MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
TOLERANSI DALAM MASALAH KEIMANAN DAN PERIBADAHAN
1. RESUME PEND. AGAMA ISLAM
Tentang
TOLERANSI DALAM MASALAH
KEIMANAN DAN PERIBADAHAN
Kelas : XII IPA 1
KELOMPOK II
Anggota kelompok :
1. Auliyatil Hunsya 6. Jihadul Haq
2. Al-Ummul Nasta’inul 7. Kasifatul Khairat
3. Fivy Suriyani 8. Nurdyanti
4. Husnul Khatimah 9. Nurimraatun Fitrahtain
5. Irhan Juliandika
Guru mata pelajaran : Drs. H. Ahmad Abakar
SMA NEGERI 1 BOLO
TAHUN PELAJARAN 2012-2013
2. KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan ridha-Nya lah penulisan
Resume dengan judul “TOLERANSI DALAM MASALAH KEIMANAN DAN
PERIBADAHAN” ini dapat diselesaikan.
Penulisan Resume ini dimaksudkan kami untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam Kelas XII Semester 1 Tahun Ajaran 2012-2013. Selain itu,
penulisan Resume ini dimaksudkan sebagai penambah wawasan pembaca.
Bermacam halangan terkadang menghambat pembuatan goresan yang mungkin masih
jauh dari sebutan Resume. Akan tetapi, berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya
Resume ini terselesaikan. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada berbagai pihak yang membantu penulisan Resume ini.
Harapan kami, semoga Resume ini dapat bermanfaat bagi kami, serta teman-teman atau
orang-orang yang telah membaca.
Sesungguhnya yang benar hanya dari Allah SWT semata dan yang salah adalah
kelemahan kami sebagai penulis.
Wabillahi Taufiq Wal Hidayah
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sila, September 2012
Penulis
3. PEMBAHASAN
Masalah untuk kelompok II :
Diskusikan dan kemukakan pendapat dan alasan Anda, mengapa tukar-menukar keimanan
dan peribadahan Islam dengan yang non-Islam, itu hukumnya haram!
Jawaban kelompok II :
Seperti yang tercantum dalam Q.S. Al-Kafirun 1:6
(١)
(٢) ال
(٣)
(٤)
(٥)
(٦)
Artinya :
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir”.
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku."
Kesimpulan :
1. Surat ini sebagai jawaban Nabi Muhammad SAW atas usulan para petinggi kafir Quraisy,
yakni :
4. Walid al Mughirah, Aswad bin Abdul Muthallib, dan Umayyah bin Khalaf yang
menawarkan kompromi menyangkut pelaksanaan ajaran agama secara bersama-sama.
Usulnya, agar Nabi Muhammad SAW bersama umatnya mengikuti kepercayaan mereka
dan mereka pun akan mengikuti ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.
“Selama setahun kami akan menyembah Tuhanmu dan selama setahun juga kamu harus
menyembah Tuhan kami. Bila agamamu benar, kami mendapatkan keuntungan karena
bisa menyembah Tuhanmu dan jika agama kami benar, kamu pun memperoleh
keuntungan”.
Mendengar saran tersebut, Nabi SAW menjawab dengan tegas,
“Aku berlindung kepada Allah dari perbuatan menyekutukan-Nya”.
Lalu beliau membacakan surat Al-Kafirun.
2. Ayat ini menegaskan sikap toleransi dengan jelas, bahwa Islam mengharamkan umatnya
mencampuradukan keimanan dan ibadah ritual Islam dengan agama mana pun, apapun
alasannya. Kita sering terperangkap dalam jebakan “toleransi antar umat beragama”, yang
diartikan dengan mencampuradukan agama. Bila kaum Nasrani Natalan, kita pun
dianjurkan untuk mengikutinya. Padahal sikap ini merupakan pengkhianatan terhadap
agama kita, atau sebaliknya kita mengizinkan orang non-muslim mengikuti ibadah ritual
Islam, berarti menyuruh mereka mengkhianati keimanannya. Makna toleransi yang
sebenarnya bukanlah mencampuradukan keyakinan dan ibadah ritual Islam dengan agama
non-muslim, tetapi menghargai eksistensi agama orang lain. Kita tidak dilarang
melakukan kerja sama dengan non-muslim dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan
dunia seperti hubungan bisnis, studi, bahkan ada ayat yang memerintahkan agar kita
berlaku adil kepada siapapun, termasuk kepada non-muslim.
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk tidak berlaku adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Maidah 5:8)
Jadi, saat interaksi dengan non-muslim, prinsip-prinsip toleransi, keadilan, dan
kebenaran harus kita tegakkan. Namun, untuk urusan yang berkaitan dengan keyakinan
dan peribadatan, kita harus mengambil garis yang tegas dan jelas.