Dokumen tersebut membahas kesiapan dan strategi pimpinan STAI Ibnu Sina Batam dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pimpinan STAI telah mempersiapkan pemahaman kepada mahasiswa dan masyarakat, meningkatkan infrastruktur dan SDM, serta membangun usaha kecil untuk menghadapi MEA. Strategi yang digunakan adalah meningkatkan kualitas SDM dan mempersiapkan masy
M.S. Afi Parnawi. Prof. Dr. Hapzi Ali. ANALISIS SWOT. UIN JAMBI
1. ANALISIS SWOT MANAJEMEN PIMPINAN
STAI IBNU SINA BATAM DALAM MENGHADAPI MEA
AFI PARNAWI
DMP. 16.154
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menjelang abad ke-21, ASEAN bersepakat untuk mengembangkan
suatu kawasan yang terintegrasi dengan membentuk suatu komunitas
negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil dan sejahtera,
saling peduli, dan diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun
2020. Harapan tersebut dituangkan dalam Visi ASEAN 2020 yang
ditetapkan oleh para Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN pada
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Kuala Lumpur tanggal 15
Desember 1997. Selanjutnya, untuk merealisasikan harapan tersebut,
ASEAN mengesahkan Bali Concord II pada KTT ASEAN ke-9 di Bali
tahun 2003 yang menyepakati pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA).
Pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi di Eropa yang
membuat kekokohan Uni Eropa Goyang.1
Upaya kesepakatan pembentukan MEA semakin kuat dengan
ditandatanganinya Deklarasi Cebu mengenai Percepatan Pembentukan
MEA pada tahun 2015 (Cebu Declaration on the Acceleration of the
Establishment of an ASEAN Community by 2015) oleh para Pemimpin
ASEAN pada KTT ke- 12 ASEAN di Cebu, Filipina, tanggal 13 Januari
2007. Dengan ditandatanganinya Deklarasi tersebut, para Pemimpin
ASEAN menyepakati percepatan pembentukan Masyarakat Ekonomi
ASEAN dari tahun 2020 menjadi tahun 2015. Cetak Biru MEA yang
1 Salman Munthe, Jurnal Persepektif Ekonomi Darussalam, Volume 1 Nomor 2, 2015
2. merupakan pedoman bagi negara-negara anggota ASEAN memuat empat
kerangka kerja utama, yaitu : pertama, ASEAN sebagai pasar tunggal dan
basis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa,
investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas.
Kedua,ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi,
dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas
kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-
commerse. Ketiga, ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan
ekonomi yang merata, dengan elemen pembangunan usaha kecil dan
menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk Negara-Negara CMLV
(Cambodja, Myanmar, Laos dan Vietnam). Keempat, ASEAN sebagai
kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global
dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di
luar kawasan dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi
global. Dari empat pilar tersebut, saat ini pilar pertama yang masih
menjadi perhatian ASEAN.
Sebagai bagian dari salah satu pilar komunitas ini, MEA sendiri
merupakan pondasi yang diharapkan dapat memperkuat dan
memaksimalkan tujuan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN dan
membuka peluang bagi negara-negara anggota. Dengan adanya MEA
juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas kerjasama dalam hal
ekonomi di ASEAN kearah yang lebih signifikan. Dalam hal ini, yang perlu
dilakukan oleh Indonesia adalah bagaimana Indonesia sebagai bagian
dari komunitas ASEAN berusaha untuk mempersiapkan kualitas diri dan
memanfaatkan peluang dalam MEA serta harus meningkatkan kapabilitas
untuk dapat bersaing dengan Negara anggota ASEAN lainnya sehingga
ketakutan akan kalah saing di negeri sendiri akibat terimplementasinya
MEA tidak terjadi, seperti telah kita ketahui bersama bahwa negara–
negara di ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, Filipina dan Brunei
Darussalam yang juga terus meningkatkan kualitas mereka dalam hal
perekonomian dalam rangka menghadapi MEA. Jajaran pemerintahan di
3. Indonesia harus segera tanggap dan bergerak cepat secara serentak
mempersiapkan diri sekaligus mengantisipasi segala sesuatu yang
berkaitan dengan diberlakukannya MEA pada tanggal 31 Desember 2015
yang lalu. Jajaran pemerintahan dimaksud bukan saja Pemerintah Pusat
dengan Kementerian dan Lembaga Non Kementerian yang ada tapi yang
menjadi ujung tombak pelaksanaan MEA adalah pemerintah Daerah, baik
Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota di seluruh
Indonesia. Pemerintah Daerah harus mempersiapkan diri secara baik
sehingga pada saatnya tidak hanya menjadi "penonton" atau bahkan
hanya menjadi "obyek pasar" dalam pelaksanaan Masyarakat Ekonomi
Asean.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kesiapan pimpinan STAI Ibnu Sina Batam dalam
menghadapi MEA?
2. Langkah apa yang di lakukan pimpinan STAI Ibnu Sina Batam dalam
menghadapi MEA?
3. Solusi apa yang di lakukan pimpinan STAI Ibnu Sina Batam dalam
mengimplementasikan MEA ?
4. BAB II
PEMBAHASAN
A. KESIAPAN PIMPINAN STAI IBNU SINA BATAM DALAM
MENGHADAPI MEA
Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang biasa disingkat menjadi
MEA secara singkatnya bisa diartikan sebagai bentuk integrasi ekonomi
ASEAN yang artinya semua negara-negara yang berada dikawasan Asia
Tenggara (ASEAN) menerapkan sistem perdagangan bebas. Indonesia
dan seluruh negara-negara ASEAN lainnya (9 negara lainnya) telah
menyepakati perjanjian MEA tersebut atau yang dalam bahasa Inggrisnya
adalah ASEAN Economy Community atau AEC.
Kurang lebih dua dekade yang lalu tepatnya Desember 1997 ketika
KTT ASEAN yang diselenggarakan di Kota Kuala Lumpur, Malaysia
disepakati adanya ASEAN Vision 2020 yang intinya menitikberatkan pada
pembentukan kawasan ASEAN yang stabil, makmur, dan kompetitif
dengan pertumbuhan ekomoni yang adil dan merata serta dapat
mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Beberapa waktu kemudian tepatnya pada bulan Oktober 2003
ketika KTT ASEAN di Bali, Indonesia menyatakan bahwa Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional
dikawasan Asia Tenggara yang akan diberlakukan pada tahun 2020.
Namun demikian nyatanya kita mengetahui bahwa tahun 2015 ini
merupakan awal tahun diberlakukannya MEA. Hal tersebut sesuai dengan
5. Deklarasi Cebu yang merupakan salah satu hasil dari KTT ASEAN yang
ke-12 pada Januari 2007. Pada KTT tersebut para pemimpin ASEAN
besepakat untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan
bebas baik barang maupunjasa, investasi, tenaga kerja profesional, dan
juga aliran modal (dana).
Secara umum, Masyarakat Ekonomi ASEAN diartikan sebagai
sebuah masyarakat yang saling terintegrasi satu sama lain (maksudnya
antara negara yang satu dengan negara yang lain dalam linhgkup
ASEAN) dimana adanya perdagangan bebas diantara negara-negara
anggota ASEAN yang telah disepaki bersama antara pemimpin-pemimpin
negara-negara ASEAN untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang
lebih stabil, makmur dan kompetitif dalam pembangunan ekonomi.
Pengertian Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN menurut
Wikipedia akan mendorong arus investasi dari luar masuk ke dalam negeri
yang akan menciptakan multiplier effect dalam berbagai sektor khususnya
dalam bidang pembangunan ekonomi.
Kondisi pasar yang satu (pasar tunggal) membuat kemudahan
dalam hal pembentukan joint venture (kerjasama) antara perusahaan-
perusahaan diwilayah ASEAN sehingga akses terhadap bahan produksi
semakin mudah.
Pasar Asia Tenggara merupakan pasar besar yang begitu
potensial dan juga menjanjikan dengan luas wilayah sekitar 4,5 juta
kilometer persegi dan jumlah penduduk yang mencapai 600 juta jiwa.
MEA memberikan peluang kepada negara-negara anggota
ASEAN dalam hal meningkatkan kecepatan perpindahan sumber daya
manusia dan modal yang merupakan dua faktor produksi yang sangat
penting.
Khusus untuk bidang teknologi, diberlakukannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN ini menciptakan adanya transfer teknologi dari negara-
negara maju ke negara-negara berkembang yang ada diwilayah Asia
Tenggara.
6. Itulah lima dampak positif atau manfaat diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mulai berlangsung pada tahun 2015.
Sebelumnya juga dijelaskan sekilas mengenai MEA dan juga
pengertiannya dari berbagai sumber terpercaya. Semoga tulisan singkat
ini bisa memberikan tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan kepada
para pembaca sekalin khususnya seputar ASEAN.
Kesiapan menghadapi MEA merupakan tanggung jawab seluruh
elemen, baik Jajaran pemerintahan Pemerintah Pusat dengan
Kementerian dan Lembaga Non Kementerian yang ada serta Pemerintah
Daerah, baik Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota di
seluruh Indonesia.
Adapun beberapa hal yang sudah di siapkan pimpinan STAI Ibnu
Sina Batam adalah sebaga berikut:
1. Menyiapkan pemahaman kepada mahasiswa ataupun masyarakat
mengikuti program pelatihan kerja yang bekerja sama dengan
Dinas ketenaga kerjaan atau lembaga-lembaga terkait yang
independen.
2. Mengikutsertakan mahasiswa dan masyarakat umum untuk
mengikuti workshop, magang-magang di tempat yang sudah
terkoneksi dengan lembaga ketenaga kerjaan.
3. Menyiapkan insfraktruktur yang memadai, akses jalan menuju
kampus di perbaiki, di lebarkan dan mengadakan semenisasi.
4. Memperbaiki fasilitas penunjang KBM seperti ruang KBM, Kamar
mandi, ruang perkuliahan dan sebaginya.
5. Menyiapkan SDM yang surplus yaitu memberikan kesempatan
pada tenaga pengajar dan tenaga kependidikan untuk bisa
melanjutkan sekolah ke jenjang program doktor.
6. Mendirikan BMT-BMT syariah, mini market, car wash dan membuka
usaha mikro kecil yang sudah siap di ekspor ke luar negeri.2
2 Wawancara , Pimpinan STAI Ibnu Sina Batam, 17 April 2017
7. Pimpinan STAI Ibnu Sina Batam secara aktif menyiapakan
semacam pemahaman kepada masyarakat maupun mahasiswa tujuannya
memberikan pemahaman mengenai urgensi MEA hingga pada akhirnya
masyarakat dan mahasiswa bisa secara terbuka/melek mengerti substansi
dari penerapan MEA tersebut dan secara integral akan kooperatif dalam
menerima konsep tersebut demi mewujudkan kemandirian ekonomi di
Batam.
Peran masyarakat juga sangat vital dalam penerapan MEA, yakni
bagaimana masyarakat bisa mengubah kebiasaan yang selama ini
menjadi kecenderungan/trend yang sudah seperti mengakar kuat dalam
kehidupan masyarakat Batam, yakni budaya konsumtif dan tidak produktif.
Dalam kondisi seperti ini masyarakat dituntut untuk tidak konsumtif dan
harus senantiasa menjadi konsumen untuk produk-produk dalam negeri
sendiri. Ini akan berakibat baik dalam penerapan MEA apabila masyarakat
mencintai produk dalam negeri serta cenderung produktif dalam
memproduksi atau mendesain barang ataupun jasa dalam menghadapi
MEA.
B. STRATEGI PIMPINAN STAI IBNU SINA DALAM MENGHADAPI
MEA
Pimpinan STAI Ibnu Sina Batam menentukan strategi sumber daya
manusia perlu memperhatikan dan mempertimbangkan misi, visi, serta
strategi korporat, serta perlu dirumuskan secara logis, jelas dan aplikabel.
Strategi sumber daya manusia mendukung pengimplementasian strategi
korporat dan perlu diterjemahkan dalam aktivitas-aktivitas SDM,
kebijakan- kebijakan, program-program yang sejalan dengan strategi
perusahaan. Ketidaksesuaian antara strategi SDM dan strategi
perusahaan akan mempengaruhi pencapaian sasaran perusahaan.
Sebaliknya kesesuaian antara strategi perusahaan dan strategi SDM perlu
8. diupayakan mendorong kreativitas dan inovasi karyawan dalam mencapai
sasaran perusahaan. Strategi SDM berkaitan antara lain dengan
pembentukan suatu budaya perusahaan yang tepat, perencanaan SDM,
mengaudit SDM baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif, serta
mencakup pula aktivitas SDM seperti pengadaan SDM (dari rekrutmen
sampai pada seleksi), orientasi, pemeliharaan, pelatihan dan
pengembangan SDM, penilaian SDM.
Dalam menentukan strategi SDM, faktor-faktor eksternal perlu
dipertimbangkan mengacu pada future trends and needs, demand and
supply, peraturan pemerintah, kebutuhan manusia pada umumnya dan
karyawan pada khususnya, potensi pesaing, perubahan-perubahan sosial,
demografis, budaya maupun nilai-nilai, teknologi. Kecenderungan
perubahan lingkungan akan mempengaruhi perubahan strategi
perusahanan yang juga berarti bahwa strategi SDM pun perlu
dipertimbangkan ulang, dan kemungkinan besar perlu disesuaikan.
Perubahan strategi SDM bukanlah sesuatu yang tabu namun perlu
dilakukan dengan pertimbangan yang matang. Perusahaan harus memilih
strategi bisnis yang tepat supaya mampu memanfaatkan peluang bisnis
dan mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi sebagai dampak dari
perubahan lingkungan yang cepat. Salah kunci yang sangat penting
dalam meraih keuntungan kompetitif adalah melalui pengelolaan sumber
daya manusia secara efektif.
Wakil Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun menegaskan
penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bukan ancaman
melainkan peluang bagi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan pekerja di
Kepri yang berbatasan dengan empat negara tetangga.
Strategi pertama, dari segi infrastruktur. BP Kawasan Batam akan akan
membangun infrastruktur jalan tol, untuk memfasilitasi lalu lintas
kendaraan kontainer agar tidak mengganggu kendaraan umum lainnya.
9. Lembaga pemerintah yang mengurus investasi itu juga mempersiapkan
infrastruktur air dengan membuka waduk baru dan infrastruktur listrik
melalui PT Pelayanan Listrik Nasional Bright Batam.
BP juga sudah siap dengan IT Center yang mampu menyimpan data, dan
Maintenance Repair and Operation untuk pesawat.
Ketua rombongan tim BKSAP DPR RI, Yoseph Umar Hadi, mengatakan
masyarakat tidak perlu khawatir dan cemas dengan penerapan MEA,
karena Indonesia memiliki daya saing besar.
Disamping perlu dirancang suatu alat ukur (human resource
measurement) untuk mengetahui mutu dan kuantitas SDM, potensi SDM
serta keterkaitan strategi SDM dengan performance perusahaan. IGM
Mantera, misalnya mengemukakan pengukuran keberhasilan karyawan
berdasarkan jenis keterampilan yaitu a) untuk ketrampilan profesional
dipergunakan vitality index dan b) untuk ketrampilan manajerial diukur dari
kesiapan suksesi. Untuk mengevaluasi SDM perlu dipertimbangkan empat
faktor sebagai berikut : Tingkat strategis, antara lain misi, visi dan sasaran
organisasi .
Faktor Internal SDM , antara lain: aset SDM, kualifikasi SDM,
aktivitas SDM : pengadaan, pemeliharaan, pelatihan dan pengembangan,
serta kebijakan- kebijakan SDM. Faktor-faktor eksternal, antara lain
demografis, perubahan sosial, budaya, teknologi, politik, peraturan
pemerintah, pasar tenaga kerja dan isu Internasional (misalnya : HAM dan
ekologi). Faktor organisasional, antara lain struktur, strategi perusahaan,
budaya perusahaan, dan strategi SDM.
C. PERAN DAN LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DILAKUKAN
PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI MEA
10. Langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh daerah tentunya
harus sesuai dan selaras dengan langkah yang akan dan sudah
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat sejalan dengan apa yang
direkomendasikan dalam Cetak Biru MEA yang mengharuskan setiap
negara ASEAN wajib mereformasi semua unsur-unsur utama yang
menjadi sektor esensial dan syarat mutlak dalam rangka menghadapi
implementasi MEA. Antara kawasan domestik dengan kawasan regional
harus dilakukan upaya-upaya yang memiliki korelasi yang sama dan
upaya yang dilakukan harus tersinkronisasi dengan baik. Upaya yang
dilakukan dalam kawasan domestik mengacu terhadap syarat mutlak yang
diajukan dalam internalisasi regional. Sehingga dikatakan terpadu antar
domestik dan regional dalam rangka menghadapi integrasi ekonomi
kawasan. Secara garis besar, langkah strategis yang harus dilakukan
daerah antara lain adalah dengan melakukan pembenahan terhadap
sektor-sektor potensial yang startegis dan terkait dengan mekanisme yang
telah ditentukan ASEAN dalam rangka menciptakan pasar bebas dan
basis produksi internasional.
Langkah strategis tersebut diantaranya :
1. Sosialisasi Kepada Stakeholders Pemerintah Daerah perlu
melakukan sosialisasi kepada seluruh stakeholder ( Pejabat Sipil,
Kepolisian dan Militer, Dunia Usaha, Perbankan, UMKMK, dan
masyarakat luas), karena sampai saat ini MEA baru dipahami oleh
kalangan menengah ke atas. Perlu dilakukan seperti pesta demokrasi,
misalnya dengan spanduk, umbul umbul dan papan-papan di berbagai
fasilitas umum yang menginformasikan pelaksanaan MEA, media cetak,
dan televisi juga aktif mengabarkan berita ini melalui countdown yang
dihitung mundur setiap harinya. Seperti halnya yang dilakukan Pemerintah
Thailand.
2. Peningkatan Daya Saing Ekonomi Daya saing merupakan salah satu
aspek penting dalam menjadikan ASEAN sebagai single market and
production base, daya saing merupakan salah satu pilar MEA yang
11. bertujuan menjadikan ASEAN sebagai kawasan regional dengan daya
saing tinggi di kawasan maupun di lingkungan intenasional. Hal ini pun
merupakan syarat bagi Indonesia dan negara ASEAN lainnya untuk
meningkat daya saing ekonomi dalam rangka menghadapi integrasi
ekonomi MEA. Sementara itu The International Institute for Management
Development (IMD) Competitive Center (tahun 2013-2014) menyebutkan
bahwa faktor utama yang menghambat daya saing di Indonesia, adalah : -
Kualitas dan Kuantitas SDM belum meningkat - Belum efisiennya birokrasi
dan terlampau banyak paket deregulasi - Belum membaiknya infrastruktur
Regulasi perpajakan yang memberatkan - Pertumbuhan ekonomi
menigkat namun 65% disokong oleh komsumsi domestik sisanya eksport -
Kebijakan yang tidak solid. - Masih tingginya Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme. Hal ini tentu saja menjadi tantangan sekaligus tugas berat
bagi jajaran pemerintahan, baik pusat maupun daerah untuk segera
mengatasinya. Keberhasilan pelaksanaan Reformasi Birokrasi akan
sangat mendukung peningkatan daya saing yang cukup memadai dalam
menghadapi MEA.
Manajemen Pimpinan STAI Ibnu Sina Batam yakni, Sumianti,
mengatakan Perbaikan Infrastruktur Tantangan yang dihadapi
Pemerintah Daerah dalam infrastruktur adalah antara lain
(1) memperbaiki semua infrastruktur yang rusak, seperti jalan-jalan raya
yang berlubang dan bergelombang dan yang sebagian hancur karena
tanah longsor dalam waktu singkat;
(2) membangun jalan tol atau jalan kereta api ke pelabuhan, dan
pembangunan pelabuhan seperti Tanjung Api Api dan lainnya yang
selama ini menjadi pintu keluar masuk barang dalam beberapa tahun ke
depan;
(3) meningkatkan akselerasi listrik dan air bersih dalam dua tahun ke
depan, dan banyak lagi. Logistik juga merupakan bagian terpenting dari
infrastruktur dalam kaitannya dengan kepentingan ekonomi atau urat nadi
perdagangan pada khususnya. Terutama dalam hal pusat produksi
12. regional, logistik, seperti pelabuhan dan jalan raya dari pabrik ke
pelabuhan atau sebaliknya atau dari pelabuhan ke pusat pemasaran,
sangat penting, Tanpa kelancaran logistik, proses produksi dan
perdagangan dapat terganggu. Inflasipun akan dapat menjadi lebih tinggi
akibat terjadinya ketersendatan di jalan raya dan di pelabuhan, yang jelas,
daya saing juga sangat ditentukan oleh kecepatan barang masuk dan
keluar. Begitu pentingnya logistik membuat sektor ini menjadi yang
pertama yang akan diintegrasikan di dalam proses pelaksanaan MEA.
Reformasi Iklim Investasi Dalam menghadapi implementasi MEA,
Daerah harus mempersiapkan diri dengan pembenahan iklim investasi
melalui perbaikan infrastruktur ekonomi, menciptakan stabilitas makro-
ekonomi, serta adanya kepastian hukum dan kebijakan, dan memangkas
ekonomi biaya tinggi. Salah satu langkah kongkrit yang terus dilakukan
oleh Indonesia dengan disahkannya UU PMA No. 25 Tahun 2007 tentang
penanaman modal (menggantikan UU No.1 Tahun 1967 yang telah
diubah menjadi UU No.11 Tahun 1970). Dalam UU No.25 Tahun 2007 ini
dapat dikatakan sudah mencakup semua aspek penting (termasuk soal
pelayanan koordinasi, fasilitas dan hak kewajiban investor,
ketenagakerjaan dan sektor-sektor yang menjadi perhatian utama
investor) yang terkait erat dengan upaya peningkatan investasi dari sisi
pengusaha/investor. Ada beberapa diantara aspek-aspek tersebut yang
selama ini merupakan masalah serius yang dihadapi pengusaha /
investor.3 Oleh karena itu akan sangat berpengaruh positif terhadap
kegiatan penanaman modal di daerah.
.
D. LANGKAH-LANGKAH DAN HAL PENTING YANG HARUS
DILAKUKAN MAHASISWA DALAM MENGHADAPI MEA
3 Bachry, S. Boy, Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015
dari Perspektif Daya Saing Nasional, Jurnal Economika. Vol. 1 No. 1 Januari 2015
13. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN
sebagai pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis
dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk
memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi ; mempercepat
integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan
bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan
mekanisme ASEAN Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat
Ekonomi ASEAN. Maka dalam hal ini mahasiswa mempunyai peran yang
sanga penting dalam masyarakat ekonomi asean karena Mahasiswa,
sebagai agent of change (agen perubahan) tentunya tidak dapat diam
berpangku tangan. Sebagai elemen yang mendapatkan impact yang
lumayan besar dengan adanya kebijakan MEA, tentu mahasiswa harus
segera bersiap-siap dan mulai serius dan fokus menghadapi MEA. Ada
beberapa hal penting yang harus dilakukan mahasiswa : Mahasiswa harus
meningkatkan kualifikasinya untuk menghadapi MEA. Mahasiswa saat ini
bukanlah mahasiswa pencari IPK, akan tetapi harus bisa menjadi
mahasiswa yang memiliki kompetensi dan memiliki skill yang cukup untuk
menghadapi tantangan MEA, tanpa memandang berapapun IPK-nya.
Masyarakat Indonesia pada saat ini mulai sadar pentingnya
softskill, terutama dalam kemampuan berbahasa asing dan bakat-bakat
individu, sehingga sudut pandang “mahasiswa baik adalah yang IPKnya
baik” mulai sedikit meluntur. Maka softskill sangat penting untuk dikuasai
terutama yang menunjang mahasiswa untuk mendapatkan karir yang baik.
Mahasiswa adalah agent of change. Mahasiswa tidak hanya berkewajiban
untuk merubah dirinya sendiri, akan tetapi juga berkewajiban untuk
mengubah masyarakat sekitarnya agar semakin awareterhadap MEA.
Disinilah peran sosial masyarakat sangat penting. Mahasiswa, sehari-
harinya hidup dalam lingkungan sosial masyarakat. Mahasiswa
berinteraksi dengan banyak pihak dan elemen masyarakat diantaranya:
kos, warteg, masjid dan tempat-tempat ibadah lainnya, atasan dan
sesama pegawai apabila bekerja part time, dan lain-lain.
14. Kemudian, mahasiswa merupakan penghubung dari kehidupan
kampus yang ilmiah dengan kehidupan sosial masyarakat yang
sebenarnya. Maka gagasan-gagasan mahasiswa yang didiskusikan di
dalam kampus, seharusnya dapat diterapkan setidaknya di lingkungan
masyarakat yang terdekat, di sekitar kampus.
Banyak kegiatan mahasiswa yang dapat dilakukan di lingkup
masyarakat ini, diantaranya : - Mahasiswa dapat mengadakan workshop
kewirausahaan, dengan bekerjasama dengan pihak masyarakat. -
Mahasiswa dapat memberikan pencerdasan terhadap masyarakat dengan
berbagai cara, dengan fokus adalah untuk menyongsong MEA. -
Mahasiswa dapat membangun desa binaan dengan kerjasama dan
dukungan dari dosen dan pihak kampus. Mahasiswa harus membangun
gerakan-gerakan strategis untuk menghadapi MEA.
Mahasiswa dapat membangun komunitas dan mengadakan
berbagai kegiatan mencakup kegiatan-kegiatan di atas, dan dapat berupa
aksi, mediasi terhadap pihak kampus, serta tokoh-tokoh masyarakat, dan
pemerintahan baik legislatif maupun eksekutif, untuk segera mewujudkan
kebijakan taktis untuk menghadapi MEA. Selain peran yang yang sudah di
paparkan diatas maka ada beberapa peran yang dapat dimainkan oleh
mahasiswa dalam MEA guna menunjang Indonesia diantaranya dengan
melakukan penelitian dengan dukungan dan dorongan dari semua civitas
akademika kampus, birokrat dan pemerintah.
Dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa di
Batam akan dapat membantu pemerintah maupun masyarakat umum baik
kalangan pebisnis yang mempunyai andil cukup besar dalam
perekonomian MEA, maupun bagi masyarakat umum Indonesia untuk
mengetahui hal apa saja yang perlu dibenahi baik itu infrastrusktur
maupun suprastruktur. Penelitian akan sangat bermanfaat bagi
pemerintah karena adanya keterbatasan waktu yang menyebabkan
pemerintah tidak detail atau belum mampu secara rinci mengetahui apa
yang diperlukan masyarakat ekonomi menengah ke bawah akan sangat
15. terbantu karena penelitian merupakan research yang berarti mencari
kembali baik itu hal-hal baru maupun hal-hal lama yang masih perlu dkaji
ulang. Dengan adanya penelitian baik dalam bidang exact maupun social
akan mampu memberikan manfaat serta terobosan baru terhadap apa
yang harus dilakukan, terutama dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang masih tertinggal dari Negara ASEAN lain seperti
Singapore dan Malaysia maupun mengetahui dan memahami apa yang
harus dibenahi oleh pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.
Mahasiswa juga dapat berperan aktif sebagai wirausaha muda yang
memiliki daya pikir kreatif, inovatif dan kritis sehingga akan mampu
bersaing dengan mahasiswa dari Negara ASEAN lain. Disamping itu
dengan berwirausaha akan menciptakan lapangan pekerjaan baru dan
akan menanamkan pada setiap pribadi untuk menjadi job creator bukan
job seeker sehingga akan mampu menciptakan produk-produk baru yang
inovatif dan mempunyai daya guna tinggi bagi masyarakat luas.
Di sisi lain sebagai mahasiswa yang diharuskan mampu
berkompetisi dengan mahasiswa dari negara lain dalam hal kualitas,
mahasiswa Indonesia juga dapat melakukan kolaborasi dengan
mahasiswa lain baik dalam riset untuk ASEAN maupun riset dalam hal lain
sehingga dalam MEA bukan hanya persaingan yang diutamakan untuk
merebut pasar akan tetapi juga berkolaborasi bagaimana dapat
membangun kualitas SDM ASEAN yang lebih baik.
Sistem yang di gunakan pimpinan STAI Ibnu Sina Batam dengan
menggunakan Analisis SWOT, metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam
suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang
membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan
threats).
1. KEKUATAN (Strengths)
16. STAI Ibnu Sina Batam yakni salah satu Kampus PTA Islam
Swasta di Nusantara yang berwujud Sekolah Tinggi, dikelola oleh
Kementerian Agama dan termaktub kedalam kopertis wilayah Ditjen
Pendidikan Islam. Kampus ini telah lahir semenjak tahun 1 Desember
1998 dengan Nomor SK PT 03/XII/K/1998 dan Tanggal SK PT 1
Desember 1998 , Sekolah Tinggi ini berlokasi di Jalan Teuku Umar
Kelurahan Lubuk Baja Kota, Kecamatan Lubuk Baja, kota Kota Batam -
Prop. Kepulauan Riau - Indonesia.
Mahasiswa STAI Ibnu Sina memiliki produk unggul yang bisa
bersaing, begitu pula dengan stafnya, sehingga tidak perlu ragu apalagi
khawatir menghadapi MEA.
Fasilitas di STAI Ibnu Sina sangat baik, mulai dari akses
insfaktruktur sangat mudah di tengah kota, transportasi ada bus umum,
taxi, kafe, Masjid yang megah, saran olahraga an lain-lain.
2. KELEMAHAN (Weaknesses),
Polemik antara mahasiswa dengan yayasan pendidikan STAI Ibnu
Sina Batam terkait pemberitaan yang sudah beredar di beberapa media
sebelumnya, semakin memanas hingga dikeluarkannya petisi dari
mahasiswa pertanggal 13 Oktober 2016. Dalam petisi yang
ditandatangani lebih dari 200an mahasiswa STAI itu, berisikan agar pihak
kampus segera membenahi perbaikan manajemen dalam kurun waktu
satu minggu terhitung dari petisi dikeluarkan. Jika tidak terpenuhi, maka
mahasiswa STAI Ibnu Sina Batam jurusan pendidikan agama Islam (PAI)
dan Hesy semester I, III, V, VII Reguler dan Ektention sepakat untuk
mundur atau keluar dari STAI IBnu Sina Batam.
Koordinator mahasiswa Nasrulloh mengatakan, dari pihak kampus
telah melakukan pembohongan publik terkait pemberitaan di media yang
menjelaskan bahwa permasalahan di kampus Ibnu Sina telah selesai. Ia
17. menjelaskan, mahasiswa STAI Ibnu Sina Batam khususnya jurusan PAI
dan Hesy menuntut pihak kampus melalui aksi demo (26/9) lalu, untuk
mencopot jabatan pembantu ketua (Puket) I, Nuraini, karena dinilai meng-
intervensi kepala jurusan (kajur) untuk menjalankan sistem pembelajaran
yang keras, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan proses belajar
mengajar.
Namun, tanpa adanya kesepakatan bersama dan tanpa melalui
rapat senat, ketua STAI telah mengeluarkan surat keputusan (SK) struktur
kepengurusan manajemen yang baru, yang dinilai justru memperburuk
keadaan struktural. Menurut Fatrizem mahasiswa STAI Ibnu Sina
“Pergantian struktur wajib melalui rapat senat, namun rapat senat itu tidak
pernah dilaksanakan. Sementara di SK, tercantum pemilihan sesuai rapat
senat. Dampak lainnya dari SK tersebut, Kajur PAI, Sekjur PAI, Kajur
Hesy dan Puket 3, yang dinilai sebagai dalang dari aksi demo yang
dilakukan mahasiswa, bakal diberhentikan dalam waktu dekat oleh Ketua
STAI Ibnu Sina. Bahkan, dua dosen tetap yang sudah mengabdi puluhan
tahun dan juga termasuk pendiri dari STAI Ibnu Sina Batam, sudah
diberhentikan secara sepihak.
Segmen tertentu menjadi tidak menarik jika para pengelola
Yayasan mampu menaikan SPP, Uang infaq. Manajemen cenderung
lebih kuat jika mereka terkonsentrasi atau terorganisasi, terdapat sedikit
subtitusi, pengelolaan yang nbaik dan efisien merupakan input yang
penting.
3. PELUANG (Opportunities)
Peluang STAI Ibnu Sina menjadi STAIN terbuka lebar, karena
Stai Ibnu Sina Batam salah satu perguruan tinggi khususnya Pendidikan
Agama Islam yang pertama di Batam. Menurut beberapa staf dari
kementerian bahwa STAI Ibnu Sina Batam sangat memungkinkan
18. untuk bisa naik level ke Negeri, dan berubah status dari STAI ke
STAIN bahkan IAIN.
Indikator STAI Ibnu Sina Batam bisa berkembang dan maju
menjadi pesat di lihat dari aspek jumlah populasi penduduk kota
batam di tahun 2016 sekitar 2,5 juta orang, dan Batam adalah pintu
gerbangnya jalur Internasional yaitu Singapore dan Malaysia.
4. ANCAMAN (Threats)
Puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ibnu Sina
berdemo di halaman Kampus Ibnu Sina, Pelita, Batam, Senin (26/9/2016)
malam. Demo yang mereka lakukan tepat di jam pelajaran kuliah itupun
langsung menarik perhatian mahasiswa lain yang sedang belajar.
Akibatnya, jam pelajaran mahasiswa lain pun terpaksa dihentikan
sementara waktu. Demonstrasi yang dilakukan merupakan luapan atas
kekecewaan mahasiswa terhadap masalah kampus yang tak kunjung
teratasi.
Beberapa diantaranya soal Kartu Hasil Studi (KHS) Mahasiswa,
perpustakaan yang tidak memperbarui buku-buku, hingga masalah
keharmonisan komunikasi yang tidak baik antara mahasiswa, dosen dan
Pembantu Ketua (PUKET) I STAI Ibnu Sina. Padahal, menurut mahasiswa
semester 7 jurusan Pendidikan Agama Islam itu, penting bagi mahasiswa
untuk mengetahui nilai yang mereka peroleh dari hasil studi.
Tidak adanya pembenahan persoalan tersebut membuat
mahasiswa gerah, dan pada puncaknya meminta pencopotan PUKET I,
Nuraini. PUKET I tidak bisa menjalankan perannya dengan baik.
Komunikasi dengan Kajur dan Sekjur pun tidak jalan dengan baik, apalagi
dengan kami mahasiswa..
Kemajuan teknologi baru dan kekuatan pasar baru menciptakan
perekonomian baru, perusahaan dan pemasar perlu menambah alat dan
19. praktik baru jika mereka mengharapkan keberhasilan. Perekonomian baru
menggeser berapa praktik bisnis perekonomian lama menuju ke
pengorganisasian berdasarkan segmen pelanggan (bukannya hanya
berdasarkan produk), bernilai pada nilai masa hidup pelanggan (bukan
pada transaksi), berfokus pada para pemercaya (dan bukan hanya pada
pemegang saham), membuat semua orang melakukan pemasaran,
membangun merek melalui prilaku (bukan hanya iklan), berfokus pada
mempertahankan pelanggan, mengukur kepuasan pelanggan, dan
menyediakan janji tetapi memberikan lebih banyak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada tanggal 31
Desember 2015 yang lalu tetap menjadi pekerjaan rumah yang tidak
ringan bagi pemerintah dan seluruh elemen yang terkait dari pusat sampai
ke daerah. Pemerintah Daerah tidak bisa berpangku tangan saja atau
menunggu perintah dari Pusat dalam hal kesiapan di daerah. Seyogyanya
jajaran pemerintahan (pusat dan daerah) bergerak serentak untuk
mensukseskan MEA sehingga pada saatnya nanti tidak hanya menjadi
"penonton" ataupun "obyek" yang akan merugikan daerah dan masyarakat
itu sendiri. Kesembilan langkah strategis diatas hanya sebagai upaya
minimal daerah dalam mempersiapkan diri menyongsong Masyarakat
Ekonomi ASEAN guna terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan
20. ekonomi Batam dan Indonsesia. Untuk mempersiapkan strategi
pemasaran yang efektif pada era globalisasi di abad 21 ini perusahaan
harus mempelajari persaingan serta pelanggan actual dan potensial.
Perusahaan perlu mengidentifikasi strategi, tujuan, kekuatan, kelemahan,
dan pola reaksi pesaing, mereka juga perlu mengetahui cara merancang
system informasi yang efektif.
B. SARAN
Penantang pasar menyerang pemimpin pasar dan pesaing pasar
lain secara agresif untuk memperbesar pangsa pasar. Untuk itu
perusahaan harus merancang system intelijen persaingan yang efektif
guna memenangkan persaingan pasar di era globalisasi ini.
21. DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadis, Nurhayati. Manajemen Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta,
2012
Bachry, S. Boy, Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean
2015 dari Perspektif Daya Saing Nasional, Jurnal Economika. Vol. 1
No. 1 Januari 2015
Didin Hafidudin Dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Prakatik,
Gema Insani, Jakarta, 2003.
Fisher dkk, Manajemen konflik, 2011
George R Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2006
Hendyat Soetopo, Perilaku Organisasi,teori dan praktek di bidang
Pendidikan,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010
J.Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta: Kencana, 2004
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Rineka Cipta, 2004.
Mahdi Bin Ibrahim, Amanah Dalam Manajemen, Pustaka Al Kautsar,
Jakarta, 1997
Mesiono, Manajemen Dan Organisasi, Bandung : Citapustaka Media
Perintis, 2010, Hal 39