SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Anak berkebutuhan khusus
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah
dirapikan, tolong hapus pesan ini.
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat,
anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak
luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK
memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan
dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks
bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa
isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB)
sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB
bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk
tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
A. Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat
diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi
Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah
penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi
memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan
maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan
indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan
pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual
dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model
dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak
JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar
mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari
bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat
putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)
B. Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen
maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan
pendengaran adalah: Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB), Gangguan
pendengaran ringan(41-55dB), Gangguan pendengaran sedang(56-70dB), Gangguan
pendengaran berat(71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan
dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan
individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara
internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini
dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi
dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu
cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
C. Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah
rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam
masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ. Tunagrahita
ringan (IQ : 51-70), Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri
dan sosialisasi.
D. Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan
neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan,
termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa
adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih
dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan
mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam
gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
E. Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan
kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak
sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan
karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
F. Kesulitan belajar
Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar
psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis
yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang
disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan
afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-
rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak,
gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.
Permasalahan-Permasalahan Anak-Anak Berkebutuhan Khusus
•Proses Pengolahan Ilmu di otak Anak-Anak Berkebutuhan Khusus itu relatif kurang.
Pada awal kehidupan Sel-Sel Otak mulanya sedikit, ketika usia 6 tahun, Sel-Sel Otak
mulai bertahmbah, hingga akhirnya pada usia 14 tahun dapat berkembang lebih pesat.
Anak-Anak Berkebutuhan Khusus hanya tertuju pada 1 pusat perhatian (topik menarik)
dalam proses otak.
•Yang berinteligensi tinggi akan menghadapi kesulitan dalam pembelajaran normal, suka
merasa bosan dan cenderung main-main sendiri. Sedangkan yang inteligensinya rendah
akan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran dan kerap membutuhkan banyak
pengulangan dalam membahas suatu pembelajaran.
•Dalam perihal Interaksi Sosial Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kurang kontak mata,
represif, sulit berinteraksi baik dengan teman-teman maupun para guru, tak bisa
berempati, memahami maksud orang lain, interaksi, kesulitan menyampaikan keinginan,
takut dan cenderung menghindari orang lain dan sulit memahami isyarat verbal-
nonverbal.
•Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kali kurang tangkas dan keseimbangan dalam
perihal Gerak Motorik Kasar (Gross), sedangkan dalam Gerak Motorik Halus (Fine)
Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kurang terampil dan terkordinir dalam
melaksanakan salah satu tugas.
•Dalam Gerakan Sensorik, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus cenderung Hiporeaktif
(cuek) dan Hiperaktif (enggan belajar), fokus hanya pada detail tertentu/sempit/tak
menyeluruh, dan mempunyai perhatian yang obsesif. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus
juga mempunyai minat terbatas, tak patuh, monoton, tantrum, mengganggu, agresif,
impulsif, stimulasi diri, takut-cemas, kerap menangis.
•Ketika belajar, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap melakukan kesalahan sensory
memory karena memori mereka hanya pendek sekali jaraknya, mudah lupa, fakta
tersimpan tetapi tidak dalam 1 kerangka konteks yang terjadi. Anak-Anak Berkebutuhan
Khusus sebenarnya bisa memberi respon terhadap sesuatu dalam pembelajaran, tetapi
mereka sulit menghadapi situasi baru.
•Sulit meniru aksi orang lain, namun bisa meniru kata-kata tetapi tidak memahami.
-asi Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai keterbatasan kemampuan komunikasi,
gangguan bahasa verbal-nonverbal, kesulitan menyampaikan keinginan, dan penggunaan
bahasa repetitif (pengulangan).
• -Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai kelemahan dalam sequencing seperti
kesulitan dalam menguruskan aktivitas, bisa mengurutkan tetapi sulit mengembangkan
sehingga kurang kreatif, jika urutan aktivitas dirubah Anak-Anak Berkebutuhan Khusus
dapat mengalami stress.
• -Gangguan Executive Function juga terdapat pada Anak-Anak Berkebutuhan
Khusus
seperti kesulitan mempertahankan atensi, mudah terdistraksi, tidak bisa menyelesaikan
tugas, dan kurang kontrol diri serta sulit bergaul.
Pendidikan Anak-anak Berkebutuhan Khusus Masih Minim
Laporan wartawan KOMPAS Ester Lince Napitupulu
Minggu, 13 Desember 2009 | 12:07 WIB
SYAHRUL HIDAYAT/SRIWAJAYA POST
Ilustrasi: Nurhasanah, guru SLB Pembina Yogyakarta, --salah satu sekolah penerima
bantuan komputer IBM, mengatakan, bahwa program IBM yang berisi permainan
edukatif itu bisa merangsang saraf motorik siswanya. Kepekaan terhadap suara, gambar,
dan gerakan anak didiknya akan semakin terlatih.
JAKARTA, KOMPAS.com — Pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus baik
yang dilayani lewat pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus masih minim.
Bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang menyandang beragam masalah ketunaan,
hingga saat ini baru sekitar 20 persen dari 346.800 anak lebih yang bisa mengenyam
pendidikan di sekolah-sekolah khusus.
Eko Djatmiko Sukarso, Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas, usai acara
kerjasama pendidikan teknologi informasi antara IBM dan Direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa Depdiknas, di Jakarta, akhir pekan lalu, menjelaskan layanan pendidikan bagi
anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami ketunaan ataupun yang memiliki
kebutuhan khusus lainnya cukup kompleks dan tersebar luas yang hingga saat ini masih
belum bisa ditangani pemerintah secara maksimal. Masih banyak anak-anak usia sekolah
yang belum terlayani.
Menururt Eko, pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya meliputi
penyandang cacat yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa. Pendidikan
dengan cara yang khusus atau dinamakan pendidikan layanan khusus (PLK) juga
dibutuhkan untuk melayani anak-anak cerdas istimewa/berbakat istimewa, anak-anak
tenaga kerja indonesia (TKI) di daerah perbatasan dan luar negeri, anak-anak jalanan,
anak-anak di dalam lembaga tahanan masyarakat, anak-anak korban bencana alam, anak-
anak yang menderita HIV/AIDS, anak-anak pelacur, anak-anak korban perdagangan
orang, hingga anak-anak suku terasing.
Untuk anak-anak cerdas/berbakat istimewa yang diperkirakan jumlahnya sekitar 2,2
persen dari jumlah anak usia sekolah, baru sekitar 0,43 persen yang terlayani lewat
pendidikan di kelas-kelas akselerasi. Sekitar 1 juta lebih anak-anak bangsa yang
cerdas/berbakat istimewa yang potensial untuk mendukung kemajuan ilmu pengetahauan
dan teknologi, seni, budaya, dan bidang-bidang lainnya yang bisa mendukung kemajuan
bangsa di masa depan belum menikmati pendidikan sesuai kebutuhan mereka.
Sementara itu, ada puluhan ribu anak-anak tenaga kerja Indonesia, misalnya di Malaysia
dan Mekkah, yang juga belum mendapat layanan pendidikan. Padahal, anak-anak yang
berada di luar negeri itu juga berhak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu.
Meskipun masih banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang belum terlayani, kata Eko,
justru alokasi dana untuk layanan pendidikan itu sangat kecil. Bahkan, untuk tahun
depan, dana pendidikan jenis ini anggarannya dipotong sepertiga dari kebutuhan riilnya.
"Tetapi dengan dana terbatas, kami tetap berusaha untuk bisa mengembangkan sekolah-
sekolah model untuk membuktikan pada masyarakat sekitar, bawa anak-anak ini bisa
berkembang asal diberi kesempatan yang sama, termasuk dalam pendidikan" kata Eko.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menegaskan pendidikan tidak boleh
diskriminatif terhadap siapa pun. Pendidikan yang sama dan berkualitas mesti bisa
dinikmati semua anak. UNtuk tahun depan, salah satu bentuk pendidikan tidak
diskriminatif itu adalah memperbaiki layanan pendidikan bagi anak-anak yang berada di
lembaga tahanan masyarakat.
Bekali keterampilan dan teknologi informasi
Pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus ditekankan pada penguasaan
keterampilan-keterampilan dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Upaya
tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan kompetensi anak-anak berkebutuhan
khusus untuk bisa mandiri dengan mengembangkan potnesi yang mereka miliki.
Namun, kata Eko, orientasi pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus untuk lebih
menguasi keterampilan-keterampilan dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) itu
hingga saat ini masih menghadapi kendala. Selain minimnya sarana dan prasarana
workshop beragam keterampilan, persoalan yang cukup serius adalah kurangnya guru-
guru yang mampu mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dikembangkan dalam
pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia.
"Pendidikan kita itu di ujungnya atau hasil lulusannya belum memberikan kompetensi-
kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup atau belum bisa membuat anak mandiri. Karena
itu, fokus pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus sejak tahun 2006 mulai
diarahkan untuk memperkuat kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dalam hidup.
Sekitar 39 jenis ketrampilan diajarkan dalam pendidikan khusus," kata Eko.
Menurut Eko, bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus yang dilayani lewat pendidikan
khusus dan pendidikan layanan khusus, perlu dilakukan terobosan-terobosan yang
disesuaikan dengan kondisi mereka. "Perlu fleksibel untuk melihat kebutuhan pendidikan
yang sesuai dengan kondisi mereka. Dengan penguasaan keterampilan dan TIK, anak-
anak tersebut diharapkan bisa lebih mandiri," kata Eko.
Dalam peningkatan penguasaan TIK bagi anak-anak berkebutuhan khusus, kata Eko,
pihaknya mendapat dukungan dari perusahaan-perusahaan TIK. Salah satunya IBM yang
memiliki program memperkenalkan teknologi informasi sejak usia dini.
"Kita harus memberikan kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk
menguasai TI yang terus berkembang dan dibutuhkan dalam hidup. Bukan saja untuk
memudahkan cara belajar, tapi juga untuk membuat anak-abak ini mampu berkompetisi
dalam dunia kerja nanti. Perusahaan-perusahan, seperti yang dilakukan IBM, mesti punya
kebijakan untuk juga menerima karyawan berkebutuhan khusus," Suryo Suwignjo,
Presiden Direktur IBM Indonesia.
Menurur Suryo, dalam pengenalan TI pada anak-anak berkebutuhan khusus, tantangan
terbesar adalah menyiapkan para guru. "Kami bukan hanya menyediakan alat-alat TI.
Tetapi juga melatih guru dan membutakan kurikulum supaya peralatan TI yang ada di
sekolah benar-benar dimanfaatkan optimal," ujar Suryo.
workshop beragam keterampilan, persoalan yang cukup serius adalah kurangnya guru-
guru yang mampu mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dikembangkan dalam
pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia.
"Pendidikan kita itu di ujungnya atau hasil lulusannya belum memberikan kompetensi-
kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup atau belum bisa membuat anak mandiri. Karena
itu, fokus pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus sejak tahun 2006 mulai
diarahkan untuk memperkuat kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dalam hidup.
Sekitar 39 jenis ketrampilan diajarkan dalam pendidikan khusus," kata Eko.
Menurut Eko, bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus yang dilayani lewat pendidikan
khusus dan pendidikan layanan khusus, perlu dilakukan terobosan-terobosan yang
disesuaikan dengan kondisi mereka. "Perlu fleksibel untuk melihat kebutuhan pendidikan
yang sesuai dengan kondisi mereka. Dengan penguasaan keterampilan dan TIK, anak-
anak tersebut diharapkan bisa lebih mandiri," kata Eko.
Dalam peningkatan penguasaan TIK bagi anak-anak berkebutuhan khusus, kata Eko,
pihaknya mendapat dukungan dari perusahaan-perusahaan TIK. Salah satunya IBM yang
memiliki program memperkenalkan teknologi informasi sejak usia dini.
"Kita harus memberikan kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk
menguasai TI yang terus berkembang dan dibutuhkan dalam hidup. Bukan saja untuk
memudahkan cara belajar, tapi juga untuk membuat anak-abak ini mampu berkompetisi
dalam dunia kerja nanti. Perusahaan-perusahan, seperti yang dilakukan IBM, mesti punya
kebijakan untuk juga menerima karyawan berkebutuhan khusus," Suryo Suwignjo,
Presiden Direktur IBM Indonesia.
Menurur Suryo, dalam pengenalan TI pada anak-anak berkebutuhan khusus, tantangan
terbesar adalah menyiapkan para guru. "Kami bukan hanya menyediakan alat-alat TI.
Tetapi juga melatih guru dan membutakan kurikulum supaya peralatan TI yang ada di
sekolah benar-benar dimanfaatkan optimal," ujar Suryo.

More Related Content

What's hot

Klasifikasi Anak Berkebutuhan
Klasifikasi Anak BerkebutuhanKlasifikasi Anak Berkebutuhan
Klasifikasi Anak BerkebutuhanRiska Kurniawan
 
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...Tjoetnyak Izzatie
 
anak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademik
anak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademikanak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademik
anak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademikEkta Lifiana
 
Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4
Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4
Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4Andri Hantoro
 
Laporan kaijian bahasa murid masalah penglihatan
Laporan kaijian bahasa murid masalah penglihatanLaporan kaijian bahasa murid masalah penglihatan
Laporan kaijian bahasa murid masalah penglihatancikgusuepkhas
 
Makalah Psikologi Pendidikan ABK Kesulitan Belajar
Makalah Psikologi Pendidikan ABK Kesulitan BelajarMakalah Psikologi Pendidikan ABK Kesulitan Belajar
Makalah Psikologi Pendidikan ABK Kesulitan BelajarFian DeBoris
 
Kategori Kanak-kanak Keperluan Khas
Kategori Kanak-kanak Keperluan KhasKategori Kanak-kanak Keperluan Khas
Kategori Kanak-kanak Keperluan KhasKaren So Yongfen
 
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Ali Murfi
 
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususMakalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususDedy Wiranto
 
Siswa Berkebutuhan Khusus
Siswa Berkebutuhan KhususSiswa Berkebutuhan Khusus
Siswa Berkebutuhan KhususWahyuindratmoko
 
Kanak kanak Berkeperluan Khas
Kanak kanak Berkeperluan KhasKanak kanak Berkeperluan Khas
Kanak kanak Berkeperluan KhasEryssa Shahezy
 
Problematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
Problematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khususProblematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
Problematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khususReny Shinta Shinta
 
Anak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khususAnak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus11111115
 
36010348 masalah-bahasa-dan-komunikasi
36010348 masalah-bahasa-dan-komunikasi36010348 masalah-bahasa-dan-komunikasi
36010348 masalah-bahasa-dan-komunikasiHoloman Halimunan
 
Pengenalan disleksia
Pengenalan disleksiaPengenalan disleksia
Pengenalan disleksiapeggylau9318
 

What's hot (20)

Klasifikasi Anak Berkebutuhan
Klasifikasi Anak BerkebutuhanKlasifikasi Anak Berkebutuhan
Klasifikasi Anak Berkebutuhan
 
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...
Pendidikan anak berkebutuhan khusus (abk) pada anak yang menderita tunagrahit...
 
anak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademik
anak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademikanak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademik
anak berkelainan mental emosional dan anak berkelainan akademik
 
Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4
Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4
Pendidikan+anak+kebutuhan+khusus+unit+4
 
Tugasan 2 kanak2 khas
Tugasan 2 kanak2 khasTugasan 2 kanak2 khas
Tugasan 2 kanak2 khas
 
Laporan kaijian bahasa murid masalah penglihatan
Laporan kaijian bahasa murid masalah penglihatanLaporan kaijian bahasa murid masalah penglihatan
Laporan kaijian bahasa murid masalah penglihatan
 
Assignment PKU
Assignment PKUAssignment PKU
Assignment PKU
 
Makalah Psikologi Pendidikan ABK Kesulitan Belajar
Makalah Psikologi Pendidikan ABK Kesulitan BelajarMakalah Psikologi Pendidikan ABK Kesulitan Belajar
Makalah Psikologi Pendidikan ABK Kesulitan Belajar
 
Siswa swn
Siswa swnSiswa swn
Siswa swn
 
Kategori Kanak-kanak Keperluan Khas
Kategori Kanak-kanak Keperluan KhasKategori Kanak-kanak Keperluan Khas
Kategori Kanak-kanak Keperluan Khas
 
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
 
ANAK - ANAK LUAR BIASA
ANAK - ANAK LUAR BIASAANAK - ANAK LUAR BIASA
ANAK - ANAK LUAR BIASA
 
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususMakalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
 
Siswa Berkebutuhan Khusus
Siswa Berkebutuhan KhususSiswa Berkebutuhan Khusus
Siswa Berkebutuhan Khusus
 
Disleksia
DisleksiaDisleksia
Disleksia
 
Kanak kanak Berkeperluan Khas
Kanak kanak Berkeperluan KhasKanak kanak Berkeperluan Khas
Kanak kanak Berkeperluan Khas
 
Problematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
Problematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khususProblematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
Problematika pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
 
Anak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khususAnak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus
 
36010348 masalah-bahasa-dan-komunikasi
36010348 masalah-bahasa-dan-komunikasi36010348 masalah-bahasa-dan-komunikasi
36010348 masalah-bahasa-dan-komunikasi
 
Pengenalan disleksia
Pengenalan disleksiaPengenalan disleksia
Pengenalan disleksia
 

Similar to ABKK

Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2Muhammad Hamdani
 
PPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptx
PPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptxPPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptx
PPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptxloloxmanahati
 
PPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptx
PPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptxPPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptx
PPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptxAjengSriHikmayani
 
Persentasi metode penelitian
Persentasi metode penelitianPersentasi metode penelitian
Persentasi metode penelitianagus elpin
 
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee Kareng
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee KarengPendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee Kareng
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee KarengTjoetnyak Izzatie
 
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptx
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptxANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptx
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptxKerjaanDeria
 
KEBERAGAMAN PDBK.pdf
KEBERAGAMAN PDBK.pdfKEBERAGAMAN PDBK.pdf
KEBERAGAMAN PDBK.pdfBayuSetiyo1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Disleksiadisgrafia kelompok irma1
Disleksiadisgrafia kelompok irma1Disleksiadisgrafia kelompok irma1
Disleksiadisgrafia kelompok irma1mumtazkia
 
Penerapan_Komunikasi_Pada_Pasien_Berkebutuhan khusus.ppt
Penerapan_Komunikasi_Pada_Pasien_Berkebutuhan khusus.pptPenerapan_Komunikasi_Pada_Pasien_Berkebutuhan khusus.ppt
Penerapan_Komunikasi_Pada_Pasien_Berkebutuhan khusus.pptdewis24
 
materi tunarungu dan pembelajaran untuk guru
materi tunarungu dan pembelajaran untuk gurumateri tunarungu dan pembelajaran untuk guru
materi tunarungu dan pembelajaran untuk guruRonaSuindu
 
Presentasi Tuna Daksa dan Tuna Rungu_Kelompok 1_Pendidikan Inklusi.pdf
Presentasi Tuna Daksa dan Tuna Rungu_Kelompok 1_Pendidikan Inklusi.pdfPresentasi Tuna Daksa dan Tuna Rungu_Kelompok 1_Pendidikan Inklusi.pdf
Presentasi Tuna Daksa dan Tuna Rungu_Kelompok 1_Pendidikan Inklusi.pdfamandalingga
 
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSSTRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSWarman Tateuteu
 
Mengenal Karakter Anak Berkebutuhan Khusus
Mengenal Karakter Anak Berkebutuhan KhususMengenal Karakter Anak Berkebutuhan Khusus
Mengenal Karakter Anak Berkebutuhan KhususErlanFathurokhman1
 
Anak Tunagrahita.pptx
Anak Tunagrahita.pptxAnak Tunagrahita.pptx
Anak Tunagrahita.pptxAdam Superman
 
523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasi
523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasi523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasi
523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasibinahongmemo
 

Similar to ABKK (20)

Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2Makalah Perbedaan individu dalam  belajar 2
Makalah Perbedaan individu dalam belajar 2
 
PPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptx
PPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptxPPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptx
PPT PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 6.pptx
 
Lengkap ank slb
Lengkap ank slbLengkap ank slb
Lengkap ank slb
 
PPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptx
PPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptxPPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptx
PPT_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pptx
 
Persentasi metode penelitian
Persentasi metode penelitianPersentasi metode penelitian
Persentasi metode penelitian
 
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee Kareng
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee KarengPendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee Kareng
Pendidikan ABK di Slb-AB Bukesra Ulee Kareng
 
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptx
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptxANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptx
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptx
 
KEBERAGAMAN PDBK.pdf
KEBERAGAMAN PDBK.pdfKEBERAGAMAN PDBK.pdf
KEBERAGAMAN PDBK.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
12822073.ppt
12822073.ppt12822073.ppt
12822073.ppt
 
Disleksiadisgrafia kelompok irma1
Disleksiadisgrafia kelompok irma1Disleksiadisgrafia kelompok irma1
Disleksiadisgrafia kelompok irma1
 
Penerapan_Komunikasi_Pada_Pasien_Berkebutuhan khusus.ppt
Penerapan_Komunikasi_Pada_Pasien_Berkebutuhan khusus.pptPenerapan_Komunikasi_Pada_Pasien_Berkebutuhan khusus.ppt
Penerapan_Komunikasi_Pada_Pasien_Berkebutuhan khusus.ppt
 
materi tunarungu dan pembelajaran untuk guru
materi tunarungu dan pembelajaran untuk gurumateri tunarungu dan pembelajaran untuk guru
materi tunarungu dan pembelajaran untuk guru
 
Presentasi Tuna Daksa dan Tuna Rungu_Kelompok 1_Pendidikan Inklusi.pdf
Presentasi Tuna Daksa dan Tuna Rungu_Kelompok 1_Pendidikan Inklusi.pdfPresentasi Tuna Daksa dan Tuna Rungu_Kelompok 1_Pendidikan Inklusi.pdf
Presentasi Tuna Daksa dan Tuna Rungu_Kelompok 1_Pendidikan Inklusi.pdf
 
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSSTRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
 
Mengenal Karakter Anak Berkebutuhan Khusus
Mengenal Karakter Anak Berkebutuhan KhususMengenal Karakter Anak Berkebutuhan Khusus
Mengenal Karakter Anak Berkebutuhan Khusus
 
Anak Tunagrahita.pptx
Anak Tunagrahita.pptxAnak Tunagrahita.pptx
Anak Tunagrahita.pptx
 
523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasi
523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasi523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasi
523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasi
 

ABKK

  • 1. Anak berkebutuhan khusus Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini. Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda. A. Tunanetra Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium) B. Tunarungu Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah: Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB), Gangguan
  • 2. pendengaran ringan(41-55dB), Gangguan pendengaran sedang(56-70dB), Gangguan pendengaran berat(71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB). Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak. C. Tunagrahita Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70), Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), Tunagrahita berat (IQ : 20-35), Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20). Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi. D. Tunadaksa Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik. E. Tunalaras Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar. F. Kesulitan belajar Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-
  • 3. rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep. Permasalahan-Permasalahan Anak-Anak Berkebutuhan Khusus •Proses Pengolahan Ilmu di otak Anak-Anak Berkebutuhan Khusus itu relatif kurang. Pada awal kehidupan Sel-Sel Otak mulanya sedikit, ketika usia 6 tahun, Sel-Sel Otak mulai bertahmbah, hingga akhirnya pada usia 14 tahun dapat berkembang lebih pesat. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus hanya tertuju pada 1 pusat perhatian (topik menarik) dalam proses otak. •Yang berinteligensi tinggi akan menghadapi kesulitan dalam pembelajaran normal, suka merasa bosan dan cenderung main-main sendiri. Sedangkan yang inteligensinya rendah akan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran dan kerap membutuhkan banyak pengulangan dalam membahas suatu pembelajaran. •Dalam perihal Interaksi Sosial Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kurang kontak mata, represif, sulit berinteraksi baik dengan teman-teman maupun para guru, tak bisa berempati, memahami maksud orang lain, interaksi, kesulitan menyampaikan keinginan, takut dan cenderung menghindari orang lain dan sulit memahami isyarat verbal- nonverbal. •Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kali kurang tangkas dan keseimbangan dalam perihal Gerak Motorik Kasar (Gross), sedangkan dalam Gerak Motorik Halus (Fine) Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kurang terampil dan terkordinir dalam melaksanakan salah satu tugas. •Dalam Gerakan Sensorik, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus cenderung Hiporeaktif (cuek) dan Hiperaktif (enggan belajar), fokus hanya pada detail tertentu/sempit/tak menyeluruh, dan mempunyai perhatian yang obsesif. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus juga mempunyai minat terbatas, tak patuh, monoton, tantrum, mengganggu, agresif, impulsif, stimulasi diri, takut-cemas, kerap menangis. •Ketika belajar, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap melakukan kesalahan sensory memory karena memori mereka hanya pendek sekali jaraknya, mudah lupa, fakta tersimpan tetapi tidak dalam 1 kerangka konteks yang terjadi. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus sebenarnya bisa memberi respon terhadap sesuatu dalam pembelajaran, tetapi mereka sulit menghadapi situasi baru. •Sulit meniru aksi orang lain, namun bisa meniru kata-kata tetapi tidak memahami. -asi Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai keterbatasan kemampuan komunikasi, gangguan bahasa verbal-nonverbal, kesulitan menyampaikan keinginan, dan penggunaan
  • 4. bahasa repetitif (pengulangan). • -Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai kelemahan dalam sequencing seperti kesulitan dalam menguruskan aktivitas, bisa mengurutkan tetapi sulit mengembangkan sehingga kurang kreatif, jika urutan aktivitas dirubah Anak-Anak Berkebutuhan Khusus dapat mengalami stress. • -Gangguan Executive Function juga terdapat pada Anak-Anak Berkebutuhan Khusus seperti kesulitan mempertahankan atensi, mudah terdistraksi, tidak bisa menyelesaikan tugas, dan kurang kontrol diri serta sulit bergaul. Pendidikan Anak-anak Berkebutuhan Khusus Masih Minim Laporan wartawan KOMPAS Ester Lince Napitupulu Minggu, 13 Desember 2009 | 12:07 WIB SYAHRUL HIDAYAT/SRIWAJAYA POST Ilustrasi: Nurhasanah, guru SLB Pembina Yogyakarta, --salah satu sekolah penerima bantuan komputer IBM, mengatakan, bahwa program IBM yang berisi permainan edukatif itu bisa merangsang saraf motorik siswanya. Kepekaan terhadap suara, gambar, dan gerakan anak didiknya akan semakin terlatih. JAKARTA, KOMPAS.com — Pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus baik yang dilayani lewat pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus masih minim. Bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang menyandang beragam masalah ketunaan, hingga saat ini baru sekitar 20 persen dari 346.800 anak lebih yang bisa mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah khusus. Eko Djatmiko Sukarso, Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas, usai acara kerjasama pendidikan teknologi informasi antara IBM dan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas, di Jakarta, akhir pekan lalu, menjelaskan layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami ketunaan ataupun yang memiliki kebutuhan khusus lainnya cukup kompleks dan tersebar luas yang hingga saat ini masih
  • 5. belum bisa ditangani pemerintah secara maksimal. Masih banyak anak-anak usia sekolah yang belum terlayani. Menururt Eko, pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya meliputi penyandang cacat yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa. Pendidikan dengan cara yang khusus atau dinamakan pendidikan layanan khusus (PLK) juga dibutuhkan untuk melayani anak-anak cerdas istimewa/berbakat istimewa, anak-anak tenaga kerja indonesia (TKI) di daerah perbatasan dan luar negeri, anak-anak jalanan, anak-anak di dalam lembaga tahanan masyarakat, anak-anak korban bencana alam, anak- anak yang menderita HIV/AIDS, anak-anak pelacur, anak-anak korban perdagangan orang, hingga anak-anak suku terasing. Untuk anak-anak cerdas/berbakat istimewa yang diperkirakan jumlahnya sekitar 2,2 persen dari jumlah anak usia sekolah, baru sekitar 0,43 persen yang terlayani lewat pendidikan di kelas-kelas akselerasi. Sekitar 1 juta lebih anak-anak bangsa yang cerdas/berbakat istimewa yang potensial untuk mendukung kemajuan ilmu pengetahauan dan teknologi, seni, budaya, dan bidang-bidang lainnya yang bisa mendukung kemajuan bangsa di masa depan belum menikmati pendidikan sesuai kebutuhan mereka. Sementara itu, ada puluhan ribu anak-anak tenaga kerja Indonesia, misalnya di Malaysia dan Mekkah, yang juga belum mendapat layanan pendidikan. Padahal, anak-anak yang berada di luar negeri itu juga berhak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Meskipun masih banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang belum terlayani, kata Eko, justru alokasi dana untuk layanan pendidikan itu sangat kecil. Bahkan, untuk tahun depan, dana pendidikan jenis ini anggarannya dipotong sepertiga dari kebutuhan riilnya. "Tetapi dengan dana terbatas, kami tetap berusaha untuk bisa mengembangkan sekolah- sekolah model untuk membuktikan pada masyarakat sekitar, bawa anak-anak ini bisa berkembang asal diberi kesempatan yang sama, termasuk dalam pendidikan" kata Eko. Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menegaskan pendidikan tidak boleh diskriminatif terhadap siapa pun. Pendidikan yang sama dan berkualitas mesti bisa dinikmati semua anak. UNtuk tahun depan, salah satu bentuk pendidikan tidak diskriminatif itu adalah memperbaiki layanan pendidikan bagi anak-anak yang berada di lembaga tahanan masyarakat. Bekali keterampilan dan teknologi informasi Pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus ditekankan pada penguasaan keterampilan-keterampilan dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Upaya tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan kompetensi anak-anak berkebutuhan khusus untuk bisa mandiri dengan mengembangkan potnesi yang mereka miliki. Namun, kata Eko, orientasi pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus untuk lebih menguasi keterampilan-keterampilan dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) itu hingga saat ini masih menghadapi kendala. Selain minimnya sarana dan prasarana
  • 6. workshop beragam keterampilan, persoalan yang cukup serius adalah kurangnya guru- guru yang mampu mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dikembangkan dalam pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia. "Pendidikan kita itu di ujungnya atau hasil lulusannya belum memberikan kompetensi- kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup atau belum bisa membuat anak mandiri. Karena itu, fokus pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus sejak tahun 2006 mulai diarahkan untuk memperkuat kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dalam hidup. Sekitar 39 jenis ketrampilan diajarkan dalam pendidikan khusus," kata Eko. Menurut Eko, bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus yang dilayani lewat pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus, perlu dilakukan terobosan-terobosan yang disesuaikan dengan kondisi mereka. "Perlu fleksibel untuk melihat kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan kondisi mereka. Dengan penguasaan keterampilan dan TIK, anak- anak tersebut diharapkan bisa lebih mandiri," kata Eko. Dalam peningkatan penguasaan TIK bagi anak-anak berkebutuhan khusus, kata Eko, pihaknya mendapat dukungan dari perusahaan-perusahaan TIK. Salah satunya IBM yang memiliki program memperkenalkan teknologi informasi sejak usia dini. "Kita harus memberikan kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk menguasai TI yang terus berkembang dan dibutuhkan dalam hidup. Bukan saja untuk memudahkan cara belajar, tapi juga untuk membuat anak-abak ini mampu berkompetisi dalam dunia kerja nanti. Perusahaan-perusahan, seperti yang dilakukan IBM, mesti punya kebijakan untuk juga menerima karyawan berkebutuhan khusus," Suryo Suwignjo, Presiden Direktur IBM Indonesia. Menurur Suryo, dalam pengenalan TI pada anak-anak berkebutuhan khusus, tantangan terbesar adalah menyiapkan para guru. "Kami bukan hanya menyediakan alat-alat TI. Tetapi juga melatih guru dan membutakan kurikulum supaya peralatan TI yang ada di sekolah benar-benar dimanfaatkan optimal," ujar Suryo.
  • 7. workshop beragam keterampilan, persoalan yang cukup serius adalah kurangnya guru- guru yang mampu mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dikembangkan dalam pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia. "Pendidikan kita itu di ujungnya atau hasil lulusannya belum memberikan kompetensi- kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup atau belum bisa membuat anak mandiri. Karena itu, fokus pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus sejak tahun 2006 mulai diarahkan untuk memperkuat kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dalam hidup. Sekitar 39 jenis ketrampilan diajarkan dalam pendidikan khusus," kata Eko. Menurut Eko, bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus yang dilayani lewat pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus, perlu dilakukan terobosan-terobosan yang disesuaikan dengan kondisi mereka. "Perlu fleksibel untuk melihat kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan kondisi mereka. Dengan penguasaan keterampilan dan TIK, anak- anak tersebut diharapkan bisa lebih mandiri," kata Eko. Dalam peningkatan penguasaan TIK bagi anak-anak berkebutuhan khusus, kata Eko, pihaknya mendapat dukungan dari perusahaan-perusahaan TIK. Salah satunya IBM yang memiliki program memperkenalkan teknologi informasi sejak usia dini. "Kita harus memberikan kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk menguasai TI yang terus berkembang dan dibutuhkan dalam hidup. Bukan saja untuk memudahkan cara belajar, tapi juga untuk membuat anak-abak ini mampu berkompetisi dalam dunia kerja nanti. Perusahaan-perusahan, seperti yang dilakukan IBM, mesti punya kebijakan untuk juga menerima karyawan berkebutuhan khusus," Suryo Suwignjo, Presiden Direktur IBM Indonesia. Menurur Suryo, dalam pengenalan TI pada anak-anak berkebutuhan khusus, tantangan terbesar adalah menyiapkan para guru. "Kami bukan hanya menyediakan alat-alat TI. Tetapi juga melatih guru dan membutakan kurikulum supaya peralatan TI yang ada di sekolah benar-benar dimanfaatkan optimal," ujar Suryo.