2. Cara Budidaya Ikan Gabus Malas Terbaik
Cara Budidaya Ikan Gabus Malas Terbaik - Berikut ini adalah kumpulan tips dan trik
budidaya ikan gabus malas juga yang tidak kalah penting dibahas seputar cara budidaya
ikan gabus malas.
Gabus malas memiliki kelebihan tahan hidup di perairannya yang terbatas. Ikan ini sering
dipasarkan dalam bentuk hidup. Ikan yang tergolong mahal ini merupakan makanan favorit di
pasar ikan di.Bangkok. Meski kulitnya berwarna menyeramkan, tetapi daging di dalamnya
berwarna putih bersih.
A. Pengenalan Jenis
Awalnya, ikan gabus malas adalah hama yang mengusik ketenangan ikan-ikan peliharaan di
kolam, sama seperti belut. Namanya sesuai dengan kebiasaan hidupnya. Ikan ini hampir-
hampir tidak bergerak saking malasnya. Oleh karena itu, ikan ini harus diberi pakan hidup
agar bereaksi. Ikan gabus malas dikenal juga dengan nama betutu.
Ikan betutu memiliki sisik tipe ctenoid. Artinya, bentuk sisik kecil*kecil dan menyelimuti
sekujur badannya. Pada bagian kepala sisik, terdapat moncong, pipi, dan operculum. Bagian
operculum sisik ini lebih
besar dibandingkan dengan yang lainnya. Sirip dubur lebih pendek dari sirip punggung
kedua. Ikan ini mudah dibedakan dengan ikan lainnya karena mempunyai warna tubuh
cokelat kehitaman. Pada bagian punggungnya berwarna hijau gelap, sedangkan warna bagian
perutnya lebih terang. Bagian kepala memiliki tanda berwarna merah muda.
Betutu bisa tumbuh hingga mencapai 45 cm. Badannya berbentuk bulat panjang. Mulutnya
bisa dibuka lebar dan siap menyantap mangsanya yang melintas di depannya. Sirip ekor
berbentuk membulat (rounded) dengan kulit tubuh dihiasi belang-belang kecokelatan.
Quote:
Jenis gabus malas atau ikan betutu yang dikenal di antaranya sebagai berikut.
1) Broadhead sleeper atau Dorminator lotifrans
Ikan ini tersebar di Kepulauan Pasifik dan Amerika Tengah serta Meksiko bagian Selatan,
baik di air asin maupun air tawar. Panjang tubuhnya bisa mencapai hingga 25 cm. Broadhead
sleeper suka makan ikan-ikan kecil.
2) Spotted Goby atau Dorminator maculatus
Ikan ini bisa tumbuh sampai 25 cm. Spotted Goby tersebar di Kepualauan Pasifik dan
Amerika Tengah, baik di laut ataupun di air payau.
3) Morgunda-morgunda atau purple-striped gudgeon
Ikan yang tergolong buas ini terdapat di perairan tawar di Australia Utara dan Tengah.
3. Panjang tubuhnya bisa mencapai 20 cm.
B. Kebiasaan Hidup di Alam
Benih ikan gabus Bering tampak seperti serombongan ikan cere (Lebistes reticulates) di
kolam. Gabus malas ini berasal dari Kalimantan, Sumatera, Malaysia, dan Thailand. Ikan ini
hidup di sungai, rawa dengan kedalaman 40 cm, dan menyukai perairan yang dangkal.
Ikan betutu ini cenderung memilih tempat yang gelap, berlumpur, berarus tenang, atau
wilayah bebatuan untuk bersembunyi. Di Indonesia, ikan ini ditemukan di Palembang, Muara
Kompeh, Gunung Sahilan, Jambi, Danau Koto, Sungai Russu, Bua-bua, Banjarmasin,
Sintang, Montrado, Batu Pangal, Smitau,Danau Boran, Pontianak, Sungai Kapuas, Serawak
dan Ternate, Sungai Cisadane, Bengawan Solo, dan beberapa sungai besar lainnya.
1. Kebiasaan makan
Di alam, betutu menyantap pakan yang jaraknya sangat dekat. Dengan bentuk mulut yang
sangat lebar, bukan halangan bagi betutu untuk mengenyangkan perutnya.
Betutu termasuk golongan karnivora. Jenis pakan yang disukai adalah ikan-ikan kecil, cacing,
atau organisme lainnya, asalkan masih hidup. Ikan ini bisa menyantap pakan ini dalam
jumlah yang besar setiap harinya.
2. Kebiasaan berkembang biak
Di alam, betutu akan kawin pada musim penghujan di tempat yang berpasir bersih. Ikan ini
kawin secara berpasangan. Telurnya akan dietakkan di dasar atau ditempelkan pada substrat,
pinggiran batu, atau akar pokok kayu yang bersih. Telurnya akan tampak seperti kabut atau
kapas yang sangat lembut dan halus yang menempel pada substrat.
C. Memilih Induk
Induk betutu umumnya dikumpulkan dari alam sebab perlu waktu yang lama dan pakan yang
sangat banyak untuk menghasilkan induk di kolam. Induk-induk ini umumnya dikumpulkan
di antara betutu dewasa dan diseleksi yang memiliki badan sehat. Induk jantan dapat
dibedakan dari induk betina dengan melihat ciri-ciri morfologis sebagai berikut.
Quote:
Ciri induk yang berkualitas
Betina
Badannya berwana lebih gelap.Bercak hitam lebih banyak. Papila urogenital berbentuk
tonjolan memanjang yang lebih besar. membundar, warnanya memerah saat menjelang
memijah. Ukurannya lebih kecil dibandingkan Ukurannya lebih kecil dibandingkan yang
jantan pada umur yang sama.Berbadan sehat.Dewasa.
Jantan
Badannya berwana lebih terang.Bercak hitam lebih sedikit.Papila orogenital berbentuk
4. segitiga, pipih, dan kecil.Pada umur yang sama ukurannya lebih besar daripada
betina.Berbadan sehat.Dewasa.
D. Pemijahan di Kolam
Awalnya, betutu adalah ikan liar yang kehadirannya tidak dikehendaki di kolam
pemeliharaan karena suka memangsa ikan yang dipelihara di dalamnya. Oleh karena itu, bila
hendak memijahkan betutu di dalam kolam maka persiapannya harus matang agar tidak ada
ikan lain yang masuk ke dalam kolam dan mengganggu proses pemijahan ikan betutu.
1. Konstruksi kolam
Luas kolam pemijahan bervariasi antara 200 M2, tergantung ketersediaan lahan. Kolam
berbentuk persegi panjang dengan letak pintu pemasukan dan pembuangan berseberangan
secara diagonal. Tujuannya agar kolam bisa memperoleh air dari saluran langsung dan
pembuangannya pun bisa lancar. Debit air kolam minimal 25 liter/menit. Pergantian air yang
kotinyu akan berpengaruh positif terhadap proses pemijahan.
Bila lahannya sempit, bisa dibuatkan bak semen berukuran
2 mX 1 m x 1 m untuk pemijahan induk betutu secara berpasangan. Namun, bila mau
memijahkan beberapa pasang di lahan terbatas bisa dibuat kolam tembok berukuran 4 m X 2
M X I M.
2. Persiapan kolam
Induk dipersiapkan terlebih dahulu. Untuk kolam pemijahan seluas 200 m2, dapat disiapkan
induk yang rata-rata berukuran 300 g sebanyak 35-40 pasang. Sementara untuk kolam kecil,
dengan luas 8 m2, dapat dimasukkan induk sebanyak 3-4 pasang.
Sebelum induk dimasukkan, kolam pemijahan dilengkapi dengan sarang pemijahan berupa
segitiga yang dibuat dari asbes. Ukuran panjang segitigiga 30 cm yang diikat dengan kawat
dan diberi pelampung untuk mempermudah mengetahui keberadaannya.
Induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan setelah kolam terisi air setinggi 40-45 cm.
Selama proses pemijahan, sebaiknya kolam memper*oleh pergantian air secara kontinyu.
Proses pergantian air secara kontinyu ini terbukti mampu merangsang pemijahan hampir
semua jenis ikan secara alami.
3. Pemijahan
Tingkah laku pemijahan ikan betutu meliputi 5 tahap, yaitu membentuk daerah kekuasaan,
membuat sarang pemijahan, proses kawin, memijah dan meletakkan telurnya pada sarang,
dan menjaga telurnya. Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari, tetapi tidak jarang pada
Siang hari betutu juga memijah. Ikan ini akan kawin di dalam segitiga sarang pemijahan.
Selanjutnya, telur yang dihasilkan akan ditempelkan ke dalam kotak segitiga sarang
pemijahan tersebut.
E. Penetasan Telur dan Perawatan Benih
Telur ikan betutu berbentuk lonjong, transparan. Ukurannya sangat kecil, kira-kira hanya
bergaris tengah 0,83 mm. Telur tersebut melekat pada dinding sarang. Setelah kontak dengan
air selama 10-15 menit, membran vitelinya akan mengembang terns dan panjang telur
meningkat sekitar 50 % hingga telur berukuran 1,3 mm.
5. Penetasan telur dilakukan di akuarium dengan mengangkat sarang pemijahan yang telah
berisi telur. Sebuah sarang pemijahan bisa ditempati oleh sepasang induk, tetapi bisa juga
ditempati beberapa ekor induk. Kapasitas akuarium sebaiknya minimal 60 liter. Untuk
menjamin proses penetasan, diberi aerasi agak kuat, dan ditetesi beberapa tetes
Malachytgreen atau Metilen blue untuk mencegah jamur (fungi). Telur yang terserang jamur
akan tampak putih berbulu dan sebaiknya segera disifon agar tidak menulari telur yang lain.
Jumlah telur dalam setiap sarang berkisar 20.000- 30.000 butir. Telur tidak menetas dalam
waktu yang bersamaan. Biasanya, penetasan berlangsung 2-4 hari. Setelah telur menetas,
kekuatan aerator dikurangi. Adapun persentase telur yang menetas antara 80—90%.
F. Pendederan
Pendederan dimaksudkan untuk memelihara larva yang baru menetas dan sudah habis kuning
telurnya (yolk sack) ke dalam kolam untuk memperoleh ikan yang seukuran sejari
(fingerling). Pendederan biasanya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pendederan I dan
pendederan II.
Pendederan I dilakukan di dalam bak atau kolam yang lebih kecil, berukuran 5 m x 2 m
dengan kedalaman 1 m. Kolam ini dipasangi hapa dengan ukuran mata 500 mikron (0,5 mm)
yang berukuran 100 cm x 75 cm dan tinggi 60 cm.
Banyaknya hapa yang dipasang tergantung benih yang akan ditebar. Kepadatan penebaran di
dalam hapa pada pendederan I yaitu 30.000 ekor /m2 atau 3o ekor/liter air. Jadi, ke dalam bak
tersebut dapat ditampung sebanyak 100.000-150.000 ekor larva, hasil dari 3-5 buah sarang,
dengan kedalaman air 50 cm. Lama pemeliharaan di dalam pendederan I ini yaitu 2 bulan.
Dengan pakan yang disuplai dari luar, akan dihasilkan benih seukuran 1-2 cm dengan tingkat
hidup mencapai 20%.
Untuk pendederan 11, dibutuhkan kolam yang luasnya 50 m2 dengan ukuran 5 m x 10 m dan
kedalaman kolam 0,7 meter. Kolam dipupuk dengan kotoran ayam sebanyak 0,5-1,5 kg /m2,
tergantung dari kesuburan kolam. Lama pemeliharaan di pendederan II yaitu 4 bulan dan
akan dihasilkan benih betutu berukuran 10 cm (30-50 g) dengan tingkat kehidupan bisa
mencapai 100%.
G. Pembesaran
Pembesaran dimaksudkan untuk menghasilkan betutu berukuran konsumsi. Kolam yang
dibutuhkan seluas 200-600 m2. Kolam diusahakan memperoleh air barn dengan konstruksi
pematang kolam dari tanah dengan terlebih dahulu dipastikan tidak bocor. Idealnya, kolam
betutu dengan pematang yang ditembok. Di dalam kolam ditempatkan beberapa tempat
persembunyian berupa ban bekas atau dawn kelapa karena betutu menghendaki lingkungan
yang agak remang-remang.
Kolam dipupuk terlebih dahulu dengan kotoran ayam dengan dosis 0.5-1.5 kg/m2. Kolam
diairi dengan air yang sudah lewat saringan. Selanjutnya, benih berukuran ditebarkan.
Adapun kepadatan penebaran tergantung benih yang ditebarkan. Untuk benih berukuran 100
g dapat ditebarkan 20 ekor/m2, sedangkan yang berukuran 175 g dapat ditebarkan sebanyak 8
6. ekor/m2. Dalam tempo 5 bulan, benih yang beratnya 100 g dapat tumbuh menjadi 250 g/ekor,
sedangkan yang berukuran 175 g dapat mencapai berat 400 g/ekor selama 6 bulan.
7. ekor/m2. Dalam tempo 5 bulan, benih yang beratnya 100 g dapat tumbuh menjadi 250 g/ekor,
sedangkan yang berukuran 175 g dapat mencapai berat 400 g/ekor selama 6 bulan.