SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
(3‫)ء‬ ‫ا‬
َ‫لل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ ‫ا‬
َ‫لل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ ‫ا‬
َ‫لل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ
‫ا‬
َ‫لل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ َُ‫َك‬‫ي‬ْ‫ب‬‫ه‬‫ر‬ َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬
ْ‫لل‬ َُ‫َك‬‫ي‬ْ‫ر‬‫ه‬‫ر‬ ‫ُسها‬‫ه‬‫ح‬َ‫ب‬َ‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬
ِْ ‫ا‬
َ‫ك‬ ‫ه‬‫ك‬َ‫ة‬ًَ ‫ا‬
َ‫أ‬َ‫ي‬ ْ
‫ي‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ، ‫ا‬
‫ه‬‫إ‬‫م‬ْ‫ه‬ ‫ه‬
َ ‫ا‬
َِْ‫ه‬ ‫ا‬
َِ ‫ا‬
َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬ ‫ه‬ُ، ‫دها‬‫ه‬َ‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬
َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ص‬‫ه‬‫ر‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬
َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ب‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ِ‫أ‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬
َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬َُ ‫ا‬‫ه‬‫ه‬‫هأه‬‫م‬ ‫ه‬ُ
‫ا‬‫ه‬‫ُأ‬‫أه‬َ‫ه‬‫ه‬ َ ُ ‫ا‬
َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬ ‫ه‬ُ، ‫ا‬
‫ه‬‫إ‬‫م‬ْ‫ه‬‫ه‬َ ‫ا‬
َِْ‫ه‬ ‫ا‬
َِ ‫ا‬
َِ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ، ‫ا‬
َ‫لل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ ‫ا‬
ْ‫لل‬ ‫ه‬ُ َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬‫م‬َُ.
َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬‫ه‬ُ ‫ا‬
ْ‫لل‬ ‫ا‬َُْْْ‫ه‬َِ‫م‬ُ (‫ا‬
ْ‫لل‬ ‫ه‬ُ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ
‫ُن‬ِ‫ه‬‫ُم‬ ‫ا‬ِ‫ج‬ ْ‫ه‬ ‫ا‬َْْ‫ي‬‫ه‬‫ب‬َ‫م‬ُ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ا‬
‫ه‬ُْ‫ه‬‫ط‬‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ُ ‫ا‬ْ‫إ‬َ‫ي‬‫ه‬‫م‬ْ‫ه‬ ‫ا‬
َ‫أ‬َ‫ي‬ْ‫ب‬‫ه‬‫ن‬)، ََ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫س‬ُ ‫ا‬
‫ه‬‫إ‬‫م‬ْ‫ه‬ ‫ه‬
َ ‫ا‬
َِْ‫ه‬ ‫ا‬
َِ ‫ا‬
َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬
‫ه‬َ ‫َرها‬‫ي‬ ْ‫هك‬ْ َ‫إ‬‫ه‬‫م‬ ، ‫ا‬‫ه‬ََُ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫س‬‫ه‬ُ
ُ‫ه‬‫ه‬ِ‫ي‬ْ‫ب‬‫ه‬‫ر‬ ََُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ا‬
َ‫ح‬َََ‫ب‬‫ه‬‫ه‬ َ‫إ‬َ‫م‬ ََُ‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ، ‫ا‬
َ‫ك‬‫ه‬‫أ‬ِ‫ص‬‫ُم‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ه‬‫ه‬‫أ‬ِ‫ال‬‫ُم‬ ‫ه‬ُ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ر‬َْْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬َُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫م‬ِ ‫ا‬ْ‫إ‬ًُْ‫ه‬‫ح‬َ‫ي‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ا‬ًُِْ‫ا‬‫ُم‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬ََ‫ه‬‫ا‬ْ‫ب‬‫ه‬ْ ‫ا‬ُ‫ُس‬‫ه‬‫ال‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ًْ ‫ع‬‫ه‬‫م‬ْ‫ه‬ ‫ا‬ْ‫ه‬ َُ‫ه‬‫ي‬
‫ا‬ْ‫َن‬‫ي‬َْ‫ُم‬.
(ُِِ‫ه‬ُ َََ‫ا‬‫ه‬ً).
ُ‫ه‬‫ي‬‫ه‬‫ا‬ ‫ا‬
‫ه‬‫ب‬ُ‫ه‬‫ب‬ْ‫ه‬ ‫ا‬
ِْ، ‫ا‬ْ
‫ي‬ ََُُ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ال‬َ‫س‬‫ه‬‫ر‬ ‫ه‬ُ ‫ب‬ ‫ه‬َُِ‫ه‬‫ا‬ًْ ‫ا‬
ِْ ََ‫ه‬ِ‫ه‬‫ا‬ ‫ُاها‬‫ه‬‫ا‬ ‫سها‬ ََُِِ‫ا‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ِ‫ر‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ه‬ُ‫ه‬ِ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ِ‫ل‬‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫م‬ ‫سها‬ ََُ‫ل‬‫ه‬‫ه‬َ‫ك‬َْ.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia
Umat Islam yang berada di tanah air menyambut hari raya Idul Adha yang mulia dengan
takbir, tahlil, dan tahmid sebagai ungkapan rasa syukur, sedangkan jutaan umat Islam di
tanah suci Makkah, Arafah dan Mina sedang berkonsentrasi menunaikan manasik haji.
Mereka datang dari berbagai pelosok dunia, dari berbagai bangsa dan suku, dari latar
belakang yang berbeda, menyatu dalam kepasrahan kepada Allah SWT. Mereka
menanggalkan segala atribut duniawi, meninggalkan berbagai aktivitas sehari-hari untuk
menghadap Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang dengan penuh khusyu dan
keikhlasan. Secara serentak, mereka mengumandangkan kalimat talbiyah:
‫َرها‬‫ي‬ِ‫ب‬‫ه‬‫م‬ ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫ُمل‬ ‫َرها‬‫ي‬ِ‫ب‬‫ه‬‫م‬، ‫َرها‬‫ي‬ِ‫ب‬‫ه‬‫م‬ ‫َرها‬‫ي‬ ْ‫هك‬ْ‫ه‬َ ‫رها‬‫ه‬‫م‬ ‫َرها‬‫ي‬ِ‫ب‬‫ه‬‫م‬، ‫ا‬ِ‫س‬ْ‫ه‬ ‫ا‬
‫ه‬ََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬ُ ‫ا‬
‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫ل‬َ‫ا‬ْ‫ُمه‬ ‫ه‬ُ ‫رها‬‫ه‬‫م‬ ‫رها‬َ‫ل‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫َرها‬‫ي‬ ْ‫هك‬ْ‫ه‬َ ‫رها‬‫ه‬‫م‬.
“Kami‫ا‬ penuhi‫ا‬ panggilan-Mu wahai Allah, wahai Allah kami datang memenuhi seruan-Mu,
tiada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan karunia hanyalah milik-Mu,
milik-Mu segala kekuasaan dan kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu”.
Pada momen ini pula umat Islam yang mampu ditekankan untuk melaksanakan ibadah
kurban. Berbagi daging dan kebahagiaan kepada sesama. Menyembelih sebagian harta kita
untuk diberikan kepada orang lain, terutama yang membutuhkan.
Dari sinilah kita semua belajar tentang kesetaraan manusia di hadapan Allah, tanpa
memandang jabatan, status sosial, latar belakang pendidikan, suku, bangsa, serta kelas
ekonomi. Ibadah kurban memberikan pesan kepada umat Islam tentang pentingnya
solidaritas, empati terhadap orang lain, serta menyembelih ego pribadi untuk kemanfaatan
bersama.
Hadirin yang berbahagia,
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr r.a. bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi
SAW:‫ا‬“Ajaran‫ا‬ Islam‫ا‬ apakah‫ا‬yang‫ا‬ baik?”‫ا‬Nabi‫ا‬SAW‫ا‬menjawab,‫ا‬
‫ا‬َ‫ب‬ْ‫ا‬َ‫ط‬َْ ‫ا‬‫ه‬‫ه‬ُ‫ه‬‫ا‬ِ‫ط‬‫ُم‬، ‫ا‬
َُ‫ه‬‫ك‬َِ‫ه‬ْ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫أ‬ِ‫ال‬‫ُم‬ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ْها‬َ‫ا‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬‫ه‬‫م‬ ‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ك‬َ‫ا‬‫ه‬ْ (ُُُ‫ح‬ ‫بخُُي‬ ‫ُم‬ ‫لب‬ ‫ال‬ ُِ)
“Memberi‫ا‬ makanan‫ا‬ dan‫ا‬mengucapkan‫ا‬ salam‫ا‬ kepada‫ا‬orang‫ا‬ yang‫ا‬ kamu‫ا‬kenal‫ا‬ dan‫ا‬kepada‫ا‬
orang‫ا‬yang‫ا‬ tidak‫ا‬kamu‫ا‬kenal.”‫ا‬ (HR.‫ا‬Bukhari,‫ا‬ No:‫ا‬28,‫ا‬Muslim,‫ا‬ No:‫ا‬126).
Dari hadis di atas, sepintas kita menyaksikan betapa agungnya nilai-nilai Islam yang sejalan
dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Tidak hanya masalah ibadah saja yang
diajarkan Islam, tetapi masalah-masalah kehidupan sosial pun menjadi sorotan. Hadis
tersebut mengajak umat Islam, bahkan umat manusia secara keseluruhan untuk
memperhatikan nasib masyarakat di sekitarnya. Tanggung jawab untuk menyantuni orang-
orang lemah, fakir miskin, yatim piatu, para manula, dan mereka yang membutuhkan, tidak
hanya dilimpahkan kepada para pemimpin. Tetapi itu semua merupakan tanggung jawab
setiap orang yang mengaku dirinya sebagai muslim.
Jawaban Rasulullah ketika ditanya seorang sahabatnya tentang amalan Islam apakah yang
paling baik, beliau langsung mengarahkan orang itu untuk memberikan bantuan dan
memasyarakatkan salam kepada siapa saja, baik pada orang yang dikenal maupun pada orang
yang belum dikenal sebelumnya. Bantuan tersebut bukan hanya berupa dana atau makanan,
tetapi juga meyangkut segala kebutuhan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
memberikan ilmu, pengalaman, nasihat, kebijaksanaan dan sebaginya. Sedangkan menebar
salam maksudnya memasyarakatkan suasana yang damai dan saling mencintai antara sesama
umat manusia.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Ketika seorang muslim mendapatkan rezeki berupa harta yang cukup, ia harus ingat saudara-
saudaranya yang lain. Dengan kata lain, ia harus merasa empati pada mereka. Islam
memandang bahwa rezeki yang barakah adalah rezeki yang cukup untuk diri sendiri dan
orang lain, bukan rezeki yang banyak dan berlimpah tetapi tidak barakah. Diriwayatkan dari
Jabir bin Abdillah, Nabi SAW bersabda:
‫ا‬َ‫ه‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ه‬ِ ‫ا‬ْ‫َن‬‫ي‬‫ه‬‫ه‬َْ ْ
َُ ‫ن‬ْ‫ا‬ُ‫ه‬‫ر‬ ‫ا‬ْ‫ا‬‫ه‬ْ‫ه‬‫أ‬ِ‫ر‬‫ُم‬، ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ا‬‫ه‬ْ‫ه‬‫أ‬ِ‫ر‬‫ُم‬ ‫ن‬ْ‫ا‬ُ‫ه‬‫ر‬ ‫ا‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ا‬‫ه‬ًَُ‫ه‬ ُ (‫ُُُح‬ ‫بخُُي‬ ‫ُم‬ ‫لب‬ ‫ال‬ ُِ)
“Makanan‫ا‬ satu‫ا‬orang‫ا‬ cukup‫ا‬untuk‫ا‬ dua‫ا‬orang,‫ا‬dan‫ا‬makanan‫ا‬ dua‫ا‬orang‫ا‬ cukup‫ا‬untuk‫ا‬ empat‫ا‬
orang”.‫ا‬ (HR.‫ا‬Bukhari,‫ا‬ No:‫ا‬5392,‫ا‬Muslim,‫ا‬ No:‫ا‬2058).
Pengertian hadis di atas menyebutkan bahwa makanan untuk satu orang dapat mencukupi dua
orang, makanan untuk dua orang dapat mencukupi empat orang, dan seterusnya. Hadis ini
mengarahkan supaya setiap orang muslim memiliki kepedulian kepada mereka yang lemah
dan miskin, sehingga dapat mengantarkan mereka pada kehidupan yang layak. Selain dari itu,
hadis ini mengisyaratkan juga agar setiap orang, mengonsumsi makanan secara sederhana
dan tidak berlebihan. Hal ini sangat berkaitan erat dengan pola hidup sederhana dan
kesehatan fisik maupun mental manusia. Mengonsumsi makanan secara berlebihan akan
mengantarkan seseorang untuk menggali kuburnya sendiri. Makan berlebihan dapat
menyebabkan berbagai penyakit yang membinasakan dan merusak terhadap fisik dan rohani
umat manusia.
Seorang muslim yang senantiasa menginfakkan sebagian rezekinya pada orang-orang yang
membutuhkan, akan merasa cukup dengan segala karunia Allah kepadanya. Meskipun
rezekinya tidak banyak, tetapi itu dirasakan sebagai suatu kecukupan yang tetap ia syukuri.
Hatinya selalu tentram dan hidupnya pun nyaman. Dengan kedermawanannya, banyak orang
yang bersimpati kepadanya, dan berdoa untuk kebaikan orang tersebut dalam segala
kehidupannya. Inilah yang dimaksud dengan keberkahan. Dalam hal memperoleh rezeki,
umat Islam diarahkan agar meraih keberkahan dari rezeki tersebut, bukan meraih banyak
jumlahnya. Karena harta yang banyak dan berlimpah kalau tidak disertai keberhakan akan
menjadi sia-sia dan bahkan akan menjerumuskan orang tersebut dalam prilaku yang tercela.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd,
Berbeda halnya dengan orang yang kikir, tidak memiliki rasa empati terhadap sesama,
meskipun hartanya banyak dan berlimpah ruah, tetapi ia merasa hal itu masih kurang dan
tidak cukup baginya. Sehingga ia merasa berat untuk mengeluarkan sebahagian rezekinya
pada mereka yang membutuhkan. Hidupnya selalu dikejar-kejar oleh nafsu duniawi, seolah-
olah ia ingin mencengkeram seisi dunia ini dengan jari-jari tangannya. Akibatnya, ia hidup
dengan prinsip semua orang harus melayaninya bukan aku yang harus melayani mereka.
Sikap demikian inilah yang membuat hidupnya tidak barakah dan tidak pernah merasa cukup
atas rezeki yang ia dapatkan. Manusia seperti ini, digambarkan seperti orang yang meminum
air laut, semakin banyak diminum, merasa semakin haus dan dahaga.
Manusia muslim harus memperhatikan nasib masyarakat yang berada di bawah garis
kemiskinan yang lebih sulit dan menderita dari dirinya. Ia harus empati dan iba untuk
menolong dan meringankan beban mereka. Jika hal itu terwujud, maka jurang kemiskinan
pun bisa diminimalisir dan angka gejolak sosial pun dapat ditekan. Dengan demikian,
masyarakat muslim akan sejahtera sesuai dengan tatanan dan tuntunan agamanya. Alangkah
agungnya ajaran Islam yang memandang semua umatnya adalah bersaudara yang harus saling
membantu dan menolong antara satu dengan yang lain. Bahkan, lebih jauh lagi, Islam melalui
sabda Rasulullah SAW memandang bahwa iman seseorang tidak sempurna sehingga ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
‫ا‬
‫ه‬َ ‫ا‬َ‫ن‬َِْ‫َن‬‫ي‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬ََ‫ه‬‫ه‬‫ه‬ُ، ‫ع‬ِ‫ا‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ِ‫ح‬ ْ‫َح‬‫ي‬ ‫ا‬ْ‫إ‬‫ي‬ ْ‫ي‬‫ه‬ ْ ُ‫ه‬ِ ‫ا‬ِ‫ح‬ ْ‫َح‬‫ي‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ال‬َ‫س‬‫ه‬‫ه‬ْ‫م‬ (‫ُُُح‬ ‫بخُُي‬ ‫ُم‬ ‫لب‬ ‫ال‬ ُِ)
“Tidak‫ا‬ sempurna‫ا‬ iman‫ا‬ seseorang‫ا‬ sehingga‫ا‬ ia‫ا‬mencintai‫ا‬ saudaranya‫ا‬ seperti‫ا‬ ia mencintai
dirinya‫ا‬ sendiri.”‫ا‬ (HR.‫ا‬Bukhari,‫ا‬ No:‫ا‬13,‫ا‬Muslim,‫ا‬ No:‫ا‬45).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Kaum Muslimin dan Muslimat yang kami cintai,
Selain menyerukan untuk empati atau solidaritas pada sesama, pengarahan berikutnya dari
hadis di atas adalah menyebarkan salam. Ia merupakan pesan yang sangat tinggi bagi
kemanusiaan berupa tegur sapa yang mengandung arti perdamaian dan kesejahteraan. Karena
mengandung nilai perdamaian dan kesejahteraan itulah, ucapan tersebut harus disebarluaskan
pada setiap orang, baik orang yang dikenal maupun tidak. Hidup yang damai dan sejahtera
adalah dambaan semua manusia yang beradab. Tidak ada seorang pun yang menginginkan
adanya kekerasan, dan tindakan yang tidak berperikemanusiaan mengenai dirinya. Oleh
karena itu, Islam sebagai agama yang membawa rahmat untuk semesta alam (rahmatan lil
alamin), sesuai namanya, juga menyerukan umatnya untuk menebarkan perdamaian dan
saling mencintai antar sesama manusia.Cinta kasih adalah modal utama untuk mewujudkan
hidup rukun, aman, dan tentram. Tetapi jika ada pihak atau sekelompok manusia yang
menginginkan untuk mencabik nilai-nilai yang tinggi itu, maka Islam melalui sabda Nabi
Muhammad SAW, dengan tegas menyatakan bahwa mereka tidak akan memperoleh
kesuksesan di dunia dan akhirat.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Demikianlah, ajaran Islam yang paripurna dan senantiasa relavan untuk diamalkan umat
manusia sampai akhir masa, demi mencapai kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Bangsa yang
berkeadaban adalah umat yang selalu memperhatikan nasib masyarakat sekitarnya. Mereka
dapat hidup tenang dan damai, jika masyarakatnya berkecukupan. Sebaliknya mereka merasa
gundah dan gelisah, jika masyarakatnya hidup susah. Hal ini digambarkan Nabi SAW
sebagaimana‫ا‬ hadis‫ا‬dari‫ا‬Nu’man‫ا‬ bin Basyir:
‫ب‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬ْ ‫ينها‬ْ‫ه‬َِْ‫ن‬َ‫ل‬‫ُم‬ ‫ن‬ْ‫ا‬ ‫ا‬َ‫ب‬َْْ‫ل‬َ‫ه‬ُ‫ه‬‫ك‬‫ه‬ْ ‫ا‬َ‫ب‬ْ‫م‬ْ‫ُب‬ ‫ه‬ُ‫ه‬ْ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َْْ‫س‬َُِ‫ه‬‫ا‬‫ه‬ْ ‫ه‬ُ، ‫ا‬ْْ‫ه‬‫ر‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ر‬ ‫ا‬َْ‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫د‬‫ُم‬، ُ‫ه‬‫ذ‬ْ‫ه‬ ‫ع‬‫ه‬‫ة‬‫ه‬‫ا‬َُْ ُ ََُ‫و‬َ‫ه‬ ‫ع‬‫ه‬‫ه‬ُ‫ه‬َ‫ه‬ْ َ‫إ‬‫ه‬‫م‬ ‫ا‬َ‫ك‬َُْ‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬
ْ‫ح‬َْ‫ه‬‫ال‬‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ك‬‫ه‬َِ‫ال‬‫ُم‬ًْ ‫ع‬ِ‫ل‬َ‫ح‬‫ُم‬ ‫ه‬ُ (‫ُُُح‬
‫بخُُي‬ ‫ُم‬ ‫لب‬ ‫ال‬ ُِ)
“Kamu‫ا‬ melihat‫ا‬ kaum‫ا‬ mukminin‫ا‬ dalam‫ا‬ hal‫ا‬sayang‫ا‬ menyayangi,‫ا‬ cinta mencintai, dan kasih
mengasihi, bagaikan satu tubuh, jika ada salah satu anggota tubuh yang mengeluh (sakit),
maka anggota-anggota tubuh lainnya ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan merasa
demam”.‫ا‬ (HR. Bukhari, No 6011; Muslim, No 2586).
Sikap dan cara pandang itulah yang harus kita usung bersama, yaitu solidaritas terhadap
sesama. Dalam nuansa Idul Adha ini, di balik merayakan kegembiraan dan kemenangan kita
dengan takbir, tahlil, dan tahmid, kita pun harus menengok saudara-saudara kita yang masih
hidup dalam garis kemiskinan. Kepada mereka, kita ulurkan tangan. Untuk mereka, kita
hentikan gaya hidup yang berlebihan. Marilah kita berbagi dan empati dalam kerangka
solidaritas sosial untuk bahu membahu mewujudkan masyarakat yang mapan dan sejahtera.
Berkaitan dengan hal inilah maka pada hari Idul Adha dan hari-hari Tasyriq (tanggal 11, 12,
13 Dzul Hijjah), diperintahkan kepada kita agar melaksanakan ibadah kurban. Kurban itu
diarahkan agar dilakukan secara ikhlas, semata-mata mengharap keridhaan Allah SWT.
Ibadah itu dilaksanakan karena Allah, dan mengahrap keridhaan-Nya. Sedangkan daging
kurbannya adalah diperuntukkan bagi mereka yang hidup dalam kekurangan dan amat
membutuhkan protein hewani. Tidaklah akan sampai kepada Allah darah dan daging kurban
itu, yang sampai kepada Allah adalah ketakwaan dari mereka yang melakukan kurban
tersebut.
‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬‫م‬ ‫ا‬‫ه‬‫ن‬ُ‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬
‫ه‬ ِ‫ُه‬ ُ‫ه‬َََُِ‫ح‬َ‫م‬ َ ‫ه‬ُ ُ‫ه‬‫م‬َ‫ُا‬‫ه‬ِْ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ة‬‫ه‬‫م‬ ‫ه‬ُ َ‫إ‬َ‫م‬ُ‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫ي‬ ‫ب‬ ‫ه‬َُِِ‫ا‬‫ُم‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬َ‫ه‬ِْ ‫رها‬ْ‫م‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ر‬ ُ‫ه‬‫م‬‫ه‬‫ك‬ِ‫خ‬‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬‫ه‬‫م‬ َُُ‫ك‬ْ‫ب‬‫ه‬‫ة‬َ‫ا‬ْ‫م‬ ‫ا‬
‫ه‬ ِ‫ُه‬ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬ِ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬ُ‫ه‬َ‫ه‬‫م‬ ‫ا‬ْ‫ك‬ْ ‫ه‬ً ‫ه‬ُ ‫ينها‬ْ‫ه‬ْ‫ال‬َ‫ح‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah,
tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah Telah
menundukkannya untukmu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya
kepadamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang‫ا‬ yang‫ا‬ berbuat‫ا‬baik”.‫ا‬ (QS.‫ا‬Al-Haj,
22:37).
‫ا‬
ِْ‫ه‬‫ب‬ُ‫ه‬‫ب‬ْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬َ‫ي‬ ْ
‫ي‬ ََُُ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ال‬َ‫س‬‫ه‬‫ر‬ ‫ه‬ُ ‫ب‬ ‫ه‬َُِ‫ه‬‫ا‬ًْ ‫ا‬
ِْ ‫ن‬ْ‫ا‬ ُ‫ه‬‫ك‬‫م‬ ‫ا‬ََْ‫ي‬ْ‫ا‬َ‫م‬ُ ‫ا‬ََْ‫ي‬ْ‫ا‬ِ‫ال‬‫ُم‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ِ‫ر‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ه‬ُ‫ه‬ِ، ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ا‬ َ‫إ‬‫ه‬‫ه‬ُ‫ه‬ِ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬ََُ‫ه‬‫ا‬ َ‫ي‬ْ‫ا‬ِ‫ال‬‫َُم‬َ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ع‬ ‫ه‬‫ك‬َ‫ه‬‫ه‬ُ ‫ع‬ِ‫م‬ ‫ه‬ُ‫ه‬ْ ‫ه‬ُ
‫ا‬‫ه‬ََُ‫ه‬‫ا‬ ‫ن‬ْ‫ا‬ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬‫أ‬ِ‫و‬‫ُم‬ ‫ا‬ََْ‫ي‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ب‬َ‫م‬ُ، ‫ا‬َ‫ن‬ ََُ‫ل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫م‬ َُ‫ه‬‫ل‬ ُ‫ه‬‫ك‬‫م‬ ‫ا‬َ‫ك‬ْ‫س‬َ‫ت‬‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬
‫ه‬ِ ‫ا‬‫ه‬‫ب‬َ‫ي‬ِْ‫ه‬‫ا‬َ‫م‬ُ ‫ن‬ْ‫م‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬‫ه‬‫م‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬
ْ‫َل‬‫ي‬ْ‫ل‬‫ه‬‫د‬ْ‫م‬ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ َ‫إ‬ِ‫ر‬ْ‫ه‬ ‫ا‬‫ه‬َُ‫م‬ ‫ا‬َُ ََُ‫س‬‫ه‬‫ت‬َ‫م‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ي‬ ْ‫ه‬ِ‫ُمك‬.
Khutbah II
(7x) ‫ا‬
َ‫لل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ
َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬‫ه‬ُ ‫ا‬
ْ‫لل‬ ‫ا‬
ْ‫أ‬‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬‫ه‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫م‬ُ ََ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫س‬‫ه‬ُ ‫ا‬
‫ه‬‫إ‬‫م‬ْ‫ه‬ ‫ه‬
َ ‫ا‬
َِْ‫ه‬ ‫ا‬
َِ ََ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫س‬‫ه‬ُ ََُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ا‬
َ‫ح‬َََ‫ب‬‫ه‬‫ه‬ َ‫إ‬َ‫م‬ ََُ‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ، َ‫إ‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ن‬ َُ‫ه‬ُ ‫ا‬
َ‫ا‬‫ه‬‫ل‬َ‫ه‬‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬‫ه‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ل‬ْ‫م‬، ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫مل‬‫ه‬ُ ‫ا‬ْْ‫ه‬‫ي‬ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ر‬َْْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬
‫ا‬َُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫م‬ِ ‫ا‬ْ‫إ‬ًُْ‫ه‬‫ح‬َ‫ي‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ل‬َُ‫ه‬ُ، ُ‫ه‬‫ي‬ ُ‫ه‬َِ‫ي‬‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ك‬ِ‫م‬ُ ‫ا‬
َ‫ه‬‫ه‬ُِِ َُ ُ ََُُِِْ ‫ا‬
‫ه‬ِ ‫ا‬ِ‫ق‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ُْْ‫ه‬َِْ ‫ا‬
‫ه‬َ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫ن‬َْ ََُ‫ل‬‫ه‬ْ ‫ا‬
َِْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ا‬َ‫ر‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫سها‬ ََُ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َِ ‫ا‬‫ه‬‫ن‬ُ‫ه‬‫ل‬ ‫ا‬
َِ ‫ع‬‫ه‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ه‬ْ ‫ن‬ْ‫ا‬
‫ا‬ْ‫إ‬ًُْ‫ه‬‫ا‬ْ‫ر‬ ‫ا‬ْ‫َب‬‫ي‬ ْ‫ك‬‫ه‬‫ة‬َ‫م‬ُ: ُ‫ه‬‫ي‬ ُ‫ه‬َِ‫ي‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ُن‬ِ‫ه‬‫ُم‬ ‫ا‬
ََََُُ‫ب‬َ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ًِ‫ه‬ُ ‫ي‬ْ‫ك‬ِ‫م‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬‫ه‬ِ‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ي‬ ‫ينها‬ْ‫ك‬ِ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫ن‬ِْ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ْ‫ل‬َ‫ب‬‫ه‬‫ل‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ِ‫ل‬‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫م‬ ‫ُسها‬َِِ‫ا‬‫ه‬ْ ‫ا‬‫ه‬‫ن‬ُ‫ه‬‫ل‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬ُ‫ا‬َ‫ن‬ ََُ‫ن‬ ‫ا‬
ِْ ‫ع‬ِ‫ل‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬
َِ ‫ا‬ْ‫إ‬َ‫ي‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬‫ه‬‫ب‬ِ‫ل‬‫ه‬‫ن‬ ‫ه‬ُ: ‫ا‬ْ‫ق‬ُِْ
‫ا‬
‫ه‬ ِ‫ُه‬ ُ‫ه‬‫ل‬َ‫ر‬َ‫ي‬‫ه‬‫ه‬ ‫ْها‬َ‫ه‬َ‫ر‬ ‫ا‬
ْ‫ل‬ْ‫ب‬َْ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬
‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫ي‬ْ‫ي‬ِ‫ال‬‫ُم‬ ‫ا‬
‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬ُ ُ‫ه‬ََ‫ح‬َ‫ل‬‫ه‬ْ ‫ا‬ْ‫ق‬ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ي‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ُن‬ِ‫ه‬‫ُم‬ ‫ا‬ُ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ًْ ‫ا‬ُ‫ن‬‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫ه‬. ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫مل‬‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ع‬ َُُ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫ُء‬‫ه‬‫س‬‫ه‬‫ل‬َ‫خ‬َ‫م‬ُ ‫َنها‬‫ي‬َُِْْْ‫ُمك‬ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬
ْ‫َل‬‫ي‬ْ‫ل‬‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ا‬‫ه‬ًُ‫ه‬‫ح‬ِ‫ص‬‫ُم‬
‫َنها‬‫ي‬ْ‫ا‬ًُِْ‫ا‬‫ُم‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬ََ‫ه‬‫ا‬ْ‫ب‬‫ه‬ْ ‫ا‬ُ‫ُس‬‫ه‬‫ال‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ًْ ‫ع‬‫ه‬‫م‬ْ‫ه‬ ‫ا‬ْ‫ه‬ َُ‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ْ‫َن‬‫ي‬َْ‫ُم‬، ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫مل‬‫ه‬ُ ُِ‫ر‬ْ‫ه‬ ‫رها‬َ‫م‬‫ه‬‫ل‬َ‫ال‬‫ه‬‫ر‬ َُ‫ر‬ُ‫ه‬‫ل‬َ‫ي‬ْ‫ه‬ ‫ا‬َ
‫أ‬ُِْ‫ه‬‫ر‬ َُ‫ه‬َ‫ي‬ِْ‫ه‬‫ي‬ ‫ه‬ُ َُ‫ل‬ْ‫ب‬ُ‫ه‬‫ي‬ َُ‫ب‬َ‫ل‬‫ه‬‫ل‬ ‫ه‬ُ َُ‫ا‬ُْْ‫ه‬‫ي‬ َُ‫ر‬ُ‫ه‬‫ال‬ْ‫م‬ ‫ه‬ُ َُ‫ك‬ْ‫ر‬ُ‫ه‬‫ذ‬ ‫ا‬
َ‫ا‬‫ه‬ً َُ‫ه‬ْ ‫ه‬ُ
َُ‫ه‬ ََُ‫ص‬‫ه‬‫ر‬، ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫مل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬ْ‫س‬َ ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ه‬َِْ‫ن‬َ‫ل‬َ‫ل‬ْ‫م‬ ‫ا‬ْ‫ا‬ُ‫ه‬‫ه‬َِْ‫ن‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ا‬ُ‫ه‬‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ُء‬‫ه‬‫ي‬َ‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َََ‫ه‬ِْ ‫ا‬ْ‫ا‬ُ ‫ه‬َُِ‫ه‬ َ ُ ‫ه‬ُ ‫رها‬ِ‫ر‬ْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ل‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬َ‫َح‬‫ي‬ ْ‫ك‬‫ه‬‫ل‬ ‫ا‬َ‫َح‬‫ي‬ ْ‫د‬َِ ‫ا‬ْ‫ا‬ُ ‫ه‬ُ‫ه‬‫ه‬َِ‫ُم‬،
‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫مل‬‫ه‬ُ ‫ا‬
ْ‫ص‬ْ‫ل‬َ‫ي‬‫ه‬ُ ‫ا‬
‫ه‬‫ك‬ُ‫ه‬‫ه‬َ‫ُمك‬ ‫ا‬
‫ه‬‫ا‬ِ‫ي‬ْ‫ه‬ِ‫ُمك‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬َْ‫ه‬‫ا‬َُُ ‫ه‬ُ ُِ‫ي‬ْ‫ال‬َ‫ي‬ْ‫ر‬ ََََُ‫ر‬ْ‫ه‬ ‫ا‬‫ه‬ُُ‫ه‬‫ي‬ْ‫ب‬ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ا‬
َ‫ا‬‫ه‬‫ه‬ِِْ ‫ا‬
َ‫ا‬ِ‫ي‬ ْ‫ي‬‫ه‬ُ، ُ‫ه‬‫ه‬ًِ‫ه‬ُ ُ‫ه‬‫ه‬ِْْ ‫ع‬ْ‫ا‬ ُ‫ه‬‫ي‬َ‫ر‬َِ‫ُم‬ ‫ا‬
‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫ه‬‫ا‬
َ‫ا‬‫ه‬‫ه‬ ‫ع‬ْ‫ا‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬
ْ‫ك‬ ‫ه‬‫ك‬ ْ‫ي‬ َ ُ ‫ا‬
َ‫ا‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ه‬ْ‫ل‬ ‫ه‬ُ
‫ا‬‫ه‬‫ُأ‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ُُِْ‫ه‬‫ُم‬. ‫ا‬
‫ه‬‫ب‬ُ‫ه‬‫ب‬ْ‫ه‬ ‫ا‬
ِْ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬َ‫ي‬ ْ
‫ي‬ ََُُ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ال‬َ‫س‬‫ه‬‫ر‬ ‫ه‬ُ ‫ب‬ ‫ه‬َُِ‫ه‬‫ا‬ًْ ‫ا‬
ِْ ‫ا‬ْ‫اع‬ ‫ا‬ْ‫ك‬ْ‫ُمال‬ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ا‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ُ ََُ‫ب‬ْ‫ر‬ُ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬ْ ْ‫ُه‬ ‫ه‬ُ‫ه‬‫س‬َ‫م‬ُ ُ‫ه‬ِ ‫ا‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬َ‫ه‬َ ُ‫ه‬ََ‫ه‬ِْ ُ‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫نها‬‫ه‬‫ط‬‫ه‬ً، ‫ا‬ِ‫س‬ْ‫ه‬ ‫ا‬
‫ه‬ِ ‫ا‬َ‫ك‬ََِ‫ل‬‫ه‬‫ي‬
‫ا‬ْ‫ن‬ََ‫ه‬‫ا‬َ‫م‬ًُْ ‫ا‬ْ‫ُس‬‫ه‬‫ال‬َ‫ه‬ْ َ
‫ُا‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ُء‬‫ه‬‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ذ‬ ‫ع‬‫ه‬ًَ‫ك‬ََِ‫م‬ُ ‫ع‬‫ه‬ََ‫ه‬‫ه‬‫ي‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫هُء‬ َ‫ح‬‫ه‬‫س‬َ‫م‬ُ ‫ا‬ْ‫ك‬‫ه‬‫ة‬َ‫ه‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬
ْ‫ن‬َ‫ت‬‫ه‬‫ب‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬َِْ‫ا‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ِ‫ل‬‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫م‬ ‫سها‬ ََُ‫ك‬ِ‫ر‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬ْ، ‫ا‬َ‫ك‬َ‫ر‬ْ‫ك‬‫ه‬‫م‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬
ِْ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ، ‫ا‬
َ‫لل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ
‫ا‬
ْ‫لل‬ُ َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬ُ.
َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬‫ه‬ُ ‫ا‬
ْ‫لل‬، َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬‫ه‬ُ ‫ا‬
ْ‫لل‬ ‫ا‬َ‫ب‬ْ‫ك‬ِ‫م‬ُ ‫ا‬‫ه‬ْ‫ه‬‫ا‬‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬
‫أ‬َ‫ن‬ ْ َ
َُ ََُِ‫ي‬ ْ‫ك‬‫ه‬ِ َُ‫ي‬ُْ‫ه‬‫ن‬، ‫ا‬‫ه‬ُ‫ا‬
‫ه‬َ‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ة‬ْ‫ال‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ا‬َ‫ل‬َ‫ل‬ْ‫م‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ًْ ‫سها‬ َُ‫ه‬ََ‫ه‬‫ه‬‫ي‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬
‫ه‬‫ب‬ُ‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫س‬َ‫م‬ُ َُ‫ر‬ُ‫ه‬‫ة‬‫ه‬ِ َُ‫ي‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ه‬. ََ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫س‬‫ه‬ُ ‫ا‬
‫ه‬َ ‫ا‬
‫ه‬‫إ‬‫ه‬‫م‬ُْ ‫ا‬
َُِْ ‫ا‬
َِ
‫ا‬
َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫َرها‬‫ي‬ ْ‫هك‬ْ ‫ه‬
َ َ‫إ‬‫ه‬‫م‬، ‫ا‬
‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ب‬ُ‫ه‬َ‫ه‬ْ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ا‬‫ه‬َُ‫م‬ ‫ا‬َ‫َك‬‫ي‬‫ه‬‫ي‬ َُُِ‫ه‬ِِِ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬‫ال‬َ‫ه‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ َُ‫ي‬َْ‫ه‬‫ر‬. ََ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫س‬‫ه‬ُ ُ‫ه‬‫ر‬‫ه‬َْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬ ََُِ‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬
َ‫ح‬َََ‫ب‬‫ه‬‫ه‬ َ‫إ‬َ‫م‬ ََُ‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َْ ْ
‫ص‬ِ‫ا‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ا‬ْ‫ه‬ ُُْ‫ه‬‫ة‬‫ه‬‫ل‬َ‫م‬ًُْ َُُُ‫ه‬‫ب‬ْ‫ر‬
َُ‫ي‬ْ‫ب‬‫ه‬‫ي‬ ‫ه‬ُ. ‫ا‬ِ‫ب‬ََِ‫ل‬‫م‬‫ه‬ُ ‫ا‬ْْ‫ه‬‫ص‬‫ه‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ر‬َْْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬َُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ُسها‬‫ه‬‫ر‬ ‫دها‬ْ‫ب‬ُ‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ََْ‫ه‬ ‫ه‬َُ‫م‬ُ ‫ُسها‬‫ه‬‫ر‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬
ََ ََُ‫ن‬ ‫ه‬ُ َُ‫ي‬ْ‫ب‬‫ه‬‫ر‬، ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫م‬ِ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ب‬َ‫ح‬‫ه‬‫ي‬ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ك‬ِ‫م‬ُ ‫سها‬ ََُ‫ه‬ْ‫ال‬َ‫ح‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫ب‬ََ‫ه‬ِ‫ه‬‫أ‬َ‫ن‬ْ‫ه‬
‫ا‬َ‫ب‬‫ه‬‫م‬ ‫ه‬ُ ُ ََُ‫ل‬‫ه‬‫ا‬َ‫س‬‫ه‬‫ي‬ َُ‫ي‬َ‫ي‬‫ه‬ْ ‫ا‬َ‫ي‬ ْ‫ك‬‫ه‬‫ا‬،ُ ُِِ‫ه‬ُ َََ‫ا‬‫ه‬ً، ُ‫ه‬‫ي‬‫ه‬‫ا‬ ُ‫ه‬َِ‫ي‬‫ه‬ُ ‫سها‬ ََُ‫ك‬ ْ
‫ُر‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬‫ه‬‫ل‬ ْ‫ه‬‫ه‬ُ ‫ا‬
َِ، ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ه‬َ‫ي‬ ْ
‫ي‬ ََُُ ‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ال‬َ‫س‬‫ه‬‫ر‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬ُِ‫ي‬ْ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ب‬ ‫ه‬َُِ‫ه‬‫ا‬ًْ ‫ا‬
ِْ، ََ‫ه‬ِ‫ه‬‫ا‬ ‫ُاها‬‫ه‬‫ا‬ ‫سها‬ ََُِِ‫ا‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ.
‫ا‬‫ه‬‫ن‬ُ‫ه‬‫ل‬ ‫ا‬
َِ ‫ع‬‫ه‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ه‬ْ : ‫ا‬ْ‫ب‬َ‫ال‬ًْ ‫ا‬
ِْ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬‫ل‬َ‫ه‬ِ‫ُمك‬ ‫ا‬ْ‫َب‬‫ي‬ ْ‫ه‬ِ‫ُمك‬، ُ‫ه‬‫ي‬ ُ‫ه‬َِ‫ي‬‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ك‬ِ‫م‬ُ ُ ََُ‫ه‬‫ه‬ِِ ُ ََُُِِْ ‫ا‬
‫ه‬ِ ‫ا‬ِ‫ق‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ُْْ‫ه‬َِْ ‫ا‬
‫ه‬َ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫ن‬َْ ََُ‫ل‬‫ه‬ْ ‫ا‬
َِْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ا‬َ‫ر‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫سها‬ ََُ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َِ
Perayaan Idul Adha selalu menjadi momen spesial bagi umat Islam sedunia. Setidaknya ada
dua hal pokok yang selalu menonjol dalam momen tersebut; pertama, ibadah haji. Jutaan
Mulim dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Tanah Suci untuk memenuhi rukun Islam
yang kelima. Kedua, pelaksanaan kurban atau penyembelihan sejumlah binatang ternak.
Kesempatan ini sebagai bentuk solidaritas pelaksana kurban kepada kaum fakir, miskin,
kerabat, dan tetangga sekitar dengan berbagi daging sesembelihan.
Kedua pelaksanaan ibadah tersebut tak bisa dilepaskan dari sejarah dan ajaran Nabi Ibrahim
dan keluarganya. Meski tiap tahun Idul Adha dirayakan, sepertinya hanya sebagian kecil saja
dari kita meneladani Nabi Ibrahim dalam kehidupan sehari-hari. Kita seperti selalu baru ingat
keteladanan tersebut menjelang Idul Adha. Sehingga ajarannya pun dilaksanakan hanya tiap
tahun. Padahal, esensi ajaran beliau, terutama soal berkurban, memiliki makna yang luas dan
bisa diterapkan dalam jangka waktu tak terbatas.
Jamaah‫ا‬ shalat‫ا‬ Jum’at‫ا‬ hadâkumullâh,
Seperti sering diceramahkan di panggung-panggung dakwah dan mimbar-mimbar khutbah,
peristiwa hari raya kurban merujuk pada kisah diperintahkannya Nabi Ibrahim untuk
menyembelih putra semata wayangnya, Ismail. Bisa dibayangkan seandainya Nabi Ibrahim
seperti ayah-ayah kebanyakan di dunia ini, betapa pedih dan teririsnya hati beliau saat hendak
menggorok sang buah hati yang sekian lama ia damba-dambakan.
Bagi Ibrahim, Ismail tentu adalah anugerah paling mahal. Lebih dari sekadar menghapus
dugaan kemandulan istri beliau selama ini, melainkan sang putra adalah pribadi yang cerdas,
sabar juga bijaksana. Ada masa depan gemilang dari dalam diri Ismail ‘alaihis salâm. Tapi,
Nabi Ibrahim bukan seperti ayah-ayah kebanyakan. Kecintaannya kepada Allah subhânahu
wata‘âlâ‫ا‬ yang‫ا‬ memuncak‫ا‬ mengalahkan‫ا‬ segalanya.‫ا‬ Melalui‫ا‬ musyawarah‫ا‬ dan‫ا‬persetujuan‫ا‬
(tanpa paksaan) putranya itu, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah penyembelihan itu,
meskipun pada akhirnya ritual itu batal ditunaikan atas kehendak Allah.
Larangan Allah terhadap penyembelihan darah manusia (Ismail) oleh Nabi Ibrahim
membuktikan bahwa perintah yang didapat dari mimpin tersebut sebatas ujian dan bahwa
ritual pengorbanan nyawa manusia—sebagaimana tradisi biadab sejumlah kaum terhadulu—
adalah hal yang dikecam keras. Nabi Ibrahim lulus dari ujian super berat, dan objek
penyembelihan pun digantikan dengan domba yang besar.
Jamaah‫ا‬ shalat‫ا‬ Jum’at‫ا‬ hadâkumullâh,
Ada pesan menarik dalam kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya ini. Cerita tersebut
menunjukkan bahwa tak ada harta paling sejati dan paling mahal disbanding ketundukan
secara total kepada Allah subhâahu wata‘âlâ. Nabi Ibrahim mampu meruntuhkan seluruh
cara pandang hidup yang mengatakan kekayaan duniawi, termasuk anak, adalah hal yang
paling utama. Dalam Al-Qur’an‫ا‬ sendiri‫ا‬ dikatakan:
ُ‫ه‬‫ل‬ِ‫ر‬ْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬َ‫م‬ُ ‫ه‬َُِ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬َ‫ب‬َ َُ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬
َ‫ا‬‫ه‬‫ه‬َ‫ا‬ْ‫ا‬ ‫ا‬
َِ ‫ه‬ُ ‫ا‬
َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬ْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ك‬َُ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬‫ي‬ِْ‫ه‬‫ه‬
“Sesungguhnya‫ا‬ hartamu‫ا‬ dan‫ا‬anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah
pahala‫ا‬ yang‫ا‬ besar.”‫ا‬(QS‫ا‬at-Taghabun: 15)
Kurban berasal dari bahasa Arab qurbân yang‫ا‬ artinya‫ا‬ “pendekatan‫ا‬ diri”.‫ا‬ Maksudnya‫ا‬ adalah‫ا‬
mendekatkan diri kepada Allah. Dalam ajaran formal Islam, kurban dilaksanakan tiap tahun
dengan menyembelih sejumlah hewan ternak tertentu. Oleh karenanya, kurban berhubungan
erat‫ا‬dengan‫ا‬ korban‫ا‬(pakai‫ا‬‘o')‫ا‬dalam‫ا‬ bahasa‫ا‬Indonesia.‫ا‬ Sebab,‫ا‬seorang‫ا‬ pelaksana‫ا‬ kurban‫ا‬
tengah mengorbankan sebagian hartanya berupa hewan ternak untuk dibagikan kepada
sesama.
Nabi Ibrahim yang menjadi teladan dalam ritual tahunan tersebut mengajarkan bahwa
seorang hamba janganlah tertipu daya dengan kekayaan yang sifatnya sesaat saja. Ada
kehidupan yang lebih hakiki dan perlu diperjuangkan ketimbang kehidupan dunia yang fana.
Karena itu, mengorbankan sebagian harta lillâhi ta‘âlâ tidak akan ada ruginya. Sikap
semacam inilah yang ditunjukkan Nabi Ibrahim, yang juga diikuti putranya, Ismail, yang
begitu patuh dan saleh. Dengan bahasa lain, pengorbanan adalah bentuk cara pandang
manusia yang jauh ke depan menuju kehidupan bahagia di akhirat kelak secara abadi.
ُ‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫ا‬
َ‫ك‬ُ‫ه‬‫ي‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬ُ ُ‫ه‬‫ي‬َ‫ر‬َِ‫ُم‬ ‫ا‬ِ
َْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ح‬ْ‫ا‬‫ه‬‫م‬ ‫ا‬َََُ‫ه‬‫م‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ََُُِ‫ل‬‫ه‬‫م‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬
َ‫ك‬ ‫ه‬‫ك‬ ْ‫ي‬ َ ُ ‫ا‬َ‫َك‬‫ي‬‫ه‬‫ي‬ ‫ينها‬ْ‫ك‬ِ‫ل‬ْ‫م‬ ‫ُسها‬َِِ‫ا‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬‫ه‬
‫أ‬‫ه‬‫ا‬‫ه‬ُ ‫ُسها‬َ‫ل‬َِْ‫ا‬‫ه‬ْ
“Sesungguhnya‫ا‬ kehidupan‫ا‬ dunia‫ا‬ ini‫ا‬ hanyalah‫ا‬ bermain-main dan senda gurau belaka. Dan
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah
kamu‫ا‬ memahaminya?”‫ا‬ (QS‫ا‬Al-An'am: 32)
Kita yang sering mengaku meneladani Nabi Ibrahim dengan berkurban, sudahkah sebanding
dengan pengorbanan beliau? Sebandingkah dengan semangat pengorbanan Ismail yang masih
bocah? Sebandingkah dengan semangat pengorbanan istri beliau, Siti Hajar?
Jamaah‫ا‬ shalat‫ا‬ Jum’at‫ا‬ hadâkumullâh,
Untuk membeli hewan kurban saja, kita kadang masih bersiasat untuk mendapatkan harga
paling murah, jika perlu membelinya jauh pada bulan-bulan sebelumnya. Kita masih memilih
uang paling kecil ketika kotak amal lewat di hadapan kita. Kita juga, misalnya, sering tak
sudi berkorban sedikit tempat saat menaiki kendaaan umum, berkorban sedikit tenaga untuk
membantu mereka yang membutuhkan. Di manakah semangat kurban yang mewujud dalam
kehidupan sehari-hari?
Kadang pula, karena kita mendapat sedikit pengetahuan agama, kita tak mau berkorban
mendengarkan pendapat kelompok lain. Karena dianugerahi sedikit kedudukan, kita ogah
mendengarkan unek-unek dan aspirasi orang lain.
Berkurban adalah tentang melawan kecenderungan materialisme untuk senantiasa
mendekatkan diri dan bertakwa kepada Allah, serta meraih kebahagiaan yang lebih hakiki.
Semoga al-faqir dan jamaah sekalian dapat menghayati dan menerjemahkan pesan kurban
dalam kehidupan sehari-hari secara maksimal. Wallahu a’lam bish-shawâb.
Khutbah II
َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬‫ه‬ُ ‫ا‬
ْ‫لل‬ ‫ا‬‫ه‬‫لع‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ر‬ُ‫ه‬‫ال‬َ‫ه‬ْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ك‬َ‫ة‬ِ ‫ُم‬ ‫ه‬ُ َ‫إ‬‫ه‬‫م‬ ‫ا‬‫ه‬‫لع‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫إ‬َِْ‫ي‬ْ‫ا‬ َُ‫ه‬ْ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ر‬ُ‫ه‬‫ه‬ْ‫ا‬َُِْ ‫ه‬ُ. ََ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫س‬‫ه‬ُ ‫ا‬
‫ه‬َ ‫ا‬
‫ه‬‫إ‬‫ه‬‫م‬ُْ ‫ا‬
َِْ‫ه‬ ‫ا‬
َِ ‫ا‬
َِ ‫ه‬ُ ‫ا‬
َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬
‫ه‬َ ‫َرها‬‫ي‬ ْ‫هك‬ْ َ‫إ‬‫ه‬‫م‬ ََ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫ُس‬ ُ‫ه‬‫ر‬‫ه‬َْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬ ََُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ
‫ا‬
َ‫ح‬َََ‫ب‬‫ه‬‫ه‬ َ‫إ‬َ‫م‬ ََُ‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ع‬ْ‫ه‬َُِ‫ُم‬ ‫ا‬‫ه‬‫همع‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ر‬ُ ‫ه‬َُ‫ر‬ ُْ. ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫ُمل‬ ‫ا‬ْْ‫ه‬‫ي‬ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ر‬َْْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬َُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ُْ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫م‬‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫إ‬ًُْ‫ه‬‫ح‬َ‫ي‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ن‬ ‫ه‬ُ َُ‫ل‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ال‬‫ه‬ْ َُ‫َك‬‫ي‬‫ر‬ْ‫ر‬
ُِِ‫ه‬ُ َََ‫ا‬‫ه‬ً ‫ي‬‫ه‬‫ا‬‫ا‬
‫ه‬ُ ُ‫ه‬َِ‫ي‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ُن‬ِ‫ه‬‫ُم‬ ‫ه‬َُُِِِْْ ُ‫ه‬‫ل‬َ‫ي‬ْ‫ا‬ ‫ا‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬ِ‫ه‬ُ ُ َََُ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ُ ‫ه‬ُ ُِ‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ع‬‫ه‬َ‫ه‬‫ر‬ ُ ََُ‫ل‬‫ه‬‫ل‬َ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫س‬‫ه‬ُ ‫ا‬
‫ه‬ِ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬ِ‫ه‬ُ ‫ا‬ُ‫ك‬َِ‫ه‬‫ل‬ًْ ‫ا‬
‫ه‬ُ‫ه‬َ‫ه‬ً ‫ا‬ْ‫إ‬َ‫ي‬ْ‫ا‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ال‬َ‫س‬‫ه‬‫ه‬ًْ ‫هع‬‫ه‬َ‫ه‬ْ ‫ه‬ُ ‫ب‬‫ه‬‫ل‬ًْ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ة‬َْ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ن‬ًَََِْ
‫ا‬‫ه‬‫ن‬ُ‫ه‬‫ل‬ ‫ه‬ُ ‫ع‬‫ه‬‫م‬‫ه‬ُ‫ا‬‫ه‬ْ ‫ا‬ِ‫س‬ْ‫ه‬ ‫ا‬
‫ه‬ِ َ‫إ‬‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫ة‬َْ‫ب‬‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫سها‬ َُِ‫ل‬‫ه‬‫ص‬َ‫ي‬ ‫ا‬‫ه‬‫لع‬‫ه‬‫ه‬ ‫ع‬ْ‫ب‬ِ‫ه‬‫ُم‬ ‫آ‬ ‫ي‬ ُ‫ه‬َِ‫ي‬‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ك‬ِ‫م‬ُ ُ ََُ‫ه‬‫ه‬ِِ ُ َُِ‫ل‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ْ‫إ‬َ‫ي‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ُ ََُ‫ل‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ن‬ ‫ه‬ُ َُ‫ل‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ال‬‫ه‬ْ. ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫ُمل‬ ‫ا‬ْْ‫ه‬‫ي‬ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ر‬َْْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬َُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ
‫ع‬ِ‫ل‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬
َِ ‫ا‬ْ‫إ‬َ‫ي‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ن‬ِ ‫ا‬
‫ه‬ُ‫ر‬َْْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬َُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫رها‬َْ‫يآ‬ْ‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ ‫رها‬ْ‫ل‬َ‫ن‬ َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ة‬َْ‫ب‬‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ًِْ‫ك‬‫ه‬َِ‫ل‬‫م‬َُ ‫ا‬‫ه‬‫ع‬ َُُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ََ‫اُمل‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫ُء‬‫ه‬‫س‬‫ه‬‫ل‬َ‫خ‬‫م‬َُ ‫َنها‬‫ي‬َُِْْْ‫ُمك‬ ‫ع‬ًْ‫ه‬ُ
‫ا‬ُ‫ك‬َ‫ة‬‫ه‬ً ‫ك‬‫ه‬‫ل‬َ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ُس‬‫ه‬‫ل‬َ‫ر‬َ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ع‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ا‬ِ‫ي‬ِْ‫ه‬ً ‫ا‬ْ‫ا‬‫ه‬ًُ‫ه‬‫ح‬ِ‫ص‬‫ُم‬ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ا‬ًُِْ‫ا‬‫ُم‬ ‫ه‬ُ ‫ن‬ْ‫ا‬ًُْ‫ه‬ْ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ا‬ًُِْ‫ا‬‫ُم‬ ‫ا‬َ‫ب‬ََ‫ه‬‫م‬ ‫ا‬ُ‫ُس‬‫ه‬‫ال‬َ‫ه‬ًُْْ ‫ا‬ْ‫ه‬ َُ‫ه‬‫ي‬‫و‬‫ه‬‫م‬ُْ ‫ا‬ْ‫َن‬‫ي‬َْ‫ُم‬ ‫ا‬‫ه‬‫ع‬ َُُ ‫ه‬ُ ُِ‫ه‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬َ‫ب‬ََ‫ه‬‫ا‬‫ه‬ِ ‫رها‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ل‬َ‫ه‬‫ه‬‫ك‬ًْ
ُ‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬‫ه‬‫ب‬‫ه‬‫ه‬َُ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ ْ‫ُه‬ِ‫ُمك‬
‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫مل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬ْ‫س‬َ ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ه‬َِْ‫ن‬َ‫ل‬َ‫ل‬ْ‫م‬ ‫ا‬ْ‫ا‬ُ‫ه‬‫ه‬َِْ‫ن‬َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ا‬ُ‫ه‬‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ء‬‫يآ‬َ‫ه‬‫ه‬َ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َََ‫ه‬ِْ ‫ا‬ْ‫ا‬ُ ‫ه‬َُِ‫ه‬ََُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫ُمل‬ ‫ا‬ِ‫أ‬ْ‫ه‬‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫أ‬َ‫ن‬ ْ‫ا‬َُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫ن‬ْ‫ذ‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫شها‬َ‫ك‬ْ ‫ُم‬
‫َنها‬‫ي‬ْ‫ر‬ ْ‫ك‬َ َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬َ‫ص‬َ‫ر‬ُ ‫ه‬ُ ‫شها‬‫ه‬‫ب‬ُ‫ه‬‫ب‬ْ‫ه‬ ‫ا‬
‫ه‬‫ا‬ِ‫ي‬َْ ْ‫ه‬ ‫ه‬َُ‫ل‬‫م‬َُ ‫ا‬َ‫ص‬َ‫ر‬ُ ‫ه‬ُ‫ا‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ا‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ص‬‫ه‬‫ر‬ ‫َنها‬‫ي‬َْ‫ُم‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ك‬َ‫ي‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ا‬‫ه‬‫ن‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ي‬ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ا‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬ِْ‫ه‬‫ب‬ ‫ا‬ْ‫َن‬‫ي‬َْ‫ُم‬‫ه‬‫ء‬ُ‫ه‬ََ‫ه‬‫ه‬ُ ‫ا‬َْْ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫رها‬ُْْ‫ه‬‫ل‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ر‬ ‫ع‬‫ه‬‫م‬ْ‫ه‬
‫ا‬‫ه‬‫ه‬ َُ‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ْ‫َن‬‫ي‬َْ‫ُم‬. ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫ُمل‬ ‫ا‬َ‫ل‬‫ه‬‫ا‬َ‫ب‬ُ ُِ‫ه‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬‫ه‬‫ء‬‫ه‬‫أ‬‫ه‬‫ب‬‫م‬َُ ‫ا‬‫ه‬‫ء‬ُ‫ه‬ً ‫ه‬ُ‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ن‬ ْ‫ا‬‫ه‬َِ‫ُمأ‬ ‫ه‬ُ ‫نها‬‫ه‬‫ح‬ْ‫مل‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ء‬ ََُ‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ه‬َ‫ا‬ْ‫س‬‫م‬َُ ‫نها‬‫ه‬‫ح‬ْ‫مل‬َُ ‫ه‬ُ ُ‫ه‬ِ ‫ا‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬َ‫ه‬َ ُ‫ه‬ََ‫ه‬ِْ ُ‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫نها‬‫ه‬‫ط‬‫ه‬ً ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ر‬َْ‫ه‬‫ل‬‫ه‬ً ُِ‫ي‬ْ‫ال‬َ‫ي‬ْ‫ر‬َََُ‫ر‬ُْ
‫ا‬
َ‫ا‬ِ‫ي‬‫يآ‬ ‫ا‬ْ‫ك‬َُْ‫ه‬‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ُس‬‫ه‬ََ‫ل‬َ‫ب‬‫م‬َُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ا‬
َ‫ا‬ِِ‫هآ‬ ُ‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ِ‫أ‬‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬‫ه‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫م‬َُ. ُ‫ه‬‫ه‬ًِ‫ه‬ُ ‫ا‬
‫ه‬ُ‫ه‬ِْْ ‫ع‬ْ‫ا‬ ُ‫ه‬‫ي‬َ‫ر‬َِ‫ُم‬ ‫ا‬
َ‫ا‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫ه‬ ‫ع‬ْ‫ا‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬
ْ‫ك‬ ‫ه‬‫ك‬ ْ‫ي‬ َُ ‫ا‬
َ‫ا‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ه‬ْ‫ل‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ُأ‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ُُِْ‫ه‬‫ُم‬. ُ‫ه‬‫ه‬ًِ‫ه‬ُ
ُ‫ه‬‫ه‬َ‫ل‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬َ ‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫ال‬َ‫س‬َ‫ر‬‫ه‬ُ‫ا‬َ‫ْس‬ُ ‫ه‬ُُ ‫ا‬َ‫ب‬‫ه‬‫م‬ ‫ا‬َ‫ك‬ْ‫س‬َ‫ت‬‫ه‬ْ ُ‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫م‬ ُ‫ه‬‫ه‬َ‫ل‬‫ه‬‫ه‬َ‫ك‬‫ه‬ْ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫هن‬‫ر‬ ََُ‫ة‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫م‬ ‫نها‬ِْ ‫َنها‬‫ي‬ ْ‫ك‬ْ‫ن‬ُ‫ه‬‫خ‬‫م‬َُ. ‫ا‬
ِْ‫ه‬‫ب‬ُ‫ه‬‫ب‬ْ‫ه‬ ! ‫ا‬ِ‫س‬ْ‫ه‬ ‫ا‬
‫ه‬ِ ُ‫ه‬‫ر‬َ‫ك‬ََِ‫ل‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ْ‫ن‬ََ‫ه‬‫ا‬‫م‬ًَُْ ‫ا‬ْ‫ُس‬‫ه‬‫ال‬َ‫ه‬ْ‫ا‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫َاآء‬‫ي‬ْ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ي‬ْ‫ذ‬ ‫ا‬‫ه‬‫ًع‬َ‫ك‬َِ‫م‬َُ
‫ع‬‫ه‬ََ‫ه‬‫ه‬‫ي‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫آء‬ َ‫ح‬‫ه‬‫س‬‫م‬َُ ‫ا‬ْ‫ك‬‫ه‬‫ة‬َ‫ه‬َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫ن‬َ‫ت‬‫ه‬‫ب‬‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬َِْ‫ا‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ِ‫ل‬‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫م‬ ‫سها‬ ََُ‫ك‬ِ‫ر‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬ْ َُُ‫ك‬َ‫ر‬َ‫ذ‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬
‫ه‬ِ ‫ا‬‫ه‬‫ب‬َ‫ي‬ِْ‫ه‬‫ا‬‫م‬َُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ر‬َ‫ك‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬
َ‫ح‬ ََُ‫ك‬َ‫ة‬َُْ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫لع‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ا‬ْ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬َ‫ب‬ ْ‫أ‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬َ‫ك‬َ‫ر‬ْ‫ك‬‫ه‬‫م‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬
ِْ
‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ

More Related Content

Similar to KHUTBAH.docx

Akhlak sosial
Akhlak sosialAkhlak sosial
Akhlak sosialYuliana
 
Takwa dan Kerukunan Antar Umat Beragama
Takwa dan Kerukunan Antar Umat BeragamaTakwa dan Kerukunan Antar Umat Beragama
Takwa dan Kerukunan Antar Umat BeragamaSovie Silviana
 
Makalah agama Tasamuh dan i'tidal
Makalah agama Tasamuh dan i'tidal Makalah agama Tasamuh dan i'tidal
Makalah agama Tasamuh dan i'tidal Alfiseptina
 
Agama Islam : Akhlak Terpuji
Agama Islam : Akhlak TerpujiAgama Islam : Akhlak Terpuji
Agama Islam : Akhlak TerpujiMaya Hadiyuni
 
11. AKHLAk Sosial.pptx
11. AKHLAk Sosial.pptx11. AKHLAk Sosial.pptx
11. AKHLAk Sosial.pptxwindajubaidah2
 
Materi qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuhMateri qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuhilmupendidikan
 
Materi qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuhMateri qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuhilmupendidikan
 
Mencari Nafkah Halal dibulan Ranadhan saat ini
Mencari Nafkah Halal dibulan Ranadhan saat iniMencari Nafkah Halal dibulan Ranadhan saat ini
Mencari Nafkah Halal dibulan Ranadhan saat iniismailsiabuga
 
Qonaah dan tasawuh
Qonaah dan tasawuhQonaah dan tasawuh
Qonaah dan tasawuhUsmawatidewi
 
Mensyukuri nikmat kemerdekaan
Mensyukuri nikmat kemerdekaanMensyukuri nikmat kemerdekaan
Mensyukuri nikmat kemerdekaanAbi Almira
 
Presentasi Kerukunan Antar Umat Beragama
Presentasi Kerukunan Antar Umat BeragamaPresentasi Kerukunan Antar Umat Beragama
Presentasi Kerukunan Antar Umat BeragamaLia Oktaviani
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhghozali27
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBangFaeshal
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhMamaz-AJi
 

Similar to KHUTBAH.docx (20)

Akhlak sosial
Akhlak sosialAkhlak sosial
Akhlak sosial
 
Takwa dan Kerukunan Antar Umat Beragama
Takwa dan Kerukunan Antar Umat BeragamaTakwa dan Kerukunan Antar Umat Beragama
Takwa dan Kerukunan Antar Umat Beragama
 
Makalah agama Tasamuh dan i'tidal
Makalah agama Tasamuh dan i'tidal Makalah agama Tasamuh dan i'tidal
Makalah agama Tasamuh dan i'tidal
 
Agama Islam : Akhlak Terpuji
Agama Islam : Akhlak TerpujiAgama Islam : Akhlak Terpuji
Agama Islam : Akhlak Terpuji
 
Kepedulian Sosial
Kepedulian SosialKepedulian Sosial
Kepedulian Sosial
 
11. AKHLAk Sosial.pptx
11. AKHLAk Sosial.pptx11. AKHLAk Sosial.pptx
11. AKHLAk Sosial.pptx
 
Khutbah jumaat 1
Khutbah jumaat 1Khutbah jumaat 1
Khutbah jumaat 1
 
Materi qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuhMateri qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuh
 
Materi qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuhMateri qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuh
 
Materi akhl ak sosial
Materi  akhl ak sosialMateri  akhl ak sosial
Materi akhl ak sosial
 
Toleransi antar umat beragama
Toleransi antar umat beragamaToleransi antar umat beragama
Toleransi antar umat beragama
 
Mujahadah an nafs
Mujahadah an nafsMujahadah an nafs
Mujahadah an nafs
 
MAKALAH agamaaa.docx
MAKALAH agamaaa.docxMAKALAH agamaaa.docx
MAKALAH agamaaa.docx
 
Mencari Nafkah Halal dibulan Ranadhan saat ini
Mencari Nafkah Halal dibulan Ranadhan saat iniMencari Nafkah Halal dibulan Ranadhan saat ini
Mencari Nafkah Halal dibulan Ranadhan saat ini
 
Qonaah dan tasawuh
Qonaah dan tasawuhQonaah dan tasawuh
Qonaah dan tasawuh
 
Mensyukuri nikmat kemerdekaan
Mensyukuri nikmat kemerdekaanMensyukuri nikmat kemerdekaan
Mensyukuri nikmat kemerdekaan
 
Presentasi Kerukunan Antar Umat Beragama
Presentasi Kerukunan Antar Umat BeragamaPresentasi Kerukunan Antar Umat Beragama
Presentasi Kerukunan Antar Umat Beragama
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
 
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuhBab 4 qana'ah dan tasamuh
Bab 4 qana'ah dan tasamuh
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 

KHUTBAH.docx

  • 1. (3‫)ء‬ ‫ا‬ َ‫لل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ ‫ا‬ َ‫لل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ ‫ا‬ َ‫لل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ ‫ا‬ َ‫لل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ َُ‫َك‬‫ي‬ْ‫ب‬‫ه‬‫ر‬ َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ْ‫لل‬ َُ‫َك‬‫ي‬ْ‫ر‬‫ه‬‫ر‬ ‫ُسها‬‫ه‬‫ح‬َ‫ب‬َ‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ِْ ‫ا‬ َ‫ك‬ ‫ه‬‫ك‬َ‫ة‬ًَ ‫ا‬ َ‫أ‬َ‫ي‬ ْ ‫ي‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ، ‫ا‬ ‫ه‬‫إ‬‫م‬ْ‫ه‬ ‫ه‬ َ ‫ا‬ َِْ‫ه‬ ‫ا‬ َِ ‫ا‬ َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬ ‫ه‬ُ، ‫دها‬‫ه‬َ‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ص‬‫ه‬‫ر‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ب‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ِ‫أ‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬َُ ‫ا‬‫ه‬‫ه‬‫هأه‬‫م‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ُأ‬‫أه‬َ‫ه‬‫ه‬ َ ُ ‫ا‬ َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬ ‫ه‬ُ، ‫ا‬ ‫ه‬‫إ‬‫م‬ْ‫ه‬‫ه‬َ ‫ا‬ َِْ‫ه‬ ‫ا‬ َِ ‫ا‬ َِ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ، ‫ا‬ َ‫لل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ ‫ا‬ ْ‫لل‬ ‫ه‬ُ َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬‫م‬َُ. َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬‫ه‬ُ ‫ا‬ ْ‫لل‬ ‫ا‬َُْْْ‫ه‬َِ‫م‬ُ (‫ا‬ ْ‫لل‬ ‫ه‬ُ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ ‫ُن‬ِ‫ه‬‫ُم‬ ‫ا‬ِ‫ج‬ ْ‫ه‬ ‫ا‬َْْ‫ي‬‫ه‬‫ب‬َ‫م‬ُ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ا‬ ‫ه‬ُْ‫ه‬‫ط‬‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬ُ ‫ا‬ْ‫إ‬َ‫ي‬‫ه‬‫م‬ْ‫ه‬ ‫ا‬ َ‫أ‬َ‫ي‬ْ‫ب‬‫ه‬‫ن‬)، ََ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫س‬ُ ‫ا‬ ‫ه‬‫إ‬‫م‬ْ‫ه‬ ‫ه‬ َ ‫ا‬ َِْ‫ه‬ ‫ا‬ َِ ‫ا‬ َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ‫ه‬َ ‫َرها‬‫ي‬ ْ‫هك‬ْ َ‫إ‬‫ه‬‫م‬ ، ‫ا‬‫ه‬ََُ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫س‬‫ه‬ُ ُ‫ه‬‫ه‬ِ‫ي‬ْ‫ب‬‫ه‬‫ر‬ ََُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ا‬ َ‫ح‬َََ‫ب‬‫ه‬‫ه‬ َ‫إ‬َ‫م‬ ََُ‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ، ‫ا‬ َ‫ك‬‫ه‬‫أ‬ِ‫ص‬‫ُم‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ه‬‫ه‬‫أ‬ِ‫ال‬‫ُم‬ ‫ه‬ُ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ر‬َْْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬َُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫م‬ِ ‫ا‬ْ‫إ‬ًُْ‫ه‬‫ح‬َ‫ي‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ا‬ًُِْ‫ا‬‫ُم‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬ََ‫ه‬‫ا‬ْ‫ب‬‫ه‬ْ ‫ا‬ُ‫ُس‬‫ه‬‫ال‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ًْ ‫ع‬‫ه‬‫م‬ْ‫ه‬ ‫ا‬ْ‫ه‬ َُ‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ْ‫َن‬‫ي‬َْ‫ُم‬. (ُِِ‫ه‬ُ َََ‫ا‬‫ه‬ً). ُ‫ه‬‫ي‬‫ه‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ب‬ُ‫ه‬‫ب‬ْ‫ه‬ ‫ا‬ ِْ، ‫ا‬ْ ‫ي‬ ََُُ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ال‬َ‫س‬‫ه‬‫ر‬ ‫ه‬ُ ‫ب‬ ‫ه‬َُِ‫ه‬‫ا‬ًْ ‫ا‬ ِْ ََ‫ه‬ِ‫ه‬‫ا‬ ‫ُاها‬‫ه‬‫ا‬ ‫سها‬ ََُِِ‫ا‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ِ‫ر‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ه‬ُ‫ه‬ِ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ِ‫ل‬‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫م‬ ‫سها‬ ََُ‫ل‬‫ه‬‫ه‬َ‫ك‬َْ. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia Umat Islam yang berada di tanah air menyambut hari raya Idul Adha yang mulia dengan takbir, tahlil, dan tahmid sebagai ungkapan rasa syukur, sedangkan jutaan umat Islam di tanah suci Makkah, Arafah dan Mina sedang berkonsentrasi menunaikan manasik haji. Mereka datang dari berbagai pelosok dunia, dari berbagai bangsa dan suku, dari latar belakang yang berbeda, menyatu dalam kepasrahan kepada Allah SWT. Mereka menanggalkan segala atribut duniawi, meninggalkan berbagai aktivitas sehari-hari untuk menghadap Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang dengan penuh khusyu dan keikhlasan. Secara serentak, mereka mengumandangkan kalimat talbiyah: ‫َرها‬‫ي‬ِ‫ب‬‫ه‬‫م‬ ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫ُمل‬ ‫َرها‬‫ي‬ِ‫ب‬‫ه‬‫م‬، ‫َرها‬‫ي‬ِ‫ب‬‫ه‬‫م‬ ‫َرها‬‫ي‬ ْ‫هك‬ْ‫ه‬َ ‫رها‬‫ه‬‫م‬ ‫َرها‬‫ي‬ِ‫ب‬‫ه‬‫م‬، ‫ا‬ِ‫س‬ْ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ه‬ََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬ُ ‫ا‬ ‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫ل‬َ‫ا‬ْ‫ُمه‬ ‫ه‬ُ ‫رها‬‫ه‬‫م‬ ‫رها‬َ‫ل‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫َرها‬‫ي‬ ْ‫هك‬ْ‫ه‬َ ‫رها‬‫ه‬‫م‬. “Kami‫ا‬ penuhi‫ا‬ panggilan-Mu wahai Allah, wahai Allah kami datang memenuhi seruan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan karunia hanyalah milik-Mu, milik-Mu segala kekuasaan dan kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu”. Pada momen ini pula umat Islam yang mampu ditekankan untuk melaksanakan ibadah kurban. Berbagi daging dan kebahagiaan kepada sesama. Menyembelih sebagian harta kita untuk diberikan kepada orang lain, terutama yang membutuhkan. Dari sinilah kita semua belajar tentang kesetaraan manusia di hadapan Allah, tanpa memandang jabatan, status sosial, latar belakang pendidikan, suku, bangsa, serta kelas ekonomi. Ibadah kurban memberikan pesan kepada umat Islam tentang pentingnya solidaritas, empati terhadap orang lain, serta menyembelih ego pribadi untuk kemanfaatan bersama. Hadirin yang berbahagia, Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr r.a. bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW:‫ا‬“Ajaran‫ا‬ Islam‫ا‬ apakah‫ا‬yang‫ا‬ baik?”‫ا‬Nabi‫ا‬SAW‫ا‬menjawab,‫ا‬ ‫ا‬َ‫ب‬ْ‫ا‬َ‫ط‬َْ ‫ا‬‫ه‬‫ه‬ُ‫ه‬‫ا‬ِ‫ط‬‫ُم‬، ‫ا‬ َُ‫ه‬‫ك‬َِ‫ه‬ْ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫أ‬ِ‫ال‬‫ُم‬ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ْها‬َ‫ا‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬‫ه‬‫م‬ ‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ك‬َ‫ا‬‫ه‬ْ (ُُُ‫ح‬ ‫بخُُي‬ ‫ُم‬ ‫لب‬ ‫ال‬ ُِ) “Memberi‫ا‬ makanan‫ا‬ dan‫ا‬mengucapkan‫ا‬ salam‫ا‬ kepada‫ا‬orang‫ا‬ yang‫ا‬ kamu‫ا‬kenal‫ا‬ dan‫ا‬kepada‫ا‬ orang‫ا‬yang‫ا‬ tidak‫ا‬kamu‫ا‬kenal.”‫ا‬ (HR.‫ا‬Bukhari,‫ا‬ No:‫ا‬28,‫ا‬Muslim,‫ا‬ No:‫ا‬126). Dari hadis di atas, sepintas kita menyaksikan betapa agungnya nilai-nilai Islam yang sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Tidak hanya masalah ibadah saja yang diajarkan Islam, tetapi masalah-masalah kehidupan sosial pun menjadi sorotan. Hadis
  • 2. tersebut mengajak umat Islam, bahkan umat manusia secara keseluruhan untuk memperhatikan nasib masyarakat di sekitarnya. Tanggung jawab untuk menyantuni orang- orang lemah, fakir miskin, yatim piatu, para manula, dan mereka yang membutuhkan, tidak hanya dilimpahkan kepada para pemimpin. Tetapi itu semua merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku dirinya sebagai muslim. Jawaban Rasulullah ketika ditanya seorang sahabatnya tentang amalan Islam apakah yang paling baik, beliau langsung mengarahkan orang itu untuk memberikan bantuan dan memasyarakatkan salam kepada siapa saja, baik pada orang yang dikenal maupun pada orang yang belum dikenal sebelumnya. Bantuan tersebut bukan hanya berupa dana atau makanan, tetapi juga meyangkut segala kebutuhan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya memberikan ilmu, pengalaman, nasihat, kebijaksanaan dan sebaginya. Sedangkan menebar salam maksudnya memasyarakatkan suasana yang damai dan saling mencintai antara sesama umat manusia. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Ketika seorang muslim mendapatkan rezeki berupa harta yang cukup, ia harus ingat saudara- saudaranya yang lain. Dengan kata lain, ia harus merasa empati pada mereka. Islam memandang bahwa rezeki yang barakah adalah rezeki yang cukup untuk diri sendiri dan orang lain, bukan rezeki yang banyak dan berlimpah tetapi tidak barakah. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, Nabi SAW bersabda: ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ه‬ِ ‫ا‬ْ‫َن‬‫ي‬‫ه‬‫ه‬َْ ْ َُ ‫ن‬ْ‫ا‬ُ‫ه‬‫ر‬ ‫ا‬ْ‫ا‬‫ه‬ْ‫ه‬‫أ‬ِ‫ر‬‫ُم‬، ‫ا‬َ‫ه‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ا‬‫ه‬ْ‫ه‬‫أ‬ِ‫ر‬‫ُم‬ ‫ن‬ْ‫ا‬ُ‫ه‬‫ر‬ ‫ا‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ا‬‫ه‬ًَُ‫ه‬ ُ (‫ُُُح‬ ‫بخُُي‬ ‫ُم‬ ‫لب‬ ‫ال‬ ُِ) “Makanan‫ا‬ satu‫ا‬orang‫ا‬ cukup‫ا‬untuk‫ا‬ dua‫ا‬orang,‫ا‬dan‫ا‬makanan‫ا‬ dua‫ا‬orang‫ا‬ cukup‫ا‬untuk‫ا‬ empat‫ا‬ orang”.‫ا‬ (HR.‫ا‬Bukhari,‫ا‬ No:‫ا‬5392,‫ا‬Muslim,‫ا‬ No:‫ا‬2058). Pengertian hadis di atas menyebutkan bahwa makanan untuk satu orang dapat mencukupi dua orang, makanan untuk dua orang dapat mencukupi empat orang, dan seterusnya. Hadis ini mengarahkan supaya setiap orang muslim memiliki kepedulian kepada mereka yang lemah dan miskin, sehingga dapat mengantarkan mereka pada kehidupan yang layak. Selain dari itu, hadis ini mengisyaratkan juga agar setiap orang, mengonsumsi makanan secara sederhana dan tidak berlebihan. Hal ini sangat berkaitan erat dengan pola hidup sederhana dan kesehatan fisik maupun mental manusia. Mengonsumsi makanan secara berlebihan akan mengantarkan seseorang untuk menggali kuburnya sendiri. Makan berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit yang membinasakan dan merusak terhadap fisik dan rohani umat manusia. Seorang muslim yang senantiasa menginfakkan sebagian rezekinya pada orang-orang yang membutuhkan, akan merasa cukup dengan segala karunia Allah kepadanya. Meskipun rezekinya tidak banyak, tetapi itu dirasakan sebagai suatu kecukupan yang tetap ia syukuri. Hatinya selalu tentram dan hidupnya pun nyaman. Dengan kedermawanannya, banyak orang yang bersimpati kepadanya, dan berdoa untuk kebaikan orang tersebut dalam segala kehidupannya. Inilah yang dimaksud dengan keberkahan. Dalam hal memperoleh rezeki, umat Islam diarahkan agar meraih keberkahan dari rezeki tersebut, bukan meraih banyak jumlahnya. Karena harta yang banyak dan berlimpah kalau tidak disertai keberhakan akan menjadi sia-sia dan bahkan akan menjerumuskan orang tersebut dalam prilaku yang tercela. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd,
  • 3. Berbeda halnya dengan orang yang kikir, tidak memiliki rasa empati terhadap sesama, meskipun hartanya banyak dan berlimpah ruah, tetapi ia merasa hal itu masih kurang dan tidak cukup baginya. Sehingga ia merasa berat untuk mengeluarkan sebahagian rezekinya pada mereka yang membutuhkan. Hidupnya selalu dikejar-kejar oleh nafsu duniawi, seolah- olah ia ingin mencengkeram seisi dunia ini dengan jari-jari tangannya. Akibatnya, ia hidup dengan prinsip semua orang harus melayaninya bukan aku yang harus melayani mereka. Sikap demikian inilah yang membuat hidupnya tidak barakah dan tidak pernah merasa cukup atas rezeki yang ia dapatkan. Manusia seperti ini, digambarkan seperti orang yang meminum air laut, semakin banyak diminum, merasa semakin haus dan dahaga. Manusia muslim harus memperhatikan nasib masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan yang lebih sulit dan menderita dari dirinya. Ia harus empati dan iba untuk menolong dan meringankan beban mereka. Jika hal itu terwujud, maka jurang kemiskinan pun bisa diminimalisir dan angka gejolak sosial pun dapat ditekan. Dengan demikian, masyarakat muslim akan sejahtera sesuai dengan tatanan dan tuntunan agamanya. Alangkah agungnya ajaran Islam yang memandang semua umatnya adalah bersaudara yang harus saling membantu dan menolong antara satu dengan yang lain. Bahkan, lebih jauh lagi, Islam melalui sabda Rasulullah SAW memandang bahwa iman seseorang tidak sempurna sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. ‫ا‬ ‫ه‬َ ‫ا‬َ‫ن‬َِْ‫َن‬‫ي‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬ََ‫ه‬‫ه‬‫ه‬ُ، ‫ع‬ِ‫ا‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ِ‫ح‬ ْ‫َح‬‫ي‬ ‫ا‬ْ‫إ‬‫ي‬ ْ‫ي‬‫ه‬ ْ ُ‫ه‬ِ ‫ا‬ِ‫ح‬ ْ‫َح‬‫ي‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ال‬َ‫س‬‫ه‬‫ه‬ْ‫م‬ (‫ُُُح‬ ‫بخُُي‬ ‫ُم‬ ‫لب‬ ‫ال‬ ُِ) “Tidak‫ا‬ sempurna‫ا‬ iman‫ا‬ seseorang‫ا‬ sehingga‫ا‬ ia‫ا‬mencintai‫ا‬ saudaranya‫ا‬ seperti‫ا‬ ia mencintai dirinya‫ا‬ sendiri.”‫ا‬ (HR.‫ا‬Bukhari,‫ا‬ No:‫ا‬13,‫ا‬Muslim,‫ا‬ No:‫ا‬45). Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Kaum Muslimin dan Muslimat yang kami cintai, Selain menyerukan untuk empati atau solidaritas pada sesama, pengarahan berikutnya dari hadis di atas adalah menyebarkan salam. Ia merupakan pesan yang sangat tinggi bagi kemanusiaan berupa tegur sapa yang mengandung arti perdamaian dan kesejahteraan. Karena mengandung nilai perdamaian dan kesejahteraan itulah, ucapan tersebut harus disebarluaskan pada setiap orang, baik orang yang dikenal maupun tidak. Hidup yang damai dan sejahtera adalah dambaan semua manusia yang beradab. Tidak ada seorang pun yang menginginkan adanya kekerasan, dan tindakan yang tidak berperikemanusiaan mengenai dirinya. Oleh karena itu, Islam sebagai agama yang membawa rahmat untuk semesta alam (rahmatan lil alamin), sesuai namanya, juga menyerukan umatnya untuk menebarkan perdamaian dan saling mencintai antar sesama manusia.Cinta kasih adalah modal utama untuk mewujudkan hidup rukun, aman, dan tentram. Tetapi jika ada pihak atau sekelompok manusia yang menginginkan untuk mencabik nilai-nilai yang tinggi itu, maka Islam melalui sabda Nabi Muhammad SAW, dengan tegas menyatakan bahwa mereka tidak akan memperoleh kesuksesan di dunia dan akhirat. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Demikianlah, ajaran Islam yang paripurna dan senantiasa relavan untuk diamalkan umat manusia sampai akhir masa, demi mencapai kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Bangsa yang berkeadaban adalah umat yang selalu memperhatikan nasib masyarakat sekitarnya. Mereka dapat hidup tenang dan damai, jika masyarakatnya berkecukupan. Sebaliknya mereka merasa
  • 4. gundah dan gelisah, jika masyarakatnya hidup susah. Hal ini digambarkan Nabi SAW sebagaimana‫ا‬ hadis‫ا‬dari‫ا‬Nu’man‫ا‬ bin Basyir: ‫ب‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬ْ ‫ينها‬ْ‫ه‬َِْ‫ن‬َ‫ل‬‫ُم‬ ‫ن‬ْ‫ا‬ ‫ا‬َ‫ب‬َْْ‫ل‬َ‫ه‬ُ‫ه‬‫ك‬‫ه‬ْ ‫ا‬َ‫ب‬ْ‫م‬ْ‫ُب‬ ‫ه‬ُ‫ه‬ْ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َْْ‫س‬َُِ‫ه‬‫ا‬‫ه‬ْ ‫ه‬ُ، ‫ا‬ْْ‫ه‬‫ر‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ر‬ ‫ا‬َْ‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫د‬‫ُم‬، ُ‫ه‬‫ذ‬ْ‫ه‬ ‫ع‬‫ه‬‫ة‬‫ه‬‫ا‬َُْ ُ ََُ‫و‬َ‫ه‬ ‫ع‬‫ه‬‫ه‬ُ‫ه‬َ‫ه‬ْ َ‫إ‬‫ه‬‫م‬ ‫ا‬َ‫ك‬َُْ‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬ ْ‫ح‬َْ‫ه‬‫ال‬‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ك‬‫ه‬َِ‫ال‬‫ُم‬ًْ ‫ع‬ِ‫ل‬َ‫ح‬‫ُم‬ ‫ه‬ُ (‫ُُُح‬ ‫بخُُي‬ ‫ُم‬ ‫لب‬ ‫ال‬ ُِ) “Kamu‫ا‬ melihat‫ا‬ kaum‫ا‬ mukminin‫ا‬ dalam‫ا‬ hal‫ا‬sayang‫ا‬ menyayangi,‫ا‬ cinta mencintai, dan kasih mengasihi, bagaikan satu tubuh, jika ada salah satu anggota tubuh yang mengeluh (sakit), maka anggota-anggota tubuh lainnya ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan merasa demam”.‫ا‬ (HR. Bukhari, No 6011; Muslim, No 2586). Sikap dan cara pandang itulah yang harus kita usung bersama, yaitu solidaritas terhadap sesama. Dalam nuansa Idul Adha ini, di balik merayakan kegembiraan dan kemenangan kita dengan takbir, tahlil, dan tahmid, kita pun harus menengok saudara-saudara kita yang masih hidup dalam garis kemiskinan. Kepada mereka, kita ulurkan tangan. Untuk mereka, kita hentikan gaya hidup yang berlebihan. Marilah kita berbagi dan empati dalam kerangka solidaritas sosial untuk bahu membahu mewujudkan masyarakat yang mapan dan sejahtera. Berkaitan dengan hal inilah maka pada hari Idul Adha dan hari-hari Tasyriq (tanggal 11, 12, 13 Dzul Hijjah), diperintahkan kepada kita agar melaksanakan ibadah kurban. Kurban itu diarahkan agar dilakukan secara ikhlas, semata-mata mengharap keridhaan Allah SWT. Ibadah itu dilaksanakan karena Allah, dan mengahrap keridhaan-Nya. Sedangkan daging kurbannya adalah diperuntukkan bagi mereka yang hidup dalam kekurangan dan amat membutuhkan protein hewani. Tidaklah akan sampai kepada Allah darah dan daging kurban itu, yang sampai kepada Allah adalah ketakwaan dari mereka yang melakukan kurban tersebut. ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬‫م‬ ‫ا‬‫ه‬‫ن‬ُ‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ِ‫ُه‬ ُ‫ه‬َََُِ‫ح‬َ‫م‬ َ ‫ه‬ُ ُ‫ه‬‫م‬َ‫ُا‬‫ه‬ِْ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ة‬‫ه‬‫م‬ ‫ه‬ُ َ‫إ‬َ‫م‬ُ‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫ي‬ ‫ب‬ ‫ه‬َُِِ‫ا‬‫ُم‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬َ‫ه‬ِْ ‫رها‬ْ‫م‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ر‬ ُ‫ه‬‫م‬‫ه‬‫ك‬ِ‫خ‬‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬‫ه‬‫م‬ َُُ‫ك‬ْ‫ب‬‫ه‬‫ة‬َ‫ا‬ْ‫م‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ِ‫ُه‬ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬ِ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬ُ‫ه‬َ‫ه‬‫م‬ ‫ا‬ْ‫ك‬ْ ‫ه‬ً ‫ه‬ُ ‫ينها‬ْ‫ه‬ْ‫ال‬َ‫ح‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah Telah menundukkannya untukmu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepadamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang‫ا‬ yang‫ا‬ berbuat‫ا‬baik”.‫ا‬ (QS.‫ا‬Al-Haj, 22:37). ‫ا‬ ِْ‫ه‬‫ب‬ُ‫ه‬‫ب‬ْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬َ‫ي‬ ْ ‫ي‬ ََُُ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ال‬َ‫س‬‫ه‬‫ر‬ ‫ه‬ُ ‫ب‬ ‫ه‬َُِ‫ه‬‫ا‬ًْ ‫ا‬ ِْ ‫ن‬ْ‫ا‬ ُ‫ه‬‫ك‬‫م‬ ‫ا‬ََْ‫ي‬ْ‫ا‬َ‫م‬ُ ‫ا‬ََْ‫ي‬ْ‫ا‬ِ‫ال‬‫ُم‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ِ‫ر‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ه‬ُ‫ه‬ِ، ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ا‬ َ‫إ‬‫ه‬‫ه‬ُ‫ه‬ِ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬ََُ‫ه‬‫ا‬ َ‫ي‬ْ‫ا‬ِ‫ال‬‫َُم‬َ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ع‬ ‫ه‬‫ك‬َ‫ه‬‫ه‬ُ ‫ع‬ِ‫م‬ ‫ه‬ُ‫ه‬ْ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬ََُ‫ه‬‫ا‬ ‫ن‬ْ‫ا‬ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬‫أ‬ِ‫و‬‫ُم‬ ‫ا‬ََْ‫ي‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ب‬َ‫م‬ُ، ‫ا‬َ‫ن‬ ََُ‫ل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫م‬ َُ‫ه‬‫ل‬ ُ‫ه‬‫ك‬‫م‬ ‫ا‬َ‫ك‬ْ‫س‬َ‫ت‬‫ه‬‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ‫ه‬ِ ‫ا‬‫ه‬‫ب‬َ‫ي‬ِْ‫ه‬‫ا‬َ‫م‬ُ ‫ن‬ْ‫م‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬‫ه‬‫م‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ْ‫َل‬‫ي‬ْ‫ل‬‫ه‬‫د‬ْ‫م‬ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ َ‫إ‬ِ‫ر‬ْ‫ه‬ ‫ا‬‫ه‬َُ‫م‬ ‫ا‬َُ ََُ‫س‬‫ه‬‫ت‬َ‫م‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ي‬ ْ‫ه‬ِ‫ُمك‬. Khutbah II (7x) ‫ا‬ َ‫لل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬‫ه‬ُ ‫ا‬ ْ‫لل‬ ‫ا‬ ْ‫أ‬‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬‫ه‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫م‬ُ ََ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫س‬‫ه‬ُ ‫ا‬ ‫ه‬‫إ‬‫م‬ْ‫ه‬ ‫ه‬ َ ‫ا‬ َِْ‫ه‬ ‫ا‬ َِ ََ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫س‬‫ه‬ُ ََُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ا‬ َ‫ح‬َََ‫ب‬‫ه‬‫ه‬ َ‫إ‬َ‫م‬ ََُ‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ، َ‫إ‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ن‬ َُ‫ه‬ُ ‫ا‬ َ‫ا‬‫ه‬‫ل‬َ‫ه‬‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬‫ه‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬َ‫ل‬ْ‫م‬، ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫مل‬‫ه‬ُ ‫ا‬ْْ‫ه‬‫ي‬ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ر‬َْْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬َُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫م‬ِ ‫ا‬ْ‫إ‬ًُْ‫ه‬‫ح‬َ‫ي‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ل‬َُ‫ه‬ُ، ُ‫ه‬‫ي‬ ُ‫ه‬َِ‫ي‬‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ك‬ِ‫م‬ُ ‫ا‬ َ‫ه‬‫ه‬ُِِ َُ ُ ََُُِِْ ‫ا‬ ‫ه‬ِ ‫ا‬ِ‫ق‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ُْْ‫ه‬َِْ ‫ا‬ ‫ه‬َ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫ن‬َْ ََُ‫ل‬‫ه‬ْ ‫ا‬ َِْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ا‬َ‫ر‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫سها‬ ََُ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َِ ‫ا‬‫ه‬‫ن‬ُ‫ه‬‫ل‬ ‫ا‬ َِ ‫ع‬‫ه‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ه‬ْ ‫ن‬ْ‫ا‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ًُْ‫ه‬‫ا‬ْ‫ر‬ ‫ا‬ْ‫َب‬‫ي‬ ْ‫ك‬‫ه‬‫ة‬َ‫م‬ُ: ُ‫ه‬‫ي‬ ُ‫ه‬َِ‫ي‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ُن‬ِ‫ه‬‫ُم‬ ‫ا‬ ََََُُ‫ب‬َ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ًِ‫ه‬ُ ‫ي‬ْ‫ك‬ِ‫م‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬‫ه‬ِ‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ي‬ ‫ينها‬ْ‫ك‬ِ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫ن‬ِْ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ْ‫ل‬َ‫ب‬‫ه‬‫ل‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ِ‫ل‬‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫م‬ ‫ُسها‬َِِ‫ا‬‫ه‬ْ ‫ا‬‫ه‬‫ن‬ُ‫ه‬‫ل‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬ُ‫ا‬َ‫ن‬ ََُ‫ن‬ ‫ا‬ ِْ ‫ع‬ِ‫ل‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ َِ ‫ا‬ْ‫إ‬َ‫ي‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬‫ه‬‫ب‬ِ‫ل‬‫ه‬‫ن‬ ‫ه‬ُ: ‫ا‬ْ‫ق‬ُِْ ‫ا‬ ‫ه‬ ِ‫ُه‬ ُ‫ه‬‫ل‬َ‫ر‬َ‫ي‬‫ه‬‫ه‬ ‫ْها‬َ‫ه‬َ‫ر‬ ‫ا‬ ْ‫ل‬ْ‫ب‬َْ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫ي‬ْ‫ي‬ِ‫ال‬‫ُم‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬ُ ُ‫ه‬ََ‫ح‬َ‫ل‬‫ه‬ْ ‫ا‬ْ‫ق‬ْ‫م‬ُ‫ه‬‫ي‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ُن‬ِ‫ه‬‫ُم‬ ‫ا‬ُ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ًْ ‫ا‬ُ‫ن‬‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫ه‬. ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫مل‬‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ع‬ َُُ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫ُء‬‫ه‬‫س‬‫ه‬‫ل‬َ‫خ‬َ‫م‬ُ ‫َنها‬‫ي‬َُِْْْ‫ُمك‬ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ْ‫َل‬‫ي‬ْ‫ل‬‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ا‬‫ه‬ًُ‫ه‬‫ح‬ِ‫ص‬‫ُم‬ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ا‬ًُِْ‫ا‬‫ُم‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬ََ‫ه‬‫ا‬ْ‫ب‬‫ه‬ْ ‫ا‬ُ‫ُس‬‫ه‬‫ال‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ًْ ‫ع‬‫ه‬‫م‬ْ‫ه‬ ‫ا‬ْ‫ه‬ َُ‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ْ‫َن‬‫ي‬َْ‫ُم‬، ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫مل‬‫ه‬ُ ُِ‫ر‬ْ‫ه‬ ‫رها‬َ‫م‬‫ه‬‫ل‬َ‫ال‬‫ه‬‫ر‬ َُ‫ر‬ُ‫ه‬‫ل‬َ‫ي‬ْ‫ه‬ ‫ا‬َ ‫أ‬ُِْ‫ه‬‫ر‬ َُ‫ه‬َ‫ي‬ِْ‫ه‬‫ي‬ ‫ه‬ُ َُ‫ل‬ْ‫ب‬ُ‫ه‬‫ي‬ َُ‫ب‬َ‫ل‬‫ه‬‫ل‬ ‫ه‬ُ َُ‫ا‬ُْْ‫ه‬‫ي‬ َُ‫ر‬ُ‫ه‬‫ال‬ْ‫م‬ ‫ه‬ُ َُ‫ك‬ْ‫ر‬ُ‫ه‬‫ذ‬ ‫ا‬ َ‫ا‬‫ه‬ً َُ‫ه‬ْ ‫ه‬ُ َُ‫ه‬ ََُ‫ص‬‫ه‬‫ر‬، ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫مل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬ْ‫س‬َ ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ه‬َِْ‫ن‬َ‫ل‬َ‫ل‬ْ‫م‬ ‫ا‬ْ‫ا‬ُ‫ه‬‫ه‬َِْ‫ن‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ا‬ُ‫ه‬‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ُء‬‫ه‬‫ي‬َ‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َََ‫ه‬ِْ ‫ا‬ْ‫ا‬ُ ‫ه‬َُِ‫ه‬ َ ُ ‫ه‬ُ ‫رها‬ِ‫ر‬ْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ل‬َ‫ي‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬َ‫َح‬‫ي‬ ْ‫ك‬‫ه‬‫ل‬ ‫ا‬َ‫َح‬‫ي‬ ْ‫د‬َِ ‫ا‬ْ‫ا‬ُ ‫ه‬ُ‫ه‬‫ه‬َِ‫ُم‬، ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫مل‬‫ه‬ُ ‫ا‬ ْ‫ص‬ْ‫ل‬َ‫ي‬‫ه‬ُ ‫ا‬ ‫ه‬‫ك‬ُ‫ه‬‫ه‬َ‫ُمك‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ا‬ِ‫ي‬ْ‫ه‬ِ‫ُمك‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬َْ‫ه‬‫ا‬َُُ ‫ه‬ُ ُِ‫ي‬ْ‫ال‬َ‫ي‬ْ‫ر‬ ََََُ‫ر‬ْ‫ه‬ ‫ا‬‫ه‬ُُ‫ه‬‫ي‬ْ‫ب‬ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ا‬ َ‫ا‬‫ه‬‫ه‬ِِْ ‫ا‬ َ‫ا‬ِ‫ي‬ ْ‫ي‬‫ه‬ُ، ُ‫ه‬‫ه‬ًِ‫ه‬ُ ُ‫ه‬‫ه‬ِْْ ‫ع‬ْ‫ا‬ ُ‫ه‬‫ي‬َ‫ر‬َِ‫ُم‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫ه‬‫ا‬ َ‫ا‬‫ه‬‫ه‬ ‫ع‬ْ‫ا‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ْ‫ك‬ ‫ه‬‫ك‬ ْ‫ي‬ َ ُ ‫ا‬ َ‫ا‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ه‬ْ‫ل‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ُأ‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ُُِْ‫ه‬‫ُم‬. ‫ا‬ ‫ه‬‫ب‬ُ‫ه‬‫ب‬ْ‫ه‬ ‫ا‬ ِْ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬َ‫ي‬ ْ ‫ي‬ ََُُ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ال‬َ‫س‬‫ه‬‫ر‬ ‫ه‬ُ ‫ب‬ ‫ه‬َُِ‫ه‬‫ا‬ًْ ‫ا‬ ِْ ‫ا‬ْ‫اع‬ ‫ا‬ْ‫ك‬ْ‫ُمال‬ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ا‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ُ ََُ‫ب‬ْ‫ر‬ُ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬ْ ْ‫ُه‬ ‫ه‬ُ‫ه‬‫س‬َ‫م‬ُ ُ‫ه‬ِ ‫ا‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬َ‫ه‬َ ُ‫ه‬ََ‫ه‬ِْ ُ‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫نها‬‫ه‬‫ط‬‫ه‬ً، ‫ا‬ِ‫س‬ْ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ه‬ِ ‫ا‬َ‫ك‬ََِ‫ل‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ْ‫ن‬ََ‫ه‬‫ا‬َ‫م‬ًُْ ‫ا‬ْ‫ُس‬‫ه‬‫ال‬َ‫ه‬ْ َ ‫ُا‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ُء‬‫ه‬‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ذ‬ ‫ع‬‫ه‬ًَ‫ك‬ََِ‫م‬ُ ‫ع‬‫ه‬ََ‫ه‬‫ه‬‫ي‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫هُء‬ َ‫ح‬‫ه‬‫س‬َ‫م‬ُ ‫ا‬ْ‫ك‬‫ه‬‫ة‬َ‫ه‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ْ‫ن‬َ‫ت‬‫ه‬‫ب‬َ‫م‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬َِْ‫ا‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ِ‫ل‬‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫م‬ ‫سها‬ ََُ‫ك‬ِ‫ر‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬ْ، ‫ا‬َ‫ك‬َ‫ر‬ْ‫ك‬‫ه‬‫م‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ِْ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ، ‫ا‬ َ‫لل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ ‫ا‬ ْ‫لل‬ُ َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬ُ.
  • 5. َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬‫ه‬ُ ‫ا‬ ْ‫لل‬، َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬‫ه‬ُ ‫ا‬ ْ‫لل‬ ‫ا‬َ‫ب‬ْ‫ك‬ِ‫م‬ُ ‫ا‬‫ه‬ْ‫ه‬‫ا‬‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ ‫أ‬َ‫ن‬ ْ َ َُ ََُِ‫ي‬ ْ‫ك‬‫ه‬ِ َُ‫ي‬ُْ‫ه‬‫ن‬، ‫ا‬‫ه‬ُ‫ا‬ ‫ه‬َ‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ة‬ْ‫ال‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ا‬َ‫ل‬َ‫ل‬ْ‫م‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ًْ ‫سها‬ َُ‫ه‬ََ‫ه‬‫ه‬‫ي‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ‫ه‬‫ب‬ُ‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫س‬َ‫م‬ُ َُ‫ر‬ُ‫ه‬‫ة‬‫ه‬ِ َُ‫ي‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ه‬. ََ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫س‬‫ه‬ُ ‫ا‬ ‫ه‬َ ‫ا‬ ‫ه‬‫إ‬‫ه‬‫م‬ُْ ‫ا‬ َُِْ ‫ا‬ َِ ‫ا‬ َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫َرها‬‫ي‬ ْ‫هك‬ْ ‫ه‬ َ َ‫إ‬‫ه‬‫م‬، ‫ا‬ ‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ب‬ُ‫ه‬َ‫ه‬ْ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ا‬‫ه‬َُ‫م‬ ‫ا‬َ‫َك‬‫ي‬‫ه‬‫ي‬ َُُِ‫ه‬ِِِ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬‫ال‬َ‫ه‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ َُ‫ي‬َْ‫ه‬‫ر‬. ََ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫س‬‫ه‬ُ ُ‫ه‬‫ر‬‫ه‬َْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬ ََُِ‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ َ‫ح‬َََ‫ب‬‫ه‬‫ه‬ َ‫إ‬َ‫م‬ ََُ‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َْ ْ ‫ص‬ِ‫ا‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ ‫ا‬ْ‫ه‬ ُُْ‫ه‬‫ة‬‫ه‬‫ل‬َ‫م‬ًُْ َُُُ‫ه‬‫ب‬ْ‫ر‬ َُ‫ي‬ْ‫ب‬‫ه‬‫ي‬ ‫ه‬ُ. ‫ا‬ِ‫ب‬ََِ‫ل‬‫م‬‫ه‬ُ ‫ا‬ْْ‫ه‬‫ص‬‫ه‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ر‬َْْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬َُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ُسها‬‫ه‬‫ر‬ ‫دها‬ْ‫ب‬ُ‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ََْ‫ه‬ ‫ه‬َُ‫م‬ُ ‫ُسها‬‫ه‬‫ر‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ََ ََُ‫ن‬ ‫ه‬ُ َُ‫ي‬ْ‫ب‬‫ه‬‫ر‬، ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫م‬ِ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ب‬َ‫ح‬‫ه‬‫ي‬ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ك‬ِ‫م‬ُ ‫سها‬ ََُ‫ه‬ْ‫ال‬َ‫ح‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫ب‬ََ‫ه‬ِ‫ه‬‫أ‬َ‫ن‬ْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ب‬‫ه‬‫م‬ ‫ه‬ُ ُ ََُ‫ل‬‫ه‬‫ا‬َ‫س‬‫ه‬‫ي‬ َُ‫ي‬َ‫ي‬‫ه‬ْ ‫ا‬َ‫ي‬ ْ‫ك‬‫ه‬‫ا‬،ُ ُِِ‫ه‬ُ َََ‫ا‬‫ه‬ً، ُ‫ه‬‫ي‬‫ه‬‫ا‬ ُ‫ه‬َِ‫ي‬‫ه‬ُ ‫سها‬ ََُ‫ك‬ ْ ‫ُر‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬‫ه‬‫ل‬ ْ‫ه‬‫ه‬ُ ‫ا‬ َِ، ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ه‬َ‫ي‬ ْ ‫ي‬ ََُُ ‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ال‬َ‫س‬‫ه‬‫ر‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬ُِ‫ي‬ْ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ب‬ ‫ه‬َُِ‫ه‬‫ا‬ًْ ‫ا‬ ِْ، ََ‫ه‬ِ‫ه‬‫ا‬ ‫ُاها‬‫ه‬‫ا‬ ‫سها‬ ََُِِ‫ا‬َ‫ل‬َ‫م‬ُ. ‫ا‬‫ه‬‫ن‬ُ‫ه‬‫ل‬ ‫ا‬ َِ ‫ع‬‫ه‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫ه‬ْ : ‫ا‬ْ‫ب‬َ‫ال‬ًْ ‫ا‬ ِْ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬‫ل‬َ‫ه‬ِ‫ُمك‬ ‫ا‬ْ‫َب‬‫ي‬ ْ‫ه‬ِ‫ُمك‬، ُ‫ه‬‫ي‬ ُ‫ه‬َِ‫ي‬‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ك‬ِ‫م‬ُ ُ ََُ‫ه‬‫ه‬ِِ ُ ََُُِِْ ‫ا‬ ‫ه‬ِ ‫ا‬ِ‫ق‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ُْْ‫ه‬َِْ ‫ا‬ ‫ه‬َ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫ن‬َْ ََُ‫ل‬‫ه‬ْ ‫ا‬ َِْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ا‬َ‫ر‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫سها‬ ََُ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َِ Perayaan Idul Adha selalu menjadi momen spesial bagi umat Islam sedunia. Setidaknya ada dua hal pokok yang selalu menonjol dalam momen tersebut; pertama, ibadah haji. Jutaan Mulim dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Tanah Suci untuk memenuhi rukun Islam yang kelima. Kedua, pelaksanaan kurban atau penyembelihan sejumlah binatang ternak. Kesempatan ini sebagai bentuk solidaritas pelaksana kurban kepada kaum fakir, miskin, kerabat, dan tetangga sekitar dengan berbagi daging sesembelihan. Kedua pelaksanaan ibadah tersebut tak bisa dilepaskan dari sejarah dan ajaran Nabi Ibrahim dan keluarganya. Meski tiap tahun Idul Adha dirayakan, sepertinya hanya sebagian kecil saja dari kita meneladani Nabi Ibrahim dalam kehidupan sehari-hari. Kita seperti selalu baru ingat keteladanan tersebut menjelang Idul Adha. Sehingga ajarannya pun dilaksanakan hanya tiap tahun. Padahal, esensi ajaran beliau, terutama soal berkurban, memiliki makna yang luas dan bisa diterapkan dalam jangka waktu tak terbatas. Jamaah‫ا‬ shalat‫ا‬ Jum’at‫ا‬ hadâkumullâh, Seperti sering diceramahkan di panggung-panggung dakwah dan mimbar-mimbar khutbah, peristiwa hari raya kurban merujuk pada kisah diperintahkannya Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra semata wayangnya, Ismail. Bisa dibayangkan seandainya Nabi Ibrahim seperti ayah-ayah kebanyakan di dunia ini, betapa pedih dan teririsnya hati beliau saat hendak menggorok sang buah hati yang sekian lama ia damba-dambakan. Bagi Ibrahim, Ismail tentu adalah anugerah paling mahal. Lebih dari sekadar menghapus dugaan kemandulan istri beliau selama ini, melainkan sang putra adalah pribadi yang cerdas, sabar juga bijaksana. Ada masa depan gemilang dari dalam diri Ismail ‘alaihis salâm. Tapi, Nabi Ibrahim bukan seperti ayah-ayah kebanyakan. Kecintaannya kepada Allah subhânahu wata‘âlâ‫ا‬ yang‫ا‬ memuncak‫ا‬ mengalahkan‫ا‬ segalanya.‫ا‬ Melalui‫ا‬ musyawarah‫ا‬ dan‫ا‬persetujuan‫ا‬ (tanpa paksaan) putranya itu, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah penyembelihan itu, meskipun pada akhirnya ritual itu batal ditunaikan atas kehendak Allah. Larangan Allah terhadap penyembelihan darah manusia (Ismail) oleh Nabi Ibrahim membuktikan bahwa perintah yang didapat dari mimpin tersebut sebatas ujian dan bahwa ritual pengorbanan nyawa manusia—sebagaimana tradisi biadab sejumlah kaum terhadulu— adalah hal yang dikecam keras. Nabi Ibrahim lulus dari ujian super berat, dan objek penyembelihan pun digantikan dengan domba yang besar. Jamaah‫ا‬ shalat‫ا‬ Jum’at‫ا‬ hadâkumullâh, Ada pesan menarik dalam kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya ini. Cerita tersebut menunjukkan bahwa tak ada harta paling sejati dan paling mahal disbanding ketundukan secara total kepada Allah subhâahu wata‘âlâ. Nabi Ibrahim mampu meruntuhkan seluruh
  • 6. cara pandang hidup yang mengatakan kekayaan duniawi, termasuk anak, adalah hal yang paling utama. Dalam Al-Qur’an‫ا‬ sendiri‫ا‬ dikatakan: ُ‫ه‬‫ل‬ِ‫ر‬ْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬َ‫م‬ُ ‫ه‬َُِ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬َ‫ب‬َ َُ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ َ‫ا‬‫ه‬‫ه‬َ‫ا‬ْ‫ا‬ ‫ا‬ َِ ‫ه‬ُ ‫ا‬ َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬ْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ك‬َُ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬‫ي‬ِْ‫ه‬‫ه‬ “Sesungguhnya‫ا‬ hartamu‫ا‬ dan‫ا‬anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala‫ا‬ yang‫ا‬ besar.”‫ا‬(QS‫ا‬at-Taghabun: 15) Kurban berasal dari bahasa Arab qurbân yang‫ا‬ artinya‫ا‬ “pendekatan‫ا‬ diri”.‫ا‬ Maksudnya‫ا‬ adalah‫ا‬ mendekatkan diri kepada Allah. Dalam ajaran formal Islam, kurban dilaksanakan tiap tahun dengan menyembelih sejumlah hewan ternak tertentu. Oleh karenanya, kurban berhubungan erat‫ا‬dengan‫ا‬ korban‫ا‬(pakai‫ا‬‘o')‫ا‬dalam‫ا‬ bahasa‫ا‬Indonesia.‫ا‬ Sebab,‫ا‬seorang‫ا‬ pelaksana‫ا‬ kurban‫ا‬ tengah mengorbankan sebagian hartanya berupa hewan ternak untuk dibagikan kepada sesama. Nabi Ibrahim yang menjadi teladan dalam ritual tahunan tersebut mengajarkan bahwa seorang hamba janganlah tertipu daya dengan kekayaan yang sifatnya sesaat saja. Ada kehidupan yang lebih hakiki dan perlu diperjuangkan ketimbang kehidupan dunia yang fana. Karena itu, mengorbankan sebagian harta lillâhi ta‘âlâ tidak akan ada ruginya. Sikap semacam inilah yang ditunjukkan Nabi Ibrahim, yang juga diikuti putranya, Ismail, yang begitu patuh dan saleh. Dengan bahasa lain, pengorbanan adalah bentuk cara pandang manusia yang jauh ke depan menuju kehidupan bahagia di akhirat kelak secara abadi. ُ‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫ا‬ َ‫ك‬ُ‫ه‬‫ي‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬ُ ُ‫ه‬‫ي‬َ‫ر‬َِ‫ُم‬ ‫ا‬ِ َْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ح‬ْ‫ا‬‫ه‬‫م‬ ‫ا‬َََُ‫ه‬‫م‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ََُُِ‫ل‬‫ه‬‫م‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ َ‫ك‬ ‫ه‬‫ك‬ ْ‫ي‬ َ ُ ‫ا‬َ‫َك‬‫ي‬‫ه‬‫ي‬ ‫ينها‬ْ‫ك‬ِ‫ل‬ْ‫م‬ ‫ُسها‬َِِ‫ا‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫أ‬‫ه‬‫ا‬‫ه‬ُ ‫ُسها‬َ‫ل‬َِْ‫ا‬‫ه‬ْ “Sesungguhnya‫ا‬ kehidupan‫ا‬ dunia‫ا‬ ini‫ا‬ hanyalah‫ا‬ bermain-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu‫ا‬ memahaminya?”‫ا‬ (QS‫ا‬Al-An'am: 32) Kita yang sering mengaku meneladani Nabi Ibrahim dengan berkurban, sudahkah sebanding dengan pengorbanan beliau? Sebandingkah dengan semangat pengorbanan Ismail yang masih bocah? Sebandingkah dengan semangat pengorbanan istri beliau, Siti Hajar? Jamaah‫ا‬ shalat‫ا‬ Jum’at‫ا‬ hadâkumullâh, Untuk membeli hewan kurban saja, kita kadang masih bersiasat untuk mendapatkan harga paling murah, jika perlu membelinya jauh pada bulan-bulan sebelumnya. Kita masih memilih uang paling kecil ketika kotak amal lewat di hadapan kita. Kita juga, misalnya, sering tak sudi berkorban sedikit tempat saat menaiki kendaaan umum, berkorban sedikit tenaga untuk membantu mereka yang membutuhkan. Di manakah semangat kurban yang mewujud dalam kehidupan sehari-hari? Kadang pula, karena kita mendapat sedikit pengetahuan agama, kita tak mau berkorban mendengarkan pendapat kelompok lain. Karena dianugerahi sedikit kedudukan, kita ogah mendengarkan unek-unek dan aspirasi orang lain. Berkurban adalah tentang melawan kecenderungan materialisme untuk senantiasa mendekatkan diri dan bertakwa kepada Allah, serta meraih kebahagiaan yang lebih hakiki. Semoga al-faqir dan jamaah sekalian dapat menghayati dan menerjemahkan pesan kurban dalam kehidupan sehari-hari secara maksimal. Wallahu a’lam bish-shawâb. Khutbah II
  • 7. َََ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َ‫م‬‫ه‬ُ ‫ا‬ ْ‫لل‬ ‫ا‬‫ه‬‫لع‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ر‬ُ‫ه‬‫ال‬َ‫ه‬ْ‫ه‬ ‫ا‬َ‫ك‬َ‫ة‬ِ ‫ُم‬ ‫ه‬ُ َ‫إ‬‫ه‬‫م‬ ‫ا‬‫ه‬‫لع‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫إ‬َِْ‫ي‬ْ‫ا‬ َُ‫ه‬ْ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ر‬ُ‫ه‬‫ه‬ْ‫ا‬َُِْ ‫ه‬ُ. ََ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫س‬‫ه‬ُ ‫ا‬ ‫ه‬َ ‫ا‬ ‫ه‬‫إ‬‫ه‬‫م‬ُْ ‫ا‬ َِْ‫ه‬ ‫ا‬ َِ ‫ا‬ َِ ‫ه‬ُ ‫ا‬ َ‫ح‬‫ه‬ََ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ‫ه‬َ ‫َرها‬‫ي‬ ْ‫هك‬ْ َ‫إ‬‫ه‬‫م‬ ََ‫ه‬ََْ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫ُس‬ ُ‫ه‬‫ر‬‫ه‬َْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬ ََُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ا‬ َ‫ح‬َََ‫ب‬‫ه‬‫ه‬ َ‫إ‬َ‫م‬ ََُ‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ع‬ْ‫ه‬َُِ‫ُم‬ ‫ا‬‫ه‬‫همع‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ر‬ُ ‫ه‬َُ‫ر‬ ُْ. ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫ُمل‬ ‫ا‬ْْ‫ه‬‫ي‬ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ر‬َْْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬َُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ُْ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫م‬‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫إ‬ًُْ‫ه‬‫ح‬َ‫ي‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ن‬ ‫ه‬ُ َُ‫ل‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ال‬‫ه‬ْ َُ‫َك‬‫ي‬‫ر‬ْ‫ر‬ ُِِ‫ه‬ُ َََ‫ا‬‫ه‬ً ‫ي‬‫ه‬‫ا‬‫ا‬ ‫ه‬ُ ُ‫ه‬َِ‫ي‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ُن‬ِ‫ه‬‫ُم‬ ‫ه‬َُُِِِْْ ُ‫ه‬‫ل‬َ‫ي‬ْ‫ا‬ ‫ا‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬ِ‫ه‬ُ ُ َََُ‫ه‬‫ا‬َ‫ر‬ُ ‫ه‬ُ ُِ‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ع‬‫ه‬َ‫ه‬‫ر‬ ُ ََُ‫ل‬‫ه‬‫ل‬َ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫س‬‫ه‬ُ ‫ا‬ ‫ه‬ِ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬ِ‫ه‬ُ ‫ا‬ُ‫ك‬َِ‫ه‬‫ل‬ًْ ‫ا‬ ‫ه‬ُ‫ه‬َ‫ه‬ً ‫ا‬ْ‫إ‬َ‫ي‬ْ‫ا‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ال‬َ‫س‬‫ه‬‫ه‬ًْ ‫هع‬‫ه‬َ‫ه‬ْ ‫ه‬ُ ‫ب‬‫ه‬‫ل‬ًْ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ة‬َْ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ن‬ًَََِْ ‫ا‬‫ه‬‫ن‬ُ‫ه‬‫ل‬ ‫ه‬ُ ‫ع‬‫ه‬‫م‬‫ه‬ُ‫ا‬‫ه‬ْ ‫ا‬ِ‫س‬ْ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ه‬ِ َ‫إ‬‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫ة‬َْ‫ب‬‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫سها‬ َُِ‫ل‬‫ه‬‫ص‬َ‫ي‬ ‫ا‬‫ه‬‫لع‬‫ه‬‫ه‬ ‫ع‬ْ‫ب‬ِ‫ه‬‫ُم‬ ‫آ‬ ‫ي‬ ُ‫ه‬َِ‫ي‬‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ك‬ِ‫م‬ُ ُ ََُ‫ه‬‫ه‬ِِ ُ َُِ‫ل‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ْ‫إ‬َ‫ي‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ُ ََُ‫ل‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ن‬ ‫ه‬ُ َُ‫ل‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ال‬‫ه‬ْ. ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫ُمل‬ ‫ا‬ْْ‫ه‬‫ي‬ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ر‬َْْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬َُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ع‬ِ‫ل‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ َِ ‫ا‬ْ‫إ‬َ‫ي‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ن‬ِ ‫ا‬ ‫ه‬ُ‫ر‬َْْ‫ي‬‫ه‬‫ن‬ ‫ا‬َُِ‫ل‬‫ه‬‫ح‬َِ ‫ع‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫رها‬َْ‫يآ‬ْ‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ ‫رها‬ْ‫ل‬َ‫ن‬ َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ة‬َْ‫ب‬‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ًِْ‫ك‬‫ه‬َِ‫ل‬‫م‬َُ ‫ا‬‫ه‬‫ع‬ َُُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ََ‫اُمل‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫ُء‬‫ه‬‫س‬‫ه‬‫ل‬َ‫خ‬‫م‬َُ ‫َنها‬‫ي‬َُِْْْ‫ُمك‬ ‫ع‬ًْ‫ه‬ُ ‫ا‬ُ‫ك‬َ‫ة‬‫ه‬ً ‫ك‬‫ه‬‫ل‬َ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ُس‬‫ه‬‫ل‬َ‫ر‬َ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ع‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ا‬ِ‫ي‬ِْ‫ه‬ً ‫ا‬ْ‫ا‬‫ه‬ًُ‫ه‬‫ح‬ِ‫ص‬‫ُم‬ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ا‬ًُِْ‫ا‬‫ُم‬ ‫ه‬ُ ‫ن‬ْ‫ا‬ًُْ‫ه‬ْ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ا‬ًُِْ‫ا‬‫ُم‬ ‫ا‬َ‫ب‬ََ‫ه‬‫م‬ ‫ا‬ُ‫ُس‬‫ه‬‫ال‬َ‫ه‬ًُْْ ‫ا‬ْ‫ه‬ َُ‫ه‬‫ي‬‫و‬‫ه‬‫م‬ُْ ‫ا‬ْ‫َن‬‫ي‬َْ‫ُم‬ ‫ا‬‫ه‬‫ع‬ َُُ ‫ه‬ُ ُِ‫ه‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬َ‫ب‬ََ‫ه‬‫ا‬‫ه‬ِ ‫رها‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ل‬َ‫ه‬‫ه‬‫ك‬ًْ ُ‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬‫ه‬‫ب‬‫ه‬‫ه‬َُ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ ْ‫ُه‬ِ‫ُمك‬ ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫مل‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬ْ‫س‬َ ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ه‬َِْ‫ن‬َ‫ل‬َ‫ل‬ْ‫م‬ ‫ا‬ْ‫ا‬ُ‫ه‬‫ه‬َِْ‫ن‬َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ا‬ُ‫ه‬‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ء‬‫يآ‬َ‫ه‬‫ه‬َ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َََ‫ه‬ِْ ‫ا‬ْ‫ا‬ُ ‫ه‬َُِ‫ه‬ََُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫ُمل‬ ‫ا‬ِ‫أ‬ْ‫ه‬‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫أ‬َ‫ن‬ ْ‫ا‬َُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫ن‬ْ‫ذ‬‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫شها‬َ‫ك‬ْ ‫ُم‬ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ر‬ ْ‫ك‬َ َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬َ‫ص‬َ‫ر‬ُ ‫ه‬ُ ‫شها‬‫ه‬‫ب‬ُ‫ه‬‫ب‬ْ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ا‬ِ‫ي‬َْ ْ‫ه‬ ‫ه‬َُ‫ل‬‫م‬َُ ‫ا‬َ‫ص‬َ‫ر‬ُ ‫ه‬ُ‫ا‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ا‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ص‬‫ه‬‫ر‬ ‫َنها‬‫ي‬َْ‫ُم‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ك‬َ‫ي‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬ِ ‫ا‬‫ه‬‫ن‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ي‬ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ا‬‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ك‬ِْ‫ه‬‫ب‬ ‫ا‬ْ‫َن‬‫ي‬َْ‫ُم‬‫ه‬‫ء‬ُ‫ه‬ََ‫ه‬‫ه‬ُ ‫ا‬َْْ‫ه‬ُ ‫ه‬ُ ‫رها‬ُْْ‫ه‬‫ل‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ر‬ ‫ع‬‫ه‬‫م‬ْ‫ه‬ ‫ا‬‫ه‬‫ه‬ َُ‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ْ‫َن‬‫ي‬َْ‫ُم‬. ‫ا‬ِ‫ب‬ََ‫ُمل‬ ‫ا‬َ‫ل‬‫ه‬‫ا‬َ‫ب‬ُ ُِ‫ه‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬‫ه‬‫ء‬‫ه‬‫أ‬‫ه‬‫ب‬‫م‬َُ ‫ا‬‫ه‬‫ء‬ُ‫ه‬ً ‫ه‬ُ‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ن‬ ْ‫ا‬‫ه‬َِ‫ُمأ‬ ‫ه‬ُ ‫نها‬‫ه‬‫ح‬ْ‫مل‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ء‬ ََُ‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ا‬‫ه‬‫ه‬َ‫ا‬ْ‫س‬‫م‬َُ ‫نها‬‫ه‬‫ح‬ْ‫مل‬َُ ‫ه‬ُ ُ‫ه‬ِ ‫ا‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬َ‫ه‬َ ُ‫ه‬ََ‫ه‬ِْ ُ‫ه‬ِ ‫ه‬ُ ‫نها‬‫ه‬‫ط‬‫ه‬ً ‫ا‬َ‫ن‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ر‬َْ‫ه‬‫ل‬‫ه‬ً ُِ‫ي‬ْ‫ال‬َ‫ي‬ْ‫ر‬َََُ‫ر‬ُْ ‫ا‬ َ‫ا‬ِ‫ي‬‫يآ‬ ‫ا‬ْ‫ك‬َُْ‫ه‬‫ن‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ُس‬‫ه‬ََ‫ل‬َ‫ب‬‫م‬َُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ال‬َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ا‬ َ‫ا‬ِِ‫هآ‬ ُ‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ِ‫أ‬‫ه‬ُ ‫َنها‬‫ي‬ْ‫ل‬‫ه‬‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬‫م‬َُ. ُ‫ه‬‫ه‬ًِ‫ه‬ُ ‫ا‬ ‫ه‬ُ‫ه‬ِْْ ‫ع‬ْ‫ا‬ ُ‫ه‬‫ي‬َ‫ر‬َِ‫ُم‬ ‫ا‬ َ‫ا‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫ه‬ ‫ع‬ْ‫ا‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ْ‫ك‬ ‫ه‬‫ك‬ ْ‫ي‬ َُ ‫ا‬ َ‫ا‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫ال‬‫ه‬‫ه‬ ُ‫ه‬‫ه‬ْ‫ل‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫ُأ‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ُُِْ‫ه‬‫ُم‬. ُ‫ه‬‫ه‬ًِ‫ه‬ُ ُ‫ه‬‫ه‬َ‫ل‬‫ه‬‫ل‬‫ه‬َ ‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫ال‬َ‫س‬َ‫ر‬‫ه‬ُ‫ا‬َ‫ْس‬ُ ‫ه‬ُُ ‫ا‬َ‫ب‬‫ه‬‫م‬ ‫ا‬َ‫ك‬ْ‫س‬َ‫ت‬‫ه‬ْ ُ‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫م‬ ُ‫ه‬‫ه‬َ‫ل‬‫ه‬‫ه‬َ‫ك‬‫ه‬ْ ‫ه‬ُ ‫ا‬ِ‫هن‬‫ر‬ ََُ‫ة‬‫ه‬‫ه‬‫ه‬‫م‬ ‫نها‬ِْ ‫َنها‬‫ي‬ ْ‫ك‬ْ‫ن‬ُ‫ه‬‫خ‬‫م‬َُ. ‫ا‬ ِْ‫ه‬‫ب‬ُ‫ه‬‫ب‬ْ‫ه‬ ! ‫ا‬ِ‫س‬ْ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ه‬ِ ُ‫ه‬‫ر‬َ‫ك‬ََِ‫ل‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ْ‫ن‬ََ‫ه‬‫ا‬‫م‬ًَُْ ‫ا‬ْ‫ُس‬‫ه‬‫ال‬َ‫ه‬ْ‫ا‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫َاآء‬‫ي‬ْ‫ه‬ ‫ه‬ُ ‫ي‬ْ‫ذ‬ ‫ا‬‫ه‬‫ًع‬َ‫ك‬َِ‫م‬َُ ‫ع‬‫ه‬ََ‫ه‬‫ه‬‫ي‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ْ‫ن‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫آء‬ َ‫ح‬‫ه‬‫س‬‫م‬َُ ‫ا‬ْ‫ك‬‫ه‬‫ة‬َ‫ه‬َ‫ل‬‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫ن‬َ‫ت‬‫ه‬‫ب‬‫م‬َُ ‫ه‬ُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬َِْ‫ا‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ة‬ِ‫ل‬‫ه‬‫ا‬‫ه‬‫م‬ ‫سها‬ ََُ‫ك‬ِ‫ر‬‫ه‬‫ك‬‫ه‬ْ َُُ‫ك‬َ‫ر‬َ‫ذ‬ُ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ‫ه‬ِ ‫ا‬‫ه‬‫ب‬َ‫ي‬ِْ‫ه‬‫ا‬‫م‬َُ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ر‬َ‫ك‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬ َ‫ح‬ ََُ‫ك‬َ‫ة‬َُْ ‫ه‬ُ ‫ا‬‫ه‬‫لع‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬ْ‫إ‬ْ‫ل‬‫ه‬‫ا‬ْ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫ر‬َ‫ب‬ ْ‫أ‬‫ه‬‫ي‬ ‫ا‬َ‫ك‬َ‫ر‬ْ‫ك‬‫ه‬‫م‬ ‫ه‬ُ ‫ا‬ ِْ ‫ا‬َ‫ك‬‫ه‬‫ب‬َ‫ر‬‫ه‬ُ