4. Peran orangtua: memfasilitasi, menstimulus dan menyiapkan sarana
untuk toilet training anak. Peran anak: pelaku utama toilet training.
Pemaksaan berarti menyalahi peran.
5. Sadari bahwa kita bukan orangtua yang gagal meski anak masih
mengompol. Lepas “tekanan” ini karena akan memengaruhi reaksi
kita dan anak.
6. Melepas tekanan tidak sama dengan cuek dan menyerahkan
sepenuhnya pada anak. Tugas kita membantu anak memiliki kontrol
atas tubuhnya secara mandiri.
7. Yang membuat toilet training menantang adalah: anak harus
mengubah kebiasaan yang selama ini sudah dipahaminya, yaitu
BAK & BAB di popok.
8. Tahapan toilet traning:
- Tidak BAB di celana saat tidur malam
- Tidak BAB di celana saat siang
- Tidak BAK di celana saat siang
- Tidak BAK di celana saat tidur malam
9. Pahami langkah-langkahnya:
1. anak harus mengenali munculnya dorongan untuk BAK & BAB.
2. memahami/mencerna dorongan itu.
3. memutuskan “membuka” atau “menutup” katup BAK dan BABnya pada waktu dan tempat yang tepat
10. Kenali tanda kesiapan anak. Gunakan insting orangtua.
Mulai saat anak sudah menunjukkan tanda mengenali dorongan
BAB/BAK.
11. Tahap tersulit adalah tahap 3.
Sering anak memilih tempat selain di toilet (misalnya di belakang
kursi) secara konsisten, atau ia terlalu cepat/lambat ke toilet, (duduk
tanpa BAB/BAK atau terlanjur BAB/BAK di celana)
12. Kecepatan anak melalui tiap tahap tergantung pada temperamen
anak, namun lebih tergantung pada sikap orangtua.
13. Toilet training pasti akan diwarnai "kecelakaan" dan "kesalahan".
Pastikan kita tidak bereaksi berlebihan seperti marah atau
mempermalukan anak.
14. Lakukan dengan suasana yang memudahkan dan menyenangkan.
Memudahkan >> mencari celana yang mudah dibuka sendiri.
Menyenangkan >> dekorasi stiker kesukaan anak di toilet.
15. Setelah anak cukup menguasai kemampuan toilet training dasar di
saat siang, mulai terapkan konsekuensi alamiah.
Biarkan anak merasakan basah/tidak nyaman saat gagal BAK/BAB di
toilet. Minta ia membersihkan diri dan tempatnya sendiri.
17. Untuk kontrol BAK di malam hari, pastikan rutinitas sebelum tidur
berjalan dengan baik. Misalnya BAK sebelum tidur, pola minum,
udara di kamar, dst.
18. Perhatikan pola BAK anak saat tidur, kalau perlu, bangunkan
beberapa saat sebelum jam BAK.
19. Saat memulai toilet training usahakan untuk tidak bersamaan
dengan perubahan situasi lain.
Misal: baru punya adik, pindah rumah, pergantian pengasuh atau
lainnya.
20. Toilet training proses yang panjang dan melelahkan. Pastikan
semua orang dewasa di kehidupan anak saling mendukung dan
merayakan kemajuan sekecil apa pun.