertentu pondasi diperlebar, dibangun kaki 
tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus menutup relief 
Karmawibhangga. Para arkeolog menduga bahwa Borobudur semula 
dirancang berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur 
teras bujur sangkar. Akan tetapi stupa besar ini terlalu berat sehingga 
mendorong struktur bangunan condong bergeser keluar. Patut diingat 
bahwa inti Borobudur hanyalah bukit tanah sehingga tekanan pada bagian 
atas akan disebarkan ke sisi luar bagian bawahnya sehingga Borobudur 
terancam longsor dan runtuh. Karena itulah diputuskan untuk 
membongkar stupa induk tunggal yang besar dan menggantikannya 
dengan teras-teras melingkar yang dihiasi deretan stupa kecil berterawang 
dan hanya satu stupa induk. Untuk menopang agar dinding candi tidak 
longsor maka ditambahkan struktur kaki tambahan yang membungkus 
kaki asli. Struktur ini adalah penguat dan berfungsi bagaikan ikat pinggang 
yang mengikat agar tubuh candi tidak ambrol dan runtuh keluar, sekaligus 
menyembunyikan relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu
4. Tahap keempat: Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, 
penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas 
gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki. 
15 
Borobudur diterlantarkan 
Meletusnya Gunung Merapi diduga sebagai penyebab utama diterlantarkannya 
Borobudur 
Borobudur tersembunyi dan terlantar selama berabad-abad terkubur di bawah 
lapisan tanah dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi pohon dan semak 
belukar sehingga Borobudur kala itu benar-benar menyerupai bukit. Alasan 
sesungguhnya penyebab Borobudur ditinggalkan hingga kini masih belum 
diketahui. Tidak diketahui secara pasti sejak kapan bangunan suci ini tidak lagi 
menjadi pusat ziarah umat Buddha. Pada kurun 928 dan 1006, Raja Mpu Sindok 
memindahkan ibu kota kerajaan Medang ke kawasan Jawa Timur setelah 
serangkaian letusan gunung berapi; tidak dapat dipastikan apakah faktor inilah 
yang menyebabkan Borobudur ditinggalkan, akan tetapi beberapa sumber 
menduga bahwa sangat mungkin Borobudur mulai ditinggalkan pada periode 
ini.[6][18] Bangunan suci ini disebutkan secara samar-samar sekitar tahun 1365,
oleh Mpu Prapanca dalam naskahnya Nagarakretagama yang ditulis pada masa 
kerajaan Majapahit. Ia menyebutkan adanya "Wihara di Budur". Selain itu 
Soekmono (1976) juga mengajukan pendapat populer bahwa candi ini mulai 
benar-benar ditinggalkan sejak penduduk sekitar beralih keyakinan kepada Islam 
16 
pada abad ke-15.[6] 
Monumen ini tidak sepenuhnya dilupakan, melalui dongeng rakyat Borobudur 
beralih dari sebagai bukti kejayaan masa lampau menjadi kisah yang lebih bersifat 
tahayul yang dikaitkan dengan kesialan, kemalangan dan penderitaan. Dua Babad 
Jawa yang ditulis abad ke-18 menyebutkan nasib buruk yang dikaitkan dengan 
monumen ini. Menurut Babad Tanah Jawi (Sejarah Jawa), monumen ini 
merupakan faktor fatal bagi Mas Dana, pembangkang yang memberontak kepada 
Pakubuwono I, raja Kesultanan Mataram pada 1709.[6] Disebutkan bahwa bukit 
"Redi Borobudur" dikepung dan para pemberontak dikalahkan dan dihukum mati 
oleh raja. Dalam Babad Mataram (Sejarah Kerajaan Mataram), monumen ini 
dikaitkan dengan kesialan Pangeran Monconagoro, putra mahkota Kesultanan 
Yogyakarta yang mengunjungi monumen ini pada 1757.[30] Meskipun terdapat 
tabu yang melarang orang untuk mengunjungi monumen ini, "Sang Pangeran 
datang dan mengunjungi satria yang terpenjara di dalam kurungan (arca buddha 
yang terdapat di dalam stupa berterawang)". Setelah kembali ke keraton, sang 
Pangeran jatuh sakit dan meninggal dunia sehari kemudian. Dalam kepercayaan 
Jawa pada masa Mataram Islam, reruntuhan bangunan percandian dianggap 
sebagai tempat bersemayamnya roh halus dan dianggap wingit (angker) sehingga 
dikaitkan dengan kesialan atau kemalangan yang mungkin menimpa siapa saja 
yang mengunjungi dan mengganggu situs ini. Meskipun secara ilmiah diduga,
mungkin setelah situs ini tidak terurus dan ditutupi semak belukar, tempat ini 
pernah menjadi sarang wabah penyakit seperti demam berdarah atau malaria. 
17 
Penemuan kembali 
Foto pertama Borobudur oleh Isidore van Kinsbergen (1873) setelah monumen ini 
dibersihkan dari tanaman yang tumbuh pada tubuh candi. Bendera Belanda 
tampak pada stupa utama candi. 
Teras tertinggi setelah restorasi Van Erp. Stupa utama memiliki menara dengan 
chattra (payung) susun tiga. 
Setelah Perang Inggris-Belanda dalam memperebutkan pulau Jawa, Jawa dibawah 
pemerintahan Britania (Inggris) pada kurun 1811 hingga 1816. Thomas Stamford 
Raffles ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, dan ia memiliki minat istimewa 
terhadap sejarah Jawa. Ia mengumpulkan artefak-artefak antik kesenian Jawa 
kuno dan membuat catatan mengenai sejarah dan kebudayaan Jawa yang 
dikumpulkannya dari perjumpaannya dengan rakyat setempat dalam
perjalanannya keliling Jawa. Pada kunjungan inspeksinya di Semarang tahun 
1814, ia dikabari mengenai adanya sebuah monumen besar jauh di dalam hutan 
dekat desa Bumisegoro.[30] Karena berhalangan dan tugasnya sebagai Gubernur 
Jenderal, ia tidak dapat pergi sendiri untuk mencari bangunan itu dan mengutus 
H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan 
bangunan besar ini. Dalam dua bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya 
menebang pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur dan 
membersihkan lapisan tanah yang mengubur candi ini. Karena ancaman longsor, 
ia tidak dapat menggali dan membersihkan semua lorong. Ia melaporkan 
penemuannya kepada Raffles termasuk menyerahkan berbagai gambar sketsa 
candi Borobudur. Meskipun penemuan ini hanya menyebutkan beberapa kalimat, 
Raffles dianggap berjasa atas penemuan kembali monumen ini, serta menarik 
perhatian dunia atas keberadaan monumen yang pernah hilang ini.[11] 
Hartmann, seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda di Keresidenan Kedu 
meneruskan kerja Cornelius dan pada 1835 akhirnya seluruh bagian bangunan 
telah tergali dan terlihat. Minatnya terhadap Borobudur lebih bersifat pribadi 
daripada tugas kerjanya. Hartmann tidak menulis laporan atas kegiatannya; secara 
khusus, beredar kabar bahwa ia telah menemukan arca buddha besar di stupa 
utama.[31] Pada 1842, Hartmann menyelidiki stupa utama meskipun apa yang ia 
temukan tetap menjadi misteri karena bagian dalam stupa kosong. 
Pemerintah Hindia Belanda menugaskan F.C. Wilsen, seorang insinyur pejabat 
Belanda bidang teknik, ia mempelajari monumen ini dan menggambar ratusan 
sketsa relief. J.F.G. Brumund juga ditunjuk untuk melakukan penelitian lebih 
18
terperinci atas monumen ini, yang dirampungkannya pada 1859. Pemerintah 
berencana menerbitkan artikel berdasarkan penelitian Brumund yang dilengkapi 
sketsa-sketsa karya Wilsen, tetapi Brumund menolak untuk bekerja sama. 
Pemerintah Hindia Belanda kemudian menugaskan ilmuwan lain, C. Leemans, 
yang mengkompilasi monografi berdasarkan sumber dari Brumund dan Wilsen. 
Pada 1873, monograf pertama dan penelitian lebih detil atas Borobudur 
diterbitkan, dilanjutkan edisi terjemahannya dalam bahasa Perancis setahun 
kemudian.[31] Foto pertama monumen ini diambil pada 1873 oleh ahli engrafi 
19 
Belanda, Isidore van Kinsbergen.[32] 
Penghargaan atas situs ini tumbuh perlahan. Untuk waktu yang cukup lama 
Borobudur telah menjadi sumber cenderamata dan pendapatan bagi pencuri, 
penjarah candi, dan kolektor "pemburu artefak". Kepala arca Buddha adalah 
bagian yang paling banyak dicuri. Karena mencuri seluruh arca buddha terlalu 
berat dan besar, arca sengaja dijungkirkan dan dijatuhkan oleh pencuri agar 
kepalanya terpenggal. Karena itulah kini di Borobudur banyak ditemukan arca 
Buddha tanpa kepala. Kepala Buddha Borobudur telah lama menjadi incaran 
kolektor benda antik dan museum-museum di seluruh dunia. Pada 1882, kepala 
inspektur artefak budaya menyarankan agar Borobudur dibongkar seluruhnya dan 
reliefnya dipindahkan ke museum akibat kondisi yang tidak stabil, ketidakpastian 
dan pencurian yang marak di monumen.[32] Akibatnya, pemerintah menunjuk 
Groenveldt, seorang arkeolog, untuk menggelar penyelidikan menyeluruh atas 
situs dan memperhitungkan kondisi aktual kompleks ini; laporannya menyatakan 
bahwa kekhawatiran ini berlebihan dan menyarankan agar bangunan ini dibiarkan 
utuh dan tidak dibongkar untuk dipindahkan.
Bagian candi Borobudur dicuri sebagai benda cinderamata, arca dan ukirannya 
diburu kolektor benda antik. Tindakan penjarahan situs bersejarah ini bahkan 
salah satunya direstui Pemerintah Kolonial. Pada tahun 1896, Raja Thailand, 
Chulalongkorn ketika mengunjungi Jawa di Hindia Belanda (kini Indonesia) 
menyatakan minatnya untuk memiliki beberapa bagian dari Borobudur. 
Pemerintah Hindia Belanda mengizinkan dan menghadiahkan delapan gerobak 
penuh arca dan bagian bangunan Borobudur. Artefak yang diboyong ke Thailand 
antara lain; lima arca Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung 
singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang, dan arca penjaga 
dwarapala yang pernah berdiri di Bukit Dagi — beberapa ratus meter di barat laut 
Borobudur. Beberapa artefak ini, yaitu arca singa dan dwarapala, kini dipamerkan 
20 
di Museum Nasional Bangkok.[33] 
Pemugaran 
Borobudur kembali menarik perhatian pada 1885, ketika Yzerman, Ketua 
Masyarakat Arkeologi di Yogyakarta, menemukan kaki tersembunyi.[34] Foto-foto 
yang menampilkan relief pada kaki tersembunyi dibuat pada kurun 1890–1891.[35] 
Penemuan ini mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengambil langkah 
menjaga kelestarian monumen ini. Pada 1900, pemerintah membentuk komisi 
yang terdiri atas tiga pejabat untuk meneliti monumen ini: Brandes, seorang 
sejarawan seni, Theodoor van Erp, seorang insinyur yang juga anggota tentara 
Belanda, dan Van de Kamer, insinyur ahli konstruksi bangunan dari Departemen 
Pekerjaan Umum.
Penanaman beton dan pipa PVC untuk memperbaiki sistem drainase Borobudur 
21 
pada pemugaran tahun 1973 
Pada 1902, komisi ini mengajukan proposal tiga langkah rencana pelestarian 
Borobudur kepada pemerintah. Pertama, bahaya yang mendesak harus segera 
diatasi dengan mengatur kembali sudut-sudut bangunan, memindahkan batu yang 
membahayakan batu lain di sebelahnya, memperkuat pagar langkan pertama, dan 
memugar beberapa relung, gerbang, stupa dan stupa utama. Kedua, memagari 
halaman candi, memelihara dan memperbaiki sistem drainase dengan 
memperbaiki lantai dan pancuran. Ketiga, semua batuan lepas dan longgar harus 
dipindahkan, monumen ini dibersihkan hingga pagar langkan pertama, batu yang 
rusak dipindahkan dan stupa utama dipugar. Total biaya yang diperlukan pada 
saat itu ditaksir sekitar 48.800 Gulden. 
Pemugaran dilakukan pada kurun 1907 dan 1911, menggunakan prinsip 
anastilosis dan dipimpin Theodor van Erp.[36] Tujuh bulan pertama dihabiskan 
untuk menggali tanah di sekitar monumen untuk menemukan kepala buddha yang 
hilang dan panel batu. Van Erp membongkar dan membangun kembali tiga teras
melingkar dan stupa di bagian puncak. Dalam prosesnya Van Erp menemukan 
banyak hal yang dapat diperbaiki; ia mengajukan proposal lain yang disetujui 
dengan anggaran tambahan sebesar 34.600 gulden. Van Erp melakukan 
rekonstruksi lebih lanjut, ia bahkan dengan teliti merekonstruksi chattra (payung 
batu susun tiga) yang memahkotai puncak Borobudur. Pada pandangan pertama, 
Borobudur telah pulih seperti pada masa kejayaannya. Akan tetapi rekonstruksi 
chattra hanya menggunakan sedikit batu asli dan hanya rekaan kira-kira. Karena 
dianggap tidak dapat dipertanggungjawabkan keasliannya, Van Erp membongkar 
sendiri bagian chattra. Kini mastaka atau kemuncak Borobudur chattra susun tiga 
tersimpan di Museum Karmawibhangga Borobudur. 
Akibat anggaran yang terbatas, pemugaran ini hanya memusatkan perhatian pada 
membersihkan patung dan batu, Van Erp tidak memecahkan masalah drainase dan 
tata air. Dalam 15 tahun, dinding galeri miring dan relief menunjukkan retakan 
dan kerusakan.[36] Van Erp menggunakan beton yang menyebabkan terbentuknya 
kristal garam alkali dan kalsium hidroksida yang menyebar ke seluruh bagian 
bangunan dan merusak batu candi. Hal ini menyebabkan masalah sehingga 
22 
renovasi lebih lanjut diperlukan. 
Pemugaran kecil-kecilan dilakukan sejak itu, tetapi tidak cukup untuk 
memberikan perlindungan yang utuh. Pada akhir 1960-an, Pemerintah Indonesia 
telah mengajukan permintaan kepada masyarakat internasional untuk pemugaran 
besar-besaran demi melindungi monumen ini. Pada 1973, rencana induk untuk 
memulihkan Borobudur dibuat.[37] Pemerintah Indonesia dan UNESCO 
mengambil langkah untuk perbaikan menyeluruh monumen ini dalam suatu
proyek besar antara tahun 1975 dan 1982.[36] Pondasi diperkokoh dan segenap 
1.460 panel relief dibersihkan. Pemugaran ini dilakukan dengan membongkar 
seluruh lima teras bujur sangkar dan memperbaiki sistem drainase dengan 
menanamkan saluran air ke dalam monumen. Lapisan saringan dan kedap air 
ditambahkan. Proyek kolosal ini melibatkan 600 orang untuk memulihkan 
monumen dan menghabiskan biaya total sebesar 6.901.243 dollar AS.[38] Setelah 
renovasi, UNESCO memasukkan Borobudur ke dalam daftar Situs Warisan Dunia 
pada tahun 1991.[3] Borobudur masuk dalam kriteria Budaya (i) "mewakili 
mahakarya kretivitas manusia yang jenius", (ii) "menampilkan pertukaran penting 
dalam nilai-nilai manusiawi dalam rentang waktu tertentu di dalam suatu wilayah 
budaya di dunia, dalam pembangunan arsitektur dan teknologi, seni yang 
monumental, perencanaan tata kota dan rancangan lansekap", dan (vi) "secara 
langsung dan jelas dihubungkan dengan suatu peristiwa atau tradisi yang hidup, 
dengan gagasan atau dengan kepercayaan, dengan karya seni artistik dan karya 
sastra yang memiliki makna universal yang luar biasa".[3] 
23 
Peristiwa kontemporer 
Turis di Borobudur 
Setelah pemugaran besar-besaran pada 1973 yang didukung oleh UNESCO,[37] 
Borobudur kembali menjadi pusat keagamaan dan ziarah agama Buddha. Sekali 
setahun pada saat bulan purnama sekitar bulan Mei atau Juni, umat Buddha di 
Indonesia memperingati hari suci Waisak, hari yang memperingati kelahiran,
wafat, dan terutama peristiwa pencerahan Siddhartha Gautama yang mencapai 
tingkat kebijaksanaan tertinggi menjadi Buddha Shakyamuni. Waisak adalah hari 
libur nasional di Indonesia dan upacara peringatan dipusatkan di tiga candi 
Buddha utama dengan ritual berjalan dari Candi Mendut menuju Candi Pawon 
dan prosesi berakhir di Candi Borobudur. 
Pada 21 Januari 1985, sembilan stupa rusak parah akibat sembilan bom. Pada 
1991 seorang penceramah muslim beraliran ekstrem yang tunanetra, Husein Ali 
Al Habsyie, dihukum penjara seumur hidup karena berperan sebagai otak 
serangkaian serangan bom pada pertengahan dekade 1980-an, termasuk serangan 
atas Candi Borobudur.[42] Dua anggota kelompok ekstrem sayap kanan djatuhi 
hukuman 20 tahun penjara pada tahun 1986 dan seorang lainnya menerima 
hukuman 13 tahun penjara. Sendratari "Mahakarya Borobudur" digelar di 
Borobudur. Monumen ini adalah obyek wisata tunggal yang paling banyak 
dikunjungi di Indonesia. Pada 1974 sebanyak 260.000 wisatawan yang 36.000 
diantaranya adalah wisatawan mancanegara telah mengunjungi monumen ini.[8] 
Angka ini meningkat hingga mencapai 2,5 juta pengunjung setiap tahunnya (80% 
adalah wisatawan domestik) pada pertengahan 1990-an, sebelum Krisis finansial 
Asia 1997.[9] Akan tetapi pembangunan pariwisata dikritik tidak melibatkan 
masyarakat setempat sehingga beberapa konflik lokal kerap terjadi.[8] Pada 2003, 
penduduk dan wirausaha skala kecil di sekitar Borobudur menggelar pertemuan 
dan protes dengan pembacaan puisi, menolak rencana pemerintah provinsi yang 
berencana membangun kompleks mal berlantai tiga yang disebut 'Java World'.[43] 
Upaya masyarakat setempat untuk mendapatkan penghidupan dari sektor 
pariwisata Borobudur telah meningkatkan jumlah usaha kecil di sekitar 
24
Borobudur. Akan tetapi usaha mereka untuk mencari nafkah seringkali malah 
mengganggu kenyamanan pengunjung. Misalnya pedagang cenderamata asongan 
yang mengganggu dengan bersikeras menjual dagangannya; meluasnya lapak-lapak 
pasar cenderamata sehingga saat hendak keluar kompleks candi, 
pengunjung malah digiring berjalan jauh memutar memasuki labirin pasar 
cenderamata. Jika tidak tertata maka semua ini membuat kompleks candi 
Borobudur semakin semrawut. Pada 27 Mei 2006, gempa berkekuatan 6,2 skala 
mengguncang pesisir selatan Jawa Tengah. Bencana alam ini menghancurkan 
kawasan dengan korban terbanyak di Yogyakarta, akan tetapi Borobudur tetap 
utuh.[44]Pada 28 Agustus 2006 simposium bertajuk Trail of Civilizations (jejak 
peradaban) digelar di Borobudur atas prakarsa Gubernur Jawa Tengah dan 
Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan, juga hadir perwakilan UNESCO dan 
negara-negara mayoritas Buddha di Asia Tenggara, seperti Thailand, Myanmar, 
Laos, Vietnam, dan Kamboja. Puncak acara ini adalah pagelaran sendratari 
kolosal "Mahakarya Borobudur" di depan Candi Borobudur. Tarian ini diciptakan 
dengan berdasarkan gaya tari tradisional Jawa, musik gamelan, dan busananya, 
menceritakan tentang sejarah pembangunan Borobudur. Setelah simposium ini, 
sendratari Mahakarya Borobudur kembali dipergelarkan beberapa kali, khususnya 
menjelang peringatan Waisak yang biasanya turut dihadiri Presiden Republik 
Indonesia. Batu peringatan pemugaran candi Borobudur dengan bantuan 
UNESCO. UNESCO mengidentifikasi tiga permasalahan penting dalam upaya 
pelestarian Borobudur: (i) vandalisme atau pengrusakan oleh pengunjung; (ii) 
erosi tanah di bagian tenggara situs; (iii) analisis dan pengembalian bagian-bagian 
yang hilang. Tanah yang gembur, beberapa kali gempa bumi, dan hujan lebat 
25
dapat menggoyahkan struktur bangunan ini. Gempa bumi adalah faktor yang 
paling parah, karena tidak saja batuan dapat jatuh dan pelengkung ambruk, tanah 
sendiri bergerak bergelombang yang dapat merusak struktur bangunan.[45] 
Meningkatnya popularitas stupa menarik banyak pengunjung yang kebanyakan 
adalah warga Indonesia. Meskipun terdapat banyak papan peringatan untuk tidak 
menyentuh apapun, pengumandangan peringatan melalui pengeras suara dan 
adanya penjaga, vandalisme berupa pengrusakan dan pencorat-coretan relief dan 
arca sering terjadi, hal ini jelas merusak situs ini. Pada 2009, tidak ada sistem 
untuk membatasi jumlah wisatawan yang boleh berkunjung per hari, atau 
menerapkan tiap kunjungan harus didampingi pemandu agar pengunjung selalu 
26 
dalam pengawasan.[45] 
Rehabilitasi 
Borobudur sangat terdampak letusan Gunung Merapi pada Oktober adan 
November 2010. Debu vulkanik dari Merapi menutupi kompleks candi yang 
berjarak 28 kilometer (17 mil) arah barat-baratdaya dari kawah Merapi. Lapisan 
debu vulkanik mencapai ketebalan 2,5 sentimeter (1 in)[46] menutupi bangunan 
candi kala letusan 3–5 November 2010, debu juga mematikan tanaman di sekitar, 
dan para ahli mengkhawatirkan debu vulkanik yang secara kimia bersifat asam 
dapat merusak batuan bangunan bersejarah ini. Kompleks candi ditutup 5 sampai 
9 November 2010 untuk membersihkan luruhan debu.[47][48] 
Mencermati upaya rehabilitasi Borobudur setelah letusan Merapi 2010, UNESCO 
telah menyumbangkan dana sebesar 3 juta dollar AS untuk mendanai upaya 
rehabilitasi. Membersihkan candi dari endapan debu vulkanik akan menghabiskan
waktu sedikitnya 6 bulan, disusul penghijauan kembali dan penanaman pohon di 
lingkungan sekitar untuk menstabilkan suhu, dan terakhir menghidupkan kembali 
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat.[49] Lebih dari 55.000 blok 
batu candi harus dibongkar untuk memperbaiki sistem tata air dan drainase yang 
tersumbat adonan debu vulkanik bercampur air hujan. Restorasi berakhir 
November 2011, lebih awal dari perkiraan semula.[50] 
27 
Arsitektur 
Borobudur dilihat dari pelataran sudut barat laut Denah Borobudur 
membentuk Mandala, lambang alam semesta dalam kosmologi Buddha. 
Model Borobudur 
Lorong koridor dengan galeri dinding berukir relief. Borobudur merupakan 
mahakarya seni rupa Buddha Indonesia, sebagai contoh puncak pencapaian 
keselarasan teknik arsitektur dan estetika seni rupa Buddha di Jawa. Bangunan ini 
diilhami gagasan dharma dari India, antara lain stupa, dan mandala, tetapi 
dipercaya juga merupakan kelanjutan unsur lokal; struktur megalitik punden 
berundak atau piramida bertingkat yang ditemukan dari periode prasejarah 
Indonesia. Sebagai perpaduan antara pemujaan leluhur asli Indonesia dan 
perjuangan mencapai Nirwana dalam ajaran Buddha.[3] 
Konsep rancang bangun
Pada hakikatnya Borobudur adalah sebuah stupa yang bila dilihat dari atas 
membentuk pola Mandala besar. Mandala adalah pola rumit yang tersusun atas 
bujursangkar dan lingkaran konsentris yang melambangkan kosmos atau alam 
semesta yang lazim ditemukan dalam Buddha aliran Wajrayana-Mahayana. 
Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat 
mazhab Mahayana yang secara bersamaan menggambarkan kosmologi yaitu 
konsep alam semesta, sekaligus tingkatan alam pikiran dalam ajaran Buddha.[51] 
Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan 
Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha. 
Dasar denah bujur sangkar berukuran 123 m (400 kaki) pada tiap sisinya. 
Bangunan ini memiliki sembilan teras, enam teras terbawah berbentuk bujur 
sangkar dan tiga teras teratas berbentuk lingkaran. 
Pada tahun 1885, secara tidak disengaja ditemukan struktur tersembunyi di 
kaki Borobudur. Kaki tersembunyi ini terdapat relief yang 160 diantaranya adalah 
berkisah tentang Karmawibhangga. Pada relief panel ini terdapat ukiran aksara 
yang merupakan petunjuk bagi pengukir untuk membuat adegan dalam gambar 
relief. Kaki asli ini tertutup oleh penambahan struktur batu yang membentuk 
pelataran yang cukup luas, fungsi sesungguhnya masih menjadi misteri. Awalnya 
diduga bahwa penambahan kaki ini untuk mencegah kelongsoran monumen. Teori 
lain mengajukan bahwa penambahan kaki ini disebabkan kesalahan perancangan 
kaki asli, dan tidak sesuai dengan Wastu Sastra, kitab India mengenai arsitektur 
dan tata kota. Apapun alasan penambahan kaki ini, penambahan dan pembuatan 
kaki tambahan ini dilakukan dengan teliti dengan mempertimbangkan alasan 
28 
keagamaan, estetik, dan teknis.
Ketiga tingkatan ranah spiritual dalam kosmologi Buddha adalah: 
Kamadhatu Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia 
yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar 
tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi 
candi. Pada bagian kaki asli yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 160 
panel cerita Karmawibhangga yang kini tersembunyi. Sebagian kecil struktur 
tambahan di sudut tenggara disisihkan sehingga orang masih dapat melihat 
beberapa relief pada bagian ini. Struktur batu andesit kaki tambahan yang 
menutupi kaki asli ini memiliki volume 13.000 meter kubik.[5] 
Rupadhatu Empat undak teras yang membentuk lorong keliling yang pada 
dindingnya dihiasi galeri relief oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya 
berbentuk persegi. Rupadhatu terdiri dari empat lorong dengan 1.300 gambar 
relief. Panjang relief seluruhnya 2,5 km dengan 1.212 panel berukir dekoratif. 
Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi 
masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara 
yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung 
Buddha terdapat pada ceruk atau relung dinding di atas pagar langkan atau 
selasar. Aslinya terdapat 432 arca Buddha di dalam relung-relung terbuka di 
sepanjang sisi luar di pagar langkan.[5] Pada pagar langkan terdapat sedikit 
perbedaan rancangan yang melambangkan peralihan dari ranah Kamadhatu 
menuju ranah Rupadhatu; pagar langkan paling rendah dimahkotai ratna, 
sedangkan empat tingkat pagar langkan diatasnya dimahkotai stupika (stupa 
kecil). Bagian teras-teras bujursangkar ini kaya akan hiasan dan ukiran relief. 
29
30 
B. Museum Dirgantara Mandala 
Keberadaan Indonesia Air Force Museum Dirgantara Mandala didirikan 
pada gagasan para pemimpin TNI AU untuk mengabadikan dan 
mendokumentasikan semua kegiatan dan peristiwa bersejarah di lingkungan 
TNI AU. Museum ini diresmikan pada tanggal 4 April 1969 di Jalan Tanah 
Abang, Bukit, Jakarta oleh Panglima perang Angkatan Udara Udara Rusmin 
Muryadin. Berdasarkan berbagai pertimbangan bahwa kota selama periode 
1945 - 1949 memiliki peran sejarah yang penting, yaitu sebagai kuali untuk 
pilot kadet candradimuka / Taruna Akademi Angkatan Udara, maka pada 
bulan November 1977 museum dipindahkan di Jakarta dan Yogyakarta untuk 
digabungkan dengan AAU di Museum Ksatrian Adisucipto dasar. Kemudian 
pada tanggal 29 Juli 1978 Museum meresmikan Pusat Angkatan Udara 
Indonesia "Mandala Dirgantara". Pada tahun 1984 museum dipindahkan ke 
Wonocatur, tepatnya bangunan ke pabrik gula mantan yang dibangun selama 
penjajahan Belanda. 
Museum Pusat TNI AU "Dirgantara Mandala" memiliki koleksi beragam 
termasuk foto, bendera-pembawa, diorama, kantor pakaian, pesawat, senjata, 
prasasti, patung, lukisan, hiasan, dan koleksi buku. Pesawat ke koleksi 
museum yang ini adalah aluminium pesawat bahan dari produksi pertama 
1948 yang dibuat di Maospati, Madiun oleh replika pesawat dan Nurtanio 
Dakota VT-CLA milik maskapai India di daerah menenggak Ngotho, Bantul 
saat dicari oleh Belanda mendarat Maguwo di Yogyakarta. 
Museun Dirgantara Mandala dibuka untuk umum pada setiap hari pukul 
08:30 hingga 14:30. Fasilitas pendukung yang ada di museum Dirgantara 
Mandala adalah perpustakaan, auditorium, tempat parkir, dan membangun 
toilet musholla. 
C. Taman Pintar Yogyakarta
Terletak di kawasan pusat Kota Yogyakarta, sebuah wahana wisata baru 
untuk anak-anak yakni Taman Pintar dibangun sebagai wahana ekpresi, 
apresiasi dan kreasi dalam suasana yang menyenangkan. 
Dengan moto mencerdaskan dan menyenangkan, taman yang mulai 
dibangun pada 2003 ini ingin menumbuhkembangkan minat anak dan 
generasi muda terhadap sains melalui imajinasi, percobaan, dan pemainan 
dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia yang 
berkualitas.Taman Pintar juga ingin mewujudkan salah satu ajaran Ki Hajar 
Dewantara yaitu Niteni: Memahami, Niroake: Menirukan, dan Nambahi: 
Mengembangkan. 
Daerah penyambutan dan permainan serta sebagai ruang publik bagi 
pengunjung. Pada daerah ini disediakan sejumlah wahana bermain untuk anak 
seperti Pipa Bercerita, Parabola Berbisik, Rumah Pohon, Air Menari, Koridor 
Air, Desaku Permai, Spektrum Warna Dinding Berdendang, Sistem Katrol, 
Jembatan Goyang, Jungkat-jungkit, Istana Pasir, Engklek, dan Forum Batu 
Gedung Heritage, Daerah ini diperuntukkan bagi pendidikan anak berusia 
dini (PAUD), yang terdiri dari anak-anak usia pra-sekolah hingga TK. 
Gedung Oval, Zona ini terdiri dari zona pengenalan lingkungan dan eksibisi 
ilmu pengetahuan, zona pemaparan, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi. 
Gedung Kota, gedung ini terdiri dari tiga lantai yakni lantai pertama zona 
sarana pelengkap Taman Pintar yang mencakup ruang pameran, ruang 
audiovisual, radio anak Jogja, food court, dan souvenier counter. Lantai dua 
zona materi dasar dan penerapan iptek terdiri dari Indonesiaku, jembatan 
sains, teknologi populer, 
31 
D. Keraton Yogyakarta 
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan 
istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di 
Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun 
kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia 
pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai 
tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan 
tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu
objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan 
museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk 
berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan 
gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh 
arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan 
lapangan serta paviliun yang luas. 
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I 
beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini 
konon adalah bekas sebuah pesanggarahan[2] yang bernama Garjitawati. 
Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja 
Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi 
lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul 
Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton 
Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar 
Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten 
Sleman. 
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu 
Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan 
Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul 
(Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). 
32 
E. Jalan Malioboro 
Jalan Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota 
Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan 
Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran 
Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan 
poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta. 
Terdapat beberapa obyek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain 
Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng 
Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret. Jalan Malioboro 
sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan 
khas jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan 
gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-
seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti 
bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang 
jalan ini. 
33 
2.2. Kondisi Geografis Objek 
2.2.1. Kondisi Fisik/ Keadaan Alam 
Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan 
merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping 4 
daerah tingkat II lainnya yang berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta 
merupakan ibukota dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya 
yang berada ditengah-tengah provinsi menyebabkan daerah ini merupakan 
daerah yang strategis untuk pemerintahan. Kota Yogyakarta dikelilingi oleh 
kabupaten-kabupaten yang mengelilinginya. Kabupaten-kabupaten tersebut 
adalah Kabupaten Kulon Progo yang tertletak disebelah barat kota, 
Kabupaten Bantul terletak disebelah selatan dan barat daya dari Kota, 
Kabupaten SLeman yang terletak disebelah utra, barat, maupun timur, 
sedangkan KAbupaten Gunung Kidul terletak di sebelah timur. 
Wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara 110o 24I 19II sampai 110o 28I 53II 
Bujur Timur dan 7o 15I 24II sampai 7o 49I 26II Lintang Selatan dengan 
ketinggian rata-rata 114 m diatas permukaan laut 
Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah 
dimana dari barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki 
kemiringan ± 1 derajat, serta terdapat 3 (tiga) sungai yang melintas Kota 
Yogyakarta, yaitu : Sebelah timur adalah Sungai Gajah Wong Bagian tengah 
adalah Sungai Code Sebelah barat adalah Sungai Winongo 
Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan 
dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km² yang berarti 1,025% dari 
luas wilayah Propinsi DIY Dengan luas 3.250 hektar tersebut terbagi menjadi 
14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 617 RW, dan 2.531 RT, serta dihuni oleh 
489.000 jiwa (data per Desember 1999) dengan kepadatan rata-rata 15.000 
jiwa/Km²
Kondisi tanah Kota Yogyakarta cukup subur dan memungkinkan 
ditanami berbagai tanaman pertanian maupun perdagangan, disebabkan oleh 
letaknya yang berada didataran lereng gunung Merapi (fluvia vulcanic foot 
plain) yang garis besarnya mengandung tanah regosol atau tanah vulkanis 
muda Sejalan dengan perkembangan Perkotaan dan Pemukiman yang pesat, 
lahan pertanian Kota setiap tahun mengalami penyusutan. Data tahun 1999 
menunjukkan penyusutan 7,8% dari luas area Kota Yogyakarta (3.249,75) 
karena beralih fungsi, (lahan pekarangan) 
2.2.2. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Objek 
Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain meliputi 
sektor Investasi; Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM; Pertanian; 
Ketahanan Pangan; Kehutanan dan Perkebunan; Perikanan dan Kelautan; 
Energi dan Sumber Daya Mineral; serta Pariwisata. 
Penanaman modal di DIY dilaksanakan melalui program peningkatan 
promosi dan kerja sama investasi serta program peningkatan iklim investasi 
dan realisasi investasi. Capaian investasi total pada tahun 2010 mencapai Rp 
4.580.972.827.244,00 dengan rincian PMDN sebesar Rp 
1.884.925.869.797,00 dan PMA sebesar 2.696.046.957.447,00. Unit usaha di 
DIY pada tahun 2010 ada sekitar 78.122 unit dengan penyerapan tenaga kerja 
sebesar 292.625 orang dan nilai investasi sebesar Rp. 878.063.496.000,00 
Varian produk ekspor DIY andalan meliputi produk olahan kulit, 
tekstil dan kayu. Pakaian jadi tekstil dan mebel kayu merupakan produk yang 
mempunyai nilai ekspor tertinggi. Namun demikian secara umum ekspor ke 
mancanegara didominasi oleh produk-produk yang dihasilkan dengan nilai 
seni dan kreatif tinggi yang padat karya (labor intensive). Program 
pembangunan dalam mengembangkan koperasi dan UKM di DIY, salah 
satunya adalah memberdayakan usaha mikro dan kecil dan menengah yang 
disinergikan dengan kebijakan program dari pemerintah pusat. Salah satu 
upaya pembinaan UKM adalah melalui kelompok (sentra) karena upaya ini 
lebih efektif dan efisien, di samping itu dengan sentra akan banyak 
melibatkan usaha mikro dan kecil. Pada 2010 tercatat koperasi aktif sebanyak 
1.926 koperasi dan UKM tercatat 13.998 unit usaha. 
34
Tingkat kesejahteraan petani dalam bidang pertanian di Provinsi DIY 
yang diukur dengan Nilai Tukar Petani (NTP) NTP dapat menjadi salah satu 
indikator yang menunjukkan tingkat kesejahteraan petani di suatu wilayah. 
Pada 2010 NTP sebesar 112,74% . Ketahanan pangan merupakan bagian 
terpenting dari pemenuhan hak atas pangan sekaligus merupakan salah satu 
pilar utama hak asasi manusia. Secara umum ketersediaan pangan di Provinsi 
DIY cukup karena berkaitan dengan musim panen sehingga diperlukan 
pengaturan distribusi oleh pemerintah. Pemenuhan kebutuhan ikan di DIY 
dapat dipenuhi dari perikanan tangkap maupun budidaya. Untuk perikanan 
tangkap dilakukan melalui pengembangan pelabuhan perikanan Sadeng dan 
Glagah. Produksi perikanan budidaya tahun 2010 mencapai 39.032 ton dan 
perikanan tangkap mencapai 4.906 ton, dengan konsumsi ikan sebesar 22,06 
kg/kap/tahun. 
Hutan di Provinsi DIY didominasi oleh hutan produksi, yang sebagian 
besar berada di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Persentase luas hutan di 
DIY pada tahun 2010 sebesar 5,87% dengan rehabilitasi lahan kritis sebesar 
9,93% dan kerusakan kawasan hutan sebesar 4,94% [16]. Sektor perkebunan, 
dari segi produksi tanaman perkebunan yang potensial di DIY adalah kelapa 
dan tebu. Kegiatan perkebunan diprioritaskan dalam rangka pengutuhan 
tanaman memenuhi skala ekonomi serta peningkatan produksi, produktivitas 
dan mutu produk tanaman untuk meningkatkan pendapatan petani. 
Kondisi sosial budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain 
meliputi Kependudukan; Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Kesejahteraan 
Sosial; Kesehatan; Pendidikan; Kebudayaan; dan Keagamaan 
Laju pertumbuhan penduduk di DIY antara 2003-2007 sebanyak 
135.915 jiwa atau kenaikan rata-rata pertahun sebesar 1,1%. Umur Harapan 
Hidup (UHH) penduduk di DIY menunjukkan kecenderungan yang 
meningkat dari 72,4 tahun pada tahun 2002 menjadi 72,9 tahun pada tahun 
2005. Ditinjau dari sisi distribusi penduduk menurut usia, terlihat 
kecenderungan yang semakin meningkat pada penduduk usia di atas 60 
tahun. 
35
Proporsi distribusi peduduk berdasarkan usia produktif memiliki 
akibat pada sektor tenaga kerja. Angkatan kerja di DIY pada 2010 sebesar 
71,41%Di sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja paling besar adalah 
sektor pertanian kemudian disusul sektor jasa-jasa lainnya. Sektor yang 
potensial dikembangkan yaitu sektor pariwisata, sektor perdagangan dan 
industri terutama industri kecil menengah serta kerajinan. Pengangguran di 
DIY menjadi problematika sosial yang cukup serius karena karakter 
pengangguran DIY menyangkut sebagian tenaga-tenaga profesional dengan 
tingkat pendidikan tinggi. 
Salah satu cara untuk mengatasi masalah kependudukan dan 
ketenagakerjaan adalah dengan mengadakan program transmigrasi. 
Pelaksanaan pemberangkatan transmigran asal DIY sampai pada tahun 2008 
melalui program transmigrasi sejumlah 76.495 KK atau 274.926 jiwa. 
Ditinjau dari pola transmigrasi sudah mencerminkan partisipasi dan 
keswadayaan masyarakat, melalui Transmigrasi Umum (TU), Transmigrasi 
Swakarsa Berbantuan (TSB) dan Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM). 
Untuk pensebarannya sudah mencakup hampir seluruh provinsi. Rasio jumlah 
tansmigran swakarsa mandiri pada 2010 mencapai 20% dari total transmigran 
yang diberangkatkan. 
Sebagai salah satu aspek yang penting dalam kehidupan, 
pembangunan kesehatan menjadi salah satu instrumen di dalam upaya 
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tahun 2007 jumlah keluarga miskin 
sebanyak 275.110 RTM dan menerima bantuan raskin dari pemerintah pusat 
(meningkat 27 persen dibanding periode tahun 2006 sebanyak 216.536 
RTM). Penduduk DIY menurut tahapan kesejahteraan tercatat bahwa pada 
tahun 2007 kelompok pra sejahtera 21,12%; Sejahtera I 22,70%; Sejahtera II 
23,69%; Sejahtera III 26,83%; dan Sejahtera III plus 5,66% . Tingkat 
kesejahteraan pada tahun 2010 meningkat dengan penurunan persentase 
penduduk miskin menjadi 16,83%. 
Arah pembangunan kesehatan di DIY secara umum adalah untuk 
mewujudkan Provinsi DIY yang memiliki status kesehatan masyarakat yang 
tinggi tidak hanya dalam batas nasional tetapi memiliki kesetaraan di tataran 
36
internasional khususnya Asia Tenggara dengan mempertinggi kesadaran 
masyarakat akan pentingnya hidup sehat, peningkatan jangkauan dan kualitas 
pelayanan kesehatan serta menjadikan DIY sebagai pusat mutu dalam 
pelayanan kesehatan, pendidikan pelatihan kesehatan serta konsultasi 
kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2010 menempatkan 
DIY sebagai provinsi dengan indikator kesehatan terbaik dan paling siap 
dalam mencapai MDG’s. 
Pada tahun 2010 capaian indikator kesehatan untuk umur harapan 
hidup berada pada level usia 74,20 tahun. Angka kematian balita sebesar 
18/1000 KH, angka kematian bayi sebesar 17/1000 KH, dan angka kematian 
ibu melahirkan sebesar 103/100.000 KH. Prevalensi gizi buruk sebesar 
0.70%, Cakupan Rawat Jalan Puskesmas 16% sedangkan Cakupan Rawat 
Inap Rumah Sakit sebesar 1,32%[. 
Dari 118 Puskesmas, 20% puskesmas telah menerapkan sistem 
manajemen mutu melalui pendekatan ISO 9001:200; 7% rumah sakit telah 
menerapkan ISO 9001:200; 25% rumah sakit di DIY telah terakreditasi 
dengan 5 standar; 17% RS terakreditasi dengan 12 standar; dan 5% RS telah 
terakreditasi dengan 16 standar pelayanan. Sarana pelayanan kesehatan yang 
memiliki unit pelayanan gawat darurat meningkat menjadi 40% dan RS 
dengan pelayanan kesehatan jiwa meningkat menjadi 9%. Meskipun 
demikian cakupan rawat jalan tahun 2006 baru mencapai 10% (nasional 15%) 
sementara untuk rawat inap 1,2% (nasional 1,5%). Rasio pelayanan kesehatan 
dasar bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di Unit Pelaksana Teknis Dinas 
Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten/Kota telah mencapai 100%. Rasio 
dokter umum per 100.000 penduduk menunjukkan tren meningkat sebesar 
39,64 pada tahun 2006. Adapun program jamkesos tahun 2010 dianggarkan 
Rp. 34.978.592.000,00. 
Penyakit jantung dan stroke telah menjadi pembunuh nomor satu di 
DIY sementara faktor risiko penyakit jantung penduduk DIY ternyata cukup 
tinggi. Rumah tangga di DIY yang tidak bebas asap rokok sebesar 56%, 
sedangkan remaja yang perokok aktif sebesar 9,3%. Sebanyak 52% penduduk 
DIY kurang melakukan aktivitas olahraga dan hanya 19,8% penduduk DIY 
37
yang mengkonsumsi serat mencukupi. Dalam tiga tahun terakhir angka 
obesitas pada anak-anak di DIY meningkat hampir 7%. 
Penyebaran sekolah untuk jenjang SD/MI sampai Sekolah Menengah 
sudah merata dan menjangkau seluruh wilayah sampai ke pelosok desa. 
Jumlah SD/MI yang ada di Provinsi DIY pada tahun 2008 adalah sejumlah 
2.035, SMP/MTs/SMP Terbuka sejumlah 529, dan SMA/MA/SMK sejumlah 
381 sekolah negeri maupun swasta. Ketersediaan ruang belajar dapat 
dikatakan sudah memadai dengan rasio siswa per kelas untuk SD/MI: 22, 
SMP/MTs: 33, SMA/MA/SMK: 31. Sedangkan tingkat ketersediaan guru di 
Provinsi DIY juga cukup memadai dengan rasio siswa per guru untuk SD/MI: 
13, SMP/MTs: 11, SMA/MA/SMK: 9. Untuk tahun 2010 pembinaan guru 
jenjang SD/MI sebanyak 3.900 guru telah memenuhi kualifikasi dari total 
24.093 guru. Jenjang SMP/MTs sebanyak 3.939 guru telah memenuhi 
kualifikasi dari total 12.971 guru. Dan untuk SMA/MA sebanyak 4.826 guru 
telah memenuhi kualifikasi dari total 15.067 guru. 
Para lulusan jenjang SD/MI pada umumnya dapat melanjutkan ke 
SMP/MTs, sejalan kebijakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang 
dicanangkan pemerintah. Pada tahun 2010, angka kelulusan SD/MI mencapai 
96,47%, SMP/MTs mencapai 81,84% dan SMA/MA/SMK sebesar 88,98%. 
Sedangkan angka putus sekolah pada tahun yang sama sebesar 0,07% untuk 
SD/MI; 0,17% untuk SMP/MTs; dan 0,44% untuk SMA/MA/SMK]. 
Sementara itu jumlah perguruan tinggi di Provinsi DIY baik negeri, swasta 
maupun kedinasan seluruhnya sebanyak 136 institusi dengan rincian 21 
universitas, 5 institut, 41 sekolah tinggi, 8 politeknik dan 61 akademi yang 
diasuh oleh 9.736 dosen. 
Wujud cagar budaya yang masih dipergunakan sebagai tempat ibadah 
38 
umat Hindu Indonesia 
DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible 
(fisik) maupun yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang tangible 
antara lain kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya sedangkan potensi 
budaya yang intangible seperti gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, 
sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam masyarakat.
DIY memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang 
tersebar di 13 Kawasan Cagar Budaya. Keberadaan aset-aset budaya 
peninggalan peradaban tinggi masa lampau tersebut, dengan Kraton sebagai 
institusi warisan adiluhung yang masih terlestari keberadaannya, merupakan 
embrio dan memberi spirit bagi tumbuhnya dinamika masyarakat dalam 
berkehidupan kebudayaan terutama dalam berseni budaya dan beradat tradisi. 
Selain itu, Provinsi DIY juga mempunyai 30 museum, yang dua di antaranya 
yaitu Museum Ullen Sentalu dan Museum Sonobudoyo diproyeksikan 
menjadi museum internasional. Pada 2010, persentase benda cagar budaya 
tidak bergeak dalam kategori baik sebesar 41,55%, seangkan kunjungan ke 
museum mencapai 6,42%. 
Penduduk DIY mayoritas beragama Islam yaitu sebesar 90,96%, 
selebihnya beragama Kristen, Katholik, Hindu, Budha. Sarana ibadah terus 
mengalami perkembangan, pada tahun 2007 terdiri dari 6214 masjid, 3413 
langgar, 1877 musholla, 218 gereja, 139 kapel, 25 kuil/pura dan 24 
vihara/klenteng. Jumlah pondok pesantren pada tahun 2006 sebanyak 260, 
dengan 260 kyai dan 2.694 ustadz serta 38.103 santri. Sedangkan jumlah 
madrasah baik negeri maupun swasta terdiri dari 148 madrasah ibtidaiyah, 84 
madrasah tsanawiyah dan 35 madrasah aliyah. Aktivitas keagamaan juga 
dapat dilihat dari meningkatnya jumlah jamaah haji dari tahun ke tahun, dan 
pada tahun 2007 terdapat 3.064 jamaah haji. 
39 
2.3. Kajian 
Kajian makalah ini yaitu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan 
Kota Yogyakarta. Yang meliputi sejarah singkat objek-objek wisata, kondisi 
geografis objek yang terdiri dari kondisi fisik/ keadaan alam, kondisi sosial 
ekonomi penduduk yang berada disekitar objek-objek tersebut.
BAB III 
PENUTUP 
40 
3.1. Kesimpulan 
Maka dapat disimpulkan bahwa tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja 
itu sangat banyak,dan kita harus senantiasa menjaga serta merawatnya agar tetap 
asri seperti aslinya.agar menarik para wisatawan untuk berlibur ke jogja. 
Selain itu,kota jogja yang menawan itu tidak harus kita tambahkan dengan 
budaya-budaya barat yang kita rasa sangat bagus atau trend.tapi justru itu 
salah,kita harus tetap menjaga budaya asli jogja itu sendiri agar mempunyai 
keaslian yang khas dimata dunia. 
Jogja merupakan salah satu kota favorit para wisatawan untuk berlibur dan 
menghabiskan sisa waktu istirahatnya di tempat-tempat wisata yang ada di 
jogja.walaupun banyak cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat luas,para 
wisatawan tetap antusias menikmati tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja. 
3.2 Saran 
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ini banyak ditemui 
kesulitan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik agar kami dapat 
menyempurnakan karya tulis ini. 
Demikianlah Kesimpulan dan saran dalam pembuatan karya tulis ini. Dalam 
pembuatan karya tulis ini banyak sekali kekurangan-kekurangan, untuk itu 
penulis sebagai manusia biasa mohon maaf atas segala keurangan dan kekhilafan. 
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.

More Related Content

What's hot

Metode Pelatihan dan Pengembangan SDM
Metode Pelatihan dan Pengembangan SDMMetode Pelatihan dan Pengembangan SDM
Metode Pelatihan dan Pengembangan SDMAsri Surbakti
 
Makalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah Ahruf
Makalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah AhrufMakalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah Ahruf
Makalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah AhrufPAUSIL ABU
 
VISI & MISI Tokopedia BukaLapak
VISI & MISI Tokopedia BukaLapakVISI & MISI Tokopedia BukaLapak
VISI & MISI Tokopedia BukaLapakmajorstem
 
4 knowledge management performance presentation-fix
4 knowledge management  performance presentation-fix4 knowledge management  performance presentation-fix
4 knowledge management performance presentation-fixnoe irredenta
 
CONTOH POWER POINT TENTANG PERUSAHAAN
CONTOH POWER POINT TENTANG PERUSAHAANCONTOH POWER POINT TENTANG PERUSAHAAN
CONTOH POWER POINT TENTANG PERUSAHAANRestu Wahono
 
Tugas strategi pemasaran_nike_inc
Tugas strategi pemasaran_nike_incTugas strategi pemasaran_nike_inc
Tugas strategi pemasaran_nike_incJerry Dwi Oktavian
 
Sdm berbasis kompetensi dan profesional
Sdm berbasis kompetensi dan profesionalSdm berbasis kompetensi dan profesional
Sdm berbasis kompetensi dan profesionalEkawati Saleh
 
Pengawasan dan Pengendalian Organisasi
Pengawasan dan Pengendalian OrganisasiPengawasan dan Pengendalian Organisasi
Pengawasan dan Pengendalian OrganisasiSatya Pranata
 
Visi Misi Struktur Organisasi (shared using http://VisualBee.com).
VisiMisiStruktur Organisasi (shared using http://VisualBee.com).VisiMisiStruktur Organisasi (shared using http://VisualBee.com).
Visi Misi Struktur Organisasi (shared using http://VisualBee.com).VisualBee.com
 
PPT PENGEMBANGAN KARIR
PPT PENGEMBANGAN KARIR PPT PENGEMBANGAN KARIR
PPT PENGEMBANGAN KARIR psepti17
 
Perencanaan manajemen retail Alfamart
Perencanaan manajemen retail AlfamartPerencanaan manajemen retail Alfamart
Perencanaan manajemen retail AlfamartAdria Rex
 
Kewirausahaan - Mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)
Kewirausahaan - Mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)Kewirausahaan - Mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)
Kewirausahaan - Mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)Margii Utamii
 
Tugas dan job deskripsi manager keuangan
Tugas dan job deskripsi manager keuanganTugas dan job deskripsi manager keuangan
Tugas dan job deskripsi manager keuanganAGUS SETIYONO
 
Makalah MSDM Samsung Internasional
Makalah MSDM Samsung InternasionalMakalah MSDM Samsung Internasional
Makalah MSDM Samsung InternasionalLulukSekarAriyati1
 

What's hot (20)

Kepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku  organisasiKepemimpinan dan perilaku  organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
 
Perencanaan pelatihan dan pengembangan
Perencanaan pelatihan dan pengembanganPerencanaan pelatihan dan pengembangan
Perencanaan pelatihan dan pengembangan
 
Metode Pelatihan dan Pengembangan SDM
Metode Pelatihan dan Pengembangan SDMMetode Pelatihan dan Pengembangan SDM
Metode Pelatihan dan Pengembangan SDM
 
Perencanaan operasional
Perencanaan operasionalPerencanaan operasional
Perencanaan operasional
 
Makalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah Ahruf
Makalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah AhrufMakalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah Ahruf
Makalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah Ahruf
 
VISI & MISI Tokopedia BukaLapak
VISI & MISI Tokopedia BukaLapakVISI & MISI Tokopedia BukaLapak
VISI & MISI Tokopedia BukaLapak
 
4 knowledge management performance presentation-fix
4 knowledge management  performance presentation-fix4 knowledge management  performance presentation-fix
4 knowledge management performance presentation-fix
 
CONTOH POWER POINT TENTANG PERUSAHAAN
CONTOH POWER POINT TENTANG PERUSAHAANCONTOH POWER POINT TENTANG PERUSAHAAN
CONTOH POWER POINT TENTANG PERUSAHAAN
 
Tugas strategi pemasaran_nike_inc
Tugas strategi pemasaran_nike_incTugas strategi pemasaran_nike_inc
Tugas strategi pemasaran_nike_inc
 
Sdm berbasis kompetensi dan profesional
Sdm berbasis kompetensi dan profesionalSdm berbasis kompetensi dan profesional
Sdm berbasis kompetensi dan profesional
 
Pengawasan dan Pengendalian Organisasi
Pengawasan dan Pengendalian OrganisasiPengawasan dan Pengendalian Organisasi
Pengawasan dan Pengendalian Organisasi
 
Visi Misi Struktur Organisasi (shared using http://VisualBee.com).
VisiMisiStruktur Organisasi (shared using http://VisualBee.com).VisiMisiStruktur Organisasi (shared using http://VisualBee.com).
Visi Misi Struktur Organisasi (shared using http://VisualBee.com).
 
PPT PENGEMBANGAN KARIR
PPT PENGEMBANGAN KARIR PPT PENGEMBANGAN KARIR
PPT PENGEMBANGAN KARIR
 
Perencanaan manajemen retail Alfamart
Perencanaan manajemen retail AlfamartPerencanaan manajemen retail Alfamart
Perencanaan manajemen retail Alfamart
 
Pengantar manajemen
Pengantar manajemenPengantar manajemen
Pengantar manajemen
 
Kewirausahaan - Mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)
Kewirausahaan - Mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)Kewirausahaan - Mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)
Kewirausahaan - Mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)
 
Tugas dan job deskripsi manager keuangan
Tugas dan job deskripsi manager keuanganTugas dan job deskripsi manager keuangan
Tugas dan job deskripsi manager keuangan
 
Makalah MSDM Samsung Internasional
Makalah MSDM Samsung InternasionalMakalah MSDM Samsung Internasional
Makalah MSDM Samsung Internasional
 
Balanced scorecard
Balanced scorecardBalanced scorecard
Balanced scorecard
 
Analisis jabatan ppt
Analisis jabatan pptAnalisis jabatan ppt
Analisis jabatan ppt
 

Viewers also liked

Sejarah Berdirinya Borobudur
Sejarah Berdirinya BorobudurSejarah Berdirinya Borobudur
Sejarah Berdirinya BorobudurFirdika Arini
 
Naskah Drama Malin Kundang
Naskah Drama Malin KundangNaskah Drama Malin Kundang
Naskah Drama Malin KundangRy Born
 
Legenda, sage, fabel, mite
Legenda, sage, fabel, miteLegenda, sage, fabel, mite
Legenda, sage, fabel, miteFelix net
 
Drama malin kundang 5 orang
Drama malin kundang 5 orangDrama malin kundang 5 orang
Drama malin kundang 5 orangYadhi Muqsith
 
Makalah Candi Borobudur
Makalah Candi BorobudurMakalah Candi Borobudur
Makalah Candi BorobudurSave End's
 
घडियों से मिला सीख Clock
घडियों से मिला सीख  Clockघडियों से मिला सीख  Clock
घडियों से मिला सीख ClockNarayanasamy Prasannam
 
Edp 279 assignment 2.3
Edp 279 assignment 2.3Edp 279 assignment 2.3
Edp 279 assignment 2.3emilygomolak
 
звіт директора 2012
звіт директора 2012звіт директора 2012
звіт директора 2012ann_kirsan
 
Women participation in the 2014 tripartite elections in malawi mesn june 26 2...
Women participation in the 2014 tripartite elections in malawi mesn june 26 2...Women participation in the 2014 tripartite elections in malawi mesn june 26 2...
Women participation in the 2014 tripartite elections in malawi mesn june 26 2...Kondwani Duwa
 
Today’s message collection – english – 16th part
Today’s message  collection – english –    16th partToday’s message  collection – english –    16th part
Today’s message collection – english – 16th partNarayanasamy Prasannam
 
Personality project
Personality projectPersonality project
Personality projectfether3
 

Viewers also liked (20)

Teks cerita sejarah
Teks cerita sejarahTeks cerita sejarah
Teks cerita sejarah
 
Sejarah Berdirinya Borobudur
Sejarah Berdirinya BorobudurSejarah Berdirinya Borobudur
Sejarah Berdirinya Borobudur
 
Naskah Drama Malin Kundang
Naskah Drama Malin KundangNaskah Drama Malin Kundang
Naskah Drama Malin Kundang
 
Legenda, sage, fabel, mite
Legenda, sage, fabel, miteLegenda, sage, fabel, mite
Legenda, sage, fabel, mite
 
Drama malin kundang 5 orang
Drama malin kundang 5 orangDrama malin kundang 5 orang
Drama malin kundang 5 orang
 
Makalah Candi Borobudur
Makalah Candi BorobudurMakalah Candi Borobudur
Makalah Candi Borobudur
 
Drama malin kundang
Drama malin kundangDrama malin kundang
Drama malin kundang
 
050000
050000050000
050000
 
Sunflower mr.jhon and the ugly gost.
Sunflower mr.jhon and the ugly gost.Sunflower mr.jhon and the ugly gost.
Sunflower mr.jhon and the ugly gost.
 
Adidas
Adidas Adidas
Adidas
 
Resume Writing Workshop
Resume Writing WorkshopResume Writing Workshop
Resume Writing Workshop
 
History
HistoryHistory
History
 
080000
080000080000
080000
 
घडियों से मिला सीख Clock
घडियों से मिला सीख  Clockघडियों से मिला सीख  Clock
घडियों से मिला सीख Clock
 
Edp 279 assignment 2.3
Edp 279 assignment 2.3Edp 279 assignment 2.3
Edp 279 assignment 2.3
 
Anexo A & B_ Pdul San Jose_vii-13-sept-completo
Anexo A & B_ Pdul San Jose_vii-13-sept-completoAnexo A & B_ Pdul San Jose_vii-13-sept-completo
Anexo A & B_ Pdul San Jose_vii-13-sept-completo
 
звіт директора 2012
звіт директора 2012звіт директора 2012
звіт директора 2012
 
Women participation in the 2014 tripartite elections in malawi mesn june 26 2...
Women participation in the 2014 tripartite elections in malawi mesn june 26 2...Women participation in the 2014 tripartite elections in malawi mesn june 26 2...
Women participation in the 2014 tripartite elections in malawi mesn june 26 2...
 
Today’s message collection – english – 16th part
Today’s message  collection – english –    16th partToday’s message  collection – english –    16th part
Today’s message collection – english – 16th part
 
Personality project
Personality projectPersonality project
Personality project
 

Similar to Candi Borobudur

Makalah macam macam candi1
Makalah macam macam candi1Makalah macam macam candi1
Makalah macam macam candi1W.R. Putra
 
MAKALAH SEJARAH BY RAKA.pdf
MAKALAH SEJARAH BY RAKA.pdfMAKALAH SEJARAH BY RAKA.pdf
MAKALAH SEJARAH BY RAKA.pdfggtololsia
 
Afwa candi borobudur
Afwa candi borobudurAfwa candi borobudur
Afwa candi borobudurAmi Miaww
 
Halaman pengesahan
Halaman pengesahanHalaman pengesahan
Halaman pengesahank1k1t
 
Laporan kuliah lapangan Sejarah Candi Prambanan
Laporan kuliah lapangan Sejarah Candi PrambananLaporan kuliah lapangan Sejarah Candi Prambanan
Laporan kuliah lapangan Sejarah Candi PrambananKarla Pallevi
 
Candi prambanan
Candi prambananCandi prambanan
Candi prambananEzay Ezay
 
Refleksi antropologi rizky s
Refleksi antropologi rizky sRefleksi antropologi rizky s
Refleksi antropologi rizky sDevy Ramputi
 
Hindu budha
Hindu budhaHindu budha
Hindu budhaxxxxyys
 
Peninggalan sejarah bercorak hindu–
Peninggalan sejarah bercorak hindu–Peninggalan sejarah bercorak hindu–
Peninggalan sejarah bercorak hindu–Nur Aini Mahmudah
 
PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM HINDU BUDHA DI INDONESIA
PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM HINDU BUDHA DI INDONESIAPENINGGALAN KERAJAAN ISLAM HINDU BUDHA DI INDONESIA
PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM HINDU BUDHA DI INDONESIAMamiKholiah
 
Kaidah kebahasaan teks sejarah
Kaidah kebahasaan teks sejarahKaidah kebahasaan teks sejarah
Kaidah kebahasaan teks sejarahbekti liyasari
 
Kaidah kebahasaan teks sejarah
Kaidah kebahasaan teks sejarahKaidah kebahasaan teks sejarah
Kaidah kebahasaan teks sejarahbekti liyasari
 

Similar to Candi Borobudur (20)

Candi borobudur
Candi borobudurCandi borobudur
Candi borobudur
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Analisis candi borobudur
Analisis candi borobudurAnalisis candi borobudur
Analisis candi borobudur
 
Karya tulis arvina
Karya tulis arvinaKarya tulis arvina
Karya tulis arvina
 
Makalah macam macam candi1
Makalah macam macam candi1Makalah macam macam candi1
Makalah macam macam candi1
 
MAKALAH SEJARAH BY RAKA.pdf
MAKALAH SEJARAH BY RAKA.pdfMAKALAH SEJARAH BY RAKA.pdf
MAKALAH SEJARAH BY RAKA.pdf
 
Candi borodudur
Candi borodudurCandi borodudur
Candi borodudur
 
Afwa candi borobudur
Afwa candi borobudurAfwa candi borobudur
Afwa candi borobudur
 
Halaman pengesahan
Halaman pengesahanHalaman pengesahan
Halaman pengesahan
 
Laporan kuliah lapangan Sejarah Candi Prambanan
Laporan kuliah lapangan Sejarah Candi PrambananLaporan kuliah lapangan Sejarah Candi Prambanan
Laporan kuliah lapangan Sejarah Candi Prambanan
 
Candi prambanan
Candi prambananCandi prambanan
Candi prambanan
 
Refleksi antropologi rizky s
Refleksi antropologi rizky sRefleksi antropologi rizky s
Refleksi antropologi rizky s
 
Hindu budha
Hindu budhaHindu budha
Hindu budha
 
Peninggalan sejarah bercorak hindu–
Peninggalan sejarah bercorak hindu–Peninggalan sejarah bercorak hindu–
Peninggalan sejarah bercorak hindu–
 
PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM HINDU BUDHA DI INDONESIA
PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM HINDU BUDHA DI INDONESIAPENINGGALAN KERAJAAN ISLAM HINDU BUDHA DI INDONESIA
PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM HINDU BUDHA DI INDONESIA
 
Kaidah kebahasaan teks sejarah
Kaidah kebahasaan teks sejarahKaidah kebahasaan teks sejarah
Kaidah kebahasaan teks sejarah
 
Borobudur
BorobudurBorobudur
Borobudur
 
Kaidah kebahasaan teks sejarah
Kaidah kebahasaan teks sejarahKaidah kebahasaan teks sejarah
Kaidah kebahasaan teks sejarah
 
1
11
1
 
Ppt sejarah bab 5 sma x wajib
Ppt sejarah bab 5 sma x wajibPpt sejarah bab 5 sma x wajib
Ppt sejarah bab 5 sma x wajib
 

More from Dani Al-Fath

More from Dani Al-Fath (17)

Provinsi nanggroe aceh darussalam
Provinsi nanggroe aceh darussalamProvinsi nanggroe aceh darussalam
Provinsi nanggroe aceh darussalam
 
Ucapan idulfitri 1437 h tahun 2016
Ucapan idulfitri 1437 h tahun 2016Ucapan idulfitri 1437 h tahun 2016
Ucapan idulfitri 1437 h tahun 2016
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Riwayat hidup
Riwayat hidupRiwayat hidup
Riwayat hidup
 
Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
 
Lampiran
LampiranLampiran
Lampiran
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Daftar tabel
Daftar tabelDaftar tabel
Daftar tabel
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
Daftar grafik
Daftar grafikDaftar grafik
Daftar grafik
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Berita acara pengesahan
Berita acara pengesahanBerita acara pengesahan
Berita acara pengesahan
 
Abstrak
AbstrakAbstrak
Abstrak
 
Pernyataan keaslian karya tulis
Pernyataan keaslian karya tulisPernyataan keaslian karya tulis
Pernyataan keaslian karya tulis
 
Khutbah jumat sunda
Khutbah jumat sundaKhutbah jumat sunda
Khutbah jumat sunda
 

Recently uploaded

PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 

Recently uploaded (20)

PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 

Candi Borobudur

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Yogyakarta adalah tempat obyek wisata yang tidak asing lagi dimata orang ataupun di berbagai manca Negara. Disitu banyak berbagai tempat-tempat obyek pariwisata yang sangat penting, bersejarah dan mempunyai keunikan tersendiri dengan ciri khasnya masing-masing Tempat-tempat obyek pariwisata tersebut misalnya : Candi Borobudur, Candi Prambanan, Monumen Jogja Kembali (Monjali), Keraton Yogyakarta, Malioboro, Goa Jatijajar, Museum Dirgantara, dan Museum Kereta. Hal-hal yang melatar belakangi pembuatan makalah ini adalah : 1. Tugas dari guru yang bersangkutan. 2. Penulis ingin memperluas pengetahuan tentang Yogyakarta. 3. Penulis ingin mengetahui keindahan tempat pariwisata Yogyakarta secara langsung. 4. Penulis ingin mengetahui letak-letak tempat pariwisata Yogyakarta. 1.2. Tujuan Tujuan penulis membuat makalah tentang Yogyakarta adalah : 1. Penulis dapat menjelaskan dan menguraikan dari keindahan dan keunikan obyek wisata tersebut. 2. Penulis dapat menjelaskan tentang pengaruh dan manfaat dari obyek wisata tersebut dengan dunia pendidikan. 3. Penulis dapat menjelaskan tentang apa yang sebenarnya tersimpat dalam obyek wisata tersebut. 4. Menambah wawasan atau pengetahuan yang luas khususnya bagi penulis sendiri dan umum bagi para pembaca yang budiman. 5. Penulis dapat belajar dan mengasah otak dari apa yang kita lihat, kita dengar, dan kita baca untuk menimbulkan suatu gagasan atau ide dalam menciptakan / mengembangkan suatu bakat / kemampuan seseorang. 6. Penulis dapat mengenang peristiwa-peristiwa dahulu dan mengajak kita untuk berfikir lebih luas dalam mengatasi dan memperbaikinya
  • 2. BAB II PEMBAHASAN/ DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2 2.1 Sejarah Singkat Objek A. Candi Borobudur Sejarah Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi ini merupakan candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat di Kamboja dan termasuk dalam salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Ada beberapa versi mengenai asal usul nama candi ini. Versi pertama mengatakan bahwa nama Borobudur berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “bara” yang berarti “kompleks candi atau biara” dan “beduhur” yang berarti “tinggi/di atas”. Versi kedua mengatakan bahwa nama Sejarah Candi Borobudur kemungkinan berasal dari kata “sambharabudhara” yang berarti “gunung yang lerengnya berteras-teras”. Versi ketiga yang ditafsirkan oleh Prof. Dr. Poerbotjoroko menerangkan bahwa kata Borobudur berasal dari kata “bhoro” yang berarti “biara” atau “asrama” dan “budur” yang berarti “di atas” Pendapat Poerbotjoroko ini dikuatkan oleh Prof. Dr. W.F. Stutterheim yang berpendapat bahwa Bodorbudur berarti “biara di atas sebuah bukit”. Sedangkan, versi lainnya lagi yang dikemukakan oleh Prof. J.G. de Casparis berdasarkan prasati Karang Tengah, menyebutkan bahwa Borobudur berasal dari kata “bhumisambharabudhara” yang berarti “tempat pemujaan bagi arwah nenek moyang”. Masih berdasarkan prasasti Karang Tengah dan ditambah dengan prasasti Kahuluan, J.G. de Casparis dalam disertasinya tahun 1950 mengatakan bahwa Sejarah Candi Borobudur diperkirakan didirikan oleh Raja Samaratungga dari wangsa Sayilendra sekitar tahun Sangkala rasa sagara kstidhara atau tahun Caka 746 (824 Masehi) dan baru dapat diselesaikan oleh puterinya yang bernama Dyah Ayu Pramodhawardhani pada sekitar tahun 847 Masehi.
  • 3. Pembuatan candi ini menurut prasasti Klurak (784 M) dibantu oleh seorang guru dari Ghandadwipa (Bengalore) bernama Kumaragacya dan seorang pangeran dari Kashmir yang bernama Visvawarma. Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[4] Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.[3] Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma). Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[5] Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan 3
  • 4. berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan. Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.[6] Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia. Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.[7][8][9] 4
  • 5. 5 Nama Borobudur Stupa Borobudur dengan jajaran perbukitan Menoreh. Selama berabad-abad bangunan suci ini sempat terlupakan. Dalam Bahasa Indonesia, bangunan keagamaan purbakala disebut candi; istilah candi juga digunakan secara lebih luas untuk merujuk kepada semua bangunan purbakala yang berasal dari masa Hindu- Buddha di Nusantara, misalnya gerbang, gapura, dan petirtaan (kolam dan pancuran pemandian). Asal mula nama Borobudur tidak jelas,[10] meskipun memang nama asli dari kebanyakan candi di Indonesia tidak diketahui.[10] Nama Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya Sir Thomas Raffles.[11] Raffles menulis mengenai monumen bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang menyebutkan nama yang sama persis.[10] Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur adalah Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.[12] Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro); kebanyakan candi memang seringkali dinamai berdasarkan desa tempat candi itu berdiri. Raffles juga menduga bahwa istilah
  • 6. 'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang berarti "purba"– maka bermakna, "Boro purba".[10] Akan tetapi arkeolog lain beranggapan bahwa nama Budur berasal dari istilah bhudhara yang berarti 6 gunung.[13] Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi. Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas
  • 7. pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra.[14] Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa Sanskerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli 7 Borobudur.[15] Lingkungan sekitar Borobudur, Pawon, dan Mendut terbujur dalam satu garis lurus yang menunjukan kesatuan perlambang Terletak sekitar 40 kilometer (25 mil) barat laut dari Kota Yogyakarta, Borobudur terletak di atas bukit pada dataran yang dikeliling dua pasang gunung kembar; Gunung Sundoro-Sumbing di sebelah barat laut dan Merbabu-Merapi di sebelah timur laut, di sebelah utaranya terdapat bukit Tidar, lebih dekat di sebelah selatan terdapat jajaran perbukitan Menoreh, serta candi ini terletak dekat pertemuan dua
  • 8. sungai yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo di sebelah timur. Menurut legenda Jawa, daerah yang dikenal sebagai dataran Kedu adalah tempat yang dianggap suci dalam kepercayaan Jawa dan disanjung sebagai 'Taman pulau Jawa' karena keindahan alam dan kesuburan tanahnya.[16] 8 Tiga candi serangkai Selain Borobudur, terdapat beberapa candi Buddha dan Hindu di kawasan ini. Pada masa penemuan dan pemugaran di awal abad ke-20 ditemukan candi Buddha lainnya yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon yang terbujur membentang dalam satu garis lurus.[17] Awalnya diduga hanya suatu kebetulan, akan tetapi berdasarkan dongeng penduduk setempat, dulu terdapat jalan berlapis batu yang dipagari pagar langkan di kedua sisinya yang menghubungkan ketiga candi ini. Tidak ditemukan bukti fisik adanya jalan raya beralas batu dan berpagar dan mungkin ini hanya dongeng belaka, akan tetapi para pakar menduga memang ada kesatuan perlambang dari ketiga candi ini. Ketiga candi ini (Borobudur-Pawon- Mendut) memiliki kemiripan langgam arsitektur dan ragam hiasnya dan memang berasal dari periode yang sama yang memperkuat dugaan adanya keterkaitan ritual antar ketiga candi ini. Keterkaitan suci pasti ada, akan tetapi bagaimanakah proses ritual keagamaan ziarah dilakukan, belum diketahui secara pasti.[12] Selain candi Mendut dan Pawon, di sekitar Borobudur juga ditemukan beberapa peninggalan purbakala lainnya, diantaranya berbagai temuan tembikar seperti periuk dan kendi yang menunjukkan bahwa di sekitar Borobudur dulu terdapat beberapa wilayah hunian. Temuan-temuan purbakala di sekitar Borobudur kini disimpan di Museum Karmawibhangga Borobudur, yang terletak di sebelah utara
  • 9. candi bersebelahan dengan Museum Samudra Raksa. Tidak seberapa jauh di sebelah utara Candi Pawon ditemukan reruntuhan bekas candi Hindu yang disebut Candi Banon. Pada candi ini ditemukan beberapa arca dewa-dewa utama Hindu dalam keadaan cukup baik yaitu Shiwa, Wishnu, Brahma, serta Ganesha. Akan tetapi batu asli Candi Banon amat sedikit ditemukan sehingga tidak mungkin dilakukan rekonstruksi. Pada saat penemuannya arca-arca Banon diangkut ke Batavia (kini Jakarta) dan kini disimpan di Museum Nasional Indonesia. 9 Danau purba Borobudur di tengah kehijauan alam dataran Kedu. Diduga dulu kawasan di sekeliling Borobudur adalah danau purba. Tidak seperti candi lainnya yang dibangun di atas tanah datar, Borobudur dibangun di atas bukit dengan ketinggian 265 m (870 kaki) dari permukaan laut dan 15 m (49 kaki) di atas dasar danau purba yang telah mengering.[18] Keberadaan danau purba ini menjadi bahan perdebatan yang hangat di kalangan arkeolog pada abad ke-20; dan menimbulkan dugaan bahwa Borobudur dibangun di tepi atau bahkan di tengah danau. Pada 1931, seorang seniman dan pakar arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp, mengajukan teori bahwa Dataran
  • 10. Kedu dulunya adalah sebuah danau, dan Borobudur dibangun melambangkan bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau.[13] Bunga teratai baik dalam bentuk padma (teratai merah), utpala (teratai biru), ataupun kumuda (teratai putih) dapat ditemukan dalam semua ikonografi seni keagamaan Buddha; seringkali digenggam oleh Boddhisatwa sebagai laksana (lambang regalia), menjadi alas duduk singgasana Buddha atau sebagai lapik stupa. Bentuk arsitektur Borobudur sendiri menyerupai bunga teratai, dan postur Budha di Borobudur melambangkan Sutra Teratai yang kebanyakan ditemui dalam naskah keagamaan Buddha mahzab Mahayana (aliran Buddha yang kemudian menyebar ke Asia Timur). Tiga pelataran melingkar di puncak Borobudur juga diduga melambangkan kelopak bunga teratai.[18] Akan tetapi teori Nieuwenkamp yang terdengar luar biasa dan fantastis ini banyak menuai bantahan dari para arkeolog; pada daratan di sekitar monumen ini telah ditemukan bukti-bukti arkeologi yang membuktikan bahwa kawasan sekitar Borobudur pada masa pembangunan candi ini adalah daratan kering, bukan dasar danau purba. Sementara itu pakar geologi justru mendukung pandangan Nieuwenkamp dengan menunjukkan bukti adanya endapan sedimen lumpur di dekat situs ini.[19] Sebuah penelitian stratigrafi, sedimen dan analisis sampel serbuk sari yang dilakukan tahun 2000 mendukung keberadaan danau purba di lingkungan sekitar Borobudur,[18] yang memperkuat gagasan Nieuwenkamp. Ketinggian permukaan danau purba ini naik-turun berubah-ubah dari waktu ke waktu, dan bukti menunjukkan bahwa dasar bukit dekat Borobudur pernah kembali terendam air dan menjadi tepian danau sekitar abad ke-13 dan ke-14. Aliran sungai dan aktivitas vulkanik diduga memiliki andil turut mengubah bentang alam dan 10
  • 11. topografi lingkungan sekitar Borobudur termasuk danaunya. Salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia adalah Gunung Merapi yang terletak cukup dekat dengan Borobudur dan telah aktif sejak masa Pleistosen.[20] 11 Sejarah Pembangunan Lukisan karya G.B. Hooijer (dibuat kurun 1916—1919) merekonstruksi suasana di Borobudur pada masa jayanya Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya.[21] Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi.[21] Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah,[22] yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 - 100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.[23][24] Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan prasasti
  • 12. Sojomerto menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa.[23] Pada kurun waktu itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu. Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama Siwa Sanjaya memerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang dibangun di perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah timur dari Borobudur.[25] Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang hampir bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun demikian Borobudur diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan 12 sekitar tahun 850 M. Pembangunan candi-candi Buddha — termasuk Borobudur — saat itu dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran memberikan izin kepada umat Buddha untuk membangun candi.[26] Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya, Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha (komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi.[26] Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada masyarakat Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat menuai konflik, dengan dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja menyokong dan mendanai pembangunan candi Buddha, demikian pula sebaliknya.[27] Akan tetapi diduga terdapat persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu — wangsa Syailendra yang menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwa — yang kemudian wangsa Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko.[28] Ketidakjelasan juga
  • 13. timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa Sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra,[28] akan tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini yaitu pihak Sailendra juga terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di Prambanan.[29] 13 Tahapan pembangunan Borobudur Para ahli arkeologi menduga bahwa rancangan awal Borobudur adalah stupa tunggal yang sangat besar memahkotai puncaknya. Diduga massa stupa raksasa yang luar biasa besar dan berat ini membahayakan tubuh dan kaki candi sehingga arsitek perancang Borobudur memutuskan untuk membongkar stupa raksasa ini dan diganti menjadi tiga barisan stupa kecil dan satu stupa induk seperti sekarang. Berikut adalah perkiraan tahapan pembangunan Borobudur: 1. Tahap pertama: Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan kurun 750 dan 850 M). Borobudur dibangun di atas bukit alami, bagian atas bukit diratakan dan pelataran datar diperluas. Sesungguhnya Borobudur tidak seluruhnya terbuat dari batu andesit, bagian bukit tanah dipadatkan dan ditutup struktur batu sehingga menyerupai cangkang yang membungkus bukit tanah. Sisa bagian bukit ditutup struktur batu lapis demi lapis. Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak, tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar. Dibangun tiga undakan pertama yang menutup struktur asli piramida berundak.
  • 14. 2. Tahap kedua: Penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan satu undak melingkar yang diatasnya langsung dibangun stupa tunggal yang 14 sangat besar. 3. Tahap ketiga: Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar di tengahnya. Karena alasan tertentu pondasi diperlebar, dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus menutup relief Karmawibhangga. Para arkeolog menduga bahwa Borobudur semula dirancang berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur teras bujur sangkar. Akan tetapi stupa besar ini terlalu berat sehingga mendorong struktur bangunan condong bergeser keluar. Patut diingat bahwa inti Borobudur hanyalah bukit tanah sehingga tekanan pada bagian atas akan disebarkan ke sisi luar bagian bawahnya sehingga Borobudur terancam longsor dan runtuh. Karena itulah diputuskan untuk membongkar stupa induk tunggal yang besar dan menggantikannya dengan teras-teras melingkar yang dihiasi deretan stupa kecil berterawang dan hanya satu stupa induk. Untuk menopang agar dinding candi tidak longsor maka ditambahkan struktur kaki tambahan yang membungkus kaki asli. Struktur ini adalah penguat dan berfungsi bagaikan ikat pinggang yang mengikat agar tubuh candi tidak ambrol dan runtuh keluar, sekaligus menyembunyikan relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu
  • 15. 4. Tahap keempat: Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki. 15 Borobudur diterlantarkan Meletusnya Gunung Merapi diduga sebagai penyebab utama diterlantarkannya Borobudur Borobudur tersembunyi dan terlantar selama berabad-abad terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar sehingga Borobudur kala itu benar-benar menyerupai bukit. Alasan sesungguhnya penyebab Borobudur ditinggalkan hingga kini masih belum diketahui. Tidak diketahui secara pasti sejak kapan bangunan suci ini tidak lagi menjadi pusat ziarah umat Buddha. Pada kurun 928 dan 1006, Raja Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaan Medang ke kawasan Jawa Timur setelah serangkaian letusan gunung berapi; tidak dapat dipastikan apakah faktor inilah yang menyebabkan Borobudur ditinggalkan, akan tetapi beberapa sumber menduga bahwa sangat mungkin Borobudur mulai ditinggalkan pada periode ini.[6][18] Bangunan suci ini disebutkan secara samar-samar sekitar tahun 1365,
  • 16. oleh Mpu Prapanca dalam naskahnya Nagarakretagama yang ditulis pada masa kerajaan Majapahit. Ia menyebutkan adanya "Wihara di Budur". Selain itu Soekmono (1976) juga mengajukan pendapat populer bahwa candi ini mulai benar-benar ditinggalkan sejak penduduk sekitar beralih keyakinan kepada Islam 16 pada abad ke-15.[6] Monumen ini tidak sepenuhnya dilupakan, melalui dongeng rakyat Borobudur beralih dari sebagai bukti kejayaan masa lampau menjadi kisah yang lebih bersifat tahayul yang dikaitkan dengan kesialan, kemalangan dan penderitaan. Dua Babad Jawa yang ditulis abad ke-18 menyebutkan nasib buruk yang dikaitkan dengan monumen ini. Menurut Babad Tanah Jawi (Sejarah Jawa), monumen ini merupakan faktor fatal bagi Mas Dana, pembangkang yang memberontak kepada Pakubuwono I, raja Kesultanan Mataram pada 1709.[6] Disebutkan bahwa bukit "Redi Borobudur" dikepung dan para pemberontak dikalahkan dan dihukum mati oleh raja. Dalam Babad Mataram (Sejarah Kerajaan Mataram), monumen ini dikaitkan dengan kesialan Pangeran Monconagoro, putra mahkota Kesultanan Yogyakarta yang mengunjungi monumen ini pada 1757.[30] Meskipun terdapat tabu yang melarang orang untuk mengunjungi monumen ini, "Sang Pangeran datang dan mengunjungi satria yang terpenjara di dalam kurungan (arca buddha yang terdapat di dalam stupa berterawang)". Setelah kembali ke keraton, sang Pangeran jatuh sakit dan meninggal dunia sehari kemudian. Dalam kepercayaan Jawa pada masa Mataram Islam, reruntuhan bangunan percandian dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh halus dan dianggap wingit (angker) sehingga dikaitkan dengan kesialan atau kemalangan yang mungkin menimpa siapa saja yang mengunjungi dan mengganggu situs ini. Meskipun secara ilmiah diduga,
  • 17. mungkin setelah situs ini tidak terurus dan ditutupi semak belukar, tempat ini pernah menjadi sarang wabah penyakit seperti demam berdarah atau malaria. 17 Penemuan kembali Foto pertama Borobudur oleh Isidore van Kinsbergen (1873) setelah monumen ini dibersihkan dari tanaman yang tumbuh pada tubuh candi. Bendera Belanda tampak pada stupa utama candi. Teras tertinggi setelah restorasi Van Erp. Stupa utama memiliki menara dengan chattra (payung) susun tiga. Setelah Perang Inggris-Belanda dalam memperebutkan pulau Jawa, Jawa dibawah pemerintahan Britania (Inggris) pada kurun 1811 hingga 1816. Thomas Stamford Raffles ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, dan ia memiliki minat istimewa terhadap sejarah Jawa. Ia mengumpulkan artefak-artefak antik kesenian Jawa kuno dan membuat catatan mengenai sejarah dan kebudayaan Jawa yang dikumpulkannya dari perjumpaannya dengan rakyat setempat dalam
  • 18. perjalanannya keliling Jawa. Pada kunjungan inspeksinya di Semarang tahun 1814, ia dikabari mengenai adanya sebuah monumen besar jauh di dalam hutan dekat desa Bumisegoro.[30] Karena berhalangan dan tugasnya sebagai Gubernur Jenderal, ia tidak dapat pergi sendiri untuk mencari bangunan itu dan mengutus H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan bangunan besar ini. Dalam dua bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya menebang pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur dan membersihkan lapisan tanah yang mengubur candi ini. Karena ancaman longsor, ia tidak dapat menggali dan membersihkan semua lorong. Ia melaporkan penemuannya kepada Raffles termasuk menyerahkan berbagai gambar sketsa candi Borobudur. Meskipun penemuan ini hanya menyebutkan beberapa kalimat, Raffles dianggap berjasa atas penemuan kembali monumen ini, serta menarik perhatian dunia atas keberadaan monumen yang pernah hilang ini.[11] Hartmann, seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda di Keresidenan Kedu meneruskan kerja Cornelius dan pada 1835 akhirnya seluruh bagian bangunan telah tergali dan terlihat. Minatnya terhadap Borobudur lebih bersifat pribadi daripada tugas kerjanya. Hartmann tidak menulis laporan atas kegiatannya; secara khusus, beredar kabar bahwa ia telah menemukan arca buddha besar di stupa utama.[31] Pada 1842, Hartmann menyelidiki stupa utama meskipun apa yang ia temukan tetap menjadi misteri karena bagian dalam stupa kosong. Pemerintah Hindia Belanda menugaskan F.C. Wilsen, seorang insinyur pejabat Belanda bidang teknik, ia mempelajari monumen ini dan menggambar ratusan sketsa relief. J.F.G. Brumund juga ditunjuk untuk melakukan penelitian lebih 18
  • 19. terperinci atas monumen ini, yang dirampungkannya pada 1859. Pemerintah berencana menerbitkan artikel berdasarkan penelitian Brumund yang dilengkapi sketsa-sketsa karya Wilsen, tetapi Brumund menolak untuk bekerja sama. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menugaskan ilmuwan lain, C. Leemans, yang mengkompilasi monografi berdasarkan sumber dari Brumund dan Wilsen. Pada 1873, monograf pertama dan penelitian lebih detil atas Borobudur diterbitkan, dilanjutkan edisi terjemahannya dalam bahasa Perancis setahun kemudian.[31] Foto pertama monumen ini diambil pada 1873 oleh ahli engrafi 19 Belanda, Isidore van Kinsbergen.[32] Penghargaan atas situs ini tumbuh perlahan. Untuk waktu yang cukup lama Borobudur telah menjadi sumber cenderamata dan pendapatan bagi pencuri, penjarah candi, dan kolektor "pemburu artefak". Kepala arca Buddha adalah bagian yang paling banyak dicuri. Karena mencuri seluruh arca buddha terlalu berat dan besar, arca sengaja dijungkirkan dan dijatuhkan oleh pencuri agar kepalanya terpenggal. Karena itulah kini di Borobudur banyak ditemukan arca Buddha tanpa kepala. Kepala Buddha Borobudur telah lama menjadi incaran kolektor benda antik dan museum-museum di seluruh dunia. Pada 1882, kepala inspektur artefak budaya menyarankan agar Borobudur dibongkar seluruhnya dan reliefnya dipindahkan ke museum akibat kondisi yang tidak stabil, ketidakpastian dan pencurian yang marak di monumen.[32] Akibatnya, pemerintah menunjuk Groenveldt, seorang arkeolog, untuk menggelar penyelidikan menyeluruh atas situs dan memperhitungkan kondisi aktual kompleks ini; laporannya menyatakan bahwa kekhawatiran ini berlebihan dan menyarankan agar bangunan ini dibiarkan utuh dan tidak dibongkar untuk dipindahkan.
  • 20. Bagian candi Borobudur dicuri sebagai benda cinderamata, arca dan ukirannya diburu kolektor benda antik. Tindakan penjarahan situs bersejarah ini bahkan salah satunya direstui Pemerintah Kolonial. Pada tahun 1896, Raja Thailand, Chulalongkorn ketika mengunjungi Jawa di Hindia Belanda (kini Indonesia) menyatakan minatnya untuk memiliki beberapa bagian dari Borobudur. Pemerintah Hindia Belanda mengizinkan dan menghadiahkan delapan gerobak penuh arca dan bagian bangunan Borobudur. Artefak yang diboyong ke Thailand antara lain; lima arca Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang, dan arca penjaga dwarapala yang pernah berdiri di Bukit Dagi — beberapa ratus meter di barat laut Borobudur. Beberapa artefak ini, yaitu arca singa dan dwarapala, kini dipamerkan 20 di Museum Nasional Bangkok.[33] Pemugaran Borobudur kembali menarik perhatian pada 1885, ketika Yzerman, Ketua Masyarakat Arkeologi di Yogyakarta, menemukan kaki tersembunyi.[34] Foto-foto yang menampilkan relief pada kaki tersembunyi dibuat pada kurun 1890–1891.[35] Penemuan ini mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengambil langkah menjaga kelestarian monumen ini. Pada 1900, pemerintah membentuk komisi yang terdiri atas tiga pejabat untuk meneliti monumen ini: Brandes, seorang sejarawan seni, Theodoor van Erp, seorang insinyur yang juga anggota tentara Belanda, dan Van de Kamer, insinyur ahli konstruksi bangunan dari Departemen Pekerjaan Umum.
  • 21. Penanaman beton dan pipa PVC untuk memperbaiki sistem drainase Borobudur 21 pada pemugaran tahun 1973 Pada 1902, komisi ini mengajukan proposal tiga langkah rencana pelestarian Borobudur kepada pemerintah. Pertama, bahaya yang mendesak harus segera diatasi dengan mengatur kembali sudut-sudut bangunan, memindahkan batu yang membahayakan batu lain di sebelahnya, memperkuat pagar langkan pertama, dan memugar beberapa relung, gerbang, stupa dan stupa utama. Kedua, memagari halaman candi, memelihara dan memperbaiki sistem drainase dengan memperbaiki lantai dan pancuran. Ketiga, semua batuan lepas dan longgar harus dipindahkan, monumen ini dibersihkan hingga pagar langkan pertama, batu yang rusak dipindahkan dan stupa utama dipugar. Total biaya yang diperlukan pada saat itu ditaksir sekitar 48.800 Gulden. Pemugaran dilakukan pada kurun 1907 dan 1911, menggunakan prinsip anastilosis dan dipimpin Theodor van Erp.[36] Tujuh bulan pertama dihabiskan untuk menggali tanah di sekitar monumen untuk menemukan kepala buddha yang hilang dan panel batu. Van Erp membongkar dan membangun kembali tiga teras
  • 22. melingkar dan stupa di bagian puncak. Dalam prosesnya Van Erp menemukan banyak hal yang dapat diperbaiki; ia mengajukan proposal lain yang disetujui dengan anggaran tambahan sebesar 34.600 gulden. Van Erp melakukan rekonstruksi lebih lanjut, ia bahkan dengan teliti merekonstruksi chattra (payung batu susun tiga) yang memahkotai puncak Borobudur. Pada pandangan pertama, Borobudur telah pulih seperti pada masa kejayaannya. Akan tetapi rekonstruksi chattra hanya menggunakan sedikit batu asli dan hanya rekaan kira-kira. Karena dianggap tidak dapat dipertanggungjawabkan keasliannya, Van Erp membongkar sendiri bagian chattra. Kini mastaka atau kemuncak Borobudur chattra susun tiga tersimpan di Museum Karmawibhangga Borobudur. Akibat anggaran yang terbatas, pemugaran ini hanya memusatkan perhatian pada membersihkan patung dan batu, Van Erp tidak memecahkan masalah drainase dan tata air. Dalam 15 tahun, dinding galeri miring dan relief menunjukkan retakan dan kerusakan.[36] Van Erp menggunakan beton yang menyebabkan terbentuknya kristal garam alkali dan kalsium hidroksida yang menyebar ke seluruh bagian bangunan dan merusak batu candi. Hal ini menyebabkan masalah sehingga 22 renovasi lebih lanjut diperlukan. Pemugaran kecil-kecilan dilakukan sejak itu, tetapi tidak cukup untuk memberikan perlindungan yang utuh. Pada akhir 1960-an, Pemerintah Indonesia telah mengajukan permintaan kepada masyarakat internasional untuk pemugaran besar-besaran demi melindungi monumen ini. Pada 1973, rencana induk untuk memulihkan Borobudur dibuat.[37] Pemerintah Indonesia dan UNESCO mengambil langkah untuk perbaikan menyeluruh monumen ini dalam suatu
  • 23. proyek besar antara tahun 1975 dan 1982.[36] Pondasi diperkokoh dan segenap 1.460 panel relief dibersihkan. Pemugaran ini dilakukan dengan membongkar seluruh lima teras bujur sangkar dan memperbaiki sistem drainase dengan menanamkan saluran air ke dalam monumen. Lapisan saringan dan kedap air ditambahkan. Proyek kolosal ini melibatkan 600 orang untuk memulihkan monumen dan menghabiskan biaya total sebesar 6.901.243 dollar AS.[38] Setelah renovasi, UNESCO memasukkan Borobudur ke dalam daftar Situs Warisan Dunia pada tahun 1991.[3] Borobudur masuk dalam kriteria Budaya (i) "mewakili mahakarya kretivitas manusia yang jenius", (ii) "menampilkan pertukaran penting dalam nilai-nilai manusiawi dalam rentang waktu tertentu di dalam suatu wilayah budaya di dunia, dalam pembangunan arsitektur dan teknologi, seni yang monumental, perencanaan tata kota dan rancangan lansekap", dan (vi) "secara langsung dan jelas dihubungkan dengan suatu peristiwa atau tradisi yang hidup, dengan gagasan atau dengan kepercayaan, dengan karya seni artistik dan karya sastra yang memiliki makna universal yang luar biasa".[3] 23 Peristiwa kontemporer Turis di Borobudur Setelah pemugaran besar-besaran pada 1973 yang didukung oleh UNESCO,[37] Borobudur kembali menjadi pusat keagamaan dan ziarah agama Buddha. Sekali setahun pada saat bulan purnama sekitar bulan Mei atau Juni, umat Buddha di Indonesia memperingati hari suci Waisak, hari yang memperingati kelahiran,
  • 24. wafat, dan terutama peristiwa pencerahan Siddhartha Gautama yang mencapai tingkat kebijaksanaan tertinggi menjadi Buddha Shakyamuni. Waisak adalah hari libur nasional di Indonesia dan upacara peringatan dipusatkan di tiga candi Buddha utama dengan ritual berjalan dari Candi Mendut menuju Candi Pawon dan prosesi berakhir di Candi Borobudur. Pada 21 Januari 1985, sembilan stupa rusak parah akibat sembilan bom. Pada 1991 seorang penceramah muslim beraliran ekstrem yang tunanetra, Husein Ali Al Habsyie, dihukum penjara seumur hidup karena berperan sebagai otak serangkaian serangan bom pada pertengahan dekade 1980-an, termasuk serangan atas Candi Borobudur.[42] Dua anggota kelompok ekstrem sayap kanan djatuhi hukuman 20 tahun penjara pada tahun 1986 dan seorang lainnya menerima hukuman 13 tahun penjara. Sendratari "Mahakarya Borobudur" digelar di Borobudur. Monumen ini adalah obyek wisata tunggal yang paling banyak dikunjungi di Indonesia. Pada 1974 sebanyak 260.000 wisatawan yang 36.000 diantaranya adalah wisatawan mancanegara telah mengunjungi monumen ini.[8] Angka ini meningkat hingga mencapai 2,5 juta pengunjung setiap tahunnya (80% adalah wisatawan domestik) pada pertengahan 1990-an, sebelum Krisis finansial Asia 1997.[9] Akan tetapi pembangunan pariwisata dikritik tidak melibatkan masyarakat setempat sehingga beberapa konflik lokal kerap terjadi.[8] Pada 2003, penduduk dan wirausaha skala kecil di sekitar Borobudur menggelar pertemuan dan protes dengan pembacaan puisi, menolak rencana pemerintah provinsi yang berencana membangun kompleks mal berlantai tiga yang disebut 'Java World'.[43] Upaya masyarakat setempat untuk mendapatkan penghidupan dari sektor pariwisata Borobudur telah meningkatkan jumlah usaha kecil di sekitar 24
  • 25. Borobudur. Akan tetapi usaha mereka untuk mencari nafkah seringkali malah mengganggu kenyamanan pengunjung. Misalnya pedagang cenderamata asongan yang mengganggu dengan bersikeras menjual dagangannya; meluasnya lapak-lapak pasar cenderamata sehingga saat hendak keluar kompleks candi, pengunjung malah digiring berjalan jauh memutar memasuki labirin pasar cenderamata. Jika tidak tertata maka semua ini membuat kompleks candi Borobudur semakin semrawut. Pada 27 Mei 2006, gempa berkekuatan 6,2 skala mengguncang pesisir selatan Jawa Tengah. Bencana alam ini menghancurkan kawasan dengan korban terbanyak di Yogyakarta, akan tetapi Borobudur tetap utuh.[44]Pada 28 Agustus 2006 simposium bertajuk Trail of Civilizations (jejak peradaban) digelar di Borobudur atas prakarsa Gubernur Jawa Tengah dan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan, juga hadir perwakilan UNESCO dan negara-negara mayoritas Buddha di Asia Tenggara, seperti Thailand, Myanmar, Laos, Vietnam, dan Kamboja. Puncak acara ini adalah pagelaran sendratari kolosal "Mahakarya Borobudur" di depan Candi Borobudur. Tarian ini diciptakan dengan berdasarkan gaya tari tradisional Jawa, musik gamelan, dan busananya, menceritakan tentang sejarah pembangunan Borobudur. Setelah simposium ini, sendratari Mahakarya Borobudur kembali dipergelarkan beberapa kali, khususnya menjelang peringatan Waisak yang biasanya turut dihadiri Presiden Republik Indonesia. Batu peringatan pemugaran candi Borobudur dengan bantuan UNESCO. UNESCO mengidentifikasi tiga permasalahan penting dalam upaya pelestarian Borobudur: (i) vandalisme atau pengrusakan oleh pengunjung; (ii) erosi tanah di bagian tenggara situs; (iii) analisis dan pengembalian bagian-bagian yang hilang. Tanah yang gembur, beberapa kali gempa bumi, dan hujan lebat 25
  • 26. dapat menggoyahkan struktur bangunan ini. Gempa bumi adalah faktor yang paling parah, karena tidak saja batuan dapat jatuh dan pelengkung ambruk, tanah sendiri bergerak bergelombang yang dapat merusak struktur bangunan.[45] Meningkatnya popularitas stupa menarik banyak pengunjung yang kebanyakan adalah warga Indonesia. Meskipun terdapat banyak papan peringatan untuk tidak menyentuh apapun, pengumandangan peringatan melalui pengeras suara dan adanya penjaga, vandalisme berupa pengrusakan dan pencorat-coretan relief dan arca sering terjadi, hal ini jelas merusak situs ini. Pada 2009, tidak ada sistem untuk membatasi jumlah wisatawan yang boleh berkunjung per hari, atau menerapkan tiap kunjungan harus didampingi pemandu agar pengunjung selalu 26 dalam pengawasan.[45] Rehabilitasi Borobudur sangat terdampak letusan Gunung Merapi pada Oktober adan November 2010. Debu vulkanik dari Merapi menutupi kompleks candi yang berjarak 28 kilometer (17 mil) arah barat-baratdaya dari kawah Merapi. Lapisan debu vulkanik mencapai ketebalan 2,5 sentimeter (1 in)[46] menutupi bangunan candi kala letusan 3–5 November 2010, debu juga mematikan tanaman di sekitar, dan para ahli mengkhawatirkan debu vulkanik yang secara kimia bersifat asam dapat merusak batuan bangunan bersejarah ini. Kompleks candi ditutup 5 sampai 9 November 2010 untuk membersihkan luruhan debu.[47][48] Mencermati upaya rehabilitasi Borobudur setelah letusan Merapi 2010, UNESCO telah menyumbangkan dana sebesar 3 juta dollar AS untuk mendanai upaya rehabilitasi. Membersihkan candi dari endapan debu vulkanik akan menghabiskan
  • 27. waktu sedikitnya 6 bulan, disusul penghijauan kembali dan penanaman pohon di lingkungan sekitar untuk menstabilkan suhu, dan terakhir menghidupkan kembali kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat.[49] Lebih dari 55.000 blok batu candi harus dibongkar untuk memperbaiki sistem tata air dan drainase yang tersumbat adonan debu vulkanik bercampur air hujan. Restorasi berakhir November 2011, lebih awal dari perkiraan semula.[50] 27 Arsitektur Borobudur dilihat dari pelataran sudut barat laut Denah Borobudur membentuk Mandala, lambang alam semesta dalam kosmologi Buddha. Model Borobudur Lorong koridor dengan galeri dinding berukir relief. Borobudur merupakan mahakarya seni rupa Buddha Indonesia, sebagai contoh puncak pencapaian keselarasan teknik arsitektur dan estetika seni rupa Buddha di Jawa. Bangunan ini diilhami gagasan dharma dari India, antara lain stupa, dan mandala, tetapi dipercaya juga merupakan kelanjutan unsur lokal; struktur megalitik punden berundak atau piramida bertingkat yang ditemukan dari periode prasejarah Indonesia. Sebagai perpaduan antara pemujaan leluhur asli Indonesia dan perjuangan mencapai Nirwana dalam ajaran Buddha.[3] Konsep rancang bangun
  • 28. Pada hakikatnya Borobudur adalah sebuah stupa yang bila dilihat dari atas membentuk pola Mandala besar. Mandala adalah pola rumit yang tersusun atas bujursangkar dan lingkaran konsentris yang melambangkan kosmos atau alam semesta yang lazim ditemukan dalam Buddha aliran Wajrayana-Mahayana. Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana yang secara bersamaan menggambarkan kosmologi yaitu konsep alam semesta, sekaligus tingkatan alam pikiran dalam ajaran Buddha.[51] Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha. Dasar denah bujur sangkar berukuran 123 m (400 kaki) pada tiap sisinya. Bangunan ini memiliki sembilan teras, enam teras terbawah berbentuk bujur sangkar dan tiga teras teratas berbentuk lingkaran. Pada tahun 1885, secara tidak disengaja ditemukan struktur tersembunyi di kaki Borobudur. Kaki tersembunyi ini terdapat relief yang 160 diantaranya adalah berkisah tentang Karmawibhangga. Pada relief panel ini terdapat ukiran aksara yang merupakan petunjuk bagi pengukir untuk membuat adegan dalam gambar relief. Kaki asli ini tertutup oleh penambahan struktur batu yang membentuk pelataran yang cukup luas, fungsi sesungguhnya masih menjadi misteri. Awalnya diduga bahwa penambahan kaki ini untuk mencegah kelongsoran monumen. Teori lain mengajukan bahwa penambahan kaki ini disebabkan kesalahan perancangan kaki asli, dan tidak sesuai dengan Wastu Sastra, kitab India mengenai arsitektur dan tata kota. Apapun alasan penambahan kaki ini, penambahan dan pembuatan kaki tambahan ini dilakukan dengan teliti dengan mempertimbangkan alasan 28 keagamaan, estetik, dan teknis.
  • 29. Ketiga tingkatan ranah spiritual dalam kosmologi Buddha adalah: Kamadhatu Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian kaki asli yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 160 panel cerita Karmawibhangga yang kini tersembunyi. Sebagian kecil struktur tambahan di sudut tenggara disisihkan sehingga orang masih dapat melihat beberapa relief pada bagian ini. Struktur batu andesit kaki tambahan yang menutupi kaki asli ini memiliki volume 13.000 meter kubik.[5] Rupadhatu Empat undak teras yang membentuk lorong keliling yang pada dindingnya dihiasi galeri relief oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu terdiri dari empat lorong dengan 1.300 gambar relief. Panjang relief seluruhnya 2,5 km dengan 1.212 panel berukir dekoratif. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk atau relung dinding di atas pagar langkan atau selasar. Aslinya terdapat 432 arca Buddha di dalam relung-relung terbuka di sepanjang sisi luar di pagar langkan.[5] Pada pagar langkan terdapat sedikit perbedaan rancangan yang melambangkan peralihan dari ranah Kamadhatu menuju ranah Rupadhatu; pagar langkan paling rendah dimahkotai ratna, sedangkan empat tingkat pagar langkan diatasnya dimahkotai stupika (stupa kecil). Bagian teras-teras bujursangkar ini kaya akan hiasan dan ukiran relief. 29
  • 30. 30 B. Museum Dirgantara Mandala Keberadaan Indonesia Air Force Museum Dirgantara Mandala didirikan pada gagasan para pemimpin TNI AU untuk mengabadikan dan mendokumentasikan semua kegiatan dan peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU. Museum ini diresmikan pada tanggal 4 April 1969 di Jalan Tanah Abang, Bukit, Jakarta oleh Panglima perang Angkatan Udara Udara Rusmin Muryadin. Berdasarkan berbagai pertimbangan bahwa kota selama periode 1945 - 1949 memiliki peran sejarah yang penting, yaitu sebagai kuali untuk pilot kadet candradimuka / Taruna Akademi Angkatan Udara, maka pada bulan November 1977 museum dipindahkan di Jakarta dan Yogyakarta untuk digabungkan dengan AAU di Museum Ksatrian Adisucipto dasar. Kemudian pada tanggal 29 Juli 1978 Museum meresmikan Pusat Angkatan Udara Indonesia "Mandala Dirgantara". Pada tahun 1984 museum dipindahkan ke Wonocatur, tepatnya bangunan ke pabrik gula mantan yang dibangun selama penjajahan Belanda. Museum Pusat TNI AU "Dirgantara Mandala" memiliki koleksi beragam termasuk foto, bendera-pembawa, diorama, kantor pakaian, pesawat, senjata, prasasti, patung, lukisan, hiasan, dan koleksi buku. Pesawat ke koleksi museum yang ini adalah aluminium pesawat bahan dari produksi pertama 1948 yang dibuat di Maospati, Madiun oleh replika pesawat dan Nurtanio Dakota VT-CLA milik maskapai India di daerah menenggak Ngotho, Bantul saat dicari oleh Belanda mendarat Maguwo di Yogyakarta. Museun Dirgantara Mandala dibuka untuk umum pada setiap hari pukul 08:30 hingga 14:30. Fasilitas pendukung yang ada di museum Dirgantara Mandala adalah perpustakaan, auditorium, tempat parkir, dan membangun toilet musholla. C. Taman Pintar Yogyakarta
  • 31. Terletak di kawasan pusat Kota Yogyakarta, sebuah wahana wisata baru untuk anak-anak yakni Taman Pintar dibangun sebagai wahana ekpresi, apresiasi dan kreasi dalam suasana yang menyenangkan. Dengan moto mencerdaskan dan menyenangkan, taman yang mulai dibangun pada 2003 ini ingin menumbuhkembangkan minat anak dan generasi muda terhadap sains melalui imajinasi, percobaan, dan pemainan dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia yang berkualitas.Taman Pintar juga ingin mewujudkan salah satu ajaran Ki Hajar Dewantara yaitu Niteni: Memahami, Niroake: Menirukan, dan Nambahi: Mengembangkan. Daerah penyambutan dan permainan serta sebagai ruang publik bagi pengunjung. Pada daerah ini disediakan sejumlah wahana bermain untuk anak seperti Pipa Bercerita, Parabola Berbisik, Rumah Pohon, Air Menari, Koridor Air, Desaku Permai, Spektrum Warna Dinding Berdendang, Sistem Katrol, Jembatan Goyang, Jungkat-jungkit, Istana Pasir, Engklek, dan Forum Batu Gedung Heritage, Daerah ini diperuntukkan bagi pendidikan anak berusia dini (PAUD), yang terdiri dari anak-anak usia pra-sekolah hingga TK. Gedung Oval, Zona ini terdiri dari zona pengenalan lingkungan dan eksibisi ilmu pengetahuan, zona pemaparan, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi. Gedung Kota, gedung ini terdiri dari tiga lantai yakni lantai pertama zona sarana pelengkap Taman Pintar yang mencakup ruang pameran, ruang audiovisual, radio anak Jogja, food court, dan souvenier counter. Lantai dua zona materi dasar dan penerapan iptek terdiri dari Indonesiaku, jembatan sains, teknologi populer, 31 D. Keraton Yogyakarta Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu
  • 32. objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas. Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan[2] yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). 32 E. Jalan Malioboro Jalan Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta. Terdapat beberapa obyek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret. Jalan Malioboro sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-
  • 33. seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang jalan ini. 33 2.2. Kondisi Geografis Objek 2.2.1. Kondisi Fisik/ Keadaan Alam Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping 4 daerah tingkat II lainnya yang berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta merupakan ibukota dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya yang berada ditengah-tengah provinsi menyebabkan daerah ini merupakan daerah yang strategis untuk pemerintahan. Kota Yogyakarta dikelilingi oleh kabupaten-kabupaten yang mengelilinginya. Kabupaten-kabupaten tersebut adalah Kabupaten Kulon Progo yang tertletak disebelah barat kota, Kabupaten Bantul terletak disebelah selatan dan barat daya dari Kota, Kabupaten SLeman yang terletak disebelah utra, barat, maupun timur, sedangkan KAbupaten Gunung Kidul terletak di sebelah timur. Wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara 110o 24I 19II sampai 110o 28I 53II Bujur Timur dan 7o 15I 24II sampai 7o 49I 26II Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 114 m diatas permukaan laut Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah dimana dari barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan ± 1 derajat, serta terdapat 3 (tiga) sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu : Sebelah timur adalah Sungai Gajah Wong Bagian tengah adalah Sungai Code Sebelah barat adalah Sungai Winongo Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km² yang berarti 1,025% dari luas wilayah Propinsi DIY Dengan luas 3.250 hektar tersebut terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 617 RW, dan 2.531 RT, serta dihuni oleh 489.000 jiwa (data per Desember 1999) dengan kepadatan rata-rata 15.000 jiwa/Km²
  • 34. Kondisi tanah Kota Yogyakarta cukup subur dan memungkinkan ditanami berbagai tanaman pertanian maupun perdagangan, disebabkan oleh letaknya yang berada didataran lereng gunung Merapi (fluvia vulcanic foot plain) yang garis besarnya mengandung tanah regosol atau tanah vulkanis muda Sejalan dengan perkembangan Perkotaan dan Pemukiman yang pesat, lahan pertanian Kota setiap tahun mengalami penyusutan. Data tahun 1999 menunjukkan penyusutan 7,8% dari luas area Kota Yogyakarta (3.249,75) karena beralih fungsi, (lahan pekarangan) 2.2.2. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Objek Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain meliputi sektor Investasi; Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM; Pertanian; Ketahanan Pangan; Kehutanan dan Perkebunan; Perikanan dan Kelautan; Energi dan Sumber Daya Mineral; serta Pariwisata. Penanaman modal di DIY dilaksanakan melalui program peningkatan promosi dan kerja sama investasi serta program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi. Capaian investasi total pada tahun 2010 mencapai Rp 4.580.972.827.244,00 dengan rincian PMDN sebesar Rp 1.884.925.869.797,00 dan PMA sebesar 2.696.046.957.447,00. Unit usaha di DIY pada tahun 2010 ada sekitar 78.122 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 292.625 orang dan nilai investasi sebesar Rp. 878.063.496.000,00 Varian produk ekspor DIY andalan meliputi produk olahan kulit, tekstil dan kayu. Pakaian jadi tekstil dan mebel kayu merupakan produk yang mempunyai nilai ekspor tertinggi. Namun demikian secara umum ekspor ke mancanegara didominasi oleh produk-produk yang dihasilkan dengan nilai seni dan kreatif tinggi yang padat karya (labor intensive). Program pembangunan dalam mengembangkan koperasi dan UKM di DIY, salah satunya adalah memberdayakan usaha mikro dan kecil dan menengah yang disinergikan dengan kebijakan program dari pemerintah pusat. Salah satu upaya pembinaan UKM adalah melalui kelompok (sentra) karena upaya ini lebih efektif dan efisien, di samping itu dengan sentra akan banyak melibatkan usaha mikro dan kecil. Pada 2010 tercatat koperasi aktif sebanyak 1.926 koperasi dan UKM tercatat 13.998 unit usaha. 34
  • 35. Tingkat kesejahteraan petani dalam bidang pertanian di Provinsi DIY yang diukur dengan Nilai Tukar Petani (NTP) NTP dapat menjadi salah satu indikator yang menunjukkan tingkat kesejahteraan petani di suatu wilayah. Pada 2010 NTP sebesar 112,74% . Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dari pemenuhan hak atas pangan sekaligus merupakan salah satu pilar utama hak asasi manusia. Secara umum ketersediaan pangan di Provinsi DIY cukup karena berkaitan dengan musim panen sehingga diperlukan pengaturan distribusi oleh pemerintah. Pemenuhan kebutuhan ikan di DIY dapat dipenuhi dari perikanan tangkap maupun budidaya. Untuk perikanan tangkap dilakukan melalui pengembangan pelabuhan perikanan Sadeng dan Glagah. Produksi perikanan budidaya tahun 2010 mencapai 39.032 ton dan perikanan tangkap mencapai 4.906 ton, dengan konsumsi ikan sebesar 22,06 kg/kap/tahun. Hutan di Provinsi DIY didominasi oleh hutan produksi, yang sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Persentase luas hutan di DIY pada tahun 2010 sebesar 5,87% dengan rehabilitasi lahan kritis sebesar 9,93% dan kerusakan kawasan hutan sebesar 4,94% [16]. Sektor perkebunan, dari segi produksi tanaman perkebunan yang potensial di DIY adalah kelapa dan tebu. Kegiatan perkebunan diprioritaskan dalam rangka pengutuhan tanaman memenuhi skala ekonomi serta peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman untuk meningkatkan pendapatan petani. Kondisi sosial budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain meliputi Kependudukan; Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Kesejahteraan Sosial; Kesehatan; Pendidikan; Kebudayaan; dan Keagamaan Laju pertumbuhan penduduk di DIY antara 2003-2007 sebanyak 135.915 jiwa atau kenaikan rata-rata pertahun sebesar 1,1%. Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk di DIY menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari 72,4 tahun pada tahun 2002 menjadi 72,9 tahun pada tahun 2005. Ditinjau dari sisi distribusi penduduk menurut usia, terlihat kecenderungan yang semakin meningkat pada penduduk usia di atas 60 tahun. 35
  • 36. Proporsi distribusi peduduk berdasarkan usia produktif memiliki akibat pada sektor tenaga kerja. Angkatan kerja di DIY pada 2010 sebesar 71,41%Di sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja paling besar adalah sektor pertanian kemudian disusul sektor jasa-jasa lainnya. Sektor yang potensial dikembangkan yaitu sektor pariwisata, sektor perdagangan dan industri terutama industri kecil menengah serta kerajinan. Pengangguran di DIY menjadi problematika sosial yang cukup serius karena karakter pengangguran DIY menyangkut sebagian tenaga-tenaga profesional dengan tingkat pendidikan tinggi. Salah satu cara untuk mengatasi masalah kependudukan dan ketenagakerjaan adalah dengan mengadakan program transmigrasi. Pelaksanaan pemberangkatan transmigran asal DIY sampai pada tahun 2008 melalui program transmigrasi sejumlah 76.495 KK atau 274.926 jiwa. Ditinjau dari pola transmigrasi sudah mencerminkan partisipasi dan keswadayaan masyarakat, melalui Transmigrasi Umum (TU), Transmigrasi Swakarsa Berbantuan (TSB) dan Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM). Untuk pensebarannya sudah mencakup hampir seluruh provinsi. Rasio jumlah tansmigran swakarsa mandiri pada 2010 mencapai 20% dari total transmigran yang diberangkatkan. Sebagai salah satu aspek yang penting dalam kehidupan, pembangunan kesehatan menjadi salah satu instrumen di dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tahun 2007 jumlah keluarga miskin sebanyak 275.110 RTM dan menerima bantuan raskin dari pemerintah pusat (meningkat 27 persen dibanding periode tahun 2006 sebanyak 216.536 RTM). Penduduk DIY menurut tahapan kesejahteraan tercatat bahwa pada tahun 2007 kelompok pra sejahtera 21,12%; Sejahtera I 22,70%; Sejahtera II 23,69%; Sejahtera III 26,83%; dan Sejahtera III plus 5,66% . Tingkat kesejahteraan pada tahun 2010 meningkat dengan penurunan persentase penduduk miskin menjadi 16,83%. Arah pembangunan kesehatan di DIY secara umum adalah untuk mewujudkan Provinsi DIY yang memiliki status kesehatan masyarakat yang tinggi tidak hanya dalam batas nasional tetapi memiliki kesetaraan di tataran 36
  • 37. internasional khususnya Asia Tenggara dengan mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat, peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan serta menjadikan DIY sebagai pusat mutu dalam pelayanan kesehatan, pendidikan pelatihan kesehatan serta konsultasi kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2010 menempatkan DIY sebagai provinsi dengan indikator kesehatan terbaik dan paling siap dalam mencapai MDG’s. Pada tahun 2010 capaian indikator kesehatan untuk umur harapan hidup berada pada level usia 74,20 tahun. Angka kematian balita sebesar 18/1000 KH, angka kematian bayi sebesar 17/1000 KH, dan angka kematian ibu melahirkan sebesar 103/100.000 KH. Prevalensi gizi buruk sebesar 0.70%, Cakupan Rawat Jalan Puskesmas 16% sedangkan Cakupan Rawat Inap Rumah Sakit sebesar 1,32%[. Dari 118 Puskesmas, 20% puskesmas telah menerapkan sistem manajemen mutu melalui pendekatan ISO 9001:200; 7% rumah sakit telah menerapkan ISO 9001:200; 25% rumah sakit di DIY telah terakreditasi dengan 5 standar; 17% RS terakreditasi dengan 12 standar; dan 5% RS telah terakreditasi dengan 16 standar pelayanan. Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki unit pelayanan gawat darurat meningkat menjadi 40% dan RS dengan pelayanan kesehatan jiwa meningkat menjadi 9%. Meskipun demikian cakupan rawat jalan tahun 2006 baru mencapai 10% (nasional 15%) sementara untuk rawat inap 1,2% (nasional 1,5%). Rasio pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten/Kota telah mencapai 100%. Rasio dokter umum per 100.000 penduduk menunjukkan tren meningkat sebesar 39,64 pada tahun 2006. Adapun program jamkesos tahun 2010 dianggarkan Rp. 34.978.592.000,00. Penyakit jantung dan stroke telah menjadi pembunuh nomor satu di DIY sementara faktor risiko penyakit jantung penduduk DIY ternyata cukup tinggi. Rumah tangga di DIY yang tidak bebas asap rokok sebesar 56%, sedangkan remaja yang perokok aktif sebesar 9,3%. Sebanyak 52% penduduk DIY kurang melakukan aktivitas olahraga dan hanya 19,8% penduduk DIY 37
  • 38. yang mengkonsumsi serat mencukupi. Dalam tiga tahun terakhir angka obesitas pada anak-anak di DIY meningkat hampir 7%. Penyebaran sekolah untuk jenjang SD/MI sampai Sekolah Menengah sudah merata dan menjangkau seluruh wilayah sampai ke pelosok desa. Jumlah SD/MI yang ada di Provinsi DIY pada tahun 2008 adalah sejumlah 2.035, SMP/MTs/SMP Terbuka sejumlah 529, dan SMA/MA/SMK sejumlah 381 sekolah negeri maupun swasta. Ketersediaan ruang belajar dapat dikatakan sudah memadai dengan rasio siswa per kelas untuk SD/MI: 22, SMP/MTs: 33, SMA/MA/SMK: 31. Sedangkan tingkat ketersediaan guru di Provinsi DIY juga cukup memadai dengan rasio siswa per guru untuk SD/MI: 13, SMP/MTs: 11, SMA/MA/SMK: 9. Untuk tahun 2010 pembinaan guru jenjang SD/MI sebanyak 3.900 guru telah memenuhi kualifikasi dari total 24.093 guru. Jenjang SMP/MTs sebanyak 3.939 guru telah memenuhi kualifikasi dari total 12.971 guru. Dan untuk SMA/MA sebanyak 4.826 guru telah memenuhi kualifikasi dari total 15.067 guru. Para lulusan jenjang SD/MI pada umumnya dapat melanjutkan ke SMP/MTs, sejalan kebijakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang dicanangkan pemerintah. Pada tahun 2010, angka kelulusan SD/MI mencapai 96,47%, SMP/MTs mencapai 81,84% dan SMA/MA/SMK sebesar 88,98%. Sedangkan angka putus sekolah pada tahun yang sama sebesar 0,07% untuk SD/MI; 0,17% untuk SMP/MTs; dan 0,44% untuk SMA/MA/SMK]. Sementara itu jumlah perguruan tinggi di Provinsi DIY baik negeri, swasta maupun kedinasan seluruhnya sebanyak 136 institusi dengan rincian 21 universitas, 5 institut, 41 sekolah tinggi, 8 politeknik dan 61 akademi yang diasuh oleh 9.736 dosen. Wujud cagar budaya yang masih dipergunakan sebagai tempat ibadah 38 umat Hindu Indonesia DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang tangible antara lain kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya sedangkan potensi budaya yang intangible seperti gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam masyarakat.
  • 39. DIY memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13 Kawasan Cagar Budaya. Keberadaan aset-aset budaya peninggalan peradaban tinggi masa lampau tersebut, dengan Kraton sebagai institusi warisan adiluhung yang masih terlestari keberadaannya, merupakan embrio dan memberi spirit bagi tumbuhnya dinamika masyarakat dalam berkehidupan kebudayaan terutama dalam berseni budaya dan beradat tradisi. Selain itu, Provinsi DIY juga mempunyai 30 museum, yang dua di antaranya yaitu Museum Ullen Sentalu dan Museum Sonobudoyo diproyeksikan menjadi museum internasional. Pada 2010, persentase benda cagar budaya tidak bergeak dalam kategori baik sebesar 41,55%, seangkan kunjungan ke museum mencapai 6,42%. Penduduk DIY mayoritas beragama Islam yaitu sebesar 90,96%, selebihnya beragama Kristen, Katholik, Hindu, Budha. Sarana ibadah terus mengalami perkembangan, pada tahun 2007 terdiri dari 6214 masjid, 3413 langgar, 1877 musholla, 218 gereja, 139 kapel, 25 kuil/pura dan 24 vihara/klenteng. Jumlah pondok pesantren pada tahun 2006 sebanyak 260, dengan 260 kyai dan 2.694 ustadz serta 38.103 santri. Sedangkan jumlah madrasah baik negeri maupun swasta terdiri dari 148 madrasah ibtidaiyah, 84 madrasah tsanawiyah dan 35 madrasah aliyah. Aktivitas keagamaan juga dapat dilihat dari meningkatnya jumlah jamaah haji dari tahun ke tahun, dan pada tahun 2007 terdapat 3.064 jamaah haji. 39 2.3. Kajian Kajian makalah ini yaitu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Kota Yogyakarta. Yang meliputi sejarah singkat objek-objek wisata, kondisi geografis objek yang terdiri dari kondisi fisik/ keadaan alam, kondisi sosial ekonomi penduduk yang berada disekitar objek-objek tersebut.
  • 40. BAB III PENUTUP 40 3.1. Kesimpulan Maka dapat disimpulkan bahwa tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja itu sangat banyak,dan kita harus senantiasa menjaga serta merawatnya agar tetap asri seperti aslinya.agar menarik para wisatawan untuk berlibur ke jogja. Selain itu,kota jogja yang menawan itu tidak harus kita tambahkan dengan budaya-budaya barat yang kita rasa sangat bagus atau trend.tapi justru itu salah,kita harus tetap menjaga budaya asli jogja itu sendiri agar mempunyai keaslian yang khas dimata dunia. Jogja merupakan salah satu kota favorit para wisatawan untuk berlibur dan menghabiskan sisa waktu istirahatnya di tempat-tempat wisata yang ada di jogja.walaupun banyak cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat luas,para wisatawan tetap antusias menikmati tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja. 3.2 Saran Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ini banyak ditemui kesulitan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik agar kami dapat menyempurnakan karya tulis ini. Demikianlah Kesimpulan dan saran dalam pembuatan karya tulis ini. Dalam pembuatan karya tulis ini banyak sekali kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis sebagai manusia biasa mohon maaf atas segala keurangan dan kekhilafan. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.