More Related Content
Similar to Budidaya Kodok
Similar to Budidaya Kodok (20)
More from Agus Rochdianto
More from Agus Rochdianto (9)
Budidaya Kodok
- 1. Pendahuluan
Kodok lembu (Rana catesbiana) dikenal pula dengan
nama bull frog. Namun di Bali, khususnya di Kabupaten
Tabanan, kodok lembu yang bernegeri leluhur Amerika
Utara, namun diintroduksi ke Indonesia dari Taiwan ini
lebih populer dipanggil dengan nama kodok Taiwan. Selain
itu, kodok yang memiliki pertumbuhan cepat dan beru-kuranbongsor
ini biasa pula dipanggil dengan nama kodok
unggul.
Di Kabupaten Tabanan, budidaya kodok lembu mulai
digeluti oleh pembudidaya di Desa Jegu, Kecamatan Pene-bel
pada tahun 1984-an. Pada awalnya hanya dilakukan
oleh seorang pembudidaya. Namun akhirnya berkembang
menjadi belasan pembudidaya kodok yang menghimpun
diri dalam sebuah kelompok yang diberi nama Rana
Agung.
Selain di Desa Jegu,
budidaya kodok unggul
ini juga berkembang di
beberapa kecamatan
lainnnya di Kabupaten
Tabanan. Namun lambat
l a u n j u m l a h n y a
berkurang. Selain karena
terbentur masalah teknis
budidaya yang sifatnya
coba-coba, berkurangnya
jumlah pembudidaya
kodok di Tabanan ini
karena pembudidaya
kodok saat itu sebagian
besar hanya mempro-duksi
benih. Sedangkan
permintaan pasar terbe-sar
saat itu berupa
kodok konsumsi.
Kurang jelinya membaca permintaan pasar saat itu me-mang
berakibat fatal. Pembudidaya kodok banyak yang
gulung tikar. Beberapa petani yang tetap bertahan mene-kuni
usaha budidaya kodok, ternyata bisa mengambil hik-mah
dari kegagalan tersebut. Selain selalu menyempurna-kan
teknik budidaya, mereka juga mulai mengembangkan
usaha berwawasan agribisnis yang berorientasi pasar.
Saat ini, pangsa pasar kodok cukup terbuka lebar. Selain
pasar lokal berupa restoran, hotel dan pasar swalayan di
Bali, permintaan juga datang dari luar daerah. Baik berupa
benih (kecebong dan percil) maupun kodok konsumsi.
Untuk memenuhi permintaan pasar tersebut, budidaya
kodok yang pernah berkembang di Tabanan, memang
perlu digalakkan kembali. Apalagi, permintaan komoditi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
kodok ini juga datang dari manca negara. Supaya budidaya
kodok yang akan dikembangkan petani bisa berhasil, selain
masalah pasar, teknik budidayanya juga perlu dilakukan se-suai
rekomendasi teknis dan sosial ekonomi yang disyaratkan.
Biologi Kodok
Kodok lembu mempunyai dua habitat, yakni air dan daratan.
Ketika masih kecil berbentuk berudu atau kecebong, memer-lukan
air sebagai habitatnya. Kecebong yang bersifat om-nivora
ini menykai santapan berupa plankton atau jasad-jasad
renik yang ada di dalam air. Baik yang berasal dari bahan-bahan
hewani maupun nabati.
Ketika menginjak stadia percil hingga dewasa, habitat
berupa daratan lebih disukai. Makanan alami yang sebelum-nya
berupa plankton, mulai ditinggalkan dan beralih menyan-tap
cacing, ulat, belatung dan aneka jenis serangga.
Di alam aslinya ini, kodok dewasa yang berumur di atas
delapan bulan dapat memijah sepanjnag tahun, terutama
pada saat musim hujan. Telur-telurnya yang menggerombol
dalam gumpalan semacam lendir di letakkan di dalam air di
sekitar akar-akar tanaman air.
Induk kodok jantan dan betina dapat dibedakan dengan
melihat ciri-ciri fisiknya. Kodok
jantan memiliki ciri-ciri : Ukuran
lingkaran gendang telinga dua kali
lebih besar dari lingkaran mata,
Warna kulit di sekitar kerongkon-gan
berwarna hijau kekuningan,
Ibu jari kaki bagian depan relatif
lebih besar, Ukuran badan relatif
lebih kecil dan Memiliki kantung
suara yang terletak di antara selaput gendang dan lengan
bawah.
Sebaliknya, kodok betina
memiliki ciri-ciri : Ukuran gen-dang
telinga relatif sama atau
sedikit lebih besar dari ling-karan
mata, Warna kulit di seki- tar
kerongkongan berwarna putih
dengan bintik-bintik kehitaman,
Ibu jari bagian depan relatif lebih kecil, Ukuran badan relatif
lebih besar dan Tidak memiliki kantung suara
Teknik Pembenihan
Dalam teknik pembenihan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
tahap pemijahan, tahap penetasan dan tahap pendederan
kecebong.
a. Pemijahan
· Pemijahan dilakukan di kolam tanah atau bak tembok
berukuran sekitar 2,5 x 1,5 x 0,75 meter yang diisi air
setinggi 20 – 30 Cm.
· Berikutnya dilakukan seleksi induk yang akan dipi-jahkan
dengan perbandingan 1 betina dan 1 jantan
· Pilihlah induk betina yang berumur minimal 18 bulan,
berat berkisar 300 – 500 gram, dan induk jantan beru-mur
minimal 12 bulan (beratnya berkisar 200 – 300
gram).
· Selain itu, pilihlah induk betina yang siap dipijahkan
dengan ciri-ciri berperilaku lebih jinak dari biasanya,
perutnya tampak membesar dan mengembang serta
terasa lembek saat diraba.
· Sedangkan induk jantan yang siap kawin biasanya
memiliki perilaku agresif dan sering bersuara.
· Induk pilihan tersebut kemudian dimasukkan ke kolam
pemijahan dengan perbandingan cukup satu jantan :
satu betina.
· Setelah induk dimasukkan, bagian atas kolam / bak
perlu ditutupi 2/3 bagian permukaannya agar kodok
merasa nyaman dan tenang.
· Bila tidak ada aral melintang, malam hari kodok sudah
memijah.
· Tanda terjadinya pemijahan dapat dilihat adanya
gerombolan telur berbintik-bintik hitam yang dilindungi
dalam gumpalan semacam lendir.
B. Penetasan Telur
· Telur yang sudah dibuahi ini bisa dibiarkan berada di
kolam pemijahan atau dipindahkan ke kolam lain untuk
ditetaskan.
· Bila akan ditetaskan di kolam pemijahan, maka kedua
induknya harus dipindahkan ke kolam induk.
· Supaya tingkat penetasan telurnya tinggi, perlu disiap-kan
aerator untuk tambahan suplai oksigen ke dalam
air kolam.
· Aerator yang dilengkapi dengan batu aerasi ini, perlu di
ataur agar gelembung udara yang dihasilkan tidak ter-lalu
kuat.
· Pada suhu air 25 – 28 derajat Celsius, telur kodok akan
menetas dalam jangka waktu 2- 3 hari.
· Setelah larva berumur seminggu, larva perlu diberi
pakan tambahan berupa suspensi kuning telur atau
tepung ikan.
· Di kolam penetasan ini, kecebong dipelihara hingga
dua minggu.
- 2. Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tabanan
Kegiatan Penyelenggaraan Revitalisasi Perikanan
Di Kabupaten Tabanan
2008
C. Pendederan Kecebong
· Setelah berumur dua
minggu, populasi kecebong
perlu diperjarang dengan
cara memindahkan ke bak
tembok atau kolam lainnya
dengan padat penebaran 500
ekor/M2 untuk didederkan.
· Pada umur 2 – 3 bulan,
kecebong yang dipelihara
biasanya sudah berubah wu-jud
menjadi percil (kodok
muda).
· Perubahan kecebong menjadi percil ini bi-asanya
tidak berlangsung secara serempak.
Oleh karena itu, menginjak umur 2 bulan perlu
dilakukan pemanenan secara bertahap setiap
hari.
· Kecebong yang sudah berubah menjadi percil
ditangkap satu persatu dengan bantuan serok.
Percil yang tertangkap selanjutnya dipindahkan
ke kolam / kandang untuk dibesarkan.
Teknik Pembesaran
· K o l a m
untuk pemeli-h
a r a a n
(pembesaran)
per ci l cukup
berukuran 1
M2 yang dibuat
dari pasangan
batako setinggi
20 – 30 Cm.
· Di sekelil-ing
kolam tepat di atas pasangan tembok diberi
jaring pengaman berupa paranet/jaring nilon
setinggi 50 – 100 Cm.
· Tinggi air di kolam ini cukup 5 – 10 Cm atau
cukup setinggi leher percil/kodok yang dipeli-hara.
· Padat penebaran awal di kolam ini sekitar 200
ekor percil/M2. Padat penebaran awal ini, se-cara
bertahap dikurangi sejalan dengan pertum-buhan
percil.
· Bi la per ci l sudah berumur sebulan,
kepadatannya dikurangi menjadi 150 ekor/M2,
umur 2 bulan kembali diperjarang menjadi 100
ekor/M2 berikutnya setelah berumur 3 bulan
kepadatannya dikurangi menjadi 50 ekor/M2.
Budidaya
Kodok Lembu
· S e l a i n
berdasarkan
umur , pen-j
a r a n g a n
populasi da-pat
dilakukan
berdasarkan
k e r a g aman
pertumbuhan
kodok.
· Untuk menghindari dan menekan sifat kanibal-isme,
usahakan dalam satu petak kolam hanya
berisi kodok yang berukuran seragam.
· Kodok muda yang sudah berumur 3 bulan yang
bobotnya sekitar 75 – 100 gram/ekor, selanjut-nya
dipelihara lebih lanjut dengan kepadatan 50
ekor/M2.
· Pada umur 4 – 6 bulan sedari percil, kodok
memiliki berat sekitar 200 – 250 gram/ekor.
Siap untuk dipanen dan dijual sebagai kodok
konsumsi.
Pemberian Pakan
· Agar kodok yang dipelihara bisa tumbuh optimal,
selama pemeliharaan pakan berkualitas dan
bergizi tinggi harus selalu diberikan.
· Kecebong diberi pakan berupa tepung ikan dan
dedak halus, sedangkan saat percil pakannya
berupa ulat hongkong, cacing yang dipotong-potong
kecil atau pakan buatan berbentuk buti-ran
kecil sesuai bukaan mulut percil.
· Kodok remaja dan dewasa, bisa diberikan pakan
buatan (pelet) jenis apung berbentuk butiran
besar atau berbentuk tablet. Pakan diberikan
dengan cara ditebarkan di permukaan air.
· Selain pakan buatan berupa pelet, setelah
kodok berumur 3 bulan juga bisa diberikan
pakan alami berupa cincangan bekicot, keong
mas atau cacing,
· Porsi pakan cukup 5 – 10 persen dari berat
populasi. Pakan diberikan dua kali sehari pada
pagi dan sore hari. (Agus Rochdianto, SE, S.PKP)
Keterangan lebih lanjut, hubungi PPL Perikanan terdekat
atau langsung ke kantor Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Tabanan, Jln. Pulau Nias No.33 Tabanan, Telp
(0361) 811497