SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindroma nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh
adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik:
proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema
(Suryadi, 2001).
Sindroma nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan
glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma
menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema.
Hilangnya protein dari rongga vaskular menyebabkan penurunan tekanan
osmotik plasma dan peningkatan tekanan hidrostatik yang menyebabkan
terjadinya akumulasi cairan dalam rongga interstisial dan rongga abdomen.
(Cecily Betz, 2009).
Dari data studi dan epidemiologis tentang Sindrom nefrotik di Indonesia
belum ada, namun di luar negeri yaitu Amerika serikat Sindrom nefrotik
merupakan salah satu penyebab gagal ginjal kronik dan merupakan masalah
kesehatan yang utama dengan jumlah penderita mencapai 225 orang pertahun
(11,86 %), dari 2150 orang orang yang berobat kerumah sakit.
(www.compas.com).
International Study Kidney Disease in Children (ISKDC) melaporkan
76% sindroma nefrotik pada anak adalah kelainan minimal. Apabila penyakit
1
2
sindroma nefrotik ini timbul sebagai bagian dari penyakit sistemik dan
berhubungan dengan obat atau toksin maka disebut sindroma nefrotik
sekunder. Insiden sindroma nefrotik primer ini 2 kasus per tahun tiap 100.000
anak berumur kurang dari 16 tahun, dengan angka prevalensi kumulatif 16
tiap 100.000 anak kurang dari 14 tahun. Pada sindroma nefrotik kongenital
insiden yang terjadi sebanyak 25% anak menderita tanda klinis dari sindroma
nefrotik (Rudolph, 2006).
Pada anak dengan sindroma nefrotik akan menimbulkan banyak dampak.
Dampak ini bisa berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain (biologis,
psikologis, sosial dan spiritual). Dampak yang timbul terhadap diri sendiri
yaitu dampak biologis, terjadi pembesaran pada abdomen (asites). Dampak
psikologis yang timbul yaitu terjadi iritabilitas pada anak dan perubahan alam
perasaan (bingung, sedih dan mudah menangis). Sedangkan dampak sosial
yang muncul (hubungan dengan orang lain) adalah anak akan menutup diri
untuk bertemu dengan orang lain karena merasa malu dengan perubahan yang
terjadi pada tubuhnya. Riwayat spiritual biasanya diekspresikan melalui
agama tertentu yang dianutnya. Pasien dengan sindrom nefrotik dalam
beribadahnya tidak dapat melakukan seperti biasa dikarenakan keadaan fisik
yang lemah (Cecily Betz, 2009).
Dengan adanya insiden dampak serta permasalahan yang terjadi, maka
peran dan fungsi perawat sangat penting untuk mengatasi masalah tersebut
terutama dalam aspek promotif dengan memberikan pendidikan kesehatan
tentang upaya pencegahan penyakit sindroma nefrotik yaitu menyarankan
3
istirahat sampai edema tinggal sedikit. Dalam aspek preventif yaitu membatasi
asupan natrium secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan
menghindari makanan yang diasinkan. Dalam aspek kuratif tindakan yang bisa
dilakukan yaitu memantau edema sampai berkurang, bila edema tidak
berkurang, dapat digunakan diuretik, biasanya furosemid. Bila edema, dapat
digunakan hididroklortiazid. Selama pengobatan diuretik perlu dipantau
kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan
intravaskuler berat. Peran perawat juga penting dalam aspek kuratif yaitu
memberikan terapi sesuai dengan indikasi dokter dan dalam aspek rehabilitatif
yaitu melakukan perawatan selama di rumah sakit dan melibatkan orang tua
atau keluarga (Arif Mansjoer, 2000).
Berdasarkan dampak serta kejadian sindroma nefrotik yang terjadi pada
anak, maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan dengan
memaparkannya lewat Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Sindroma Nefrotik di RSUP Dr. M.Djamil
Padang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu
“Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan sindroma
nefrotik di Ruang Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang”.
4
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa
sindroma nefrotik di ruangan anak RSUP Dr. M.Djamil Padang.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada anak dengan sindroma nefrotik
di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang.
b. Mampu mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada anak dengan
sindroma nefrotik di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang.
c. Mampu membuat intervensi keperawatan secara menyeluruh pada
anak dengan sindroma nefrotik di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil
Padang.
d. Mampu melaksanaan rencana asuhan keperawatan pada anak dengan
sindroma nefrotik di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang.
e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan dengan sindroma nefrotik
di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan sindroma nefrotik di
Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan keterampilan
keperawatan serta dapat memperoleh pengalaman nyata dalam
5
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa sindroma
nefrotik di ruangan anak RSUP Dr. M.Djamil padang.
2. Bagi institusi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Sebagai bahan masukan dan informasi dalam pemberian dan pelaksanaan
asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa sindroma nefrotik di
ruangan anak RSUP Dr. M.Djamil Padang.
3. Bagi institusi RSUP Dr. M.Djamil Padang
Sebagai bahan informasi bagi perawat di rumah sakit dalam memberikan
asuhan keperawatan di ruangan anak RSUP Dr. M.Djamil padang.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Sindroma Nefrotik
Sindroma nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan
oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan
karakteristik: proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (Suryadi, 2001).
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh
kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap
protein plasma menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema. Hilangnya protein dari rongga vaskular
menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan peningkatan
tekanan hidrostatik yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan
dalam rongga interstisial dan rongga abdomen. (Cecily Betz, 2009).
2. Gambar Anatomi Ginjal
Gambar 2.1 : Anatomi Ginjal
Sumber : Syaifuddin, 2000)
6
7
a. Anatomi Ginjal
Struktur paling mendasar pada ginjal adalah nephrons. Masing-
masing ginjal memiliki satu juta struktur mikroskopis ini yang
berfungsi menyaring darah dan membuang limbah buangan.
Pembuluh darah arteri menyalurkan darah ke ginjal setiap hari, 180
liter atau 50 galon. Ketika darah memasuki ginjal, maka ia akan
disaring dan dikembalikan ke jantung melalui pembuluh darah vena.
Proses penyaringan dan pembuangan limbah dari cairan tubuh
disebut ekskresi. Tubuh mempunyai empat sistem organ yang
bertanggungjawab terhadap proses ekskresi ini. Sistem urinisasi adalah
salah satu sistem organ dalam ekskresi. Ia bertugas membuang limbah,
racun, hormon, garam, besi hidrogen, dan air yang tidak diperlukan
lagi di dalam tubuh.
Ginjal berbentuk seperti biji kacang ercis (kacang kapri), terdiri
dari 2 buah, berwarna merah tua. Panjang ginjal antara 10 - 15 cm,
beratnya sekitar 200 gram, terletak di dalam rongga perut bagian
belakang agak ke atas, sebelah kanan dan kiri ruas-ruas tulang
belakang
1) Bagian - Bagian Ginjal
Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis
yang terdiri dari jaringan fibrus. Ginjal tebagi menjadi 3 bagian :
a. Bagian luar ginjal (Korteks Renalis)
Korteks tersusun dari sel - sel ginjal atau nefron yang berjumlah
sekitar 1 juta sel. Di dalam korteks terdapat badan malphigi
8
yang terdiri atas Glomerulus dan Kapsula Bowman. Pada
lapisan ginjal ini terjadi proses filtrasi (penyaringan darah).
b. Bagian dalam (Medulla)
Medulla berbentuk kerucut, dan merupakan tempat
berkumpulnya pembuluh darah kapiler dari Kapsula Bowman.
Dalam medulla terjadi proses reabsorbsi dan augmentasi oleh
tubulus proksimal dan tubulus distal.
c. Rongga ginjal (Pelvis)
Tempat penampungan urin sementara yang keluar dari muara
pembuluh atau saluran pengumpul.
2) Fungsi Ginjal
1. Membuang racun dan produk buangan/ limbah dari darah.
Racun di dalam darah diantaranya urea dan uric acid. Jika
kandungan kedua racun ini terlalu berlebihan, akan
mengganggu metabolisme tubuh.
2. Menjaga kebersihan darah dengan meregulasi seluruh cairan
(air dan garam) di dalam tubuh
3. Meregulasi tekanan darah. Ginjal menghasilkan enzim renin
yang bertugas mengontrol tekanan darah dan keseimbangan
elektrolisis.
4. Mengatur keseimbangan pH darah.
5. Memproses vitamin D sehingga dapat distimulasi oleh tulang
9
6. Memproduksi hormon erythropoiethin yang bertugas
memproduksi sel darah merah di tulang.
b. Fisiologi Ginjal
Menurut Syaifuddin (2000) Fungsi ginjal yaitu mengeluarkan zat-
zat toksik atau racun, mempertahankan keseimbangan cairan,
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh, mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain
dalam tubuh, mengeluarkan sisa metabolisme hasil akhir sari protein
ureum, kreatinin dan amoniak.
Tiga tahap pembentukan urine :
1) Filtrasi glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada
glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya. Kapiler glomerulus
secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang
besar dan cukup permiabel terhadap air dan larutan yang lebih
kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen.
Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25%
dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima
dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus
ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus
(GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula
bowman disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan
tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula
10
bowman, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus
mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan
hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman serta tekanan osmotik
koloid darah.
2) Reabsorbsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu :
non elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua
adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang
sudah difiltrasi.
3) Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul
dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Substansi yang
secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium
serta ion-ion hidrogen.
Pada tubulus distal, transfor aktif natrium sistem carier yang
juga terlibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular.
Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari
cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam
cairan tubular. Jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi,
hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation
yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan
ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium).
11
3. Etiologi
Menurut Nelson 2000, sebab pasti sindroma nefrotik belum
diketahui. Umumnya dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu :
a. Sindroma nefrotik bawaan, diturunkan sebagai resesif autosom atau
karena reaksi feto maternal
b. Sindroma nefrotik sekunder, disebabkan oleh penyakit infeksi,
toksisitas obat glomerulonefritis akut dan kronis, infeksi bakteri
sistemik, trombosis vena renalis, terpajan bahan kimia dan penyakit
vaskular
c. Sindoma nefrotik idiopatik, disebabkan oleh imunitas, obat-obat
imunosupresif dan fungsi limfosit yang berasal dari timus
4. Klasifikasi
Menurut Rudolph (2006) klasifikasi sindroma nefrotik yaitu sebagai
berikut:
a. Sindroma nefrotik perubahan minimal
Sindroma nefrotik perubahan minimal yaitu permeabilitas kapiler
glomerulus terhadap albumin meningkat dan peningkatan pada beban
hasil filtrasi akan melebihi kemampuan sederhana tubulus untuk
menyerap protein kembali, permeabilitas berubah secara selektif untuk
meningkatkan pengangkutan partikel yang bermuatan anion seperti
albumin di kapiler.
12
b. Sindroma nefrotik glomerulosklerosis segmental fokal
Sindroma nefrotik glomerulosklerosis segmental fokal menggambarkan
lesi yang sejumlah glomerulusnya terkena sklerosis segmental (satu
lobulus atau bagian didalam glomerulus), dengan glomerulus sisa yang
normal.
c. Sindroma nefrotik kongenital
Sindroma nefrotik kongenital mempunyai mode pewarisan resesif
autosom dan mungkin mempresentasikan suatu defek dasar pada
struktur kimia membran basalis. Gambaran histologik yang paling
mencolok adalah terjadinya dilatasi kistik nyata pada tubulus
(kebanyakan proksimal dan kortikal) disertai dengan perubahan
interstisium.
5. Patofisiologi
Patofisiologi menurut Nelson (2000) adalah:
Kelainan patogenetik yang mendasari nefrosis adalah proteinuria,
akibat dari kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus.
Mekanisme dari kenaikan permeabilitas ini belum diketahui tetapi terkait
dengan hilangnya muatan negatif glikoprotein dalam dinding kapiler.
Pada status nefrosis, protein yang hilang biasanya melebihi 2 g/24 jam
dan terutama terdiri dari albumin, hipoproteinemianya pada dasarnya
adalah hipoalbuminemia. Umumnya, edema muncul bila kadar albumin
serum turun dibawah 2,5 g/dl (25 g/L).
13
Mekanisme pembentukan edema pada nefrosis kemungkinannya
adalah bahwa edema didahului oleh timbulnya hipoalbuminemia akibat
hilangnya protein urine. Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan
tekanan onkototik plasma yang memungkinkan transudasi cairan dari
ruang intravaskular ke ruang interstisial. Penurunan volume intravaskular
menurunkan tekanan perfusi ginjal dan mengaktifkan sistem renin-
angiotensin aldosteron, yang merangsang reabsorbsi natrium di tubulus
distal. Penurunan volume intravaskular merangsang pelepasan hormon
antidiuretik yang mempertinggi reabsorbsi air dalam duktus kolektivus.
Karena tekanan onkotik plasma berkurang, natrium dan air yang telah
direabsorbsi masuk ke ruang interstisial dan memperberat edema. Pada
status nefrosis, hampir semua kadar lemak (kolesterol, trigeserida) dan
lipoprotein serum meningkat.
14
6. WOC
Sumber : Nelson (2000)
14
15
7. Tanda dan Gejala
Menurut Cecily Betz (2006) tanda dan gejala sindrpma nefrotik adalah :
a. Penurunan haluaran urine dengan urine berwarna gelap dan berbusa
b. Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genital
dan akstremitas)
c. Distensi abdomen karena edema dan terjadi edema usus yang
mengakibatkan kesulitan bernapas, nyeri abdomen, anoreksia dan diare
d. Sianosis
e. Keletihan dan intoleransi aktivitas
8. Komplikasi
Menurut Cecily Betz 2000, komplikasi sindroma nefrotik adalah:
a. Penurunan volume inta vaskular (syok hipovolemik)
b. Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosis vena)
c. Gangguan pernapasan
d. Kerusakan kulit
e. Infeksi
f. Efek samping terapi steroid
g. Gagal tumbuh dan keletihan otot
9. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Cecily Betz (2006), pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan pada pasien sindroma nefrotik adalah sebagai berikut :
a. Uji Laboratorium
a) Uji Urine
16
1) Urinalisa
a) Proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2 g/m²/hari)
b) Bentuk hialin dan granular
c) hematuria
2) Uji dipstick urine : hasil positif untuk protein dan darah
3) Berat jenis urine : meningkat palsu karena proteinuria
4) Osmolalitas urine : meningkat
b) Uji darah
1) Kadar albumin serum : menurun (kurang dari 2 g/dl
2) Kadar kolesterol serum : meningkat (dapat mencapai 450 sampai
1000 mg/dl)
3) Kadar trigliserid serum : meningkat
4) Kadar hemoglobin dan hematokrit : meningkat (hemokonsen-
trasi)
5) Hitung trombosit: meningkat (mencapai 500.000 sampai
1.000.000/µl
6) Kadar elektrolit serum: bervariasi sesuai dengan keadaan
penyakit perorangan
b. Uji Diagnostik
Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin) mengindikasikan status
glomerular, jenis sindrom nefrotik, respon terhadap penatalaksanaan
medis dan perjalanan penyakit. Evaluasi mikroskopik menunjukkan
tampilan membran basalis yang abnormal.
17
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terdiri atas terapi spesifik (glukokortikoid) dan
suportif (diet, diuretik, obat anti hipertensi).
a. Terapi spesifik (glukokortikoid)
Terapi glukokortikoid (steroid) telah merubah morbiditas serta
mortalitas sindroma ini sehingga membuatnya hampir spesifik. Dosis
prednison yang lazim diberikan adalah 2mg/kg/hari dibagi menjadi tiga
atau empat dosis dan diberikan setiap hari selama empat minggu. Dosis
ini kemudian dikurangi sampai 1,5mg/kg/hari yang diberikan sebagai
dosis tunggal setiap pagi selang sehari selama sekurang-kurangnya
empat minggu (Nelson, 2000).
b. Terapi suportif
a) Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Bila edema tidak berkurang
dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik yaitu
furosemid 1mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema dan
respon pengobatan.
b) Batasi asupan natrium
c) Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena
d) Mempertahankan keseimbangan elektrolit
e) Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang
berhubungan dengan edema dan terapi invasif.
f) Pemberian antibiotik (penisilin oral profilatik)
g) Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin)
18
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien
dengan menggunakan metode ilmiah dengan pendekatan proses
keperawatan tanpa mengabaikan bio, psiko, kultur, dan kultur sebagai
kesatuan yang utuh dan adapun asuhan keperawatan yang digunakan yaitu
melalui tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi (Doengoes, E. Marilynn, et.al, 2000)
1) Identitas Klien
Di dalam identitas ada nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, tgl masuk, NO. RM, Diagnosa medic, Rencana
terapi.
2) Identitas Orang tua/ Penanggung jawab
Nama, Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan, Pekerjaan/ sumber
penghasilan, Agama, Alamat, Hubungan dengan klien.
3) Keluhan Utama/ Alasan Masuk Rumah Sakit
4) Keluhan utama klien Sindroma Nefrotik biasanya mengalami edema
atau sembab pada daerah mata, dada, perut, tungkai, dan genitalia.
5) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran (khusus untuk anak usia 0 – 5
tahun)
19
1) Prenatal care
Biasanya selama hamil tidak ada keluhan dan penyakit yang
diderita klien.
2) Natal
Biasanya bayi dilahirkan secara spontan dan aterm/ cukup
bulan
3) Post natal
Biasanya setelah kelahiran bayi tidak mengalami gangguan
apapun.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien pernah mengalami peningkatan berat badan
melebihi batas normal
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengalami pembesaran abdomen, wajah sembab,
sionasis, terjadi penambahan berat badan
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Biasanya ada anggota keluarga menderita penyakit keturunan
seperti penyakit jantung, hipertensi dan DM
6) Riwayat Imunisasi
Biasanya anak dengan sindroma nefrotik mendapatkan imunisasi
lengkap dan imunisasi tidak lengkap
a. Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio 1
b. Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
20
c. Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
d. Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
e. Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak
7) Riwayat Tumbuh Kembang
Pertumbuhan adalah perubahan secara psikologis sebagai hasil
dari kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal
pada anak sehat dalam waktu tertentu. Contohnya bertambah tinggi.
Sedangkan perkembangan adalah proses kematangan fungsi-fungsi
non fisik. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009)
Biasanya pertumbuhan dan perkembang anak dengan sindroma
nefrotik terganggu karena distensi abdomen,anoreksia dan diare.
Perkembangan bayi 3 – 6 bulan:
(1) Menegakkan kepala pada saat telungkup (MK)
(2) Meraih benda yang terjangau (MI)
(3) Menengok ke arah sumber suara (BBK).
(4) Mencari benda yang dipindahkan (BM).
Perkembangan bayi 6 – 9 bulan:
(1) Ketika didudukkan dapat bertahan dengan kepala tegak (MK).
(2) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain (MH).
(3) Tertawa/berteriak melihat benda menarik (BBK).
(4) Makan biskuit tanpa dibantu (BM)
1) Tahap pertumbuhan dan perkembangan anak usia pra sekolah.
a) Bayi baru lahir – 1 tahun.
Perkembangan bayi 0-3 bulan:
21
(1) Dapat menggerakkan kedua lengan dan kaki sama
mudahnya (motorik kasar = MK).
(2) Bereaksi dengan melihat ke arah sumber cahaya (Motorik
Halus = MH).
(3) Mengoceh dan bereaksi terhadap suara (Bicara, Bahasa,
Kecerdasan = BBK).
(4) Bereaksi terhadap senyum terhadap ajakan (Bergaul dan
mandiri = BM).
Perkembangan bayi 3 – 6 bulan:
(1) Menegakkan kepala pada saat telungkup (MK)
(2) Meraih benda yang terjangkau (MH)
(3) Menengok ke arah sumber suara (BBK).
(4) Mencari benda yang dipindahkan (BM).
Perkembangan bayi 6 – 9 bulan:
(1) Ketika didudukkan dapat bertahan dengan kepala tegak
(MK).
(2) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
(MH).
(3) Tertawa/berteriak melihat benda menarik (BBK).
(4) Makan biskuit tanpa dibantu (BM).
Perkembangan bayi 9 – 12 bulan:
(1) Berjalan dengan berpegangan (MK).
(2) Dapat meraup benda-benda kecil (MH).
22
(3) Mengatakan 2 suku kata yang sama (BBK).
(4) Bereaksi terhadap permainan cilukba (BM).
a. Motorik kasar
1) Loncat tali
2) Badminton
3) Memukul
4) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan
berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan
keleluasaan.
b. Motorik halus
1) Menunjukkan keseimbangan dan koordinasi mata dan
tangan
2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat
model dan bermain alat musik.
c. Kognitif
1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam
pemecahan masalah
3) Dapat mengembalikan cara kerja dan melacak urutan
kejadian kembali sejak awal
4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang
akan datang
23
d. Bahasa
1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata
sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan
3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
8) Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
Biasanya saat diberikan ASI 2 jam setelah bayi lahir.
b. Pemberian susu formula
Biasanya anak diberi susu formula jika ASI kurang.
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Biasanya ASI eksklusif selama 6 bulan dan makanan tambahan
lewat dari 6 bulan.
9) Riwayat Psikososial
Biasanya pasien mengalami ansietas, ketakutan, perasaan tak berdaya
dan depresi.
10) Riwayat Spritual
Biasanya anak-anak belum terlalu mengerti tentang kepercayaan yang
dianut. Anak-anak hanya mengikuti dari orang tua.
11) Reaksi Hospitalisasi
Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit.
a) Mengapa ibu membawanya ke RS
b) Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap
rasa nyeri
24
c) Selalu ingin tahu alasan tindakan
d) Berusaha independen dan produktif
Reaksi orang tua
1) Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur,
pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan
2) Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan
pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit
12) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
a) Tingkat kesadaran : Compos Metis
b) Berat badan : Meningkat karena retensi cairan dan edema berat.
c) Tinggi badan :tidak sesuai dengan berat badan
b. Tanda-Tanda Vital
c. Kepala
a) Rambut : Rambut anak dengan syndrome nefrotik
biasanya tidak rontok
b) Wajah : Wajah anak dengan syndrome nefrotik biasanya
tampak moonface (edema facialis)
c) Mata : Mata anak dengan syndrome nefrotik biasanya
terdapat edema disekitar mata
d) Hidung : Hidung anak dengan syndrome nefrotik
biasanya anak mengalami kesulitan bernapas
e) Bibir : Bibir anak dengan syndrome nefrotik biasanya
Sianosis
25
f) Gigi : Tidak ada caries
g) Lidah : Lidah anak dengan syndrome nefrotik biasanya
lidah tidak tampak pucat
d. Leher
Tidak ada pembesaran vena jugularis dan JVP
e. Dada / Thorax
a) Inspeksi : Thorax simetris
b) Palpasi : Fremitus paru kiri dan kanan sama
c) Perkusi : Terdengar sonor
d) Auskultasi : Suara napas terdengar vesikuler
f. Jantung
a) Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
b) Palpasi : Ictus cordis teraba
c) Perkusi : Terdengar bunyi sonor
d) Auskultasi : Irama jantung teratur
g. Perut / Abdomen
a) Inspeksi : Terjadi pembesaran abdomen
b) Auskultasi : Bising usus (+)
c) Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar
d) Perkusi : Tidak ada bunyi pekak / redup
h. Genitourinaria
Terjadi edema pada genitalia
26
i. Ekstremitas
Terjadi edema pada seluruh tubuh sehingga terjadi intoleransi
aktivitas
j. Sistem Integumen
Klien berisiko tinggi mengalami kerusakan integritas kulit
k. Sistem Neurologi
Klien dengan sindroma nefrotik mengalami letargi
13) Data Pola Kebiasaan sehari-Hari
1. Nutrisi
Makanan : Klien mengalami gangguan makan karena distensi
abdomen
Minuman : Klien sedikit minum karena terjadi retensi cairan
dengan edema berat
2. Eliminasi
a) Miksi : Terjadi penurunan haluaran urin
b) Defekasi : Frekuensi tidak ada masalah
3. Istirahat dan Tidur
Klien mengalami gangguan pola tidur dikarenakan kecemasan
terhadap penyakitnya.
4. Aktivitas Sehari-Hari dan Perawatan Diri
Klien mengalami intoleransi aktivitas. Klien mampu menjaga
kebersihan diri.
27
5. Data Sosial Ekonomi
Biasanya klien yang mengalami sindroma nefrotik berasal dari
kalangan ekonomi menengah kebawah dan kalangan menengah
keatas. Penyakit sindroma nefrotik ini tidak dikarenakan makanan
yang dikonsumsi mengandung zat gizi yang sesuai dengan tumbuh
kembang anak.
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Menurut Ismail (2012) diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis
tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap proses
kehidupan atau masalah kesehatan aktual atau resiko dan kemungkinan
membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.
Adapun diagnosa yang muncul pada pasien dengan sindroma
nefrotik menurut (Wong, 2003) adalah :
a. Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan akumulasi cairan
dalam jaringan
b. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema,
penurunan pertahanan tubuh
c. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kehilangan nafsu makan
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
28
3. Intervensi
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan
aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan
dan mencegah masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut
perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa
keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi
dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.
a. Diagnosa No.1
Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan akumulasi cairan
dalam jaringan (Wong, 2003)
Tujuan : Balance cairan terpenuhi
Kriteria Hasil : Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda akumulasi cairan
Rencana Tindakan :
a) Atur masukan dan pengeluaran cairan dengan cermat sehingga anak
tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang ditentukan
Rasional : Pengaturan masukan cairan yang cermat dapat mengetahui
keseimbangan cairan
b) Rencanakan pemenuhan kebutuhan cairan secara adekuat
Rasional : Membantu menghindari periode tanpa cairan
c) Catat asupan dan haluaran secara adekuat
Rasional : Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan
penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan
29
d) Timbang berat badan tiap hari
Rasional : Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan status
cairan terbaik. Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/hari diduga
ada retensi cairan
e) Auskultasi paru dan bunyi jantung
Rasional : Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema paru dan GJK
dibuktikan oleh terjadinya bunyi napas tambahan dan bunyi jantung
ekstra
f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi diuretik,
disuntik didalam tubuh (furosemid) sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan volume urine adekuat
b. Diagnosa No.2
Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema,
penurunan pertahanan tubuh
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan integritas kulit
Kriteria Hasil : Kulit anak tidak menunjukkan kemerahan atau iritasi
Rencana Tindakan :
a) Pantau intake dan output selama 24 jam
Rasional : Pengaturan masukan cairan yang cermat dapat mengetahui
balance cairan
b) Berikan lotion untuk perawatan kulit
Rasional : Untuk menjaga kelembaban kulit agar kulit tidak kering
c) Hindari pakaian yang ketat
30
Rasional : Pakaian yang ketat dapat menyebabkan area tubuh tertekan
sehingga dapat mengurangi integritas kulit
d) Ubah posisi dengan sering
Rasional : Memperbaiki sirkulasi yang mengganggu aliran darah
e) Gunakan tempat tidur atau matras penurun tekanan sesuai kebutuhan
untuk mencegah ulkus
Rasional : menurunkan tekanan pada kulit, dapat memperbaiki
sirkulasi
f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat topikal
Rasional : Obat topikal dapat mengurangi kerusakan pada kulit
c. Diagnosa No.3
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kehilangan nafsu makan
Tujuan : Pasien mendapatkan nutrisi yang optimal (adekuat)
Kriteria Hasil :
a) Pasien mengkonsumsi jumlah makanan bernutrisi yang adekuat
b) Mempertahankan / meningkatkan berat badan sesuai dengan umur
c) Bebas edema
Rencana Tindakan :
a. Kaji / catat pemasukan diet
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi dan kebutuhan diet
b. Batasi natrium, kalium dan pemasukan fospat sesuai indikasi
Rasional : pembatasan elektrolit diperlukan untuk mencegah
kerusakan ginjal lebih lanjut
31
c. Berikan perawatan mulut dengan larutan cairan asam asetat 25%
Rasional: perawatan mulut menyejukkan dan membantu
menyegarkan rasa mulut yang sering tidak nyaman pada uremia dan
membatasi pemasukan oral. Pencucian dengan asam asetat membantu
menetralkan amonia yang dibentuk oleh perubahan urea
d. Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering
Rasional : meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan
status uremik / menurunnya peristaltik
e. Awasi pemeriksaan laboratorium (BUN, albumin serum, transferin,
natrium dan kalium)
Rasional : Indikator kebutuhan nutrisi, pembatasan dan kebutuhan /
efektivitas terapi
d. Diagnosa No.4
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
Tujuan : Anak mampu menunjukan peningkatan kepercayaan diri
Kriteria Hasil :
a) Anak mendiskusikan perasaannya kepada orang tua
b) Anak mengikuti aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya
Rencana Tindakan :
a) Bina hubungan terapeutik antara perawat dengan klien
Rasional : Dengan hubungan terapeutik yang baik dapat membantu
pasien untuk mulai mempercayai, mencoba pemikiran dan perilaku
baru
32
b) Biarkan pasien menggambarkan dirinya sendiri
Rasional : Memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi pasien
tentang diri / gambaran diri dan kenyataan situasi individu
c) Beri respon terhadap kenyataan bila pasien membuat pernyataan tak
realistis
Rasional : Pasien menuangkan aspek situasi psikologis sendiri dan
sering menyatakan rasa ketidakadekuatan dan depresi
d) Bantu pasien membuat tujuan untuk diri sendiri dan membuat
rencana yang dapat diatur untuk mencapai tujuan tersebut
Rasional : Pasien perlu untuk mengenal kemampuan mengontrol area
lain dalam hidup dan perlu untuk belajar keterampilan pemecahan
masalah untuk meningkatkan kontrol ini. Penyusunan tujuan nyata
membantu mengembangkan kesuksesan
e) Libatkan klien dalam program pengembangan kepribadian (terapi
bermain)
Rasional : Belajar metode peningkatan keterampilan diri dapat
meningkatkan harga diri / gambaran diri.
f) Konsultasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit rendah garam
Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi sesuai dengan usia, berat badan, ukuran tubuh,
keadaan penyakit
g) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian lasix
Rasional : Lasix berfungsi untuk menarik cairan dari tubuh sehingga
meminimalkan edema
33
e. Diagnosa No.5
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
Tujuan : Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi
kebutuhan perawatan diri sendiri
Kriteria Hasil : Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat
diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Rencana Tindakan :
a) Periksa tanda-tanda vital sebelum dan setelah melakukan aktivitas
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena
efek obat, perpindahan cairan atau pengaruh fungsi jantung
b) Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,
disritmia, dispnea, berkeringat dan pucat
Rasional: Penurunan/ ketidakmampuan miokardium untuk
meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat
menyebabkan peningkatan segera pada frekurnsi jantung dan
kebutuhan oksigen, juga kelelahan dan kelemahan
c) Kaji presipitator / penyebab kelemahan contohnya pengobatan
Rasional : Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta
bloker)
d) Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung
daripada kelebihan aktivitas
e) Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.
Selingi periode aktivitas dengan periode istirahat
34
Rasional: pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa
mempengaruhi stress miokard / kebutuhan oksigen berlebihan.
f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi bermain pada anak
yang dapat meminimalkan cedera pada anak
Rasional : Aktivitas ringan dapat mengurangi jumlah energi yang
keluar sehingga anak tidak lebih aktif
(Doenges Marilynn, 2000)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap pelaksanaan terhadap
rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat
bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan
interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan
fisik dan psikologis.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerusdengan
melibatkanpasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi keperawatan ini adalah untuk menilai apakah
tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan
melakukan pengkajian ulang.

More Related Content

What's hot (20)

Askep anak kejang demam
Askep anak kejang demamAskep anak kejang demam
Askep anak kejang demam
 
DHF pada Anak
DHF pada AnakDHF pada Anak
DHF pada Anak
 
Sp rpk
Sp rpkSp rpk
Sp rpk
 
Askep kolik renal
Askep kolik renalAskep kolik renal
Askep kolik renal
 
Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vital
 
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetanJawaban mtbs puskesmas prambon wetan
Jawaban mtbs puskesmas prambon wetan
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Huknah tinggi & rendah
Huknah tinggi & rendahHuknah tinggi & rendah
Huknah tinggi & rendah
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
Analisa data
Analisa data Analisa data
Analisa data
 
Gagal ginjal-akut
Gagal ginjal-akutGagal ginjal-akut
Gagal ginjal-akut
 
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Tipe keluarga
Tipe keluargaTipe keluarga
Tipe keluarga
 
Asuhan Keperawatan Demam Thypoid
Asuhan Keperawatan Demam ThypoidAsuhan Keperawatan Demam Thypoid
Asuhan Keperawatan Demam Thypoid
 
Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akutGagal ginjal akut
Gagal ginjal akut
 
Askep hepatitis akper
Askep hepatitis akperAskep hepatitis akper
Askep hepatitis akper
 
Demam reumatik
Demam reumatikDemam reumatik
Demam reumatik
 
Askep campak
Askep campak Askep campak
Askep campak
 
Macam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikanMacam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikan
 

Viewers also liked

Reactivation
ReactivationReactivation
ReactivationRaj Ghosh
 
Voor de goeie vrienden
Voor de goeie vriendenVoor de goeie vrienden
Voor de goeie vriendenWilly Troch
 
Indulekha ayurvedic skin care products
Indulekha ayurvedic skin care productsIndulekha ayurvedic skin care products
Indulekha ayurvedic skin care productsswetharajeev
 
ИТ-инструменты поддержки реализации программ бережливого производства
ИТ-инструменты поддержки реализации программ бережливого производстваИТ-инструменты поддержки реализации программ бережливого производства
ИТ-инструменты поддержки реализации программ бережливого производстваgk-it-consult
 
Innovative lesson plan
Innovative lesson planInnovative lesson plan
Innovative lesson planBenson Abraham
 
Indulekha Coconut Milk Shampoo for a Perfect Hair
Indulekha Coconut Milk Shampoo for a Perfect Hair Indulekha Coconut Milk Shampoo for a Perfect Hair
Indulekha Coconut Milk Shampoo for a Perfect Hair swetharajeev
 
De les van de vlinder
De les van de vlinderDe les van de vlinder
De les van de vlinderWilly Troch
 
Indulekha care the real goodness of ayurveda
Indulekha care the real goodness of ayurvedaIndulekha care the real goodness of ayurveda
Indulekha care the real goodness of ayurvedaswetharajeev
 
Indulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin Solutions
Indulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin SolutionsIndulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin Solutions
Indulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin Solutionsswetharajeev
 
Career plan a vs b 1
Career plan a vs b 1Career plan a vs b 1
Career plan a vs b 1sdobb
 
Guia inclusion digital
Guia inclusion digitalGuia inclusion digital
Guia inclusion digitalIsaura Vega
 

Viewers also liked (19)

Reactivation
ReactivationReactivation
Reactivation
 
Voor de goeie vrienden
Voor de goeie vriendenVoor de goeie vrienden
Voor de goeie vrienden
 
Zonsondergangen
ZonsondergangenZonsondergangen
Zonsondergangen
 
Indulekha ayurvedic skin care products
Indulekha ayurvedic skin care productsIndulekha ayurvedic skin care products
Indulekha ayurvedic skin care products
 
ИТ-инструменты поддержки реализации программ бережливого производства
ИТ-инструменты поддержки реализации программ бережливого производстваИТ-инструменты поддержки реализации программ бережливого производства
ИТ-инструменты поддержки реализации программ бережливого производства
 
Mindoromusic 131111083814-phpapp02
Mindoromusic 131111083814-phpapp02Mindoromusic 131111083814-phpapp02
Mindoromusic 131111083814-phpapp02
 
Innovative lesson plan
Innovative lesson planInnovative lesson plan
Innovative lesson plan
 
Indulekha Coconut Milk Shampoo for a Perfect Hair
Indulekha Coconut Milk Shampoo for a Perfect Hair Indulekha Coconut Milk Shampoo for a Perfect Hair
Indulekha Coconut Milk Shampoo for a Perfect Hair
 
Portfolio
PortfolioPortfolio
Portfolio
 
De les van de vlinder
De les van de vlinderDe les van de vlinder
De les van de vlinder
 
Indulekha care the real goodness of ayurveda
Indulekha care the real goodness of ayurvedaIndulekha care the real goodness of ayurveda
Indulekha care the real goodness of ayurveda
 
Indulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin Solutions
Indulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin SolutionsIndulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin Solutions
Indulekha Skin Care Products, Ayurvedic Skin Solutions
 
Career plan a vs b 1
Career plan a vs b 1Career plan a vs b 1
Career plan a vs b 1
 
carbohydrate
carbohydratecarbohydrate
carbohydrate
 
Kerstwens
KerstwensKerstwens
Kerstwens
 
Guia inclusion digital
Guia inclusion digitalGuia inclusion digital
Guia inclusion digital
 
Politici ldr 1
Politici ldr 1Politici ldr 1
Politici ldr 1
 
Hoy
HoyHoy
Hoy
 
The last post
The last postThe last post
The last post
 

Similar to Bab i nefrotik

Similar to Bab i nefrotik (20)

etika
etikaetika
etika
 
CKD-on-HD.docx
CKD-on-HD.docxCKD-on-HD.docx
CKD-on-HD.docx
 
LP CHOLELIALITIASIS.doc
LP CHOLELIALITIASIS.docLP CHOLELIALITIASIS.doc
LP CHOLELIALITIASIS.doc
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasi
 
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urineasuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
 
NAQIA FEBRIANI (3).docx
NAQIA FEBRIANI (3).docxNAQIA FEBRIANI (3).docx
NAQIA FEBRIANI (3).docx
 
kelompok 5.pptx
kelompok 5.pptxkelompok 5.pptx
kelompok 5.pptx
 
Askep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotikAskep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotik
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan dispepsia
Asuhan keperawatan dispepsiaAsuhan keperawatan dispepsia
Asuhan keperawatan dispepsia
 
Fisiologi Ginjal dan saluran kemih.pptx
Fisiologi Ginjal dan saluran kemih.pptxFisiologi Ginjal dan saluran kemih.pptx
Fisiologi Ginjal dan saluran kemih.pptx
 

More from Yan Eshad

Format pengkajian dan kata pengantar selesai
Format pengkajian dan kata pengantar selesaiFormat pengkajian dan kata pengantar selesai
Format pengkajian dan kata pengantar selesaiYan Eshad
 
(Eft)emotional freedom technique cici
(Eft)emotional  freedom technique cici(Eft)emotional  freedom technique cici
(Eft)emotional freedom technique ciciYan Eshad
 
Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)
Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)
Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)Yan Eshad
 
Daftar pustaka baru lusia
Daftar pustaka baru lusiaDaftar pustaka baru lusia
Daftar pustaka baru lusiaYan Eshad
 
Arthritis gout leaflet indah
Arthritis gout leaflet indahArthritis gout leaflet indah
Arthritis gout leaflet indahYan Eshad
 
Bioarang ries
Bioarang riesBioarang ries
Bioarang riesYan Eshad
 

More from Yan Eshad (8)

Format pengkajian dan kata pengantar selesai
Format pengkajian dan kata pengantar selesaiFormat pengkajian dan kata pengantar selesai
Format pengkajian dan kata pengantar selesai
 
(Eft)emotional freedom technique cici
(Eft)emotional  freedom technique cici(Eft)emotional  freedom technique cici
(Eft)emotional freedom technique cici
 
2 bab ii
2 bab ii2 bab ii
2 bab ii
 
Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)
Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)
Jobsheet analisis gizi dalam pengolahan (tugas mami)
 
Daftar pustaka baru lusia
Daftar pustaka baru lusiaDaftar pustaka baru lusia
Daftar pustaka baru lusia
 
Arthritis gout leaflet indah
Arthritis gout leaflet indahArthritis gout leaflet indah
Arthritis gout leaflet indah
 
Egalk
EgalkEgalk
Egalk
 
Bioarang ries
Bioarang riesBioarang ries
Bioarang ries
 

Bab i nefrotik

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik: proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Suryadi, 2001). Sindroma nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema. Hilangnya protein dari rongga vaskular menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan peningkatan tekanan hidrostatik yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan dalam rongga interstisial dan rongga abdomen. (Cecily Betz, 2009). Dari data studi dan epidemiologis tentang Sindrom nefrotik di Indonesia belum ada, namun di luar negeri yaitu Amerika serikat Sindrom nefrotik merupakan salah satu penyebab gagal ginjal kronik dan merupakan masalah kesehatan yang utama dengan jumlah penderita mencapai 225 orang pertahun (11,86 %), dari 2150 orang orang yang berobat kerumah sakit. (www.compas.com). International Study Kidney Disease in Children (ISKDC) melaporkan 76% sindroma nefrotik pada anak adalah kelainan minimal. Apabila penyakit 1
  • 2. 2 sindroma nefrotik ini timbul sebagai bagian dari penyakit sistemik dan berhubungan dengan obat atau toksin maka disebut sindroma nefrotik sekunder. Insiden sindroma nefrotik primer ini 2 kasus per tahun tiap 100.000 anak berumur kurang dari 16 tahun, dengan angka prevalensi kumulatif 16 tiap 100.000 anak kurang dari 14 tahun. Pada sindroma nefrotik kongenital insiden yang terjadi sebanyak 25% anak menderita tanda klinis dari sindroma nefrotik (Rudolph, 2006). Pada anak dengan sindroma nefrotik akan menimbulkan banyak dampak. Dampak ini bisa berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain (biologis, psikologis, sosial dan spiritual). Dampak yang timbul terhadap diri sendiri yaitu dampak biologis, terjadi pembesaran pada abdomen (asites). Dampak psikologis yang timbul yaitu terjadi iritabilitas pada anak dan perubahan alam perasaan (bingung, sedih dan mudah menangis). Sedangkan dampak sosial yang muncul (hubungan dengan orang lain) adalah anak akan menutup diri untuk bertemu dengan orang lain karena merasa malu dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Riwayat spiritual biasanya diekspresikan melalui agama tertentu yang dianutnya. Pasien dengan sindrom nefrotik dalam beribadahnya tidak dapat melakukan seperti biasa dikarenakan keadaan fisik yang lemah (Cecily Betz, 2009). Dengan adanya insiden dampak serta permasalahan yang terjadi, maka peran dan fungsi perawat sangat penting untuk mengatasi masalah tersebut terutama dalam aspek promotif dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang upaya pencegahan penyakit sindroma nefrotik yaitu menyarankan
  • 3. 3 istirahat sampai edema tinggal sedikit. Dalam aspek preventif yaitu membatasi asupan natrium secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan menghindari makanan yang diasinkan. Dalam aspek kuratif tindakan yang bisa dilakukan yaitu memantau edema sampai berkurang, bila edema tidak berkurang, dapat digunakan diuretik, biasanya furosemid. Bila edema, dapat digunakan hididroklortiazid. Selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat. Peran perawat juga penting dalam aspek kuratif yaitu memberikan terapi sesuai dengan indikasi dokter dan dalam aspek rehabilitatif yaitu melakukan perawatan selama di rumah sakit dan melibatkan orang tua atau keluarga (Arif Mansjoer, 2000). Berdasarkan dampak serta kejadian sindroma nefrotik yang terjadi pada anak, maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan dengan memaparkannya lewat Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Sindroma Nefrotik di RSUP Dr. M.Djamil Padang”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan sindroma nefrotik di Ruang Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang”.
  • 4. 4 C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan umum Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa sindroma nefrotik di ruangan anak RSUP Dr. M.Djamil Padang. 2. Tujuan khusus a. Mampu melaksanakan pengkajian pada anak dengan sindroma nefrotik di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang. b. Mampu mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada anak dengan sindroma nefrotik di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang. c. Mampu membuat intervensi keperawatan secara menyeluruh pada anak dengan sindroma nefrotik di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang. d. Mampu melaksanaan rencana asuhan keperawatan pada anak dengan sindroma nefrotik di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang. e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan dengan sindroma nefrotik di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang. f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan sindroma nefrotik di Ruangan Anak RSUP Dr. M.Djamil Padang. D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi penulis Untuk menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan keterampilan keperawatan serta dapat memperoleh pengalaman nyata dalam
  • 5. 5 memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa sindroma nefrotik di ruangan anak RSUP Dr. M.Djamil padang. 2. Bagi institusi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang Sebagai bahan masukan dan informasi dalam pemberian dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa sindroma nefrotik di ruangan anak RSUP Dr. M.Djamil Padang. 3. Bagi institusi RSUP Dr. M.Djamil Padang Sebagai bahan informasi bagi perawat di rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan di ruangan anak RSUP Dr. M.Djamil padang.
  • 6. 6 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar 1. Pengertian Sindroma Nefrotik Sindroma nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik: proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Suryadi, 2001). Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema. Hilangnya protein dari rongga vaskular menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan peningkatan tekanan hidrostatik yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan dalam rongga interstisial dan rongga abdomen. (Cecily Betz, 2009). 2. Gambar Anatomi Ginjal Gambar 2.1 : Anatomi Ginjal Sumber : Syaifuddin, 2000) 6
  • 7. 7 a. Anatomi Ginjal Struktur paling mendasar pada ginjal adalah nephrons. Masing- masing ginjal memiliki satu juta struktur mikroskopis ini yang berfungsi menyaring darah dan membuang limbah buangan. Pembuluh darah arteri menyalurkan darah ke ginjal setiap hari, 180 liter atau 50 galon. Ketika darah memasuki ginjal, maka ia akan disaring dan dikembalikan ke jantung melalui pembuluh darah vena. Proses penyaringan dan pembuangan limbah dari cairan tubuh disebut ekskresi. Tubuh mempunyai empat sistem organ yang bertanggungjawab terhadap proses ekskresi ini. Sistem urinisasi adalah salah satu sistem organ dalam ekskresi. Ia bertugas membuang limbah, racun, hormon, garam, besi hidrogen, dan air yang tidak diperlukan lagi di dalam tubuh. Ginjal berbentuk seperti biji kacang ercis (kacang kapri), terdiri dari 2 buah, berwarna merah tua. Panjang ginjal antara 10 - 15 cm, beratnya sekitar 200 gram, terletak di dalam rongga perut bagian belakang agak ke atas, sebelah kanan dan kiri ruas-ruas tulang belakang 1) Bagian - Bagian Ginjal Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus. Ginjal tebagi menjadi 3 bagian : a. Bagian luar ginjal (Korteks Renalis) Korteks tersusun dari sel - sel ginjal atau nefron yang berjumlah sekitar 1 juta sel. Di dalam korteks terdapat badan malphigi
  • 8. 8 yang terdiri atas Glomerulus dan Kapsula Bowman. Pada lapisan ginjal ini terjadi proses filtrasi (penyaringan darah). b. Bagian dalam (Medulla) Medulla berbentuk kerucut, dan merupakan tempat berkumpulnya pembuluh darah kapiler dari Kapsula Bowman. Dalam medulla terjadi proses reabsorbsi dan augmentasi oleh tubulus proksimal dan tubulus distal. c. Rongga ginjal (Pelvis) Tempat penampungan urin sementara yang keluar dari muara pembuluh atau saluran pengumpul. 2) Fungsi Ginjal 1. Membuang racun dan produk buangan/ limbah dari darah. Racun di dalam darah diantaranya urea dan uric acid. Jika kandungan kedua racun ini terlalu berlebihan, akan mengganggu metabolisme tubuh. 2. Menjaga kebersihan darah dengan meregulasi seluruh cairan (air dan garam) di dalam tubuh 3. Meregulasi tekanan darah. Ginjal menghasilkan enzim renin yang bertugas mengontrol tekanan darah dan keseimbangan elektrolisis. 4. Mengatur keseimbangan pH darah. 5. Memproses vitamin D sehingga dapat distimulasi oleh tulang
  • 9. 9 6. Memproduksi hormon erythropoiethin yang bertugas memproduksi sel darah merah di tulang. b. Fisiologi Ginjal Menurut Syaifuddin (2000) Fungsi ginjal yaitu mengeluarkan zat- zat toksik atau racun, mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh, mengeluarkan sisa metabolisme hasil akhir sari protein ureum, kreatinin dan amoniak. Tiga tahap pembentukan urine : 1) Filtrasi glomerular Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya. Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup permiabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowman disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula
  • 10. 10 bowman, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman serta tekanan osmotik koloid darah. 2) Reabsorbsi Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi. 3) Sekresi Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen. Pada tubulus distal, transfor aktif natrium sistem carier yang juga terlibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular. Jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium).
  • 11. 11 3. Etiologi Menurut Nelson 2000, sebab pasti sindroma nefrotik belum diketahui. Umumnya dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu : a. Sindroma nefrotik bawaan, diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi feto maternal b. Sindroma nefrotik sekunder, disebabkan oleh penyakit infeksi, toksisitas obat glomerulonefritis akut dan kronis, infeksi bakteri sistemik, trombosis vena renalis, terpajan bahan kimia dan penyakit vaskular c. Sindoma nefrotik idiopatik, disebabkan oleh imunitas, obat-obat imunosupresif dan fungsi limfosit yang berasal dari timus 4. Klasifikasi Menurut Rudolph (2006) klasifikasi sindroma nefrotik yaitu sebagai berikut: a. Sindroma nefrotik perubahan minimal Sindroma nefrotik perubahan minimal yaitu permeabilitas kapiler glomerulus terhadap albumin meningkat dan peningkatan pada beban hasil filtrasi akan melebihi kemampuan sederhana tubulus untuk menyerap protein kembali, permeabilitas berubah secara selektif untuk meningkatkan pengangkutan partikel yang bermuatan anion seperti albumin di kapiler.
  • 12. 12 b. Sindroma nefrotik glomerulosklerosis segmental fokal Sindroma nefrotik glomerulosklerosis segmental fokal menggambarkan lesi yang sejumlah glomerulusnya terkena sklerosis segmental (satu lobulus atau bagian didalam glomerulus), dengan glomerulus sisa yang normal. c. Sindroma nefrotik kongenital Sindroma nefrotik kongenital mempunyai mode pewarisan resesif autosom dan mungkin mempresentasikan suatu defek dasar pada struktur kimia membran basalis. Gambaran histologik yang paling mencolok adalah terjadinya dilatasi kistik nyata pada tubulus (kebanyakan proksimal dan kortikal) disertai dengan perubahan interstisium. 5. Patofisiologi Patofisiologi menurut Nelson (2000) adalah: Kelainan patogenetik yang mendasari nefrosis adalah proteinuria, akibat dari kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus. Mekanisme dari kenaikan permeabilitas ini belum diketahui tetapi terkait dengan hilangnya muatan negatif glikoprotein dalam dinding kapiler. Pada status nefrosis, protein yang hilang biasanya melebihi 2 g/24 jam dan terutama terdiri dari albumin, hipoproteinemianya pada dasarnya adalah hipoalbuminemia. Umumnya, edema muncul bila kadar albumin serum turun dibawah 2,5 g/dl (25 g/L).
  • 13. 13 Mekanisme pembentukan edema pada nefrosis kemungkinannya adalah bahwa edema didahului oleh timbulnya hipoalbuminemia akibat hilangnya protein urine. Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkototik plasma yang memungkinkan transudasi cairan dari ruang intravaskular ke ruang interstisial. Penurunan volume intravaskular menurunkan tekanan perfusi ginjal dan mengaktifkan sistem renin- angiotensin aldosteron, yang merangsang reabsorbsi natrium di tubulus distal. Penurunan volume intravaskular merangsang pelepasan hormon antidiuretik yang mempertinggi reabsorbsi air dalam duktus kolektivus. Karena tekanan onkotik plasma berkurang, natrium dan air yang telah direabsorbsi masuk ke ruang interstisial dan memperberat edema. Pada status nefrosis, hampir semua kadar lemak (kolesterol, trigeserida) dan lipoprotein serum meningkat.
  • 14. 14 6. WOC Sumber : Nelson (2000) 14
  • 15. 15 7. Tanda dan Gejala Menurut Cecily Betz (2006) tanda dan gejala sindrpma nefrotik adalah : a. Penurunan haluaran urine dengan urine berwarna gelap dan berbusa b. Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genital dan akstremitas) c. Distensi abdomen karena edema dan terjadi edema usus yang mengakibatkan kesulitan bernapas, nyeri abdomen, anoreksia dan diare d. Sianosis e. Keletihan dan intoleransi aktivitas 8. Komplikasi Menurut Cecily Betz 2000, komplikasi sindroma nefrotik adalah: a. Penurunan volume inta vaskular (syok hipovolemik) b. Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosis vena) c. Gangguan pernapasan d. Kerusakan kulit e. Infeksi f. Efek samping terapi steroid g. Gagal tumbuh dan keletihan otot 9. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Cecily Betz (2006), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien sindroma nefrotik adalah sebagai berikut : a. Uji Laboratorium a) Uji Urine
  • 16. 16 1) Urinalisa a) Proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2 g/m²/hari) b) Bentuk hialin dan granular c) hematuria 2) Uji dipstick urine : hasil positif untuk protein dan darah 3) Berat jenis urine : meningkat palsu karena proteinuria 4) Osmolalitas urine : meningkat b) Uji darah 1) Kadar albumin serum : menurun (kurang dari 2 g/dl 2) Kadar kolesterol serum : meningkat (dapat mencapai 450 sampai 1000 mg/dl) 3) Kadar trigliserid serum : meningkat 4) Kadar hemoglobin dan hematokrit : meningkat (hemokonsen- trasi) 5) Hitung trombosit: meningkat (mencapai 500.000 sampai 1.000.000/µl 6) Kadar elektrolit serum: bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit perorangan b. Uji Diagnostik Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin) mengindikasikan status glomerular, jenis sindrom nefrotik, respon terhadap penatalaksanaan medis dan perjalanan penyakit. Evaluasi mikroskopik menunjukkan tampilan membran basalis yang abnormal.
  • 17. 17 10. Penatalaksanaan Penatalaksanaan terdiri atas terapi spesifik (glukokortikoid) dan suportif (diet, diuretik, obat anti hipertensi). a. Terapi spesifik (glukokortikoid) Terapi glukokortikoid (steroid) telah merubah morbiditas serta mortalitas sindroma ini sehingga membuatnya hampir spesifik. Dosis prednison yang lazim diberikan adalah 2mg/kg/hari dibagi menjadi tiga atau empat dosis dan diberikan setiap hari selama empat minggu. Dosis ini kemudian dikurangi sampai 1,5mg/kg/hari yang diberikan sebagai dosis tunggal setiap pagi selang sehari selama sekurang-kurangnya empat minggu (Nelson, 2000). b. Terapi suportif a) Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik yaitu furosemid 1mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan. b) Batasi asupan natrium c) Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena d) Mempertahankan keseimbangan elektrolit e) Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan edema dan terapi invasif. f) Pemberian antibiotik (penisilin oral profilatik) g) Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin)
  • 18. 18 B. Asuhan Keperawatan Teoritis 1. Pengkajian Pengkajian keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien dengan menggunakan metode ilmiah dengan pendekatan proses keperawatan tanpa mengabaikan bio, psiko, kultur, dan kultur sebagai kesatuan yang utuh dan adapun asuhan keperawatan yang digunakan yaitu melalui tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi (Doengoes, E. Marilynn, et.al, 2000) 1) Identitas Klien Di dalam identitas ada nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, tgl masuk, NO. RM, Diagnosa medic, Rencana terapi. 2) Identitas Orang tua/ Penanggung jawab Nama, Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan, Pekerjaan/ sumber penghasilan, Agama, Alamat, Hubungan dengan klien. 3) Keluhan Utama/ Alasan Masuk Rumah Sakit 4) Keluhan utama klien Sindroma Nefrotik biasanya mengalami edema atau sembab pada daerah mata, dada, perut, tungkai, dan genitalia. 5) Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
  • 19. 19 1) Prenatal care Biasanya selama hamil tidak ada keluhan dan penyakit yang diderita klien. 2) Natal Biasanya bayi dilahirkan secara spontan dan aterm/ cukup bulan 3) Post natal Biasanya setelah kelahiran bayi tidak mengalami gangguan apapun. b. Riwayat Kesehatan Dahulu Biasanya klien pernah mengalami peningkatan berat badan melebihi batas normal c. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya klien mengalami pembesaran abdomen, wajah sembab, sionasis, terjadi penambahan berat badan d. Riwayat Kesehatan keluarga Biasanya ada anggota keluarga menderita penyakit keturunan seperti penyakit jantung, hipertensi dan DM 6) Riwayat Imunisasi Biasanya anak dengan sindroma nefrotik mendapatkan imunisasi lengkap dan imunisasi tidak lengkap a. Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio 1 b. Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
  • 20. 20 c. Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3 d. Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4 e. Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak 7) Riwayat Tumbuh Kembang Pertumbuhan adalah perubahan secara psikologis sebagai hasil dari kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak sehat dalam waktu tertentu. Contohnya bertambah tinggi. Sedangkan perkembangan adalah proses kematangan fungsi-fungsi non fisik. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009) Biasanya pertumbuhan dan perkembang anak dengan sindroma nefrotik terganggu karena distensi abdomen,anoreksia dan diare. Perkembangan bayi 3 – 6 bulan: (1) Menegakkan kepala pada saat telungkup (MK) (2) Meraih benda yang terjangau (MI) (3) Menengok ke arah sumber suara (BBK). (4) Mencari benda yang dipindahkan (BM). Perkembangan bayi 6 – 9 bulan: (1) Ketika didudukkan dapat bertahan dengan kepala tegak (MK). (2) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain (MH). (3) Tertawa/berteriak melihat benda menarik (BBK). (4) Makan biskuit tanpa dibantu (BM) 1) Tahap pertumbuhan dan perkembangan anak usia pra sekolah. a) Bayi baru lahir – 1 tahun. Perkembangan bayi 0-3 bulan:
  • 21. 21 (1) Dapat menggerakkan kedua lengan dan kaki sama mudahnya (motorik kasar = MK). (2) Bereaksi dengan melihat ke arah sumber cahaya (Motorik Halus = MH). (3) Mengoceh dan bereaksi terhadap suara (Bicara, Bahasa, Kecerdasan = BBK). (4) Bereaksi terhadap senyum terhadap ajakan (Bergaul dan mandiri = BM). Perkembangan bayi 3 – 6 bulan: (1) Menegakkan kepala pada saat telungkup (MK) (2) Meraih benda yang terjangkau (MH) (3) Menengok ke arah sumber suara (BBK). (4) Mencari benda yang dipindahkan (BM). Perkembangan bayi 6 – 9 bulan: (1) Ketika didudukkan dapat bertahan dengan kepala tegak (MK). (2) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain (MH). (3) Tertawa/berteriak melihat benda menarik (BBK). (4) Makan biskuit tanpa dibantu (BM). Perkembangan bayi 9 – 12 bulan: (1) Berjalan dengan berpegangan (MK). (2) Dapat meraup benda-benda kecil (MH).
  • 22. 22 (3) Mengatakan 2 suku kata yang sama (BBK). (4) Bereaksi terhadap permainan cilukba (BM). a. Motorik kasar 1) Loncat tali 2) Badminton 3) Memukul 4) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan keleluasaan. b. Motorik halus 1) Menunjukkan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan 2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik. c. Kognitif 1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi 2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah 3) Dapat mengembalikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal 4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
  • 23. 23 d. Bahasa 1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak 2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan 3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal 4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan 8) Riwayat Nutrisi a. Pemberian ASI Biasanya saat diberikan ASI 2 jam setelah bayi lahir. b. Pemberian susu formula Biasanya anak diberi susu formula jika ASI kurang. c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini Biasanya ASI eksklusif selama 6 bulan dan makanan tambahan lewat dari 6 bulan. 9) Riwayat Psikososial Biasanya pasien mengalami ansietas, ketakutan, perasaan tak berdaya dan depresi. 10) Riwayat Spritual Biasanya anak-anak belum terlalu mengerti tentang kepercayaan yang dianut. Anak-anak hanya mengikuti dari orang tua. 11) Reaksi Hospitalisasi Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit. a) Mengapa ibu membawanya ke RS b) Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri
  • 24. 24 c) Selalu ingin tahu alasan tindakan d) Berusaha independen dan produktif Reaksi orang tua 1) Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan 2) Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit 12) Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum a) Tingkat kesadaran : Compos Metis b) Berat badan : Meningkat karena retensi cairan dan edema berat. c) Tinggi badan :tidak sesuai dengan berat badan b. Tanda-Tanda Vital c. Kepala a) Rambut : Rambut anak dengan syndrome nefrotik biasanya tidak rontok b) Wajah : Wajah anak dengan syndrome nefrotik biasanya tampak moonface (edema facialis) c) Mata : Mata anak dengan syndrome nefrotik biasanya terdapat edema disekitar mata d) Hidung : Hidung anak dengan syndrome nefrotik biasanya anak mengalami kesulitan bernapas e) Bibir : Bibir anak dengan syndrome nefrotik biasanya Sianosis
  • 25. 25 f) Gigi : Tidak ada caries g) Lidah : Lidah anak dengan syndrome nefrotik biasanya lidah tidak tampak pucat d. Leher Tidak ada pembesaran vena jugularis dan JVP e. Dada / Thorax a) Inspeksi : Thorax simetris b) Palpasi : Fremitus paru kiri dan kanan sama c) Perkusi : Terdengar sonor d) Auskultasi : Suara napas terdengar vesikuler f. Jantung a) Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat b) Palpasi : Ictus cordis teraba c) Perkusi : Terdengar bunyi sonor d) Auskultasi : Irama jantung teratur g. Perut / Abdomen a) Inspeksi : Terjadi pembesaran abdomen b) Auskultasi : Bising usus (+) c) Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar d) Perkusi : Tidak ada bunyi pekak / redup h. Genitourinaria Terjadi edema pada genitalia
  • 26. 26 i. Ekstremitas Terjadi edema pada seluruh tubuh sehingga terjadi intoleransi aktivitas j. Sistem Integumen Klien berisiko tinggi mengalami kerusakan integritas kulit k. Sistem Neurologi Klien dengan sindroma nefrotik mengalami letargi 13) Data Pola Kebiasaan sehari-Hari 1. Nutrisi Makanan : Klien mengalami gangguan makan karena distensi abdomen Minuman : Klien sedikit minum karena terjadi retensi cairan dengan edema berat 2. Eliminasi a) Miksi : Terjadi penurunan haluaran urin b) Defekasi : Frekuensi tidak ada masalah 3. Istirahat dan Tidur Klien mengalami gangguan pola tidur dikarenakan kecemasan terhadap penyakitnya. 4. Aktivitas Sehari-Hari dan Perawatan Diri Klien mengalami intoleransi aktivitas. Klien mampu menjaga kebersihan diri.
  • 27. 27 5. Data Sosial Ekonomi Biasanya klien yang mengalami sindroma nefrotik berasal dari kalangan ekonomi menengah kebawah dan kalangan menengah keatas. Penyakit sindroma nefrotik ini tidak dikarenakan makanan yang dikonsumsi mengandung zat gizi yang sesuai dengan tumbuh kembang anak. 2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Menurut Ismail (2012) diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan atau masalah kesehatan aktual atau resiko dan kemungkinan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut. Adapun diagnosa yang muncul pada pasien dengan sindroma nefrotik menurut (Wong, 2003) adalah : a. Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan b. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan pertahanan tubuh c. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
  • 28. 28 3. Intervensi Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan. a. Diagnosa No.1 Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan (Wong, 2003) Tujuan : Balance cairan terpenuhi Kriteria Hasil : Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda akumulasi cairan Rencana Tindakan : a) Atur masukan dan pengeluaran cairan dengan cermat sehingga anak tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang ditentukan Rasional : Pengaturan masukan cairan yang cermat dapat mengetahui keseimbangan cairan b) Rencanakan pemenuhan kebutuhan cairan secara adekuat Rasional : Membantu menghindari periode tanpa cairan c) Catat asupan dan haluaran secara adekuat Rasional : Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan
  • 29. 29 d) Timbang berat badan tiap hari Rasional : Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan status cairan terbaik. Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/hari diduga ada retensi cairan e) Auskultasi paru dan bunyi jantung Rasional : Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema paru dan GJK dibuktikan oleh terjadinya bunyi napas tambahan dan bunyi jantung ekstra f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi diuretik, disuntik didalam tubuh (furosemid) sesuai indikasi Rasional : meningkatkan volume urine adekuat b. Diagnosa No.2 Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan pertahanan tubuh Tujuan : Pasien mampu mempertahankan integritas kulit Kriteria Hasil : Kulit anak tidak menunjukkan kemerahan atau iritasi Rencana Tindakan : a) Pantau intake dan output selama 24 jam Rasional : Pengaturan masukan cairan yang cermat dapat mengetahui balance cairan b) Berikan lotion untuk perawatan kulit Rasional : Untuk menjaga kelembaban kulit agar kulit tidak kering c) Hindari pakaian yang ketat
  • 30. 30 Rasional : Pakaian yang ketat dapat menyebabkan area tubuh tertekan sehingga dapat mengurangi integritas kulit d) Ubah posisi dengan sering Rasional : Memperbaiki sirkulasi yang mengganggu aliran darah e) Gunakan tempat tidur atau matras penurun tekanan sesuai kebutuhan untuk mencegah ulkus Rasional : menurunkan tekanan pada kulit, dapat memperbaiki sirkulasi f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat topikal Rasional : Obat topikal dapat mengurangi kerusakan pada kulit c. Diagnosa No.3 Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan Tujuan : Pasien mendapatkan nutrisi yang optimal (adekuat) Kriteria Hasil : a) Pasien mengkonsumsi jumlah makanan bernutrisi yang adekuat b) Mempertahankan / meningkatkan berat badan sesuai dengan umur c) Bebas edema Rencana Tindakan : a. Kaji / catat pemasukan diet Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi dan kebutuhan diet b. Batasi natrium, kalium dan pemasukan fospat sesuai indikasi Rasional : pembatasan elektrolit diperlukan untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut
  • 31. 31 c. Berikan perawatan mulut dengan larutan cairan asam asetat 25% Rasional: perawatan mulut menyejukkan dan membantu menyegarkan rasa mulut yang sering tidak nyaman pada uremia dan membatasi pemasukan oral. Pencucian dengan asam asetat membantu menetralkan amonia yang dibentuk oleh perubahan urea d. Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering Rasional : meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik / menurunnya peristaltik e. Awasi pemeriksaan laboratorium (BUN, albumin serum, transferin, natrium dan kalium) Rasional : Indikator kebutuhan nutrisi, pembatasan dan kebutuhan / efektivitas terapi d. Diagnosa No.4 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan Tujuan : Anak mampu menunjukan peningkatan kepercayaan diri Kriteria Hasil : a) Anak mendiskusikan perasaannya kepada orang tua b) Anak mengikuti aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya Rencana Tindakan : a) Bina hubungan terapeutik antara perawat dengan klien Rasional : Dengan hubungan terapeutik yang baik dapat membantu pasien untuk mulai mempercayai, mencoba pemikiran dan perilaku baru
  • 32. 32 b) Biarkan pasien menggambarkan dirinya sendiri Rasional : Memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi pasien tentang diri / gambaran diri dan kenyataan situasi individu c) Beri respon terhadap kenyataan bila pasien membuat pernyataan tak realistis Rasional : Pasien menuangkan aspek situasi psikologis sendiri dan sering menyatakan rasa ketidakadekuatan dan depresi d) Bantu pasien membuat tujuan untuk diri sendiri dan membuat rencana yang dapat diatur untuk mencapai tujuan tersebut Rasional : Pasien perlu untuk mengenal kemampuan mengontrol area lain dalam hidup dan perlu untuk belajar keterampilan pemecahan masalah untuk meningkatkan kontrol ini. Penyusunan tujuan nyata membantu mengembangkan kesuksesan e) Libatkan klien dalam program pengembangan kepribadian (terapi bermain) Rasional : Belajar metode peningkatan keterampilan diri dapat meningkatkan harga diri / gambaran diri. f) Konsultasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit rendah garam Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan nutrisi sesuai dengan usia, berat badan, ukuran tubuh, keadaan penyakit g) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian lasix Rasional : Lasix berfungsi untuk menarik cairan dari tubuh sehingga meminimalkan edema
  • 33. 33 e. Diagnosa No.5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan Tujuan : Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri Kriteria Hasil : Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan. Rencana Tindakan : a) Periksa tanda-tanda vital sebelum dan setelah melakukan aktivitas Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat, perpindahan cairan atau pengaruh fungsi jantung b) Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat dan pucat Rasional: Penurunan/ ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekurnsi jantung dan kebutuhan oksigen, juga kelelahan dan kelemahan c) Kaji presipitator / penyebab kelemahan contohnya pengobatan Rasional : Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta bloker) d) Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas e) Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi. Selingi periode aktivitas dengan periode istirahat
  • 34. 34 Rasional: pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress miokard / kebutuhan oksigen berlebihan. f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi bermain pada anak yang dapat meminimalkan cedera pada anak Rasional : Aktivitas ringan dapat mengurangi jumlah energi yang keluar sehingga anak tidak lebih aktif (Doenges Marilynn, 2000) 4. Implementasi Keperawatan Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. 5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan, dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerusdengan melibatkanpasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi keperawatan ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan melakukan pengkajian ulang.