1. Teks Cerita Sejarah
1. Makna Teks Cerita Sejarah
Teks cerita sejarah adalah teks yang di dalamnya menjelaskan dan menceritakan
tentang fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal-muasal atau latar belakang terjadinya
sesuatu yang memiliki nilai kesejarahan, bisa bersifat naratif atau deskriftif. Di dalam teks
cerita sejarah, disampaikan pengisahan suatu deretan peristiwa yang disusun berdasarkan
kronologi waktu.
2. Struktur dan Kaidah Teks Cerita Sejarah
Struktur Dan Kaidah teks Cerita sejarah
a. Struktur teks cerita sejarah
1. Judul
2. Pendahuluan
3. Perician peristiwa
4. Penutup
b. Kaidah teks cerita sejarah
1. Menceritakan peristiwa asal usul yang telah terjadi (lampau)
Contoh : pada tahun 1945, pada zaman dahulu, dahulu kala, dll.
2. Menggunakan kata penghubung untuk mengurutkan peristiwa
Contoh : dan, tetapi, kemudian, dll.
3. Menggunakan kata keterangan
Contoh : tadi siang, tahun lalu, kemarin, dll.
4. Menggunakan kata kerja
Contoh : pergi, tidur, makan, dll.
3. Teks ceritasejarah dibagi menjadi 2 :
1. Teks cerita sejarah fiksi
Teks cerita sejarah fiksi adalah teks cerita sejarah yang tidak nyata. Misalnya : novel,
cerpen, legenda, dan roman.
2. Teks cerita sejarah non-fiksi
Teks cerita sejarah fiksi adalah teks cerita sejarah yang nyata. Misalnya : biografi,
autobiografi, cerita perjalanan, dan catatan sejarah.
4. Menganalisis Teks CeritaSejarah
Cerita Rakyat Sangkuriang - Legenda Jawa Barat
2. Sangkuriang
Cerita Rakyat Sangkuriang ini memang sudah tidak asing lagi ditataran sunda karena
Cerita Rakyat ini berasal dari Jawa Barat dan awal Cerita dari Tangkuban Perahu.
Pada zaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang
Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut
sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing
kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga
bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang
sengaja merahasiakannya.
Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah
sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung
yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung
menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk
mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah
Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang
dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.
Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya.
Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi,
dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya,
maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap
hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena
kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa
kecantikan abadi dan usia muda selamanya
Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk
pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena
kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah
ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang
tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka
Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang
Sumbi, dan sepakat akan menikah di waktu dekat. Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin
calon istrinya untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk
mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena
pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka
tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang
penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon
suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.
Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan
anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara
kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka.
Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin
lalu saja.
Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak
pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia
mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi
kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal
maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai
Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan
3. yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar
menyingsing.
Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji
akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya,
Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu
menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari
Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua
syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.
Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera
berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota,
Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan
pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang
Sumbi.
Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah
dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota
terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu
melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban
Perahu.
4. Analisis teks
a. Struktur :
Struktur
Keterangan
Judul
Sangkuriang
Pendahuluan
Cerita Rakyat Sangkuriang ini memang sudah tidak asing
lagi ditataran sunda karena Cerita Rakyat ini berasal dari
Jawa Barat dan awal Cerita dari Tangkuban Perahu.
Perincian Peristiwa
1. Pada zaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri
raja yang bernama Dayang Sumbi.
2. Ia mempunyai seorang anak laki-laki bernama
Sangkuriang yang sangat gemar berburu di dalam hutan.
Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing
kesayangannya yang bernama Tumang. Anjing itu
merupakan bapak kandung Sangkuriang, namun
Sangkuriang tidak tahu.
3. Pada suatu hari, Sangkuriang pergi ke hutan untuk
berburu. Sangkuriang langsung menembak burung
buruannya.
4. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar
buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja. Karena sangat
jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir
Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya
lagi.
5. Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan
kejadian tersebut kepada ibunya.
6. Dayang Sumbi, ibu Sangkuriang sangat marah dan
memukul kepala Sangkuriang.
7. Sangkuriang kecewa atas perlakuan ibunya dan
memutuskan untuk pergi mengembara.
8. Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali
perbuatannya.
9. Dewa memberi Dayang Sumbi sebuah hadiah berupa
kecantikan abadi dan usia muda selamanya.
10. Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang
mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke
kampung halamannya.
11. Ketika di tengah jalan, Sangkuriang bertemu dengan
seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain
adalah Dayang Sumbi.
12. Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran
Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi.
5. 13. Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya
untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta
Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat
kapalanya.
14. Dayang Sumbi terkejut karena melihat ada bekas luka di
kepala Sangkuriang yang mirip dengan bekas luka
anaknya.
15. Dayang Sumbi bertanya kepada Sangkuriang tentang
penyebab lukanya itu dan ternyata benar bahwa calon
suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.
16. Dayang Sumbi sangat bingung sekali karena dia tidak
mungkin menikah dengan anaknya sendiri.
17. Dayang Sumbi mengajukan dua buah syarat kepada
Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua
syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri,
begitupun sebaliknya.
18. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai
Citarum dibendung dan yang kedua adalah meminta
Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar
untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus
diselesai sebelum fajar menyingsing.
19. Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang
Sumbi dan mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin
untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut.
20. Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang
diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.
21. Dayang Sumbi meminta bantuan masyarakat sekitar untuk
menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur
kota.
22. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang
mengira hari sudah menjelang pagi.
23. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan
merasa tidak dapat memenuhi syarat-syarat tersebut.
Penutup
Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang menjebol
bendungan yang telah dibuatnya sendiri dan terjadilah
banjir. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang
telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh
tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama
Tangkuban Perahu.
b. Kaidah
Kaidah
Keterangan
6. Menceritakan
peristiwa asal usul
yang telah terjadi
(lampau)
Pada zaman dahulu : “Pada zaman dahulu di Jawa Barat
hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi.”
(Paragraf 2 - kalimat pertama)
Menggunakan kata
penghubung untuk
mengurutkan
peristiwa
1. Dan : “Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga
bapak kandung Sangkuriang.” (Paragraf 2 – kalimat ke-5)
2. Setelah : “Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat
menyesali perbuatannya.” (Paragraf 5 – kalimat pertama)
3. Lalu : “Dia melihat ada seekor burung yang sedang
bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang
Sangkuriang langsung menembaknya.” (Paragraf 3 –
kalimat ke-3)
4. Tetapi : “Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan
juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang
tidak tahu…” (Paragraf 2 – kalimat ke-5)
5. Maka : “Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua
syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan
istri…” (Paragraf 8 – kalimat ke-4)
6. Akhirnya : “Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang
mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke
kampung halamannya.” (Paragraf 6 – kalimat ke-1)
7. Sebelum : “Sebelum berangkat, ia meminta Dayang
Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat
kapalanya.” (Paragraf 6 – kalimat ke-7)
8. Supaya : “Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada
Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana
pernikahan mereka.” (Paragraf 7 – kalimat ke-3)
9. Karena : “Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali,
karena kampung halamannya sudah berubah total.”
(Paragraf 6 – kalimat ke-2)
Menggunakan kata
keterangan
1. Tempat :
-Di : “Dia melihat ada seekor burung yang sedang
bertengger di dahan...” (Paragraf 3 – kalimat ke-3)
-Ke : “Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi
ke hutan untuk berburu.” (Paragraf 3 - kalimat ke-1)
-Dari : “Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang
Sumbi sangat marah” (Paragraf 4 – kalimat ke-2)
-Pada : “Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon
istrinya untuk berburu di hatan.” (Paragraf 6 - kalimat ke-
6)
2. Waktu :
-Suatu hari : “Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar
suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali.”
(Paragraf 5 – kalimat ke-2)
3. Kesertaan :
-Dengan : “Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu
hari dapat bertemu dengan anaknya kembali.” (Paragraf 5
– kalimat ke-2)
4. Sebab :
-Karena : “Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali,
karena kampung halamannya sudah berubah total.”
(Paragraf 6 – kalimat ke-2)
7. Menggunakan kata
kerja
1. Mempunyai : “Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang
bernama Sangkuriang.” (Paragraf 2 – kalimat ke-2)
2. Mempunyai : “Dia melihat ada seekor burung yang
sedang bertengger di dahan.” (Paragraf 3 – kalimat ke-3)
3. Menceritakan : “Sesampainya di rumah, Sangkuriang
menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya.” (Paragraf
4 - kalimat pertama)
4. Menyesali : “Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat
menyesali perbuatannya.” (Paragraf 5 – kalimat pertama)
5. Bertemu : “…di tengah jalan bertemu dengan seorang
wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah
Dayang Sumbi.” (Paragraf 6 – kalimat ke-3)
6. Pulang : “Setelah Sangkuriang pulang berburu…”
(Paragraf 7 – kalimat ke-2)
7. Berpikir : “Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana
cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi.”
(Paragraf 8 – kalimat pertama)
8. Mengintip : “Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil
kerja dari Sangkuriang.” (Paragraf 9 – kalimat ke-3)
9. Menendang : “…Sangkuriang juga menendang sampan
besar yang telah dibuatnya. Sampan.” (Paragraf 11 –
kalimat ke-3)
5. Menyunting dan mengidentifikasi teks
Sangkuriang
Cerita Rakyat Sangkuriang berasal dari Jawa Barat dan awal Cerita dari Tangkuban
Perahu.
Pada zaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang
Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang.
Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Sangkuriang
melihat seekor burung dan menembaknya. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk
mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja. Sangkuriang jengkel. Lalu ia mengusir
Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.
Sampai di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Dayang
Sumbi sangat marah dan memukul kepala Sangkuriang. Sangkuriang kecewa atas perlakuan
iunya dan memutuskan untuk pergi mengembara.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Dewa memberinya
sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.
Bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke
kampung halamannya. Di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik
jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Sangkuriang langsung melamarnya.dan diterima
oleh Dayang Sumbi
Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hutan. Sebelum
berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya.
Dayang Sumbi terkejut melihat ada bekas luka yang mirip dengan bekas luka anaknya.
Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, ternyata benar bahwa
calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri. Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena
dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri.
Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat
memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya
jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin
supaya sungai Citarum dibendung dan yang kedua adalah meminta Sangkuriang untuk
8. membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus
diselesai sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi dan mengerahkan teman-
temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut.
Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera
berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota,
Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang merasa tidak dapat
memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.
Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang menjebol bendungan yang telah dibuatnya
sendiri dan terjadilah banjir. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya.
Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama
Tangkuban Perahu.
6. Mengabstraksi teks
Langkah Langkah mengabstraksi teks cerita sejarah :
1. Membaca teks secara lengkap
2. Menentukan ide pokok
3. Menentukan kalimat utama
4. Menentukan kata kunci
5. Membuat kalimat bedasarkan kata kunci
6. Menyusun teks menjadi sebuah abstraksi.
Abstraksi teks sejarah “Sangkuriang”
Dayang Sumbi memiliki anak laki-laki bernama Sangkuriang. Satu hari, Sangkuriang
berburu di hutan. Sangkuriang menembak sebuah burung. Sangkuriang meminta anjingnya,
Tumang untuk mengambil buruannya tersebut, namun Tumang diam saja. Sangkuriang
jengkel dan tidak memperbolehkannya pulang ke rumah.
Sampai di rumah, Sangkuriang bercerita pada ibunya. Ibunya sangat marah dan
memukul Sangkuriang. Sangkuriang kecewa terhadap perlakuan ibunya dan memutuskan
untuk mengembara.
Dayang Sumbi menyesali perbuatannya. Dewa memberinya sebuah hadiah berupa
kecantikan abadi dan usia muda selamanya.
Bertahun-tahun Sangkuriang mengembara, Sangkuriang berniat kembali ke kampong
halamannya. Di tengah jalan, ia bertemu wanita cantik, Dayang Sumbi. Sangkuriang
melamarnya dan Dayang Sumbi menerima lamaran Sangkuriang.
Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hutan.
Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat
kapalanya.
Dayang Sumbi melihat bekas luka yang mirip dengan bekas luka anaknya. Dayang
Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri.
Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat
memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi begitupun
sebaliknya.
Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung dan yang kedua adalah
meminta Sangkuriang membuat sampan yang sangat besar. Kedua syarat itu harus diselesai
sebelum fajar menyingsing. Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi
mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin.
Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera
berwarna merah di sebelah timur kota. Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi
dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.
Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang menjebol bendungan yang telah dibuatnya
sendiri dan terjadilah banjir. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya.
9. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama
Tangkuban Perahu.
7. Mengkonversi teks
Sangkuriang
Cerita rakyat Sangkuriang ini memang sudah tidak asing lagi ditataran Sunda karena
cerita rakyat ini berasal dari Jawa Barat dan awal Cerita dari Tangkuban Perahu.
Pada zaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang
Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut
sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing
kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga
bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang
sengaja merahasiakannya.
Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu.
Sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat seekor burung yang
sedang bertengger di dahan. Tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya dan
tepat mengenai sasaran. Lalu Sangkuriang memerintah Tumang untuk mengejar buruannya
tadi, tetapi Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Sangkuriang
sangat jengkel padanya. Lalu Sangkuriang mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke
rumah bersamanya lagi.
Sampai di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu
mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan
dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya,
Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara dan meninggalkan rumahnya.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap
hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena
kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa
kecantikan abadi dan usia muda selamanya.
Setelah bertahun-tahun Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat pulang ke
kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung
halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di
tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah
Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang
langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan
sepakat akan menikah di waktu dekat.
Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hatan.
Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat
kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala
Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya.
Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi
bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya
sendiri.
Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan
anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara
kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka.
Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin
lalu saja.
Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak
pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia
10. mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi
kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal
maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai
Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah meminta Sangkuriang untuk membuat sampan
yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar
menyingsing.
Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi dan berjanji akan
menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya,
Sangkuriang mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan
tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja Sangkuriang. Betapa
terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan
Dayang Sumbi sebelum fajar.
Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera
berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota,
Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan
pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang
Sumbi.
Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah
dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota
terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu
melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban
Perahu.