2. 1. Aisha Emira W. (02)
2. Bima Kusuma W. (07)
3. Dina Putri W. (10)
4. Moch. Ari W. (21)
5. Muh. Fath Almuzaki (22)
6. Nurul Ari Sukfianti (25)
X – MIIA 3
5. “Katakanlah kepada wanita yang beriman:
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita
islam, atau budak-budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita””
ARTIINYA :
6. QS : Al-Ahzab ayat 59
ياأ ي هاالن بي قْل لْأ زواجك وْبناتكْ
ونساءالم ؤمنين يْ دنين مْنْ
أدنىأن جْلابيبهن ذلك
ي ع فن فْلا يْ ؤذ ين وْكان اْلله غْفو اِْ
حِيما
ARTINYA : Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. Al-Ahzab:59)
7. Rambu-rambu berbusana muslimah :
1. Menutup seluruh badan selain yang dikecualikan,
yaitu telapak tangan dan wajah.
Kini banyak sekali kaum muslimah yang
mengenakan jilbab, namun tidak sepenuhnya
menutupi aurat. Kerudung mereka dibentuk dengan
cara melilitkannya di leher, sehingga teradang
nampak leher dan dada mereka. Kecenderungan
tersebut didukung penuh oleh berbagai tend mode
berhijab yang terkadang sedikit merubah fungsi dari
hijab itu sendiri. Ditambah berbagai aksesoris dan
hiasan membuat buasana muslimah berubah fungsi
sebagai perhiasan dan menambah kecantikan wanita
sehingga wanita yang memakainya dapat menjadi
pusat perhatian.
8. 2. Pakaian harus longgar, tidak ketat, sehingga tidak
memperlihatkan bentuk tubuhnya.
Walaupun pakaiannya panjang dan
menutupi seluruh baian tubuhnya, jika
ketat tetap akan memperlihatkan bentuk
tubuhnya. Misalnya rok ketat, kemeja atau
kaus ketat, dan celana pensil. Pakaian
model seperti ini tentu saja melanggar
aturan jilbab muslimah yang sesuai
dengan syariat.
9. 3. Kainnya harus tebal dan tidak tipis.
Tentu saja jika busana muslimah berfungsi untuk menutup
aurat maka bahannya harus tebal dan tidak tipis. Jika bahannya tipis
artinya sama saja ia tidak menutup auratnya bahkan memancing
godaan dan menampakkan perhiasannya. Hal ini seperti yang
diterangkan oleh Rasulullah saw dalam hadits berikut ini:
"Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian
namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti
terdapat bongkol (punuk) onta. Kutuklah mereka karena sebenarnya
mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk."
10. 4. Tidak diberi wewangian atau parfum.
Walaupun ada larangan bagi
muslimah untuk memakai wewangain
bukan berarti muslimah harus tampil
dengan bau yang tidak sedap. Muslimah
harus tetap menjaga kebersihan tubuh,
pakaian, dan jilbabnya agar tidak
menimbulkan bau badan yang dapat
mengganggu dan menimbulkan fitnah baru
yaitu adanya penilaian orang bahwa orang
yang memakai jilbab mempunyai bau yang
tidak sedap. Perawatan tubuh tetap
diperbolehkan bagi muslimah asal tidak
jatuh pada perbuatan tabarruj atau berhias.
11. 5. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
Masalah ini ditegaskan dalam hadits
Rasulullah berikut ini:
Dari Abu Hurairah yang berkata:
"Rasulullah melaknat pria yang memakai
pakaian wanita dan wanita yang memakai
pakaian pria." (HR. Abu dawud, Ibnu
Majah, Al-Hakim, dan Ahmad).
12. 7. Tidak menyerupai pakaian
wanita-wanita kafir.
Dalam syari'at islam
telah ditetapkan bahwa kaum
muslimin, baik laki-laki maupun
wanita, tidak diperbolehkan
bertasyabuh (menyerupai)
orang-orang kafir, baik dalam
ibadah, ikut merayakan hari
raya, dan berpakaian dengan
pakaian khas mereka.
13. Keuntungan Berbusana Muslim/Muslimah :
1. 15. Mendapatkan Ibadah yang mudah, pahala dan dicintai dari Allah Allah
SWT
16. 2. Terlindung Mengundang dari turunnya sinar pertolongan matahari secara Allah
langsung
17. 3. Rambut Menjauhakan Terhindar diri dari dari perbuatan Debu nista
dan Polusi
4. 18. Membiasakan Bersahabat dengan Telaten
wanita soleha
19. Mendapatkan jodoh yang shalih
20. 5. Lebih Termasuk tenang
tolong menolong dalam kebaikan
6. 21. Orang Menghemat yang ingin waktu
berniat jahil tidak jadi.
22. 7. Terhindar Sesuai sunnah
dari omongan yang buruk.
8. Tampil Lebih Sopan
9. Lebih Dihormati
10. Melindungi Tubuh
11. Menunjukkan harga diri pemakainya
12. Memelihara rasa malu
13. Sarana dakwah
14. Selamat dari azab Allah SWT
14. "Katakanlah:Apakah (mau) Kami beritahu tentang orang-orang
yang palingmerugiperbuatannya? Yaitu orang-orang
1. Dimurkai Allah
2. Ibadah kita sia-sia belaka, karena ada perintah Allah yang
yang sia-sia saja perbuatannya dalamkehidupan dunia,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat usaha
yangsebaik-wajib malah baiknya. kita Mereka langgar
itulah orang-orang yang
3. Turunnya derajat kehormatan di mata laki-laki karena
mengingkari (kufur) terhadapayat-ayat Allah dan menemui-
mereka akan berpikir tubuh kita sedang dipamerkan
Nya, 4. Menjadi maka hapuslah objek pelecehan
amal pekerjaan mereka, dan
Kamimengadakan 5. Tidak dikenali suatu sebagai pertimbangan muslimah
terhadap (amalan)
merekadi 6. Dari harikiamat.segi kesehatan, Demikianlah, resiko kanker balasan kulit mereka lebih besar
ialah
jahanam, 7. Azab disebabkan yang pedih
merekakufur/ingkar dan karena mereka
menjadikan ayat-ayat-Ku dan Rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.(
Surat Al-Kahfi (18) ayat 103-106)"
15. KRITERIA RAMBU RAMBU
BERBUSANA
A. MUSLIM/MUSLIMAH SECARA UMUM
B. MUSLIM
C. MUSLIMAH
16. A. Muslim/muslimah secara umum
1. Tidak berlebih-lebihan dalam berpakaian di luar batas
kebiasaan.
يَا بَنِي آدَمَْ خُذُوا زِينَتَكُ مْ عِندَْ كُ لْ مَ سجِ دْ وَْكُلُوا وَا ش بَُِوا وَلَْ ت س فُِِوا إِن هُْ
لَْ يُحِبُّْ ا لمُ س فِِِين
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
masjid! Makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan!
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
(al-‘Araf: 31)
Berlebih-lebihan (al-israf) ada tiga kemungkinan,
a. Melebihi batas kebiasaan dan kadar cukup (kewajaran),
b. Bermewah-mewah di luar batas kewajiban,
c. Melampaui batas halal menuju zona keharaman. (Tafsir as-Sa’di)
17. Yang dianjurkan adalah bersikap tawadhu’ (rendah hati) dalam hal
berpakaian karena Allah Subhanahu wata’ala semata, bukan karena ingin
disebut sebagai orang zuhud. Tidak berarti Islam melarang berpakaian
indah dan bagus, namun yang terpenting adalah tidak ada unsur
kesombongan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memuji dengan
sabdanya,
مَ نْ تَ كََِْ اللِ بَاسَْ تَوَاضُعًا وَ وَُِْ يَ قدِ عَُِْلَ يْهِْ دَعَاهُْ اللهُْ يَ ومَْ ا لقِيَامَةِْ عَلَى ءُُِْوسِْ
ا لخَلاَئِقِْ
حَت ى يُخَي هَُِْ مِ نْ أَ يِْ حُلَلِْ ا لِْيمَانِْ شَاءَْ يَ لْبَسُهَا
“Barang siapa meninggalkan pakaian (kemewahan) karena tawadhu untuk Busana
Takwa Syar’i atau Trendi? Allah Subhanahu wata’ala semata padahal dia mampu, maka
Allah Subhanahu wata’ala akan memanggilnya di hari kiamat nanti di hadapan seluruh
makhluk untuk bebas memilih perhiasan (pakaian) surga yang diberikan kepada Ahlul
Iman yang diinginkan untuk dia pakai.” (Hasan, HR. at-Tirmidzi [no. 2481] dari Mu’adz
bin Anas radhiyallahu ‘anhu)
18. 2. Kewajiban menutup aurat dalam berpakaian adalah tujuan
utama syariat berpakaian.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
يَا بَنِي آدَمَْ قَ دْ أَنزَ لنَا عَلَ يكُ مْ لِبَْاسًا يُوَا يِِ سَ وآتِكُ مْ وَ يِِشًا وَلِبَاسُْ الت قوَ ىْ ذَلِكَْ خَ ي ذَلِكَْ مِ نْ آيَاتِْ ا للِّْ لَعَل هُ مْ يَذ كْ وُِنَْ
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah
untuk perhiasan. Pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang
demikian itu adalah sebagian dari tandatanda kekuasaan Allah.
Mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (al-A’raf: 26)
19. 3 . Tidak diperbolehkan menggunakan pakaian yang terbuat
dari kulit binatang buas seperti singa, harimau, dan yang
lainnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَلَْ تَ كَبُ وا ا لخِ زْ وَلَْ الن مَاَِْ
“Janganlah kalian beralas sutra, jangan pula kulit harimau.” (Sahih, HR. Abu
Dawud no. 4125 dan Ibnu Majah no. 3656 dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu)
20. 5. Tidak diperbolehkan memakai pakaian yang bergambar salib
dengan beragam modelnya.
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
أَ نْ الن بِ يْ لَ مْ يَكُ نْ يَت كُُِْ فِي بَ يتِهِْ شَ يئًا فِيهِْ تَصََالِيبُْ إِلْ نَقَضَهُْ
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak membiarkan sesuatu pun di
rumahnya yang berbentuk salib melainkan beliau musnahkan.” ( HR. al-
Bukhari no. 5952)
Dalam riwayat Abu Dawud (no. 4151) dengan lafadz قَضَبَهُْ , artinya “Beliau
merobek atau memotongnya.” Termasuk dalam kategori salib adalah segala
sesuatu yang diibadahi selain Allah Subhanahu wata’ala, seperti gambar arca,
berhala, kuburan yang disembah, dan yang semisalnya, karena sebab
pemusnahan sesuatu yang berbentuk salib adalah sesuatu yang disembah selain
Allah Subhanahu wata’ala. (al-Fath 11/585)
21. 6. Tidak diperbolehkan memakai pakaian yang bertuliskan huruf-huruf
yang tidak dimengerti maknanya atau ada unsur pengagungan
terhadap orang kafir, atau kata-kata yang melanggar syar’i atau etika
Al-‘Allamah Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah pernah ditanya,
“Apa hukum pakaian yang mengandung tulisan-tulisan yang berbahasa
Inggris, sedangkan kita tidak tahu, bisa jadi tulisan tersebut mengandung
makna yang jelek, apakah hal ini termasuk tasyabuh?”
Beliau menjawab, “Kewajiban kita adalah bertanya tentang tulisan atau
huruf/simbol yang ditulis dengan selain bahasa Arab tersebut, bisa jadi
mengandung makna yang merusak dan menghancurkan moral.” Tidak
diperbolehkan memakai sesuatu yang ada tulisan berbahasa Inggris atau
lainnya yang bukan bahasa Arab kecuali setelah orang itu memastikan
kebersihan (makna) tulisan tersebut. Tulisan itu tidak mengandung sesuatu
yang mengotori kemuliaan, tidak pula berisi pengagungan terhadap orang
kafir. Oleh sebab itu, dia harus memastikan makna tulisan tersebut sebelum
pakaian tersebut dia kenakan.”
22. 7. Tidak diperbolehkan memakai pakaian yang bergambar makhluk
bernyawa, baik itu gambar manusia, hewan, maupun burung.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
لَْ تَ دخُلُْ ا لمَلاَئِكَةُْ بَ يتًا فِيهِْ كَ ل بْ، وَلَْ تَصََاوِيُِْ
“Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada anjing dan
gambar (makhluk bernyawa).” Dari Abul Hayyaj Hayyan bin Hushain, dia
berkata, “Ali bin Abi Thalib z pernah berkata kepadaku, ‘Maukah aku utus
engkau dengan sesuatu yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
mengutus aku dengannya?’
أَ نْ لَْ تَدَ عْ صَُ و ةًَِْ تِ مثَالًْ إِلْ طَمَ ستَهُْ وَلَْ قَ ب اًِ مُ ش فًِِا إِلْ سَ و يتَهُْ
‘Janganlah engkau biarkan ada gambar melainkan engkau musnahkan, atau
kuburan yang ditinggikan melainkan engkau ratakan’.” (Shahih Muslim no.
969)
23. B. Muslim
1. Menutup auratnya, yaitu mulai bawah pusar
hingga atas lutut,
2. Kaum lelaki diharamkan menggunakan pakaian
yang terbuat dari sutra.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَْ تَ لبَسُوا ا لحَ يِِ فََِْإِن هُْ مَ نْ لَبِسَهُْ فِي الدُّ نيَا لَ مْ يَ لبَ سهُْ فِي الآخِ ةَِِْ
“Janganlah kalian menggunakan pakaian sutra, sebab
barang siapa menggunakannya di dunia, dia tidak
akan menggunakannya di akhirat.” (HR. al-Bukhari no.
5834 dan Muslim no. 2069/11)
24. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
حُ مَْ لِبَاسُْ ا لحَ يِِ وَِِْالذ بَِِْ عَلَى ذُكُو أِِْ متِي وَأحُِ لْ لِِْنَاثِهِ مْ
“Diharamkan pakaian sutra dan perhiasan emas bagi lelaki
dari umatku dan dihalalkan bagi kaum wanitanya.” (Sahih,
HR. at-Tirmidzi no. 1720, beliau berkata, “Hadits hasan
sahih”)
25. 1. Seseorang mengidap penyakit kulit, kusta, dan semisalnya yang
bisa menjadi lebih ringan dengan menggunakan pakaian sutra.
2. Diperbolehkan memakai sutra
untuk membangkitkan emosi
فَ أََِ يتهُُْ عَلَ يهِمَا فِي غَزَاةْ
“Saya melihat sutra tersebut mereka pakai dalam sebuah
pertempuran.” (HR. al-Bukhari no. 2919)
3. Diperbolehkan memakai sutra
dalam keadaan darurat.
مَا جَاءَْ فِي ال خصََةِْ فِي لُ بسِْ ا لحَ يِِ فِِِْي ا لحَ بِْ
“Rukhshah Memakai Sutra dalam Peperangan.”
“Hadits di atas mengandung dalil diperbolehkannya memakai
sutra ketika kondisi darurat, seperti seseorang yang
dikejutkan dengan pertempuran dan tidak ada pakaian lain
selain sutra.” (Syarah Shahih Muslim 14/45)
26. 4. Diperbolehkan menggunakan sutra untuk hiasan pakaian dan semisalnya
dengan syarat tidak lebih dari empat jari.
نَهَى نَبِيُّْ اللهِْ عَ نْ لُ بسِْ ا لحَ يِِ إِِِْلْ مَ وضِعَْ إِ صَبَعَ ينِْ أَ وْ ثَلاَ ثْ أَ وْ أَ بَْعْ
“Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang memakai
sutra kecuali seukuran dua, tiga, atau empat jari.”
Di antara dalil amali yang menunjukkan bolehnya
hiasan sutra untuk pakaian pada kerah, lengan, bagian
tepian, benik (kancing).