manhaj tarjih mekanisme pemahaman agama muhammadiyah
Ijtihad2
1. 2. DEFINISI
BAHASA:Mencurahkantenagadalammelakukansesuatuperbuatan
ISTILAH:Mencurahkan usaha oleh seorang mujtahid untuk mengetahui
hokum syarak dengan cara istimbat
3. MUJTAHID
Mereka yang mempunya imalakah ijtihad dan kemampuan untuk
menkaji, menyelidik dan mendapatkan hukum-hukum syarak yang amali
dari dalil-dalilnya yang terperinci Mujtahid juga seorang Faqih dalam
kalangan paraulama’ usul Seseorang tidak dikatakan seorang mujtahid
sekiranya hanya mengetahui hukumsyarak dengan menghafal fiqah saja
ataumengambilnya dari kitab atau dar imulut paraulama’ tanpa
mengkaji, menyelidik dan istimbat dari dalil-dalilnya.
4. ISTINBATIstinbat ( ) ) adalah daya usahamembuat
keputusan hokum syarak berdasarkan dalil-dalil al-
Quran atauSunnah yang sedia ada Orang yang layak berstinbat ialah
para fuqaha (ulama fiqh), yakni mereka yang benar-benar mengetahui
dan menguasai kaedah-kaedahnya. Mereka dituntut untuk menguasa
isumber-sumber hukum Islam, iaitu: al-Quran, Sunnah, Ijma’, pendapat
(aqwal) SahabatNabi, Qiyas, Masalihmursalah, dan lain-lain.
danmendapatperstujuandariulamalainnyakarenapertimbanganilmu yang
adapadafuqahatersebut
5. FAQIH Fiqhmengikutpengertianasalbermaksudkefahaman.
Fuqahamemberitakrif yang
khususiaitufahamtentanghukumhukumsyarak.Fiqhialahilmutentanghuku
m-hukumsyarak yang bersifatamaliyang diistinbatkandaridalilnya yang
terperinciberdasarkankaedah-kaedah yang tertentu
6. Syarat-syarat ijtihad
Kemampuan berijtihad dan kelayakan untuk menjadi seorang mujtahid
tidak mungkin tercapaimelainkan apabilaseseorang itu memenuhi syarat-
syarat ijtihad yang berikut:
7. SYARAT-SYARAT IJTIHAD
MestimenguasaibahasaarabMestimengetahui Al-
QuranMestimengetahiusunnahMestimengetahuiUsul Al-
FiqahPerlumengetahuimasalah-masalah yang
2. diijma’PerlumengetahuiMaqasid Al-
Syari’ahKesediaanfitrahuntukberijtihadAdildantakwa
8. METODOLOGI ISTIMBAT HUKUM
Metodologi istimbat hukum dari masa ke masa:Istimbat hukum pada
masa Nabi Saw.Istimbat hukum pada masa sahabatIstimbat hukum pada
masa imam-imam mazhabIstimbat hukum pada masa setelah imam-
imam mazhabIstimbat hukum di era kontemporari
9. PERKARA YANG BOLEH DAN TIDAK BOLEH
DIIJTIHADKAN
Objek ijtihadYang tidak boleh dijadikan objek ijtihadialahhukum-hukum
yang maklum minaddin biddharuraha)Hukum-hukum yang teksnya
dzanni tsubut dan dilalah, atau dzanni salah satunya. b)Hukum-hukum
yang tidak ada teksnya dan juga tidak terdapat ijma’.
10. METODOLOGI ISTIMBAT HUKUM 4 MAZHABA
. Mazhab Hanafi- Terkenal dengan fikih ahli ra’yi- Pendiri: Imam Abu
Hanifah ( Nu’man Bin Tsabit) (80-150 H)- Metodologi pengambilan
hukum:1- Al Qur’an2- Sunnah3- Aqwal shahabah (pendapat para
sahabat)4- Qiyas (analogi)5- Istihsan6- Ijma’ (konsensus ulama)7- ‘Urf
(tradisi
11. B. Mazhab Maliki
- Terkenal dengan fikih hadits- Pendiri: Imam Malik Bin Anas (93-179
H)- Metodologi pengambilan hukum:1- Al Qur’an2- Sunnah3- ‘Amal
ahli Madinah4- Fatwa shahabat5- Qiyas6- Mashlah mursalah7-
istihsan8- Dzarai’
12. C. Mazhab Syafi’i- Mazhab yang ingin menggabungkan antara
fiqhahli ra’yi dan ahli hadits- Pendiri: Imam Muhammad Ibnu Idris Asy
Syafi’I- Metodologi pengambilan hukum:1- Al Qur’an2- Sunnah3-
Ijma’4- Kesepakatan para sahabat5- Qiyas6- Istishhab7- Al-Istiqra’8-
Al Akhdzu biaqalli ma qila
13. D. Mazhab Hambali- Mazhab yang paling dekat dengan hadits-
Pendiri: Imam Ahmad Bin Hambal (164-241 H)- Metodologi
penggalian hukum:1- Al Qur’an2- Sunnah3- Fatwa shahabat dan tidak
ada yang menentang4- Memilih diantara pendapat para sahabat yang
sesuai dengan kitab dan sunnah, tidak mendahulukan qiyas atas
3. pendapat shahabat5- Hadts mursal (yaitu hadits yang perawinya tidak
menyebutkan sahabat dalam sanadnya), dan memakai hadits dhai’f yang
tidak terbukti sebagai hadits maudhu’ selagi tidak ada dalil lain yang
menghalanginya, hadits dhai’f ini didahulukan atas qiyas.6- Qiyas,
dipakai kalau tidak ada riwayat.