SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
BAB II

                               TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persamaan Schrödinger

       Persamaan Schrödinger merupakan fungsi gelombang yang digunakan untuk
memberikan informasi tentang perilaku gelombang dari partikel. Suatu persamaan
differensial akan menghasilkan pemecahan yang sesuai dengan fisika kuantum.

2.2 Persamaan Schrödinger Bebas-waktu

       Aplikasi persamaan Schrödinger dalam banyak hal akan berkaitan dengan
energy potensial, yaitu besaran yang merupakan fungsi posisi dan tidak merupakan
fungsi waktu. Perhatian kita tidak tertuju pada keberadaan elektron dari waktu ke
waktu, melainkan tertuju pada kemungkinan dia berada dalam selang waktu yang
cukup panjang. Jadi jika faktor waktu dapat dipisahkan dari fungsi gelombang, maka
hal itu akan menyederhanakan persoalan. Kita tinjau persamaan Schrodinger kasus
satu dimensi dan menuliskan persamaan gelombang sebagai berikut

                           +                                                    (2.1)
                               P (x)


Atau
                                                                                 (2.2)
                           +   P (x)




Inilah persamaan Schrödinger satu dimensi yang bebas-waktu.
Untuk tiga dimensi persamaan itu menjadi :


                                                                                (2.3)
                               ∇                , ,      0
                       2
       Perlu kita sadari bahwa adanyan persamaan Schrödinger bebas-waktu
bukanlah berarti bahwa elektron atau partikel yang ingun kita pelajari dengan
mengaplikasikan persamaan ini adalah partikel bebas-waktu. Partikel tersebut
memiliki kecepatan gerak, dan kecepatan adalah turunan terhadap waktu dan posisi.
Oleh karena itu dalam memeberi arti pada penurunan matematis dan persamaan
Schrödinger bebas-waktu, dalam hal-hal tertentu kita perlu mempertimbangkan
masalah waktu, sesuai dengan logika.



                                                             Universitas Sumatera Utara
Dengan persamaan Schrödinger bebas-waktu (2.1) atau (2.2) fungsi
gelombang yang dilibatkan dalam persamaan ini juga fungsi gelombang bebas-waktu,
ψ(x) Dari bentuk gelombang komposit untuk elektron
            S(x,t)               dengan S(x,t) = ∑                                  (2.4)
                                                   –jkx
kita mengambil bentuk ψ(x) sebagai ψ(x) A(x)e         , dengan A(x) adalah selubung
paket gelombang, untuk mencari solusi persamaan Schrödinger.
Persamaan Schrödinger adalah persamaan gelombang dan yang kita maksudkan
adalah gelombang sebagai representasi elektron atau partikel. Mencari solusi
persamaan Schrödinger adalah untuk memperoleh fungsi gelombang yang selanjutnya
digunakan untuk melihat bagaimana perilaku atau keadaan elektron. Hubungan antara
momentum p dan energi E dengan besaran-besaran gelombang (k,ω,f,λ) adalah


                                                                                    (2.5)
       p=
                     λ    λ

2.3 Fungsi Gelombang
       Persamaan Schrödinger adalah persamaan diferensial parsial dengan       adalah
fungsi gelombang, dengan pengertian bahwa


Adalah probabilitas keberadaan elektron pada waktu tertentu dengan volume dx, dy,
dz di sekitar titik (x,y,z), * adalah konjugat dari . Jadi persamaan Schrödinger tidak
menentukan posisi elektron melainkan memberikan probabilitas bahwa ia akan
ditemukan di sekitar posisi tertentu. Kita juga tidak mengatakan secara pasti
bagaimana elektron bergerak sebagai fungsi waktu karena posisi dan momentum
elektron dibatasi oleh prinsip ketidakpastian Heisenberg.




                                                              Universitas Sumatera Utara
Dalam kasus satu dimensi dengan bentuk gelombang.
                      ∆ /                                                          (2.6)

Dan

                       ∆ /                                                         (2.7)



Maka
                        ∆ /
                                                                                   (2.8)


Apa yang berada dalam tanda kurung pada (2.9) adalah selubung paket gelombang
yang merupakan fungsi x sedangkan A0 memiliki nilai konstan. Jadi selubung paket
gelombang itulah yang menentukan probabilitas keberadaan partikel.


Persyaratan Fungsi Gelombang, Fungsi gelombang             (x) hasil solusi persamaan
Schrödinger mempunyai arti fisis. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut.
•   Elektron sebagai suatu yang nyata harus ada di suatu tempat. Oleh karena itu
    fungsi gelombang (untuk satu dimensi) harus memenuhi                     1

•   Fungsi gelombang     (x), harus kontinyu sebab jika terjadi ketidak-kontinyuan hal
    itu dapat ditafsirkan sebagai rusaknya elektron, suatu hal yang tidak dapat
    diterima.
•   Turunan fungsi gelombang terhadap posisi, d       / dx, juga harus kontinyu. Kita
    telah melihat bahwa turunan fungsi gelombang terhadap posisi terkait dengan
    momentum elektron sebagai gelombang. Oleh karena itu persyaratan ini dapat
    diartikan sebagai persyaratan kekontinyuan momentum.
•   Fungsi gelombang harus bernilai tunggal dan terbatas sebab jika tidak akan berarti
    ada lebih dari satu kemungkinan keberadaan elektron.
•   Fungsi gelombang tidak boleh sama dengan nol disemua posisi sebab
    kemungkinan elektron haruslah nyata, betapapun kecilnya.(Kamal Singh,2006)




                                                              Universitas Sumatera Utara
2.4 Probabilitas dan Normalisasi
         Fungsi gelombang ψ(x) menyatakan suatu gelombang yang memiliki panjang
gelombang dan bergerak dengan kecepatan fase yang jelas. Masalah yang muncul
ketika hendak menafsirkan amplitudonya. Apakah yang dinyatakan oleh amplitudo
ψ(x) dan variabel fisika apakah yang bergetar? Ini merupakan suatu jenis gelombang
yang berbeda, yang nilai mutlaknya memberikan probabilitas untuk menemukan
partikelnya pada suatu titik tertentu. Dimana |ψ(x)|2 dx memberikan probabilitas
untuk menemukan partikel dalam selang dx di x. Rapat probabilitas P(x) terhadap
ψ(x) menurut persamaan Schrödinger sebagai berikut:
   P(x)dx=|ψ(x)|2dx                                                                (2.9)
                                2
         Tafsiran |ψ(x)| ini membantu memahami persyaratan kontinu ψ(x), walaupun
amplitudonya berubah secara tidak jelas dan kontinu. Probabilitas untuk menemukan
partikel antara x1 dan x2 adalah jumlah semua probabilitas P(x)dx dalam selang antara
x1 dan x 2 adalah sebagai berikut:
         x2               x2

         ∫ P( x)dx = ∫ ψ ( x) dx
                                    2

         x1                x1

(2.10)
Dari aturan ini, maka probabilitas untuk menemukan partikel disuatu titik sepanjang
sumbu x, adalah 100 persen, sehingga berlaku:
         +∞

         ∫ ψ ( x)
                    2
                        dx = 1
         −∞

(2.11)
Persamaan (2.12) dikenal dengan                    syarat Normalisasi, yang menunjukkkan
bagaimana mendapatkan tetapan A. Dimana tetapan A tidak dapat ditentukan dari
persamaan Differensialnya. Sebuah fungsi gelombang yang tetapan pengalinya
ditentukan dari persamaan (2.12) disebut ternormalisasikan. Hanyalah fungsi
gelombang yang ternomalisasi secara tepat, yang dapat digunakan untuk melakukan
semua perhitungan yang mempunyai makna fisika. Jika normalisasinya telah
dilakukan secara tepat, maka persamaan (2.12) akan selalu menghasilkan suatu
probabilitas yang terletak antara 0 dan 1.
         Setiap pemecahan persamaan Schrödinger yang menghasilkan |ψ(x)|2 bernilai
tak hingga, harus dikesampingkan. Karena tidak pernah terdapat probabilitas tak
hingga        untuk       menemukan     partikel     pada   titik   manapun.   Maka   harus




                                                                      Universitas Sumatera Utara
mengesampin
m         ngkan suatu pemecaha dengan mengemba
                    u        an              alikan faktor pengaliny
                                                         r         ya
sa
 ama dengan nol. Sebagai contoh, j
          n                      jika pemec
                                          cahan matem
                                                    matika bagi persamaa
                                                              i        an
di
 ifferensial m
             menghasilka ψ(x) = A
                       an                   +B       bagi selu
                                                             uruh daerah x > 0 , mak
                                                                                   ka
sy
 yaratnya A = 0 agar pe
                      emecahannn mempun
                               nya    nyai makna fisika. Jika tidak |ψ(x)
                                                                        )|
ak
 kan menjad tak hingg untuk x m
          di        ga        menuju tak hingga ( Teta jika pe
                                         h           api     emecahanny
                                                                      ya
di
 ibatasi dalam selang 0 < x < L, m
             m                   maka A tidak boleh sama dengan nol Tetapi jik
                                            k          a          l).        ka
pemecahanny berlaku pada seluruh daerah neg
          ya        p          h          gatif sumbu x < 0, maka B = 0.
                                                                a
       Kedud
           dukan suatu partikel tid dapat d
                     u            dak     dipastikan,da
                                                      alam hal ini tidak dapa
                                                                            at
menjamin kep
m          pastian hasil suatu kali p
                       l            pengukuran suatu besara fisika yan bergantun
                                                          an         ng        ng
pada keduduk
           kannnya. Namun jika m
                               menghitung probabilitas yang berk
                                                     s         kaitan denga
                                                                          an
 etiap kooord
se          dinat, maka ditemukan hasil yang mu
                        d                     ungkin dari p
                                                          pengukuran satu kali ata
                                                                                 au
ra
 ata-rata hasil dari sejuml besar pen
              l           lah       ngukuran be
                                              erkali-kali (E
                                                           Eisberg,1970
                                                                      0).



2.5 Penerap Persamaan Schröd
          pan              dinger

       Persam
            maan Schrö
                     ödinger dapa diterapka dalam be
                                at        an       erbagai pers
                                                              soalan fisika
                                                                          a.
Dimana pem
D        mecahan pe
                  ersamaan Schrödinger, yang dise
                                                ebut fungsi gelombang
                                                                    g,
memberikan informasi tentang perilak gelomban dari parti
m          i                       ku       ng         ikel.

2.5.1. Pada partikel Beb
            p          bas

       Yang    dimaksud dengan “P
                      d         Partikel         Be
                                                  ebas” adalah sebuah
                                                             h          partikel yan
                                                                        p          ng
bergerak tanp dipengaru
            pa        uhi gaya ap
                                papun dalam suatu ba
                                          m        agian ruang, yaitu, F = -
dV(x) / dx = 0 sehingga menempuh l
d                       m        lintasan luru dengan ke
                                             us        elajuan konst Sehingg
                                                                   tan.    ga
en
 nergi potens
            silnya nol.

       Partik bebas dal
            kel       lam mekanik klasik ber
                                ka         rgerak denga momentu konstan P
                                                      an      um        P,
yang mengak
          kibatkan en
                    nergi totalny jadi kon
                                ya       nstan. Tetap partikel bebas dalam
                                                    pi                   m
mekanika k
m        kuantum da
                  apat dipeca
                            ahkan deng
                                     gan persam
                                              maan Schröd
                                                        dinger tida
                                                                  ak
bergantung w
           waktu. Persa
                      amaan Schro
                                odinger pada partikel be
                                           a           ebas dapat d
                                                                  diperoleh dari
persamaan (2
           2.13) berikut:

         h 2 ∂ 2ψ ( x)
       −               + Vψ ( x) = Eψ ( )
                                      (x                                    (2.12)
         2m ∂x 2




                                                              Universitas Sumatera Utara
Untuk partikel bebas V = 0, maka persamaannya menjadi

            h 2 ∂ 2ψ ( x)
        −                 = Eψ ( x)                                       (2.13)
            2m ∂x 2

atau

          ∂ 2ψ ( x) 2m
                   = 2 Eψ (x)                                              (2.14)
             ∂x 2   h

Atau:

          ∂ 2ψ ( x) 2mE
                   + 2 ψ ( x) = 0
             ∂x 2    h                                                      (2.15)

Karena:

                2mE          h2k 2
        k2 =        atau E =                                               (2.16)
                 h2           2m

Dengan demikian diperoleh:

          ∂ 2ψ ( x)
                    = − k 2ψ ( x)                                           (2.17)
            ∂x 2




          ∂ 2ψ ( x )
                     + k 2ψ ( x ) = 0                                      (2.18)
            ∂x 2




Persamaan (2.19) adalah bentuk umum dari persamaan differensial biasa berorde dua,
dengan k2 adalah positif, dimana ψ(x) merupakan kuantitas kompleks yang memiliki
bagian real (nyata) dan bagian imajiner,Maka :

          ∂ 2ψ ( x)
                    + k 2ψ ( x) = 0                                       (2.19)
             ∂x 2

Maka didapatkan

        ψ(x)=Asinkx+ B cos kx                                               (2.20)

        Pemecahan ini tidak memberikan batasan pada k, maka partikel yang
diperkenankan memiliki semua nilai (dalam istilah kuantum, bahwa energinya tidak
terkuantisasi). Sedangkan penentuan nilai A dan B mengalami beberapa kesulitan,


                                                           Universitas Sumatera Utara
karena integral normalisasi tidak dapat dihitung dari -∞ hingga +∞ , bagi fungsi
gelombang itu. (Krane, 1992).

2.5.2. Partikel dalam sumur potensial

       Sumur Potensial adalah daerah yang tidak mendapat pengaruh potensial. Hal
ini berarti bahwa partikel selama berada dalam sumur potensial, merupakan electron
bebas. Kita katakan bahwa electron terjebak di sumur potensial, dan kita anggap
bahwa dinding potensial sangat tinggi menuju ∞, atau kita katakan sumur potensial
sangat dalam. Dalam gambar (2.1) berikut kita akan menggambarkan sumur
potensial. Daerah I dan daerah III adalah daerah-daerah dengan V= ∞, Sedangkan di
daerah II, yaitu antara 0 dan L, V= . Kita katakan bahwa lebar sumur potensial ini
adalah L.

       V(x) = 0,       0≤x≤L

       V(x) = ∞,       x < 0, x > L,

                  I           II        III

                Ep=∞       Ep= 0        Ep=∞

                  Ψ1          Ψ2          Ψ3

       Gambar 2.1 Partikel dalam sumur potensial daerah II

           Pada sumur potensial yang dalam, daerah I dan III adalah daerah dimana
kemungkinan berada       elektron bisa dianggap nol, Ψ1(x) = 0 dan        Ψ2(x) = 0.
Sedangkan pada daerah dua Kita dapat memberi spesifikasi pada gerak partikel
dengan mengatakan bahwa gerak itu terbatas pada gerak sepanjang sumbu-x antara x
= 0 dan x = L disebabkan oleh dinding keras tak berhingga. Sebuah partikel tidak
akan kehilangan Energinya jika bertumbukan dengan dinding, energi totalnya tetap
konstan.

       Dari per nyataan tersebut maka energi potensial V dari partikel itu menjadi tak
hingga di kedua sisi sumur, sedangkan V konstan di dalam sumur, dapat dikatakan V
= 0 seperti yang terlihat pada gambar (2.1) di atas. Karena partikel tidak bisa
memiliki Energi tak hingga, maka partikel tidak mungkin ditemukan di luar sumur,
sehingga fungsi gelombang ψ = 0 untuk 0 ≤ x ≤ L. Maka yang perlu dicari adalah



                                                              Universitas Sumatera Utara
nilai ψ di dalam sumur, yaitu antara x = 0 dan x = L . Persamaan Schrodinger bebas
waktu adalah :

                                                                              (2.21)




Dengan

                                                                              (2.22)

Dimana


                                                                              (2.23)




Sesuai dengan persamaan gelombang maka :

       ψ(x)=Asinkx+B coskx                                               (2.24)

         Pemecahan ini belum lengkap, karena belum ditentukan nilai A dan B, juga
belum menghitung nilai energi E yang diperkenankan. Untuk menghitungnya, akan
diterapkan persyaratan bahwa ψ(x) harus kontinu pada setiap batas dua bagian ruang.
Dalam hal ini, akan dibuat syarat bahwa pemecahan untuk x < 0 dan x > 0 bernilai
sama di x = 0. Begitu pula pemecahan untuk x > L dan x < L haruslah bernilai sama
di x = L. Jika x = 0, Untuk x < 0 Jadi harus mengambil ψ(x) = 0 pada x = 0.

       ψ(0) =Asin 0 + B cos 0

       ψ(0) = 0 + B.1 = 0                                                (2.25)

Jadi,didapat B = 0. Karena ψ =0 untuk x > L, maka haruslah berlaku ψ(L) = 0,

       Ψ(L) = AsinkL + Bcos kL = 0                                      (2.26)

Karena telah didapatkan bahwa B = 0,maka haruslah berlaku:

       AsinkL = 0                                                       (2.27)




                                                             Universitas Sumatera Utara
Disini ada dua pemecahan yaitu A = 0, yang        memberikan ψ(x) = 0 dan
ψ2(x) = 0, yang berarti bahwa dalam sumur tidak terdapat partikel (Pemecahan tidak
masuk akal) atau sin kL = 0, maka yang benar jika:

kL = π,2π,3π,…… n=1,2,3 ….                                                (2.28)

Dengan:


                                                                        (2.29)

Dari persamaan (2.28) dan persamaaan (2.29) diperoleh bahwa energi           partikel
mempunyai harga tertentu yaitu harga eigen. Harga eigen ini membentuk tingkat
energisitas yaitu:

                 n 2π 2 h 2
          En =
                  2mL2


Dimana energy yang kita tinjau disini berbeda dengan energy Born dimana pada
energy Born menyatakan energy tingkat atomic sedangkan tingkat energy pada
persamaan Schrodinger menyatakan tingkat energy untuk electron.

Fungsi gelombang sebuah partikel didalam sumur yang berenergi En ialah:


               2mE n
 ψ n = A sin            x                                                 (2.31)
                 h



     Untuk memudahkan E1 =ħ2π2/2mL2, yang mana tampak bahwa unit energi ini
ditentukan oleh massa partikel dan lebar sumur. Maka E = n2E1 dan demikian
partikelnya hanya dapat ditemukan dengan energi        E1, 4 E1, 9 E1, 16 E1 dan
seterusnya. Karena dalam kasus ini energi yang diperoleh hanya pada laju tertentu
yang diperkenankan dimiliki partikel. Ini sangat berbeda dengan        kasus klasik,
misalnya manik-manik (yang meluncur tanpa gesekan sepanjang kawat dan
menumbuk kedua dinding secara secara elastik) dapat diberi sembarang kecepatan
awal dan akan bergerak selamanya, bolak-balik, dengan laju tersebut.




                                                             Universitas Sumatera Utara
Dalam kasus kuantum, hal ini tidaklah mungkin, karena hanya laju awal
tertentu yang dapat memberikan keadaan gerak tetap, keadaan gerak khusus ini
disebut keadaan stasioner (Disebut keadaan”stasioner”karena ketergantungan pada
                                                             2
waktu yang dilibatkan untuk membuat ψ ( x, t ), ψ ( x, t )       tidak bergantung waktu).

Hasil pengukuran energi sebuah partikel dalam sebuah sumur potensial harus berada
pada salah satu keadaan stasioner, hasil yang lain tidaklah mungkin. Pemecahan bagi
ψ (x ) belum lengkap, karena belum ditentukan tetapan A. Untuk menentukannya,
                                                      +∞
ditinjau kembali persyaratan normalisasi, yaitu ∫ ψ ( x ) dx = 1 . Karena ψ(x)=0,
                                                                 2

                                                      −∞

kecuali untuk 0 ≤ x ≤ Lsehingga berlaku:
.




            |    |              1                                               (2.32)
.




Maka diperoleh A = 2 / L . Dengan demikian, Pemecahan lengkap bagi fungsi
gelombang untuk 0 ≤ x ≤ L adalah:
.




                2     nπx
    ψn =          sin       n=1,2,3,…                                           (2.33)
                L      L
       .




       Dalam gambar 2.2 dan 2.3 akan dilukiskan berbagai tingkat energi, fungsi
                                             2
gelombang         dan rapat probabilitas ψ       yang mugkin untuk beberapa keadaan

terendah. Keadaan energi terendah, yaitu pada n =1 , dikenal sebagai keadaan dasar
dan keadaan dengan energi yang lebih tinggi (n > 1) dikenal sebagai keadaan eksitasi.




                                                                     Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. 2 Tingkat energi dalam sumur secara konstan ( Kamal Sing,2005)




       Gambar 2.3 Probabilitas keberadaan electron dalam sumur potensial


       Kita lihat di sini bahwa energi elektron mempunyai nilai-nilai tertentu yang
diskrit, yang ditentukan oleh bilangan bulat n. Nilai diskrit ini terjadi karena
pembatasan yang harus dialami oleh ψ2, yaitu bahwa ia harus berada dalam sumur
potensial. Ia harus bernilai nol di batas-batas dinding potensial dan hal itu akan terjadi
bila lebar sumur potensial L sama dengan bilangan bulat kali setengah panjang
gelombang. Jika tingkat energi untuk n = 1 kita sebut tingkat energi yang pertama,
maka tingkat energi yang kedua pada n = 2, tingkat energi yang ketiga pada n = 3 dan
seterusnya.Jika kita kaitkan dengan bentuk gelombangnya, dapat kita katakan bahwa
tingkat-tingkat energi tersebut sesuai dengan jumlah titik simpul gelombang. Dengan



                                                                Universitas Sumatera Utara
demikian maka diskritisasi energi elektron terjadi secara wajar melalui Pemecahan
persamaan Schödinger.
       Persamaan (2.30) memperlihatkan bahwa selisih energy antara satu tingkat
dengan tingkat berikutnya, misalnya antara n=1 dan n =2, berbanding terbalik dengan
kuadrat lebar sumur potensial. Makin lebar sumur ini, makin kecil selisih energy
tersebut, artinya tingkat-tingkat energy semakin rapat. Untuk L sama dengan satu
satuan misalnya, selisih energy untuk n=2 dan n=1 adalah E2- E1 = 3ћ2 / 8m dan jika
L 10 kali lebih lebar maka selisih ini menjadi E2 – E1 = 0.03ћ2/8m.




                        (a)                            (b)

                 Gambar 2.4. Pengaruh lebar sumur terhadap energy
       Jadi makin besar L maka perbedaan nilai tingkat-tingkat energy akan semakin
kecil dan untuk L semakin lebar maka tingkat-tingkat energy tersebut akan semakin
rapat sehingga mendekati kontinyu.( Neuredine Zettili, 2009)




                                                               Universitas Sumatera Utara
2.6 Pemrograman dengan Mathematica 7

         Mathematica merupakan perangkat lunak yang diproduksi dan dikembangkan
  oleh Wolfram Research, Inc. Pendiri dan presiden perusahaan tersebut adalah Stephen
  Wolfram, P.hD. Beliau adalah fisikawan di bidang fisika teoritis dan berkebangsaan
  Inggris. Mathematica dapat digunakan untuk aplikasi matematika, ilmu pengetahuan,
  teknologi, bisnis dan aplikasi lainnya.

         Pada Penelitian ini, program lebih banyak dibuat dengan menggunakan
  perintah-perintah berikut ini

1. Graphics: perintah untuk menampilkan grafik dua dimensi berdasarkan data yang
  diberikan.
  Sintaks umumnya: Graphics[primitives,options].

2. Manipulate: perintah untuk memanipulasi secara interaktif ekspresi-ekspresi program,
  grafik dan objek lainnya.
  Sintaks umumnya: Manipulate[expr,{u,umin,umax}].

3. Module: perintah untuk membuat variabel lokal dengan nama tertentu yang dapat
  dipanggil.
  Sintaks umumnya: Module[{x,y,…},expr].

4. If: perintah untuk memberikan suatu ekspresi tertentu jika kondisi benar dan ekspresi
  lainnya jika kondisi salah.
  Sintaks umumnya: If[condition,t,f].

5. ListLinePlot: perintah untuk memplot grafik linier dua dimensi berdasarkan pasangan
  data yang telah ditentukan.
  Sintaks umumnya: ListLinePlot[{{x1,y1},{x2,y2},…}].

  Untuk informasi yang lebih mendetail tentang Mathematica dapat melihatnya di situs
  resmi Wolfram (www.wolfram.com).




                                                                Universitas Sumatera Utara

More Related Content

What's hot

Bab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodingerBab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodingerNur Yunani Yuna
 
Mekanika lagrangian
Mekanika lagrangianMekanika lagrangian
Mekanika lagrangianReza Aditya
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaAyuShaleha
 
Mekanika II
Mekanika IIMekanika II
Mekanika IIadnavi
 
Sumur potensial persegi tak terhingga
Sumur potensial persegi tak terhinggaSumur potensial persegi tak terhingga
Sumur potensial persegi tak terhinggaFani Diamanti
 
Struktur Atom Presentation
Struktur Atom PresentationStruktur Atom Presentation
Struktur Atom Presentationhafizona
 
Visualisasi orbital atom hidrogen (skripsi lengkap wahab abdullah)
Visualisasi orbital atom hidrogen (skripsi lengkap wahab abdullah)Visualisasi orbital atom hidrogen (skripsi lengkap wahab abdullah)
Visualisasi orbital atom hidrogen (skripsi lengkap wahab abdullah)Wahab Abdullah
 
J3009 Unit 11
J3009   Unit 11J3009   Unit 11
J3009 Unit 11mechestud
 

What's hot (19)

2 f08634fd01
2 f08634fd012 f08634fd01
2 f08634fd01
 
Bab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodingerBab 3 b5 persamaan schrodinger
Bab 3 b5 persamaan schrodinger
 
Mekanika lagrangian
Mekanika lagrangianMekanika lagrangian
Mekanika lagrangian
 
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannyaContoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
Contoh Soal Persamaan Schrodinger dan penyelesaiannya
 
Mekanika II
Mekanika IIMekanika II
Mekanika II
 
K026228266
K026228266K026228266
K026228266
 
Atom hidrogen-final-doc2
Atom hidrogen-final-doc2Atom hidrogen-final-doc2
Atom hidrogen-final-doc2
 
Sumur potensial persegi tak terhingga
Sumur potensial persegi tak terhinggaSumur potensial persegi tak terhingga
Sumur potensial persegi tak terhingga
 
Mekanika lagrange
Mekanika lagrangeMekanika lagrange
Mekanika lagrange
 
Diferensial
DiferensialDiferensial
Diferensial
 
R5 h kel 4 teori bil 2
R5 h kel 4 teori bil 2R5 h kel 4 teori bil 2
R5 h kel 4 teori bil 2
 
Struktur Atom Presentation
Struktur Atom PresentationStruktur Atom Presentation
Struktur Atom Presentation
 
Visualisasi orbital atom hidrogen (skripsi lengkap wahab abdullah)
Visualisasi orbital atom hidrogen (skripsi lengkap wahab abdullah)Visualisasi orbital atom hidrogen (skripsi lengkap wahab abdullah)
Visualisasi orbital atom hidrogen (skripsi lengkap wahab abdullah)
 
Vektor potensial
Vektor potensialVektor potensial
Vektor potensial
 
84681491 analisis-real-2
84681491 analisis-real-284681491 analisis-real-2
84681491 analisis-real-2
 
Mekanika lagrangean
Mekanika lagrangeanMekanika lagrangean
Mekanika lagrangean
 
Getaran mekanik 7
Getaran mekanik 7Getaran mekanik 7
Getaran mekanik 7
 
J3009 Unit 11
J3009   Unit 11J3009   Unit 11
J3009 Unit 11
 
Kontinuitas
KontinuitasKontinuitas
Kontinuitas
 

Similar to TINJAUAN PUSTAKA

Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantumkeynahkhun
 
Fisika kuantum edit
Fisika kuantum editFisika kuantum edit
Fisika kuantum editFauzan Amir
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2keynahkhun
 
Integral lipat dua dalam koordinat cartecius
Integral lipat dua dalam koordinat carteciusIntegral lipat dua dalam koordinat cartecius
Integral lipat dua dalam koordinat carteciusMha AMha Aathifah
 
Bab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogenBab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogenDwi Karyani
 
Meteorologi Dinamis - Kuliah 13b
Meteorologi Dinamis - Kuliah 13bMeteorologi Dinamis - Kuliah 13b
Meteorologi Dinamis - Kuliah 13bThomas Blegur
 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuAnderzend Awuy
 
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxRoida1
 
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxRoida1
 
Penerapan integral dalam bidang ilmu
Penerapan integral dalam bidang ilmuPenerapan integral dalam bidang ilmu
Penerapan integral dalam bidang ilmuMhd Syahrul Ramadhan
 

Similar to TINJAUAN PUSTAKA (20)

Fisika modern
Fisika modernFisika modern
Fisika modern
 
1. persamaan schrodinger
1. persamaan schrodinger1. persamaan schrodinger
1. persamaan schrodinger
 
Fisika Kuantum1.pptx
Fisika Kuantum1.pptxFisika Kuantum1.pptx
Fisika Kuantum1.pptx
 
Sifat gelombang de broglie
Sifat gelombang de broglieSifat gelombang de broglie
Sifat gelombang de broglie
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
Fisika kuantum edit
Fisika kuantum editFisika kuantum edit
Fisika kuantum edit
 
Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2Fisika kuantum 2
Fisika kuantum 2
 
Ketidakpastian Heisenberg
Ketidakpastian HeisenbergKetidakpastian Heisenberg
Ketidakpastian Heisenberg
 
Integral lipat dua dalam koordinat cartecius
Integral lipat dua dalam koordinat carteciusIntegral lipat dua dalam koordinat cartecius
Integral lipat dua dalam koordinat cartecius
 
Bab7
Bab7Bab7
Bab7
 
Bab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogenBab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogen
 
Mekanika kuantum
Mekanika kuantumMekanika kuantum
Mekanika kuantum
 
Rumus-rumus untuk IPhO
Rumus-rumus untuk IPhORumus-rumus untuk IPhO
Rumus-rumus untuk IPhO
 
Lismafisika
LismafisikaLismafisika
Lismafisika
 
Meteorologi Dinamis - Kuliah 13b
Meteorologi Dinamis - Kuliah 13bMeteorologi Dinamis - Kuliah 13b
Meteorologi Dinamis - Kuliah 13b
 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinu
 
R5 g kel 6 allin2 2
R5 g kel 6 allin2 2R5 g kel 6 allin2 2
R5 g kel 6 allin2 2
 
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
 
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
 
Penerapan integral dalam bidang ilmu
Penerapan integral dalam bidang ilmuPenerapan integral dalam bidang ilmu
Penerapan integral dalam bidang ilmu
 

More from Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar (12)

Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...
Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...
Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...
 
Hukum gauss
Hukum gaussHukum gauss
Hukum gauss
 
Ada saatnya kuu mengerti
Ada saatnya kuu mengertiAda saatnya kuu mengerti
Ada saatnya kuu mengerti
 
Makalah spi
Makalah spiMakalah spi
Makalah spi
 
Sejarah munculnya daulah
Sejarah munculnya daulahSejarah munculnya daulah
Sejarah munculnya daulah
 
Transistor
TransistorTransistor
Transistor
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Dioda zener
Dioda zenerDioda zener
Dioda zener
 
Dasar logika
Dasar logikaDasar logika
Dasar logika
 
Nurjannah ^Umayyah^
Nurjannah ^Umayyah^Nurjannah ^Umayyah^
Nurjannah ^Umayyah^
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 

TINJAUAN PUSTAKA

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Schrödinger Persamaan Schrödinger merupakan fungsi gelombang yang digunakan untuk memberikan informasi tentang perilaku gelombang dari partikel. Suatu persamaan differensial akan menghasilkan pemecahan yang sesuai dengan fisika kuantum. 2.2 Persamaan Schrödinger Bebas-waktu Aplikasi persamaan Schrödinger dalam banyak hal akan berkaitan dengan energy potensial, yaitu besaran yang merupakan fungsi posisi dan tidak merupakan fungsi waktu. Perhatian kita tidak tertuju pada keberadaan elektron dari waktu ke waktu, melainkan tertuju pada kemungkinan dia berada dalam selang waktu yang cukup panjang. Jadi jika faktor waktu dapat dipisahkan dari fungsi gelombang, maka hal itu akan menyederhanakan persoalan. Kita tinjau persamaan Schrodinger kasus satu dimensi dan menuliskan persamaan gelombang sebagai berikut + (2.1) P (x) Atau (2.2) + P (x) Inilah persamaan Schrödinger satu dimensi yang bebas-waktu. Untuk tiga dimensi persamaan itu menjadi : (2.3) ∇ , , 0 2 Perlu kita sadari bahwa adanyan persamaan Schrödinger bebas-waktu bukanlah berarti bahwa elektron atau partikel yang ingun kita pelajari dengan mengaplikasikan persamaan ini adalah partikel bebas-waktu. Partikel tersebut memiliki kecepatan gerak, dan kecepatan adalah turunan terhadap waktu dan posisi. Oleh karena itu dalam memeberi arti pada penurunan matematis dan persamaan Schrödinger bebas-waktu, dalam hal-hal tertentu kita perlu mempertimbangkan masalah waktu, sesuai dengan logika. Universitas Sumatera Utara
  • 2. Dengan persamaan Schrödinger bebas-waktu (2.1) atau (2.2) fungsi gelombang yang dilibatkan dalam persamaan ini juga fungsi gelombang bebas-waktu, ψ(x) Dari bentuk gelombang komposit untuk elektron S(x,t) dengan S(x,t) = ∑ (2.4) –jkx kita mengambil bentuk ψ(x) sebagai ψ(x) A(x)e , dengan A(x) adalah selubung paket gelombang, untuk mencari solusi persamaan Schrödinger. Persamaan Schrödinger adalah persamaan gelombang dan yang kita maksudkan adalah gelombang sebagai representasi elektron atau partikel. Mencari solusi persamaan Schrödinger adalah untuk memperoleh fungsi gelombang yang selanjutnya digunakan untuk melihat bagaimana perilaku atau keadaan elektron. Hubungan antara momentum p dan energi E dengan besaran-besaran gelombang (k,ω,f,λ) adalah (2.5) p= λ λ 2.3 Fungsi Gelombang Persamaan Schrödinger adalah persamaan diferensial parsial dengan adalah fungsi gelombang, dengan pengertian bahwa Adalah probabilitas keberadaan elektron pada waktu tertentu dengan volume dx, dy, dz di sekitar titik (x,y,z), * adalah konjugat dari . Jadi persamaan Schrödinger tidak menentukan posisi elektron melainkan memberikan probabilitas bahwa ia akan ditemukan di sekitar posisi tertentu. Kita juga tidak mengatakan secara pasti bagaimana elektron bergerak sebagai fungsi waktu karena posisi dan momentum elektron dibatasi oleh prinsip ketidakpastian Heisenberg. Universitas Sumatera Utara
  • 3. Dalam kasus satu dimensi dengan bentuk gelombang. ∆ / (2.6) Dan ∆ / (2.7) Maka ∆ / (2.8) Apa yang berada dalam tanda kurung pada (2.9) adalah selubung paket gelombang yang merupakan fungsi x sedangkan A0 memiliki nilai konstan. Jadi selubung paket gelombang itulah yang menentukan probabilitas keberadaan partikel. Persyaratan Fungsi Gelombang, Fungsi gelombang (x) hasil solusi persamaan Schrödinger mempunyai arti fisis. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut. • Elektron sebagai suatu yang nyata harus ada di suatu tempat. Oleh karena itu fungsi gelombang (untuk satu dimensi) harus memenuhi 1 • Fungsi gelombang (x), harus kontinyu sebab jika terjadi ketidak-kontinyuan hal itu dapat ditafsirkan sebagai rusaknya elektron, suatu hal yang tidak dapat diterima. • Turunan fungsi gelombang terhadap posisi, d / dx, juga harus kontinyu. Kita telah melihat bahwa turunan fungsi gelombang terhadap posisi terkait dengan momentum elektron sebagai gelombang. Oleh karena itu persyaratan ini dapat diartikan sebagai persyaratan kekontinyuan momentum. • Fungsi gelombang harus bernilai tunggal dan terbatas sebab jika tidak akan berarti ada lebih dari satu kemungkinan keberadaan elektron. • Fungsi gelombang tidak boleh sama dengan nol disemua posisi sebab kemungkinan elektron haruslah nyata, betapapun kecilnya.(Kamal Singh,2006) Universitas Sumatera Utara
  • 4. 2.4 Probabilitas dan Normalisasi Fungsi gelombang ψ(x) menyatakan suatu gelombang yang memiliki panjang gelombang dan bergerak dengan kecepatan fase yang jelas. Masalah yang muncul ketika hendak menafsirkan amplitudonya. Apakah yang dinyatakan oleh amplitudo ψ(x) dan variabel fisika apakah yang bergetar? Ini merupakan suatu jenis gelombang yang berbeda, yang nilai mutlaknya memberikan probabilitas untuk menemukan partikelnya pada suatu titik tertentu. Dimana |ψ(x)|2 dx memberikan probabilitas untuk menemukan partikel dalam selang dx di x. Rapat probabilitas P(x) terhadap ψ(x) menurut persamaan Schrödinger sebagai berikut: P(x)dx=|ψ(x)|2dx (2.9) 2 Tafsiran |ψ(x)| ini membantu memahami persyaratan kontinu ψ(x), walaupun amplitudonya berubah secara tidak jelas dan kontinu. Probabilitas untuk menemukan partikel antara x1 dan x2 adalah jumlah semua probabilitas P(x)dx dalam selang antara x1 dan x 2 adalah sebagai berikut: x2 x2 ∫ P( x)dx = ∫ ψ ( x) dx 2 x1 x1 (2.10) Dari aturan ini, maka probabilitas untuk menemukan partikel disuatu titik sepanjang sumbu x, adalah 100 persen, sehingga berlaku: +∞ ∫ ψ ( x) 2 dx = 1 −∞ (2.11) Persamaan (2.12) dikenal dengan syarat Normalisasi, yang menunjukkkan bagaimana mendapatkan tetapan A. Dimana tetapan A tidak dapat ditentukan dari persamaan Differensialnya. Sebuah fungsi gelombang yang tetapan pengalinya ditentukan dari persamaan (2.12) disebut ternormalisasikan. Hanyalah fungsi gelombang yang ternomalisasi secara tepat, yang dapat digunakan untuk melakukan semua perhitungan yang mempunyai makna fisika. Jika normalisasinya telah dilakukan secara tepat, maka persamaan (2.12) akan selalu menghasilkan suatu probabilitas yang terletak antara 0 dan 1. Setiap pemecahan persamaan Schrödinger yang menghasilkan |ψ(x)|2 bernilai tak hingga, harus dikesampingkan. Karena tidak pernah terdapat probabilitas tak hingga untuk menemukan partikel pada titik manapun. Maka harus Universitas Sumatera Utara
  • 5. mengesampin m ngkan suatu pemecaha dengan mengemba u an alikan faktor pengaliny r ya sa ama dengan nol. Sebagai contoh, j n jika pemec cahan matem matika bagi persamaa i an di ifferensial m menghasilka ψ(x) = A an +B bagi selu uruh daerah x > 0 , mak ka sy yaratnya A = 0 agar pe emecahannn mempun nya nyai makna fisika. Jika tidak |ψ(x) )| ak kan menjad tak hingg untuk x m di ga menuju tak hingga ( Teta jika pe h api emecahanny ya di ibatasi dalam selang 0 < x < L, m m maka A tidak boleh sama dengan nol Tetapi jik k a l). ka pemecahanny berlaku pada seluruh daerah neg ya p h gatif sumbu x < 0, maka B = 0. a Kedud dukan suatu partikel tid dapat d u dak dipastikan,da alam hal ini tidak dapa at menjamin kep m pastian hasil suatu kali p l pengukuran suatu besara fisika yan bergantun an ng ng pada keduduk kannnya. Namun jika m menghitung probabilitas yang berk s kaitan denga an etiap kooord se dinat, maka ditemukan hasil yang mu d ungkin dari p pengukuran satu kali ata au ra ata-rata hasil dari sejuml besar pen l lah ngukuran be erkali-kali (E Eisberg,1970 0). 2.5 Penerap Persamaan Schröd pan dinger Persam maan Schrö ödinger dapa diterapka dalam be at an erbagai pers soalan fisika a. Dimana pem D mecahan pe ersamaan Schrödinger, yang dise ebut fungsi gelombang g, memberikan informasi tentang perilak gelomban dari parti m i ku ng ikel. 2.5.1. Pada partikel Beb p bas Yang dimaksud dengan “P d Partikel Be ebas” adalah sebuah h partikel yan p ng bergerak tanp dipengaru pa uhi gaya ap papun dalam suatu ba m agian ruang, yaitu, F = - dV(x) / dx = 0 sehingga menempuh l d m lintasan luru dengan ke us elajuan konst Sehingg tan. ga en nergi potens silnya nol. Partik bebas dal kel lam mekanik klasik ber ka rgerak denga momentu konstan P an um P, yang mengak kibatkan en nergi totalny jadi kon ya nstan. Tetap partikel bebas dalam pi m mekanika k m kuantum da apat dipeca ahkan deng gan persam maan Schröd dinger tida ak bergantung w waktu. Persa amaan Schro odinger pada partikel be a ebas dapat d diperoleh dari persamaan (2 2.13) berikut: h 2 ∂ 2ψ ( x) − + Vψ ( x) = Eψ ( ) (x (2.12) 2m ∂x 2 Universitas Sumatera Utara
  • 6. Untuk partikel bebas V = 0, maka persamaannya menjadi h 2 ∂ 2ψ ( x) − = Eψ ( x) (2.13) 2m ∂x 2 atau ∂ 2ψ ( x) 2m = 2 Eψ (x) (2.14) ∂x 2 h Atau: ∂ 2ψ ( x) 2mE + 2 ψ ( x) = 0 ∂x 2 h (2.15) Karena: 2mE h2k 2 k2 = atau E = (2.16) h2 2m Dengan demikian diperoleh: ∂ 2ψ ( x) = − k 2ψ ( x) (2.17) ∂x 2 ∂ 2ψ ( x ) + k 2ψ ( x ) = 0 (2.18) ∂x 2 Persamaan (2.19) adalah bentuk umum dari persamaan differensial biasa berorde dua, dengan k2 adalah positif, dimana ψ(x) merupakan kuantitas kompleks yang memiliki bagian real (nyata) dan bagian imajiner,Maka : ∂ 2ψ ( x) + k 2ψ ( x) = 0 (2.19) ∂x 2 Maka didapatkan ψ(x)=Asinkx+ B cos kx (2.20) Pemecahan ini tidak memberikan batasan pada k, maka partikel yang diperkenankan memiliki semua nilai (dalam istilah kuantum, bahwa energinya tidak terkuantisasi). Sedangkan penentuan nilai A dan B mengalami beberapa kesulitan, Universitas Sumatera Utara
  • 7. karena integral normalisasi tidak dapat dihitung dari -∞ hingga +∞ , bagi fungsi gelombang itu. (Krane, 1992). 2.5.2. Partikel dalam sumur potensial Sumur Potensial adalah daerah yang tidak mendapat pengaruh potensial. Hal ini berarti bahwa partikel selama berada dalam sumur potensial, merupakan electron bebas. Kita katakan bahwa electron terjebak di sumur potensial, dan kita anggap bahwa dinding potensial sangat tinggi menuju ∞, atau kita katakan sumur potensial sangat dalam. Dalam gambar (2.1) berikut kita akan menggambarkan sumur potensial. Daerah I dan daerah III adalah daerah-daerah dengan V= ∞, Sedangkan di daerah II, yaitu antara 0 dan L, V= . Kita katakan bahwa lebar sumur potensial ini adalah L. V(x) = 0, 0≤x≤L V(x) = ∞, x < 0, x > L, I II III Ep=∞ Ep= 0 Ep=∞ Ψ1 Ψ2 Ψ3 Gambar 2.1 Partikel dalam sumur potensial daerah II Pada sumur potensial yang dalam, daerah I dan III adalah daerah dimana kemungkinan berada elektron bisa dianggap nol, Ψ1(x) = 0 dan Ψ2(x) = 0. Sedangkan pada daerah dua Kita dapat memberi spesifikasi pada gerak partikel dengan mengatakan bahwa gerak itu terbatas pada gerak sepanjang sumbu-x antara x = 0 dan x = L disebabkan oleh dinding keras tak berhingga. Sebuah partikel tidak akan kehilangan Energinya jika bertumbukan dengan dinding, energi totalnya tetap konstan. Dari per nyataan tersebut maka energi potensial V dari partikel itu menjadi tak hingga di kedua sisi sumur, sedangkan V konstan di dalam sumur, dapat dikatakan V = 0 seperti yang terlihat pada gambar (2.1) di atas. Karena partikel tidak bisa memiliki Energi tak hingga, maka partikel tidak mungkin ditemukan di luar sumur, sehingga fungsi gelombang ψ = 0 untuk 0 ≤ x ≤ L. Maka yang perlu dicari adalah Universitas Sumatera Utara
  • 8. nilai ψ di dalam sumur, yaitu antara x = 0 dan x = L . Persamaan Schrodinger bebas waktu adalah : (2.21) Dengan (2.22) Dimana (2.23) Sesuai dengan persamaan gelombang maka : ψ(x)=Asinkx+B coskx (2.24) Pemecahan ini belum lengkap, karena belum ditentukan nilai A dan B, juga belum menghitung nilai energi E yang diperkenankan. Untuk menghitungnya, akan diterapkan persyaratan bahwa ψ(x) harus kontinu pada setiap batas dua bagian ruang. Dalam hal ini, akan dibuat syarat bahwa pemecahan untuk x < 0 dan x > 0 bernilai sama di x = 0. Begitu pula pemecahan untuk x > L dan x < L haruslah bernilai sama di x = L. Jika x = 0, Untuk x < 0 Jadi harus mengambil ψ(x) = 0 pada x = 0. ψ(0) =Asin 0 + B cos 0 ψ(0) = 0 + B.1 = 0 (2.25) Jadi,didapat B = 0. Karena ψ =0 untuk x > L, maka haruslah berlaku ψ(L) = 0, Ψ(L) = AsinkL + Bcos kL = 0 (2.26) Karena telah didapatkan bahwa B = 0,maka haruslah berlaku: AsinkL = 0 (2.27) Universitas Sumatera Utara
  • 9. Disini ada dua pemecahan yaitu A = 0, yang memberikan ψ(x) = 0 dan ψ2(x) = 0, yang berarti bahwa dalam sumur tidak terdapat partikel (Pemecahan tidak masuk akal) atau sin kL = 0, maka yang benar jika: kL = π,2π,3π,…… n=1,2,3 …. (2.28) Dengan: (2.29) Dari persamaan (2.28) dan persamaaan (2.29) diperoleh bahwa energi partikel mempunyai harga tertentu yaitu harga eigen. Harga eigen ini membentuk tingkat energisitas yaitu: n 2π 2 h 2 En = 2mL2 Dimana energy yang kita tinjau disini berbeda dengan energy Born dimana pada energy Born menyatakan energy tingkat atomic sedangkan tingkat energy pada persamaan Schrodinger menyatakan tingkat energy untuk electron. Fungsi gelombang sebuah partikel didalam sumur yang berenergi En ialah: 2mE n ψ n = A sin x (2.31) h Untuk memudahkan E1 =ħ2π2/2mL2, yang mana tampak bahwa unit energi ini ditentukan oleh massa partikel dan lebar sumur. Maka E = n2E1 dan demikian partikelnya hanya dapat ditemukan dengan energi E1, 4 E1, 9 E1, 16 E1 dan seterusnya. Karena dalam kasus ini energi yang diperoleh hanya pada laju tertentu yang diperkenankan dimiliki partikel. Ini sangat berbeda dengan kasus klasik, misalnya manik-manik (yang meluncur tanpa gesekan sepanjang kawat dan menumbuk kedua dinding secara secara elastik) dapat diberi sembarang kecepatan awal dan akan bergerak selamanya, bolak-balik, dengan laju tersebut. Universitas Sumatera Utara
  • 10. Dalam kasus kuantum, hal ini tidaklah mungkin, karena hanya laju awal tertentu yang dapat memberikan keadaan gerak tetap, keadaan gerak khusus ini disebut keadaan stasioner (Disebut keadaan”stasioner”karena ketergantungan pada 2 waktu yang dilibatkan untuk membuat ψ ( x, t ), ψ ( x, t ) tidak bergantung waktu). Hasil pengukuran energi sebuah partikel dalam sebuah sumur potensial harus berada pada salah satu keadaan stasioner, hasil yang lain tidaklah mungkin. Pemecahan bagi ψ (x ) belum lengkap, karena belum ditentukan tetapan A. Untuk menentukannya, +∞ ditinjau kembali persyaratan normalisasi, yaitu ∫ ψ ( x ) dx = 1 . Karena ψ(x)=0, 2 −∞ kecuali untuk 0 ≤ x ≤ Lsehingga berlaku: . | | 1 (2.32) . Maka diperoleh A = 2 / L . Dengan demikian, Pemecahan lengkap bagi fungsi gelombang untuk 0 ≤ x ≤ L adalah: . 2 nπx ψn = sin n=1,2,3,… (2.33) L L . Dalam gambar 2.2 dan 2.3 akan dilukiskan berbagai tingkat energi, fungsi 2 gelombang dan rapat probabilitas ψ yang mugkin untuk beberapa keadaan terendah. Keadaan energi terendah, yaitu pada n =1 , dikenal sebagai keadaan dasar dan keadaan dengan energi yang lebih tinggi (n > 1) dikenal sebagai keadaan eksitasi. Universitas Sumatera Utara
  • 11. Gambar 2. 2 Tingkat energi dalam sumur secara konstan ( Kamal Sing,2005) Gambar 2.3 Probabilitas keberadaan electron dalam sumur potensial Kita lihat di sini bahwa energi elektron mempunyai nilai-nilai tertentu yang diskrit, yang ditentukan oleh bilangan bulat n. Nilai diskrit ini terjadi karena pembatasan yang harus dialami oleh ψ2, yaitu bahwa ia harus berada dalam sumur potensial. Ia harus bernilai nol di batas-batas dinding potensial dan hal itu akan terjadi bila lebar sumur potensial L sama dengan bilangan bulat kali setengah panjang gelombang. Jika tingkat energi untuk n = 1 kita sebut tingkat energi yang pertama, maka tingkat energi yang kedua pada n = 2, tingkat energi yang ketiga pada n = 3 dan seterusnya.Jika kita kaitkan dengan bentuk gelombangnya, dapat kita katakan bahwa tingkat-tingkat energi tersebut sesuai dengan jumlah titik simpul gelombang. Dengan Universitas Sumatera Utara
  • 12. demikian maka diskritisasi energi elektron terjadi secara wajar melalui Pemecahan persamaan Schödinger. Persamaan (2.30) memperlihatkan bahwa selisih energy antara satu tingkat dengan tingkat berikutnya, misalnya antara n=1 dan n =2, berbanding terbalik dengan kuadrat lebar sumur potensial. Makin lebar sumur ini, makin kecil selisih energy tersebut, artinya tingkat-tingkat energy semakin rapat. Untuk L sama dengan satu satuan misalnya, selisih energy untuk n=2 dan n=1 adalah E2- E1 = 3ћ2 / 8m dan jika L 10 kali lebih lebar maka selisih ini menjadi E2 – E1 = 0.03ћ2/8m. (a) (b) Gambar 2.4. Pengaruh lebar sumur terhadap energy Jadi makin besar L maka perbedaan nilai tingkat-tingkat energy akan semakin kecil dan untuk L semakin lebar maka tingkat-tingkat energy tersebut akan semakin rapat sehingga mendekati kontinyu.( Neuredine Zettili, 2009) Universitas Sumatera Utara
  • 13. 2.6 Pemrograman dengan Mathematica 7 Mathematica merupakan perangkat lunak yang diproduksi dan dikembangkan oleh Wolfram Research, Inc. Pendiri dan presiden perusahaan tersebut adalah Stephen Wolfram, P.hD. Beliau adalah fisikawan di bidang fisika teoritis dan berkebangsaan Inggris. Mathematica dapat digunakan untuk aplikasi matematika, ilmu pengetahuan, teknologi, bisnis dan aplikasi lainnya. Pada Penelitian ini, program lebih banyak dibuat dengan menggunakan perintah-perintah berikut ini 1. Graphics: perintah untuk menampilkan grafik dua dimensi berdasarkan data yang diberikan. Sintaks umumnya: Graphics[primitives,options]. 2. Manipulate: perintah untuk memanipulasi secara interaktif ekspresi-ekspresi program, grafik dan objek lainnya. Sintaks umumnya: Manipulate[expr,{u,umin,umax}]. 3. Module: perintah untuk membuat variabel lokal dengan nama tertentu yang dapat dipanggil. Sintaks umumnya: Module[{x,y,…},expr]. 4. If: perintah untuk memberikan suatu ekspresi tertentu jika kondisi benar dan ekspresi lainnya jika kondisi salah. Sintaks umumnya: If[condition,t,f]. 5. ListLinePlot: perintah untuk memplot grafik linier dua dimensi berdasarkan pasangan data yang telah ditentukan. Sintaks umumnya: ListLinePlot[{{x1,y1},{x2,y2},…}]. Untuk informasi yang lebih mendetail tentang Mathematica dapat melihatnya di situs resmi Wolfram (www.wolfram.com). Universitas Sumatera Utara