Aminullah assagaf p1 7-metode penelitian_18 des 2021
Bab 3versi warna
1. 25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pengetahuan yang dapat
menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Sumanto (1995: 6), Sugiyono
(1999: 2) membagi tujuan penelitian ke dalam dua golongan yaitu penelitian murni
(dasar) dan terapan. Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori
sedangkan penelitian terapan dilakukan untuk keperluan penerapan evaluasi
kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.
Menurut pendekatannya, Sugiyono (1999: 3) mengatakan bahwa penelitian
yang dimulai karena adanya masalah disebut dengan policy research. Masalah ini
pada umumnya dimiliki oleh para administrator dan pengambil keputusan pada suatu
organisasi. Menurut tingkat eksplanasinya, Sugiyono (1999: 7) mengatakan apabila
dalam suatu penelitian minimal terdapat dua variabel yang dihubungkan dan meneliti
hubungan tersebut, maka penelitian ini disebut penelitian asosiatif.
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian eksplanasi, karena penelitian ini
dilakukan dengan mengumpulkan data yang relevan untuk memperoleh penjelasan
serta menguji hubungan antara variabel-variabel yang terkait dengan hipotesis dan
2. 26
tujuan penelitian. Tipe dari penelitian eksplanasi menjadi bagian dari tipe
penelitian deskriptif analisis dimana hubungan antara variabel dijelaskan apakah suatu
variabel mendukung atau memperlemah satu sama lain (Sugiyono, 1999: 21-23, Umar
2000:104).
B. Gambaran Umum Objek Penelitian
Kantor Wilayah DJP Jakarta Selatan yang berlokasi di wilayah kotamadya
Jakarta Selatan merupakan salah satu unit organisasi tingkat eselon II yang
membawahi beberapa KPP Pratama dan satu KPP Madya di wilayah Jakarta Selatan.
Kantor Wilayah DJP Jakarta Selatan terdiri atas 12 unit KPP Pratama dan 1 unit
Kantor Pelayanan Pajak. Dua belas kantor pelayanan pajak tersebut merupakan
jumlah setelah reformasi birokrasi, dimana sebelum dilaksanakan modernisasi,
Kanwil DJP Jakarta Selatan hanya terdiri atas 10 Kantor Pelayanan Pajak.
Alasan pemilihan DJP sebagai objek penelitian karena DJP merupakan
instansi percontohan dalam reformasi birokrasi. Dalam prosesnya salah satu pilar
perubahan adalah perbaikan dalam manajemen SDM. Untuk mencapai tujuan DJP
dalam reformasi birokrasi dibutuhkan SDM yang kompeten serta bekerja secara
terukur dan disiplin. Dalam hal ini DJP telah menerapkan sistem reward and
punishment dalam manajemen SDM-nya.
Dipilihnya lingkungan Kanwil DJP Jakarta Selatan sebagai objek penelitian
adalah karena lingkungan tersebut merupakan tempat dimana peneliti tinggal. Sampel
yang diambil adalah sejumlah pegawai yang ada di enam KPP Pratama yang termasuk
dalam lingkungan Kanwil DJP Jakarta Selatan, yakni KPP Pratama Tebet, KPP
Pratama Setiabudi Satu, KPP Pratama Setiabudi Dua, KPP Pratama Pasar Minggu,
3. 27
KPP Pratama Mampang Prapatan, dan KPP Pratama Cilandak. Meskipun demikian,
peneliti sadar bahwa karena keterbatasan tersebut, hasil dari penelitian ini masih
belum mencukupi untuk digunakan dalam mengambil kesimpulan bagi seluruh
pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Indonesia. Walau demikian, setidaknya
hasil penelitian ini diharapkan menggeneralisasi populasi pegawai yang bekerja pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Jakarta Selatan.
C. Prosedur Pengumpulan Data
1. Populasi responden penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 1999, 57). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pegawai yang bekerja pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama di wilayah Jakarta Selatan. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dengan demikian, sampel dari
penelitian ini merupakan sebagian dari pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama di
wilayah Jakarta Selatan.
2. Responden penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah semua pegawai yang berada di keenam
Kantor Pelayanan Pajak yang sebelumnya telah disebutkan. Karena pertimbangan
waktu dan biaya, dalam memutuskan jumlah sampel penelitian, peneliti memutuskan
untuk tidak menggunakan rumus Slovin yang banyak digunakan dalam banyak
penelitian. Namun demikian, peneliti tetap berpedoman pada beberapa ahli dalam
menentukan jumlah sampel secara minimal namun tetap memadai dan representatif.
4. 28
Gay dan Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya.
Pendapat Gay dan Diehl (1992) ini mengasumsikan bahwa semakin banyak sampel
yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat digeneralisir.
Namun ukuran sampel yang diterima akan sangat bergantung pada jenis
penelitiannya. Jika penelitiannya bersifat deskriptif, maka sampel minimumnya
adalah 10% dari populasi Jika penelitiannya korelasional, sampel minimumnya adalah
30 subjek Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek per
grup Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek per
grup. Tidak jauh berbeda dengan Gay dan Diehl, Roscoe (1975) juga memberikan
beberapa panduan untuk menentukan ukuran sampel yaitu :
a. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian.
b. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan
sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat.
c. Dalam penelitian mutivariat (termasuk analisis regresi berganda), ukuran
sampel sebaiknya 10 kali lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian.
d. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eksperimen yang
ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil
antara 10 sampai dengan 20.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti memutuskan untuk mengambil
160 sampel yang diambil secara acak dari keenam Kantor Pelayanan Pajak yang
sebelumnya telah disebutkan. Populasi dari pegawai Kantor Pelayanan Pajak di
lingkungan Kantor Wilayah Jakarta Selatan berjumlah 1208 orang. Berdasarkan
5. 29
pendapat Guy dan Diehl (1992), maka jumlah sampel minimal adalah 10% dari 1208
atau 121 responden. Berdasarkan pendapat Roscoe, jumlah sampel dapat dihitung
dengan 10 kali dari jumlah variabel. Karena pada penelitian ini memiliki empat
variabel, maka jumlah sampel minimal adalah 40 responden. Dengan demikian,
keputusan untuk menetapkan jumlah sampel sebesar 160 responden masih dapat
dikatakan memadai dan sesuai dengan pendapat kedua ahli tersebut. Responden
berjumlah 160 tersebut dianggap representatif dalam mewakili jumlah populasi
pegawai di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jakarta Selatan.
3. Metode pengumpulan data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang
termasuk dalam kategori probability sampling yaitu sampel acak berstrata
proporsional. Pada dasarnya ada dua desain pengambilan sampel yaitu cara
probability sampling dan nonprobability sampling. Probability sampling
menggunakan sampel acak sederhana dan probabilitas kompleks.
4. Instrumen pengumpulan data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tiga cara, yaitu:
a. Penyebaran Kuesioner, yaitu dengan menggunakan kuesioner yang di
dalamnya terdapat pertanyaan yang bersifat tertutup. Pertanyaan yang bersifat
tertutup memudahkan responden karena responden tinggal memilih salah satu
dari jawaban yang telah disediakan, yang dirasakan paling sesuai menurut
pendapatnya.
6. 30
Agar data yang terkumpul dapat berwujud kuantitatif, maka setiap
alternatif jawaban diberikan skor atau nilai. Cara pemberian skor atau nilai
pada masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
o Jawaban SS (Sangat Setuju) diberi skor 5
o Jawaban S (Setuju) diberi skor 4
o Jawaban BS (Biasa Saja) diberi skor 3
o Jawaban TS (Tidak Setuju) diberi skor 2
o Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1
b. Wawancara. Wawancara dilakukan selain untuk memberi penjelasan kepada
responden tentang isi atau maksud daftar pertanyaan yang terdapat dalam
kuesioner, juga untuk mencari informasi atau keterangan yang berkaitan
dengan variabel penelitian, tetapi tidak tercakup dalam kuesioner.
c. Dokumentasi. Dokumentasi dilakukan dengan melihat serta mempelajari
berbagai dokumen kepustakaan serta hasil-hasil penelitian yang peneliti
anggap cukup berkaitan sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih
lengkap dalam memahami data variabel yang diteliti.
Metode pengumpulan data yang dilaksanakan melalui daftar pertanyaan
tertulis atau kuesioner dilakukan dengan menggunakan skala interval. Skala interval
memungkinkan peneliti melakukan operasi aritmetika tertentu terhadap data yang
dikumpulkan dari responden. Skala interval membantu peneliti untuk mengukur jarak
antara setiap dua titik pada skala, seperti menghitung mean (rata-rata hitung) dan
standard deviation (standar deviasi). Dengan kata lain, skala interval tidak hanya
mengelompokkan individu menurut kategori tertentu (skala nominal) dan menentukan
7. 31
urutan kelompok (skala ordinal), namun juga mengukur besaran (magnitude)
perbedaan preferensi antarindividu.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga variabel
independen dan satu variabel dependen. Tiga variabel independen yaitu kepuasan
penghasilan, budaya organisasi dan kegiatan pencegahan dan penindakan korupsi.
Adapun variabel dependennya yaitu persepsi pegawai.
Definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian adalah:
1. Kepuasan Penghasilan yang diartikan Reward atau imbalan dari pekerjaan yang
telah dikerjakan, yang didasarkan pada ide bahwa seseorang akan terpuaskan dengan
penghasilannya ketika persepsi terhadap penghasilan dan apa yang mereka pikirkan
dan mereka harapkan sesuai dengan yang seharusnya. Dimensi dari kepuasan
penghasilan adalah:
a. Pay Level atau tingkat penghasilan merupakan rata-rata dari sebagian
besar upah atau gaji pada suatu organisasi. Rata-rata tersebut bisa
berdasarkan pada tingkat bayaran individu dengan posisi tunggal atau
rata-rata bayaran dari beberapa posisi.
b. Pay System dapat mempengaruhi kepuasan penghasilan karena biasanya
karyawan memiliki standar kesesuaian mengenai sistem pembayaran.
c. Benefits atau manfaat merupakan salah satu dimensi kepuasan
penghasilan yang mempunyai pengaruh besar. Bentuk manfaat atau
keuntungan yang biasanya diberikan kepada PNS Kementerian Keuangan
antara lain TKPKN, insentif, serta cuti.
8. 32
2. Budaya organisasi adalah Seperangkat nilai, keyakinan, sikap dan norma yang
diakui secara aklamasi oleh anggota organisasi yang membentuk perilaku dan
harapan masing-masing anggota organisasi. Adapun dimensi dari penilaian
kinerja adalah:
a. Nilai-nilai organisasi yang terdiri dari Integritas, Profesionalisme, Sinergi,
Pelayanan, Kesempurnaan.
b. Iklim Organisasi
3. Kegiatan Pencegahan dan Penindakan Korupsi. Pencegahan adalah proses
antisipasi, identifikasi, dan estimasi risiko akan terjadinya kejahatan dan
melakukan inisiasi atau sejumlah tindakan untuk menghilangkan atau
mengurangi kejahatan. Penindakan adalah bagian dari penegakan hukum yang
dilakukan terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan terhadap peraturan
dan perundang-undangan dan dilakukan melalui proses peradilan pidana yang
melibatkan kepolisian, kejaksaan, pengacara, dan badan-badan peradilan.
Dimensi dari Kegiatan Pencegahan dan Penindakan Korupsi adalah:
a. Whistleblowing System, dimana menurut Perdirjen Nomor PER-
22/PJ/2011, Whistleblowing System di DJP adalah sistem pencegahan
pelanggaran dan penanganan pelaporan pelanggaran di lingkungan DJP.
Whistleblowing System di DJP menganut tiga asas, yaitu Mencegah
Pelaku Melakukan Pelanggaran (Asas Prevention), Mendorong
antusiasme whistleblower (Asas Early Detection), Penanganan yang
efektif (Asas Proper Investigation).
9. 33
b. Hukuman Pemiskinan koruptor yang berarti penyitaan seluruh aset-aset
milik terdakwa tindak pidana korupsi sehingga anggota keluarga dari
terdakwa ikut merasakan dampaknya secara tidak langsung.
c. Penegakan hukum yang meliputi hukuman yang telah dijatuhkan kepada
terdakwa tindak pidana korupsi.
4. Persepsi mengenai tindak pidana korupsi (variabel Y) adalah Cara seseorang
melihat atau menilai suatu objek atau peristiwa. Seseorang akan berpikir dan
bertindak sesuai dengan persepsinya karena persepsi memiliki peranan penting dalam
mempengaruhi perilaku seseorang. Dimensi dari persepsi adalah:
a. Cara pandang
b. Pola Pikir
c. Perilaku
E. Kisi-kisi Penelitian
Variabel penelitian yang telah diuraikan dalam subbab sebelumnya,
selanjutnya diuraikan dalam kisi-kisi penelitian. Kisi-kisi penelitian berisi antara lain
variabel-variabel, dimensi-dimensi variabel, dan indikator-indikator variabel yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Penyusunan kisi-kisi penelitian
mempunyai tujuan agar peneliti dapat menentukan arah pembahasan, analisis data,
dan hasil penelitian dengan baik. Kisi-kisi penelitian dapat dilihat pada lampiran.
Kisi-kisi penelitian dalam dalam penelitian ini yaitu:
1. Kisi-kisi penelitian kepuasan penghasilan.
a. Pay Level
Indikator dari dimensi pay level yaitu:
10. 34
1) Kesesuaian jumlah penghasilan dengan harapan.
2) Kesesuaian jumlah penghasilan dengan pengeluaran.
b. Pay System
Indikator dimensi pay system yaitu
1) Kesesuaian sistem penghasilan dengan beban kerja.
2) Kesesuaian sistem penghasilan dengan posisi, jabatan, dan tanggung jawab.
c. Benefits
Indikator dimensi benefits yaitu:
1) Kesesuaian benefit yang ada dengan harapan.
2) Kesesuaian benefit yang ada dengan tugas dan tanggung jawab.
2. Kisi-kisi penelitian budaya organisasi
a. Nilai-nilai Kementerian Keuangan
Indikator dari dimensi nilai-nilai Kementerian Keuangan yaitu:
1) Kesesuaian nilai-nilai Kementerian Keuangan dengan posisi DJP sebagai
pelayan publik di bidan perpajakan.
2) Pengaruh nilai-nilai Kementerian Keuangan dalam pekerjaan.
b. Iklim Organisasi
Indikator dimensi iklim organisasi yaitu
1) Kesesuaian sistem penghasilan dengan beban kerja.
2) Kesesuaian sistem penghasilan dengan posisi, jabatan, dan tanggung jawab.
3. Kisi-kisi penelitian kegiatan penindakan dan pencegahan korupsi
a. Whistleblowing System
Indikator dari dimensi whistleblowing system yaitu:
11. 35
1) Kesesuaian whistleblowing system untuk pencegahan korupsi.
2) Efektivitas whistleblowing system untuk pencegahan korupsi.
b. Pemiskinan Koruptor
Indikator dimensi pemiskinan koruptor yaitu:
1) Kesesuaian pemiskinan koruptor untuk pencegahan korupsi.
2) Efektivitas pemiskinan koruptor untuk pencegahan korupsi.
c. Penegakan Hukum
Indikator dimensi penegakan hukum yaitu:
1) Kesesuaian hukuman yang diterima koruptor dengan kejahatan yang
dilakukan.
4. Kisi-kisi penelitian persepsi pegawai mengenai tindak pidana korupsi.
a. Pola Pikir
Indikator dari dimensi pola pikir yaitu:
1) Pengaruh penghasilan terhadap pola pikir mengenai korupsi.
2) Pengaruh budaya organisasi terhadap pola pikir mengenai korupsi.
3) Pengaruh penindakan dan pencegahan korupsi terhadap pola pikir mengenai
korupsi.
b. Perilaku.
Indikator dari dimensi perilaku yaitu:
1) Pengaruh penghasilan terhadap perilaku mengenai korupsi.
2) Pengaruh budaya organisasi terhadap perilaku mengenai korupsi.
3) Pengaruh penindakan dan pencegahan korupsi terhadap perilaku mengenai
korupsi.
12. 36
F. Pengukuran Variabel
Setiap variabel dalam penelitian ini diukur dengan dimensi yang terkait
dengan data yang diperoleh melalui kuesioner. Kuesioner tersebut menggunakan skala
likert 1-5, dimana 1 menunjukkan persepsi sangat tidak sesuai dan 5 sangat sesuai.
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial
G. Model Penelitian
Berdasarkan hipotesis yang dibangun pada bagian landasan teori, maka model
penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1. Model Penelitian
Dari model di atas, model persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+e
Keterangan:
Y : Persepsi mengenai tindak pidana korupsi
X1 : Kepuasan penghasilan
Budaya
Organisasi (X2)
Pencegahan dan
Penindakan
Korupsi (X3)
Persepsi mengenai
Tindak Pidana
Korupsi (Y)
Kepuasan Gaji
(X1)
13. 37
X2 : Budaya Organisasi
X3 : Pencegahan dan Penindakan korupsi
a : konstanta
b1,b2,b3 : koefisien korelasi
e : faktor eror
H. Pengujian Instrumen Penelitian
Setelah menentukan model penelitian, tahapan penelitian selanjutnya adalah
pengujian instrumen penelitian. Pada tahapan ini dilakukan beberapa pengujian, yaitu:
1. Uji Validitas
Uji validitas menunjukkan sejauh mana skor/nilai/ukuran yang diperoleh
benar-benar menyatakan hasil pengukuran yang ingin diukur atau dengan kata lain
mengukur sejauh mana instrumennya cukup efektif untuk digunakan (Agung, 1990).
Validitas pertanyaan ditunjukkan dengan adanya korelasi atas dukungan terhadap
pertanyaan total atau skor total. Perhitungan dilakukan dengan cara mengorelasikan
antara skor pertanyaan dengan skor total pertanyaan. Dari hasil perhitungan korelasi
akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat
validitas suatu pertanyaan dan untuk menentukan apakah suatu pertanyaan layak
digunakan atau tidak.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur. Apakah alat
pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran
tersebut diulang (Priyatno 2010, 97). Uji reliabilitas dilakukan dengan metode
Internal Consistensy. Reliabilitas instrumen penelitian ini diuji dengan menggunakan
14. 38
koefisien cronbach’s Alpha. Jika nilai koefisien alpha lebih besar dari 0,6 maka
disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini handal (Nunnaly dalam Ghozali, 2009).
I. Pengujian Hipotesis
Sedangkan untuk menguji hipotesis maka peneliti akan melakukan beberapa
pengujian. Pengujian-pengujian tersebut antara lain:
1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian
seperti mean, standar deviasi, varian, modus, dll. Dengan statistik deskriptif ini
informasi-informasi sederhana tentang data dalam kuesioner dapat diketahui, seperti
nilai tertinggi dalam suatu variabel dan nilai terendah. Nilai rata-rata yang ada pada
tiap-tiap variabel, dan standar deviasi yang menjelaskan batas rata-rata sampel
terhadap rata-rata populasi.
2. Analisis regresi linear berganda
Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau
lebih variabel independen dengan variabel dependen. Analisis ini untuk mengetahui
arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-
masing variabel independen berhubungan negatif atau positif dan untuk memprediksi
nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan
atau penurunan. Peneliti menggunakan pengujian ini untuk mengetahui arah
hubungan antar variabel, serta seberapa kuat hubungan tersebut jika dinyatakan dalam
bentuk angka.
15. 39
a. Uji koefisien regresi secara parsial (uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel
bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b. Uji koefisien regresi secara bersama-sama (Uji F)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel
bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji F
akan menarik kesimpulan hipotesis setelah melakukan perbandingan antara nilai F
hitung dengan F tabel.
c. Analisis determinasi (R2)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh
variabel independen secara serentak terhadap variabel terikat. Jika koefisien R2 sama
dengan 0 maka variasi variabel bebas yang digunakan dalam model tidak menjelaskan
sedikit pun variasi variabel terikat. Namun jika R2 sama dengan 1, maka variasi
variabel bebas yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi variabel
terikat.
J. Sarana yang Digunakan
Dari model yang telah disebutkan di atas dan berdasarkan penggabungan data
(pooling data) yang diperoleh, proses penghitungan akan dilakukan dengan
menggunakan paket program komputer SPSS versi 16.0 (Statistical Product and
Service Solutions). Dari pengoperasian paket program komputer SPSS, akan diperoleh
besarnya masing-masing koefisien dari pengujiannya.
16. 40
K. Hasil yang Diharapkan
Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan penjelasan
tentang beberapa hal terkait tujuan penelitian yakni:
1. Pengaruh kepuasan penghasilan terhadap persepsi pegawai DJP mengenai
tindak pidana korupsi
2. Pengaruh budaya organisasi terhadap persepsi pegawai DJP mengenai tindak
pidana korupsi
3. Pengaruh penindakan dan pencegahan korupsi terhadap persepsi pegawai DJP
mengenai tindak pidana korupsi
4. Pengaruh kepuasan penghasilan, budaya organisasi, dan penindakan dan
pencegahan korupsi secara bersama-sama terhadap persepsi pegawai DJP
mengenai tindak pidana korupsi
L. Pengujian Lainnya (Uji Asumsi Klasik)
Uji Asumsi Klasik merupakan pengujian yang dilaksanakan sebagai kriteria
dan prasyarat yang harus dipenuhi agar variabel-variabel yang ingin diketahui
hubungannya tersebut layak untuk diuji dengan menggunakan regresi linear berganda.
Kriteria dan prasyarat tersebut disebut dengan uji asumsi klasik, yang terdiri atas Uji
Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi, dan Uji Normalitas.
1. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear antar
variabel independen dalam regresi. Prasyarat yang harus dipenuhi adalah tidak adanya
multikolinearitas. Untuk menguji multikolinieritas dilakukan dengan membandingkan
17. 41
nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF), nilai tolerance yang kurang dari
10% dan nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan bahwa terjadi
multikolinearitas antarvariabel bebas.
2. Uji Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji terjadinya perbedaan variance
residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Cara
memprediksi adanya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dengan pola
gambar scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan dengan program SPSS. Regresi
tidak terjadi heteroskedastisitas apabila:
a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau sekitar 0
b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja
c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar
kemudian menyempit dan melebar kembali.
d. Penyebaran titik-titik data sebaliknya tidak berpola
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual
pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Atau dapat
didefinisikan sebagai korelasi data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu
tertentu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data time
series). Metode yang sering digunakan adalah dengan Uji Durbin Watson (uji DW).
Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series dan tidak perlu
dilakukan pada data cross section seperti pada kuesioner di mana pengukuran semua
18. 42
variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu,
peneliti tidak melakukan pengujian ini karena data yang dikumpulkan yaitu data
primer melalui kuesioner.
4. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi
normal atau tidak. Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka persyaratan
normalitas harus terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi normal. Jika data tidak
berdistribusi normal, atau jumlah sampel sedikit dan jenis data adalah nominal atau
ordinal maka metode yang digunakan adalah statistik nonparametrik. Analisis statistik
yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data adalah uji Kolmogorov-Smirnov
dengan mengajukan dua hipotesis, yaitu :
H0 : data mengikuti fungsi distribusi normal
Ha : data tidak mengikuti fungsi distribusi normal
Hipotesis nol diterima apabila nilai signifikansi (p-value) dari statistik uji lebih
besar dari 0,05.