1. 1
GEOSOSPOL, STRATAK DAN
SISTEM KADERISASI PMII
Oleh: Nur Sayyid Santoso Kristeva
Aktivis PMII Daerah Istimewa Jogjakarta
Alumnus UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta
Pernah Menjabat Sekjend DEMA UIN Sunan Kalijaga
Sedang studi di Pascasarjana S2 Sosiologi Fisipol UGM
Disampaikan pada Up-Grading dan Rapat Kerja
Pengurus PMII Komisariat Joko Sangkrib
STAINU Kebumen, tanggal 2-3 Mei 2009.
3. 3
• Globalisasi ditandai dengan ketersinggungan antara negara,
pasar atau sistem ekonomi global dan masyarakat sipil.
• Persoalan pendidikan Indonesia tidak hanya masalah penataan
kurikulum, profesionalitas guru, out-put lembaga pendidikan,
paradigma pendidikan, dan persoalan internal penyelenggaraan
lembaga pendidikan lainnya.
• Ada faktor eksternal yang juga sangat berpengaruh pada
pendidikan Indonesia yaitu persoalan rakyat miskin sehingga
tidak mampu sekolah, disorientasi kebijakan pemerintah,
pendidikan market oriented, relasi kekuasaan negara, dan
pusaran arus globalisasi.
Prawacana
4. 4
Globalisasi dan
Sejarah Ekonomi Internasional
Globalisasi kegiatan ekonomi dan persoalan pengelolaannya sering
dianggap baru muncul setelah Perang Dunia II, khususnya pada
tahun 1960-an.
Masa sesudah tahun 1960-an adalah masa munculnya perusahaan
multinasional (MNC) dan berkembangnya perdagangan
internasional.
Kemudian, setelah sistem nilai tukar setengah-tetap Bretton Woods
ditinggalkan pada tahun 1971-1973, investasi dalam bentuk surat-
surat berharga internasional dan pemberian kredit oleh bank mulai
berkembang dengan cepat.
Seiring dengan meluasnya pasar modal ke seluruh dunia, yang
menambah rumit hubungan ekonomi internasional dan membuka
jalan bagi globalisasi ekonomi dunia yang terintegrasi dan saling
tergantung.
5. 5
James Petras mengatakan bahwa globalisasi telah dimulai pada
abad 15, yaitu sejak mulai berkembangnya kapitalisme yang
ditandai dengan ekspansi, penaklukan dan penghisapan Negara-
negara di Asia, Afrika, Amerika Latin dan bahkan Amerika Utara
dan Australia oleh kekaisaran global pada waktu itu, Spanyol dan
Portugis. Karena itulah globalisasi selalu diasosiasikan dengan
imperialisme, yaitu hubungan global yang didasarkan pada
akumulasi untuk Eropa, penghisapan dunia ketiga untuk akumulasi
dunia pertama.
Menurut Pieterse, globalisasi dimulai sejak 1950-an. Menurut Marx
dimulai 1500-an dengan tema kapitalisme modern. Wallerstein
mencatat mulai 1500-an dengan tema sistem dunia baru. Robertson
menilai globalisasi mulai 1870-1920-an dengan tema
multidimensional, Giddens tahun 1800-an dengan tema modernitas,
dan Tomilson tahun 1960-an dengan tema planetarisasi budaya.
Sementara Scholte, menyatakan bahwa globalisasi berlangsung
sejak tahun 1960-an
6. 6
Pada abad ke-14, para pedagang petualang memperdagangkan wol
dan tekstil yang dihasilkan Inggris ke Belanda, Belgia, Luxemburg,
dan Negara-negara lain. Selain itu, di Italia, perusahaan-
perusahaan dagang dan bank-bank memainkan peran penting
dalam kegiatan perdagangan ke seluruh dunia pada masa-masa
awal Renaissance.
Pada akhir abad ke-14, di Italia, ada sekitar 150 bank yang sudah
melakukan kegiatan di berbagai Negara (Duning, 1993, hlm. 97-98).
Dalam abad ke-17 dan ke-18 dukungan oleh Negara meluas
dengan berdirinya perusahaan-perusahaan dagang besar kolonial,
seperti Dutch East India Company, British East India Company,
Muscovy Company, Royal Africa Company dan Hudson Bay
Company.
Semua perusahaan ini mempelopori perdagangan berskala besar di
wilayah yang kelak menjadi wilayah jajahan yang penting.
7. 7
Baru pada tahun 1960-an muncul, bersamaan dengan munculnya
istilah MNC (multinational corporation). Meski tidak ada klasifikasi
data yang konsisten, pada umumnya disepakati, MNC sudah ada
dalam ekonomi dunia setelah pertengahan abad ke-19 dan berdiri
kokoh tidak lama sebelum Perang Dunia I.
Kegiatan bisnis internasional tumbuh pesat pada tahun 1920-an
ketika perusahaan multinasional yang benar-benar terdiversifikasi
dan terintegrasi kokoh, tetapi kemudian menurun selama masa
depresi tahun 1930-an, hancur lebur karena perang pada tahun
1940-an, dan bangkit kembali setelah tahun 1950.
8. 8
Perwujudan dari kerakusan sistem kapitalisme-kolonialisme dalam
akumulasi modal melalui peperangan, akibatnya adalah Negara-
negara terjajah bangkit rasa nasionalismenya melawan penjajah
dan melahirkan Negara-negara merdeka, yang lazim disebut
Negara Sedang Berkembang (NSB).
Kapitalisme sebagai suatu sistem dunia bermula pada akhir abad
15 dan awal abad 16 ketika orang-orang Eropa yang menguasai
pengetahuan pelayaran jarak jauh, menghambur keluar dari sudut
kecil dunia mereka dan mengarungi tujuh lautan, untuk
melanklukan, merampas dan berniaga.
Pada awal abad ke-16 di Inggris terjadi revolusi industri yang
memacu laju perkembangan kapitalisme awal.
Proses ini didorong lagi oleh munculnya revolusi Prancis pada
tahun 1789, yaitu revolusi yang mengakhiri hegemoni kaum feodal
di Eropa Barat dan mendorong matangnya kekuasan kaum borjuis.
9. 9
Di Eropa Barat terjadi over-produksi akibat maraknya industrialisasi,
maka yang kemudian harus dilakukan oleh Negara-negara Eropa
adalah ekspansi ke daerah-daerah terbelakang seperti Asia, Afrika,
Pasifik dan Amerika.
Perang Dunia Pertama pada tahun 1918-1939 dan kemudian
Perang Dunia Kedua pada tahun 1940-1945 adalah sejarah nyata di
mana kapitalisme Vs kapitalisme berperang untuk menanamkan
pengaruhnya terhadap wilayah-wilayah jajahannya.
Jadi perang yang dilakukan antara Blok Sekutu dan Blok Fasis
adalah perang antara dua kapitalis yang ingin melebarkan sayap
eksploitasinya terhadap Negara-negara dunia ketiga.
10. 10
Gambar 1. Dimensi Institusional Modernitas, Giddens, 2005: 78
Kekuatan Militer
(Kontrol atas Sarana
Kekerasandalam Konteks
Industrialisasi Perang)
Kapitalisme
(Akumulasi Kapital dalam
Konteks Kerja dan Pasar
Produk yang kompetitif
Pengawasan
(Kontrol Informasi dan
Supervisi Sosial)
Industrialisme
(Transformasi Alam:
Perkembangan “Lingkungan
yang Diciptakan)
11. 11
Globalisasi Ekonomi telah memperluas jangkauan dalam tiga
komodifikasi dalam tiga wilayah.
Pertama, konsumerisme yang terhubungkan dengan produk-produk
global yang diperluas oleh kapitalisme industri.
Kedua, pertumbuhan lembaga-lembaga yang beroperasi dalam
lingkup global (supra territorial) seperti global banking dan global
securities sehingga memperluas jangkauan modal uang.
Ketiga, globalisasi telah mendorong perluasan komodifikasi dalam
wilayah baru yang melibatkan informasi dan komunikasi sebagai
akibatnya, item-item software komputer dan telepon panggil telah
menjadi objek akumulasi.
12. 12
Faktor Pendorong Globalisasi
Kekuatan
Kaum Kapitalis
Internasional
Perkembangan
Ilmu Pengetahuan
dan Tekhnologi
Dukungan
Pemerintah
Negara-negara
Sedang Berkembang
Gambar 2. Faktor Pendorong Globalisasi
13. 13
Kekuatan Kaum Kapitalis Internasional
Menurut logika neo-liberal, ekonomi Negara akan berkembang
bila ada kebebasan pasar.
Liberalisasi ini juga berarti penghapusan beban-beban yang
harus ditanggung oleh swasta.
Liberalisasi berarti kebebasan yang seluas-luasnya bagi kapitalis
untuk mengeruk keuntungan.
Aspek-aspek terpenting yang tercakup dalam proses globalisasi
ekonomi adalah: runtuhnya hambatan-hambatan ekonomi
nasional, meluasnya aktivitas-aktivitas produksi, keuangan dan
perdagangan secara internasional serta semakin
berkembangnya kekuasaan perusahaan-perusahaan
transnasional dan institusi-institusi Moneter Internasional.
14. 14
Keprihatinan-keprihatinan terhadap kemungkinan krisis moneter global
diperkuat oleh krisis keuangan di Asia Timur, yang dimulai pada paruh
kedua tahun 1997 dan menjalar hingga Rusia, Brasil dan Negara-
negara lain, menyebabkan kekacauan moneter dan resesi ekonomi
terburuk dalam periode pasca Perang Dunia II.
Liberalisasi perdagangan juga meningkat secara gradual, namun tidak
seperti yang terjadi pada liberalisasi moneter. Peran perdagangan yang
meningkat dibarengi dengan pengurangan tarif secara umum, baik di
Negara-negara maju maupun di NSB (Negara sedang berkembang),
sebagian sebagai akibat dari kebijakan-kebijakan otonom dan sebagian
lagi sebagai akibat dari babak-babak putaran perdagangan multilateral
di bawah GTT (General Agreement on Tariff and Trade).
Namun demikian, tarif-tarif yang tinggi tetap masih muncul di Negara-
negara maju, dalam sektor-sektor seperti pertanian, tekstil dan produk-
produk manufaktur tertentu, yang merupakan sektor dimana (NSB)
memiliki keunggulan komparatif. Lebih jauh lagi, terdapat peningkatan
penggunaan hambatan non tarif yang mempengaruhi akses dari NSB
ke pasar Negara-negara maju.
15. 15
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Tekhnologi
Pada permulaan abad 21 ini, trend global semakin variatif. Barang,
uang, manusia, tekhnologi, dan informasi dalam era globalisasi
telah menyebar secara luas melewati batas Negara (nation state
cross border), yang berimplikasi terhadap semakin saling
terhubungnya setiap dinamika perubahan global saat ini, dan
mengikat semakin kuat membentuk suatu komunitas tunggal yang
terintegrasi dan dalam hal ekonomi telah menjadi semacam pasar
tunggal. Hal ini telah menjadikan dunia sebuah global village.
Kehadiran tekhnologi komputer yang merupakan terobosan baru
sebagai infrastruktur global, bahkan sampai saat ini komputer telah
menyandang sebagai simbol kedua dari globalisasi. Tidak ada satu
arenapun (ekonomi, politik, sosial dan budaya) di dunia ini yang
kebal dari tekhnologi komputer.
16. 16
Hal ini akhirnya menuju pada sebuah Global Brain yang
memungkinkan akselerasi perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi di dunia. Dunia penelitian, bisnis, industri
dimungkinkan untuk menggunakan suberdaya manusia maupun
fasilitas lainnya tanpa terikat pada dimensi-dimensi ruang dan
batas-batas Negara
Meskipun globalisasi berhasil mengembangkan berbagai
tekhnologi dan komunikasi yang memudahkan atau dapat
memecahkan persoalan-persoalan, tak urung pula secara faktual
keberhasilan tersebut makin mempertajam kemiskinan, baik
ditingkat nasional maupun hubungan antar Negara.
17. 17
Dukungan Pemerintah Negara-negara Sedang
Berkembang
Pelaku utama dari globalisasi adalah Negara imperialis yang berkuasa
artinya Negara yang mempunyai prinsip ekonomi world competitive dan
mereka tidak mempunyai kerugian apa-apa karena semua biaya yang
dikeluarkan berasal dari pembukaan pasar (open market).
Kelompok ini hendak memperjuangkan globalisasi yang bebas
(unrestricted globalization), mereka cenderung untuk membuka
perekonomian mereka dan sebagai gantinya mereka juga menuntut
Negara lain agar membuka perekonomiannya.
Kelompok kedua yang pro globalisasi adalah Negara-negara pelayan
(clients) dari kelompok pertama. Kelompok kedua (NSB) ini
mengkhususkan dirinya pada ekspor barang-barang agromineral,
kelautan, dan kehutanan yang semua itu mendukung produk dan
memberi keuntungan bagi kelompok pertama.
Dari Negara-negara imperialis inilah muncul korporasi-korporasi global
yang menjadi pelaku utama juga pada saat ini, dan agen utama
eksploitasi berbagai sumberdaya di berbagai belahan dunia ketiga,
yang pada akhirnya hasilnya dibawa kembali ke Negara-negara
metropolis
18. 18
Negara imperialis juga memainkan peran penting dalam membuka pintu
perekonomian dunia dengan menciptakan lembaga keuangan
internasional seperti Bank Dunia, IMF dan GATT/ WTO.
Sementara itu di Dunia Ketiga, peran Negara tidak bisa dihilangkan.
Ada relasi yang dialektis antara peran Negara di pasar domestik dan
proses globalisasi.
Dengan kebijakan upah rendah, pengurangan subsidi, dan pemupukan
modal swasta, Negara Dunia Ketiga mengonsentrasikan
pendapatannya untuk ekspansi ke luar (globalisasi ataupun capital
relocation).
Proses ini sudah terlihat jelas dalam program yang dikenal dengan
istilah Struktural Adjustment Programs (SAPs) atau program pengetatan
ekonomi.
Program ini dirancang oleh Bank Dunia dan IMF yang bekerja sama
dengan elite Negara Dunia Ketiga, tujuannya adalah meningkatkan arus
keluar modal dan kesediaan pasar nasional untuk melakukan
swastanisasi bagi kepentingan MNC
19. 19
Structural Adjustment Programs (SAPs)
1. Penghapusan tarif-tarif yang membantu industri-industri kecil lokal agar tetap
mampu bertahan hidup berhadapan dengan perusahaan-perusahaan besar
global.
2. Penghapusan berbagai peraturan dalam negeri yang mungkin dapat
menghambat atau terlalu banyak mengatur masuknya investasi luar negeri.
3. Penghapusan kontrol harga (bahkan berkenaan dengan kebutuhan pokok
seperti pengadaan air sekalipun) dan secara tidak adil mewajibkan
pemberlakuan terhadap kontrol atas upah.
4. Pengurangan secara drastis berbagai pelayanan sosial dan badan-badan
yang menjalankannya, seperti pelayanan kesehatan, perawatan medis,
pendidikan, bantuan pangan, bantuan usaha kecil, angkutan, sanitasi, air dll.
5. Penghancuran secara agresif atas program-program rakyat, yang menjadi
sarana bagi bangsa-bangsa untuk bisa mencapai kemandirian dalam hal
kebutuhan pokok.
6. Perubahan yang dilaksanakan secara cepat atas perekonomian dalam negeri
untuk menekankan produksi ekspor, yang biasanya dikelola tanpa
ketatalaksanaan langsung dari investor asing dan korporasi global.
22. 22
Globalisasi dan Krisis
Masyarakat Kapitalisme
Globalisasi yang diperjuangkan oleh aktor-aktor globalisasi yakni
perusahaan-perusahaan transnasional (TNC, Trans-National
Corporations) dan Bank Dunia/IMF melalui kesepakatan yang
dibuat di World Trade Organization (WTO, Organisasi Perdagangan
Dunia) sesungguhnya dilandaskan pada suatu ideologi yang dikenal
dengan sebutan “neo-liberalisme”.
Arsitek tata dunia ini ditetapkan dalam apa yang dikenal “The Neo-
Liberal Washington Consensus”, yang terdiri dari para pembela
ekonomi swasta terutama wakil dari perusahaan-perusahaan besar
yang mengontrol dan menguasai ekonomi internasional dan
memiliki kekuasaan untuk mendominasi informasi kebijakan dalam
membentuk opini publik.
23. 23
Global Economic Actors
State (Penjamin
Keberlangsungan
Pasar Bebas)
Perusahaan
Transnasional (TNC,
Trans-National Corporations)
Bank Dunia/
IMF International
Monetary Fund
World Trade Organization
(WTO, Organisasi
Perdagangan Dunia)
NEO-LIBERALISME
Gambar 4. Global Economic Actors
24. 24
Pokok-pokok Pendirian
Neo-Liberalisme
1. Bebaskan perusahaan swasta dari campur tangan pemerintah,
misalnya jauhkan pemerintah dari campur tangan di bidang
perburuhan, investasi, harga serta biarkan perusahaan itu mangatur
diri sendiri untuk tumbuh dengan menyediakan kawasan
pertumbuhan.
2. Hentikan subsidi Negara kepada rakyat karena bertentangan
dengan prinsip pasar dan persaingan bebas. Negara harus
melakukan swastanisasi semua perusahaan Negara, karena
perusahaan Negara dibuat untuk melaksanakan subsidi Negara
pada rakyat. Ini juga menghambat persaingan bebas.
3. Hapuskan ideologi “kesejahteraan bersama” dan pemilikan komunal
seperti yang masih banyak dianut oleh masyarakat “tradisional”
karena menghalangi pertumbuhan.
4. Serahkan manajemen sumberdaya alam kepada ahlinya, bukan
kepada masyarakat “tradisional” (sebutan bagi masyarakat adaptif)
yang tidak mampu mengelola sumberdaya alam secara efisien dan
efektif.
25. 25
Global Poll Finds
Diverse Economic
Perceptions
Mexicans, Germans, Russians Become More
Upbeat-Indonesians, Britons, French, Americans More Negative
World Bank Viewed Most Positively Among
Global Economic Actors Global Companies Least Positive
http--www_globescan_com-news_archives-images-BBC06_PR_map_web_version_png.mht
26. 26
• As the World Economic Forum meets in Davos this week to talk about the international economy, a new BBC World
Service poll of 32 nations finds highly divergent economic perceptions in countries around the world. In 15 countries
majorities or pluralities see conditions in their country getting better, while in 17 they see conditions getting worse.
Perceptions of the world economy are also divided with 14 countries seeing it getting better and 15 seeing it getting worse
(with 3 divided). Among the 19 countries that were polled a year ago as well as in the current poll, there are also divergent
trends with some growing more optimistic and some less.
• The poll also asked citizens to rate various global economic players. The World Bank was viewed most positively, being
seen as a positive influence by a majority of 55 percent.
• The poll of 37,572 people was conducted for the BBC World Service by the international polling firm GlobeScan together
with the Program on International Policy Attitudes (PIPA) at the University of Maryland. The 32-nation fieldwork was
coordinated by GlobeScan and completed between October 2005 and January 2006.
• Steven Kull, director of the Program on International Policy Attitudes comments, ÒWhile it is true that we live in a more
globalized economy, it is also true that people around the world have highly different perceptions of the state of their own
economies and even of the world economy."
27. 27
Europe
Germans' feelings about their economy appears
to be turning a corner. While in late 2004 52
percent saw their economy worsening, this
dropped to 37 percent in late 2005, while the
perception that it is improving moved up to 50
percent from 41 percent. Perceptions of their
personal situation followed a similar pattern.
The French seem to be going from bad to worse:
perceptions that their economy is getting worse
has gone from an already large 74 percent in
2004 to 83 percent. For themselves individually
they do not seem to have such dire perceptions,
but here too things have gotten worse. The
percentage saying things are getting worse for
them and their family increased from 45 percent
to 52 percent.
In Great Britain the bloom is coming off the rose.
While in 2004 57 percent were optimistic about
their country’s economy, this has slipped to 52
percent, while pessimistic perceptions have
drifted upward from 35 percent to 41 percent.
Perceptions of personal conditions, while on a
higher tier, have shifted similarly. Positive
perceptions slipped from 64 percent to 60
percent, while negative perceptions rose from 22
percent to 28 percent.
28. 28
Asia
Indonesians’ optimism about their economy
has been all but washed away by the
tsunami. While in 2004—just before the
tsunami--52 percent saw their country’s
economy as getting better (37% worse), this
has plunged to 17 percent, with 81 percent
saying that it is getting worse. But for
Indonesians personally this drop has been
much more modest.
Indians’ perception that their own lot is
improving has come down from the heights of
2004—dropping from 77 percent to 59
percent. But Indians’ perceptions of their
country’s economy has actually firmed up a
bit, with the perception that it is getting worse
dropping from 40 percent to 23 percent.
South Koreans’ pessimism about their
economy has abated a bit, but is still quite
extreme. While 88 percent saw their economy
getting worse in 2004, now 76 percent see it
that way. The percentage seeing their
personal position slipping has also moderated
a bit—going from 71 percent to 54 percent.
29. 29
Latin America
Globally, the biggest positive
movement was among the
Mexicans. While in 2004, 66 percent
saw their economy getting worse,
this dropped 28 points to 38 percent.
Mexican perceptions that their own
economic conditions are worsening
also dropped from 69 percent to 32
percent.
While Brazilians were divided about
their perceptions of their economy in
2004, perceptions that it is getting
worse has jumped 24 points to 67
percent. However, there has only
been a 5-point increase in
Brazilians’ perception that their
individual conditions are getting
worse, rising from 34 percent to 39
percent.
30. 30
United States
Americans' view of their economy
has slipped, with the percentage
saying that they see it getting
worse increasing from 51 percent
to 58 percent. Perceptions of
their personal situation, though,
continue to be majority positive,
slipping only 2 points from 58
percent to 56 percent.
31. 31
Rating of Global Players
The poll also asked respondents to
evaluate a number of economic global
players and found surprisingly high levels
of approval for the World Bank given the
level of criticism it has received. On
average 55 percent rated it as having a
positive influence in the world, while just
18 percent rated it as having a negative
influence. Among the 32 countries polled,
in 30 a majority (17 countries) or a
plurality (13) rated the World Bank as
positive. In only one country—Argentina
—did a plurality (47%) say it is having a
negative influence.
Global companies received the lowest
positive ratings (average of 41%)
compared to all other global players, and
the highest negative ratings (26%). In
only 6 countries did a majority rate global
companies as having a positive influence,
though in another 16 a plurality did. Eight
countries rated them negatively—7 by
pluralities and one by a majority. Two
countries were divided.
33. 33
• The International Monetary Fund is not as well regarded as the World Bank, but still, on average a plurality of 47
percent see it as having a positive influence and just 21 percent see it has having a negative influence. In 29
countries a majority (13 countries) or a plurality (16) views it positively. The only two countries in which a
majority views it negatively are Argentina (60%) and Brazil (57%), which have recently paid off their loans from
the Fund so as to free themselves from its influence. A plurality of 49 percent is negative in Turkey as well.
• Of all the global players examined in the poll, NGOs (“Non-governmental organizations such as environmental
and social advocacy groups”) got the highest grades with an average of 60 percent rating them as having a
positive influence on the world, just 12 percent negative. NGOs were rated positively across all 32 countries
polled, in 25 by a majority.
• The United Nations was close behind with 59 percent rating it positively—however, this is down from last year’s
BBC World Service Poll in which 66 percent rated it positively. Just 16 percent rated it negatively this year. In 30
countries a majority (23 countries) or a plurality (7) sees it as having a positive influence.
Commenting on these citizen assessments of various global actors, GlobeScan President Doug Miller says,
“The very positive views of non-governmental organizations and the United Nations, and the negative views of
global companies are consistent with other research we have conducted. The surprises are the positive
assessment of the World Bank’s role and the fact that more citizens are negative about the news media than of
the much-maligned International Monetary Fund.”
• Steven Kull, director of PIPA, comments: “The widespread belief that the World Bank and even the IMF are
having a positive influence in the world does not necessarily contradict the criticism they have received. The
global public clearly sees it as positive that there are international institutions that seek to address the problems
of poverty and economic instability, and on balance see them as doing more good than harm. At the same time,
many see them as falling short of these goals and disproportionately serving the needs of the wealthy states—
enough to drive many out on the street to demand that these institutions better fulfill their purpose and potential.”
• A growing factor in world affairs is world public opinion. The influence of world public opinion was rated positively
in every single country--a distinction only shared by NGOs--in 15 countries by a majority, and 17 by a plurality.
On average, 51 percent saw public opinion as positive and only 17 percent as negative. An unusually large 32
percent did not provide an assessment.
• The news media received muted approval, receiving positive ratings from a 48 percent plurality and negative
ratings from 24 percent. Twenty-six rated it positively (16 a majority, 10 a plurality). Six countries rated it
negatively (4 a plurality, 2 a majority).
34. 34
Globalisasi &
Pengaruhnya Terhadap
Perubahan Ekonomi
Indonesia
Analisis Pertumbuhan Ekonomi 2005-2008,
World Oil Reseves, Analisis Pertumbuhan Ekonomi
dan Kemiskinan Indonesia, Perbandingan Indikator Ekonomi
Indonesia
35. 35
Pertumbuhan Ekonomi 2005
Perekonomian Indonesia pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan sebesar 5,60 % dibanding tahun
2004. Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2005 mencapai Rp. 1.749,5 triliun, sedangkan
pada tahun 2004 sebesar Rp 1.656,8 triliun. Bila dilihat berdasar harga yang berlaku, PDB tahun
2005 naik sebesar Rp 468,0 triliun, dari Rp 2.261,7 triliun pada tahun 2004 menjadi sebesar Rp
2.729,7 triliun pada tahun 2005. (Sumber: Berita Resmi Statistik No 09 / IX / 15 Februari 2006)
36. 36
Selama tahun 2005, hampir semua sektor ekonomi yang membentuk PDB mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 12,97%,
diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran 8,59%, sektor bangunan 7,34%, sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan 7,12%, sektor lisrtrik, gas dan air bersih 6,49%, sektor jasa-jasa
5,16%, sektor industri pengolahan 4,63%, sektor pertanian 2,49%, serta sektor pertambangan dan
penggalian 1,59%. Selanjutnya jika dilihat secara total, pertumbuhan PDB tanpa migas tumbuh lebih
cepat yaitu sebesar 6,48% pada tahun 2005 dibandingkan tahun 2004.
(Sumber: Berita Resmi Statistik No 09 / IX / 15 Februari 2006)
37. 37
Dibandingkan dengan peranan pada tahun 2004, pada tahun 2005 terjadi perubahan peranan pada beberapa
sektor ekonomi yaitu penurunan pada sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor listrik gas dan air
bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor
jasa-jasa. Penurunan yang cukup besar terjadi pada sektor pertanian dari 14,66 persen pada tahun 2004 menjadi
13,41 persen di tahun 2005. Peranan sektor industri pengolahan menurun dari 28,28 persen menjadi 28,05
persen, sektor listrik, gas, dan air bersih menurun dari 0,98 persen menjadi 0,92 persen, sektor perdagangan,
hotel dan restoran menurun dari 15,83 persen menjadi 15,74 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan menurun dari 8,60 persen menjadi 8,36 persen dan sektor jasa-jasa menurun dari 10,38 menjadi
10,10 persen. Sementara sektor pertambangan naik peranannya dari 8,67 persen di tahun 2004 menjadi 10,44
persen di tahun 2005, sektor bangunan naik dari 6,32 persen menjadi 6,35 persen dan sektor pengangkutan dan
komunikasi naik dari 6,28 persen menjadi 6,63 persen pada tahun 2005. Selanjutnya jika dilihat secara total,
peranan PDB tanpa migas naik sedikit dari 0,96 persen pada tahun 2004 menjadi 0,97 persen pada tahun 2005.
(Sumber: Berita Resmi Statistik No 09 / IX / 15 Februari 2006)
38. 38
Data PDB menurut sektor atas dasar harga berlaku juga menunjukkan
peranan sektor dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun.
Tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, dan
perdagangan mempunyai peranan sebesar 57,20 % tahun 2005. Sektor
industri pengolahan memberi kontribusi sebesar 28,05 %, sektor
perdagangan, hotel dan restoran 15,74 %, dan sektor pertanian 13,41%.
(Sumber: Berita Resmi Statistik No 09 / IX / 15 Februari 2006)
39. 39
Analisis Ekonomi 2007
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi
kuartal ketiga (Q-3) 2007 yang tumbuh 6,5%. Ini mengingat, situasi ekonomi
di dalam negeri sedang dihantui oleh berbagai kondisi eksternal seperti
krisis subprime mortagage di Amerika Serikat (AS) dan kenaikan harga
minyak mentah dunia yang nyaris tembus US$100 per barel.
Publikasi BPS menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Q-3 2007
sebesar 6,5% disumbang oleh pertumbuhan ekspor 7,8%, impor 8,1%,
konsumsi pemerintah 6,5%, konsumsi rumah tangga (RT) 5,3%, dan
investasi 8,8%. Ini maknanya, telah terjadi perubahan komposisi pada
variabel pembentuk pertumbuhan ekonomi. Dimana, tingkat konsumsi RT
mencapai 5% lebih, sedangkan investasi berada pada level di bawah 10%.
Realisasi lifting minyak mentah yang digunakan dalam APBN 2007
diperkirakan hanya 0,91 juta barel per hari (bph) lebih rendah dibandingkan
target APBN 2007 sebesar 0,95 juta bph.
Dari sisi belanja negara, sejumlah langkah efisiensi belanja di tingkat pusat
juga dilakukan pemerintah. Diperkirakan bahwa selama tahun 2007, belanja
pusat akan dapat dihemat sebesar Rp19,6 triliun. Dengan kombinasi antara
sisi penerimaan dan sisi belanja, posisi APBN 2007 akan tetap dalam posisi
aman. Dalam arti target defisit sebesar 1,5% dari PDB dapat dipertahankan.
[Sumber: Sunarsip, (2007), Dinamika Ekonomi Indonesia 2007 & Prospeknya di Tahun 2008, Ekonom Kepala,
The Indonesia Economic Intelligence & Dosen di STAN Depkeu RI.]
47. 47
Analisis Ekonomi 2008
Dalam RAPBN 2008, dinyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi ditargetkan sebesar
6,8%. Pertumbuhan 6,8% terutama terutama
diharapkan didukung oleh meningkatnya
pertumbuhan investasi dan ekspor.
Investasi diharapkan tumbuh 15,53%, konsumsi
RT diatas 5%, konsumsi pemerintah 6,24%,
ekspor 12,65% dan impor 17,81%.
[Sumber: Sunarsip, (2007), Dinamika Ekonomi Indonesia 2007 & Prospeknya di Tahun 2008, Ekonom Kepala,
The Indonesia Economic Intelligence & Dosen di STAN Depkeu RI.]
48. 48
Sumber:Sunarsip, (2007), Dinamika Ekonomi Indonesia 2007 & Prospeknya di Tahun
2008,Ekonom Kepala, The Indonesia Economic Intelligence & Dosen di STAN Depkeu
RI.
51. 51
Pertumbuhan Ekonomi dan
Kemiskinan di Indonesia
Pasca krisis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2000
sebesar 4.92 %, ternyata kondisi ini belum mampu menciptakan
lapangan kerja dan menyerap tambahan angkatan kerja yang
muncul sekitar 2.5 juta setiap, akibatnya jumlah pengangguran
meningkat, sebesar 9.76 juta orang tahun 2001–2004.
Lambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah
pengangguran mengakibatkan jumlah penduduk miskin belum
dapat diturunkan setelah pasca krisis, tercatat bahwa tahun 2002
penduduk miskin sebesar 38.4 juta jiwa dimana angka ini lebih
besar jika dibandingkan sebelum krisis, yaitu sebesar 34.5 juta
jiwa pada tahun 1996 (BPS, 2002).
Sumber: Rasidin K. Sitepu & Bonar M. Sinaga, (t.t), The Impact Of Human Capital Investment on
Economic Growth and Poverty in Indonesia: Computable general Equlibrium Model Approach),
Sekolah Pascasarjana IPB.
52. 52
Syarat Pertumbuhan Ekonomi
Teori Harrold-Domart tentang syarat yang harus dipenuhi
negara dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang stabil (steady growth) dalam jangka waktu
yang panjang:
1. Keadaan barang dan modal yang sudah mencapai
kapasitas penuh.
2. Keadaan saving yang sebanding atau proporsional
dengan pendapatan nasional.
3. Keadaan rasio modal produksi (capital out-put ratio) yang
stabil.
Sumber: Saiful Arif, Menolak Pembangunanisme, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2000. p. 225-226
53. 53
Tabel 2.1
Inflasi, Jumlah Uang Beredar, M2, Suku Bunga
Kredit
Dan Produk Domestik Bruto
Tahun 1998-2007
(%)
Tahun
Inflasi
(Y)
Jumlah Uang Beredar
(X1)
M2
(X2)
Suku bunga
kredit
(X3)
Produk
domestik
bruto
(X4)
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
77,60
2,00
9,35
12,55
10,03
5,06
6,40
17,11
6,60
6,56
56,36
13,60
17,95
12,38
5,29
9,63
9,14
15,36
17,37
20,70
62,35
11,92
15,60
12,99
4,72
8,12
8,14
16,42
12,03
18,85
22,72
22,62
16,86
17,11
18,09
17,05
14,59
14,20
15,71
13,92
2,24
2,03
4,02
3,71
5,04
4,58
5,04
5,70
5,51
6,32
Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Indonesia yang diolah kembali
54. 54
KRISIS 1997 GEJOLAK 2008
100 % Depresi Rupiah 5 %
20 % Inflasi 11,14 %
60 % NPL Perbankan 1 %
50 % Suku Bunga SBI 9,29 %
200 % Suku Bunga PUAB 12 %
Minus
Rp. 2,26 Triliun
Giro Bank
terhadap GWM
Surplus
Rp. 3 Triliun
22,1 Milliar
Dollar AS
Cadangan Devisa 57 Milliar
Dollar AS
Perbandingan Indikator Ekonomi Indonesia
NPL: Nonperfoming loan/ Kredit bermasalah
PUAB: Pasar uang antar bank
GWM: Giro wajib minimum
LANGKAH-LANGKAH YANG SUDAH
DIAMBIL UNTUK MEREDAM KRISIS:
1. Antisipasi krisis dengan mengajukan
Perpu tentang Jaring Pengaman Sektor
Keuangan, Lembaga Penjamin
Simpanan, dan UU BI.
2. Melonggarkan likuiditas perbankan
dengan penyederhanaan giro wajib
minimum, fasilitas repo, dan percepatan
penyerapan anggaran pemerintah pusat.
Likuiditas terkucur lebih dari Rp. 50
Triliun dari kebijakan ini.
3. Antisipasi kerugian bank, korporasi, dan
institusi keuangan lainnya akibat
penurunan nilai surat berharga dengan
diperbolehkan tidak menggunakan harga
pasar dalam penuruan neraca.
4. Meredam kejatuhan indeks saham
dengan pelarangan “short selling”
merelaksasi aturan “buyback”, pembelian
saham oleh Pusat Investasi Pemerintah,
dan Penegakkan hukum di Bursa.
5. Menjaga daya beli masyarakat dengan
penurunan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM)
Sumber: The Economic Business Week, dan diolah
dari berbagai sumber/ Kompas, 13 Oktober 2008
USULAN LANGKAH YANG HARUS
DIAMBIL PEMERINTAH
1. Memperkuat impor barang jadi dan
mencegah barang impor ilegal
2. Memacu pembangunan infrastruktur
3. Insentif pajak untuk perusahaan yang
berorietasi ekspor seperti tekstil, industri
hilir dan industri padat karya
4. Pengurangan harga BBM untuk
menggerakan sektor riil.
55. 55
STRATEGI
PENGEMBANGAN
PMII
“Allah menyediakan bagi mereka (orang-orang yang
mendurhakai perintah Allah dan rasul-Nya) azab yang keras,
maka bertaqwalah kepada Allah hai Ulul Albab, yaitu orang-
orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan
peringatan kepadamu.” Al-Talaq (65):10
56. 56
Rencana Strategi (renstra) Pembinaan dan Pengembangan Pergerakan
Mahaiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan garis-garis besar
pembinaan dan pengembangan dan perjuangan sebagai pernyataan
kehendak warga PMII yang hakekatnya adalah pola dasar dan umum
program jangka panjang dalam mewujudkan tujuan organisasi. Renstra
ini menjadi penting supaya langkah PMII menjadi terarah, terpadu dan
sustainable (berkelanjutan) setiap kebijakan, program dan garis
perjuangan.
Renstra pembinaan dan pengembangan PMII merupakan implementasi
dari berbagai idea dalam ketentuan ideal konstitusional dan produk-
produk historias serta analisis antisipatif dan prediksi PMII ke Depan,
Sebagai arah dalam rangkaian program-program yang menyeluruh,
terarah dan terpadu yang berlangsung secara terus menerus.
Rangkaian strategi dan program yang terus menerus tersebut dimaksud
untuk mewujudkan tujuan PMII seperti termaktub dalam Anggaran
Dasar Bab IV pasa 4 yaitu : “terbentuknya pribadi muslim Indonesia
berilmu yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, cakap dan
bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dari komitmen
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”
57. 57
PEMBINAAN DAN
PENGEMBANGAN PMII
Pembinaan dan pengembangan adalah upaya pendidikan baik
formal maupun informal yang dilaksanakan secara sadar,
terencana. Terarah, terpadu, teratur dan bertanggungjawab
dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan membimbing
dan mengembangkan suatu kepribadian yang utuh.
Pembinaan dan pengembangan diserahkan untuk memberikan
pengetahuan, ketrampilan dan keahlian serta membentuk sikap
mental spritual berakhalkul-karimah sesuai dengan bakat dan
minat serta kemampuan sebagai bekal selanjutnya, atas
prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan
mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungan yang
optimal . dari bekal yang dicapai melalui pembinaan dan
pengembangan tersebut merupakan jaminan gerak sistem
perjuangan PMII dalam mencapai cita-citanya.
58. 58
MODAL DASAR
Modal dasar PMII adalah:
1. PMII merupakan organisasi kemasyarakatan pemuda yang eksistensinya dijaman oleh UUD 1945 dan karena itu
menjadi aset bangsa dalam melakukan proses pembinaan, dan pengembangan generasi muda khususnya
mahasiswa.
2. NDP sebagai nilai prinsip ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah merupakan sumber motivasi dan inspirasi
pergerakan, sekaligus sebagai pendorong, penggerak dan landasan berpijak dalam kehidupan pribadi insan
PMII.
3. PMII sebagai organisasi mahasiswa islam mempunyai keterikatan dan tanggung jawab dengan seluruh
masyarakat bangsa indonesia yang menganut sistem berfikir keagamaan, dan kemasyarakatan yang sama yaitu
ASWAJA dan sistem kebangsaan.
4. Peran kesejarahan PMII telah menunjukkan kepelaporan dan patriotismenya dalam menegakkan dan membela
agama. Selain itu, PMII sebagai elemen civil sopciaty telah terbukti perannya dalam melakukan pendampingan
masyarakat, dalam usaha melakukan proses demokratisasi dikalangan masyarakat dan sebagainya. Peran PMII
dalam setiap perubahan, terutama dalam menegakkan reformasi secara total, dalam segala lapis kehidupan
kemasyarakatan.
5. Jumlah dan persebaran anggota PMII yang berada di seluruh wilayah Indonesia sebagai sumber daya yang
potensial. Dengan kemapanan struktur organisasi dari tingkat pusat samapi daerah, maka sosilisasi nilai dan
gagasan serta kebijakan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
6. Ketaqwaan kepada Allah SWT merupakan acuan dasar dan sekaligus menjadi Inspirasi bagi peningkatan
Kualitas Diri menuju kesempurnaan Hidup manusia sebagai hamba Allah SWT.
7. Jumlah dan penyebaran profesi alumni PMII merupakan bagian potensi bagi pengembangan organisasi dan
masyarakat.
8. Tipologi kader yang beragam warga PMII merupakan modal utama dalam menyusun renstra gerakan PMII.
Setidaknya, ada 5 tipologi dan kecenderungan. Pertama, intelektual baik akademik (scholar) maupun organik
(analisis/praktis). Kedua, gerakan mahasiswa (Student Movement), baik yang nenggunkan baju organisasi
maupun organ gerakan lainnya. Ketga, advokasi sosial baik yang intens dengan pendampingan sosial
kemasyarakat maupun advokasi wacana. Keempat, politisi baik keterlibatan dalam panggungpun kontelasi politik
maupun persinggungan dengan dunia poltik. Kelima, kecenderungan profesional dan enterpreneur. Hanya saja
persebaran tipologi kader ini tidak merata, sehingga cenderung ada disparitas pranata satu cabang dengan
lainnya.
59. 59
FAKTOR DOMINAN
Dalam menggerakkan dan memanfaatkan modal dasar untuk mencapai tujuan PMII dengan landasan serta azas-
azas di atas, perlu diperhatikan faktor-faktor dominan tersebut:
1. Ideologi merupakan aspek dominan dari organisasi PMII yang berisi padangan hidup, cita-cita
sserta sistem yang memberikan arah terhadap tingkah laku dari setiap anggota PMII. PMII
beraqidah Ahlussunah Waljamaah dan atas dasar aqidah itulah PMII dengan penuh kesadaran
berideologi pancasila dalam kehidupan berbagsa dan bernegara di Indonesia. Aqidah dan
Ideologi tersebut merupakan faktor pendorong dan penggerak dalam proses pembinaan,
pembinaan, pengembangan dan perjuangan organisasi sekaligus sebagai dasar berbijak dalam
menghadapi proses perubahan dan gonjangan-gonjangan ditengah-tengah masyarakat.
Padangan terhadap wacana Islam yang inklusif dan paradigma Kritis Transformatif dalam
membangun masyarakat, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam diri PMII. Pola
pandang keagamaan ini, merupakan faktor dominan yang dimiliki PMIIdalam rangka
pengembangan mendatang.
2. Komunitas Islam Ahlussunnah Waljamaah sebagai sekelompok masyarakat terbesar Indoensia
merupakan wahana dan tempat pengabdian yang jelas bagi PMII.
3. Jumlah anggota PMII yang setiap tahunnya bertambah dengan kuantitas yang cukup besar yang
merupakan faktor strategis yang menentukan usaha pembinaan generasi muda dalam proses
kelahiran kader bansa, sekaligus menjadi pelanjut kepemimpinan organisasi.
4. Jumlah alumni yang setiap tahunnya bertambah, sejak berdirinya PMII tahun 1960 tersebut
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dan bergerak dalam berbagai profesi dan disiplin ilmu
yang mengabdikan pada agama, masyarakat dan negara.
5. Sumber dana dan fasilitas yang tersebar di berbagai komunitas dan kelompok terutama umat
Islam merupakan aset yang perlu dikoordinir, dikembangkan sebagai sumber dana perjuangan.
Oleh karena itu PMII harus mampu menjalin hubungan organisasi yang saling bermanfaat dan
memberikan nilai lebih antara keduanya yang pada akhirnya PMII mempunyai sumber dana
secara mandiri.
60. 60
MENEGASKAN TUJUAN
Tujuan pembinaan pengembangan dan
perjuangan PMII diarahkan pada
terbentuknya pribadi dan kondisi organisasi
yang dapat mencapai tujuan dan cita-cita
PMII. Pribadi dan kondisi organisasi yang
dimaksud adalah tercapainya suatu sikap
dan perilaku:
61. 61
TUJUAN-PERILAKU
PMII yang bertaqwa kepada Allah SWT, berpegang teguh pada ajaran agamaIslam Aswaja serta
Pancasila dan UUD 1945 sebagai satu-satunya ideologi dan pandangan hidup bangsa dan negara.
Terwujudnya penghayatan dan pengalaman nilai-nilai ajaran agama islam Aswaja dan moral bangsa
untuk memperkokoh alas pijak dalam rangka menempuh kehidupan bermasyarakat, berbengsa dan
bernegara yang berkembang cepat sebagai akibat lajunya perkembangan IPTEK serta arus globalisasi
dan informasi.
Tumbuh dan berkembangnya kreatifitas, dinamika dan pola berfikir yang mencerminkan budaya
pergerakan, selektif, akomodatif, integratif dan konstruktif dalam menghadapi dan menyelesaikan
setiappermasalaahn baik secara individu, organiasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Tumbuh dan berkembangnya sikap orientasi ke masa depan, orientasi fungsi dan produktifitas serta
mengutamakan prestasi.
Terciptanya suatu organisasi sebagai kehidupan organisasi sebagai suatu sistem yang sehat dan dinamis
karena didukung oleh nilai, aparat, sarana dan fasilitas serta teknik pengolahan yang memadai sesuai
dengan tuntutan PMII maupun tyuntutan lingkyunagn yang senantiasa berkembang.
Terciptanya suatu kehidupan organisasi yang dinamis, kritis dan cerdas dalam merebut tanggung jawab
dan peran sosial sebagai bentuk partisipasi dan pengalaman nyata pergerakan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga PMII dapat benar-benar menjadilembaga altenatif
baik pada dimensi pemikiran maupun kualitas kepemimpinan dan sumber daya manusia.
Tumbuhnya suatu situasi dan kondisi yang mencerminkan kekokohan PMII yang betpijak pada nilai-nilai
dan tradisi yang dimilikinya serta mampu mencari alternatif yang paling mungkin dalam usaha untuk tidak
terseret pada polarisasi dan opini yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat yang dapat
merugikan perjuangan mewujudkan cita-cita PMII.
Tersedianya kader-kader yang memadai baik secara kualitatif maupun kuantitatif sebagai konsekuensi
logis dari arah PMII s3ebagai organisasi pembinaan,pengembangan dan perjuangan yang dikhidmatkan
kepada agama, masyarakat, berbangsa dan bernegara.
62. 62
STRATEGI
Strategi yang dimaksud disini adalah adanya
suatu kondisi serta langkah-langkah yang
mendasar, konsistensi dan aplikatif yang
harus dilakukan dalam rangka mewujudkan
tujuan dan cita-cita PMII.
Dari memahami strategi itulah maka untuk
mencapai tujuan pembinaan pengembangan
dan perjuangan yang telah ditetapkan
diperlukan strategi sebagai berikut:
63. 63
STRATEGI AKSI
Iklim yang mampu menciptakan suasana yang sehat, dinamis dan kompetitif yang selalu dibimbing
dengan bingkai taqwa, inteleqtualitas dan profesionalitas sehingga mampu meningkatkan kualitas
pemikiran dan prestasi, terbangunnya suasana kekeluargaan dalam menjalankan tugas suci
keorganisasian, kemasyarakatan dan kebangsaan.
Kepemimpinan harus difahami sebagai amanat Allah yang menempatkan setiap insan PMII sebagai
Da’I untuk melakukan amar makruf nahi mungkar. Sehingga kepemimpinannya selalu tercermin sikap
bertanggung jawab melayani, barani, jujur, adil dan ikhlas serta di dalam menjalankan
kepemimpinannya selalu penuh dengan kedalaman rasa cinta, arif bijaksana, terbuka dan demokratis.
Untuk mewujudkan suasana taqwa, intelektualitas dan profesionalitas serta kepemimpinan sebagai
amanat Allah SWT diperlukan suatu gerakan dan mekanisme organisasi yang bertumpu pada
kekuatan dzikir dan fikir dalam setiap tata perilaku baik secara individu maupun organisatoris.
Struktur dan aparat organisasi yang tertata dengan baik sehingga dapat mewujudkan sistem dan
mekanisme organisasi yang efektif dan efisien, mampu mewadai dinamika intern organisasi serta
mampu merespon dinamika perubahan eksternal.
Produk dan peraturan-peraturan organisasi yang konsisten dan tegas menjadi panduan konsitutif,
sehingga tercipta aturan mekanisme organisasi yang teratur dan mempunyai kepastian hukum dari
tingkat pengurus besar samapai pengurus rayon.
Pola komunikasi yang dikembangkan adalah komunikasi individual dan kelembagaan, yaitu
terciptanya komunikasi timbal balik dan berdaulat serta mampu membedahkan antara hubungan
individual dan hubungan kelembagaan ; baik kedalam maupun keluar.
Pola kaderisasi yang dikembangkan selaras dengan tuntutan perkembangan zaman kini dan
mendatang, sehingga fungsi kekhalifahan yang terjewantahkan dalam prilaku keseharian, baik selaku
kader bangsa maupun agama.
64. 64
SISTEM KADERISASI
PERGERAKAN MAHASISWA
ISLAM INDONESIA
“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa
yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu
benar-benar sama dengan orang yang buta?
Hanyalah Ulul Albab saja yang dapat mengambil
pelajaran.” Al-ra’d (13): 19
65. 65
CITRA DIRI ULUL ALBAB
Individu-individu yang membentuk komunitas PMII
dipersatukan oleh konstruks ideal seorang manusia.
Secara idelogis, PMII merumuskannya sebagai ulul
albab-citra diri seorang kader PMII. Ulul albab
secara umum didefinisikan sebagai seseorang yang
selalu haus akan ilmu pengetahuan (olah pikir) dan
ia pun tak pula mengayun dzikir. Dengan sangat
jelas citra ulul albab disarikan dalam motto PMII
dzikir, pikir dan amal sholeh. Dalam Al Qur’an
secara lengkap kader ulul albab digambarkan
sebagai berikut:
66. 66
Al-Baqarah (2): 179
“Dan dalam hokum qishas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai Ulul Albab,
supaya kamu bertaqwa.
Al-Baqarah (2): 197
“Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah,
dan sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku wahai Ulul Albab.”
Al-Baqarah (2); 296
“Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang mendalam tentang Al-Quran dan
Hadits) kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barang siapa dianugerahi al-hikmah itu,
maka ia benar-benar dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya Ulul Albab-lah yang
dapat mengambil pelajaran.”
Ali-Imran (3):190
“Dialah yang menurunkan al-kitab kepada kamu. Diantra (isi)nya ada ayat-ayat muhkamah
itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat, Adapun orang
yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-
ayat mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari Tugas Akhir’wilnya,
padahal tidak ada orang yang tahu Tugas Akhir’wilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya mengatakan: “kamu beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semua itu
dari sisi Tuhan kami.” Dan kami tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan Ulul
Albab.”
Ali Imran (3): 190
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi Ulul Albab.”
67. 67
Al-Maidah (5) 100
“Katakanlah: tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya
yang buruk itu menarik hatimu, maka betaqwalah kepada Allah hai Ulul Albab,
agar kamu mendapat keuntungan.”
Al-ra’d (13): 19
“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu itu benar-benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah Ulul
Albab saja yang dapat mengambil pelajaran.”
Ibrahim (14); 52
“(Al-Quran) ini adalah penjelasan sempurna bagi manusia, dan supaya mereka
diberi peringatan denganya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia
adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar Ulul Albab mengambil pelajaran.”
Shaad (38): 29
“Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
Ulul Albab.”
Shaad (38): 29
“Dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan
(kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rakhmat dari
Kami dan pelajaran bagi Ulul Albab.”
68. 68
Al-Zumar (39): 9
“(Apakah kamu hai orang-orang musrik yang lebih beruntung)ataukah orang-orang yang
beribadat diwaktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhanya? Katakanlah: “adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sesungguhnya Ulul Albab-lah yang dapat
menerima pelajaran.”
Al-Zumar: (39): 17-18
“Dan orang-orang yang menjauhi taghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah,
bagi mereka berita gembira, sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang
mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-
orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah Ulul Albab.”
Al-Zumar (39): 21
“Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air langit dari bumi,
maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan dengan air itu
tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu
melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi Ulul Albab.”
Al-Mu’min (40): 53-54
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa, dan kami wariskan taurat kepada
Bani Israil untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi Bani Ulul Albab.”
Al-Talaq (65):10
“Allah menyediakan bagi mereka (orang-orang yang mendurhakai perintah Allah dan rasul-Nya)
azab yang keras, maka bertaqwalah kepada Allah hai Ulul Albab, yaitu orang-orang yang
beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu.”
69. 69
a. Inventarisasi pemetaan dan pemilahan problem pengkaderan
Latar belakang Kader Motivasi Hasil
Santri NU
Gaul, orang bebas
Ikut-ikutan Teman
Ekonomi Menengah Ke
bawah
Abangan
Masyarakat pedalaman
(desa)
Masyarakat
Tradisionalis
Aktualisasi diri,
Aktif di NU,
Tertarik dengan figur,
Ikut teman
Tertarik dg PMII
Belajar organisasi
Belajar Islam
Pinter
Demo
Banyak pengalaman
Anti Muhammadiyah/
kelompok kanan
Kekuasaan/ politik/ batu
loncatan
Mendapatkan sesuatu
yang baru
Biasa saja
kurang agresif
Militan
Setengah-Setengah
Tidak aktif lagi di
PMII
-
70. 70
Keterangan Anatomi Setrategis Kaderisasi
Identitas kultural 1. Problem perbedaan latar belakang calon anggota
2. Citra PMII yang tidak agamis
3. Tawaran belajar paket agama
4. Pendekatan santun
5. Merebut mesjid kampus
6. Etos kerja
7. Agama aplikatif
8. Kebanggaan beragama
Agama 1. Tawaran apa yang ingin dipelajari oleh anggota
berbasis kampus umum (Shalat, mengaji, menjadi
Khotib dsb)
2. Kegiatan di daerah
3. Cara pandang
a. Kampus Agama : Agama sebagai ilmu
b. Kampus Umum : Ritual, spritual
4. Kepentingan : Teosentris, Antroposentris
5. Perlu fase-fase dalam pembelajaran agama, teologi –
antriposentri
6. Perlu mentoring untuk membina mereka
7. Formulasi pengkaderan PMII yang beragam atau latar
belakang yang anggota beragam
Aktualisasi diri 1. Ruang Aktualisasi: Wadah, jaringan. Pelatihan dan
gerakan
2. Identifikasi minat dan bakat
Akses politik PMII jadi batu loncatan atau itu adalah dampak =
rawan sehingga ada masalah baru
Tidak ada modul bagi politisi
PMII memberi ruang untuk
Isu strategis: ruang aktualisasi politik bagi kader
Contoh ruang : partai di kampus-ruang alternatif, BEM
Diaspora
Politik eksternal : PMII menyiapkan ruang untuk
berkompetisi
Matri : Manajemen konflik/manajemen Forum
Apa kepentingan PMII? Politik kampus dengan
pembelajaran ketrampilan berpolitik.
Ansos Politik Pribadi Media pembelajaran
Politik eksternal Politik Mahasiswa
(DPRD, Birokrasi) (BEM, Internal)
- Materi : merebut politik kampus
- Wacana politik : materi
71. 71
ULUL ALBAB ADALAH KADER
PELOPOR
Ulul Albab itulah yang dalam bahasa pergerakan
disebut dengan kader pelopor (vanguardist).
Kepeloporan dalam pengertian apa? Siapakah
sebenarnya kader pelopor tersebut?
Asal usul istilah pelopor berasal dalam khasanah
politik. Pertama kali diperkenalkan oleh Lenin di
Rusia pada sekitar tahun 1980-an. Istilah itu
digunakan untuk menyebut suatu partai pelopor
(Vanguard party). Artinya, kepeloporan pada
mulanya bermakna politik. Dalam pegnertian ini
kepeloporan dimaknai sebagai kepeloporan politik
atau propaganda.
72. 72
Referensi Primer
1. Adelman dan C. Morris, Economics Growth and Social Equaity in Developing Countries, Standford,
Standford University Press, 1973.
2. Anthony Giddens, Runway World, Bagaimana Globalisasi Merombak Kehidupan Kita, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
3. Adam Smith, The Wealth of Nations, New York: The Modern Library, 1973.
4. Daniel Bell,The Cultural Contradictions of Capitalism, New York: Basic Books, 1976.
5. Francis Fukuyama, The End of History and Last Man, London: Hamish Hamilton, 1992.
6. Fredric Jameson, Postmodernism or The Cultural of The Late Capitalism, London, Verso, 1990.
7. Heru Nugroho, Negara, Pasar dan Keadilan Sosial, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001.
8. Ignas Kleden, Masyarakat dan Negara: Sebuah Persoalan, Magelang, Indonesiatera, 2004.
9. Jamil Salmi, Kekerasan dan Kapitalisme, Pendekatan Baru dalam Melihat HAM, Pustaka Pelajar,
Jogjakarta, 2003.
10. Jerry Mander, Debi Barker & David Korten, Globalisasi Membantu Kaum Miskin, dalam Globalisasi
Kemiskinan & Ketimpangan, Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, Yogyakarta, 2003.
11. Jurgen Hebermas, Ilmu dan Tekhnologi Sebagai Ideologi, Jakarta: LP3ES, Tahun 1990.
12. Martin Khoor, Globalisasi Perangkap Negara-negara Selatan, Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas,
Yogyakarta, 2000.
13. Saiful Arif, Menolak Pembangunanisme, Yogyakarta, Pustaka Pelajar & Pustaka Averroes, 2000.
14. Yasraf Amir Piliang, Sebuah Dunia Yang Menakutkan Mesin-mesin Kekarasan dalam Jagat Raya
Chaos, Mizan, Bandung, 2001.
15. Kompas, 13 Oktober 2008
16. The Economic Business Week, 2008
17. Berita Resmi Statistik No 09 / IX / 15 Februari 2006
18. Sunarsip, (2007), Dinamika Ekonomi Indonesia 2007 & Prospeknya di Tahun 2008, Ekonom Kepala,
The Indonesia Economic Intelligence & Dosen di STAN Depkeu RI.
19. Rasidin K. Sitepu & Bonar M. Sinaga, (t.t), The Impact Of Human Capital Investment on Economic
Growth and Poverty in Indonesia: Computable general Equlibrium Model Approach), Sekolah
Pascasarjana IPB.
73. 73
go on to the next slide
Have been presented by:
NUR SAYYID SANTOSO KRISTEVA
NIM. 08/275928/PSP/3433
Mahasiswa Program Pascasarjana Sosiologi Fisipol UGM
E-mail: nuriel.ugm@gmail.com/ skristeva@gmail.com
Website pribadi: www.nursayyidsantoso.blogspot.com
Website lembaga: www.sosiologidialektis.wordpress.com
Cp. (0282) 540 437/ Hp. 085 647 634 312