SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X
1
UPAYA YANG DAPAT DITEMPUH PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
DAN MALAYSIA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERBATASAN DI
LAUT SULAWESI DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM LAUT
INTERNASIONAL
Mahendra Putra Kurnia
(Dosen UP. Fakultas Hukum Universitas Mulawarman)
ABSTRACT
Indonesia and Malaysia involved on the teritorial waters conflict. After the sovereignty
disputes over Sipadan and Ligitan Islands on 2002, nowadays they have a serious conflict in
order to determine the sea teritorial border in Sulawesi waters. Malaysia was made a statement
that Blok Ambalat is under Malaysian sovereignty, according to the statement, Malaysia
Government give a petroleum concession to the Dutch – British Petroleum Company, Shell.
Indonesian Goverments raise a protest against Malaysian statement and their action to giving a
petroleum concession to the Dutch – British Petroleum Company, Shell. Indonesian Government
think that Blok Ambalat is under Indonesian sovereignty.
According to article 2 paragraph 3 and article 33 paragraph 1 United Nations
Charter, every states shall settle their international diputes by peaceful means such as
negotiation, enquiry, mediation, conciliation, arbitration, judicial settlement resort to regional
agencies or arranggements or other peaceful means on their own choice.
The United Nations Convention On The Law of The Sea 1982 also furnished the
settlement of disputes methods. Indonesia and Malaysia could use the UNCLOS 1982 settlement
of disputes methods in view that both countries have ratified the convention.
Key words : Indonesia, Malaysia, penyelesaian sengketa (settlement disputes), kedaulatan (sovereignty)
dan teritorial (teritory).
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara
kepulauan dengan wilayah yang sangat
luas, terutama untuk wilayah
perairannya. Kondisi yang sedemikian
rupa, dimungkinkan adanya
persengketaan-persengketaan dengan
negara tetangga yang dapat mengganggu
hubungan antar negara. Persengketaan-
persengketaan yang timbul bisa saja
dalam bidang politik, ekonomi sosial
ataupun budaya. Sejak Indonesia
merdeka, bangsa ini sering terlibat
dalam berbagai persengketaan dengan
negara tetangga dalam berbagai hal dan
bidang. Persengketaan dengan negara
serumpun Malaysia menjadi catatan
tersendiri dalam sejarah berdirinya
bangsa Indonesia sejak kemerdekaan
sampai sekarang.
Mengamati sejarah perjalanan
bangsa Indonesia dalam hubungannya
dengan Malaysia, sudah sejak sekitar
tahun 1960-an mengalami pasang surut.
Sejak era kepresidenan Soekarno,
Indonesia sudah mempunyai
permasalahan dengan Malaysia,
yang terkenal adalah pernyataan
“Ganyang Malaysia” yang
diserukan oleh Bung Karno pada
tanggal 27 Juli 1963 yang kemudian
berlanjut pada tanggal 3 Mei 1964,
Bung Karno meneriakkan Komando
Dwikora, yang pertama adalah
pertinggi pertahanan revolusi, kedua
menyerukan untuk membantu
revolusioner rakyat Malaya,
Singapura, Sabah dan Serawak
untuk menghancurkan Malaysia.
Hal ini dipicu oleh rencana
pembentukan negara Malaysia oleh
Pemerintah Inggris. Indonesia
merasa, pembentukan negara baru
tersebut adalah langkah imperialis
untuk mengepungnya. Tindakan ini
berbuntut pada sikap Indonesia yang
keluar dari keanggotaan PBB pada
tanggal 1 Januari 1965. Konfrontasi
dengan Malaysia menimbulkan
korban yang yang cukup besar bagi
Upaya Yang Dapat Ditempuh Pemerintah Republik …
Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X
2
pihak Indonesia, tak kurang sebanyak
590 orang meninggal, 222 orang luka-
luka dan 771 orang tertawan.
(Kompas,12 Maret 2005:40)
Memasuki tahun 1966, era
kepresidenan Soekarno berganti dengan
era kepresidenan Soeharto. Pada tanggal
11 Agustus 1966, konfrontasi dengan
Malaysia resmi berakhir dengan
ditandatanganinya naskah normalisasi
hubungan Indonesia – Malaysia (Jakarta
Accord), inti dari naskah tersebut adalah
persetujuan penghentian permusuhan.
Pada tahun itu juga, Indonesia masuk
kembali menjadi anggota PBB.
Seiring dengan waktu, hubungan
Indonesia – Malaysia berjalan dengan
baik, sehingga menimbulkan rasa
persahabatan yang cukup erat antara
kedua negara walaupun diwarnai dengan
beberapa konflik antar negara. Kurun
waktu tahun 1980-an mulai sering terjadi
permasalahan-permasalahan antara
Indonesia – Malaysia. Pada waktu itu,
upaya penyelesaian sengketa
kepemilikan atas Pulau Sipadan dan
Pulau Ligitan secara diplomatik terus
berlangsung sebagai akibat Klaim
Malaysia atas kedua pulau
tersebut.Tahun 1989, sengketa Flor de la
Mar mengancam hubungan Indonesia –
Malaysia. Sengketa ini dipicu oleh
perebutan kepemilikan harta karun dalam
bangkai kapal Portugis Flor de la Mar,
menurut catatan arsip kuno, kapal ini
mengangkut emas dan permata. Beranjak
tahun 1990, hubungan Indonesia –
Malaysia kembali mengalami ujian
dengan peristiwa digantungnya pelaut
Bugis bernama Basri Masse di Kepayan,
Kota Kinabalu, 19 Januari 1990 akibat
tersangkut kasus narkotika, yang menjadi
masalah adalah bahwa Indonesia baru
mengetahui kasus tersebut lima tahun
kemudian, pada saat Basri sedang
menjalani proses kasasi di Mahkamah
Agung Malaysia.
Akhir tahun 1990-an, berbagai
permasalahan mendera hubungan
Indonesia – Malaysia. Permasalahan
batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) di
Selat Malaka yang belum
terselesaikan mengakibatkan sering
terjadinya penangkapan kapal
nelayan dengan alasan melanggar
batas laut kedua negara.
Permasalahan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) ilegal menjadi
permasalahan yang hangat pada
waktu itu, banyak TKI dideportasi
dari Malaysia karena kedapatan
melanggar peraturan keimigrasian.
Kasus yang mencuat adalah
tewasnya 8 warga negara Indonesia
dan seorang polisi Malaysia akibat
kerusuhan di kamp penahanan
imigran ilegal di Semenyih
Malaysia pada tanggal 26 Maret
1998. Permasalahan TKI illegal ini
menjadi salah satu problem
hubungan Indonesia - Malaysia
sampai sekarang, termasuk
penganiayaan terhadap TKI.
Ditambah lagi maraknya pencurian
ikan (illegal fishing) di laut. 28 Juni
2001 terjadi kasus penembakan oleh
TNI AL terhadap kapal pelaut
Malaysia yang mencoba untuk
menabrak kapal patroli di Selat
Malaka.
Pemasalahan penyelundupan
kayu juga turut memanaskan
hubungan Indonesia – Malaysia,
dimana sering terjadi
penyelundupan oleh sejumlah
pengusaha Indonesia dengan
penduduk Malaysia.
17 Desember 2002,
Mahkamah Internasional di Deen
Haag Belanda memutuskan
kepemilikan atas Pulau Sipadan dan
Pulau Ligitan jatuh ke tangan
Malaysia. Hal ini sebagai upaya
akhir dari sengketa kepemilikan
kedua pulau tersebut yang telah
berlangsung selama puluhan tahun,
mengingat keputusan yang
dikeluarkan Mahkamah
Internasional bersifat final and
binding, dimana para pihak harus
mematuhi dan melaksanakan
keputusan tersebut tanpa ada
Upaya Yang Dapat Ditempuh Pemerintah Republik …
Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X
3
dimungkinkan upaya hukum lainnya.
Indonesia menerima keputusan tersebut.
Permasalahan yang terbaru adalah
persengketaan klaim kepemilikan
pertambangan minyak yang diprediksi
mempunyai potensi sekitar 1 miliar barel
minyak dan sekitar 40 triliun kaki kubik
gas. Lokasi yang diperebutkan adalah di
kawasan Blok Ambalat di Laut Sulawesi,
perairan sebelah timur Pulau Kalimantan.
Hal ini bermula dari pemberian konsesi
minyak (Production Sharing Contracts)
oleh Malaysia, dalam hal ini Petronas
kepada perusahaan minyak Shell di Laut
Sulawesi, perairan sebelah timur Pulau
Kalimantan pada tanggal 16 Februari
2005 di Kuala Lumpur.
Pemerintah Indonesia bereaksi
terhadap pemberian konsesi minyak
tersebut dengan mengirimkan nota
diplomatik berupa protes kepada
Pemerintah Malaysia atas pemberian
konsesi minyak di Blok Ambalat oleh
perusahaan minyak negara Malaysia,
Petronas kepada perusahaan minyak
Shell. Pemerintah Republik Indonesia
beranggapan bahwa pemberian hak
konsesi ini dilakukan dalam wilayah
perairan Indonesia di Laut Sulawesi
perairan sebelah timur Pulau Kalimantan.
Malaysia, berdasarkan peta yang
diterbitkan pada tahun 1979,
menganggap bahwa kawasan Blok
Ambalat masuk dalam wilayah teritorial
Malaysia. Peta tersebut menjadi dasar
untuk pemberian hak konsesi minyak
kepada Shell di kawasan Blok Ambalat
dan Ambalat Timur (Malaysia
menyebutnya Blok XYZ). Masalah
timbul karena menurut Indonesia, peta
tersebut diterbitkan secara sepihak dan
diprotes oleh Indonesia dan beberapa
negara Asia Tenggara lainnya serta
penetapan batas wilayah teritorial laut
tersebut tidak mengindahkan kaidah
hukum laut internasional yang
menyebutkan bahwa untuk menentukan
perbatasan teritorial laut diperlukan
adanya kesepakatan dari pihak-pihak
yang berkepentingan. Sejak tahun 1980
Indonesia terus menyampaikan protes
secara berkala terhadap peta
tersebut, Indonesia berpendapat
bahwa klaim Malaysia yang
tertuang dalam peta 1979 tersebut
merupakan pelanggaran terhadap
wilayah perairan yang berada di
bawah kedaulatan dan hak berdaulat
Indonesia.
Satu hal lagi yang menjadi
dasar bagi Indonesia dalam
persengketaan ini adalah bahwa
Pemerintah Republik Indonesia juga
telah memberikan hak konsesi atau
hak eksplorasi wilayah tersebut
sejak tahun 1967 dan tidak ada
protes dari negara tetangga,
khususnya Malaysia. Pada tahun
1967, wilayah Ambalat pertama kali
digarap oleh Total Indonesie yang
kemudian diikuti dengan pemberian
hak kepada beberapa perusahaan
minyak lainnya dan yang terbaru,
pada tanggal 12 Desember 2004
Indonesia memberikan hak kepada
Unocal Indonesia Ventures Ltd di
Blok Ambalat Timur.
Kesimpulannya adalah bahwa
kedua negara, Indonesia dan
Malaysia, sama-sama memberikan
hak konsesi eksplorasi di kawasan
yang sama kepada perusahaan yang
berbeda. Melda Kamil Ariadno,
dalam salah satu artikelnya
menyebut hal ini sebagai dua klaim
saling tumpang tindih antara kedua
negara bertetangga (overlapping
claim areas).
Persengketaan perebutan Blok
Ambalat ini menimbulkan efek
nasionalisme yang luar biasa dari
warga negara Indonesia di berbagai
belahan nusantara. Unjuk rasa atau
penyataan sikap terjadi dimana-
mana, baik dilakukan oleh
kelompok mahasiswa, jajaran
legislatif ataupun masyarakat pada
umumnya, intinya mereka menuntut
agar Pemerintah Republik Indonesia
bersikap tegas dalam
mempertahankan kedaulatan
wilayah negara, jangan sampai Blok
Upaya Yang Dapat Ditempuh Pemerintah Republik …
Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X
4
Ambalat jatuh ke tangan Malaysia. Di
Makasar telah dibentuk Front Ganyang
Malaysia yang membuka pendaftaran
bagi sukarelawan yang siap diterjunkan
dalam medan perang jika diperlukan,
semangat nasionalisme berkobar di
mana-mana. Situasi di daerah perbatasan
juga ikut memanas, kedua negara
mengerahkan peralatan militernya, baik
udara, darat maupun laut sebagai bentuk
kesiapan mereka dalam menjaga
kedaulatan wilayahnya.
Dari berbagai persengketaan yang
mewarnai hubungan Indonesia –
Malaysia diatas, khususnya
persengketaan terbaru dalam perebutan
Blok Ambalat hendaknya agar tetap
diselesaikan secara damai. Penyelesaian
sengketa secara damai adalah cara yang
dianjurkan oleh dunia internasional.
Adalah merupakan ketentuan hukum
positif bahwa penggunaan kekerasan
dalam hubungan antar negara telah
dilarang dan oleh karena itu sengketa-
sengketa internasional harus diselesaikan
secara damai. Keharusan menyelesaikan
sengketa secara damai pada mulanya
dicantumkan dalam pasal 1 Konvensi
mengenai Penyelesaian Sengketa-
sengketa Secara Damai yang ditanda
tangani di Den Haag pada 18 Oktober
1907, yang kemudian dikukuhkan oleh
pasal 2 ayat (3) Piagam PBB dan
selanjutnya oleh Deklarasi Prinsip-
prinsip Hukum Internasional mengenai
Hubungan Bersahabat dan dan
Kerjasama antar Negara yang diterima
oleh Majelis Umum PBB pada 24
Oktober 1970. Deklarasi ini meminta
pada semua negara untuk menyelesaikan
sengketa mereka dengan cara damai
sedemikian rupa agar perdamaian,
keamanan internasional dan keadilan
tidak sampai terganggu.
Hukum internasional tidak berisi
keharusan agar suatu negara memilih
prosedur penyelesaian tertentu. Hal ini
ditegaskan dalam pasal 33 (1) Piagam
PBB yang meminta kepada negara-
negara untuk menyelesaikan secara
damai sengketa-sengketa mereka sesuai
dengan kesepakatan yang dibuat.
Sebagai bukti bahwa penyelesaian
sengketa secara damai bisa
menyelesaikan sengketa, dapat
dilihat melalui berbagai
perundingan yang dilakukan oleh
perwakilan Indonesia, baik setingkat
kepala negara, setingkat menteri
ataupun delegasi yang bersifat
khusus, berbagai persengketaan
seperti pemasalahan TKI dapat
terselesaikan dengan baik tanpa
adanya konfrontasi militer. Bukti
lain, walaupun gagal melalui meja
perundingan dan memerlukan waktu
yang lama, akhirnya diteruskan
melalui Mahkamah Internasional,
Indonesia dan Malaysia bisa
menyelesaikan sengketa atas
kepemilikan Pulau Sipadan dan
Pulau Ligitan secara damai tanpa
adanya konfrontasi militer. Jika
melihat kasus perebutan Blok
Ambalat diatas, maka kasus tersebut
bisa dikategorikan sengketa
mengenai implementasi hukum laut
internasional. Unsur – unsur yang
mempengaruhi kasus tersebut
sedikit banyak mengenai hukum
laut internasional, dimana masalah
penetapan batas wilayah teritorial
laut antara Indonesia - Malaysia
menjadi inti dari kasus perebutan
Blok Ambalat, walau di lain pihak
unsur ekonomi masuk di dalamnya.
Penerapan metode
penyelesaian sengketa secara damai
sesuai dengan yang dianjurkan
dalam United Nations Conventions
on The Law of The Sea 1982
(UNCLOS 1982) bisa diterapkan,
mengingat Indonesia dan Malaysia
sudah meratifikasi konvensi
tersebut.
B. Perumusan Masalah
Tulisan ini membahas
mengenai metode penyelesaian
sengketa yang dapat ditempuh oleh
Indonesia dan Malaysia dalam
menyelesaikan sengketa perebutan
Upaya Yang Dapat Ditempuh Pemerintah Republik …
Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X
5
Blok Ambalat sesuai dengan United
Nations Conventions on The Law of The
Sea 1982 (UNCLOS 1982)
PEMBAHASAN
Konvensi Hukum Laut 1982
menyediakan berbagai metode dalam rangka
penyelesaian sengketa hukum laut. Dilihat
dari perkembangan sistem peradilan
internasional, mekanusme Konvensi ini
merupakan yang pertama kali dapat
mengarahkan negara-negara peserta untuk
menerima prosedur memaksa (compulsory
procedures), dengan sistem Konvensi maka
tidak ada lagi ruang bagi negara-negara
pihak Konvensi untuk menunda-nunda
sengketa hukum lautnya dengan
bersembunyi di belakang konsep kedaulatan
negara, karena Konvensi secara prinsip
mengharuskan negara-negara pihak untuk
menyelesaikan sengketanya melalui
mekanisme Konvensi. (Boer
Mauna,2000:377)
Penyelesaian sengketa diatur dalam
Bab XV tentang Settlement of Disputes,
Pasal 279 pada intinya menyebutkan bahwa
negara-negara pihak diberi kebebasan yang
luas untuk memilih prosedur yang
diinginkan sepanjang itu disepakati bersama.
Pasal ini mengarahkan penyelesaian
sengketa seperti yang dianjurkan dalam
Pasal 33 (1) Piagam PBB. Pasal 33 (1)
Piagam PBB menyebutkan jika terjadi
persengketaan hendaknya diselesaikan
dengan cara negotiation, enquiry, mediation,
conciliation, arbitration, judicial settlement
resort to regional agencies or
arranggements or other peaceful means on
their own choice.
Hubungannya dengan persengketaan
yang terjadi antara Indonesia – Malaysia,
kedua negara memilih untuk menggunakan
metode negotiation atau perundingan
diplomatis sebagai langkah awal untuk
menyelesaikan persengketaan mereka. Hal
ini terlihat dari pertemuan – pertemuan yang
sudah dilakukan oleh perwakilan kedua
negara, bahkan rencananya pada tanggal 23
– 24 Maret 2005 akan diadakan pertemuan
tim teknis kedua negara di Jakarta ( tulisan
ini selesai sebelum pertemuan tersebut
terlaksana)
Melihat sejarah hubungan
Indonesia – Malaysia, cara negosiasi ini
merupakan langkah yang tepat dalam
menyelesaikan sengketa. Indonesia –
Malaysia adalah dua negara besar di
kawasan Asia Tenggara yang
bersahabat, dan persahabatan inilah
yang bisa dijadikan dasar untuk
mengadakan sebuah perundingan
negosiasi dalam rangka mencari solusi
yang tepat. Menteri Luar negeri
Malaysia, Syed Hamid Albar, dalam
pernyataannya di media cetak nasional
Indonesia mnegatakan bahwa Indonesia
dan Malaysia memiliki hubungan yang
sangat dekat dan akrab, tidak ada hal
yang tidak bisa diselesaikan dengan
duduk bersama untuk mendiskusikan
sebuah persoalan.
Sejarah membuktikan banyak
sengketa antara Indonesia – Malaysia
yang upaya penyelesaiannya ditempuh
dengan cara perundingan. Permasalahan
TKI ditempuh dengan cara
perundingan, penyelesaian sengketa
perebutan Pulau Sipadan dan Pulau
Ligitan pada awalnya ditempuh dengan
cara perundingan, baik perundingan
antar kepala negara, tingkat menteri
pembentukan kelompok kerja sampai
pada tingkat perundingan antar wakil –
wakil khusus (special representative),
walau pada akhirnya upaya perundingan
tersebut tidak berhasil dan penyelesaian
akhir sengketa dilakukan melalui
Mahkamah Internasional.
Pada dasarnya metode
penyelesaian sengketa melalui
mekanisme perundingan ini adalah cara
konvensional yang selalu digunakan
dalam rangka upaya penyelesaian
sengketa oleh pihak manapun yang
bersengketa. Cara ini terkadang
memerlukan waktu yang sangat lama,
sebagai contoh perundingan sengketa
Pulau Sipadan – Ligitan memerlukan
waktu lebih dari 10 tahun. Hal ini bisa
terjadi karena dalam perundingan
dimungkinkan para pihak tetap
Upaya Yang Dapat Ditempuh Pemerintah Republik …
Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X
6
bersikeras dengan pendapatnya dan berusaha
untuk mematahkan argumentasi-argumentasi
yang diberikan pihak lawan kadang hal ini
dilakukan sebagai implementasi dari
kedaulatan yang dimiliki oleh masing –
masing pihak, sehingga susah untuk mencari
titk temu penyelesaian.
Waktu yang lama adalah resiko yang
harus diterima oleh para pihak jiak
menempuh cara ini, akan tetapi metode
negosiasi atau perundingan mempunyai sisi
positif, kedaulatan dari para pihak tetap
terjaga. Metode penyelesaian sengketa
melalui perundingan ini termasuk metode
penyelesaian non-yurisdiksional, dimana
tidak mengikat para pihak yang bersengketa.
Dalam sengketa perebutan Blok
Ambalat ini, dimungkinkan akan memakan
waktu perundingan yang tidak cukup sekali
dua kali perundingan, mengingat baik
Indonesia maupun Malaysia bersikeras
bahwa Blok Ambalat masuk dalam wilayah
teritorial mereka. Sekarang tinggal
bagaimana kemampuan diplomasi dari
masing – masing pihak disertai bukti – bukti
yang ada untuk meyakinkan pihak lawan
bahwa Blok Ambalat secara hukum
memang menjadi bagian dari wilayah
teritorial mereka.
Cara lain seperti mediasi (mediation)
juga dapat ditempuh oleh Indonesia dan
Malaysia dalam menyelesaikan
persengketaan mereka. Mediasi ini adalah
cara penyelesaian sengketa yang melibatkan
pihak ketiga untuk ikut membantu
menyelesaikan persengketaan. Sejarah
menyebutkan bahwa Indonesia pernah
menempuh cara ini dalam menyelesaikan
sengketanya. Mediasi Komisi Tiga Negara
(Australia, Belgia dan USA) yang dibentuk
PBB bulan Agustus 1997 sangat efektif
dalam rangka mencari penyelesaian sengketa
antara Indonesia dan Belanda, bahkan juga
ikut membantu perumusan Perjanjian
Renville (Boer Mauna,2000:192). Mediasi
juga banyak digunakan negara-negara lain
sebagai salah satu upaya dalam
menyelesaikan persengketaan yang mereka
hadapi.
Dalam hal tidak tercapainya suatu
penyelesaian dengan cara yang tersebut
diatas, Konvensi Hukum Laut 1982
mempunyai metode penyelesaian
sengketa yang tidak mengikat (non-
yurisdiksional) lainnya, yaitu dengan
metode konsiliasi (conciliation) seperti
yang diatur dalam Pasal 284 dan
teknisnya diatur dalam Lampiran V
Konvensi Hukum Laut 1982.
Cara penyelesaian perselisihan
menurut prosedur konsiliasi ini dimulai
dengan pemberitahuan dari salah satu
pihak yang berselisih kepada pihak
lainnya (pasal 1 Annex V UNCLOS
’82). Sekjen PBB akan memegang
nama-nama dari konsiliator (juru
damai) yang ditunjuk negara-negara
peserta Konvensi dimana setiap negara
dapat menunjuk 4 konsiliator dengan
persyaratan bahwa orang-orang tersebut
mempunyai reputasi tinggi, kompeten
dan memiliki integritas (pasal 2 Annex
V UNCLOS ’82).
Komisi konsiliasi terdiri dari 5
(lima) anggota, 2 dipilih oleh masing-
masing pihak (sebaiknya dari nama-
nama yang ada dalam daftar) dan yang
kelima dipilih dari daftar oleh keempat
anggota dan akan menjadi ketua Komisi
(Chairman). Jika penunjukan ini tak
dapat terlaksana, maka Sekjen PBB
akan menunjuknya dari dalam daftar
setelah mengadakan konsultasi dengan
pihak-pihak yang bersangkutan (pasal 3
Annex V UNCLOS ’82).
Keputusan-keputusan tentang
masalah proseduril, laporan-laporan dan
rekomendasi dari Komisi, dilaksanakan
dengan pemungutan suara terbanyak
(pasal 4 Annex V UNCLOS ’82).
Komisi akan mendengar pihak-
pihak yang berselisih, memeriksa klaim
mereka, serta keberatan-keberatan yang
diajukan dan menyiapkan usul-usul
untuk penyelesaian secara damai (pasal
6 Annex V UNCLOS ’82).
Komisi akan memberikan suatu
hasil telaahan (report) di dalam waktu
12 bulan sejak komisi terbentuk. Report
akan mencatat setiap persetujuan yang
dicapai, persetujuan yang gagal,
kesimpulan-kesimpulan atas semua
Upaya Yang Dapat Ditempuh Pemerintah Republik …
Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X
7
fakta dan hukumnya, yang penting bagi
masalah yang diperselisihkan dan
rekomendasi yang dipandang komisi
bermanfaat untuk penyelesaian perdamaian.
Report akan disimpan dikantor
Sekjen PBB dan akan segera
diteruskan ke masing-masing pihak. Report
ini tidak mengikat pihak-pihak yang
bersangkutan (pasal 7 Annex V UNCLOS
’82).
Konsiliasi akan berakhir apabila
penyelesaian telah tercapai, pada waktu
pihak-pihak yang bersangkutan menerima
atau salah satu pihak pihak menolak report
dengan nota tertulis yang dialamatkan ke
Sekjen PBB atau apabila jangka waktu 3
bulan telah lewat sejak report disampaikan
kepada para pihak (pasal 8 Annex V
UNCLOS ’82). Uang jasa dan pengeluaran-
pengeluaran Komisi dibebankan pada pihak
yang berselisih (pasal 9 Annex V UNCLOS
’82)
Akhirnya jika melalui prosedur yang
telah tersebutkan diatas, para pihak belum
dapat menyelesaikan sengketanya, maka
diterapkan prosedur selanjutnya yaitu
menyampaikan ke salah satu badan peradilan
yang disediakan oleh konvensi sesuai
dengan Pasal 287 Konvensi Hukum Laut
1982, yaitu :
1. Mahkamah / Tribunal Internasional
Hukum Laut;
2. Mahkamah Internasional;
3. Tribunal Arbitrase;
4. Tribunal Arbitrasi khusus
Lembaga-lembaga tersebut
mempunyai yurisdiksi atas perselisihan yang
diajukan kepadanya tentang interpretasi dan
penerapan ketentuan-ketentuan Konvensi ini.
Khusus untuk Arbitrase Khusus,
prosedurnya ditentukan dalam Annex VIII
serta diperuntukkan bagi perselisihan
tentang :
1. perikanan;
2. perlindungan dan pemeliharaan
lingkungan kelautan;
3. riset ilmiah lautan;
4. navigasi termasuk polusi kapal dari
dumping.
Adapun lembaga – lembaga yang
tersebut diatas adalah lembaga yang
mempunyai keputusan mengikat
(binding decisions). Setiap keputusan
yang dikeluarkan oleh lembaga tersebut
merupakan putusan akhir (final
decisions).
Indonesia dan Malaysia pernah
menggunakan metode penyelesaian
sengketa mengikat ini (melalui
Mahkamah Internasional) sewaktu
menyelesaikan sengketa perebutan
Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan.
Pada akhirnya dapat dilihat
bahwa banyak cara yang bisa ditempuh
oleh Indonesia – Malaysia dalam
rangka menyelesaikan persengketaan
mereka, baik secara non –
yurisdiksional ataupun yang bersifat
yurisdiksional selama itu merupakan
kesepakatan bersama dan dalam
kerangka penyelesaian sengketa secara
damai.
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat ditarik
dari pembahasan diatas adalah bahwa
banyak cara yang bisa ditempuh oleh
Indonesia dan Malaysia dalam
menyelesaikan sengketa mereka yang
diatur oleh Konvensi Hukum Laut 1982
baik secara yurisdiksional maupun non-
yurisdiksional. Saran yang bisa
diberikan adalah agar kedua negara
tetap menggunakan penyelesaian
sengketa secara damai dalam suasana
yang bersahabat sebagai negara
bertetangga dan tidak menggunakan
cara – cara kekerasan atau konfrontasi
militer yang bisa menimbulkan
kerugian yang lebih besar bagi kedua
negara.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Anwar, Chairul., 2000,
Hukum Internasional; Horizon Baru
Hukum Laut Internasional,
Djambatan, Jakarta.
Upaya Yang Dapat Ditempuh Pemerintah Republik …
Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X
8
Mauna, Boer., 2000, Hukum
Internasional-Pengertian, Peranan Dan
Fungsi Dalam Era Dinamika Global,
Alumni, Bandung.
Subagyo, P. Joko., 2002, Hukum
Laut Indonesia;Edisi Baru, Rineka
Cipta, Jakarta.
B. Peraturan Hukum
Piagam PBB
Undang-undang Nomor 17
tahun 1985 tentang Pengesahan
United Nations Convention on The
Law of The Sea.
United Nations Convention On
The Law Of The Sea 1982.
C. Lain – lain
www.deplu.go.id.
www.kompas.com

More Related Content

What's hot

Resume Materi Geopolitik
Resume Materi GeopolitikResume Materi Geopolitik
Resume Materi GeopolitikAli Sakir
 
Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1eli priyatna laidan
 
Batas Negara Indonesia
Batas Negara IndonesiaBatas Negara Indonesia
Batas Negara IndonesiaHaikal Tales
 
Analisa kasus sipadan
Analisa kasus sipadanAnalisa kasus sipadan
Analisa kasus sipadansilgio15
 
Konflik jepang cina
Konflik jepang cinaKonflik jepang cina
Konflik jepang cinabayuunand
 
Konflik Cina & Jepang - Perebutan Pulau Senkaku
Konflik Cina & Jepang - Perebutan Pulau SenkakuKonflik Cina & Jepang - Perebutan Pulau Senkaku
Konflik Cina & Jepang - Perebutan Pulau SenkakuSisfors Media
 
Bab 2 tentang wilayah nkri p.1
Bab 2 tentang wilayah nkri p.1Bab 2 tentang wilayah nkri p.1
Bab 2 tentang wilayah nkri p.1Rama Putra
 
Geopolitik (modul etika, profesional dan humaniora)
Geopolitik (modul etika, profesional dan humaniora)Geopolitik (modul etika, profesional dan humaniora)
Geopolitik (modul etika, profesional dan humaniora)fikri asyura
 
Unclos 1982
Unclos 1982Unclos 1982
Unclos 1982Sei Enim
 
Kelompok 1 (pkn)
Kelompok 1 (pkn)Kelompok 1 (pkn)
Kelompok 1 (pkn)Nandaprita
 
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Wilayah Negara Kesatuan Republik IndonesiaWilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Wilayah Negara Kesatuan Republik IndonesiaMuhammad Fikri Pratama
 
Rekonstruksi Keamaan Maritim dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan Wilayah
Rekonstruksi Keamaan Maritim dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan WilayahRekonstruksi Keamaan Maritim dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan Wilayah
Rekonstruksi Keamaan Maritim dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan WilayahAhmadPrawira1
 
Sejarah kemerdekaan indonesia
Sejarah kemerdekaan indonesiaSejarah kemerdekaan indonesia
Sejarah kemerdekaan indonesiaDwi Firmansyah
 
wilayah nkri
wilayah nkriwilayah nkri
wilayah nkriabd_
 
Batas batas indonesia
Batas batas indonesiaBatas batas indonesia
Batas batas indonesiadarmanbewok
 

What's hot (20)

Ppkn
PpknPpkn
Ppkn
 
Resume Materi Geopolitik
Resume Materi GeopolitikResume Materi Geopolitik
Resume Materi Geopolitik
 
Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1
 
Batas Negara Indonesia
Batas Negara IndonesiaBatas Negara Indonesia
Batas Negara Indonesia
 
Analisa kasus sipadan
Analisa kasus sipadanAnalisa kasus sipadan
Analisa kasus sipadan
 
Konflik jepang cina
Konflik jepang cinaKonflik jepang cina
Konflik jepang cina
 
Konflik Cina & Jepang - Perebutan Pulau Senkaku
Konflik Cina & Jepang - Perebutan Pulau SenkakuKonflik Cina & Jepang - Perebutan Pulau Senkaku
Konflik Cina & Jepang - Perebutan Pulau Senkaku
 
Bab 2 tentang wilayah nkri p.1
Bab 2 tentang wilayah nkri p.1Bab 2 tentang wilayah nkri p.1
Bab 2 tentang wilayah nkri p.1
 
Geopolitik (modul etika, profesional dan humaniora)
Geopolitik (modul etika, profesional dan humaniora)Geopolitik (modul etika, profesional dan humaniora)
Geopolitik (modul etika, profesional dan humaniora)
 
Unclos 1982
Unclos 1982Unclos 1982
Unclos 1982
 
Kelompok 1 (pkn)
Kelompok 1 (pkn)Kelompok 1 (pkn)
Kelompok 1 (pkn)
 
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Wilayah Negara Kesatuan Republik IndonesiaWilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
 
Batas wilayah
Batas wilayahBatas wilayah
Batas wilayah
 
Rekonstruksi Keamaan Maritim dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan Wilayah
Rekonstruksi Keamaan Maritim dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan WilayahRekonstruksi Keamaan Maritim dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan Wilayah
Rekonstruksi Keamaan Maritim dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan Wilayah
 
Sejarah kemerdekaan indonesia
Sejarah kemerdekaan indonesiaSejarah kemerdekaan indonesia
Sejarah kemerdekaan indonesia
 
PKN
PKNPKN
PKN
 
wilayah nkri
wilayah nkriwilayah nkri
wilayah nkri
 
Batas batas indonesia
Batas batas indonesiaBatas batas indonesia
Batas batas indonesia
 
Kewiraan
KewiraanKewiraan
Kewiraan
 
Pkn menjelajah nkri
Pkn menjelajah nkriPkn menjelajah nkri
Pkn menjelajah nkri
 

Viewers also liked

Tugas hukum udara
Tugas hukum udaraTugas hukum udara
Tugas hukum udaraAmina Ar
 
Puzzle perf im_partie_1
Puzzle perf im_partie_1Puzzle perf im_partie_1
Puzzle perf im_partie_1Karoly Spy
 
SalesUP - Akılcı Yönetim Araçları - Pazarlama
SalesUP - Akılcı Yönetim Araçları - PazarlamaSalesUP - Akılcı Yönetim Araçları - Pazarlama
SalesUP - Akılcı Yönetim Araçları - PazarlamaMurat Kaplan
 
irfhan k cyber law assignment
irfhan k cyber law assignment irfhan k cyber law assignment
irfhan k cyber law assignment Irfhan K Sorab
 
Konvensi pbb tentang laut lepas
Konvensi pbb tentang laut lepasKonvensi pbb tentang laut lepas
Konvensi pbb tentang laut lepasahmad akhyar
 
My vacation
My vacationMy vacation
My vacation11202029
 
Bai trinh dien thuc day tinh to mo hoc sinh
Bai trinh dien thuc day tinh to mo hoc sinhBai trinh dien thuc day tinh to mo hoc sinh
Bai trinh dien thuc day tinh to mo hoc sinhViet_Anh_0709
 
Final reqcommtheories
Final reqcommtheoriesFinal reqcommtheories
Final reqcommtheoriesJethro Robles
 
(GERİLLA HALKLA İLİŞKİLER-GERİLLA PAZARLAMA)
 (GERİLLA HALKLA İLİŞKİLER-GERİLLA PAZARLAMA) (GERİLLA HALKLA İLİŞKİLER-GERİLLA PAZARLAMA)
(GERİLLA HALKLA İLİŞKİLER-GERİLLA PAZARLAMA)Gülşah Silo
 
Thanksgiving day
Thanksgiving dayThanksgiving day
Thanksgiving dayRDVega
 
Vapourcompressionrefrigeration 140614054320-phpapp02 (1)
Vapourcompressionrefrigeration 140614054320-phpapp02 (1)Vapourcompressionrefrigeration 140614054320-phpapp02 (1)
Vapourcompressionrefrigeration 140614054320-phpapp02 (1)Jagadeesan Jaga
 
Facebook... Úgysem ússzuk meg, inkább csináljuk jól! - Mediapiac konferencia'14
Facebook... Úgysem ússzuk meg, inkább csináljuk jól! - Mediapiac konferencia'14Facebook... Úgysem ússzuk meg, inkább csináljuk jól! - Mediapiac konferencia'14
Facebook... Úgysem ússzuk meg, inkább csináljuk jól! - Mediapiac konferencia'14Ákos Szabó
 
Cep Telefonlarımızda ki Gizli Tehlike SAR değeri
Cep Telefonlarımızda ki Gizli Tehlike SAR değeriCep Telefonlarımızda ki Gizli Tehlike SAR değeri
Cep Telefonlarımızda ki Gizli Tehlike SAR değeriGülşah Silo
 

Viewers also liked (20)

Tugas hukum udara
Tugas hukum udaraTugas hukum udara
Tugas hukum udara
 
Perangkat keras komputer
Perangkat keras komputerPerangkat keras komputer
Perangkat keras komputer
 
Untitled Presentation
Untitled PresentationUntitled Presentation
Untitled Presentation
 
Puzzle perf im_partie_1
Puzzle perf im_partie_1Puzzle perf im_partie_1
Puzzle perf im_partie_1
 
SalesUP - Akılcı Yönetim Araçları - Pazarlama
SalesUP - Akılcı Yönetim Araçları - PazarlamaSalesUP - Akılcı Yönetim Araçları - Pazarlama
SalesUP - Akılcı Yönetim Araçları - Pazarlama
 
Materi Evaluasi
Materi EvaluasiMateri Evaluasi
Materi Evaluasi
 
Untitled Presentation
Untitled PresentationUntitled Presentation
Untitled Presentation
 
irfhan k cyber law assignment
irfhan k cyber law assignment irfhan k cyber law assignment
irfhan k cyber law assignment
 
Konvensi pbb tentang laut lepas
Konvensi pbb tentang laut lepasKonvensi pbb tentang laut lepas
Konvensi pbb tentang laut lepas
 
ERP kime lazım ?
ERP kime lazım ?ERP kime lazım ?
ERP kime lazım ?
 
My vacation
My vacationMy vacation
My vacation
 
Bai trinh dien thuc day tinh to mo hoc sinh
Bai trinh dien thuc day tinh to mo hoc sinhBai trinh dien thuc day tinh to mo hoc sinh
Bai trinh dien thuc day tinh to mo hoc sinh
 
Humility and meek
Humility and meekHumility and meek
Humility and meek
 
Final reqcommtheories
Final reqcommtheoriesFinal reqcommtheories
Final reqcommtheories
 
(GERİLLA HALKLA İLİŞKİLER-GERİLLA PAZARLAMA)
 (GERİLLA HALKLA İLİŞKİLER-GERİLLA PAZARLAMA) (GERİLLA HALKLA İLİŞKİLER-GERİLLA PAZARLAMA)
(GERİLLA HALKLA İLİŞKİLER-GERİLLA PAZARLAMA)
 
Thanksgiving day
Thanksgiving dayThanksgiving day
Thanksgiving day
 
Vapourcompressionrefrigeration 140614054320-phpapp02 (1)
Vapourcompressionrefrigeration 140614054320-phpapp02 (1)Vapourcompressionrefrigeration 140614054320-phpapp02 (1)
Vapourcompressionrefrigeration 140614054320-phpapp02 (1)
 
Facebook... Úgysem ússzuk meg, inkább csináljuk jól! - Mediapiac konferencia'14
Facebook... Úgysem ússzuk meg, inkább csináljuk jól! - Mediapiac konferencia'14Facebook... Úgysem ússzuk meg, inkább csináljuk jól! - Mediapiac konferencia'14
Facebook... Úgysem ússzuk meg, inkább csináljuk jól! - Mediapiac konferencia'14
 
Pejabat negara
Pejabat negara Pejabat negara
Pejabat negara
 
Cep Telefonlarımızda ki Gizli Tehlike SAR değeri
Cep Telefonlarımızda ki Gizli Tehlike SAR değeriCep Telefonlarımızda ki Gizli Tehlike SAR değeri
Cep Telefonlarımızda ki Gizli Tehlike SAR değeri
 

Similar to Penyelesaian sengketa perbatasan2

Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...
Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...
Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...Luhur Moekti Prayogo
 
DOKUMEN -4 PERSOALAN ISU NASIONAL, LATAR BELAKANG, SIKAP INDONESIA TERHADAP I...
DOKUMEN -4 PERSOALAN ISU NASIONAL, LATAR BELAKANG, SIKAP INDONESIA TERHADAP I...DOKUMEN -4 PERSOALAN ISU NASIONAL, LATAR BELAKANG, SIKAP INDONESIA TERHADAP I...
DOKUMEN -4 PERSOALAN ISU NASIONAL, LATAR BELAKANG, SIKAP INDONESIA TERHADAP I...WidanFauzan
 
Isu sempadan suraya
Isu sempadan   surayaIsu sempadan   suraya
Isu sempadan surayaIPDA
 
persengketaan wilayah
persengketaan wilayahpersengketaan wilayah
persengketaan wilayahAyu Aliyatun
 
Sejarah maritim-indonesia
Sejarah maritim-indonesiaSejarah maritim-indonesia
Sejarah maritim-indonesiareskydc
 
Pasang Surut Indonesia Malaysia
Pasang Surut Indonesia MalaysiaPasang Surut Indonesia Malaysia
Pasang Surut Indonesia MalaysiaLinda Falasifah
 
Perkembangan wilayah indonesia
Perkembangan wilayah indonesiaPerkembangan wilayah indonesia
Perkembangan wilayah indonesiaEva Yusinta
 
Pulau yang bersengketa
Pulau yang bersengketaPulau yang bersengketa
Pulau yang bersengketaWarnet Raha
 
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)AkbarYahyaYogerasi2
 
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)Luhur Moekti Prayogo
 
Traktat
TraktatTraktat
TraktatAr Ti
 
Rizky darmawan tugas.2 perbatasan
Rizky darmawan tugas.2 perbatasanRizky darmawan tugas.2 perbatasan
Rizky darmawan tugas.2 perbatasanRizkyDarmawan49
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Pkn laut indonesia
 Pkn laut indonesia Pkn laut indonesia
Pkn laut indonesiaR0Ssy
 

Similar to Penyelesaian sengketa perbatasan2 (20)

Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...
Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...
Makalah Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Konflik Kepulauan Natuna (By Mar...
 
DOKUMEN -4 PERSOALAN ISU NASIONAL, LATAR BELAKANG, SIKAP INDONESIA TERHADAP I...
DOKUMEN -4 PERSOALAN ISU NASIONAL, LATAR BELAKANG, SIKAP INDONESIA TERHADAP I...DOKUMEN -4 PERSOALAN ISU NASIONAL, LATAR BELAKANG, SIKAP INDONESIA TERHADAP I...
DOKUMEN -4 PERSOALAN ISU NASIONAL, LATAR BELAKANG, SIKAP INDONESIA TERHADAP I...
 
Hukum laut Indonesia
Hukum laut IndonesiaHukum laut Indonesia
Hukum laut Indonesia
 
Isu sempadan suraya
Isu sempadan   surayaIsu sempadan   suraya
Isu sempadan suraya
 
persengketaan wilayah
persengketaan wilayahpersengketaan wilayah
persengketaan wilayah
 
Sejarah maritim-indonesia
Sejarah maritim-indonesiaSejarah maritim-indonesia
Sejarah maritim-indonesia
 
Pasang Surut Indonesia Malaysia
Pasang Surut Indonesia MalaysiaPasang Surut Indonesia Malaysia
Pasang Surut Indonesia Malaysia
 
Askep archipelago
Askep archipelagoAskep archipelago
Askep archipelago
 
Askep archipelago AKPER PEMKAB MUNA
Askep archipelago  AKPER PEMKAB MUNA Askep archipelago  AKPER PEMKAB MUNA
Askep archipelago AKPER PEMKAB MUNA
 
Perkembangan wilayah indonesia
Perkembangan wilayah indonesiaPerkembangan wilayah indonesia
Perkembangan wilayah indonesia
 
Pulau yang bersengketa
Pulau yang bersengketaPulau yang bersengketa
Pulau yang bersengketa
 
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)
 
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)
 
Traktat
TraktatTraktat
Traktat
 
Rizky darmawan tugas.2 perbatasan
Rizky darmawan tugas.2 perbatasanRizky darmawan tugas.2 perbatasan
Rizky darmawan tugas.2 perbatasan
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Pkn laut indonesia
 Pkn laut indonesia Pkn laut indonesia
Pkn laut indonesia
 
Pulau pulau terluar
Pulau pulau terluarPulau pulau terluar
Pulau pulau terluar
 
Materi 9
Materi 9Materi 9
Materi 9
 
Perubahan teritorial
Perubahan teritorialPerubahan teritorial
Perubahan teritorial
 

More from ahmad akhyar

Akhyar pulsa agenn a
Akhyar pulsa agenn aAkhyar pulsa agenn a
Akhyar pulsa agenn aahmad akhyar
 
Akhyar pulsa agenn bos
Akhyar pulsa agenn bosAkhyar pulsa agenn bos
Akhyar pulsa agenn bosahmad akhyar
 
Penanganan perbatasan maritim
Penanganan perbatasan maritimPenanganan perbatasan maritim
Penanganan perbatasan maritimahmad akhyar
 
Menetapkan batas kedaulatan wilayah udara
Menetapkan batas kedaulatan wilayah udaraMenetapkan batas kedaulatan wilayah udara
Menetapkan batas kedaulatan wilayah udaraahmad akhyar
 
Makalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesiaMakalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesiaahmad akhyar
 
Kedaulatan wilayah 01
Kedaulatan wilayah 01Kedaulatan wilayah 01
Kedaulatan wilayah 01ahmad akhyar
 
Kedaulatan ryang udara negara
Kedaulatan ryang udara negaraKedaulatan ryang udara negara
Kedaulatan ryang udara negaraahmad akhyar
 
Kedaulatan negara di ruang udara a2
Kedaulatan negara di ruang udara a2Kedaulatan negara di ruang udara a2
Kedaulatan negara di ruang udara a2ahmad akhyar
 
Geopolitik indonesia a2
Geopolitik indonesia a2Geopolitik indonesia a2
Geopolitik indonesia a2ahmad akhyar
 
Pembangunan hukum kelautan
Pembangunan hukum kelautan Pembangunan hukum kelautan
Pembangunan hukum kelautan ahmad akhyar
 
Materi hukum laut 02
Materi hukum laut 02 Materi hukum laut 02
Materi hukum laut 02 ahmad akhyar
 
Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia ahmad akhyar
 
Batas maritim antar negara
Batas maritim antar negara Batas maritim antar negara
Batas maritim antar negara ahmad akhyar
 

More from ahmad akhyar (20)

Akhyar pulsa agenn a
Akhyar pulsa agenn aAkhyar pulsa agenn a
Akhyar pulsa agenn a
 
Akhyar pulsa agen
Akhyar pulsa agenAkhyar pulsa agen
Akhyar pulsa agen
 
Akhyar pulsa agen
Akhyar pulsa agenAkhyar pulsa agen
Akhyar pulsa agen
 
Akhyar pulsa agenn bos
Akhyar pulsa agenn bosAkhyar pulsa agenn bos
Akhyar pulsa agenn bos
 
Akhyar pulsa
Akhyar pulsa Akhyar pulsa
Akhyar pulsa
 
Penanganan perbatasan maritim
Penanganan perbatasan maritimPenanganan perbatasan maritim
Penanganan perbatasan maritim
 
Menetapkan batas kedaulatan wilayah udara
Menetapkan batas kedaulatan wilayah udaraMenetapkan batas kedaulatan wilayah udara
Menetapkan batas kedaulatan wilayah udara
 
Makalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesiaMakalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesia
 
Laut lepas 02
Laut lepas 02Laut lepas 02
Laut lepas 02
 
Kedaulatan wilayah 01
Kedaulatan wilayah 01Kedaulatan wilayah 01
Kedaulatan wilayah 01
 
Kedaulatan ryang udara negara
Kedaulatan ryang udara negaraKedaulatan ryang udara negara
Kedaulatan ryang udara negara
 
Laut lepas 01
Laut lepas 01Laut lepas 01
Laut lepas 01
 
Laut lepas 04
Laut lepas 04Laut lepas 04
Laut lepas 04
 
Kedaulatan negara di ruang udara a2
Kedaulatan negara di ruang udara a2Kedaulatan negara di ruang udara a2
Kedaulatan negara di ruang udara a2
 
Geopolitik indonesia a2
Geopolitik indonesia a2Geopolitik indonesia a2
Geopolitik indonesia a2
 
Pembangunan hukum kelautan
Pembangunan hukum kelautan Pembangunan hukum kelautan
Pembangunan hukum kelautan
 
Materi hukum laut 02
Materi hukum laut 02 Materi hukum laut 02
Materi hukum laut 02
 
Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia
 
Batas maritim antar negara
Batas maritim antar negara Batas maritim antar negara
Batas maritim antar negara
 
Explore
Explore Explore
Explore
 

Penyelesaian sengketa perbatasan2

  • 1. Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X 1 UPAYA YANG DAPAT DITEMPUH PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN MALAYSIA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERBATASAN DI LAUT SULAWESI DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM LAUT INTERNASIONAL Mahendra Putra Kurnia (Dosen UP. Fakultas Hukum Universitas Mulawarman) ABSTRACT Indonesia and Malaysia involved on the teritorial waters conflict. After the sovereignty disputes over Sipadan and Ligitan Islands on 2002, nowadays they have a serious conflict in order to determine the sea teritorial border in Sulawesi waters. Malaysia was made a statement that Blok Ambalat is under Malaysian sovereignty, according to the statement, Malaysia Government give a petroleum concession to the Dutch – British Petroleum Company, Shell. Indonesian Goverments raise a protest against Malaysian statement and their action to giving a petroleum concession to the Dutch – British Petroleum Company, Shell. Indonesian Government think that Blok Ambalat is under Indonesian sovereignty. According to article 2 paragraph 3 and article 33 paragraph 1 United Nations Charter, every states shall settle their international diputes by peaceful means such as negotiation, enquiry, mediation, conciliation, arbitration, judicial settlement resort to regional agencies or arranggements or other peaceful means on their own choice. The United Nations Convention On The Law of The Sea 1982 also furnished the settlement of disputes methods. Indonesia and Malaysia could use the UNCLOS 1982 settlement of disputes methods in view that both countries have ratified the convention. Key words : Indonesia, Malaysia, penyelesaian sengketa (settlement disputes), kedaulatan (sovereignty) dan teritorial (teritory). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan dengan wilayah yang sangat luas, terutama untuk wilayah perairannya. Kondisi yang sedemikian rupa, dimungkinkan adanya persengketaan-persengketaan dengan negara tetangga yang dapat mengganggu hubungan antar negara. Persengketaan- persengketaan yang timbul bisa saja dalam bidang politik, ekonomi sosial ataupun budaya. Sejak Indonesia merdeka, bangsa ini sering terlibat dalam berbagai persengketaan dengan negara tetangga dalam berbagai hal dan bidang. Persengketaan dengan negara serumpun Malaysia menjadi catatan tersendiri dalam sejarah berdirinya bangsa Indonesia sejak kemerdekaan sampai sekarang. Mengamati sejarah perjalanan bangsa Indonesia dalam hubungannya dengan Malaysia, sudah sejak sekitar tahun 1960-an mengalami pasang surut. Sejak era kepresidenan Soekarno, Indonesia sudah mempunyai permasalahan dengan Malaysia, yang terkenal adalah pernyataan “Ganyang Malaysia” yang diserukan oleh Bung Karno pada tanggal 27 Juli 1963 yang kemudian berlanjut pada tanggal 3 Mei 1964, Bung Karno meneriakkan Komando Dwikora, yang pertama adalah pertinggi pertahanan revolusi, kedua menyerukan untuk membantu revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah dan Serawak untuk menghancurkan Malaysia. Hal ini dipicu oleh rencana pembentukan negara Malaysia oleh Pemerintah Inggris. Indonesia merasa, pembentukan negara baru tersebut adalah langkah imperialis untuk mengepungnya. Tindakan ini berbuntut pada sikap Indonesia yang keluar dari keanggotaan PBB pada tanggal 1 Januari 1965. Konfrontasi dengan Malaysia menimbulkan korban yang yang cukup besar bagi
  • 2. Upaya Yang Dapat Ditempuh Pemerintah Republik … Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X 2 pihak Indonesia, tak kurang sebanyak 590 orang meninggal, 222 orang luka- luka dan 771 orang tertawan. (Kompas,12 Maret 2005:40) Memasuki tahun 1966, era kepresidenan Soekarno berganti dengan era kepresidenan Soeharto. Pada tanggal 11 Agustus 1966, konfrontasi dengan Malaysia resmi berakhir dengan ditandatanganinya naskah normalisasi hubungan Indonesia – Malaysia (Jakarta Accord), inti dari naskah tersebut adalah persetujuan penghentian permusuhan. Pada tahun itu juga, Indonesia masuk kembali menjadi anggota PBB. Seiring dengan waktu, hubungan Indonesia – Malaysia berjalan dengan baik, sehingga menimbulkan rasa persahabatan yang cukup erat antara kedua negara walaupun diwarnai dengan beberapa konflik antar negara. Kurun waktu tahun 1980-an mulai sering terjadi permasalahan-permasalahan antara Indonesia – Malaysia. Pada waktu itu, upaya penyelesaian sengketa kepemilikan atas Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan secara diplomatik terus berlangsung sebagai akibat Klaim Malaysia atas kedua pulau tersebut.Tahun 1989, sengketa Flor de la Mar mengancam hubungan Indonesia – Malaysia. Sengketa ini dipicu oleh perebutan kepemilikan harta karun dalam bangkai kapal Portugis Flor de la Mar, menurut catatan arsip kuno, kapal ini mengangkut emas dan permata. Beranjak tahun 1990, hubungan Indonesia – Malaysia kembali mengalami ujian dengan peristiwa digantungnya pelaut Bugis bernama Basri Masse di Kepayan, Kota Kinabalu, 19 Januari 1990 akibat tersangkut kasus narkotika, yang menjadi masalah adalah bahwa Indonesia baru mengetahui kasus tersebut lima tahun kemudian, pada saat Basri sedang menjalani proses kasasi di Mahkamah Agung Malaysia. Akhir tahun 1990-an, berbagai permasalahan mendera hubungan Indonesia – Malaysia. Permasalahan batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) di Selat Malaka yang belum terselesaikan mengakibatkan sering terjadinya penangkapan kapal nelayan dengan alasan melanggar batas laut kedua negara. Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal menjadi permasalahan yang hangat pada waktu itu, banyak TKI dideportasi dari Malaysia karena kedapatan melanggar peraturan keimigrasian. Kasus yang mencuat adalah tewasnya 8 warga negara Indonesia dan seorang polisi Malaysia akibat kerusuhan di kamp penahanan imigran ilegal di Semenyih Malaysia pada tanggal 26 Maret 1998. Permasalahan TKI illegal ini menjadi salah satu problem hubungan Indonesia - Malaysia sampai sekarang, termasuk penganiayaan terhadap TKI. Ditambah lagi maraknya pencurian ikan (illegal fishing) di laut. 28 Juni 2001 terjadi kasus penembakan oleh TNI AL terhadap kapal pelaut Malaysia yang mencoba untuk menabrak kapal patroli di Selat Malaka. Pemasalahan penyelundupan kayu juga turut memanaskan hubungan Indonesia – Malaysia, dimana sering terjadi penyelundupan oleh sejumlah pengusaha Indonesia dengan penduduk Malaysia. 17 Desember 2002, Mahkamah Internasional di Deen Haag Belanda memutuskan kepemilikan atas Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan jatuh ke tangan Malaysia. Hal ini sebagai upaya akhir dari sengketa kepemilikan kedua pulau tersebut yang telah berlangsung selama puluhan tahun, mengingat keputusan yang dikeluarkan Mahkamah Internasional bersifat final and binding, dimana para pihak harus mematuhi dan melaksanakan keputusan tersebut tanpa ada
  • 3. Upaya Yang Dapat Ditempuh Pemerintah Republik … Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X 3 dimungkinkan upaya hukum lainnya. Indonesia menerima keputusan tersebut. Permasalahan yang terbaru adalah persengketaan klaim kepemilikan pertambangan minyak yang diprediksi mempunyai potensi sekitar 1 miliar barel minyak dan sekitar 40 triliun kaki kubik gas. Lokasi yang diperebutkan adalah di kawasan Blok Ambalat di Laut Sulawesi, perairan sebelah timur Pulau Kalimantan. Hal ini bermula dari pemberian konsesi minyak (Production Sharing Contracts) oleh Malaysia, dalam hal ini Petronas kepada perusahaan minyak Shell di Laut Sulawesi, perairan sebelah timur Pulau Kalimantan pada tanggal 16 Februari 2005 di Kuala Lumpur. Pemerintah Indonesia bereaksi terhadap pemberian konsesi minyak tersebut dengan mengirimkan nota diplomatik berupa protes kepada Pemerintah Malaysia atas pemberian konsesi minyak di Blok Ambalat oleh perusahaan minyak negara Malaysia, Petronas kepada perusahaan minyak Shell. Pemerintah Republik Indonesia beranggapan bahwa pemberian hak konsesi ini dilakukan dalam wilayah perairan Indonesia di Laut Sulawesi perairan sebelah timur Pulau Kalimantan. Malaysia, berdasarkan peta yang diterbitkan pada tahun 1979, menganggap bahwa kawasan Blok Ambalat masuk dalam wilayah teritorial Malaysia. Peta tersebut menjadi dasar untuk pemberian hak konsesi minyak kepada Shell di kawasan Blok Ambalat dan Ambalat Timur (Malaysia menyebutnya Blok XYZ). Masalah timbul karena menurut Indonesia, peta tersebut diterbitkan secara sepihak dan diprotes oleh Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya serta penetapan batas wilayah teritorial laut tersebut tidak mengindahkan kaidah hukum laut internasional yang menyebutkan bahwa untuk menentukan perbatasan teritorial laut diperlukan adanya kesepakatan dari pihak-pihak yang berkepentingan. Sejak tahun 1980 Indonesia terus menyampaikan protes secara berkala terhadap peta tersebut, Indonesia berpendapat bahwa klaim Malaysia yang tertuang dalam peta 1979 tersebut merupakan pelanggaran terhadap wilayah perairan yang berada di bawah kedaulatan dan hak berdaulat Indonesia. Satu hal lagi yang menjadi dasar bagi Indonesia dalam persengketaan ini adalah bahwa Pemerintah Republik Indonesia juga telah memberikan hak konsesi atau hak eksplorasi wilayah tersebut sejak tahun 1967 dan tidak ada protes dari negara tetangga, khususnya Malaysia. Pada tahun 1967, wilayah Ambalat pertama kali digarap oleh Total Indonesie yang kemudian diikuti dengan pemberian hak kepada beberapa perusahaan minyak lainnya dan yang terbaru, pada tanggal 12 Desember 2004 Indonesia memberikan hak kepada Unocal Indonesia Ventures Ltd di Blok Ambalat Timur. Kesimpulannya adalah bahwa kedua negara, Indonesia dan Malaysia, sama-sama memberikan hak konsesi eksplorasi di kawasan yang sama kepada perusahaan yang berbeda. Melda Kamil Ariadno, dalam salah satu artikelnya menyebut hal ini sebagai dua klaim saling tumpang tindih antara kedua negara bertetangga (overlapping claim areas). Persengketaan perebutan Blok Ambalat ini menimbulkan efek nasionalisme yang luar biasa dari warga negara Indonesia di berbagai belahan nusantara. Unjuk rasa atau penyataan sikap terjadi dimana- mana, baik dilakukan oleh kelompok mahasiswa, jajaran legislatif ataupun masyarakat pada umumnya, intinya mereka menuntut agar Pemerintah Republik Indonesia bersikap tegas dalam mempertahankan kedaulatan wilayah negara, jangan sampai Blok
  • 4. Upaya Yang Dapat Ditempuh Pemerintah Republik … Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X 4 Ambalat jatuh ke tangan Malaysia. Di Makasar telah dibentuk Front Ganyang Malaysia yang membuka pendaftaran bagi sukarelawan yang siap diterjunkan dalam medan perang jika diperlukan, semangat nasionalisme berkobar di mana-mana. Situasi di daerah perbatasan juga ikut memanas, kedua negara mengerahkan peralatan militernya, baik udara, darat maupun laut sebagai bentuk kesiapan mereka dalam menjaga kedaulatan wilayahnya. Dari berbagai persengketaan yang mewarnai hubungan Indonesia – Malaysia diatas, khususnya persengketaan terbaru dalam perebutan Blok Ambalat hendaknya agar tetap diselesaikan secara damai. Penyelesaian sengketa secara damai adalah cara yang dianjurkan oleh dunia internasional. Adalah merupakan ketentuan hukum positif bahwa penggunaan kekerasan dalam hubungan antar negara telah dilarang dan oleh karena itu sengketa- sengketa internasional harus diselesaikan secara damai. Keharusan menyelesaikan sengketa secara damai pada mulanya dicantumkan dalam pasal 1 Konvensi mengenai Penyelesaian Sengketa- sengketa Secara Damai yang ditanda tangani di Den Haag pada 18 Oktober 1907, yang kemudian dikukuhkan oleh pasal 2 ayat (3) Piagam PBB dan selanjutnya oleh Deklarasi Prinsip- prinsip Hukum Internasional mengenai Hubungan Bersahabat dan dan Kerjasama antar Negara yang diterima oleh Majelis Umum PBB pada 24 Oktober 1970. Deklarasi ini meminta pada semua negara untuk menyelesaikan sengketa mereka dengan cara damai sedemikian rupa agar perdamaian, keamanan internasional dan keadilan tidak sampai terganggu. Hukum internasional tidak berisi keharusan agar suatu negara memilih prosedur penyelesaian tertentu. Hal ini ditegaskan dalam pasal 33 (1) Piagam PBB yang meminta kepada negara- negara untuk menyelesaikan secara damai sengketa-sengketa mereka sesuai dengan kesepakatan yang dibuat. Sebagai bukti bahwa penyelesaian sengketa secara damai bisa menyelesaikan sengketa, dapat dilihat melalui berbagai perundingan yang dilakukan oleh perwakilan Indonesia, baik setingkat kepala negara, setingkat menteri ataupun delegasi yang bersifat khusus, berbagai persengketaan seperti pemasalahan TKI dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya konfrontasi militer. Bukti lain, walaupun gagal melalui meja perundingan dan memerlukan waktu yang lama, akhirnya diteruskan melalui Mahkamah Internasional, Indonesia dan Malaysia bisa menyelesaikan sengketa atas kepemilikan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan secara damai tanpa adanya konfrontasi militer. Jika melihat kasus perebutan Blok Ambalat diatas, maka kasus tersebut bisa dikategorikan sengketa mengenai implementasi hukum laut internasional. Unsur – unsur yang mempengaruhi kasus tersebut sedikit banyak mengenai hukum laut internasional, dimana masalah penetapan batas wilayah teritorial laut antara Indonesia - Malaysia menjadi inti dari kasus perebutan Blok Ambalat, walau di lain pihak unsur ekonomi masuk di dalamnya. Penerapan metode penyelesaian sengketa secara damai sesuai dengan yang dianjurkan dalam United Nations Conventions on The Law of The Sea 1982 (UNCLOS 1982) bisa diterapkan, mengingat Indonesia dan Malaysia sudah meratifikasi konvensi tersebut. B. Perumusan Masalah Tulisan ini membahas mengenai metode penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh oleh Indonesia dan Malaysia dalam menyelesaikan sengketa perebutan
  • 5. Upaya Yang Dapat Ditempuh Pemerintah Republik … Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X 5 Blok Ambalat sesuai dengan United Nations Conventions on The Law of The Sea 1982 (UNCLOS 1982) PEMBAHASAN Konvensi Hukum Laut 1982 menyediakan berbagai metode dalam rangka penyelesaian sengketa hukum laut. Dilihat dari perkembangan sistem peradilan internasional, mekanusme Konvensi ini merupakan yang pertama kali dapat mengarahkan negara-negara peserta untuk menerima prosedur memaksa (compulsory procedures), dengan sistem Konvensi maka tidak ada lagi ruang bagi negara-negara pihak Konvensi untuk menunda-nunda sengketa hukum lautnya dengan bersembunyi di belakang konsep kedaulatan negara, karena Konvensi secara prinsip mengharuskan negara-negara pihak untuk menyelesaikan sengketanya melalui mekanisme Konvensi. (Boer Mauna,2000:377) Penyelesaian sengketa diatur dalam Bab XV tentang Settlement of Disputes, Pasal 279 pada intinya menyebutkan bahwa negara-negara pihak diberi kebebasan yang luas untuk memilih prosedur yang diinginkan sepanjang itu disepakati bersama. Pasal ini mengarahkan penyelesaian sengketa seperti yang dianjurkan dalam Pasal 33 (1) Piagam PBB. Pasal 33 (1) Piagam PBB menyebutkan jika terjadi persengketaan hendaknya diselesaikan dengan cara negotiation, enquiry, mediation, conciliation, arbitration, judicial settlement resort to regional agencies or arranggements or other peaceful means on their own choice. Hubungannya dengan persengketaan yang terjadi antara Indonesia – Malaysia, kedua negara memilih untuk menggunakan metode negotiation atau perundingan diplomatis sebagai langkah awal untuk menyelesaikan persengketaan mereka. Hal ini terlihat dari pertemuan – pertemuan yang sudah dilakukan oleh perwakilan kedua negara, bahkan rencananya pada tanggal 23 – 24 Maret 2005 akan diadakan pertemuan tim teknis kedua negara di Jakarta ( tulisan ini selesai sebelum pertemuan tersebut terlaksana) Melihat sejarah hubungan Indonesia – Malaysia, cara negosiasi ini merupakan langkah yang tepat dalam menyelesaikan sengketa. Indonesia – Malaysia adalah dua negara besar di kawasan Asia Tenggara yang bersahabat, dan persahabatan inilah yang bisa dijadikan dasar untuk mengadakan sebuah perundingan negosiasi dalam rangka mencari solusi yang tepat. Menteri Luar negeri Malaysia, Syed Hamid Albar, dalam pernyataannya di media cetak nasional Indonesia mnegatakan bahwa Indonesia dan Malaysia memiliki hubungan yang sangat dekat dan akrab, tidak ada hal yang tidak bisa diselesaikan dengan duduk bersama untuk mendiskusikan sebuah persoalan. Sejarah membuktikan banyak sengketa antara Indonesia – Malaysia yang upaya penyelesaiannya ditempuh dengan cara perundingan. Permasalahan TKI ditempuh dengan cara perundingan, penyelesaian sengketa perebutan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan pada awalnya ditempuh dengan cara perundingan, baik perundingan antar kepala negara, tingkat menteri pembentukan kelompok kerja sampai pada tingkat perundingan antar wakil – wakil khusus (special representative), walau pada akhirnya upaya perundingan tersebut tidak berhasil dan penyelesaian akhir sengketa dilakukan melalui Mahkamah Internasional. Pada dasarnya metode penyelesaian sengketa melalui mekanisme perundingan ini adalah cara konvensional yang selalu digunakan dalam rangka upaya penyelesaian sengketa oleh pihak manapun yang bersengketa. Cara ini terkadang memerlukan waktu yang sangat lama, sebagai contoh perundingan sengketa Pulau Sipadan – Ligitan memerlukan waktu lebih dari 10 tahun. Hal ini bisa terjadi karena dalam perundingan dimungkinkan para pihak tetap
  • 6. Upaya Yang Dapat Ditempuh Pemerintah Republik … Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X 6 bersikeras dengan pendapatnya dan berusaha untuk mematahkan argumentasi-argumentasi yang diberikan pihak lawan kadang hal ini dilakukan sebagai implementasi dari kedaulatan yang dimiliki oleh masing – masing pihak, sehingga susah untuk mencari titk temu penyelesaian. Waktu yang lama adalah resiko yang harus diterima oleh para pihak jiak menempuh cara ini, akan tetapi metode negosiasi atau perundingan mempunyai sisi positif, kedaulatan dari para pihak tetap terjaga. Metode penyelesaian sengketa melalui perundingan ini termasuk metode penyelesaian non-yurisdiksional, dimana tidak mengikat para pihak yang bersengketa. Dalam sengketa perebutan Blok Ambalat ini, dimungkinkan akan memakan waktu perundingan yang tidak cukup sekali dua kali perundingan, mengingat baik Indonesia maupun Malaysia bersikeras bahwa Blok Ambalat masuk dalam wilayah teritorial mereka. Sekarang tinggal bagaimana kemampuan diplomasi dari masing – masing pihak disertai bukti – bukti yang ada untuk meyakinkan pihak lawan bahwa Blok Ambalat secara hukum memang menjadi bagian dari wilayah teritorial mereka. Cara lain seperti mediasi (mediation) juga dapat ditempuh oleh Indonesia dan Malaysia dalam menyelesaikan persengketaan mereka. Mediasi ini adalah cara penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga untuk ikut membantu menyelesaikan persengketaan. Sejarah menyebutkan bahwa Indonesia pernah menempuh cara ini dalam menyelesaikan sengketanya. Mediasi Komisi Tiga Negara (Australia, Belgia dan USA) yang dibentuk PBB bulan Agustus 1997 sangat efektif dalam rangka mencari penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda, bahkan juga ikut membantu perumusan Perjanjian Renville (Boer Mauna,2000:192). Mediasi juga banyak digunakan negara-negara lain sebagai salah satu upaya dalam menyelesaikan persengketaan yang mereka hadapi. Dalam hal tidak tercapainya suatu penyelesaian dengan cara yang tersebut diatas, Konvensi Hukum Laut 1982 mempunyai metode penyelesaian sengketa yang tidak mengikat (non- yurisdiksional) lainnya, yaitu dengan metode konsiliasi (conciliation) seperti yang diatur dalam Pasal 284 dan teknisnya diatur dalam Lampiran V Konvensi Hukum Laut 1982. Cara penyelesaian perselisihan menurut prosedur konsiliasi ini dimulai dengan pemberitahuan dari salah satu pihak yang berselisih kepada pihak lainnya (pasal 1 Annex V UNCLOS ’82). Sekjen PBB akan memegang nama-nama dari konsiliator (juru damai) yang ditunjuk negara-negara peserta Konvensi dimana setiap negara dapat menunjuk 4 konsiliator dengan persyaratan bahwa orang-orang tersebut mempunyai reputasi tinggi, kompeten dan memiliki integritas (pasal 2 Annex V UNCLOS ’82). Komisi konsiliasi terdiri dari 5 (lima) anggota, 2 dipilih oleh masing- masing pihak (sebaiknya dari nama- nama yang ada dalam daftar) dan yang kelima dipilih dari daftar oleh keempat anggota dan akan menjadi ketua Komisi (Chairman). Jika penunjukan ini tak dapat terlaksana, maka Sekjen PBB akan menunjuknya dari dalam daftar setelah mengadakan konsultasi dengan pihak-pihak yang bersangkutan (pasal 3 Annex V UNCLOS ’82). Keputusan-keputusan tentang masalah proseduril, laporan-laporan dan rekomendasi dari Komisi, dilaksanakan dengan pemungutan suara terbanyak (pasal 4 Annex V UNCLOS ’82). Komisi akan mendengar pihak- pihak yang berselisih, memeriksa klaim mereka, serta keberatan-keberatan yang diajukan dan menyiapkan usul-usul untuk penyelesaian secara damai (pasal 6 Annex V UNCLOS ’82). Komisi akan memberikan suatu hasil telaahan (report) di dalam waktu 12 bulan sejak komisi terbentuk. Report akan mencatat setiap persetujuan yang dicapai, persetujuan yang gagal, kesimpulan-kesimpulan atas semua
  • 7. Upaya Yang Dapat Ditempuh Pemerintah Republik … Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X 7 fakta dan hukumnya, yang penting bagi masalah yang diperselisihkan dan rekomendasi yang dipandang komisi bermanfaat untuk penyelesaian perdamaian. Report akan disimpan dikantor Sekjen PBB dan akan segera diteruskan ke masing-masing pihak. Report ini tidak mengikat pihak-pihak yang bersangkutan (pasal 7 Annex V UNCLOS ’82). Konsiliasi akan berakhir apabila penyelesaian telah tercapai, pada waktu pihak-pihak yang bersangkutan menerima atau salah satu pihak pihak menolak report dengan nota tertulis yang dialamatkan ke Sekjen PBB atau apabila jangka waktu 3 bulan telah lewat sejak report disampaikan kepada para pihak (pasal 8 Annex V UNCLOS ’82). Uang jasa dan pengeluaran- pengeluaran Komisi dibebankan pada pihak yang berselisih (pasal 9 Annex V UNCLOS ’82) Akhirnya jika melalui prosedur yang telah tersebutkan diatas, para pihak belum dapat menyelesaikan sengketanya, maka diterapkan prosedur selanjutnya yaitu menyampaikan ke salah satu badan peradilan yang disediakan oleh konvensi sesuai dengan Pasal 287 Konvensi Hukum Laut 1982, yaitu : 1. Mahkamah / Tribunal Internasional Hukum Laut; 2. Mahkamah Internasional; 3. Tribunal Arbitrase; 4. Tribunal Arbitrasi khusus Lembaga-lembaga tersebut mempunyai yurisdiksi atas perselisihan yang diajukan kepadanya tentang interpretasi dan penerapan ketentuan-ketentuan Konvensi ini. Khusus untuk Arbitrase Khusus, prosedurnya ditentukan dalam Annex VIII serta diperuntukkan bagi perselisihan tentang : 1. perikanan; 2. perlindungan dan pemeliharaan lingkungan kelautan; 3. riset ilmiah lautan; 4. navigasi termasuk polusi kapal dari dumping. Adapun lembaga – lembaga yang tersebut diatas adalah lembaga yang mempunyai keputusan mengikat (binding decisions). Setiap keputusan yang dikeluarkan oleh lembaga tersebut merupakan putusan akhir (final decisions). Indonesia dan Malaysia pernah menggunakan metode penyelesaian sengketa mengikat ini (melalui Mahkamah Internasional) sewaktu menyelesaikan sengketa perebutan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan. Pada akhirnya dapat dilihat bahwa banyak cara yang bisa ditempuh oleh Indonesia – Malaysia dalam rangka menyelesaikan persengketaan mereka, baik secara non – yurisdiksional ataupun yang bersifat yurisdiksional selama itu merupakan kesepakatan bersama dan dalam kerangka penyelesaian sengketa secara damai. PENUTUP Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan diatas adalah bahwa banyak cara yang bisa ditempuh oleh Indonesia dan Malaysia dalam menyelesaikan sengketa mereka yang diatur oleh Konvensi Hukum Laut 1982 baik secara yurisdiksional maupun non- yurisdiksional. Saran yang bisa diberikan adalah agar kedua negara tetap menggunakan penyelesaian sengketa secara damai dalam suasana yang bersahabat sebagai negara bertetangga dan tidak menggunakan cara – cara kekerasan atau konfrontasi militer yang bisa menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi kedua negara. DAFTAR PUSTAKA A. Literatur Anwar, Chairul., 2000, Hukum Internasional; Horizon Baru Hukum Laut Internasional, Djambatan, Jakarta.
  • 8. Upaya Yang Dapat Ditempuh Pemerintah Republik … Risalah Hukum, Edisi Nomor 1, Juni 2005 ISSN 0216-969X 8 Mauna, Boer., 2000, Hukum Internasional-Pengertian, Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Alumni, Bandung. Subagyo, P. Joko., 2002, Hukum Laut Indonesia;Edisi Baru, Rineka Cipta, Jakarta. B. Peraturan Hukum Piagam PBB Undang-undang Nomor 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on The Law of The Sea. United Nations Convention On The Law Of The Sea 1982. C. Lain – lain www.deplu.go.id. www.kompas.com