2. Dr. M. Syaripuddin,SSi.,Apt.MKM
Purigading Blok B14 No 10, Jatiwarna, Bekasi.
Jakarta 1 Juni 1973
Peneliti Badan Balitbangkes 2005 – sekarang
APA apotek Budhi Mandiri 2006 - 2021
APA Apotek Kimia Farma 2002-2005
Medical representative 1997-2000
081388272059
I /3
S1 Farmasi UI 1991-1997
Apoteker UI 2000-2001
S2 Ekonomi kesehatan, FKMUI, 2008-2010
S3 IKM, FKMUI, 2014- 2020
3. The science and art of preventing disease,
prolonging life, and promoting health and
efficiency through organized community efforts
for the sanitation of the environment, the
control of community infections, the
education of the individual in personal health,
the organization of medical and nursing services
for the early diagnosis and preventive treatment
of disease, and the development of the
social machinery which will ensure to every
individual in the community a standard of living
adequate for the maintenance or
improvement of health....
4. Kesehatan masyarakat (public health) adalah
“sains dan seni untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, dan meningkatkan
kesehatan, melalui upaya-upaya yang
terorganisasi dan pilihan yang berpengetahuan,
yang dilakukan oleh masyarakat, organisasi, baik
pemerintah maupun swasta, komunitas, dan
individu-individu” (Winslow, 1920).
Jadi kesehatan masyarakat tidak hanya berarti
sains, tetapi juga seni, dan upaya-upaya
terorganisasi.
Kesehatan masyarakat tidak hanya bertujuan
mencegah penyakit, tetapi juga memperpanjang
hidup, dan meningkatkan kesehatan.
5. Public health refers to all organized measures
(whether public or private) to prevent
disease, promote health, and prolong life
among the population as a whole. Its
activities aim to provide conditions in which
people can be healthy and focus on entire
populations, not on individual patients or
diseases. Thus, public health is concerned
with the total system and not only the
eradication of a particular disease.
6. The three main public health functions are:
The assessment and monitoring of the
health of communities and populations at
risk to identify health problems and
priorities.
The formulation of public policies designed
to solve identified local and national health
problems and priorities.
To assure that all populations have access
to appropriate and cost-effective care,
including health promotion and disease
prevention services.
7. Public health professionals monitor and diagnose the
health concerns of entire communities and promote
healthy practices and behaviours to ensure that
populations stay healthy. One way to illustrate the
breadth of public health is to look at some notable
public health campaigns:
Vaccination and control of infectious diseases
Motor-vehicle safety
Safer workplaces
Safer and healthier foods
Safe drinking water
Healthier mothers and babies and access to family
planning
Decline in deaths from coronary heart disease and
stroke
Recognition of tobacco use as a health hazard.
8. The term global public health recognizes that,
as a result of globalization, forces that affect
public health can and do come from outside
state boundaries and that responding to public
health issues now requires attention to cross-
border health risks, including access to
dangerous products and environmental
change.
9. Health Improvement
• Inequalities
• Education
• Housing
• Employment
• Family/community
• Lifestyles
• Surveillance and
monitoring of
specific diseases
and risk factors
Improving services
• Clinical
effectiveness
• Efficiency
• Service planning
• Audit and
evaluation
• Clinical
governance
• Equity
Health Protection
• Infectious
diseases
• Chemicals and
poisons
• Radiation
• Emergency
response
• Environmental
health hazards
10. Primary prevention
Here the goal is to protect healthy people from
developing a disease or experiencing an injury in the
first place. For example:
education about good nutrition, the importance of
regular exercise, and the dangers of tobacco,
alcohol and other drugs
education and legislation about proper seatbelt
and helmet use
regular exams and screening tests to monitor risk
factors for illness
immunization against infectious disease
controlling potential hazards at home and in the
workplace
11. Secondary prevention
These interventions happen after an illness or
serious risk factors have already been diagnosed.
The goal is to halt or slow the progress of disease (if
possible) in its earliest stages; in the case of injury,
goals include limiting long-term disability and
preventing re-injury. For example:
telling people to take daily, low-dose aspirin to
prevent a first or second heart attack or stroke
recommending regular exams and screening tests
in people with known risk factors for illness
providing suitably modified work for injured
workers
12. Tertiary prevention
This focuses on helping people manage
complicated, long-term health problems such
as diabetes, heart disease, cancer and chronic
musculoskeletal pain. The goals include
preventing further physical deterioration and
maximizing quality of life. For example:
cardiac or stroke rehabilitation programs
chronic pain management programs
patient support groups
13. World Health Organization (WHO) in the 1940s:
“Health is a state of complete physical, mental and
social well being and not merely, the absence of
disease or infirmity.”
Determinants of health combine together to affect
the health of individuals and communities. Whether
people are healthy or not, is determined by their
circumstances and environment.
Factors such as where we live, the state of our
environment, genetics, our income and education
level, and our relationships with friends and family all
have considerable impacts on health, whereas the
more commonly considered factors such as access
and use of health care services often have less of an
impact.
14. The determinants of health do not act
independently of each other.
They are interconnected, and the concepts of
ecology provide the framework for
understanding how to model their
interconnectedness.
In the most general sense, the ecological
approach means that the person is viewed as
embedded in the environment—both social
and physical—and is both influenced by and
influences that environment
15. • Studi distribusi dan determinan kesehatan yang
terkait keadaan atau peristiwa dalam populasi
tertentu. Aplikasi studi ini untuk mengendalikan
masalah kesehatan (Last, 1988)
• Epidemiologi (epidemiology) adalah “ilmu tentang
distribusi dan determinan keadaan dan peristiwa yang
terkait kesehatan pada populasi tertentu, dan
penerapan ilmu itu untuk mengendalikan masalah
kesehatan” (Last, 2000).
16. • Epidemiologi mempelajari distribusi kondisi
kesehatan (penyakit dan berbagai akibatnya) pada
populasi dan meneliti risiko atau kausa yang
berhubungan dengan kondisi-kondisi itu.
• Hasil studi epidemiologi dapat digunakan untuk
pembuatan kebijakan dan mengembangkan
intervensi kesehatan masyarakat yang berbasis bukti
ilmiah, dengan cara mengidentifikasi kausa dari
penyakit, determinan status kesehatan populasi, dan
menentukan sasaran intervensi kesehatan
masyarakat.
17. Agent = Microbial organism that causes
the infectious disease
Virus, Bacteri, Protozoa, Fungus
Host = Organism that harbors the agent
Environment = factors that facilitate
transmission agent to host
18. YES NO TOTAL
YES A B A+B
NO C D C+D
TOTAL A+C B+D A+B+C+D
DISEASE PRESENT
RSIK
FACTORS
PRESEN
A = Mereka yang memiliki resiko dan menderita sakit
B = mereka yang memiliki resiko dan tidak menderita sakit
C = Mereka yang tanpa resiko dan menderita sakit
D = Mereka yang tanpa resiko dan tidak menderita sakit
A+B = menggambarkan mereka yang dengan faktor resiko
C+D = menggambarkan mereka yang tidak dengan faktor resiko
A+C = menggambarkan mereka yang menderita sakit
B+D = menggambarkan mereka yang tidak menderita sakit
A+B+C+D = menggambatkan mereka dalam studi populasi
RISK FACTORS
VS
DISEASE
19. • Proporsi
– adalah bentuk pecahan yang pembilangnya
merupakan bagian dari penyebutnya.
– Bentuk ini sering dinyatakan dalam persen,
yaitu dengan mengalikan pecahan ini dengan
100%.
– Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena
satuan dari pembilang dan penyebutnya
sama, sehingga saling meniadakan.
– Nilainya antara 0 dan 1
20. • Proporsi
– Contoh: Pada populasi yang terdiri atas
500 orang, 20 orang di antaranya
menderita penyakit malaria. Proporsi
penderita malaria = ?
%
4
100
500
20
Pr 0
0
oporsi
21. • Ratio
– adalah pecahan yang pembilangnya bukan
merupakan bagian dari penyebutnya. Ini
yang membedakannya dengan proporsi.
– Ratio menyatakan hubungan antara
pembilang dan penyebut yang berbeda satu
dengan yang lain.
– Contoh:
• Pada suatu populasi, jumlah laki-laki = 40 orang, jumlah
perempuan = 60 orang.
• Jadi sex ratio Laki-laki : Perempuan = 1 : 1,5
22. • Ratio
– Jenis Ratio:
• Ratio yang mempunyai satuan, misalnya:
– Jumlah dokter per 100.000 penduduk
– Jumlah kematian bayi selama setahun per 1.000 kelahiran hidup
• Ratio yang tidak mempunyai satuan, karena
pembilang dan penyebutnya mempunyai
satuan yang sama, misalnya:
– Ratio antara satu proporsi dengan proporsi lain,
atau
– ratio antara satu rate dengan rate yang lain
» Contoh: Relative Risk dan Odds Ratio
23. • Rate
– merupakan konsep yang lebih kompleks
dibandingkan proporsi dan rasio.
– Rate yang sesunguhnya merupakan
kemampuan berubah suatu kuantitas bila
terjadi perubahan pada kuantitas lain.
– Kuantitas lain yang digunakan sebagai
patokan ini biasanya adalah kuantitas waktu.
– Bentuk ukuran ini sering dicampuradukkan
penggunaannya dengan proporsi.
24. • Rate
– Mempunyai satuan ukuran, yaitu per
satuan waktu.
– Besarnya tidak terbatas. Secara teoritis
nilainya terbentang antara 0 sampai tak
terhingga.
25. • Insidens
– menggambarkan jumlah kasus baru yang
terjadi dalam satu periode tertentu
– Secara garis besar ada 2, yaitu:
• Insidence Rate (IR) atau Insidence Density
– Mengukur risiko untuk sakit
• Cumulative Incidence (CI)
– Mengukur kecepatan untuk sakit
26. • Insidence Rate (IR) atau Insidence Density
– jumlah kasus baru yang terjadi di kalangan
penduduk selama periode waktu tertentu
– Menyatakan suatu jumlah kasus baru per
orang-waktu
– Insidens rate dari kejadian penyakit adalah
potensi perubahan status penyakit per
satuan waktu, relative terhadap besarnya
populasi individu yang sehat pada waktu itu
27. • Insidence Rate (IR) atau Insidence
Density
– Rumus:
waktu
orang
Jumlah
waktu
periode
dalam
terjadi
insidens
kasus
Jumlah
Density
Insidence
28. • Insidence Rate (IR) atau Insidence
Density
– Ciri:
• Mempunyai satuan, yaitu per waktu. Tanpa
satuan ini insidens density kehilangan
maknanya
• Besarnya berkisar antara 0 sampai tak
terhingga
29. • Insidence Rate (IR) atau Insidence Density
– Apa yang diukur:
• Jumlah orang yang berpindah status dari tidak
sakit ke status sakit selama periode waktu
tertentu merupakan hasil paduan antara tiga
faktor, yaitu
– Ukuran besarnya populasi
– Lama periode pengamatan
– Kekuatan penyebaran penyakit (force of morbidity)
• Oleh karena besarnya populasi dan lama periode
pengamatan telah ditentukan oleh
pengamat/peneliti, maka yang diukur dengan
insidens density ini adalah kekuatan penyebaran
penyakit (Force of Morbidity).
30. • Insidence Rate (IR) atau Insidence
Density
– Contoh:
1 2 3 4 5 6 7 Jumlah waktu dalam jangka
observasi dan dalam keadaan sehat
(tahun)
A 7
B 7
C * 2
D 7
E 3
F 2
G 5
Keterangan
Periode sehat
Periode sakit
Hilang dalam pengamatan selanjutnya
* Meninggal
31. • Insidence Rate (IR) atau Insidence
Density
– Contoh:
• Hitunglah nilai Incidence Rate (IR)?
• Jawab:
– Hitung jumlah orang-waktu terlebih dulu
– Kemudian hitung
tahun
orang
waktu
orang
33
5
2
3
7
2
7
7
waktu
orang
IR
baru
kasus
tahun
-
orang
100
per
kasus
9,1
tahun
orang
33
IR
kasus
3
32. • Cumulative Insidence (CI)
– Probabilitas dari seorang yang tidak sakit
untuk menjadi sakit selama periode waktu
tertentu, dengan syarat orang tersebut tidak
mati oleh karena penyebab lain.
– Risiko ini biasanya digunakan untuk
mengukur serangan penyakit yang pertama
pada orang sehat tersebut.
– Misalnya: Insidens penyakit jantung
mengukur risiko serangan penyakit jantung
pertama pada orang yang belum pernah
menderita penyakit jantung.
33. • Cumulative Insidence (CI)
– Ciri:
• Berbentuk proporsi
• Tidak memilik satuan
• Besarnya berkisar antara 0 dan 1
34. • Cumulative Insidence (CI)
– Rumus:
• Baik pembilang maupun penyebut yang digunakan
dalam perhitungan ini adalah individu yang tidak sakit
pada permulaan periode pengamatan, sehingga
mempunyai risiko untuk terserang.
• Kelompok individu yang berisiko terserang ini disebut
population at risk atau populasi yang berisiko.
periode
permulaan
pada
populasi
baru
kasus
CI
35. • Cumulative Insidence (CI)
– Contoh:
• Hasil sensus di tahun 1960 di Swedia
menunjukkan sejumlah 3076 laki-laki
berumur 20-64 tahun yang bekerja di
perusahaan plastik. Berdasarkan data dari
Register Kanker Swedia, antara tahun 1961-
1973, sebelas orang diantara pekerja ini
terserang tumor otak.
• CI tumor otak yang terjadi pada pekerja
pabrik plastik ini selama 13 tahun adalah
%
36
,
0
%
100
3076
11
CI
36. • Cumulative Insidence (CI)
– Macam-macam CI:
1. Attack Rate
– Utk mengukur kejadian dlm kurun waktu yg
relatif singkat
– Jumlah penderita mencapai jumlah yg besar
– Tapi berlangsungnya penyakit relatif singkat
– jenis khusus insidens kumulatif yang berguna
selama epidemik
– Rumus:
risk)
at
n
(populatio
sama
yg
periode
saat
pd
berisiko
penduduk
Jml
tertentu
saat/waktu
pd
ditemukan
yg
penyakit
baru
Kasus
Jml
AR
37. • Cumulative Insidence (CI)
– Macam-macam CI:
1. Attack Rate
– Contoh:
Pada suatu sekolah SD dgn murid 400 anak, 75
anak diantaranya tiba-tiba menderita muntaber
setelah minum susu kotak dlm acara di sekolah
tsb.
%
75
,
18
100
400
75
AR
x
38. • Cumulative Insidence (CI)
– Macam-macam CI:
1. Attack Rate
– Contoh:
Makanan Makan ARM
Tidak Makan ARTM
Sakit Tidak
sakit
Sakit Tidak
Sakit
Salad 30 70 30/100 5 35 5/40
Krecek 16 84 16/100 4 21 4/25
ARM = Attack Rate Makan
ARMTM = Attack Rate tidak makan
39. • Cumulative Insidence (CI)
– Macam-macam CI:
2. Secondary Attack Rate
– Biasanya utk penyakit menular dan suatu
populasi penduduk yg kecil. Misal keluarga.
– Ukuran ini digunakan utk menghitung kasus
kedua sbg hasil penularan kasus pertama
– Rumus:
pertama
penderita
jml
-
risk)
at
n
(populatio
sama
yg
periode
saat
pd
berisiko
penduduk
Jml
periode
suatu
pd
penyakit
suatu
kedua
baru
Kasus
Jml
SAR
40. • Cumulative Insidence (CI)
– Macam-macam CI:
2. Secondary Attack Rate
– Contoh:
Suatu keluarga terdiri dari 6 orang anggota.
Seorang diantaranya menderita influenza.
Kemudian penularan terjadi pada 2 orang
lainnya. Untuk mengukur kejadian penyakit tsb
digunakan ukuran SAR.
%
40
100
1)
-
(6
2
SAR
x
41. • Prevalens
– menggambarkan jumlah kasus yang ada pada satu
saat tertentu
– ukuran yang menggambarkan frekuensi penderita
lama dan baru yg ditemukan pd suatu jangka waktu
tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.
– Sebagai pembaginya (denumeratornya) adalah jumlah
penduduk
– Secara garis besar ada 2, yaitu:
• Period Prevalens
– proporsi populasi yang sakit pada satu periode tertentu
• Point Prevalens
– probabilitas dari individu dalam populasi berada dalam keadaan
sakit pada satu waktu tertentu
42. • Prevalens
– Ciri:
• berbentuk proporsi
• tidak mempunyai satuan
• besarnya antara 0 dan 1
– Kegunaan:
• Untuk menentukan situasi penyakit yang ada
pada satu waktu tertentu
• Untuk merencanakan fasilitas kesehatan dan
ketenagaan
43. • Prevalens
– adalah proporsi populasi yang sedang
menderita sakit pada satu saat tertentu
– Rumus:
itu
ntu
saat terte
pada
tersebut
populasi
dalam
individu
Jumlah
ntu
saat terte
satu
pada
sakit
sedang
yang
individu
Jumlah
Pr
evalens
44. • Period Prevalens
• Point Prevalens
100
X
sama
yg
periode
n
pertengaha
pd
penduduk
Jml
tertentu
periode
suatu
pd
penyakit
suatu
baru)
&
(Lama
Kasus
Jml
Rate
Prev
Periode
100
X
sama
yg
saat waktu
pd
penduduk
Jml
tentu
waktu ter
(titik)
saat
suatu
pd
penyakit
suatu
baru)
&
(Lama
Kasus
Jml
Rate
Prev
Point
45. • Period Prevalens
– Contoh:
• Suatu daerah dgn jumlah penduduk tanggal 1 juli
1999 sebanyak 150.000 orang, dilaporkan keadaan
penyakit ISPA sbb:
– Jan 75 kasus,
– Maret 50 kasus,
– Juli 30 kasus baru dan 15 kasus lama.
• Hitunglah Periode Prevalens penyakit ISPA bln Jan-Jul !
penduduk
1000
per
1,1
Rate
Prev
Periode
1000
X
150.000
170
Rate
Prev
Periode
1000
X
150.000
15
30
50
75
Rate
Prev
Periode
46. • Point Prevalens
– Contoh:
• Berdasarkan kasus tadi, hitunglah Point Prevalens
penyakit ISPA bulan Juli !
100
X
150.000
15
30
Rate
Prev
Point
003
,
0
Rate
Prev
Point
Point Prev Rate = 3 per 100.000 penduduk
47. • Hubungan Insidens dan Prevalens
– Angka prevalensi dipengaruhi oleh
tingginya insidensi dan lamanya sakit.
Lamanya sakit adalah periode mulai
didiagnosanya penyakit sampai
berakhirnya penyakit tsb yaitu sembuh,
mati atau kronis
– P = I x D (Prevalence, Incidence &
Duration of illness)
50. Ukuran dari akibat paparan
Mengukur keeratan hubungan statistik antara
faktor tertentu dan kejadian penyakit yang
diduga akibat pemaparan tersebut
Hubungan antara pemaparan dan akibatnya
antara lain diukur menggunakan relative risk
atau odds ratio
52. Merefleksikan kekuatan atau besar asosiasi
antara suatu eksposur/faktor risiko dan
kejadian suatu penyakit
Melibatkan suatu perbandingan frekuensi
penyakit antara dua atau lebih kelompok
dengan berbagai derajat eksposur
Beberapa ukuran asosiasi digunakan untuk
mengestimasi efek
53. Ukuran rasio
◦ Rasio risiko atau risiko relatif (RR)
terpajan
tidak
kelompok
pada
Risiko
terpajan
kelompok
pada
Risiko
RR
terpajan
tidak
kelompok
pada
kumulatif
Insidens
terpajan
kelompok
pada
kumulatif
Insidens
RIK
Rasio Insidens Kumulatif (RIK)
54. Ukuran rasio
◦ Rasio rate atau rasio densitas insidens (RDI)
terpajan
tidak
kelompok
pada
insidens
Densitas
terpajan
kelompok
pada
insidens
Densitas
RDI
terpajan
tidak
kelompok
pada
Prevalens
terpajan
kelompok
pada
Prevalens
RP
Rasio Prevalens (RP)
55. Ukuran rasio
◦ Rasio odds (Odds ratio = OR)
Nama lain: Odds relative; rasio kros-produk
rasio dua odds yang digunakan dalam studi kasus-
kontrol untuk mengestimasi rasio rate atau rasio
risiko
odds untuk satu kelompok dibagi dengan odds
untuk kelompok yang lain
Mempunyai interpretasi yang sama seperti risiko
relatif
56. Odds suatu kejadian
◦ rasio probabilitas bahwa kejadian terjadi
terhadap probabilitas kejadian tidak terjadi
P = Probabilitas suatu kejadian terjadi
1 – P = Probabilitas suatu kejadian tidak terjadi
P
1
P
peristiwa
suatu
Odds
57. Status sakit
Pemajan Sakit Tidak
sakit
Total Insiden sakit
(Risk)
Probabilitas odds sakit
+ a b a + b a/(a+b)
- c d c + d c/(c+d)
Total a + c b + d a+b+c+d
b
a
b
a
a
b
a
a
1
d
c
d
c
c
d
c
c
1
59. 59
Faktor Kasus Kontrol Total
Perokok 650 (a) 950 (b) 1600
Bukan
perokok
50 (c) 350 (d) 400
Total 700 1300 2000
kontrol
untuk
pemajan
Odds
kasus
untuk
pemajan
Odds
Ratio
Odds
Ukuran Asosiasi