1. Dokumen tersebut membahas berbagai hukum dan tata cara shalat berjamaah menurut pandangan ulama, termasuk status hukum shalat berjamaah, syarat-syarat orang yang berhak menjadi imam, dan sunah-sunah dalam pelaksanaannya.
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Shalat Berjamaah
1. Tauhid &
Fiqih Nur Angraini
Nur Angraini
2013710080
Prodi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat
Universitas MuhammadiyahJakarta
2. Tauhid & Fiqih Nur Angraini
Hukum Shalat Berjamaah
Shalat Berjamaah Bagi Wanita
Syarat Shalat Berjamaah
Syarat-syarat Orang yang
Berhak Jadi Imam
Sunah-sunah dalam shalat
berjamaah
Masbuq
3. Tauhid & Fiqih Nur Angraini
Dari Ibnu Umar r.a., bahwasanya Rasulullah saw
bersabda: “Sholat berjamaah itu adalah lebih utama
dua puluhtujuh derajat dibanding sholat
sendiri” (Hadis muttafaqun alaih)
5. Tauhid & Fiqih Nur Angraini
Yang berpendapat demikin yakni Al-Imam Asy-Syafi`i
dan Abu Hanifah sebagaimana disebutkan oleh Ibnu
Habirah dalam kitab Al-Ifshah jilid 1 halaman 142.
Dikatakan sebagai fardhu kifayah maksudnya adalah
bila sudah ada yang menjalankannya, maka gugurlah
kewajiban yang lain untuk melakukannya. Sebaliknya,
bila tidak ada satu pun yang menjalankan shalat
jamaah, maka berdosalah semua orang yang ada di
situ. Hal itu karena shalat jamaah itu adalah bagian
dari syiar agama Islam.
1. Pendapat Pertama: Fardhu Kifayah1. Pendapat Pertama: Fardhu Kifayah
6. Tauhid &
Fiqih Nur Angraini
Yang berpendapat demikian adalah Atho` bin Abi
Rabaah, Al-Auza`i, Abu Tsaur, Ibnu Khuzaemah,
Ibnu Hibban, umumnya ulama Al-Hanafiyah dan
mazhab Hanabilah. Atho` berkata bahwa
kewajiban yang harus dilakukan dan tidak halal
selain itu, yaitu ketika seseorang mendengar
azan, haruslah dia mendatanginya untuk shalat.
2. Pendapat Kedua: Fardhu `Ain
Shalat jamaah itu hukumnya fardhu `ain untuk shalat
Jumat.
2. Pendapat Kedua: Fardhu `Ain
7. Tauhid &
Fiqih Nur Angraini
3. Pendapat Ketiga: Sunnah Muakkadah
Pendapat ini didukung oleh mazhab Al-Hanafiyah dan Al-
Malikiyah sebagaimana disebutkan oleh imam As-Syaukani
dalam kitabnya Nailul Authar jilid 3 halaman 146. Beliau
berkata bahwa pendapat yang paling tengah dalam masalah
hukum shalat berjamaah adalah sunnah muakkadah.
Khalil, seorang ulama dari kalangan mazhab Al-
Malikiyah dalam kitabnya Al-Mukhtashar
mengatakan bahwa shalat fardhu berjamaah selain
shalat Jumat hukumnya sunnah muakkadah.
3. Pendapat Ketiga: Sunnah Muakkadah
8. Tauhid & Fiqih Nur Angraini
Berdasarkan hadis tersebut terdapat khilafiyah
mengenai hukum boleh tidaknya wanita sholat
berjamaah di masjid. Pertama, melarangnya (makruh),
seperti ulama muta`akhir Hanafiyah. Ini untuk wanita
tua dan muda, dengan alasan zaman telah rusak. Kedua,
membolehkannya (khususnya wanita tua), seperti ulama
Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah, dengan dalil hadis-
hadis. (Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu,
2/322; Fatawa Al-Azhar, 1/20).
Dari Ibnu Umar r.a., bahwasanya Rasulullah
s.a.w. pernah bersabda: “Janganlah kamu
larang isteri-isteri mu (pergi shalat ke) masjid,
namun (shalat) di rumah mereka lebih baik”
(Hadis Shohih Ibnu Khuzaimah)
9. Tauhid & Fiqih Nur Angraini
1. Ma'mum tidak boleh mengetahui batal sholatnya
imam yang disebabkan oleh hadats atau penyebab
lainnya.
2. Ma'mum tidak boleh mengitikadkan bahwa shalat
berjamaahnya dengan seorang imam tertentu harus
atau wajib diulang kembali.
3. Jangan mengimami ma'mum.
4. Imamnya tidak boleh ummi tapi harus qori, artinya
bacaan shalatnya harus yang terbaik dari antara
jemaah lainnya.
5. Posisi Imam harus terdepan dari ma'mum, jangan
sampai ada posisi imam di belakang ma'mum.
10. Tauhid &
Fiqih Nur Angraini
6. Harus mengetahui gerakan shalat imam, baik
dengan mendengar suaranya ataupun melihat
gerakan ma'mum lain di depan kita.
7. Imam dan ma'mum berada dalam satu mesjid atau
satu tempat.
8. Harus niat berjamaah.
9. Bentuk shalat imam harus sama dengan bentuk
shalat ma'mum. Contoh yang tidak sama adalah
imam shalat jenazah, ma'mum shalat fardu biasa.
Jika terjadi, maka tidak sah shalat ma'mum
tersebut karena bentuk shalatnya berbeda
mengingat dalam shalat jenazah tidak ada ruku.
10. Tidak boleh berbeda gerakan dengan imam
dalam masalah sunat yang sekiranya dianggap
berat, seperti tidak mengikuti imam melakukan
sujud tilawah.
11. Mendahulukan takbiratul ihram imam, artinya
ma'mum jangan memulai takbiratul ihram
sebelum imam takbiratul ihram.
11. Tauhid & Fiqih Nur Angraini
Yang lebih mengerti serta lebih fashih tentang Al-
Qur'an
Yang lebih memahami Sunnah Rasul
Yang lebih tua atau yang lebih dahulu Islamnya
Yang lebih dahulu hijrah (baik hijrah dari Makkah ke
Madinah sebagaimana para shahabat maupun hijrah
dari segala yang buruk kepada yang baik)
12. Tauhid & Fiqih Nur Angraini
1. Meluruskan shaf. Imam harus
memerintahkan para jama’ahnya untuk
meluruskan shaf dan harus meyakinkannya.
2. Mengutamakan duduk di shaf awal.
3. Menjaga agar bisa shalat berjama’ah bersama
imam dan mengikutinya dari takbiratul
ihram.
4. Disunahkan bagi imam agar meringankan
dalam bacaan dan dzikirnya di samping itu ia
tidak meninggalkan sunah-sunah ab’adh dan
haiat sedikitpun
13. Tauhid &
Fiqih Nur Angraini
5. Jika terasa ada yang datang ingin bermakmum
kepada imam, dan imam dalam posisi ruku’
atau tasyahud akhir, maka disunahkan bagi
imam agar menunggunya sampai ia ruku’ atau
tasyahud akhri bersama imam. Hal ini agar
yang baru datang itu mendapat satu raka’at
atau medapatkan pahala berjama’ah bersama
imam. Ini lebih utama bagi imam sesuai
dengan sunnah Nabi saw.
6. Jika yang bershalat jama’ah hanya imam dan
mamum, maka posisi mamum berada di
sebelah kanan imam, sejajar tapi mundur
sedikit kebelakang.
7. Jika yang shalat semuanya wanita maka imam
wanita berdiri di tengah mamum wanita
14. Tauhid & Fiqih Nur Angraini
Secara etimologi Masbuq adalah isim maf’ul dari
kata “ ”سبق yang bermakna “
terdahului/tertinggal”.
Adapun secara terminologi Masbuq adalah Orang
yang tertinggal sebagian raka’at atau semuanya
dari imam dalam sholat berjama’ah. Atau orang
yang mendapati imam setelah raka’at pertama
atau lebih dalam sholat berjama’ah. (Kamus al-
Muhith, Qawaid al-Fiqh dan Hasyiyah Ibnu ‘Abidin,
1/400)
15. Tauhid &
Fiqih Nur Angraini
Dari hadits hasan dari Abu Bakar dia sampaikan
kepada Nabi SAW, ketika Nabi sedang rukuk,
maka dia rukuk sebelum sampai kepada saf. Hal
itu disampaikan kepada nabi, maka Nabi
berkata, “ Semoga Allah SWT menambah
semangatmu tetapi jangan diulang lagi.” (H.R.
Bukhari).
Sabda Rasulullah SAW : “ Apabila seseorang
diantara kamu datang (untuk) shalat sewaktu
kami sujud, hendaklah ikut sujud dean
janganlah kamu hitung itu satu rakaat. Barang
siapa yang mendapati rukuk bersama imam,
maka ia telah mendapat satu rakaat.” (H.R Abu
Daud)