Dokumen tersebut membahas tentang penderitaan sebagai bagian tak terelakkan dari kehidupan manusia. Penderitaan dapat berupa fisik, psikis, sosial, dan rohani seperti yang diilustrasikan dalam Alkitab. Dokumen juga membahas makna dan tujuan dari penderitaan menurut pandangan Kristen maupun ateis.
2. Penderitaan adalah bagian dari kehidupan
manusia dari lahir sampai mati
Setiap manusia mengalami penderitaan
dalam berbagai bentuk: fisik, psikis, sosial,
dan rohani
3. Alkitab memberikan contoh: kematian
seseorang, bahaya kematian, kematian
anak-nak dan sahabat, rindu akan
kampung halaman, penganiayaan, dioloki-
olok, kesendirian, dibuang, ketidaksetiaan
pasangan dan sahabat, ketidakberutungan
di tanah sendiri
5. “Pain is the price we pay for being alive.
Dead cells—our hair, our fingernails—can’t
feel pain; they cannot feel anything. When
we understand that, our question will
change from, “Why do we have to feel
pain?” to “What do we do with our pain so
that it becomes meaningful and not just
pointless empty suffering?”
― Harold S. Kushner, When Bad Things
Happen to Good People
6. Para ateis berpikir bahwa penderitaan
tidak memiliki arti dan tujuan
Orang Kristen percaya bahwa tidak ada
penderitaan yang tanpa makna dan tujuan
Sebab, orang Kristen percaya bahwa Allah
yang Maha kasih telah mengatur
segalanya untuk mengangkat kebebasan
kita.
7. Allah selalu memiliki tujuan yang baik dengan
membiarkan penderitaan bahkan ketika
tujuannya tidak bisa dimengerti oleh kita.
Kita selalu memiliki sebuah pilihan dalam
penderitaan kita: apakah percaya kepada
Allah, sebagai bapa yang baik, dan menerima
rahmat yang baik yang diberikan kepada kita,
atau melawan Allah dalam ketidakpercayaan
dan marah, seolah-olah kita tahu lebih baik
daripada Dia yang melakukan yang terbaik
untuk kita.
8. Terkadang Allah membiarkan penderitaan
supaya kita sadar akan dosa kita,
kematian dan penghakiman yang tak
terelakkan, kekosongan karena terpisah
dari Allah, dan membantu kita untuk
bertobat dan berpaling kepada Allah.
Bandingkan dengan kisah Anak yang
hilang dalam Injil Lukas.
9. Katekismus mengajarkan: “Iman kepada
Allah, Bapa yang Mahakuasa dapat diuji
melalui pengalaman iman dan
penderitaan. (KGK 272)
Bandingkan dengan pengalaman Ayub
10. Tujuan penderitaan: melatih kerendahan hati
Jean Paul Sartre (seorang filsuf Ateis)
menulis: “Menjadi manusia adalah untuk
mencapai “menjadi Allah” atau jika Anda lebih
suka, pada dasarnya orang ingin menjadi
Allah (Dosa Adam dan Hawa)
Ketika lemah karena penderitaan, orang akan
bergantung pada Allah
Penderitaan mendekatkan orang pada Allah
11. “Our awareness of God starts where self-
sufficiency ends.”
― Harold S. Kushner
Kita sadar akan Allah ketika kita mulai
merasakan kemampuan diri untuk
mencukupi diri sendiri berakhir.
12. Dalam perjalanan sejarah berabad-abad,
telah diperlihatkan bahwa dalam penderitaan
tersembunyi kekuatan khusus yang menarik
orang unutk mendekatkan diri kepada Kristus
secara mendalam. St. Fransiskus Assisi, St.
Ignatius Loyola, dan yang lainnya mengalami
pertobatan yang mendalam. Hasil dari
pertobatan tersebut tidak hanya menemukan
arti penderitaan, tetapi lebih daripada itu
mereka menjadi manusia yang betul-betul
baru. (sd 26)
13. Memang benar bahwa penderitaan berarti
hukuman ketika itu dikaitkan dengan
kesalahan
Tetapi itu tidak benar bahwa penderitaan
adalah akibat atau konsekuensi dari
kesalahan dan ciri khas dari hukumuman.
Figur orang benar yaitu Ayub adalah bukti
yang jelas dalam kasus ini dalam
Perjanjian Lama SD 11
14. Santa Katarina dari Siena: ".. Setiap
penderitaan yang kita tanggung dari
berbagai macam sumber, dalam roh dan
tubuh, adalah kepantasan yang tidak
terbatas, yang bisa memberikan kelegaan
kepada musuh yang pantas untuk
mendapat hukuman tak terbatas”
Penderitaan yang menebus
15. “God’s job is not to make sick people
healthy. That’s the doctor’s job. God’s job
is to make sick people brave.”
― Harold S. Kushner, Conquering Fear:
Living Boldly in an Uncertain World
Allah Ayub tidak membuat orang sakit
menjadi lebih sehat. Itu adalah tabib dari
Ayub. Allah Ayub membuat orang sakit
menjadi lebih tangguh.