SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
MAKALAH 
Kewarganegaraan 
Geopolitik Indonesia adalah Wawasan Nusantara 
Disusun Oleh: 
Anna Rahmadianty 3315133609 
Dewi Fitriyani 3315133626 
Ikrimah Desta 3315136388 
Mohamad Faik Setiadi 3315133595 
Nurul Febi Safitri 3315130948 
Mata Kuliah: 
Kewarganegaraan 
JURUSAN KIMIA 
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
i 
KATA PENGANTAR 
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, 
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan 
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat 
menyelesaikan makalah Kewarganegaraan dengan judul Geopolitik Indonesia 
adalah Wawasan Nusantara. 
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan 
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar 
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima 
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah 
ini khususnya untuk Ibu Nurul Febrianti selaku Dosen Kewarganegaraan. 
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari 
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh 
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, guna 
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik pada 
kessempatan yang akan datang. 
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih. Dan besar harapan kami agar 
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, terutama penulis sendiri 
sebagai salah satu upaya perbaikan dalam proses pembelajaran yang berdampak 
pada peningkatan mutu pendidikan dan kehidupan masyarakat. 
Jakarta, November 2014 
Penyusun
ii 
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR................................................................................................. i 
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii 
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1 
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1 
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................1 
1.3. Tujuan.........................................................................................................2 
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................3 
2.1. Pengertian Geopolitik ...................................................................................3 
2.2. Latar Belakang Wawasan Nusantara..............................................................6 
2.3. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan ....................................................................8 
2.4. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Wilayah........................................... 10 
2.5. Praktek Negara-Negara............................................................................... 16 
2.6. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan dalam Mencapai Tujuan Pembangunan 
Nasional ............................................................................................................... 21 
2.7. Unsur Dasar Wawasan Nusantara................................................................ 22 
2.8. Sasaran Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Nasional ......... 23 
2.9. Sosialisasi Wawasan Nusantara................................................................... 25 
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 28 
3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 28 
3.2. Saran ......................................................................................................... 28 
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 29
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang 
Geopolitik merupakan permasalahan yang sangat penting pada dua abad 
terakhir ini. Permasalahan ini menjadi penting karena manusia yang telah 
berbangsa membutuhkan wilayah sebagai tempat tinggalnya yang kemudian di 
kenal dengan Negara. Dalam perkembangannya pengertian tidak saja diartikan 
sebagai intuisi yang secara minimal meliputi unsur wilayah, rakyat, dan 
pemerintah yang berkuasa. 
Seperti yang dikatakan Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 dihadapan sidang 
BPUPKI bahwa orang dan tempat tak dapat dipisahkan atau rakyat tak dapat 
dipisahkan dari bumi yang ada dibawah kakinya. Oleh karena itu, setelah 
membangsa orang menyatakan tempat tinggal sebagai negara. Dalam 
perkembangan selanjutnya pengertian negara tidak hanya tempat tinggal, tetapi 
diartikan lebih luas lagi yang meliputi institusi, yaitu pemerintah, rakyat, 
kedaulatan, dan lain-lain. 
Karena orang dan tempat tinggalnya tak dapat dipisahkan, ruang yang 
menjadi hal yang menimbulkan konflik antar manusia, keluarga, masyarakat, dan 
bangsa hingga kini, meskipun bentuknya dapat secara fisik maupun non fisik. 
Untuk dapat mempertahankan ruang hidupnya, suatu bangsa harus mempunyai 
kesatuan cara pandang yang dikenal sebagai wawasan nasional. Para ilmuan 
politik dan militer menyebutnya sebagai geopolitik yang merupakan kepanjangan 
dari geografi politik. 
1.2. Rumusan Masalah 
1. Bagaimanakah konsep dari geopolitik ? 
2. Apa saja unsur dari geopolitik ? 
3. Bagaimanakah perkembangan wilayah Indonesia? 
4. Bagaimanakah implementasi dari geopolitik
2 
1.3. Tujuan 
Adapun tujuan dan kegunaan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca 
dapat mengetahui dan memahami konsep dan unsur dasar geopolitik, 
perkembangan wilayah nusantara, serta implementasi dari geopolitik Indonesia.
3 
BAB II 
PEMBAHASAN 
2.1. Pengertian Geopolitik 
Geopolitik menjelaskan tentang dasar dari pertimbangan dalam 
menentukan alternative kebijakan nasional dalam merealisasikan tujuan tertentu. 
Prinsip prinsip dalam geopolitik kemudian berkembang dalam suatu wawasan 
nasional. Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo dan politik. Geo yang 
berarti bumi, sedangkan politik berasal dari kata polis yang berarti kesatuan 
masyarakat yang berdiri sendiri dan teia yang berarti urusan. Kemudian geopolitik 
di maknai sebagai ilmu penyelenggaraan Negara yang di tiap kebijakannya di 
sangkut pautkan dengan masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu 
bangsa. 
Istilah geopolitik diartikan oleh Frederich Ratzel sebagai ilmu bumi 
politik (political geography), kemudian diperluas oleh Rudolf Kjellen menjadi 
geographical politic dan disingkat geopolitik. Perbedaan dari keduanya ada pada 
titik perhatian dan juga tekanannya, di bidang politik ataukah di bidang geografi. 
Ilmu bumi politik mempelajari geografi dari sisi politik, sedang geopolitik 
mempelajari politik dari sisi geografi. Didalam perkembangannya walaupun 
geopolitik dipengaruhi oleh dua pendapat yang cukup berbeda namun pada 
dasarnya sama yaitu pemikiran continental dan maritime. Pemikiran continental 
mendasari Frederich dengan teori ruang hidupnya (lebensraum). Teori ini 
kemudian dikembangkan oleh Karl Haushofer untuk membenarkan ekspansi ke 
Negara lain. Hingga pada akhirnya timbul upaya untuk membuat boundary atau 
perbatasan wilayah Negara. Adapun akibat lain dari teori ini adalah munculnya 
daerah Frontiers. Frontiers adalah daerah asimilasi yang terbentuk karena 
pengaruh penduduk sberang boundaries. Hal ini terjadi karena tidak cukupnya 
perhatian dari pemerintah serta kurangnya sarana transportasi dan komunikasi. 
Alfred Thayer Mahan juga memiliki sebuah pemikiran tentang maritime, 
bahwa kekuatan Negara tidak hanya tergantung dari luas faktor daratan dengan 
isinya namun juga faktor luasnya akses ke laut berikut bentuk pantainya. Mahan 
berpendapat ada 4 faktor yang harus diperhatikan yaitu :
1. Situasi geografi, yaitu topomorfologi yang dikaitkan dengan ada tidaknya 
4 
akses ke laut dan penyebaran penduduk. 
2. Kekayaan alam dan zona iklim, yaitu faktor yang mengkaitkan 
kemampuan industri dengan kemandirian penyediaan pangan. 
3. Konfigurasi wilayah Negara, yang sangat mempengaruhi karakter rakyat 
dan orientasi wawasanya 
4. Jumlah penduduk 
Rudolf Kjellen menamakan pengetahuan geopolitik menjadi Science of 
The State. Pengetahuan melahirkan doktrin yang berisikan ajaran untuk 
mengantisipasi berlakunya hukum alamiah tentang organism pada Negara. 
Kjellen berkata bahwa akan muncul beberapa Negara besar yang kemudian akan 
menguasai Negara kecil. 
Kemudian dapat disimpulkan bahwa geopolitik adalah pengembangan 
geografi politik, yang memandang Negara sebagai organisasi hidup yang 
berevolusi untuk memenuhi hidup warganya. Geopolitik menjadi prasyarat 
doktrin dasar suatu Negara dan harus mengandung 4 unsur utama yaitu : 
1. Konsepsi Ruang 
Haushofer berpendapat bahwa ruang merupakan wadah dinamika 
politik dan militer. Dengan ini maka geopolitik merupakan cabang ilmu 
pengetahuan yang mengaitkan ruang dengan kekuatan fisik Negara, 
kemudian teori ini dikenal sebagai teori kombinasi ruang dan kekuatan. Pada 
kenyataannya politik selalu meminta ruang untuk kekuasaannya dan 
penguasaan ruang pun akan memberi legitimasi kekuasaan politik. Maka dari 
itu konsep ruang ini menjadi dasar bahwa sedikit ruang saja pun harus 
dipertahankan. Konsep ini pun ternyata lebih dimanfaatkan untuk 
menunjukan kewibawaan dan kedaulatan sebagai sebuah Negara yang kuat. 
Pada masa modern ruang hidup tak harus memiliki fungsi sebagai 
pemenuh kebutuhan Negara saja. Kebutuhan Negara dapat dibeli dan 
dibayarkan dengan produksi dan jasa industry. Dengan ini nilai strategis 
ruang menjadi bermakna bila di kaitkan dengan produktivitas penduduk.
Produktivitas penduduk dipengaruhi oleh karakter bangsa, tingkat 
pengetahuan, ekonomi, industry, dan sebagainya. 
5 
2. Konsepsi Frontier 
Bila boundary merupakan batas dari dua Negara, maka frontier 
merupakan batas imajiner dari dua Negara. Frontier terjadi dikarenakan 
pengaruh Negara di luar boundary. Bersifat dinamis dan berada di antara 
masyarakat bangsa. Secara politis bahwa pengaruh dari pemerintah pusat 
tidak lagi mencakup seluruh wilayah kedaulatan melainkan dikurangi luas 
wilayah sampai batas frontier yang sudah dipengaruhi kekuasaan asing dari 
seberang boundary. Pengaruh asing dapat masuk dari bidang apapun bila 
penanganan atau tindakan dari pemerintah pusat kurang baik. 
Indonesia pernah kehilangan Timor Timur karena kita masih belum 
dapat menyerap budaya masyarakat Timor Timur kedalam budaya 
masyarakat Nusa Tenggara Timur. Dari pengalaan tersebut seharusnya kita 
mampu membangun frontier di luar boundary kita dengan lebih baik lagi. 
Negara besar mencoba mewujudkan konsep ruangnya tak hanya dari 
mekanisme politik dan militer, namun dari kekuatan ekonomi. Oleh karena 
itu kerja sama bilateral saja tak cukup, namun harus dikembangkan pula kerja 
sama regional dan internasional. 
Kerjasama regional ini terjadi Karena strategi menghadapi Negara yang 
lebih kuat sehingga Negara-negara ini memiliki posisi tawar yang yang lebih 
kuat pada era perdagangan global. Pada kasus ini sebenarnya telah terjadi 
posisi frontier politik. Namun jika kerjasama regional ini terbentuk karena 
kesamaan budaya atau agama maka disebut sebagai frontier budaya. 
3. Konsepsi Politik Kekuatan 
Politik kekuatan adalah salah satu hal yang penting dalam konsep 
geopolitik dan juga berkaitan dengan kepentingan nasional. Dan kepentingan 
nasional wajib kita pertahankan demi tercapainya cita cita bangsa dan Negara. 
Agar cita cita bangsa dan Negara kita dapat tercapai maka harus dilandasi 
kekuatan politik dan atau kekuatan ekonomi dan atau kakuatan militer. Kita 
ambil contoh yaitu Jepang, mereka menekankan kekuatannya di bidang 
ekonomi. Eropa barat pun pada kekuatan politik dan kekuatan ekonominya.
Sedangkan AS pada ketiganya. Dalam perkembangan dinia yang semakin 
terbuka, konflik bukan tidak mungkin terjadi karena dunia yang saat ini 
semakin menciut serta jalannya sejarah yang terakselerasi. Dan dengan di 
akuinya ZEE ( Zone Ekonomi Eksklusif )bagi Negara pantai pada Konvensi 
Hukum Laut Internasional tahun 1982, maka hak berdaulat bagi Negara 
pantai mejnadi lebih besar. Kemudian sebagai akibatnya, Negara-negara 
besar menuntut dapat dibukanya Sea Lines of Comunication pada Negara 
kepulauan. 
6 
4. Konsepsi Keamanan Negara dan Bangsa 
Membahas geopolitik tentu tak lepas dari bahasan konespsi geostrategi. 
Hal ini berkaitan karena konsepsi geopolitik sebenarnya ditujukan pula untuk 
mengamankan pembangunan Negara agar dapat tercapai tujuan nasional 
bangsa yaitu agar tetap ada dan sejahtera. Pada saat sekarang ini konsep 
keamanan Negara yang dikembangkan pada umumnya adalah konsep 
ketahanan nasional. Namun konsep ketahanan nasional saja sebagai wujud 
geostrategi tidak cukup. Kini dikembangkan pula konsep daerah penyangga 
yang dapat digunakan untuk mengulur waktu dalam menghadapi ancaman 
fisik dari luar. Dalam upaya keamanan Negara dan bangsa, semangat 
kesatuan kesatuan dan persatuan menjadi salah satu kekuatan untuk 
menghambat datangnya ancaman dari luar negeri. 
2.2. Latar Belakang Wawasan Nusantara 
Menurut Hamidan Mansyur (2006: 64-78). Dalam memetukan, membina dan 
mengembangkan Wawasan Nasionalnya Bangsa Indonesia menggali dan 
mengembangkan diri dari kondisi nyata yang terdapat di lingkungan Indonesia 
sendiri. Wawasan Nasional Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman 
kekuasaan Bangsa Imdonesia yang berlandaskan Falsafah Pancasila dan oleh 
pandangan Geopolitik Indonesia pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa 
Indonesia. Oleh Karena itu, pemahaman latar belakang filosofis sebagai 
pemikiran dasar pemngembangan wawasan nasional Indonesia ditinjau dari : 
1. Falsafah Pancasila
Nilai-nilai pancasila mendasari pengembangan wawasan nasional antara 
lain member kesempatan menjalankan ibadah sesuai agama masing-masing 
sebagai wujud nyata penerapan hak asasi manusia. 
Mengedepankan kepentingan masyarakat yang lebih luas harus lebih 
diutamakan, tanpa mematikan kepentingan kelompok atau golongan. 
Pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan bersama 
diusahakan melalui musyawarah. Kemakmuran yang hendak dicapai oleh 
masing-masing warganya tidak merugikan orang lain. Sikap tersebut 
mewarnai wawasan nasional yang dianut dan dikembangkan bangsa 
Indonesia. 
7 
2. Aspek Kewilayahan 
Kondisi objektif geografi yang terdiri atas ribuan pulau. Namun memiliki 
karakteristik yang berbeda dengan Negara lain. Pengaruh Geografi 
merupakan suatu fenomena yang mutlak diperhitungkan karena 
mengandung beranekaragam kekayaan alam dan jumlah penduduk yang 
besar. Dengan demikian secara kontekstual kondisi geograi Indonesia 
mengandung keunggulan sekaligus kelemahan/kerawanan. Kondisi ini 
perlu dipearhitungkan dan dicermati dalam perumusan Geopolitikal 
Indonesia. 
3. Aspek social budaya 
Menurut ahli antropologi, tidak mungkin ada masyarakat kalau tidak 
kebudayaan dan sebaliknya. Kebudayaan hanya mungkin ada didalam 
masyarakat. Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing-masing 
memiliki adat istiadat, bahasa, agama, dan kepercayaan. Oleh 
karena itu tata kehidupan nasional yang berhubungan dengan interksi antar 
golongan masyarakat mengandung potensi konflik yang besar, terlebih 
lagi kesadaran nasional masyarakat masih relative rendah dan jumlah 
masyarakat yang terdidik relative terbatas. 
4. Aspek Historis 
Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-cita pada umumnya tumbuh 
dan berkembang daari latar belakang sejarahnya. Dengan semangat 
kebangsaan yang menghasilkan Proklamasi Kemerdekaan17 Agustus 1945
dimana Indonesi amulai merdeka, maka semangat ini harus tetap 
dipertahankan dengan semangat persatuan yang esesninya adalah 
mempertahankan persatuan bangsa dan menjaga wilayah Kesatuan 
Indonesia. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan 
wawasan nasional Indonesia diwarnnai oleh pengalaman sejarah yang 
tidak menghendaki terulangnya perpecahan dalam lingkungan bangsa dan 
Negara Indonesia. 
8 
2.3. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan 
1. Kedudukan Wawasan Nusantara 
Wawasan nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Visi adalah keadaan 
umum mengenai keadaan yang diinginkan. Wawasan nasional merupakan visi 
bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia 
sesuai dengan konsep Wawasan Nusantara adalah menjadi Bangsa yang satu 
dengan wilayah yang satu dan utuh pula. 
Selanjutnya Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional menurut 
Rahman HI ( 2008 : 145 – 146 ) dapat dilihat dari spesifikasinya sebagai berikut : 
1. Pancasila sebagai falsafah, ideologis bangsa, dan dasar negara 
berkedudukan sebagai landasan idiil. 
2. Undang – Undang Dasar ( UUD 1945 ) sebagai konstitusi negara, 
berkedudukan sebagai landasan konstitusional. 
3. Wawasan Nusantara sebagai visi nasional, berkedudukan sebagai 
landasan konsepsional. 
4. Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional berkedudukan sebagai 
landasan konsepsional. 
5. Dokumen Rencana Pembangunan sebagai kebijakan nasional, 
berkedudukan sebagai landasan operasional. 
PARADIGMA KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
9 
2. Fungsi Wawasan Nusantara 
Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta 
rambu – rambu dalam menentukan segala kebijakan, keputusan, tindakan, dan 
perbuatan bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah, maupun bagi 
seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan 
bernegara. 
3. Tujuan Wawasan Nusantara 
Dasar pemikiran disusunnya Wawasan Nusantara sebagai ccara pandang 
Bangsa Indonesia tentang diri dan llingkungannya berdasarkan Pancasila adalah 
dalam rangka mencapai tujuan nasional. Oleh karena itu tujuan Wawasan 
Nusantara pun harus sejalan dengan tujuan nasional yaitu mewujudkan 
masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian, maka Wawasan Nusantara 
memiliki tujuan kedalam untuk kepentingan nasional, dan tujuan keluar untuk ikut 
serta dalam usaha penyelenggaraan dan membina kesejahteraan dan perdamaian 
dunia. 
Tujuan Wawasan Nusantara adalah 
a. Kedalam, adalah untuk mewujudkan satu kesatuan segenap aspek 
kehidupan nasional baik alamiah ( geografi, demografi, dan kekayaan 
alam ) maupun aspek sosial yaittu ideologi, politik, ekonomi, sosial 
budaya dan pertahanan dan keamanan. 
b. Keluar, adalah ikut serta mewujudkan kebahagiaan, ketertiban dan 
perdamaian bagi seluruh umat manusia.
10 
2.4. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Wilayah 
Bila kita meninjau latar belakang Wawasan Nusantara dengan pendekatan 
sejarah dan yuridis, maka berarti bahwa kita akan meninjau perjuangan bangsa 
Indonesia untuk mengembangkan dan mempertahankan Waasan Nusantara di 
forum internasional. 
Gagasan Wawasan Nusantara menurut Lemhannas (1997: 27-35) 
berpangkal dari konsepsi negara kepulauan (archipelagic state concept). 
Konsepsi negara kepulauan mula-mula dikemukakan pada tanggal 13 
Desember 1957 dalam bentuk “Deklarasi Juanda” yang menyatakan: 
1) Bahwa bentuk geografi Indonesia sebagai suatu negara kepulauan 
mempunyai sifat dan corak tersendiri 
2) Bahwa menurut sejarah sejak duu kala kepulauan Indonesia merupakan 
suatu kesatuan 
3) Bahwa batas laut teritorial yang termaktub dalam Teritoriale Zee en 
Maritieme Kringen Ordonnatie 1939 memecah keutuhan teritorial 
indonesia karena membagi wilayah daratan Indonesia dalam bagian-bagian 
terpisah dengan teritorialnya sendiri-sendiri. 
Dalam pada itu pemerintah Indonesia juga menyatakan bahwa lalu lintas 
damai di perairan pedalaman bagi kapal asing dijamin dan bahwa pendirian 
Indonesia akan ditemukan dalam konfersi internasional engenai hukum laut 
internasional mengenai hukum laut internasional dan tata pergaulan internasional. 
Dalam konfersi hukum laut internasional yang diselenggarakan dijenewa 
pada tahun 1985, pendirian Indonesia diperdebatkan tetapi hasilnya masih kurang 
menguntungkan bagi Indonesia. Keunikan Indonesia sebagai negara kepulauan 
belum dapat dipahami oleh negara maritim yang berpengaruh, meskipun kelihatan 
dengan nyata bahwa integritas teritorial Indonesia terganggu dengan adanya kapal 
perang Belanda yang lalu lalang diperairan Nusantara mengganggu pelayaran 
kapal-kapal Indonesia. 
Kesukaran untuk meyakinkan kebenaran pendirian Indonesia, disebabkan 
karena pada saat itu yang dienal baru rezim archipelago sedangkan rezim 
archipelagic state belum dikenal.
Yurisprudensi Mahkamah Internasional dalam kasus Inggris lawan 
Norwegia mengenai pengukuran wilayah dengan teori dan titik luar ke titik luar 
berikutnya terbatas pada coastal archipelago sedangkan untuk mid-ocean 
archipelago belum ada Yurisprudensinya. 
Untuk memperkuat kedudukan hukumnya, Deklarasi Juanda dipertegas 
dengan Peraturan Pemeritah Pengganti Undang-Undang (PERPU) No. 4 Tahun 
1960 yang diikuti dengan praturan pelaksanaan mengenai lalu lintas damai 
kendaraan laut asing dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) No. 8 Tahun 1962. 
Dengan berlakunya PERPU No. 4 Tahun1960 yang menyatakan bahwa laut 
wilayah lebarnya 12 mil diukur dari garis pangkal lurus (straight base line) dan 
bahwa semua kepulauan dan laut yang terletak diantaranya harus dianggap 
sebagai satu kesatuan yang bulat maka luas wilayah Indonesia menjadi 5. 193.250 
km2 dengan perincian luas daratan: 2.027.087 km2 dan luas perairan nasional 
menjadi 3.166.163 km2 (terdiri atas laut teritorial dan laut nusantara). 
Selama ini luas wilayah Indonesia yang tercatat hanya wilayah daratan saja, 
sedangkan wilayah laut teritorial tidak pernah diukur karena berdasarkan 
ordonantie tahun 1939, setiap pulau mempunyai laut wilayah sendiri-sendiri 
sehingga tidak memungkinkan menghitung luas laut wilayah dari 17.508 pulau 
yang ada. 
Sementara itu pemerintah Indonesia menganggap perlu untuk mengamankan 
sumber daya alam yang terdapat dalam wilayah laut nasionalnya mengingat 
bahwa eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dilandas kontinen sudah dapat 
dilakukan berhubungan adanya kemajuan teknologi. Untuk itu pada tanggal 17 
februari 1969, pemerintah Indonesia mengeluarkan Deklarasi tentang landas 
kontinen dengan pertimbangan antara lain sebagai berikut: 
1. Segala sumber mineral dan sumber kekayaan alam lainnya, termasuk 
organisme-organisme hidup yang merupakan jenis sedentair yang terdapat 
pada dasar laut dan tanah dibawahnya dilandasan kontinen, merupakan milik 
indonesia dan merupakan berada dibawahnya dilandasan kontinen, 
merupakan milik indonesia dan merupakan berada dibawah yuridikasinya 
yang eksklusif. 
11
2. Dalam hal landas kontine Indonesia, termasuk depressie-depressie (bagian 
yang dalam) yang terdapat dalam landas kontinen atau kepulauan Indonesia 
yang berbatasan dengan suatu negara lain, maka Pemerintah Republik 
Indonesia bersedia untuk melalui perundingan dengan negara yang 
bersangkutan menetapkan suatu garis batas sesuai dengan prinsip-prinsip 
hukum dan keadilan. 
3. Menjelang tercapainya persetujuan seperti dimaksud diatas, Pemerintah 
Republik Indonesia akan mengeluarkan izin untuk mengadakan eksplorasi 
serta memberikan izin untuk produksi minyak dan gas bumi dan untuk 
eksploitasi sumber-sumber mineral ataupun kekayaan alam lainya, hanya 
untuk daerah sebelah Indonesia dari garis tengah (median line) yang ditarik 
dari pantai pantai daripada pulau-pulau Indonesia yang terluar. 
4. Ketentuan-ketentuan tersebut diatas tidak akan mempengaruhi sifat serta 
status daripada perairan diatas landas kontinen Indonesia sebagai laut lepas, 
demikian pula ruang udara diatasnya. 
Pengumuman Pemerintah Republik Indonesia tersebut sesuai dengan 
kebiasaan praktek negara dan dibenarkan pula oleh hukum internasional bahwa 
suatu negara pantai mempunyai penguasaan dan yuridikasi yang ekskusif atas 
kekayaan mineral dan kekayan lainnya dalam dasar laut dan tanah di dalamnya di 
landasan kontinen. 
Selain itu Pemerintah Republik Indonesia merasa penting untuk 
menyelesaikan oal-soal garis landasan kontinen, dengan negara tetangga sebelum 
ditemukan deposit (endapan mineral) agar penyelesaiannya lebih mudah. 
Perudingan segera diadakan dengan negara tetangga dan berkat semangat 
kebijaksanaan bertetangga baik (god neighborhood policy) maka perjanjian segera 
dapat ditandatangani pada tahun itu juga. 
Perjanjian garis batas landas kontinen yang pertama berhasil diadakan 
dengan Malaysia pada bulan Oktober tahun 1969, yang kemudian disusul oleh 
penandatanganan perjanjian dengan negara tetangga lain sebagai berikut: 
12
1) Perjanjian RI – Malaysia tentang Penetapan Garis Batas Landas Kontinen 
Kedua Negara (Selat Malaka dan Laut Cina Selatan) ditandatangani pada 
tanggal 27 Oktober 1969 mulai berlaku tanggal 7 November 1969. 
2) Penjanjian RI – Thailand tentang Landas Kontinen Selat Malaka bagian Utara 
dan Laut Andaman, ditandatangani tanggal 17 Desember 1971 dan berlaku 
mulai tanggal 7 April 1972. 
3) Persetujuan RI – Malaysia dan Thailand mengenai Landas Kontinen bagian 
13 
Utara tanggal 21 Desember 1971 dan berlaku tanggal 16 Juli 1973. 
4) Persetujuan RI dengan Austrlia tentang penetapan atas batas dasar laut 
tertentu (di Laut Arufu, didepan pantai selatan pulau Irian dan di depan pantai 
utara Irian) tanggal 18 Mei 1971 dan berlaku mulai tanggal 19 November 
1973. 
5) Persetujuan RI dengan Australia tentan penetapan batas-batas dasar laut 
tertentu di daerah Laut Timor dan Laut Arafuru sebagai tambahan pada 
persetujuan tanggal 16 Mei 1971, tanggal 9 Oktober 1972. 
6) Persetujuan RI dengan India tentang penetapan garis batas landas kontinen 
antara kedua negara (batas antara Sumatra dan Nikobar) ditandatangani dan 
mulai berlaku tanggal 8 Agustus 1974. 
Persetujuan batas kontinen dengan negara tetangga diatas telah menguatkan 
pendirian bahwa RI mempunyai kedaulatan atas kekayaan alam di landas kontinen 
seluas ± 800.000 mil2 (± 2.720.000 km2). Indonesia mempunyai peguasaan penuh 
dan hak eksklusif atas kekayaan alam di landas kontinen Indonesia, pemiliknya 
ada pada negara Indonesia. Selanjutnya Pengumuman Pemerintah Pemerintah 
tentang landas kntinen tahun 1969 telah dikukuhkan dengan Undang-Undang 
No.1 tahun 1973 tentang andas Kontinen Indonesia. 
Disamping persetujuan mengenai garis batas landas kontinen diatas, 
Pemerintah Republik Indonesia telah mengadakan pula penjanjian garis batas laut 
wilayah dan Perjanjian perbatasan (meliputi perbatasan darat dan laut) dengan 
negara tetangga sebagai berikut:
1) Perjanjian antara Republik Indonesia dan Mlaysia tentang penetapan garis 
batas laut wilayah kedua negara di selat Malaka ditandatangani pada tanggal 
17 Maret 1970. 
2) Perjanjian antara Republik Indonesia dengan Repulik Singapura tentang 
penetapan Garis Batas Laut Wilayah kedua Negara di Selat Singapura 
ditandatangani tanggal 25 Mei 1973. 
3) Perjanjian antara Republik Indonesia dan Australiamengenai Garis-Garis 
Batas Tertentu antara Papua New Geuinea, ditandatangani tanggal 12 
Februari 1973. 
Perjuangan untuk menegakkan wawasan Nusantara bidang wilayah di forum 
negara tetangga yang telah menghasilkan persetujuan dan perjanjian tersebut 
diatas dilanjutkan dengan perjuangan di konferensi Hukum Laut Internasional ke 
III yang diselenggarakan oleh PBB atau united nation conference on the law of 
the sea (UNCLOS). 
Dalam konferensi Internasional itu, Indonesia dengan aktif 
memperjuangkan “asas kepulauan” yang selama ini belum dikenal dalam rezim 
hukum laut internasional. Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa perjuangan 
yang dilakukan sejak tahun 1957 baru berhasil setelah diterimanya hukum laut 
internasional yang sesuai dengan konsep Nusantara pada tahun 1982 yang telah 
ditandatangani hampir semua negara didunia. 
Setelah itu, untuk membulatkan konsep kewilayahannya, pada tanggal 21 
Maret 1980 Pemerintah Indonesia telah mengumumkan tentang Zona Ekonomi 
Eksklusif Indonesia yang lebarnya 200 mil diukur dari garis pantai pangkal laut 
wilayah Indonesia. 
14 
Pengumuman Pemerintah tersebut didorong oleh faktor sebagai berikut: 
1) Semakin terbatasnya persediaan ikan 
Dengan memperhitungkan peningkatan jumlah penduduk dunia, maka 
berdasarkan studi FAO, tahun 2000 permintaan dunia akan ikan untuk bahan 
makanan akan dua kali lipat dari permintaan dunia sekarang, yaitu 52 juta ton 
per tahun. Sedangkan hasil perikanan dunia dari conventional species 
menjelang tahun 2000 akan berada di di bawah tingkat permintaan dunia akan
ikan. Mengingat perhitugan tersebut tadi, sebagaimana negara-negara pantai 
yang sedang berkembang lainnya, merasakan sangat mendesaknya kebutuhan 
untuk melindungi sumber daya hayati yang berada dilaut di uar wilayah, agar 
pemenuhan kebutuhan protein hewani untuk bahan makanan rakyat Indonesia 
akan lebih terjamin. Perlindungan semacam itu hanya dapat diberikan secara 
efektif dengan mengumumkan Zona Ekonomi Eksklusi Indonesia, yang 
memberikan hak-hak berdaulat atas sumber-sumber daya hayati. 
15 
2) Pembangunan Nasional Indonesia 
Pemerintah Indonesia pada waktu itu telah berada dalam kedua repelita yang 
terdapat dilaut diluar batas laut wilayah sampai ke batas 200 mil dari garis 
pangkal laut wilayah, dasar lautnya, dan tanah dibawahnya, harus pula dapat 
dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan bangsa, sehingga seyogyanya 
dilindungi dan dikelola dengan cara yang tepat, terarah dan bijaksana. Sumber 
ini merupakan suatu modal dasar pembangunan guna mencapai kesejahteraan 
seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan UUD 1945. 
3) Zona Ekonomi Eksklusif, sebagai rezim hukum Internasional. 
Sampai saat ini telah ada sebanyak ± 90 negara yang telah mengeluarkan 
pernyataan tentang Zona Ekonomi Eksklusif ataupun Zona Perikanan yang 
lebarnya 200 mil. Kenyataan menunjukkan praktek negara yang konsisten 
sehingga ada konvensi ataupun tidak ada konvensi hukum laut yang baru, Zona 
Ekonomi Eksklusif telah menjadi bagian dari kebiasaan hukum Internasional. 
Tanpa Zona Eksklusif, Indonesia dihadapkan pada tindakan unilateral 
negara tetangga tersebut yang memperlemah posisi Indonesia. Hal ini antara lain 
yang mendorong kapal-kapal ikan asin yang dibatasi ruang geraknya oleh Zona 
Ekonomi/Perikanan negara tetangga kita akan berpindah ke laut yang berdekatan 
dngan pantai Indonesia dan meningkatkan “pengurasan” sumberdaya ikan di situ. 
Didalam pengumuman tersebut Indonesia menyatakan bahwa didalam Zona 
Ekonomi Eksklusif, Indonesia mempunya dan melaksanakan: 
a) Hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, pengelolahan dan 
pelestarian sumberdaya hayati dan non hayati dan hak berdaulat lainnya 
eksplorasi dan eksploitasi sumber tenaga dari air, arus, dan angin.
16 
b) Hak yurisdiksi yang berhubungan dengan: 
 Pembuatan dan penggunaan pulau buatan, instalasi, dan bangunan lainnya 
 Penelitian ilmiah mengenai lau 
 Pelestarian lingkungan laut 
 Hal lain berdasarkan Hukum Internasional. 
Di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, kebebasan pelayaran dan 
penerbangan internasional serta kebebasan pemasangan kabel dan pipa di bawah 
permukaan laut dijamin sesuai dengan hukum internasional, Zona Ekonomi 
Eksklusif Indonesia dikukuhkan dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1983, 
setahun setelah ditandatanganinya hukum laut internasional yang baru di Teluk 
Montego, Jamaica, oleh hampir seluruh peserta Konferensi Hukum Laut 
Internasional (kecuali Amerika dan 3 negara lainnya). 
Akhirnya konsep wilayah yang menyeluruh, yang sesuai dengan Wawasan 
Nusantara dilengkapi dengan wilayah kita diruang udara dimana Orbit Geo 
Stasioner sejauh 36.000 km dinyatakan sebagai wilayah kita berdasarkan 
penjelasan Pasal 30 Undang Undang No. 20 tahun 1982 tentang Ketentuan- 
Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia. 
Yang menjadi persoalan utama dalam hukum laut Internasional adalah: 
Apakah laut dapat dimiliki suatu negara atau tidak? Selama ini, sejarah hukum 
laut internasional mengenal pertarungan antara 2 konsepsi pokok yakni: 
1) Res nullius, yang menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang mempunyainya 
dan karena itu dapat diambil dan dimiliki oleh masing-masing negara. 
2) Res communis, yang menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat 
dunia, dan karena itu tidak dapat diambil atau dimiliki oleh masing-masing 
negara. 
2.5. Praktek Negara-Negara 
Sejak dahulu kala telah terdapat dua konsepsi mengenai laut, yaitu: res 
nullius dan res commanis. 
1. Res nullius, berpendapat bahwa laut sebagai ranah tak bertuan, atau kawasa 
yang tidak ada pemiliknya. Karena tidak ada pemiliknya, maka laut dapat 
diambil atau dimiliki oleh masing-masing negara.
2. Res communis, berpendapat bahwa laut adalah milik masyarakat dunia, 
karena itu tidak dapat diambil dan dimiliki secara individual oleh negara-negara. 
Sebagai milik bersama, maka laut harus dipergunakan untuk 
kepentingan semua negara, dan pemanfaatannya terbuka bagi semua 
negara. Ini sesuai dengan pendapat Ulpian yang menyatakan bahwa “the 
sea is open to everybody by nature”, dan Celcius yang menyatakan “ the sea 
like the air, is common to all mankind”. 
Dalam pelaksanaannya, kedua teori tersebut tak dapat diterapkan secara 
kaku. Keduanya saling melengkapi, yakni dalam batas-batas tertentu dapat 
dimiliki, tetapi dibatasi sampai jarak tertentu ini dapat dilihat dalam praktik 
yang dianut negara-negara sejak dahulu sampai sekarang. 
17 
1. Zaman sebelum Romawi 
Punisia kuno, sebuah kerajaan sebelum zaman Romawi menganggap 
laut yang mereka kuasai sebagai milik negara mereka. Paham ini juga dianut 
oleh bangsa Persia, Yunani dan Rhodia. Di zaman Rhodia, hukum laut telah 
mulai berkembang, yang kemudian menjadi dasar bagi hukum Romawi 
tentang laut. 
2. Zaman Romawi 
Setelah perang Punis III Romawi telah menjadi penguasa tunggal di 
Laut Tengah. Laut Tengah kemudian dianggap oleh orang-orang Romawi 
sebagai “danau” mereka. Dalam melaksanakan kekuasaannya di laut 
tersebut banyak tanda yang menunjukkan bahwa dalam pandangan orang 
Romawi laut bias dimiliki. Orang Romawi memandang laut sebagai “” 
yakni sebagai milik Kerajaan Romawi. public property 
3. Setelah Zaman Romawi 
Setelah zaman Romawi terdapat banyak negara di sekitar Laut 
Tengah yang merupakan pecahan dari Kerajaan Romawi. Negara-negara ini 
menuntut laut yang berdekatan dengan pantai mereka sebagai wilayah
mereka. Karena itu masa ini dipandang sebagai awal dari berkembangnya 
konsep laut wilayah. 
Tuntutan atas kepemilikan laut ini misalnya dilakukan oleh: (a) 
Venesia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik. Tuntutan ini diakui 
oleh Alexander III pada Tahun 1117. Di kawasan ini Venesia memungut 
kepada setiap kapal yang melewati kawasan laut Adriatik, (b) Genoa 
menuntut Laut Liguarian dan sekitarnya, dan (c) Pysa menuntut dan 
melaksanakan kedaulatannya atas laut Tyraania. 
Tuntutan-tuntutan itu cenderung menimbulkan penyalahgunaan hak 
oleh Negara-negara tersebut (misalnya memungut biaya pelayaran). Untuk 
mengatasi hal ini, para penulis pada waktu itu membatasi tuntutan tersebut 
sampai batas tertentu saja. Misalnya, Bartolus, Solorzan dan Cosaregis 
membatasi laut Negara pantai itu sampai 100 mil Italia (pada waktu itu = 
1480 m). Baldus, Bodin dan Targa membatasinya sampai 60 mil, Loccanius 
membatasinya sampai batas yang diinginkan oleh Negara pantai tanpa 
merugikan negara tetangganya. 
18 
4. Zaman Portugal dan Spanyol 
Jatuhnya Constantinopel ke tangan Turki pada tahun 1443, 
menyebabkan bangsa Portugis mencari jalan laut lain ke timur menuju 
Indonesia melalui Samudera Hindia. Selain itu, Portugal juga menuntut Laut 
Atlantik sebelah selatan Maroko sebagai wilayah mereka. Bersamaan 
dengan ini, Spanyol sudah sampai di Maluku melalui Samudera Pasifik, dan 
menuntut Samudera ini bersama dengan bagian Barat Samudera Atlantik 
dan Teluk Mexico sebagai kepunyaan mereka. 
Tuntutan kedua Negara ini diakui oleh Paus Alexander VI, yang 
membagi dua lautan di dunia menjadi dua bagian dengan batas garis 
meridian 100 leagues (lk. 400 mil laut) sebelah Barat Azores. Sebelah barat 
dari meridian tersebut (Samudera Atlantik Barat, Teluk Mexico dan 
Samudera Pasifik) menjadi miliki Spanyol, dan sebelah Timur (Atlantik 
sebelah Selatan Maroko, dan Samudera Hindia) menjadi milik Portugal. 
Pembagian ini kemudian diperkuat dengan perjanjian Tordissilias antara
Spanyol dan Portugis (1494) dengan memindahkan garis perbatasannya 
menjadi 370 leagues sebelah Barat Pulau Cape Verde di pantai Barat Afrika. 
Sementara itu, Swedia dan Denmark menuntut kedaulatan atas Laut 
Baltik, dan Inggris atas Narrow Seas, dan Samudera Atlantik dari Cape 
Utara sampai ke Cape Finnistere, atau laut di sekitar kepulauan Inggris 
(Mare Anglicanum). dan untuk melaksanakan kedaulatannya atas laut-laut 
tersebut, pada abad ke-17 Inggris memaksa orang-orang asing untuk 
mendapat lisensi Inggris untuk melakukan penangkapan ikan di Laut Utara, 
dan ketika dalam 1636 Belanda mencoba menangkap ikan, mereka diserang 
dan dipaksa mebayar 30.000 found sebagai harga kegemaran (the price of 
indulgence). 
19 
5. Belanda 
Tuntutan kedaulatan atas Samudera Pasifik, Atlantik, dan Hindia 
oleh Portugal dan Spanyol serta kedaulatan atas Mare Anglicanum oleh 
Inggris dirasa sangat merugikan Belanda di bidang pelayaran dan perikanan. 
Di bidang pelayaran, Belanda sudah sampai di Indonesia melalui Samudera 
Hindia pada tahun 1596, dan mendirikan Verenigde Oost Indische 
Compgnie (VOC) pada tahun 1602. Penerobosan melalui Samudera Hindia 
ini langsung berbenturan dengan kepentingan dan tuntutan Portugal. Di 
bidang perikanan orang-orang Belanda selama berabad-abad telah 
menangkap ikan di sekitar perairan Mare Anglicanum, dan kegiatan ini telah 
dijamin oleh berbagai perjanjian antara kedua Negara. 
Untuk memperkuat dalil penentangannya atas kepemilikan laut, 
Belanda berusaha mencari dasar-dasar hokum yang menyatakan laut adalah 
bebas untuk semua bangsa. Untuk kepentingan ini Belanda menyewa Hugo 
de Groot, seorang ahli hokum untuk menulis sebuah buku yang 
membenarkan pendirian Belanda, shingga orang-orang Belanda dapat bebas 
berlayar ke Indonesia. Hasilnya, Grotius menyusun sebuah buku dengan 
judul “Mare Liberum”. Buku ini menguraikan teori kebebasan lautan dalam 
arti bahwa laut bebas bagi setiap orang, dan tak dapat dimiliki oleh siapa 
pun.
Teori Gratius mendapat tentangan dari banyak penulis 
seangkatannya. Gentilis misalny, membela tuntutan Spanyol dan Inggris 
dalam bukunya “Advocatio Hispanica” yang diterbitkan setelah ia 
meninggal, tahun 1613. Pada tahun yang sama William Wellwood 
membela tuntutan Inggris dalam bukunya “de Dominio Maris”.njohn Seldon 
menulis Mare Clausum sive de Domino Marsnya pada tahun 1618 dan terbit 
pada tahun 1635. Paolo Sarpi menerbitkan “Del Dominio del mare 
Adriatico” 1676 untuk membela tuntutan Venesia atas laut lautan Adriatik. 
Yang terpenting dari buku-buku yang membela kepentingan kepemilikan 
atas laut adalaah Mare Clausum Shelden. Karya ini diperintahkan untuk 
diterbitkan pada tahun 1635 pada masa raja Charles I, yang meminta agar 
penulis Mare Liberium dihukum. 
20 
6. Inggris 
Pada mulanya, sebelum tahun 604 Inggris menganut paham 
kebebasan lautan. Paham ini dianut terutama untuk menghadapi tuntutan 
Denmark atas kebebasan di laut Utara. Namun dalam tahun 1604 Charles I 
memproklamirkan “King Chamber Area” yang meliputi 26 wilyayah di 
sepanjang dan sekitar lautan Inggris (Mare Anglicanum) sebagai wilayah 
kedaulatan Inggris. Di daerah-daerah ini, diantaranya ada yang melebihi 100 
mil, Charles I melarang kapal-kapal nelayan asing menangkap ikan di 
kawasan tersebut. Tuntutan ini ditentang oleh Belanda. 
Dalam perkembangan selanjutnya, umum diterima bahwa negara-negara 
dapat memiliki jalur-jalur laut yang terletak di sekitar atau di 
sepanjang pantainya, dan di luar jalur-jalur tersebut dianggap bebas bagi 
semua umat manusia. Beberapa jalur laut yang dapat dimiliki tidak sama 
untuk semua negara, dan ini tergantung pada jenis dan fungsi jalur-jalur 
tersebut. Lebar laut untuk kepentingan perikanan misalnya, tidak sama 
dengan untuk kepentingan netralitas, pengawasan pabean dan kepentingan 
yurisdiksi perdata, pidana dan lain-lain.
2.6. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan dalam Mencapai Tujuan Pembangunan 
21 
Nasional 
1. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik 
Bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa lain ikut menciptakan ketertiban 
dunia dan perdamaian abadi melalui politik luar negeri yang bebas aktif. 
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan 
iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut tampak 
dalam wujud pemerintahan yang kuat aspiratif dan terpercaya yang dibangun 
sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat. 
2. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi 
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi akan 
menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan 
peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Di 
samping itu, implementasi wawasan nusantara mencerminkan tanggung 
jawab pengelolaa sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan 
masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya 
alam itu sendiri. 
a. Kekayaan di wilayah nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah 
modal dan milik bersama bangsa untuk memenuhi kebutuhan di seluruh 
wilayah Indonesia secara merata. 
b.Tingkat perkembangan ekonomi harus seimbang dan serasi di seluruh 
daerah tanpa mengabaikan ciri khas yang memiliki daerah masing-masing. 
Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara diselenggarakan 
sebagai usaha bersama dengan asas kekeluargaan dalam sistem ekonomi 
kerakyatan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 
3. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya 
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan 
menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui segala bentuk 
perbedaan sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia Tuhan. Implementasi 
ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan 
bersatu tanpa membedakan suku, asal usul daerah, agama, atau 
kepercayaan,serta golongan berdasarkan status sosialnya. Budaya Indonesia
pada hakikatnya adalah satu kesatuan dengan corak ragam budaya yang 
menggambarkan kekayaan budaya bangsa. Budaya Indonesia tidak menolak 
nilai-nilai budaya asing asalkan tidak bertentangan dengan nilai budaya 
bangsa sendiri dan hasilnya dapat dinikmati. 
4. Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan 
keamanan 
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dan keamanan 
akan menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut 
akan membentuk sikap bela negara pada tiap warga negara Indonesia. 
Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela negara ini menjadi 
modal utama yang akan mengerakkan partisipasi setiap warga negara 
indonesia dalam menghadapi setiap bentuk ancaman antara lain : 
a. Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya 
22 
adalah ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara 
b. Tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk 
ikut serta dalam pertahanan dan keamanan Negara dalam rangka 
pembelaan negara dan bangsa. 
2.7. Unsur Dasar Wawasan Nusantara 
Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri 
dan lingkungannya merupakan fenomena (gejala social) yang dinamis, memiliki 
tiga unsure dasar yaitu wadah, isi, dan tingkah laku. Unsur awdah dan isi 
membentuk wawasanNusantara sengakan tata laku merupakan konsepsi 
pelaksanaan mewujudkan Wawasan Nusantara. Ketiga unsure dasar tersebutakan 
diuraikan sebagai berikut. 
H.I Unsur Wadah. 
Wadah sebagai unsurterbentuknya konsepsi Wawasan Nusantara adalah 
tempat atau organisasi dimana bangsa Indonesia memandang diri dan 
lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berwujud sebagai satu 
kesatuan wilayah yah utuh yang berupa Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
Wilayah dari Negara KEsatuan Republik Indonesia merupakan satu kesatuan dari 
wilayah perairan Republik Indonesia. Indonesia merupakan satu kesatuan dari
kesatuan wilayah perairan dan daratan sesuai Deklarasi Djuanda dan sejalan 
dengan asaa archipelago. Kata archipelago beerasal dari bahasa Yunani archi 
berarti penting, dan pelagos berarti lautan. Dengan demikian asas aechipelago 
menganut bahwa, wilayah lautan jauh lebih penting atau lebih dominan dari 
unsure daratan. Asas archipelago mengandung pengertian wilayah lautan dengan 
kumpulan pulau-pulau didalamnya, dengan kata lain lautan yang diseraki pulau-pulau. 
Bagi bangsa Indonesiaarchipelago berarti satu-kesatuan wilayah dengan batas-batasnya 
ditentukan oleh laut dan didalamnya terdapat pulau-pulau atau gugusan 
23 
pulau. 
H.2 Unsur Inti 
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai wadah dan Wawasan 
Nusantara baik sebagai wujud wilayah maupun morganisasi Negara perlu diisi 
dengan kehendak atau aspirasi dari bangsa Indonesia dalam mewujudkan satu cara 
pandang bangsa Indonesia yang meilhat Indonesia sebagai satu kesatuan yang 
utuh dalam rangka mencapai tujuan Nasional. 
Asppirasi bangsa Indonesia berupa cita-cita nasional berdasarkan 
Pancasila dan UUD 1945. 
H.3 Tata Laku 
Tata laku sebagai unsur dari Wawasan Nusantaraadalah kegiatan atau 
perilaku Bangsa Indonesia dalam melaksanakan aspirasi guna mewujudkan 
Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh menyeluruh dalam mencapai tujuan 
Nasional 
Tata laku terdiri atas tata laku batiniyah dan tatacara lahiriah. Tata laku 
batiniyah berwujud pengamalan Pancasila yang melahirkan sikap mental yang 
bagus. Sedangkan tata laku lahiriah adalah berwujud pelaksanaana dari UUD 
1945 oleh seluruh masyarakat maupun aparatur Negara 
2.8. Sasaran Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Nasional 
Sebagai cara pandang dan visi nasional Indonesia, Wawasan Nusantara 
harus dijadikan arahan, pedoman, acuan, dan tuntunan bagi setiap indovidu
bangsa Indonesia dalam membangun dan memelihara tuntutan bangsa dan negara. 
Karena itu, implementasi atau penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin 
pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan 
kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi atau kelompok 
sendiri. Dengan kata lain, Wawasan Nusantara menjadi pola yang mendasari cara 
berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka, menghadapi, menyikapi, atau 
menangani berbagai permasalahan menyangkut kehidupan bermasyarakat, 
berbangsa, bernegara. Implementasi Wawasan Nusantara senantiasa berorientasi 
pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh 
sebagai berikut : 
1. Impelementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan politk akan 
menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal 
tersebut nampak dalam wujud pemerintahan yang kuat aspiratif dan 
terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat. 
2. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan ekonomi akan 
menciptakan tatanan ekonomi yang benar – benar menjamin pemenuhan 
dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata 
dan adil. Disamping itu, implementasi Wawasan Nusantara mencermikan 
tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan 
kebutuhan masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestarian 
sumber daya alam itu sendiri. 
3. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan 
menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima, dan 
menghormati segala bentuk perbedaan atau kebhinekaan sebagai 
kenyataan hidup sekaligus karunia sang pencipta. Implementasi ini juga 
akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan 
bersatu tanpa membedabedakan suku, asal usul daerah. Agama atau 
kepercayaan, serta golongan berdasarkan status sosialnya. 
4. Implemenatasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan hankam akan 
menumbuh – kembangkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang 
lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada setiap warga negara 
Indonesia. Kedsadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela 
24
negara ini akan menjadi modal utama yang akan menggerakkan 
partisipasi setiap warga negara Indonesia dalam menggapai setiap bentuk 
ancaman, seberapa pun kecilnya dan dari mana pun datangnya, atau 
setiap gejala yang membahayakan keselamatan bangsa dan kedaulatan 
negara. 
Dalam pembinaan seluruh aspek kehidupan nasional sebagaimana 
dijelaskan di atas., implementasi Wawasan Nusantara harus menjadi nilai yang 
menjiwai segenap peraturan perundang – undangan yang berlaku pada setiap 
strata di seluruh wilayah negara. Disamping itu, Wawasan Nusantara dapat 
diimplementasikan kedalam segenap pranata sosial yang berlaku di masyarakat 
dalam nuansa kebhinekaan sehingga mendinamiskan kehidupan sosial yang akrab, 
peduli, toleran, hormat, dan taat hukum. Semua itu menggambarkan sikap, paham, 
dan semangat kebangsaan atau nasionalisme yang tinggi sebagai identitas atau jati 
diri bangsa Indonesia. 
25 
2.9. Sosialisasi Wawasan Nusantara 
Untuk mempercepat tercapainya tujuan Wawasan Nusantara, disamping 
implementasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perlu juga dilakukan 
pemasyarakatan atau sosialisasi materi Wawasan Nusantara kepada seluruh 
masyarakat Indonesia. 
Menurut Martini, dkk dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan 
Kewarganegaraan” (2013: p.162) mengatakan bahwa sosialisasi wawasan 
nusantara tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut: 
1. Menurut sifat/ atau cara penyampaian, yang dapat dilaksanakan sebagai 
berikut 
a. Langsung, yang terdiri dari ceramah, diskusi, dialog, tatap muka. 
b. Tidak langsung, yang terdiri dari media elektronik dan media cetak. 
2. Menurut metode penyampaian yang berupa : 
a. Keteladanan.
Melalui metode penularan keteladanan dalam sikap perilaku 
kehidupan sehari-hari kepada lingkungannya, terutama dengan 
memberikan contoh-contoh berpikir, bersikap dan bertindak 
mementingkan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan atau 
golongan, sehingga timbul semangat kebangsaan yang selalu cinta tanah 
air. 
26 
b. Edukasi 
Melalui metode pendekatan formal dan informal. Pendidikan 
formal ini dimulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan 
tinggi, pendidikan karier di semua strata dan bidang profesi, penataran 
atau kursus-kursus, dan sebagainya. Sedangkan pendidikan non-formal 
dapat dilaksanakan di lingkungan rumah/keluarga, pemukiman, 
pekerjaan, dan organisasi kemasyarakatan. 
c. Komunikasi 
Tujuan yang ingin dicapai dari sosialisasi wawasan nusantara 
melalui metode komunikasi adalah tercapainya hubungan komunikatif 
secara baik yang akan mampu menciptakan iklim saling menghargai, 
menghormati, mawas diri, dan tenggang rasa sehingga terciptanya 
kesatuan bahasa dan tujuan tentang wawasan nusantara. 
d. Integrasi 
Tujuan yang ingin dicapai dari pemasyarakatan/sosialisasi 
wawasan nusantara melalui metode ini adalah terjalinnya persatusan dan 
kesatuan. Pengertian serta pemahaman tentang wawasan nusantara akan 
membatasi sumber konflik di dalam tubuh bangsa Indonesia baik pada 
saat ini maupun di masa mendatang dan akan memantapkan kesadaran 
untuk mengutamakan kepentingan nasional dan cita-cita tujuan nasional. 
Dalam melaksanakan pemasyarakatan, lingkup materi wawasan 
nusantara yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan tingkat, jenis, serta
lingkungan pendidikan agar materi yang disampaikan tersebut dapat mengerti 
dan dipahami. 
27
28 
BAB III 
PENUTUP 
3.1. Kesimpulan 
Keadaan geografis Indonesia yang unik menuntut sebuah konsep 
geopolitik khusus yang dapat diterapkan dengan baik oleh bangsa Indonesia. 
Konsep geopolitik tersebut adalah Wawasan Nusantara. Berbeda dengan 
pemahaman geopolitik negara lain yang cenderung mengarah kepada tujuan 
ekspansi wilayah, konsep geopolitik Indonesia, atau Wawasan Nusantara, justru 
bertujuan untuk mempertahankan wilayah. Wawasan Nusantara merupakan 
sebuah konsep geopolitik yang paling tepat untuk negara Indonesia yang memiliki 
belasan ribu pulau yang tersebar sepanjang jutaan mil. 
3.2. Saran 
Konsep geopolitik ini hendaknya terus diterapkan dan dikembangkan agar 
dapat mencapai tujuan-tujuan Wawasan Nusantara yang telah ditetapkan, yaitu 
mewujudkan kesejahteraan, ketenteraman dan keamanan bagi Bangsa Indonesia, 
dengan demikian ikut serta juga dalam membina kebahagiaan dan perdamaian 
bagi seluruh umat manusia di dunia.
29 
DAFTAR PUSTAKA 
Kardiman, Yuyus, dkk. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Hartomo 
Media Pustaka 
Makarim,N.A. 2004. Geopolitik. Dikutip dari: http://www.kompas.com/kompas. 
pada 26 November 2014 pukul 18.45 
Mansyur, Hamdan. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Gramedia. Jakarta: 
Pustaka Utama 
Martini, dkk. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan. Hartomo Media Pustaka: 
Jakarta. 
Subhan, Iwan. 2011. Wawasan Nusantara. Dikutip dari iwansubhan.blogspot.com 
pada 5 Oktober 2014 pukul 19.51 
Sumarsono, S. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka 
Utama. 
Supardan. 2011. Hukum Laut Internasional dan Perkembangannya. [online] 
tersedia di: file:///E:/hukum%20laut%20internasional.htm. Diakses pada: 
11 Oktober 2014 pukul 09:00 WIB.

More Related Content

What's hot

BAB II WAWASAN NUSANTARA
BAB II WAWASAN NUSANTARABAB II WAWASAN NUSANTARA
BAB II WAWASAN NUSANTARAsarinahongland
 
Makalah wawasan nusantara 1
Makalah wawasan nusantara 1Makalah wawasan nusantara 1
Makalah wawasan nusantara 1Santos Tos
 
Pentingnya wawasan nusantara
Pentingnya wawasan nusantaraPentingnya wawasan nusantara
Pentingnya wawasan nusantaraDedy Setiady
 
Pentingnya wilayah indonesia sebagai ruang hidup bangsa
Pentingnya wilayah indonesia sebagai ruang hidup bangsaPentingnya wilayah indonesia sebagai ruang hidup bangsa
Pentingnya wilayah indonesia sebagai ruang hidup bangsaMeita Purnamasari
 
Politik dan Strategi Nasional
Politik dan Strategi NasionalPolitik dan Strategi Nasional
Politik dan Strategi NasionalEmirita Reta
 
25080620 makalah-wawasan-nusantara
25080620 makalah-wawasan-nusantara25080620 makalah-wawasan-nusantara
25080620 makalah-wawasan-nusantaraWarnet Raha
 
MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN
MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN
MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN Lisca Ardiwinata
 
Makalah politik dan strategi nasional
Makalah politik dan strategi nasionalMakalah politik dan strategi nasional
Makalah politik dan strategi nasionalnoviaarimi
 
Bab iv politik dan strategi nasioanal
Bab iv politik dan strategi nasioanalBab iv politik dan strategi nasioanal
Bab iv politik dan strategi nasioanalsarinahongland
 
Ketahanan nasional sebagai geostrategi Indonesia
Ketahanan nasional sebagai geostrategi IndonesiaKetahanan nasional sebagai geostrategi Indonesia
Ketahanan nasional sebagai geostrategi Indonesiafatimmatuzzahro
 
Politik dan Strategi Nasional
Politik dan Strategi NasionalPolitik dan Strategi Nasional
Politik dan Strategi NasionalInna Zahratunnisa
 

What's hot (19)

BAB II WAWASAN NUSANTARA
BAB II WAWASAN NUSANTARABAB II WAWASAN NUSANTARA
BAB II WAWASAN NUSANTARA
 
Makalah wawasan nusantara dalam globalisasi 2
Makalah  wawasan nusantara dalam globalisasi 2Makalah  wawasan nusantara dalam globalisasi 2
Makalah wawasan nusantara dalam globalisasi 2
 
Tugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantaraTugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantara
 
Makalah wawasan nusantara 1
Makalah wawasan nusantara 1Makalah wawasan nusantara 1
Makalah wawasan nusantara 1
 
Pentingnya wawasan nusantara
Pentingnya wawasan nusantaraPentingnya wawasan nusantara
Pentingnya wawasan nusantara
 
Pentingnya wilayah indonesia sebagai ruang hidup bangsa
Pentingnya wilayah indonesia sebagai ruang hidup bangsaPentingnya wilayah indonesia sebagai ruang hidup bangsa
Pentingnya wilayah indonesia sebagai ruang hidup bangsa
 
Politik dan Strategi Nasional
Politik dan Strategi NasionalPolitik dan Strategi Nasional
Politik dan Strategi Nasional
 
25080620 makalah-wawasan-nusantara
25080620 makalah-wawasan-nusantara25080620 makalah-wawasan-nusantara
25080620 makalah-wawasan-nusantara
 
MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN
MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN
MAKALAH WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI WAWASAN KEWILAYAHAN
 
Makalah politik dan strategi nasional
Makalah politik dan strategi nasionalMakalah politik dan strategi nasional
Makalah politik dan strategi nasional
 
Bab iv politik dan strategi nasioanal
Bab iv politik dan strategi nasioanalBab iv politik dan strategi nasioanal
Bab iv politik dan strategi nasioanal
 
Ketahanan nasional sebagai geostrategi Indonesia
Ketahanan nasional sebagai geostrategi IndonesiaKetahanan nasional sebagai geostrategi Indonesia
Ketahanan nasional sebagai geostrategi Indonesia
 
Politik dan Strategi Nasional
Politik dan Strategi NasionalPolitik dan Strategi Nasional
Politik dan Strategi Nasional
 
Makalah pkn giri
Makalah pkn giriMakalah pkn giri
Makalah pkn giri
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantara
 
Bab 2 wawasan nusantara
Bab 2 wawasan nusantaraBab 2 wawasan nusantara
Bab 2 wawasan nusantara
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
Politik dan strategi nasional
Politik dan strategi nasionalPolitik dan strategi nasional
Politik dan strategi nasional
 
Ketahanan Nasional
Ketahanan NasionalKetahanan Nasional
Ketahanan Nasional
 

Similar to Makalah kelompok 5

b Tugas makalah pkn
b           Tugas makalah pknb           Tugas makalah pkn
b Tugas makalah pknmerryismalia
 
Pemuda cerdas geopolitik menghadapi era informasi
Pemuda cerdas geopolitik menghadapi era informasiPemuda cerdas geopolitik menghadapi era informasi
Pemuda cerdas geopolitik menghadapi era informasiMohamad Khaidir
 
Makalah menanggapi pendapat/teori pakar
Makalah menanggapi pendapat/teori pakarMakalah menanggapi pendapat/teori pakar
Makalah menanggapi pendapat/teori pakaranggundiantriana
 
Rpp ppkn sma xi bab 8 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 8 pertemuan 1Rpp ppkn sma xi bab 8 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 8 pertemuan 1eli priyatna laidan
 
Makalah wawasan nusantara_sebagai_geopolitik_indonesia
Makalah wawasan nusantara_sebagai_geopolitik_indonesiaMakalah wawasan nusantara_sebagai_geopolitik_indonesia
Makalah wawasan nusantara_sebagai_geopolitik_indonesiaAde Novinda
 
PRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIA
PRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIAPRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIA
PRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIAsri Siti
 
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukumPelangaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukumFuji Lestari
 
MATERI INISIASI TUTORIAL ONLINE KE 2 WAWASAN NUSANTARA.docx
MATERI INISIASI TUTORIAL ONLINE KE 2 WAWASAN NUSANTARA.docxMATERI INISIASI TUTORIAL ONLINE KE 2 WAWASAN NUSANTARA.docx
MATERI INISIASI TUTORIAL ONLINE KE 2 WAWASAN NUSANTARA.docxayiknina
 
Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Pancasila Sebagai Identitas Bangsa IndonesiaPancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Pancasila Sebagai Identitas Bangsa IndonesiaNoorFirmansyah
 
Sosftskill kewarganegaraan 1.
Sosftskill kewarganegaraan 1.Sosftskill kewarganegaraan 1.
Sosftskill kewarganegaraan 1.hildaangraeni
 

Similar to Makalah kelompok 5 (20)

Geopolitik
GeopolitikGeopolitik
Geopolitik
 
b Tugas makalah pkn
b           Tugas makalah pknb           Tugas makalah pkn
b Tugas makalah pkn
 
Pemuda cerdas geopolitik menghadapi era informasi
Pemuda cerdas geopolitik menghadapi era informasiPemuda cerdas geopolitik menghadapi era informasi
Pemuda cerdas geopolitik menghadapi era informasi
 
Makalah menanggapi pendapat/teori pakar
Makalah menanggapi pendapat/teori pakarMakalah menanggapi pendapat/teori pakar
Makalah menanggapi pendapat/teori pakar
 
Rpp ppkn sma xi bab 8 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 8 pertemuan 1Rpp ppkn sma xi bab 8 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 8 pertemuan 1
 
Modul 5 kb 1
Modul 5 kb 1Modul 5 kb 1
Modul 5 kb 1
 
Tugas q tugas
Tugas q tugasTugas q tugas
Tugas q tugas
 
Geopolitik di indonesia
Geopolitik di indonesiaGeopolitik di indonesia
Geopolitik di indonesia
 
Makalah wawasan nusantara_sebagai_geopolitik_indonesia
Makalah wawasan nusantara_sebagai_geopolitik_indonesiaMakalah wawasan nusantara_sebagai_geopolitik_indonesia
Makalah wawasan nusantara_sebagai_geopolitik_indonesia
 
Makalah ilmu sosial dan politik
Makalah ilmu sosial dan politikMakalah ilmu sosial dan politik
Makalah ilmu sosial dan politik
 
PRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIA
PRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIAPRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIA
PRESENTATION GEOPOLITIK INDONESIA
 
Teori geopolitik
Teori geopolitikTeori geopolitik
Teori geopolitik
 
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukumPelangaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum
 
Identitas nasional dan globalisasi
Identitas nasional dan globalisasiIdentitas nasional dan globalisasi
Identitas nasional dan globalisasi
 
MATERI INISIASI TUTORIAL ONLINE KE 2 WAWASAN NUSANTARA.docx
MATERI INISIASI TUTORIAL ONLINE KE 2 WAWASAN NUSANTARA.docxMATERI INISIASI TUTORIAL ONLINE KE 2 WAWASAN NUSANTARA.docx
MATERI INISIASI TUTORIAL ONLINE KE 2 WAWASAN NUSANTARA.docx
 
Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Pancasila Sebagai Identitas Bangsa IndonesiaPancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia
 
Sosftskill kewarganegaraan 1.
Sosftskill kewarganegaraan 1.Sosftskill kewarganegaraan 1.
Sosftskill kewarganegaraan 1.
 
Paper individu pkn
Paper individu pknPaper individu pkn
Paper individu pkn
 
Geopolitik
GeopolitikGeopolitik
Geopolitik
 
Kelompok 7 (geopolitik)
Kelompok 7 (geopolitik)Kelompok 7 (geopolitik)
Kelompok 7 (geopolitik)
 

Recently uploaded

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptimamshadiqin2
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 

Recently uploaded (20)

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 

Makalah kelompok 5

  • 1. MAKALAH Kewarganegaraan Geopolitik Indonesia adalah Wawasan Nusantara Disusun Oleh: Anna Rahmadianty 3315133609 Dewi Fitriyani 3315133626 Ikrimah Desta 3315136388 Mohamad Faik Setiadi 3315133595 Nurul Febi Safitri 3315130948 Mata Kuliah: Kewarganegaraan JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
  • 2. i KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kewarganegaraan dengan judul Geopolitik Indonesia adalah Wawasan Nusantara. Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini khususnya untuk Ibu Nurul Febrianti selaku Dosen Kewarganegaraan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik pada kessempatan yang akan datang. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih. Dan besar harapan kami agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, terutama penulis sendiri sebagai salah satu upaya perbaikan dalam proses pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan dan kehidupan masyarakat. Jakarta, November 2014 Penyusun
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1 1.1. Latar Belakang.............................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................1 1.3. Tujuan.........................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................3 2.1. Pengertian Geopolitik ...................................................................................3 2.2. Latar Belakang Wawasan Nusantara..............................................................6 2.3. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan ....................................................................8 2.4. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Wilayah........................................... 10 2.5. Praktek Negara-Negara............................................................................... 16 2.6. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Nasional ............................................................................................................... 21 2.7. Unsur Dasar Wawasan Nusantara................................................................ 22 2.8. Sasaran Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Nasional ......... 23 2.9. Sosialisasi Wawasan Nusantara................................................................... 25 BAB III PENUTUP .................................................................................................. 28 3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 28 3.2. Saran ......................................................................................................... 28 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 29
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geopolitik merupakan permasalahan yang sangat penting pada dua abad terakhir ini. Permasalahan ini menjadi penting karena manusia yang telah berbangsa membutuhkan wilayah sebagai tempat tinggalnya yang kemudian di kenal dengan Negara. Dalam perkembangannya pengertian tidak saja diartikan sebagai intuisi yang secara minimal meliputi unsur wilayah, rakyat, dan pemerintah yang berkuasa. Seperti yang dikatakan Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 dihadapan sidang BPUPKI bahwa orang dan tempat tak dapat dipisahkan atau rakyat tak dapat dipisahkan dari bumi yang ada dibawah kakinya. Oleh karena itu, setelah membangsa orang menyatakan tempat tinggal sebagai negara. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian negara tidak hanya tempat tinggal, tetapi diartikan lebih luas lagi yang meliputi institusi, yaitu pemerintah, rakyat, kedaulatan, dan lain-lain. Karena orang dan tempat tinggalnya tak dapat dipisahkan, ruang yang menjadi hal yang menimbulkan konflik antar manusia, keluarga, masyarakat, dan bangsa hingga kini, meskipun bentuknya dapat secara fisik maupun non fisik. Untuk dapat mempertahankan ruang hidupnya, suatu bangsa harus mempunyai kesatuan cara pandang yang dikenal sebagai wawasan nasional. Para ilmuan politik dan militer menyebutnya sebagai geopolitik yang merupakan kepanjangan dari geografi politik. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah konsep dari geopolitik ? 2. Apa saja unsur dari geopolitik ? 3. Bagaimanakah perkembangan wilayah Indonesia? 4. Bagaimanakah implementasi dari geopolitik
  • 5. 2 1.3. Tujuan Adapun tujuan dan kegunaan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui dan memahami konsep dan unsur dasar geopolitik, perkembangan wilayah nusantara, serta implementasi dari geopolitik Indonesia.
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Geopolitik Geopolitik menjelaskan tentang dasar dari pertimbangan dalam menentukan alternative kebijakan nasional dalam merealisasikan tujuan tertentu. Prinsip prinsip dalam geopolitik kemudian berkembang dalam suatu wawasan nasional. Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo dan politik. Geo yang berarti bumi, sedangkan politik berasal dari kata polis yang berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dan teia yang berarti urusan. Kemudian geopolitik di maknai sebagai ilmu penyelenggaraan Negara yang di tiap kebijakannya di sangkut pautkan dengan masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa. Istilah geopolitik diartikan oleh Frederich Ratzel sebagai ilmu bumi politik (political geography), kemudian diperluas oleh Rudolf Kjellen menjadi geographical politic dan disingkat geopolitik. Perbedaan dari keduanya ada pada titik perhatian dan juga tekanannya, di bidang politik ataukah di bidang geografi. Ilmu bumi politik mempelajari geografi dari sisi politik, sedang geopolitik mempelajari politik dari sisi geografi. Didalam perkembangannya walaupun geopolitik dipengaruhi oleh dua pendapat yang cukup berbeda namun pada dasarnya sama yaitu pemikiran continental dan maritime. Pemikiran continental mendasari Frederich dengan teori ruang hidupnya (lebensraum). Teori ini kemudian dikembangkan oleh Karl Haushofer untuk membenarkan ekspansi ke Negara lain. Hingga pada akhirnya timbul upaya untuk membuat boundary atau perbatasan wilayah Negara. Adapun akibat lain dari teori ini adalah munculnya daerah Frontiers. Frontiers adalah daerah asimilasi yang terbentuk karena pengaruh penduduk sberang boundaries. Hal ini terjadi karena tidak cukupnya perhatian dari pemerintah serta kurangnya sarana transportasi dan komunikasi. Alfred Thayer Mahan juga memiliki sebuah pemikiran tentang maritime, bahwa kekuatan Negara tidak hanya tergantung dari luas faktor daratan dengan isinya namun juga faktor luasnya akses ke laut berikut bentuk pantainya. Mahan berpendapat ada 4 faktor yang harus diperhatikan yaitu :
  • 7. 1. Situasi geografi, yaitu topomorfologi yang dikaitkan dengan ada tidaknya 4 akses ke laut dan penyebaran penduduk. 2. Kekayaan alam dan zona iklim, yaitu faktor yang mengkaitkan kemampuan industri dengan kemandirian penyediaan pangan. 3. Konfigurasi wilayah Negara, yang sangat mempengaruhi karakter rakyat dan orientasi wawasanya 4. Jumlah penduduk Rudolf Kjellen menamakan pengetahuan geopolitik menjadi Science of The State. Pengetahuan melahirkan doktrin yang berisikan ajaran untuk mengantisipasi berlakunya hukum alamiah tentang organism pada Negara. Kjellen berkata bahwa akan muncul beberapa Negara besar yang kemudian akan menguasai Negara kecil. Kemudian dapat disimpulkan bahwa geopolitik adalah pengembangan geografi politik, yang memandang Negara sebagai organisasi hidup yang berevolusi untuk memenuhi hidup warganya. Geopolitik menjadi prasyarat doktrin dasar suatu Negara dan harus mengandung 4 unsur utama yaitu : 1. Konsepsi Ruang Haushofer berpendapat bahwa ruang merupakan wadah dinamika politik dan militer. Dengan ini maka geopolitik merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengaitkan ruang dengan kekuatan fisik Negara, kemudian teori ini dikenal sebagai teori kombinasi ruang dan kekuatan. Pada kenyataannya politik selalu meminta ruang untuk kekuasaannya dan penguasaan ruang pun akan memberi legitimasi kekuasaan politik. Maka dari itu konsep ruang ini menjadi dasar bahwa sedikit ruang saja pun harus dipertahankan. Konsep ini pun ternyata lebih dimanfaatkan untuk menunjukan kewibawaan dan kedaulatan sebagai sebuah Negara yang kuat. Pada masa modern ruang hidup tak harus memiliki fungsi sebagai pemenuh kebutuhan Negara saja. Kebutuhan Negara dapat dibeli dan dibayarkan dengan produksi dan jasa industry. Dengan ini nilai strategis ruang menjadi bermakna bila di kaitkan dengan produktivitas penduduk.
  • 8. Produktivitas penduduk dipengaruhi oleh karakter bangsa, tingkat pengetahuan, ekonomi, industry, dan sebagainya. 5 2. Konsepsi Frontier Bila boundary merupakan batas dari dua Negara, maka frontier merupakan batas imajiner dari dua Negara. Frontier terjadi dikarenakan pengaruh Negara di luar boundary. Bersifat dinamis dan berada di antara masyarakat bangsa. Secara politis bahwa pengaruh dari pemerintah pusat tidak lagi mencakup seluruh wilayah kedaulatan melainkan dikurangi luas wilayah sampai batas frontier yang sudah dipengaruhi kekuasaan asing dari seberang boundary. Pengaruh asing dapat masuk dari bidang apapun bila penanganan atau tindakan dari pemerintah pusat kurang baik. Indonesia pernah kehilangan Timor Timur karena kita masih belum dapat menyerap budaya masyarakat Timor Timur kedalam budaya masyarakat Nusa Tenggara Timur. Dari pengalaan tersebut seharusnya kita mampu membangun frontier di luar boundary kita dengan lebih baik lagi. Negara besar mencoba mewujudkan konsep ruangnya tak hanya dari mekanisme politik dan militer, namun dari kekuatan ekonomi. Oleh karena itu kerja sama bilateral saja tak cukup, namun harus dikembangkan pula kerja sama regional dan internasional. Kerjasama regional ini terjadi Karena strategi menghadapi Negara yang lebih kuat sehingga Negara-negara ini memiliki posisi tawar yang yang lebih kuat pada era perdagangan global. Pada kasus ini sebenarnya telah terjadi posisi frontier politik. Namun jika kerjasama regional ini terbentuk karena kesamaan budaya atau agama maka disebut sebagai frontier budaya. 3. Konsepsi Politik Kekuatan Politik kekuatan adalah salah satu hal yang penting dalam konsep geopolitik dan juga berkaitan dengan kepentingan nasional. Dan kepentingan nasional wajib kita pertahankan demi tercapainya cita cita bangsa dan Negara. Agar cita cita bangsa dan Negara kita dapat tercapai maka harus dilandasi kekuatan politik dan atau kekuatan ekonomi dan atau kakuatan militer. Kita ambil contoh yaitu Jepang, mereka menekankan kekuatannya di bidang ekonomi. Eropa barat pun pada kekuatan politik dan kekuatan ekonominya.
  • 9. Sedangkan AS pada ketiganya. Dalam perkembangan dinia yang semakin terbuka, konflik bukan tidak mungkin terjadi karena dunia yang saat ini semakin menciut serta jalannya sejarah yang terakselerasi. Dan dengan di akuinya ZEE ( Zone Ekonomi Eksklusif )bagi Negara pantai pada Konvensi Hukum Laut Internasional tahun 1982, maka hak berdaulat bagi Negara pantai mejnadi lebih besar. Kemudian sebagai akibatnya, Negara-negara besar menuntut dapat dibukanya Sea Lines of Comunication pada Negara kepulauan. 6 4. Konsepsi Keamanan Negara dan Bangsa Membahas geopolitik tentu tak lepas dari bahasan konespsi geostrategi. Hal ini berkaitan karena konsepsi geopolitik sebenarnya ditujukan pula untuk mengamankan pembangunan Negara agar dapat tercapai tujuan nasional bangsa yaitu agar tetap ada dan sejahtera. Pada saat sekarang ini konsep keamanan Negara yang dikembangkan pada umumnya adalah konsep ketahanan nasional. Namun konsep ketahanan nasional saja sebagai wujud geostrategi tidak cukup. Kini dikembangkan pula konsep daerah penyangga yang dapat digunakan untuk mengulur waktu dalam menghadapi ancaman fisik dari luar. Dalam upaya keamanan Negara dan bangsa, semangat kesatuan kesatuan dan persatuan menjadi salah satu kekuatan untuk menghambat datangnya ancaman dari luar negeri. 2.2. Latar Belakang Wawasan Nusantara Menurut Hamidan Mansyur (2006: 64-78). Dalam memetukan, membina dan mengembangkan Wawasan Nasionalnya Bangsa Indonesia menggali dan mengembangkan diri dari kondisi nyata yang terdapat di lingkungan Indonesia sendiri. Wawasan Nasional Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan Bangsa Imdonesia yang berlandaskan Falsafah Pancasila dan oleh pandangan Geopolitik Indonesia pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia. Oleh Karena itu, pemahaman latar belakang filosofis sebagai pemikiran dasar pemngembangan wawasan nasional Indonesia ditinjau dari : 1. Falsafah Pancasila
  • 10. Nilai-nilai pancasila mendasari pengembangan wawasan nasional antara lain member kesempatan menjalankan ibadah sesuai agama masing-masing sebagai wujud nyata penerapan hak asasi manusia. Mengedepankan kepentingan masyarakat yang lebih luas harus lebih diutamakan, tanpa mematikan kepentingan kelompok atau golongan. Pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan bersama diusahakan melalui musyawarah. Kemakmuran yang hendak dicapai oleh masing-masing warganya tidak merugikan orang lain. Sikap tersebut mewarnai wawasan nasional yang dianut dan dikembangkan bangsa Indonesia. 7 2. Aspek Kewilayahan Kondisi objektif geografi yang terdiri atas ribuan pulau. Namun memiliki karakteristik yang berbeda dengan Negara lain. Pengaruh Geografi merupakan suatu fenomena yang mutlak diperhitungkan karena mengandung beranekaragam kekayaan alam dan jumlah penduduk yang besar. Dengan demikian secara kontekstual kondisi geograi Indonesia mengandung keunggulan sekaligus kelemahan/kerawanan. Kondisi ini perlu dipearhitungkan dan dicermati dalam perumusan Geopolitikal Indonesia. 3. Aspek social budaya Menurut ahli antropologi, tidak mungkin ada masyarakat kalau tidak kebudayaan dan sebaliknya. Kebudayaan hanya mungkin ada didalam masyarakat. Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat, bahasa, agama, dan kepercayaan. Oleh karena itu tata kehidupan nasional yang berhubungan dengan interksi antar golongan masyarakat mengandung potensi konflik yang besar, terlebih lagi kesadaran nasional masyarakat masih relative rendah dan jumlah masyarakat yang terdidik relative terbatas. 4. Aspek Historis Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-cita pada umumnya tumbuh dan berkembang daari latar belakang sejarahnya. Dengan semangat kebangsaan yang menghasilkan Proklamasi Kemerdekaan17 Agustus 1945
  • 11. dimana Indonesi amulai merdeka, maka semangat ini harus tetap dipertahankan dengan semangat persatuan yang esesninya adalah mempertahankan persatuan bangsa dan menjaga wilayah Kesatuan Indonesia. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan wawasan nasional Indonesia diwarnnai oleh pengalaman sejarah yang tidak menghendaki terulangnya perpecahan dalam lingkungan bangsa dan Negara Indonesia. 8 2.3. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan 1. Kedudukan Wawasan Nusantara Wawasan nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Visi adalah keadaan umum mengenai keadaan yang diinginkan. Wawasan nasional merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuai dengan konsep Wawasan Nusantara adalah menjadi Bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula. Selanjutnya Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional menurut Rahman HI ( 2008 : 145 – 146 ) dapat dilihat dari spesifikasinya sebagai berikut : 1. Pancasila sebagai falsafah, ideologis bangsa, dan dasar negara berkedudukan sebagai landasan idiil. 2. Undang – Undang Dasar ( UUD 1945 ) sebagai konstitusi negara, berkedudukan sebagai landasan konstitusional. 3. Wawasan Nusantara sebagai visi nasional, berkedudukan sebagai landasan konsepsional. 4. Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional berkedudukan sebagai landasan konsepsional. 5. Dokumen Rencana Pembangunan sebagai kebijakan nasional, berkedudukan sebagai landasan operasional. PARADIGMA KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
  • 12. 9 2. Fungsi Wawasan Nusantara Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu – rambu dalam menentukan segala kebijakan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah, maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3. Tujuan Wawasan Nusantara Dasar pemikiran disusunnya Wawasan Nusantara sebagai ccara pandang Bangsa Indonesia tentang diri dan llingkungannya berdasarkan Pancasila adalah dalam rangka mencapai tujuan nasional. Oleh karena itu tujuan Wawasan Nusantara pun harus sejalan dengan tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian, maka Wawasan Nusantara memiliki tujuan kedalam untuk kepentingan nasional, dan tujuan keluar untuk ikut serta dalam usaha penyelenggaraan dan membina kesejahteraan dan perdamaian dunia. Tujuan Wawasan Nusantara adalah a. Kedalam, adalah untuk mewujudkan satu kesatuan segenap aspek kehidupan nasional baik alamiah ( geografi, demografi, dan kekayaan alam ) maupun aspek sosial yaittu ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan. b. Keluar, adalah ikut serta mewujudkan kebahagiaan, ketertiban dan perdamaian bagi seluruh umat manusia.
  • 13. 10 2.4. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Wilayah Bila kita meninjau latar belakang Wawasan Nusantara dengan pendekatan sejarah dan yuridis, maka berarti bahwa kita akan meninjau perjuangan bangsa Indonesia untuk mengembangkan dan mempertahankan Waasan Nusantara di forum internasional. Gagasan Wawasan Nusantara menurut Lemhannas (1997: 27-35) berpangkal dari konsepsi negara kepulauan (archipelagic state concept). Konsepsi negara kepulauan mula-mula dikemukakan pada tanggal 13 Desember 1957 dalam bentuk “Deklarasi Juanda” yang menyatakan: 1) Bahwa bentuk geografi Indonesia sebagai suatu negara kepulauan mempunyai sifat dan corak tersendiri 2) Bahwa menurut sejarah sejak duu kala kepulauan Indonesia merupakan suatu kesatuan 3) Bahwa batas laut teritorial yang termaktub dalam Teritoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonnatie 1939 memecah keutuhan teritorial indonesia karena membagi wilayah daratan Indonesia dalam bagian-bagian terpisah dengan teritorialnya sendiri-sendiri. Dalam pada itu pemerintah Indonesia juga menyatakan bahwa lalu lintas damai di perairan pedalaman bagi kapal asing dijamin dan bahwa pendirian Indonesia akan ditemukan dalam konfersi internasional engenai hukum laut internasional mengenai hukum laut internasional dan tata pergaulan internasional. Dalam konfersi hukum laut internasional yang diselenggarakan dijenewa pada tahun 1985, pendirian Indonesia diperdebatkan tetapi hasilnya masih kurang menguntungkan bagi Indonesia. Keunikan Indonesia sebagai negara kepulauan belum dapat dipahami oleh negara maritim yang berpengaruh, meskipun kelihatan dengan nyata bahwa integritas teritorial Indonesia terganggu dengan adanya kapal perang Belanda yang lalu lalang diperairan Nusantara mengganggu pelayaran kapal-kapal Indonesia. Kesukaran untuk meyakinkan kebenaran pendirian Indonesia, disebabkan karena pada saat itu yang dienal baru rezim archipelago sedangkan rezim archipelagic state belum dikenal.
  • 14. Yurisprudensi Mahkamah Internasional dalam kasus Inggris lawan Norwegia mengenai pengukuran wilayah dengan teori dan titik luar ke titik luar berikutnya terbatas pada coastal archipelago sedangkan untuk mid-ocean archipelago belum ada Yurisprudensinya. Untuk memperkuat kedudukan hukumnya, Deklarasi Juanda dipertegas dengan Peraturan Pemeritah Pengganti Undang-Undang (PERPU) No. 4 Tahun 1960 yang diikuti dengan praturan pelaksanaan mengenai lalu lintas damai kendaraan laut asing dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) No. 8 Tahun 1962. Dengan berlakunya PERPU No. 4 Tahun1960 yang menyatakan bahwa laut wilayah lebarnya 12 mil diukur dari garis pangkal lurus (straight base line) dan bahwa semua kepulauan dan laut yang terletak diantaranya harus dianggap sebagai satu kesatuan yang bulat maka luas wilayah Indonesia menjadi 5. 193.250 km2 dengan perincian luas daratan: 2.027.087 km2 dan luas perairan nasional menjadi 3.166.163 km2 (terdiri atas laut teritorial dan laut nusantara). Selama ini luas wilayah Indonesia yang tercatat hanya wilayah daratan saja, sedangkan wilayah laut teritorial tidak pernah diukur karena berdasarkan ordonantie tahun 1939, setiap pulau mempunyai laut wilayah sendiri-sendiri sehingga tidak memungkinkan menghitung luas laut wilayah dari 17.508 pulau yang ada. Sementara itu pemerintah Indonesia menganggap perlu untuk mengamankan sumber daya alam yang terdapat dalam wilayah laut nasionalnya mengingat bahwa eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dilandas kontinen sudah dapat dilakukan berhubungan adanya kemajuan teknologi. Untuk itu pada tanggal 17 februari 1969, pemerintah Indonesia mengeluarkan Deklarasi tentang landas kontinen dengan pertimbangan antara lain sebagai berikut: 1. Segala sumber mineral dan sumber kekayaan alam lainnya, termasuk organisme-organisme hidup yang merupakan jenis sedentair yang terdapat pada dasar laut dan tanah dibawahnya dilandasan kontinen, merupakan milik indonesia dan merupakan berada dibawahnya dilandasan kontinen, merupakan milik indonesia dan merupakan berada dibawah yuridikasinya yang eksklusif. 11
  • 15. 2. Dalam hal landas kontine Indonesia, termasuk depressie-depressie (bagian yang dalam) yang terdapat dalam landas kontinen atau kepulauan Indonesia yang berbatasan dengan suatu negara lain, maka Pemerintah Republik Indonesia bersedia untuk melalui perundingan dengan negara yang bersangkutan menetapkan suatu garis batas sesuai dengan prinsip-prinsip hukum dan keadilan. 3. Menjelang tercapainya persetujuan seperti dimaksud diatas, Pemerintah Republik Indonesia akan mengeluarkan izin untuk mengadakan eksplorasi serta memberikan izin untuk produksi minyak dan gas bumi dan untuk eksploitasi sumber-sumber mineral ataupun kekayaan alam lainya, hanya untuk daerah sebelah Indonesia dari garis tengah (median line) yang ditarik dari pantai pantai daripada pulau-pulau Indonesia yang terluar. 4. Ketentuan-ketentuan tersebut diatas tidak akan mempengaruhi sifat serta status daripada perairan diatas landas kontinen Indonesia sebagai laut lepas, demikian pula ruang udara diatasnya. Pengumuman Pemerintah Republik Indonesia tersebut sesuai dengan kebiasaan praktek negara dan dibenarkan pula oleh hukum internasional bahwa suatu negara pantai mempunyai penguasaan dan yuridikasi yang ekskusif atas kekayaan mineral dan kekayan lainnya dalam dasar laut dan tanah di dalamnya di landasan kontinen. Selain itu Pemerintah Republik Indonesia merasa penting untuk menyelesaikan oal-soal garis landasan kontinen, dengan negara tetangga sebelum ditemukan deposit (endapan mineral) agar penyelesaiannya lebih mudah. Perudingan segera diadakan dengan negara tetangga dan berkat semangat kebijaksanaan bertetangga baik (god neighborhood policy) maka perjanjian segera dapat ditandatangani pada tahun itu juga. Perjanjian garis batas landas kontinen yang pertama berhasil diadakan dengan Malaysia pada bulan Oktober tahun 1969, yang kemudian disusul oleh penandatanganan perjanjian dengan negara tetangga lain sebagai berikut: 12
  • 16. 1) Perjanjian RI – Malaysia tentang Penetapan Garis Batas Landas Kontinen Kedua Negara (Selat Malaka dan Laut Cina Selatan) ditandatangani pada tanggal 27 Oktober 1969 mulai berlaku tanggal 7 November 1969. 2) Penjanjian RI – Thailand tentang Landas Kontinen Selat Malaka bagian Utara dan Laut Andaman, ditandatangani tanggal 17 Desember 1971 dan berlaku mulai tanggal 7 April 1972. 3) Persetujuan RI – Malaysia dan Thailand mengenai Landas Kontinen bagian 13 Utara tanggal 21 Desember 1971 dan berlaku tanggal 16 Juli 1973. 4) Persetujuan RI dengan Austrlia tentang penetapan atas batas dasar laut tertentu (di Laut Arufu, didepan pantai selatan pulau Irian dan di depan pantai utara Irian) tanggal 18 Mei 1971 dan berlaku mulai tanggal 19 November 1973. 5) Persetujuan RI dengan Australia tentan penetapan batas-batas dasar laut tertentu di daerah Laut Timor dan Laut Arafuru sebagai tambahan pada persetujuan tanggal 16 Mei 1971, tanggal 9 Oktober 1972. 6) Persetujuan RI dengan India tentang penetapan garis batas landas kontinen antara kedua negara (batas antara Sumatra dan Nikobar) ditandatangani dan mulai berlaku tanggal 8 Agustus 1974. Persetujuan batas kontinen dengan negara tetangga diatas telah menguatkan pendirian bahwa RI mempunyai kedaulatan atas kekayaan alam di landas kontinen seluas ± 800.000 mil2 (± 2.720.000 km2). Indonesia mempunyai peguasaan penuh dan hak eksklusif atas kekayaan alam di landas kontinen Indonesia, pemiliknya ada pada negara Indonesia. Selanjutnya Pengumuman Pemerintah Pemerintah tentang landas kntinen tahun 1969 telah dikukuhkan dengan Undang-Undang No.1 tahun 1973 tentang andas Kontinen Indonesia. Disamping persetujuan mengenai garis batas landas kontinen diatas, Pemerintah Republik Indonesia telah mengadakan pula penjanjian garis batas laut wilayah dan Perjanjian perbatasan (meliputi perbatasan darat dan laut) dengan negara tetangga sebagai berikut:
  • 17. 1) Perjanjian antara Republik Indonesia dan Mlaysia tentang penetapan garis batas laut wilayah kedua negara di selat Malaka ditandatangani pada tanggal 17 Maret 1970. 2) Perjanjian antara Republik Indonesia dengan Repulik Singapura tentang penetapan Garis Batas Laut Wilayah kedua Negara di Selat Singapura ditandatangani tanggal 25 Mei 1973. 3) Perjanjian antara Republik Indonesia dan Australiamengenai Garis-Garis Batas Tertentu antara Papua New Geuinea, ditandatangani tanggal 12 Februari 1973. Perjuangan untuk menegakkan wawasan Nusantara bidang wilayah di forum negara tetangga yang telah menghasilkan persetujuan dan perjanjian tersebut diatas dilanjutkan dengan perjuangan di konferensi Hukum Laut Internasional ke III yang diselenggarakan oleh PBB atau united nation conference on the law of the sea (UNCLOS). Dalam konferensi Internasional itu, Indonesia dengan aktif memperjuangkan “asas kepulauan” yang selama ini belum dikenal dalam rezim hukum laut internasional. Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa perjuangan yang dilakukan sejak tahun 1957 baru berhasil setelah diterimanya hukum laut internasional yang sesuai dengan konsep Nusantara pada tahun 1982 yang telah ditandatangani hampir semua negara didunia. Setelah itu, untuk membulatkan konsep kewilayahannya, pada tanggal 21 Maret 1980 Pemerintah Indonesia telah mengumumkan tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang lebarnya 200 mil diukur dari garis pantai pangkal laut wilayah Indonesia. 14 Pengumuman Pemerintah tersebut didorong oleh faktor sebagai berikut: 1) Semakin terbatasnya persediaan ikan Dengan memperhitungkan peningkatan jumlah penduduk dunia, maka berdasarkan studi FAO, tahun 2000 permintaan dunia akan ikan untuk bahan makanan akan dua kali lipat dari permintaan dunia sekarang, yaitu 52 juta ton per tahun. Sedangkan hasil perikanan dunia dari conventional species menjelang tahun 2000 akan berada di di bawah tingkat permintaan dunia akan
  • 18. ikan. Mengingat perhitugan tersebut tadi, sebagaimana negara-negara pantai yang sedang berkembang lainnya, merasakan sangat mendesaknya kebutuhan untuk melindungi sumber daya hayati yang berada dilaut di uar wilayah, agar pemenuhan kebutuhan protein hewani untuk bahan makanan rakyat Indonesia akan lebih terjamin. Perlindungan semacam itu hanya dapat diberikan secara efektif dengan mengumumkan Zona Ekonomi Eksklusi Indonesia, yang memberikan hak-hak berdaulat atas sumber-sumber daya hayati. 15 2) Pembangunan Nasional Indonesia Pemerintah Indonesia pada waktu itu telah berada dalam kedua repelita yang terdapat dilaut diluar batas laut wilayah sampai ke batas 200 mil dari garis pangkal laut wilayah, dasar lautnya, dan tanah dibawahnya, harus pula dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan bangsa, sehingga seyogyanya dilindungi dan dikelola dengan cara yang tepat, terarah dan bijaksana. Sumber ini merupakan suatu modal dasar pembangunan guna mencapai kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan UUD 1945. 3) Zona Ekonomi Eksklusif, sebagai rezim hukum Internasional. Sampai saat ini telah ada sebanyak ± 90 negara yang telah mengeluarkan pernyataan tentang Zona Ekonomi Eksklusif ataupun Zona Perikanan yang lebarnya 200 mil. Kenyataan menunjukkan praktek negara yang konsisten sehingga ada konvensi ataupun tidak ada konvensi hukum laut yang baru, Zona Ekonomi Eksklusif telah menjadi bagian dari kebiasaan hukum Internasional. Tanpa Zona Eksklusif, Indonesia dihadapkan pada tindakan unilateral negara tetangga tersebut yang memperlemah posisi Indonesia. Hal ini antara lain yang mendorong kapal-kapal ikan asin yang dibatasi ruang geraknya oleh Zona Ekonomi/Perikanan negara tetangga kita akan berpindah ke laut yang berdekatan dngan pantai Indonesia dan meningkatkan “pengurasan” sumberdaya ikan di situ. Didalam pengumuman tersebut Indonesia menyatakan bahwa didalam Zona Ekonomi Eksklusif, Indonesia mempunya dan melaksanakan: a) Hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, pengelolahan dan pelestarian sumberdaya hayati dan non hayati dan hak berdaulat lainnya eksplorasi dan eksploitasi sumber tenaga dari air, arus, dan angin.
  • 19. 16 b) Hak yurisdiksi yang berhubungan dengan:  Pembuatan dan penggunaan pulau buatan, instalasi, dan bangunan lainnya  Penelitian ilmiah mengenai lau  Pelestarian lingkungan laut  Hal lain berdasarkan Hukum Internasional. Di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, kebebasan pelayaran dan penerbangan internasional serta kebebasan pemasangan kabel dan pipa di bawah permukaan laut dijamin sesuai dengan hukum internasional, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dikukuhkan dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1983, setahun setelah ditandatanganinya hukum laut internasional yang baru di Teluk Montego, Jamaica, oleh hampir seluruh peserta Konferensi Hukum Laut Internasional (kecuali Amerika dan 3 negara lainnya). Akhirnya konsep wilayah yang menyeluruh, yang sesuai dengan Wawasan Nusantara dilengkapi dengan wilayah kita diruang udara dimana Orbit Geo Stasioner sejauh 36.000 km dinyatakan sebagai wilayah kita berdasarkan penjelasan Pasal 30 Undang Undang No. 20 tahun 1982 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia. Yang menjadi persoalan utama dalam hukum laut Internasional adalah: Apakah laut dapat dimiliki suatu negara atau tidak? Selama ini, sejarah hukum laut internasional mengenal pertarungan antara 2 konsepsi pokok yakni: 1) Res nullius, yang menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang mempunyainya dan karena itu dapat diambil dan dimiliki oleh masing-masing negara. 2) Res communis, yang menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat dunia, dan karena itu tidak dapat diambil atau dimiliki oleh masing-masing negara. 2.5. Praktek Negara-Negara Sejak dahulu kala telah terdapat dua konsepsi mengenai laut, yaitu: res nullius dan res commanis. 1. Res nullius, berpendapat bahwa laut sebagai ranah tak bertuan, atau kawasa yang tidak ada pemiliknya. Karena tidak ada pemiliknya, maka laut dapat diambil atau dimiliki oleh masing-masing negara.
  • 20. 2. Res communis, berpendapat bahwa laut adalah milik masyarakat dunia, karena itu tidak dapat diambil dan dimiliki secara individual oleh negara-negara. Sebagai milik bersama, maka laut harus dipergunakan untuk kepentingan semua negara, dan pemanfaatannya terbuka bagi semua negara. Ini sesuai dengan pendapat Ulpian yang menyatakan bahwa “the sea is open to everybody by nature”, dan Celcius yang menyatakan “ the sea like the air, is common to all mankind”. Dalam pelaksanaannya, kedua teori tersebut tak dapat diterapkan secara kaku. Keduanya saling melengkapi, yakni dalam batas-batas tertentu dapat dimiliki, tetapi dibatasi sampai jarak tertentu ini dapat dilihat dalam praktik yang dianut negara-negara sejak dahulu sampai sekarang. 17 1. Zaman sebelum Romawi Punisia kuno, sebuah kerajaan sebelum zaman Romawi menganggap laut yang mereka kuasai sebagai milik negara mereka. Paham ini juga dianut oleh bangsa Persia, Yunani dan Rhodia. Di zaman Rhodia, hukum laut telah mulai berkembang, yang kemudian menjadi dasar bagi hukum Romawi tentang laut. 2. Zaman Romawi Setelah perang Punis III Romawi telah menjadi penguasa tunggal di Laut Tengah. Laut Tengah kemudian dianggap oleh orang-orang Romawi sebagai “danau” mereka. Dalam melaksanakan kekuasaannya di laut tersebut banyak tanda yang menunjukkan bahwa dalam pandangan orang Romawi laut bias dimiliki. Orang Romawi memandang laut sebagai “” yakni sebagai milik Kerajaan Romawi. public property 3. Setelah Zaman Romawi Setelah zaman Romawi terdapat banyak negara di sekitar Laut Tengah yang merupakan pecahan dari Kerajaan Romawi. Negara-negara ini menuntut laut yang berdekatan dengan pantai mereka sebagai wilayah
  • 21. mereka. Karena itu masa ini dipandang sebagai awal dari berkembangnya konsep laut wilayah. Tuntutan atas kepemilikan laut ini misalnya dilakukan oleh: (a) Venesia yang menuntut sebagian besar Laut Adriatik. Tuntutan ini diakui oleh Alexander III pada Tahun 1117. Di kawasan ini Venesia memungut kepada setiap kapal yang melewati kawasan laut Adriatik, (b) Genoa menuntut Laut Liguarian dan sekitarnya, dan (c) Pysa menuntut dan melaksanakan kedaulatannya atas laut Tyraania. Tuntutan-tuntutan itu cenderung menimbulkan penyalahgunaan hak oleh Negara-negara tersebut (misalnya memungut biaya pelayaran). Untuk mengatasi hal ini, para penulis pada waktu itu membatasi tuntutan tersebut sampai batas tertentu saja. Misalnya, Bartolus, Solorzan dan Cosaregis membatasi laut Negara pantai itu sampai 100 mil Italia (pada waktu itu = 1480 m). Baldus, Bodin dan Targa membatasinya sampai 60 mil, Loccanius membatasinya sampai batas yang diinginkan oleh Negara pantai tanpa merugikan negara tetangganya. 18 4. Zaman Portugal dan Spanyol Jatuhnya Constantinopel ke tangan Turki pada tahun 1443, menyebabkan bangsa Portugis mencari jalan laut lain ke timur menuju Indonesia melalui Samudera Hindia. Selain itu, Portugal juga menuntut Laut Atlantik sebelah selatan Maroko sebagai wilayah mereka. Bersamaan dengan ini, Spanyol sudah sampai di Maluku melalui Samudera Pasifik, dan menuntut Samudera ini bersama dengan bagian Barat Samudera Atlantik dan Teluk Mexico sebagai kepunyaan mereka. Tuntutan kedua Negara ini diakui oleh Paus Alexander VI, yang membagi dua lautan di dunia menjadi dua bagian dengan batas garis meridian 100 leagues (lk. 400 mil laut) sebelah Barat Azores. Sebelah barat dari meridian tersebut (Samudera Atlantik Barat, Teluk Mexico dan Samudera Pasifik) menjadi miliki Spanyol, dan sebelah Timur (Atlantik sebelah Selatan Maroko, dan Samudera Hindia) menjadi milik Portugal. Pembagian ini kemudian diperkuat dengan perjanjian Tordissilias antara
  • 22. Spanyol dan Portugis (1494) dengan memindahkan garis perbatasannya menjadi 370 leagues sebelah Barat Pulau Cape Verde di pantai Barat Afrika. Sementara itu, Swedia dan Denmark menuntut kedaulatan atas Laut Baltik, dan Inggris atas Narrow Seas, dan Samudera Atlantik dari Cape Utara sampai ke Cape Finnistere, atau laut di sekitar kepulauan Inggris (Mare Anglicanum). dan untuk melaksanakan kedaulatannya atas laut-laut tersebut, pada abad ke-17 Inggris memaksa orang-orang asing untuk mendapat lisensi Inggris untuk melakukan penangkapan ikan di Laut Utara, dan ketika dalam 1636 Belanda mencoba menangkap ikan, mereka diserang dan dipaksa mebayar 30.000 found sebagai harga kegemaran (the price of indulgence). 19 5. Belanda Tuntutan kedaulatan atas Samudera Pasifik, Atlantik, dan Hindia oleh Portugal dan Spanyol serta kedaulatan atas Mare Anglicanum oleh Inggris dirasa sangat merugikan Belanda di bidang pelayaran dan perikanan. Di bidang pelayaran, Belanda sudah sampai di Indonesia melalui Samudera Hindia pada tahun 1596, dan mendirikan Verenigde Oost Indische Compgnie (VOC) pada tahun 1602. Penerobosan melalui Samudera Hindia ini langsung berbenturan dengan kepentingan dan tuntutan Portugal. Di bidang perikanan orang-orang Belanda selama berabad-abad telah menangkap ikan di sekitar perairan Mare Anglicanum, dan kegiatan ini telah dijamin oleh berbagai perjanjian antara kedua Negara. Untuk memperkuat dalil penentangannya atas kepemilikan laut, Belanda berusaha mencari dasar-dasar hokum yang menyatakan laut adalah bebas untuk semua bangsa. Untuk kepentingan ini Belanda menyewa Hugo de Groot, seorang ahli hokum untuk menulis sebuah buku yang membenarkan pendirian Belanda, shingga orang-orang Belanda dapat bebas berlayar ke Indonesia. Hasilnya, Grotius menyusun sebuah buku dengan judul “Mare Liberum”. Buku ini menguraikan teori kebebasan lautan dalam arti bahwa laut bebas bagi setiap orang, dan tak dapat dimiliki oleh siapa pun.
  • 23. Teori Gratius mendapat tentangan dari banyak penulis seangkatannya. Gentilis misalny, membela tuntutan Spanyol dan Inggris dalam bukunya “Advocatio Hispanica” yang diterbitkan setelah ia meninggal, tahun 1613. Pada tahun yang sama William Wellwood membela tuntutan Inggris dalam bukunya “de Dominio Maris”.njohn Seldon menulis Mare Clausum sive de Domino Marsnya pada tahun 1618 dan terbit pada tahun 1635. Paolo Sarpi menerbitkan “Del Dominio del mare Adriatico” 1676 untuk membela tuntutan Venesia atas laut lautan Adriatik. Yang terpenting dari buku-buku yang membela kepentingan kepemilikan atas laut adalaah Mare Clausum Shelden. Karya ini diperintahkan untuk diterbitkan pada tahun 1635 pada masa raja Charles I, yang meminta agar penulis Mare Liberium dihukum. 20 6. Inggris Pada mulanya, sebelum tahun 604 Inggris menganut paham kebebasan lautan. Paham ini dianut terutama untuk menghadapi tuntutan Denmark atas kebebasan di laut Utara. Namun dalam tahun 1604 Charles I memproklamirkan “King Chamber Area” yang meliputi 26 wilyayah di sepanjang dan sekitar lautan Inggris (Mare Anglicanum) sebagai wilayah kedaulatan Inggris. Di daerah-daerah ini, diantaranya ada yang melebihi 100 mil, Charles I melarang kapal-kapal nelayan asing menangkap ikan di kawasan tersebut. Tuntutan ini ditentang oleh Belanda. Dalam perkembangan selanjutnya, umum diterima bahwa negara-negara dapat memiliki jalur-jalur laut yang terletak di sekitar atau di sepanjang pantainya, dan di luar jalur-jalur tersebut dianggap bebas bagi semua umat manusia. Beberapa jalur laut yang dapat dimiliki tidak sama untuk semua negara, dan ini tergantung pada jenis dan fungsi jalur-jalur tersebut. Lebar laut untuk kepentingan perikanan misalnya, tidak sama dengan untuk kepentingan netralitas, pengawasan pabean dan kepentingan yurisdiksi perdata, pidana dan lain-lain.
  • 24. 2.6. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan dalam Mencapai Tujuan Pembangunan 21 Nasional 1. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik Bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa lain ikut menciptakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi melalui politik luar negeri yang bebas aktif. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut tampak dalam wujud pemerintahan yang kuat aspiratif dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat. 2. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi akan menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Di samping itu, implementasi wawasan nusantara mencerminkan tanggung jawab pengelolaa sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri. a. Kekayaan di wilayah nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah modal dan milik bersama bangsa untuk memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah Indonesia secara merata. b.Tingkat perkembangan ekonomi harus seimbang dan serasi di seluruh daerah tanpa mengabaikan ciri khas yang memiliki daerah masing-masing. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara diselenggarakan sebagai usaha bersama dengan asas kekeluargaan dalam sistem ekonomi kerakyatan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 3. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui segala bentuk perbedaan sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia Tuhan. Implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membedakan suku, asal usul daerah, agama, atau kepercayaan,serta golongan berdasarkan status sosialnya. Budaya Indonesia
  • 25. pada hakikatnya adalah satu kesatuan dengan corak ragam budaya yang menggambarkan kekayaan budaya bangsa. Budaya Indonesia tidak menolak nilai-nilai budaya asing asalkan tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa sendiri dan hasilnya dapat dinikmati. 4. Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan keamanan Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dan keamanan akan menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada tiap warga negara Indonesia. Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela negara ini menjadi modal utama yang akan mengerakkan partisipasi setiap warga negara indonesia dalam menghadapi setiap bentuk ancaman antara lain : a. Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya 22 adalah ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara b. Tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk ikut serta dalam pertahanan dan keamanan Negara dalam rangka pembelaan negara dan bangsa. 2.7. Unsur Dasar Wawasan Nusantara Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya merupakan fenomena (gejala social) yang dinamis, memiliki tiga unsure dasar yaitu wadah, isi, dan tingkah laku. Unsur awdah dan isi membentuk wawasanNusantara sengakan tata laku merupakan konsepsi pelaksanaan mewujudkan Wawasan Nusantara. Ketiga unsure dasar tersebutakan diuraikan sebagai berikut. H.I Unsur Wadah. Wadah sebagai unsurterbentuknya konsepsi Wawasan Nusantara adalah tempat atau organisasi dimana bangsa Indonesia memandang diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berwujud sebagai satu kesatuan wilayah yah utuh yang berupa Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah dari Negara KEsatuan Republik Indonesia merupakan satu kesatuan dari wilayah perairan Republik Indonesia. Indonesia merupakan satu kesatuan dari
  • 26. kesatuan wilayah perairan dan daratan sesuai Deklarasi Djuanda dan sejalan dengan asaa archipelago. Kata archipelago beerasal dari bahasa Yunani archi berarti penting, dan pelagos berarti lautan. Dengan demikian asas aechipelago menganut bahwa, wilayah lautan jauh lebih penting atau lebih dominan dari unsure daratan. Asas archipelago mengandung pengertian wilayah lautan dengan kumpulan pulau-pulau didalamnya, dengan kata lain lautan yang diseraki pulau-pulau. Bagi bangsa Indonesiaarchipelago berarti satu-kesatuan wilayah dengan batas-batasnya ditentukan oleh laut dan didalamnya terdapat pulau-pulau atau gugusan 23 pulau. H.2 Unsur Inti Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai wadah dan Wawasan Nusantara baik sebagai wujud wilayah maupun morganisasi Negara perlu diisi dengan kehendak atau aspirasi dari bangsa Indonesia dalam mewujudkan satu cara pandang bangsa Indonesia yang meilhat Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh dalam rangka mencapai tujuan Nasional. Asppirasi bangsa Indonesia berupa cita-cita nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. H.3 Tata Laku Tata laku sebagai unsur dari Wawasan Nusantaraadalah kegiatan atau perilaku Bangsa Indonesia dalam melaksanakan aspirasi guna mewujudkan Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh menyeluruh dalam mencapai tujuan Nasional Tata laku terdiri atas tata laku batiniyah dan tatacara lahiriah. Tata laku batiniyah berwujud pengamalan Pancasila yang melahirkan sikap mental yang bagus. Sedangkan tata laku lahiriah adalah berwujud pelaksanaana dari UUD 1945 oleh seluruh masyarakat maupun aparatur Negara 2.8. Sasaran Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Nasional Sebagai cara pandang dan visi nasional Indonesia, Wawasan Nusantara harus dijadikan arahan, pedoman, acuan, dan tuntunan bagi setiap indovidu
  • 27. bangsa Indonesia dalam membangun dan memelihara tuntutan bangsa dan negara. Karena itu, implementasi atau penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi atau kelompok sendiri. Dengan kata lain, Wawasan Nusantara menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka, menghadapi, menyikapi, atau menangani berbagai permasalahan menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara. Implementasi Wawasan Nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh sebagai berikut : 1. Impelementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan politk akan menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut nampak dalam wujud pemerintahan yang kuat aspiratif dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat. 2. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan ekonomi akan menciptakan tatanan ekonomi yang benar – benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil. Disamping itu, implementasi Wawasan Nusantara mencermikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri. 3. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan sosial budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima, dan menghormati segala bentuk perbedaan atau kebhinekaan sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia sang pencipta. Implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membedabedakan suku, asal usul daerah. Agama atau kepercayaan, serta golongan berdasarkan status sosialnya. 4. Implemenatasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan hankam akan menumbuh – kembangkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada setiap warga negara Indonesia. Kedsadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela 24
  • 28. negara ini akan menjadi modal utama yang akan menggerakkan partisipasi setiap warga negara Indonesia dalam menggapai setiap bentuk ancaman, seberapa pun kecilnya dan dari mana pun datangnya, atau setiap gejala yang membahayakan keselamatan bangsa dan kedaulatan negara. Dalam pembinaan seluruh aspek kehidupan nasional sebagaimana dijelaskan di atas., implementasi Wawasan Nusantara harus menjadi nilai yang menjiwai segenap peraturan perundang – undangan yang berlaku pada setiap strata di seluruh wilayah negara. Disamping itu, Wawasan Nusantara dapat diimplementasikan kedalam segenap pranata sosial yang berlaku di masyarakat dalam nuansa kebhinekaan sehingga mendinamiskan kehidupan sosial yang akrab, peduli, toleran, hormat, dan taat hukum. Semua itu menggambarkan sikap, paham, dan semangat kebangsaan atau nasionalisme yang tinggi sebagai identitas atau jati diri bangsa Indonesia. 25 2.9. Sosialisasi Wawasan Nusantara Untuk mempercepat tercapainya tujuan Wawasan Nusantara, disamping implementasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perlu juga dilakukan pemasyarakatan atau sosialisasi materi Wawasan Nusantara kepada seluruh masyarakat Indonesia. Menurut Martini, dkk dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Kewarganegaraan” (2013: p.162) mengatakan bahwa sosialisasi wawasan nusantara tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut: 1. Menurut sifat/ atau cara penyampaian, yang dapat dilaksanakan sebagai berikut a. Langsung, yang terdiri dari ceramah, diskusi, dialog, tatap muka. b. Tidak langsung, yang terdiri dari media elektronik dan media cetak. 2. Menurut metode penyampaian yang berupa : a. Keteladanan.
  • 29. Melalui metode penularan keteladanan dalam sikap perilaku kehidupan sehari-hari kepada lingkungannya, terutama dengan memberikan contoh-contoh berpikir, bersikap dan bertindak mementingkan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan atau golongan, sehingga timbul semangat kebangsaan yang selalu cinta tanah air. 26 b. Edukasi Melalui metode pendekatan formal dan informal. Pendidikan formal ini dimulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, pendidikan karier di semua strata dan bidang profesi, penataran atau kursus-kursus, dan sebagainya. Sedangkan pendidikan non-formal dapat dilaksanakan di lingkungan rumah/keluarga, pemukiman, pekerjaan, dan organisasi kemasyarakatan. c. Komunikasi Tujuan yang ingin dicapai dari sosialisasi wawasan nusantara melalui metode komunikasi adalah tercapainya hubungan komunikatif secara baik yang akan mampu menciptakan iklim saling menghargai, menghormati, mawas diri, dan tenggang rasa sehingga terciptanya kesatuan bahasa dan tujuan tentang wawasan nusantara. d. Integrasi Tujuan yang ingin dicapai dari pemasyarakatan/sosialisasi wawasan nusantara melalui metode ini adalah terjalinnya persatusan dan kesatuan. Pengertian serta pemahaman tentang wawasan nusantara akan membatasi sumber konflik di dalam tubuh bangsa Indonesia baik pada saat ini maupun di masa mendatang dan akan memantapkan kesadaran untuk mengutamakan kepentingan nasional dan cita-cita tujuan nasional. Dalam melaksanakan pemasyarakatan, lingkup materi wawasan nusantara yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan tingkat, jenis, serta
  • 30. lingkungan pendidikan agar materi yang disampaikan tersebut dapat mengerti dan dipahami. 27
  • 31. 28 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Keadaan geografis Indonesia yang unik menuntut sebuah konsep geopolitik khusus yang dapat diterapkan dengan baik oleh bangsa Indonesia. Konsep geopolitik tersebut adalah Wawasan Nusantara. Berbeda dengan pemahaman geopolitik negara lain yang cenderung mengarah kepada tujuan ekspansi wilayah, konsep geopolitik Indonesia, atau Wawasan Nusantara, justru bertujuan untuk mempertahankan wilayah. Wawasan Nusantara merupakan sebuah konsep geopolitik yang paling tepat untuk negara Indonesia yang memiliki belasan ribu pulau yang tersebar sepanjang jutaan mil. 3.2. Saran Konsep geopolitik ini hendaknya terus diterapkan dan dikembangkan agar dapat mencapai tujuan-tujuan Wawasan Nusantara yang telah ditetapkan, yaitu mewujudkan kesejahteraan, ketenteraman dan keamanan bagi Bangsa Indonesia, dengan demikian ikut serta juga dalam membina kebahagiaan dan perdamaian bagi seluruh umat manusia di dunia.
  • 32. 29 DAFTAR PUSTAKA Kardiman, Yuyus, dkk. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Hartomo Media Pustaka Makarim,N.A. 2004. Geopolitik. Dikutip dari: http://www.kompas.com/kompas. pada 26 November 2014 pukul 18.45 Mansyur, Hamdan. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Gramedia. Jakarta: Pustaka Utama Martini, dkk. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan. Hartomo Media Pustaka: Jakarta. Subhan, Iwan. 2011. Wawasan Nusantara. Dikutip dari iwansubhan.blogspot.com pada 5 Oktober 2014 pukul 19.51 Sumarsono, S. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Supardan. 2011. Hukum Laut Internasional dan Perkembangannya. [online] tersedia di: file:///E:/hukum%20laut%20internasional.htm. Diakses pada: 11 Oktober 2014 pukul 09:00 WIB.