SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
JUDUL PENELITIAN
ANALISIS KETERSEDIAAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR UNGGULAN
DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2006 – 2009
(Mengunakan Metode Employment Surplus Index, Location Quotient and Shift Share)


DALAM BAHASA INGGRIS
AVAILABILITY          ANALYSIS         OF     LABOR        IN    LEADING         SECTOR
IN THE DISTRICT OF KULONPROGO 2006 - 2009

(APPROACH USING EMPLOYMENT SURPLUS INDEX, LOCATION QUOTIENT AND
SHIFT SHARE ANALYSIS )



LATAR BELAKANG
      Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus penting dalam rangka memperbaiki
kesejahteraan masyarakat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah
daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Ini merupakan kesempatan yang
sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan
kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh
kemampuan dan kemauan pemerintah daerah. Pemerintah daerah bisa lebih mudah untuk
mengembangkan diri dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar
ketentuan perundang-undangan.


      Pelaksanaan otonomi daerah, sebagai penerapan (implementasi) tuntutan globalisasi yang
sudah seharusnya lebih memberdayakan daerah dengan cara diberikan kewenangan yang lebih
luas, lebih nyata dan bertanggung jawab. Terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan
menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing.


      Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah antara lain adalah membantu
pemerintah pusat untuk beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan daerah. Dengan
demikian pusat berkesempatan mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan


                                                                                          1
global dan mengambil manfaat daripadanya. Pada saat yang sama pemerintah pusat diharapkan
lebih mampu berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro (luas atau yang bersifat umum
dan mendasar) nasional yang bersifat strategis. Di lain pihak, dengan desentralisasi daerah akan
mengalami proses pemberdayaan yang optimal. Kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah
daerah akan terpacu, sehingga kemampuannya dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi di
daerah akan semakin kuat.


       Didalam UU No. 32 Tahun 2004 Kewenangan provinsi menurut pasal 13 dapat diuraikan
sebagai berikut :

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah propinsi meliputi :

   a) perencanaan dan pengendalian pembangunan
   b) perencanaan, pemanfaatan, dan pengwasan tata ruang
   c) penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
   d) penyediaan sarana dan prasarana umum
   e) penanganan bidang kesehatan
   f) penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial
   g) penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota
   h) pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/ kota
   i) fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah termasuk lintas
       kabupaten/kota
   j) pengendalian lingkungan hidup
   k) pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/ kota
   l) pelayanan kependudukan, dan catatan sipil
   m) pelayanan administrasi umum pemerintahan
   n) pelayanan administrasi penanaman modal, termasuk lintas kabupaten/kota
   o) penyelenggraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/
       kota, dan
   p) urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan




                                                                                              2
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 Kewenangan kabupaten/kota diatur dalam pasal 14
yang dapat diuraikan sebagai berikut :

           a) perencanaan dan pengendalian pembangunan
           b) perencanaan, pemanfaatan, dan pengwasan tata ruang
           c) penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat
           d) penyediaan sarana dan prasarana umum
           e) penanganan bidang kesehatan
           f) penyelenggaraan pendidikan
           g) penanggulangan masalah sosial
           h) pelayanan bidang ketenagakerjaan
           i) fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah
           j) pengendalian lingkungan hidup
           k) pelayanan pertanahan
           l) pelayanan kependudukan, dan catatan sipil
           m) pelayanan administrasi umum pemerintahan
           n) pelayanan administrasi penanaman modal,
           o) penyelenggraan pelayanan dasar lainnya dan
           p) urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan



       Berdasarkan uaraian Kewenangan pemerintah Provinsi dan pemerintah Kabupaten yang
tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2004 di atas, ada beberapa kewenangan yang berhubungan
dengan perencanaan dan pengendalian pembangunan dan pelayanan dibidang ketenagakerjaan,
penanggulangan masalah sosial dan penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya
manusia potensial.


       Pertumbuhan ekonomi daerah sangat dipengaruhi oleh kuantitas maupun kualitas
sumberdaya yang dimilikinya, baik sumberdaya fisik (kekayaan alam) maupun sumberdaya
manusia. Sumberdaya manusia tidak hanya jumlah penduduk dan tingkat pendidikannya, namun


                                                                                        3
juga pandangan hidup mereka, tingkat kebudayaan, sikap atau penilaian mereka terhadap
pekerjaan dan besar kecilnya keinginan untuk memperbaiki diri secara kreatif dan otonom
(Todaro, 2000, 46).


       Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap
sebagai faktor yang positif dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang
lebih besar berarti menambah jumlah tenaga produktif dan pertumbuhan penduduk yang lebih
besar berarti makin besar ukuran pasar domestiknya. Namun demikian, pertumbuhan penduduk
baik positif maupun negatif bagi pembangunan ekonomi tergantung pada kemampuan sistem
perekonomian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan
tenaga kerja tersebut. Oleh karena itu, informasi mengenai kesempatan kerja secara sektoral
sangat diperlukan dalam menyusun perencanaan pembangunan ekonomi daerah (Purwanti,2009,
PIRAMIDA Vol V No. 1)


       Jumlah Penduduk Kabupaten Kulon Progo tahun 2009 menurut Hasil Proyeksi Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS 2005) sebanyak 374.921 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki
183.892 jiwa (49,05 persen) dan penduduk perempuan 191.029 jiwa (50,95 persen).


       Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 1980, jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo
tercatat sebesar 380.685 jiwa. Sex rasio sebesar 95, yang artinya terdapat 95 penduduk laki-laki
di setiap 100 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 58.627,54 km2, maka kepadatan
penduduk Kabupaten Kulon Progo tahun 1980 sebesar 649 jiwa per km2.


       Pada Sensus Penduduk 1990 penduduk Kabupaten Kulon Progo turun menjadi 372.309
jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk -0,22. Rasio jenis kelamin tercatat 96 dan kepadatan
penduduknya menjadi 635 jiwa per km2. Dengan laju pertumbuhan -0,04, penduduk Kabupaten
Kulon Progo menurut Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000 tercatat sebanyak 370.944 jiwa. Sex
rasio sebesar 97 dan kepadatan penduduknya mencapai 633 jiwa per km2.




                                                                                              4
Penduduk merupakan modal penting dalam pelaksanaan pembangunan. Namun bila laju
pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan. Oleh karena
itu, masalah pengendalian laju pertumbuhan penduduk menjadi perhatian pemerintah.


         Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan jumlah penduduk yang
masuk dalam pasar kerja. Jumlah pencari kerja baru pada tahun 2009 sebanyak 6.912 orang
dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 508 orang (4,75 persen), setingkat SLTP 1.153 orang
(10,78 persen), SLTA sederajat 5.467 orang (51,12 persen), Diploma 1.823 orang (17,05 persen),
dan sarjana 1.744 orang (16,31 persen). Secara total, jumlah pencari kerja baru pada tahun 2009
ini mengalami peningkatan cukup drastis sebesar 54,73 persen pada tahun sebelumnya (jumlah
pencari kerja tahun 2008 hanya sebesar 6.912 orang).


         Yang dimaksud dengan penduduk usia kerja menurut Survei Angkatan kerja Nasional
(sakernas) adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dirinci menjadi penduduk yang termasuk
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Pada tahun 2009 jumlah penduduk usia kerja sebesar
303.722 orang yang dirinci sebanyak 146.381 penduduk laki-laki dan 157.341 penduduk
perempuan. Di antara penduduk usia kerja tersebut, mereka yang tergolong sebagai angkatan
kerja tercatat 222.551 orang, 212.963 orang dengan status bekerja dan 9.588 orang merupakan
pengangguran. Dari jumlah penduduk yang bekerja (212.963 orang) sebanyak 46,01 persen
bekerja pada sektor pertanian, 18,99 persen penduduk usia bekerja bekerja pada sektor
perdagangan, hotel dan restoran, 12,01 persen bekerja pada sektor industri, sebanyak 22,99
persen penduduk usia kerja tersebar pada enam sektor yang lain yaitu sektor pertambangan dan
penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi,sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor lembaga keuangan dan sektor jasa-jasa.


         Dari latar belakang ini peneliti akan menganalisis lebih dalam tentang analisis
ketersediaan tenaga kerja pada sektor unggulan di Kabupaten Kulon Progo dengan mengangkat
judul:


“ANALISIS KETERSEDIAAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR UNGGULAN
DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2006 – 2009 “



                                                                                             5
(Mengunakan Metode Employment Surplus Index, Location Quotient and Shift Share)




LATAR BELAKANG PENELITIAN
   1. Permasalahan
      Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah yang dapat diberikan adalah :
          a. Berapakah kesempatan kerja nyata di Kabupaten Kulon Progo yang dipengaruhi
             oleh laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi DIY, bauran industri dan
             keunggulan kompetitif yang dimiliki?
          b. Sektor-sektor manakah sebagai sektor basis atau sektor unggulan di Kabupaten
             Kulon Progo?
          c. Berapakah kekurangan atau kelebihan tenaga kerja yang ada pada sektor-sektor
             Unggulan di Kabupaten Kulon Progo?
          d. Sektor-sektor apakah yang masih kurang potensial dalam perekonomian
             Kab.Kulon Progo dihitung berdasarkan jumlah tenaga kerja yang tersedia?
          e. Strategi apakah yang harus diambil untuk meningkatkan sector perekonomian
             yang masih kurang potensial?
   2. Keaslian Penelitian
      Penelitian ini dibuat dengan sungguh-sungguh dan belum ada peneliti yang menggunakan
      judul peneliatian ini. Penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian-penelitian lainnya
      karena penelitian ini menyajikan    hasil analisis yang diolah menggunakan beberapa
      metode analisis yang dipadukan dan berdasarkan data ketenagakerjaan Kabupaten Kulon
      Progo tahun 2006-2009.
   3. Faedah yang Diharapkan
          a. Sebagai bahan informasi kepada pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo
             untuk dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun rencana pembangunan dan
             kebijakan dalam bidang ketenagakerjaan dalam rangka pelaksanaan otonomi
             daerah.
          b. Sebagai bahan informasi untuk peneliti lain ataupun pembaca maupun pihak yang
             berkepentingan dalam permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini.


                                                                                             6
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian ini adalah :
   1. Untuk mengetahui besar kesempatan kerja nyata di Kabupaten Kulon Progo yang
       dipengaruhi oleh laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi DIY, bauran industri
       dan keunggulan kompetitif Kabupaten Kulon Progo.
   2. Untuk mengetahui sektor- sektor basis atau sektor unggulan di Kabupaten Kulon Progo.
   3. Untuk mengetahui kekurangan atau kelebihan tenaga kerja yang ada pada sektor-sektor
       Unggulan di Kabupaten Kulon Progo
   4. Untuk mengetahui sektor yang masih kurang potensial dalam perekonomian Kab.Kulon
       Progo dihitung berdasarkan jumlah tenaga kerja yang tersedia
   5. Untuk mengetahui Strategi apakah yang harus diambil untuk meningkatkan sector
       perekonomian yang masih kurang potensial.


TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
1. PURI WURYANDARI (2003)
      Penelitian berjudul “ Analisis Potensi Ekonomi Sektoral Propinsi Jawa Tengah Tahun
1993 – 2000 “, yang berisi perhitungan untuk menentukan potensi ekonomi daerah khususnya
daerah Jawa Tengah yang menggunakan data sekunder dengan runtut waktu ( time series ) mulai
tahun 1993 sampai dengan tahun 2000.

           Adapun data yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto ( PDB ), Produk
Domestik Regional Bruto ( PDRB ), data tenaga kerja di Jawa Tengah dan data tenaga kerja di
Indonesia. Penggunaan dua jenis data PDRB dan tenaga kerja dalam perhitungan potensi
ekonomi daerah ditujukan untuk melihat potensi sektor di Propinsi Jawa Tengah ditinjau dari sisi
PDRB dan tenaga kerjanya. Dari data yang diperoleh dianalisis dengan alat analisis Locational
Quotient ( LQ ) dan Shift Share ( SSA ) yang kemudian keduanya digabungkan.




                                                                                              7
Hasil penelitian tersebut menuujukkan bahwa yang menjadi sektor basis di Jawa
Tengah ditinjau dari sisi PDRB adalah Pertanian, Industri Pengolahan, Perdagangan,hotel dan
restoran, jasa- jasa, sementara jika ditinjau dari sisi tenaga kerja maka yang menjadi sektor basis
adalah Industri Pengolahan, Perdagangan,hotel dan restoran serta sektor Jasa-jasa.

       Berdasarkan hasil analisis data, saran-saran yang dapat digunakan adalah karena sektor
pertanian semakin lama kontribusinya semakin kecil baik dari sisi PDRB maupun tenaga kerja
maka diperlukan perhatian yang serius dan diperlukan pembenahan terutama dalam hal teknologi
yang berkaitan dengan sektor pertanian, sementara sektor Industri Pengolahan semakin lama
kontribusinya semakin meningkat terutama dalam hal penyerapan tenaga kerjanya. Hal ini
menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Tengah mulai beralih dari masyarakat agraris menuju
masyarakat industri.( http://diligib.uns.ac.id/upload/dokumen)




2. Handayani Astuti
       Dengan judul penelitian Analisis potensi sektor ekonomi kota dan kabupaten di propinsi
daerah Istimewa Yogyakarta dalam pelaksanaan pembangunan di era otonomi daerah. Tujuan
dari penelitian ini yang pertama adalah untuk mengetahui gambaran kontribusi sektoral terhadap
PDRB dan laju pertumbuhan PDRB secara sektoral dari tahun 1998-2001, yang kedua untuk
mengetahui sektor-sektor yang menjadi basis perekonomian di masing-masing kota dan
kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam melaksanakan pembangunan di era
otonomi daerah ditinjau dari PDRB, dan yang ketiga untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi
potensial, agar mampu dikembangkan menjadi sector basis oleh masing-masing kota dan
kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini
yaitu selain agar dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran dan bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan oleh instansi-instansi terkait, juga diharapkan dapat dijadikan bahan
perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
       Dari hasil analisis data diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi sektoral Kota Yogyakarta
dan Kabupaten Sleman mendapat kontribusi terbesar dari Sektor Pedagangan, Hotel, dan
Restoran, dan laju pertumbuhan tertinggi di Sektor Industri Pengolahan. Kontribusi terbesar
Kabupaten Bantul berasal dari Sektor Pertanian, sedangkan laju pertumbuhan sektoral tertinggi
berada di Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih. Kabupaten Gunung Kidul mendapat kontribusi


                                                                                                 8
terbesar dari Sektor Pertanian, dan laju pertumbuhan sektoral tertinggi berada di Sektor Jasa-jasa.
Kontribusi terbesar Kabupaten Kulon Progo diperoleh dari Sektor Pertanian, dan laju
pertumbuhan sektoral tertinggi berada di Sektor Industri Pengolahan. Menjawab permasalahan
kedua diketahui bahwa Kota Yogyakarta memiliki basis perekonomian pada: (i) Sektor Listrik,
Gas, dan Air Bersih; (ii) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; (iii) Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi; (iv) Sektor Keuangan; (v) Sektor Jasa-jasa. Kabupaten Sleman memiliki basis
perekonomian pada: (i) Sektor Industri Pengolahan; (ii) Sektor Bangunan; (iii) Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (iv) Sektor Keuangan.Kabupaten Bantul memiliki basis
perekonomian pada: (i) Sektor Pertanian; (ii) Sektor Industri Pengolahan, (iii) Sektor Bangunan;
(iv) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Kabupaten Gunung Kidul memiliki basis
perekonomian pada: (i) Sektor Pertanian; (ii) Sektor Pertambangan dan Galian; (iii) Sektor
Bangunan. Kabupaten Kulon Progo memiliki basis perekonomian pada Sektor Pertanian dan
Sektor Jasa-jasa. Sedangkan sektor-sektor potensial yang dapat dikembangkan di Kota
Yogyakarta adalah Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Bangunan. Sektor-sektor potensial di
Kabupaten Sleman adalah : (i) Sektor Pertanian; (ii) Sektor Jasa-jasa; (iii) Sektor Listrik, Gas,
dan Air Bersih; (iv) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (v) Sektor Pertambangan dan Galian.
Sektor potensial Kabupaten Bantul berada di (i) Sektor Pertambangan dan Galian; (ii) Sektor
Jasa-jasa; (iii) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih; (iv) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi;
(v) Sektor Keuangan. Sektor-sektor potensial yang dapat dikembangkan di Kabupaten Gunung
Kidul adalah : (i) Sektor Industri Pengolahan; (ii) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih; (iii) Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (iv) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (v) Sektor
Keuangan, (vi) Sektor Jasa-jasa. Sektor-sektor potensial yang ada di Kabupaten Kulon Progo
adalah : (i) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, (ii) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran;
(iii) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (iv) Sektor Keuangan.
       Saran yang dapat diberikan guna tercapainya tujuan pembangunan di kota dan kabupaten
di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu: pengoptimalisasian pengembangan sektor-sektor
potensia tanpa mengabaikan sektor basis yang telah ada, kedua mempromosikan potensi masing-
masing daerah guna menarik investor baik dari luar negeri ataupun dari luar daerah, yang ketiga
adalah penerangan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pembangunan di era otonomi
daerah, dan mengarahkan masyarkat untuk lebih aktif dalam usaha- usaha yang berada di lingkup




                                                                                                   9
sektor basis dan sektor potensial, dan yang kekempat yaitu perlu adanya penelitian yang lebih
lengkap dengan analisis yang lebih canggih. (digilib.uns.ac.id/abstrak.pdf.)




3. Ike Yuli Andjani & Adi Irawan (2011)
       Dengan Judul     “ Perbandingan Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Bantu dengan
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2006-2009” Menggunakan pendekatan Analisis Shift Share,
Location Quotient dan Tipologi Klasen.
       Tujuan Penelitian ini adalah
   1) perkembangan potensi ekonomi kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo.
   2) Sektor-sektor unggulan antara kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo.
   3) Sektor-sektor perekonomian yang masih kurang potensial untuk lebih ditingkatkan.
   4) perbandingan potensi ekonomi antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulon Progo.



       Data yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto ( PDB ), Produk Domestik Regional
Bruto ( PDRB ) Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Provinsi DIY. Penggunaan data
PDRB ketiga daerah dalam perhitungan potensi ekonomi daerah ditujukan untuk melihat potensi
sektor di Kabupaten Bantul dan Kulon Progo ditinjau dari sisi PDRB. Dari data yang diperoleh
dianalisis dengan alat analisis Locational Quotient ( LQ ) dan Shift Share ( SSA ) dan Tipologi
Klasen yang kemudian digabungkan.

       Dari penelitian ini kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan potensi ekonomi di Kabupaten Bantul maupun Kabupaten Kulon Progo dari
   tahun ketahun terus meningkat, namun tidak pada semua sektor ataupun sub sektor,
2. Sektor unggulan Kabupaten Bantul dan Kabuparen Kulon Progo
   a. Metode Shift Share
       Dari hasil analisis menggunakan metode Shift Share di Kabupaten Bantul dan Kabupaten
       Kulon Progo menunjukkan sektor yang memiliki keunggulan/daya saing paling
       competitive adalah:
       Kabupaten Bantul



                                                                                            10
1. Sektor Industri Pengolahan pada sub.sektor industri bukan migas pada kelompok sub.
      Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki serta sub. Industri kayu dan barang
      kayu lainya.
   2. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran pada sub.sektor restoran .
   3. Sektor Pengangkutan dan komunikasi pada sub.sektor pengangkutan sub.angkutan
      jalan raya nilai
   4. Sektor Pertanian pada sub.sektor tanaman bahan pangan serta sub.sektor peternakan

      dan hasil-hasilnya


   Kabupaten Kulon Progo:
   1. Sektor Pertanian pada sub.sektor tanaman bahan pangan
   2. Sektor Industri Pengolahan pada sub. Industri kayu dan barang kayu lainya.


b. Metode Location Quotient
   Dari hasil analisis menggunakan metode Location Quotient menunjukkan bahwa :
       Kabupaten Bantul memiliki sub.sektor basis pada beberapa sektor yang ada. Dari
   sektor pertanian sub.sektor yang merupakan sektor basis adalah sub.sektor tanaman
   bahan makanan, tanaman perkebunan serta peternakan dan hasil-hasilnya. Pada Sektor
   Pertambangan dan penggalian sub.sektor penggalian yang merupakan sub.sektor basis.
   Untuk sektor Industri bukan migas sub.sektor yang merupakan sub.sektor basis paling
   tinggi adalah sub.sektor tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, kemudian disusul
   sub.sektor makanan, minuman dan tembakau, selanjutnya ada sub sektor pupuk, kimia
   dan barang dari karet, Semen dan barang galian bukan logam dan yang terakhir adalah
   kayu dan barang dari kayu lainnya. Selanjutnya sektor kontruksi pun merupakan sektor
   basis di Kabupaten Kulon Progo. Pada sektor perdagangan, hotel dan restoran hanya
   sub.sektor perdagangan besar dan eceran yang merupakan sektor basis di Kabupaten
   Bantul. Serta sektor keuangan, persewaan dan jasa penunjang pada sub.sektor lembaga
   keuangan bukan bank.
       Pada Kabupaten Kulon Progo dari hasil analisis menggunakan metode Location
   Quotient sub.sektor yang berada pada sektor pertanian semuanya merupakan sektor basis.
   Sub. Sektor penggalian pun menjadi sektor basis di Kabupaten Kulon Progo. Kemudian


                                                                                        11
pada Sektor Insudri pengalahan yang merupaka sektor basis adalah makanan minuman
     dan tembakau, Kayu dan barang dari kayu lainnya, pupuk kimia dan barang dari karet,
     Semen dan barang galian bukan logam, serta alat angkutan mesin dan peralatannya. Pada
     sekteor perdagangan, hotel dan restoran hanya sub.sektor perdagangan besar dan eceran
     yang merupakan sektor basis. Untuk sektor pengangkutan dan komunikasi yang
     merupakan sub.sektor basis di Kabupaten Kulon Progo adalah Angkutan jalan rel dan
     jasa penunjang komunikasi. Sektor keuangan, persewaan dan jasa penunjang pada
     sub.sektor bank, serta sektor jasa-jasa pada sub.sektor administrasi pemerintah dan
     pertahanan, jasa pemerintah lainnya.


 c. Metode Tipologi Klassen
     Dari analisis menggunakan metode Tipologi Klassen dapat disimpulkan bahwa sub.sektor
     yang maju dan dapat berkembang dengan pesat adalah sub.sektor peternakan dan hasil-
     hasilnya (sektor pertanian), sub.sektor tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, sub.sektor
     kayu dan barang dari kayu lainnya (sektor Industri Pengolahan). Kemudian ada sektor
     kontruksi yang juga merupakan sektor maju dan tumbuh dengan pesat di Kabupaten
     Bantul serta sub.sektor lembaga keuangan bukan bank.
     Pada Kabupaten Kulon Progo sub.sektor yang merupakan sub.sektor maju dan tumbuh
     dengan pesat adalah tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-
     hasilnya, Kehutanan (sektor pertanian), penggalian (sektor pertambangan dan
     penggalian), kayu dan barang dari kayu lainnya, pupuk kimiadan barang dari karet,
     semen dan barang galian bukan logam, alat angkutan mesin dan peralatannya (sektor
     industri pengolahan), dan yang terakhir adalah sub.sektor angkutan jalan raya.
3. Sektor-sektor perekonomian yang masih kurang potensial dari kedua kabupaten tersebut
 adalah:
 a. Metode Analisis Shift Share
            Dari analisis menggunakan metode shift share pada Kabupaten Bantul sektor -
     sektor yang kurang kompetitive adalah Sektor Industri Pengolahan pada sub.sektro
     Industri makanan, minuman dan tembakau, sub.sektor Industri pupuk, kimia dan barang
     dari karet, kemudian Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan




                                                                                              12
Untuk Kabupaten Kulon Progo sektor sektor yang kurang kompetitive adalah
   Sektor Industri Pengolahan pada sub.sektor Industri makanan, minuman dan tembakau
   dan sub.sektor Industri pupuk, kimia dan barang dari karet, kemudian sektor Keuangan,
   Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta sektor Jasa-jasa.


b. Metode Analisis Location Quotient
   Hasil analisis menggunakan metode Location Quotient di Kabupaten Bantul yang
   merupakan sub.sektor non basis adalah sub.sektor Kehutanan, perikanan (Sektor
   pertanian), Kertas dan barang cetakan, alat angkutan mesin dan peralatannya, barang
   lainnya (sektor industri pengolahan), air bersih (sektor listrik, gas dan air bersih), hotel,
   restoran (sektor perdagangan, hotel dan terstoran) kemudian sektor pengangkutan dan
   komunikasi di Kabupaten Bantul bukan merupakan sektor basis. Sektor Keuangan,
   persewaan dan jasa penunjang serta sektor jasa jasa juga merupaka sektor non basis di
   kabupaten bantul.
   Pada Kabupaten Kulon Progo menunjukkan sub.sektor non basis antara lain tekstil
   barang dari kulit dan alas kaki, kertas dan barang cetakan, barang lainnya (sektor Industri
   Pengolahan), sektor Listrik, gas dan air bersih, sektor kontruksi, sektor perdagangan,
   hotel dan restoran pada sub.sektor hotel dan restoran, kemudian sektor pengangkutan dan
   komunikasi pada sub.sektor angkutan rel, jasa penunjang angkutan dan pos dan
   telekomunikasi. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada sub.sektor
   lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, real estat, jasa perusahaan.
   Sektor jasa-jasa pada jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, jasa
   perorangan dan rumah tangga.
c. Metode Analisis Tipologi Klassen
   Hari hasil menggunakan analisis tipologi klassen sub.sektor yang relatif masih tertinggal
   di Kabupaten Bantul adalah sub.sektor kertas dan barang cetakan, barang lainnya, listrik,
   hotel, restoran, pos dan telekomunikasi, bank, real estat, serta jasa hiburan dan rekreasi.
   Pada kabupaten Kulon Progo sektor yang berada pada Kuadran IV yaitu sub.sektor yang
   relatif tertinggal adalah sektor kontruksi, sub.sektor restoran, Jasa penunjang angkutan,
   pos dan telekomunikasi, serta jasa perusahaan.




                                                                                             13
4. Perbandingan potensi ekonomi antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulon Progo
  menggunakan tiga metode yaitu metode dapat disimpulkan bahwa sektor unggulan Kabupaten
  Bantul adalah sektor industri pengolahan dan sektor Pertanian. Sedangkan untuk Kabupaten
  Kulon Progo adalah sektor pertanian dan industri pengolahan. Untuk sektor yang bukan
  merupakan sektor unggulan di Kabupaten Bantul adalah sektor Keuangan, persewaan dan jasa
  perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Untuk kabupaten Kulon Progo adalah sektor kontruksi.


LANDASAN TEORI
A. Pembangunan Pembangunan Ekonomi
1.Proses Pembangunan Ekonomi
        Proses pembangunan ekonomi dibagi menjadi 4 (empat) tahap sebagai berikut ( Arsyad,
   1997: 24 ) :
        Tahap pertama adalah proses perencanaan (ekonomi). Ditetapkan dan diterjemahkan
   kedalam target kuantitatif untuk pertumbuhan, penciptaan kesempatan kerja, distribusi
   pendapatan, pengurangan kemiskinan, dan lainnya.
        Tahap kedua adalah mengukur ketersediaan sumber daya yang langka selama periode
   perencanaan tersebut, misalnya: tabungan, bantuan luar negeri, penerimaan pemerintah,
   penerimaan eksport, tenaga kerja yang terlatih, dan lainnya. Kesemuanya itu bersama
   keterbatasan administrasi dan organisasi, merupakan kendala (constraints) yang mengendalai
   kemampuan perekonomian tersebut untuk mencapai target – targetnya.
         Tahap ketiga, hampir semua dari upaya ekonomi ditujukan untuk memilih berbagai
   cara (kegiatan dan alat) yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan nasional. Pada tahap ini
   ditetapkan proyek – proyek investasi, seperti jalan raya, jaringan irigasi, pabrik – pabrik,
   pusat – pusat kesehatan. Yang termasuk perencanaan nasional : kebijaksanaan – kebijaksanaa
   harga, seperti nilai kurs, tingkat suku bunga, upah, pengaturan pajak, atau subsidi yang
   semuanya ini merangsang perusahaan– perusahaan swasta untuk mengembangkan tujuan–
   tujuan pembangunan nasional, dan perubahan keuangan (perbankan) atau penataan kembali
   sektor pertanian, yang bisa mengurang hambatan – hambatan untuk mengubah dan
   mendukung kegiatan–kegiatan pembangunan lainnya.
          Tahap keempat, perencanaan mengerjakan proses pemilihan kegiatan–kegiatan yang
   mungkin dan penting untuk mencapai tujuan nasional (welfare function) tanpa terganggu



                                                                                             14
oleh adanya kendala– kendala sumber daya dan organisasional. Hasil dari proses ini adalah
   strategi pembangunan (development strategy) atau rencana yang mengatur kegiatan–kegiatan
   yang akan dilakukan selama beberapa tahun (biasanya 5 tahun). (Arsyad, 1997: 24)




2. Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
          Pengertian pembangunan ekonomi sangat luas, bukan hanya sekedar bagaimana
   menaikan GNP per tahun saja. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan –
   kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf
   hidup masyarakat. Berdasarkan batasan tersebut maka pembangunan ekonomi dapat
   didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu
   negara dapat meningkat dalam jangka panjang. Maka dari definisi tersebut, pembangunan
   ekonomi mempunyai 3 sifat penting, yaitu bahwa pembangunan ekonomi merupakan :
      1. Suatu proses, yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus.
      2. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan per – kapita.
      3. Kenaikan pendapatan per – kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.
              Jadi pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai proses agar saling berkaitan
   dan saling mempengaruhi antara faktor–faktor yang menghasilkan pembangunan ekonomi
   sehingga dapat dilihat dan dianalisis. Dengan cara tersebut bisa diketahui deretan peristiwa
   yang timbul dan akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan
   masyarakat dari satu tahap ke tahap berikutnya (Arsyad, 1997:11).
              Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan ekonomi, karena
   pertumbuhan hanya meliputi kenaikan output produksi yang menyebabkan kenaikan pada
   pendapatan, tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada
   tingkat pertambahan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau
   tidak. Jadi pembangunan selalu dibarengi dengan adanya pertumbuhan, sedangkan
   pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembangunan. Dengan demikian suatu
   perekonomian dapat dikatakan sedang berkembang apabila pendapatan per–kapita
   menunjukkan kecenderungan (trend) jangka panjang yang meningkat. Namun demikian tidak
   berarti bahwa pendapatan per – kapita akan mengalami kenaikan terus menerus. Adanya



                                                                                            15
resesi ekonomi, kekacauan politik, dan penurunan ekspor misalnya, dapat mengakibatkan
   suatu perekonomian mengalami penurunan tingkat kegiatan ekonominya. Jika keadaan
   demikian hanya bersifat sementara, dan kegiatan ekonomi secara rata – rata meningkat dari
   tahun ke tahun, maka masyarakat tersebut dapat dikatakan mengalami pembangunan
   ekonomi.
              Pengertian pembangunan ekonomi secara tidak langsung menyatakan bahwa
   untuk melihat laju pembangunan suatu negara dan perkembangan tingkat kesejahteraan
   masyarakatnya, maka tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan
   merupakan salah satu syarat utama.


3. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
   1. Teori – teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah
              Dalam pertumbuhan regional tidaklah semua sama dengan apa yang
      dikemukakan pada pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini di sebabkan pada analisa
      pertumbuhan ekonomi regional lebih ditekankan pada pengaruh perbedaan karakteristik
      daerah terhadap pertumbuhan ekonomi. Tetapi pertumbuhan ekonomi regional dan
      pertumbuhan ekonomi nasional juga mempunyai ciri yang sama, yaitu memberi tekanan
      pada unsur waktu yang merupakan faktor penting dalam analisa pertumbuhan ekonomi.
              Pada pembangunan ekonomi regional memberikan tekanan pada unsur region,
      maka faktor-faktor yang mejadi perhatian juga berbeda dengan apa yang ada pada
      pertumbuhan ekonomi nasional. Pada teori pertumbuhan ekonomi nasional faktor-faktor
      yang perlu diperhatikan adalah modal, lapangan pekerjaan dan kemajuan teknologi. Akan
      tetapi pada teori pertumbuhan ekonomi regional faktor-faktor yang mendapat perhatian
      utama adalah keuntungan lokasi, aglomerasi dan arus lalu lintas modal antar wilayah.
      Karena perbedaan faktor-faktor tersebut maka analisa pertumbuhan ekonomi regional
      berbeda dengan teori-teori dalam menganalisaatumbuhan ekonomi nasional.
              Teori-teori yang dapat digunakan dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi
      regional diantaranya adalah sebagai berikut :
      a. Teori lokasi
                 Terdapat tiga kelompok dalam pemaparan tentang teori lokasi. Kelompok
          pertama sering dinamakan sebagai pembela prinsip-prinsip Least Cost Theory, yang



                                                                                         16
menekankan analisa pada aspek produksi dan mengabaikan unsur pasar dan
     permintaan. Analisa dari aliran Least Cost Theory didasarkan pada asumsi pokok
     antara lain : a) lokasi pasar dan sumber bahan baku telah tertentu, b) sebagai bahan
     baku adalah Localized materials, c) tidak terjadi perubahan teknologi,     d) ongkos
     transport tetap untuk setiap kesatuan produksi dan jarak. Kelompok kedua dinamakan
     Market Area Theory dimana faktor permintaan lebih penting artinya dalam pemilihan
     lokasi. Teori ini disusun atas dasar beberapa asumsi utama yaitu: a) konsumen
     tersebar secara merata ke seluruh tempat, b) bentuk persamaan permintaan dianggap
     sama, c) ongkos angkut untuk setiap kesatuan produksi dan jarak adalah sama.
     Kelompok yang ketiga dinamakan Bid Rent Theory, dimana pemilihan lokasi
     perusahaan industri lebih banyak ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk
     menyewa tanah. Teori ini lebih banyak berlaku di daerah perkotaan yang harga sewa
     dan tanah sangat tinggi. Teori ini juga disusun atas dasar beberapa asumsi tertentu
     yaitu : a) terdapat seluas tanah yang dapat dimanfaatkan dan tingkat kesuburan yang
     sama, b) ditengah tanah tersebut terdapat sebuah pusat produksi dan konsumsi, c)
     ongkos angkut sama untuk setiap kesatuan jarak produksi, d) harga barang produksi
     juga sama untuk setiap jenis produksi, e) tidak terjadi perubahan teknologi (Esmara,
     1985 : 327 ).
              Teori lokasi ini pada intinya mengemukakan tentang pemilihan lokasi yang
     dapat meminimumkan beaya. Lokasi optimum dari suatu perusahaan industri pada
     umumnya terletak di mana permintaan terkonsentrasi (pasar) atau pada sumberbahan
     baku. Alasan ini adalah bila suatu perusahaan industri memilih lokasi pada salah satu
     kedua tempat tersebut, maka ongkos angkut untuk bahan baku atau hasil produksi
     akan dapat diminimumkan dan keuntungan aglomerasi yang timbul dari adanya
     konsentrasi perusahaan pada suatu lokasi akan dapat dirasakan manfaatnya
     (Arysad,1999:117 ).
b. Teori Basis Ekonomi
            Teori ini didasari dari sudut teori lokasi, yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi
     suatu daerah akan banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi yang selanjutnya
     dapat digunakan oleh daerah tersebut sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi
     tersebut umumnya berbeda-beda setiap daerah tergantung pada letak geografis daerah



                                                                                       17
yang bersangkutan. Hal ini berarti untuk dapat meningkatkan pertumbuhan suatu
daerah, strategi pembangunannya harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang
dimilikinya dan tidak harus dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional.
        Model basis ekonomi menyederhanakan perekonomian menjadi dua sektor,
yaitu sektor basis dan bukan basis. Kegiatan sektor basis adalah kegiatan yang
mengekspor barang dan jasa keluar perekonomian atau memasarkan barang dan jasa
kepada mereka yang datang dari luar perekonomian yang bersangkutan.
        Dengan demikian sektor basis berperan sebagai faktor penggerak utama,
dimana setiap perubahan yang terjadi dalam aktivitas ekonomi tersebut akan
menimbulkan dampak multiplier terhadap pertumbuhan perekonomian suatu wilayah.
Disisi lain sektor non basis adalah kegiatan sektor yang menyediakan barang atau
jasa yang dibutuhkan aleh masyarakat atau oleh sektor ekonomi basis yang berada
dalam batas perekonomian wilayah.
        Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menurut model basis ekonomi
ditentukan oleh kemampuan suatu daerah tersebut melakukan ekspor berupa barang
atau jasa termasuk tenaga kerja.
        Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan maju mundurnya sektor basis.
Kemajuan antara lain disebabkan oleh perkembangan jaringan transportasi,
perkembangan permintaan dan pendapatan dari wilayah lain, perkembangan
teknologi dan prasarana lainnya. Sedangkan kemunduran sektor basis disebabkan
oleh perubahan permintaan dari luar wilayah, habisnya cadangan sumber daya alam
yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan dari perkembangan teknologi (Yasri,
1994: 9 ).
        Strategi pembangunan yang dapat dilaksanakan adalah penekanan terhadap
arti penting bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional
maupun internasional. Kebijakannya mencakup pengurangan hambatan dan batasan
terhadap perusahaan-perusahaan yang beorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan
di daerah tersebut.
        Faktor-faktor penentu utama dalam pertumbuhan ekonomi regional adalah
berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.
Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk



                                                                                 18
tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan
     penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999 : 116 ).


c. Teori Tempat Sentral
            Teori tempat sentral menganggap bahwa ada semacam hirarki tempat. Setiap
   tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang memyediakan
   sumberdaya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu
   pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.
   Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik
   didaerah perkotaan maupun didaerah pedesaan (Arysad, 1999 : 117 ).
            Dampak dari adanya tempat sentral ini adalah aglomerasi industri.
   Keuntungan dari adanya aglomerasi industri ini adalah : pertama yaitu semacam
   keuntungan yang dapat timbul karena pusat pengembangan memungkinkan perusahaan
   industri yang tergabung di dalamnya beroperasi dengan skala besar, karena adanya
   jaminan sumber bahan baku dan pasar. Kedua, yaitu adanya saling keterkaitan antar
   industri sehingga kebutuhan bahan baku dan pemasaran dapat di penuhi dengan
   mengeluarkan ongkos angkut yang minimum. Ketiga, yaitu timbulnya fasilitas sosial
   dan ekonomi dapat digunakan secara bersama-sama sehingga pembebanan ongkos
   untuk masing-masing perusahaan industri dapat dilakukan serendah mungkin
   (Esmara,1985:336 ).
            Untuk mempelajari apakah suatu sektor ekonomi merupakan sektor basis atau
   non basis dalam suatu wilayah dapat digunakan metode pengukuran langsung metode
   pengukuran tidak langsung ( Glasson, 1974 dalam Yasri, 1994 : 9 ). Metode
   pengukuran    langsung    dilakukan    melalui      survey   secara   langsung   dalam
   mengidentifikasi sektor mana yang basis dan mana yang non basis. Melalui pendekatan
   ini dapat ditentukan sektor basis maupun non basis secara tepat, tetapi dalam
   pelaksanaannya memerlukan dana dan sumber daya yang besar. Atas dasar ini para
   pakar ekonomi regional merekomendasikan penggunaan metode pengukuran tidak
   langsung yaitu menggunakan kuosien lokasi ( Locational Quotient ).
d. Teori Ekonomi Neo Klasik




                                                                                       19
Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis
          pembangunan daerah, karena teori ini tidak memiliki dimensi spesial yang signifikan.
          Teori ini memberi dua konsep dalam pembanguna ekonomi daerah yaitu keseimbangan
          dan mobilitas faktor produksi. Artinya system perekonomian akan mencapai
          keseimbangan alamiah jika modal bisa mengalir tanpa pembatasan. Oleh karena itu,
          modal akan mengalir dari daerah yang tinggi menuju ke daerah yang berupak rendah
          (Arysad, 1999 ; 116 ).
     e.    Teori Kausasi Kumulatif
                    Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep
          dasar dari tesis kausasi kumulatif ini. Kekuatan-kekuatan pasar cenderung
          memperparah kesenjangan antar daerah-daerah tersebut. Daerah yang maju mengalami
          akumulasi keunggulan kompetitif dibanding daerah-daerah lain (Arysad,1999:117 ).
     f. Model Daya Tarik
                    Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling
            banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah suatu
            masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialisasi melalui
            pemberian subsidi dan intensif (Arsyad, 1999 : 188 ).


B. Metode Analisi Shift Share
                  Teknik analisis ini adalah teknik analisis kuantitatif yang biasa digunakan
          untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur
          ekonomi wilayah administrative yang lebih tinggi sebagai pembanding. Dalam teknik
          ini terdapat 3 komponen: Pertama, pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau
          nasional yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional
          terhadap perekonomian daerah. Kedua, pergeseran proporsional, yang menunjukkan
          perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di
          referensi propinsi atau nasional. Ketiga, pergeseran diferensial yang memberikan
          informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah dengan
          perekonomian yang dijadikan referensi.




                                                                                             20
Ketiga hubungan komponen tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut
  Shift Share Analysis (SSA)
  SSA = (Xtt(1) /Xtt(0) – 1) + (Xtj(1) /Xtj(0) – Xtt(1) /Xtt(0) ) + (Xij(1) /Xij(0) –
         Xtj(1) /Xtj(0))
                  a                                  b                        c
  Keterangan :
  SSA = Shift Share Analysis
  a = komponen share (menyatakan laju pertumbuhan total wilayah pada dua titik
  waktu yang menunjuk-kan dinamika)


  b = komponen proportional shift (menyatakan pertum-buhan total aktivitas tertentu
  secara relatif dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah
  yang menunjukkan dinamika sektor/aktivitas total dalam wilayah


  c = komponen differential shift (menjelaskan bagaimana daya kompetisi suatu
  aktivitas tertentu dibandingkan dengan total sektor atau aktivitas dalam wilayah.
  Komponen ini menggambarkan dinamika (keung-gulan atau ketidakunggulan) suatu
  sektor atau aktivitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktivitas tersebut di
  wilayah lain.
  Xij(1) = jumlah tenaga kerja dari sektor produksi j di wilayah kabupaten ke-i pada
           tahun akhir
  Xij(0) = jumlah tenaga kerja dari sektor produksi j di wilayah Kabupaten ke-i pada
           tahun awal
  Xtj(1) = jumlah tenaga kerja total dari sektor produksi j di wilayah Provinsi pada
           tahun akhir
  Xtj(0 )= jumlah tenaga kerja total dari sektor produksi j di wilayah Provinsi pada
           tahun awal



                                                                                        21
Xtt(1) = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah
                   Provinsi pada tahun akhir
          Xtt(0) = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah
                   Provinsi pada tahun awal.


C. Metode Analysis Location Quotient ( L Q )
               Pada dasarnya metode ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan
          sektor di daerah yang diamati dengan kemampuan sektor yang sama di daerah yang
          lebih luas (tingkat nasional). Variabel yang digunakan dalam analisis ini berupa nilai
          tambah serta jumlah tenaga kerja. Adapun dalam analisis ini dicoba memahami
          Location Quotient (LQ) dengan menggunakan nilai tambah bruto sebagai variabel
          yang ada dalam PDRB menurut harga konstan. Secara matematis Location Quotient
          (LQ) dirumuskan sebagai berikut


                               LQ =     Xij/Xit
                                            Xtj/Xtt
          Keterangan :
          LQ = Location Quotient
          Xij = jumlah tenaga kerja dari sektor produksi j di wilayah kabupaten ke-i
          Xit = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah
                kabupaten ke-i
          Xtj = jumlah tenaga kerja total dari sektor produksi j di wilayah Provinsi
          Xtt = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah Provinsi


          LQ < 1 berarti sektor yang bersangkutan produksinya belum dapat memenuhi
                 kebutuhan daerah sendiri, disebabkan oleh kurangnya peranan sektor tersebut
                 dalam perekonomian daerah karena tidak mempunyai keunggulan komparatif
                 dan dikategorikan sektor non basis.
          LQ > 1 atau LQ = 1 Berarti sektor yang bersangkutan produksinya sudah dapat
          memenuhi kebutuhan daerah tersebut bahkan mengekspor. Oleh karena itu daerah




                                                                                             22
tersebut diakatakan mempunyai keunggulan komparatif di sektor tersebut dan
         dikatakan sebagai sektor basis. (http://diligib.uns.ac.id/upload/dokumen)




D. Employment Surplus Index (ESI)
          ESIa = Xij – (Xit/Xtt)Xtj (Keterangan : ESIa = ESI model absolut)
          ESIr = [Xij – (Xit/Xtt) Xtj] / Xit x 100 % (Keterangan : ESIr = ESI model relatif)
          Keterangan:
          Xij = jumlah tenaga kerja dari sektor produksi j di wilayah Kabupaten ke-i
          Xit = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah
                Kabupaten ke-i
          Xtj = jumlah tenaga kerja total dari sektor produksi j di wilayah Provinsi
          Xtt = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah Provinsi


E. Otonomi Daerah
     1. Hakekat Otonomi Daerah
        Otonomi daerah adalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
        daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
        kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. ( UU
        No.32 Tahun 2004)

     2. Pelaksanaan Otonomi daaerah
        Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus penting dalam rangka
        memperbaiki     kesejahteraan    masyarakat.    Pengembangan      suatu   daerah   dapat
        disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-
        masing. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk
        membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak
        daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan
        kemauan pemerintah daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi




                                                                                               23
dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan
        perundang-undangan


CARA PENELITIAN
  1. Bahan atau Materi Penelitian
            Materi utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Produk Domestik
     Regional Bruto tahun 2006-2009 dan data ketenaga kerjaan pada Kabupaten Kulon
     Progo. Kemudian data-data tersebut dianalisis menggunakan Pendekatan Shift Share,
     Employement Surplus Index, dan Loqatiouent Quotion


  2. Alat
            Alat bantu yang digunakan untuk menganalisis data penelitian adalah software
     Microsoft Exel. Software ini digunakan untuk menganalisa data statistik agar dapat
     diolah, ditampilkan, sehingga dapat menyajikan suatu informasi sesuai yang diharapkan
     pengguna.


  3. Prosedur Penelitian
            Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis data-data Produk Domestik
     Regional Bruto dan data ketenaga kerjaan Kabupaten Kulon Progo, pengolahan data nya
     untuk mencari sektor-sektor potensial dilakukan dengan membandingkan PDRB
     kabupaten tersebut dengan PDRB Propinsi Yogyakarta. Data tersebut dianalisis
     menggunakan pendekatan analisis Shift Share, LQ, dan Employment Surplus Index.
     Setelah data-data tersebut dianalisis maka akan menghasilkan suatu kesimpulan yaitu
     sektor-sektor unggulan dari kedua Kabupaten tersebut.


  4. Analisis Hasil
            Untuk mengetahui hasil penelitian potensi ekonomi Kabupaten Kulon Progo
     peneliti menggunakan analisis data kuantitatif dan kulalitatif. Analisis data Kualitatif
     adalah proses yang meliputi mencatat, mengorganisasikan, mengelompokkan dan
     mensintesiskan data dan selanjutnya memaknai setiap kategori data, mencari dan
     menemukan pola, hubungan hubungan dan memaparkan temuan-temuan dalam bentuk



                                                                                          24
deskripsi naratif, bagan, flow chart, matriks maupun gambar-gambar yang bisa
       dimengerti dan pahami oleh orang lain. Analisis Data kuantitatif adalah proses
       menghitung data yang ada menggunakan rumus atau metode analisis yang sesuai dengan
       kebutuhan penelitian.




               JADWAL PENELITIAN

                                                             Bulan Ke
              Tahap Kegiatan
                                             1       2       3      4        5       6
Persiapan
    1. Pengumpulan data
Pelaksanaan
   1. Pengolahan data
   2. Analisis data
   3. Pengambilan kesimpulan dan hasil
       penelitian
Penyelesaian
   1. Penyusunan laporan draf
   2. Penyusunan laporan akhir




                                                                                         25
PERSONALIA PENELITIAN
  1. Peneliti I
         a. Nama Lengkap               : Dra. Ike Yuli Andjani
         b. NIP                        : 19650716 199003 2 001
         c. Pangkat/Golongan           : III/b
         d. Jabatan Sekarang           : Asisten Ahli
         e. Tempat penelitian/alamat   : Kabupaten Kulon Progo
         f.   Waktu yang disediakan    : 2 jam/ hari


  2. Peneliti II
         a. Nama Lengkap               : Adi Irawan
         b. NIP                        :-
         c. Pangkat/Golongan           :-
         d. Jabatan Sekarang           :-
         e. Tempat Penelitian/alamat   : Kabupaten Kulon Progo
         f.   Waktu yang disediakan    : 2 jam/hari
  3. Pembantu Peneliti     : 1 orang




                                                                 26
DAFTAR PUSTAKA


Badan Pusat Statistik Provinsi Yogyakarta. 2010. Jogjs dalam Angka 2010. BPS: Provinsi DIY
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo. 2010. Kulon Progo dalam Angka 2010. BPS:
     Kulon Progo.
Lincolin Arsyad. 1993. Pengantar Perencanaan Ekonomi. PT. Media Widya Mandala:
     Yogyakarta.
Lincolin Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE
     UGM: Yogyakarta.

Hendra Esmara. 1985. Memelihara Momentum Pembangunan. Gramedia: Jakarta




                                                                                         27

More Related Content

What's hot

Sinergi Perencanaan dan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019
Sinergi Perencanaan dan  Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019Sinergi Perencanaan dan  Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019
Sinergi Perencanaan dan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019Dadang Solihin
 
Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah dengan Pemda
Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah dengan PemdaSinkronisasi Kebijakan Pemerintah dengan Pemda
Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah dengan PemdaDadang Solihin
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah Hafida Siti
 
MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI ACEH TAHUN 2015
MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI ACEH TAHUN 2015MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI ACEH TAHUN 2015
MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI ACEH TAHUN 2015Dadang Solihin
 
Presentasi meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008 pointers
Presentasi meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008 pointersPresentasi meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008 pointers
Presentasi meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008 pointersDadang Solihin
 
Perencanaan pembangunan ekonomi
Perencanaan pembangunan ekonomiPerencanaan pembangunan ekonomi
Perencanaan pembangunan ekonomimaranathatesa
 
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerahPpt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerahmohamad amsanudin
 
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035daldukpapua
 
10 kebijaksanaan+kependudukan
10 kebijaksanaan+kependudukan10 kebijaksanaan+kependudukan
10 kebijaksanaan+kependudukanGunawan Widiarto
 
Makalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesia
Makalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesiaMakalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesia
Makalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesiaOperator Warnet Vast Raha
 
Pencapaian Pendidikan di Kepuluan Riau
Pencapaian Pendidikan di Kepuluan RiauPencapaian Pendidikan di Kepuluan Riau
Pencapaian Pendidikan di Kepuluan RiauFaharuddin Fahar
 
Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008
Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008 Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008
Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008 Dadang Solihin
 
Sambutan musrenprov ntt 220410
Sambutan musrenprov ntt 220410Sambutan musrenprov ntt 220410
Sambutan musrenprov ntt 220410Dadang Solihin
 
Perspektif Sismennas dalam konteks Peningkatan Kualitas Demokrasi guna Pemban...
Perspektif Sismennas dalam konteks Peningkatan Kualitas Demokrasi guna Pemban...Perspektif Sismennas dalam konteks Peningkatan Kualitas Demokrasi guna Pemban...
Perspektif Sismennas dalam konteks Peningkatan Kualitas Demokrasi guna Pemban...Dadang Solihin
 

What's hot (20)

Sinergi Perencanaan dan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019
Sinergi Perencanaan dan  Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019Sinergi Perencanaan dan  Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019
Sinergi Perencanaan dan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019
 
Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah dengan Pemda
Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah dengan PemdaSinkronisasi Kebijakan Pemerintah dengan Pemda
Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah dengan Pemda
 
Ipbk
IpbkIpbk
Ipbk
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah
 
MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI ACEH TAHUN 2015
MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI ACEH TAHUN 2015MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI ACEH TAHUN 2015
MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI ACEH TAHUN 2015
 
Presentasi meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008 pointers
Presentasi meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008 pointersPresentasi meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008 pointers
Presentasi meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008 pointers
 
Perencanaan pembangunan ekonomi
Perencanaan pembangunan ekonomiPerencanaan pembangunan ekonomi
Perencanaan pembangunan ekonomi
 
Dana Kelurahan 3 Triliun
Dana Kelurahan 3 TriliunDana Kelurahan 3 Triliun
Dana Kelurahan 3 Triliun
 
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerahPpt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
Ppt tugas 7 pembangunan ekonomi daerah
 
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
Proyeksi Penduduk Tahun 2010 2035
 
10 kebijaksanaan+kependudukan
10 kebijaksanaan+kependudukan10 kebijaksanaan+kependudukan
10 kebijaksanaan+kependudukan
 
Education Diagnostic
Education DiagnosticEducation Diagnostic
Education Diagnostic
 
Makalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesia
Makalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesiaMakalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesia
Makalah pelayanan keluarga berencana terhadap kependuduk di indonesia
 
Pencapaian Pendidikan di Kepuluan Riau
Pencapaian Pendidikan di Kepuluan RiauPencapaian Pendidikan di Kepuluan Riau
Pencapaian Pendidikan di Kepuluan Riau
 
Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008
Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008 Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008
Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008
 
Sambutan musrenprov ntt 220410
Sambutan musrenprov ntt 220410Sambutan musrenprov ntt 220410
Sambutan musrenprov ntt 220410
 
Perspektif Sismennas dalam konteks Peningkatan Kualitas Demokrasi guna Pemban...
Perspektif Sismennas dalam konteks Peningkatan Kualitas Demokrasi guna Pemban...Perspektif Sismennas dalam konteks Peningkatan Kualitas Demokrasi guna Pemban...
Perspektif Sismennas dalam konteks Peningkatan Kualitas Demokrasi guna Pemban...
 
Kawasan perbatasan final
Kawasan perbatasan finalKawasan perbatasan final
Kawasan perbatasan final
 
KEBIJAKAN KEMENTERIAN PDT DALAM MENDORONG PENCAPAIAN IPM MELALUI STRATEGI DES...
KEBIJAKAN KEMENTERIAN PDT DALAM MENDORONG PENCAPAIAN IPM MELALUI STRATEGI DES...KEBIJAKAN KEMENTERIAN PDT DALAM MENDORONG PENCAPAIAN IPM MELALUI STRATEGI DES...
KEBIJAKAN KEMENTERIAN PDT DALAM MENDORONG PENCAPAIAN IPM MELALUI STRATEGI DES...
 
Metode Baru dalam Pengitungan IPM
Metode Baru dalam Pengitungan IPM Metode Baru dalam Pengitungan IPM
Metode Baru dalam Pengitungan IPM
 

Similar to Proposal penelitian 2012

Orientasi Dewan.pptx
Orientasi Dewan.pptxOrientasi Dewan.pptx
Orientasi Dewan.pptxhoyin rizmu
 
PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...
PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...
PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...Nana Sartika
 
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang BerkualitasRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang BerkualitasDadang Solihin
 
Unud 242-1071384042-bab i-ii
Unud 242-1071384042-bab i-iiUnud 242-1071384042-bab i-ii
Unud 242-1071384042-bab i-iirhyatokotua
 
Pentingnya Strategi dan Akselerasi Pembangunan Daerah dalam Penyusunan RPJMD
Pentingnya Strategi dan Akselerasi Pembangunan Daerah dalam Penyusunan RPJMDPentingnya Strategi dan Akselerasi Pembangunan Daerah dalam Penyusunan RPJMD
Pentingnya Strategi dan Akselerasi Pembangunan Daerah dalam Penyusunan RPJMDDadang Solihin
 
Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan DaerahSistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Peran Kepemimpinan Dalam Rangka Reformasi Birokrasi
Peran Kepemimpinan Dalam Rangka Reformasi BirokrasiPeran Kepemimpinan Dalam Rangka Reformasi Birokrasi
Peran Kepemimpinan Dalam Rangka Reformasi BirokrasiDeddy Supriady Bratakusumah
 
penataan-sdm-aparatur.pptx
penataan-sdm-aparatur.pptxpenataan-sdm-aparatur.pptx
penataan-sdm-aparatur.pptxPkcDurenSawit
 
Penyusunan dan Pencapaian Indikator Kinerja RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan dan Pencapaian Indikator Kinerja RPJMD dan Renstra SKPDPenyusunan dan Pencapaian Indikator Kinerja RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan dan Pencapaian Indikator Kinerja RPJMD dan Renstra SKPDDadang Solihin
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanSari Faizah
 
Proses Pembangunan Daerah: Dari Perencanaan sampai Monitoring dan Evaluasi
Proses Pembangunan Daerah: Dari Perencanaan sampai Monitoring dan EvaluasiProses Pembangunan Daerah: Dari Perencanaan sampai Monitoring dan Evaluasi
Proses Pembangunan Daerah: Dari Perencanaan sampai Monitoring dan EvaluasiDadang Solihin
 
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan Daerah
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan DaerahSistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan Daerah
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
ppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptxppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptxHANIFPRASETYO10
 
Pengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisisPengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisisRizki Malinda
 
Membangun Sistem Monitoring dan Evaluasi di Lingkungan Sekretariat Daerah
Membangun Sistem Monitoring dan Evaluasi di Lingkungan Sekretariat DaerahMembangun Sistem Monitoring dan Evaluasi di Lingkungan Sekretariat Daerah
Membangun Sistem Monitoring dan Evaluasi di Lingkungan Sekretariat DaerahDadang Solihin
 

Similar to Proposal penelitian 2012 (20)

Orientasi Dewan.pptx
Orientasi Dewan.pptxOrientasi Dewan.pptx
Orientasi Dewan.pptx
 
PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...
PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...
PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...
 
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang BerkualitasRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang Berkualitas
 
Kebijakan Kehumasan Instansi Pemerintah
Kebijakan Kehumasan Instansi PemerintahKebijakan Kehumasan Instansi Pemerintah
Kebijakan Kehumasan Instansi Pemerintah
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Unud 242-1071384042-bab i-ii
Unud 242-1071384042-bab i-iiUnud 242-1071384042-bab i-ii
Unud 242-1071384042-bab i-ii
 
kepemimpinan
kepemimpinankepemimpinan
kepemimpinan
 
Pentingnya Strategi dan Akselerasi Pembangunan Daerah dalam Penyusunan RPJMD
Pentingnya Strategi dan Akselerasi Pembangunan Daerah dalam Penyusunan RPJMDPentingnya Strategi dan Akselerasi Pembangunan Daerah dalam Penyusunan RPJMD
Pentingnya Strategi dan Akselerasi Pembangunan Daerah dalam Penyusunan RPJMD
 
Presentation for jauhari2
Presentation for jauhari2Presentation for jauhari2
Presentation for jauhari2
 
Presentation for jauhari
Presentation for jauhariPresentation for jauhari
Presentation for jauhari
 
Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan DaerahSistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
 
Peran Kepemimpinan Dalam Rangka Reformasi Birokrasi
Peran Kepemimpinan Dalam Rangka Reformasi BirokrasiPeran Kepemimpinan Dalam Rangka Reformasi Birokrasi
Peran Kepemimpinan Dalam Rangka Reformasi Birokrasi
 
penataan-sdm-aparatur.pptx
penataan-sdm-aparatur.pptxpenataan-sdm-aparatur.pptx
penataan-sdm-aparatur.pptx
 
Penyusunan dan Pencapaian Indikator Kinerja RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan dan Pencapaian Indikator Kinerja RPJMD dan Renstra SKPDPenyusunan dan Pencapaian Indikator Kinerja RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan dan Pencapaian Indikator Kinerja RPJMD dan Renstra SKPD
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaan
 
Proses Pembangunan Daerah: Dari Perencanaan sampai Monitoring dan Evaluasi
Proses Pembangunan Daerah: Dari Perencanaan sampai Monitoring dan EvaluasiProses Pembangunan Daerah: Dari Perencanaan sampai Monitoring dan Evaluasi
Proses Pembangunan Daerah: Dari Perencanaan sampai Monitoring dan Evaluasi
 
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan Daerah
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan DaerahSistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan Daerah
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan Daerah
 
ppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptxppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptx
 
Pengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisisPengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisis
 
Membangun Sistem Monitoring dan Evaluasi di Lingkungan Sekretariat Daerah
Membangun Sistem Monitoring dan Evaluasi di Lingkungan Sekretariat DaerahMembangun Sistem Monitoring dan Evaluasi di Lingkungan Sekretariat Daerah
Membangun Sistem Monitoring dan Evaluasi di Lingkungan Sekretariat Daerah
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 

Proposal penelitian 2012

  • 1. JUDUL PENELITIAN ANALISIS KETERSEDIAAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2006 – 2009 (Mengunakan Metode Employment Surplus Index, Location Quotient and Shift Share) DALAM BAHASA INGGRIS AVAILABILITY ANALYSIS OF LABOR IN LEADING SECTOR IN THE DISTRICT OF KULONPROGO 2006 - 2009 (APPROACH USING EMPLOYMENT SURPLUS INDEX, LOCATION QUOTIENT AND SHIFT SHARE ANALYSIS ) LATAR BELAKANG Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus penting dalam rangka memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan pemerintah daerah. Pemerintah daerah bisa lebih mudah untuk mengembangkan diri dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan. Pelaksanaan otonomi daerah, sebagai penerapan (implementasi) tuntutan globalisasi yang sudah seharusnya lebih memberdayakan daerah dengan cara diberikan kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab. Terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing. Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah antara lain adalah membantu pemerintah pusat untuk beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan daerah. Dengan demikian pusat berkesempatan mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan 1
  • 2. global dan mengambil manfaat daripadanya. Pada saat yang sama pemerintah pusat diharapkan lebih mampu berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro (luas atau yang bersifat umum dan mendasar) nasional yang bersifat strategis. Di lain pihak, dengan desentralisasi daerah akan mengalami proses pemberdayaan yang optimal. Kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah akan terpacu, sehingga kemampuannya dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi di daerah akan semakin kuat. Didalam UU No. 32 Tahun 2004 Kewenangan provinsi menurut pasal 13 dapat diuraikan sebagai berikut : Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah propinsi meliputi : a) perencanaan dan pengendalian pembangunan b) perencanaan, pemanfaatan, dan pengwasan tata ruang c) penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat d) penyediaan sarana dan prasarana umum e) penanganan bidang kesehatan f) penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial g) penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota h) pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/ kota i) fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota j) pengendalian lingkungan hidup k) pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/ kota l) pelayanan kependudukan, dan catatan sipil m) pelayanan administrasi umum pemerintahan n) pelayanan administrasi penanaman modal, termasuk lintas kabupaten/kota o) penyelenggraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/ kota, dan p) urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan 2
  • 3. Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 Kewenangan kabupaten/kota diatur dalam pasal 14 yang dapat diuraikan sebagai berikut : a) perencanaan dan pengendalian pembangunan b) perencanaan, pemanfaatan, dan pengwasan tata ruang c) penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat d) penyediaan sarana dan prasarana umum e) penanganan bidang kesehatan f) penyelenggaraan pendidikan g) penanggulangan masalah sosial h) pelayanan bidang ketenagakerjaan i) fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah j) pengendalian lingkungan hidup k) pelayanan pertanahan l) pelayanan kependudukan, dan catatan sipil m) pelayanan administrasi umum pemerintahan n) pelayanan administrasi penanaman modal, o) penyelenggraan pelayanan dasar lainnya dan p) urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan Berdasarkan uaraian Kewenangan pemerintah Provinsi dan pemerintah Kabupaten yang tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2004 di atas, ada beberapa kewenangan yang berhubungan dengan perencanaan dan pengendalian pembangunan dan pelayanan dibidang ketenagakerjaan, penanggulangan masalah sosial dan penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial. Pertumbuhan ekonomi daerah sangat dipengaruhi oleh kuantitas maupun kualitas sumberdaya yang dimilikinya, baik sumberdaya fisik (kekayaan alam) maupun sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia tidak hanya jumlah penduduk dan tingkat pendidikannya, namun 3
  • 4. juga pandangan hidup mereka, tingkat kebudayaan, sikap atau penilaian mereka terhadap pekerjaan dan besar kecilnya keinginan untuk memperbaiki diri secara kreatif dan otonom (Todaro, 2000, 46). Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti menambah jumlah tenaga produktif dan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti makin besar ukuran pasar domestiknya. Namun demikian, pertumbuhan penduduk baik positif maupun negatif bagi pembangunan ekonomi tergantung pada kemampuan sistem perekonomian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja tersebut. Oleh karena itu, informasi mengenai kesempatan kerja secara sektoral sangat diperlukan dalam menyusun perencanaan pembangunan ekonomi daerah (Purwanti,2009, PIRAMIDA Vol V No. 1) Jumlah Penduduk Kabupaten Kulon Progo tahun 2009 menurut Hasil Proyeksi Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS 2005) sebanyak 374.921 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki 183.892 jiwa (49,05 persen) dan penduduk perempuan 191.029 jiwa (50,95 persen). Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 1980, jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo tercatat sebesar 380.685 jiwa. Sex rasio sebesar 95, yang artinya terdapat 95 penduduk laki-laki di setiap 100 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 58.627,54 km2, maka kepadatan penduduk Kabupaten Kulon Progo tahun 1980 sebesar 649 jiwa per km2. Pada Sensus Penduduk 1990 penduduk Kabupaten Kulon Progo turun menjadi 372.309 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk -0,22. Rasio jenis kelamin tercatat 96 dan kepadatan penduduknya menjadi 635 jiwa per km2. Dengan laju pertumbuhan -0,04, penduduk Kabupaten Kulon Progo menurut Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000 tercatat sebanyak 370.944 jiwa. Sex rasio sebesar 97 dan kepadatan penduduknya mencapai 633 jiwa per km2. 4
  • 5. Penduduk merupakan modal penting dalam pelaksanaan pembangunan. Namun bila laju pertumbuhan pertumbuhan tidak terkendali, akan menimbulkan berbagai persoalan. Oleh karena itu, masalah pengendalian laju pertumbuhan penduduk menjadi perhatian pemerintah. Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan jumlah penduduk yang masuk dalam pasar kerja. Jumlah pencari kerja baru pada tahun 2009 sebanyak 6.912 orang dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 508 orang (4,75 persen), setingkat SLTP 1.153 orang (10,78 persen), SLTA sederajat 5.467 orang (51,12 persen), Diploma 1.823 orang (17,05 persen), dan sarjana 1.744 orang (16,31 persen). Secara total, jumlah pencari kerja baru pada tahun 2009 ini mengalami peningkatan cukup drastis sebesar 54,73 persen pada tahun sebelumnya (jumlah pencari kerja tahun 2008 hanya sebesar 6.912 orang). Yang dimaksud dengan penduduk usia kerja menurut Survei Angkatan kerja Nasional (sakernas) adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dirinci menjadi penduduk yang termasuk angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Pada tahun 2009 jumlah penduduk usia kerja sebesar 303.722 orang yang dirinci sebanyak 146.381 penduduk laki-laki dan 157.341 penduduk perempuan. Di antara penduduk usia kerja tersebut, mereka yang tergolong sebagai angkatan kerja tercatat 222.551 orang, 212.963 orang dengan status bekerja dan 9.588 orang merupakan pengangguran. Dari jumlah penduduk yang bekerja (212.963 orang) sebanyak 46,01 persen bekerja pada sektor pertanian, 18,99 persen penduduk usia bekerja bekerja pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, 12,01 persen bekerja pada sektor industri, sebanyak 22,99 persen penduduk usia kerja tersebar pada enam sektor yang lain yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi,sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor lembaga keuangan dan sektor jasa-jasa. Dari latar belakang ini peneliti akan menganalisis lebih dalam tentang analisis ketersediaan tenaga kerja pada sektor unggulan di Kabupaten Kulon Progo dengan mengangkat judul: “ANALISIS KETERSEDIAAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2006 – 2009 “ 5
  • 6. (Mengunakan Metode Employment Surplus Index, Location Quotient and Shift Share) LATAR BELAKANG PENELITIAN 1. Permasalahan Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah yang dapat diberikan adalah : a. Berapakah kesempatan kerja nyata di Kabupaten Kulon Progo yang dipengaruhi oleh laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi DIY, bauran industri dan keunggulan kompetitif yang dimiliki? b. Sektor-sektor manakah sebagai sektor basis atau sektor unggulan di Kabupaten Kulon Progo? c. Berapakah kekurangan atau kelebihan tenaga kerja yang ada pada sektor-sektor Unggulan di Kabupaten Kulon Progo? d. Sektor-sektor apakah yang masih kurang potensial dalam perekonomian Kab.Kulon Progo dihitung berdasarkan jumlah tenaga kerja yang tersedia? e. Strategi apakah yang harus diambil untuk meningkatkan sector perekonomian yang masih kurang potensial? 2. Keaslian Penelitian Penelitian ini dibuat dengan sungguh-sungguh dan belum ada peneliti yang menggunakan judul peneliatian ini. Penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian-penelitian lainnya karena penelitian ini menyajikan hasil analisis yang diolah menggunakan beberapa metode analisis yang dipadukan dan berdasarkan data ketenagakerjaan Kabupaten Kulon Progo tahun 2006-2009. 3. Faedah yang Diharapkan a. Sebagai bahan informasi kepada pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo untuk dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun rencana pembangunan dan kebijakan dalam bidang ketenagakerjaan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. b. Sebagai bahan informasi untuk peneliti lain ataupun pembaca maupun pihak yang berkepentingan dalam permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini. 6
  • 7. TUJUAN PENELITIAN Tujuan Penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui besar kesempatan kerja nyata di Kabupaten Kulon Progo yang dipengaruhi oleh laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi DIY, bauran industri dan keunggulan kompetitif Kabupaten Kulon Progo. 2. Untuk mengetahui sektor- sektor basis atau sektor unggulan di Kabupaten Kulon Progo. 3. Untuk mengetahui kekurangan atau kelebihan tenaga kerja yang ada pada sektor-sektor Unggulan di Kabupaten Kulon Progo 4. Untuk mengetahui sektor yang masih kurang potensial dalam perekonomian Kab.Kulon Progo dihitung berdasarkan jumlah tenaga kerja yang tersedia 5. Untuk mengetahui Strategi apakah yang harus diambil untuk meningkatkan sector perekonomian yang masih kurang potensial. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu 1. PURI WURYANDARI (2003) Penelitian berjudul “ Analisis Potensi Ekonomi Sektoral Propinsi Jawa Tengah Tahun 1993 – 2000 “, yang berisi perhitungan untuk menentukan potensi ekonomi daerah khususnya daerah Jawa Tengah yang menggunakan data sekunder dengan runtut waktu ( time series ) mulai tahun 1993 sampai dengan tahun 2000. Adapun data yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto ( PDB ), Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ), data tenaga kerja di Jawa Tengah dan data tenaga kerja di Indonesia. Penggunaan dua jenis data PDRB dan tenaga kerja dalam perhitungan potensi ekonomi daerah ditujukan untuk melihat potensi sektor di Propinsi Jawa Tengah ditinjau dari sisi PDRB dan tenaga kerjanya. Dari data yang diperoleh dianalisis dengan alat analisis Locational Quotient ( LQ ) dan Shift Share ( SSA ) yang kemudian keduanya digabungkan. 7
  • 8. Hasil penelitian tersebut menuujukkan bahwa yang menjadi sektor basis di Jawa Tengah ditinjau dari sisi PDRB adalah Pertanian, Industri Pengolahan, Perdagangan,hotel dan restoran, jasa- jasa, sementara jika ditinjau dari sisi tenaga kerja maka yang menjadi sektor basis adalah Industri Pengolahan, Perdagangan,hotel dan restoran serta sektor Jasa-jasa. Berdasarkan hasil analisis data, saran-saran yang dapat digunakan adalah karena sektor pertanian semakin lama kontribusinya semakin kecil baik dari sisi PDRB maupun tenaga kerja maka diperlukan perhatian yang serius dan diperlukan pembenahan terutama dalam hal teknologi yang berkaitan dengan sektor pertanian, sementara sektor Industri Pengolahan semakin lama kontribusinya semakin meningkat terutama dalam hal penyerapan tenaga kerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Tengah mulai beralih dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri.( http://diligib.uns.ac.id/upload/dokumen) 2. Handayani Astuti Dengan judul penelitian Analisis potensi sektor ekonomi kota dan kabupaten di propinsi daerah Istimewa Yogyakarta dalam pelaksanaan pembangunan di era otonomi daerah. Tujuan dari penelitian ini yang pertama adalah untuk mengetahui gambaran kontribusi sektoral terhadap PDRB dan laju pertumbuhan PDRB secara sektoral dari tahun 1998-2001, yang kedua untuk mengetahui sektor-sektor yang menjadi basis perekonomian di masing-masing kota dan kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam melaksanakan pembangunan di era otonomi daerah ditinjau dari PDRB, dan yang ketiga untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi potensial, agar mampu dikembangkan menjadi sector basis oleh masing-masing kota dan kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan kegunaan dari penelitian ini yaitu selain agar dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh instansi-instansi terkait, juga diharapkan dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Dari hasil analisis data diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi sektoral Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman mendapat kontribusi terbesar dari Sektor Pedagangan, Hotel, dan Restoran, dan laju pertumbuhan tertinggi di Sektor Industri Pengolahan. Kontribusi terbesar Kabupaten Bantul berasal dari Sektor Pertanian, sedangkan laju pertumbuhan sektoral tertinggi berada di Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih. Kabupaten Gunung Kidul mendapat kontribusi 8
  • 9. terbesar dari Sektor Pertanian, dan laju pertumbuhan sektoral tertinggi berada di Sektor Jasa-jasa. Kontribusi terbesar Kabupaten Kulon Progo diperoleh dari Sektor Pertanian, dan laju pertumbuhan sektoral tertinggi berada di Sektor Industri Pengolahan. Menjawab permasalahan kedua diketahui bahwa Kota Yogyakarta memiliki basis perekonomian pada: (i) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih; (ii) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; (iii) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (iv) Sektor Keuangan; (v) Sektor Jasa-jasa. Kabupaten Sleman memiliki basis perekonomian pada: (i) Sektor Industri Pengolahan; (ii) Sektor Bangunan; (iii) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (iv) Sektor Keuangan.Kabupaten Bantul memiliki basis perekonomian pada: (i) Sektor Pertanian; (ii) Sektor Industri Pengolahan, (iii) Sektor Bangunan; (iv) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Kabupaten Gunung Kidul memiliki basis perekonomian pada: (i) Sektor Pertanian; (ii) Sektor Pertambangan dan Galian; (iii) Sektor Bangunan. Kabupaten Kulon Progo memiliki basis perekonomian pada Sektor Pertanian dan Sektor Jasa-jasa. Sedangkan sektor-sektor potensial yang dapat dikembangkan di Kota Yogyakarta adalah Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Bangunan. Sektor-sektor potensial di Kabupaten Sleman adalah : (i) Sektor Pertanian; (ii) Sektor Jasa-jasa; (iii) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih; (iv) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (v) Sektor Pertambangan dan Galian. Sektor potensial Kabupaten Bantul berada di (i) Sektor Pertambangan dan Galian; (ii) Sektor Jasa-jasa; (iii) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih; (iv) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (v) Sektor Keuangan. Sektor-sektor potensial yang dapat dikembangkan di Kabupaten Gunung Kidul adalah : (i) Sektor Industri Pengolahan; (ii) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih; (iii) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (iv) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (v) Sektor Keuangan, (vi) Sektor Jasa-jasa. Sektor-sektor potensial yang ada di Kabupaten Kulon Progo adalah : (i) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, (ii) Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (iii) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (iv) Sektor Keuangan. Saran yang dapat diberikan guna tercapainya tujuan pembangunan di kota dan kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu: pengoptimalisasian pengembangan sektor-sektor potensia tanpa mengabaikan sektor basis yang telah ada, kedua mempromosikan potensi masing- masing daerah guna menarik investor baik dari luar negeri ataupun dari luar daerah, yang ketiga adalah penerangan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pembangunan di era otonomi daerah, dan mengarahkan masyarkat untuk lebih aktif dalam usaha- usaha yang berada di lingkup 9
  • 10. sektor basis dan sektor potensial, dan yang kekempat yaitu perlu adanya penelitian yang lebih lengkap dengan analisis yang lebih canggih. (digilib.uns.ac.id/abstrak.pdf.) 3. Ike Yuli Andjani & Adi Irawan (2011) Dengan Judul “ Perbandingan Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Bantu dengan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2006-2009” Menggunakan pendekatan Analisis Shift Share, Location Quotient dan Tipologi Klasen. Tujuan Penelitian ini adalah 1) perkembangan potensi ekonomi kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo. 2) Sektor-sektor unggulan antara kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo. 3) Sektor-sektor perekonomian yang masih kurang potensial untuk lebih ditingkatkan. 4) perbandingan potensi ekonomi antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulon Progo. Data yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto ( PDB ), Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Provinsi DIY. Penggunaan data PDRB ketiga daerah dalam perhitungan potensi ekonomi daerah ditujukan untuk melihat potensi sektor di Kabupaten Bantul dan Kulon Progo ditinjau dari sisi PDRB. Dari data yang diperoleh dianalisis dengan alat analisis Locational Quotient ( LQ ) dan Shift Share ( SSA ) dan Tipologi Klasen yang kemudian digabungkan. Dari penelitian ini kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Perkembangan potensi ekonomi di Kabupaten Bantul maupun Kabupaten Kulon Progo dari tahun ketahun terus meningkat, namun tidak pada semua sektor ataupun sub sektor, 2. Sektor unggulan Kabupaten Bantul dan Kabuparen Kulon Progo a. Metode Shift Share Dari hasil analisis menggunakan metode Shift Share di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo menunjukkan sektor yang memiliki keunggulan/daya saing paling competitive adalah: Kabupaten Bantul 10
  • 11. 1. Sektor Industri Pengolahan pada sub.sektor industri bukan migas pada kelompok sub. Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki serta sub. Industri kayu dan barang kayu lainya. 2. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran pada sub.sektor restoran . 3. Sektor Pengangkutan dan komunikasi pada sub.sektor pengangkutan sub.angkutan jalan raya nilai 4. Sektor Pertanian pada sub.sektor tanaman bahan pangan serta sub.sektor peternakan dan hasil-hasilnya Kabupaten Kulon Progo: 1. Sektor Pertanian pada sub.sektor tanaman bahan pangan 2. Sektor Industri Pengolahan pada sub. Industri kayu dan barang kayu lainya. b. Metode Location Quotient Dari hasil analisis menggunakan metode Location Quotient menunjukkan bahwa : Kabupaten Bantul memiliki sub.sektor basis pada beberapa sektor yang ada. Dari sektor pertanian sub.sektor yang merupakan sektor basis adalah sub.sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan serta peternakan dan hasil-hasilnya. Pada Sektor Pertambangan dan penggalian sub.sektor penggalian yang merupakan sub.sektor basis. Untuk sektor Industri bukan migas sub.sektor yang merupakan sub.sektor basis paling tinggi adalah sub.sektor tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, kemudian disusul sub.sektor makanan, minuman dan tembakau, selanjutnya ada sub sektor pupuk, kimia dan barang dari karet, Semen dan barang galian bukan logam dan yang terakhir adalah kayu dan barang dari kayu lainnya. Selanjutnya sektor kontruksi pun merupakan sektor basis di Kabupaten Kulon Progo. Pada sektor perdagangan, hotel dan restoran hanya sub.sektor perdagangan besar dan eceran yang merupakan sektor basis di Kabupaten Bantul. Serta sektor keuangan, persewaan dan jasa penunjang pada sub.sektor lembaga keuangan bukan bank. Pada Kabupaten Kulon Progo dari hasil analisis menggunakan metode Location Quotient sub.sektor yang berada pada sektor pertanian semuanya merupakan sektor basis. Sub. Sektor penggalian pun menjadi sektor basis di Kabupaten Kulon Progo. Kemudian 11
  • 12. pada Sektor Insudri pengalahan yang merupaka sektor basis adalah makanan minuman dan tembakau, Kayu dan barang dari kayu lainnya, pupuk kimia dan barang dari karet, Semen dan barang galian bukan logam, serta alat angkutan mesin dan peralatannya. Pada sekteor perdagangan, hotel dan restoran hanya sub.sektor perdagangan besar dan eceran yang merupakan sektor basis. Untuk sektor pengangkutan dan komunikasi yang merupakan sub.sektor basis di Kabupaten Kulon Progo adalah Angkutan jalan rel dan jasa penunjang komunikasi. Sektor keuangan, persewaan dan jasa penunjang pada sub.sektor bank, serta sektor jasa-jasa pada sub.sektor administrasi pemerintah dan pertahanan, jasa pemerintah lainnya. c. Metode Tipologi Klassen Dari analisis menggunakan metode Tipologi Klassen dapat disimpulkan bahwa sub.sektor yang maju dan dapat berkembang dengan pesat adalah sub.sektor peternakan dan hasil- hasilnya (sektor pertanian), sub.sektor tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, sub.sektor kayu dan barang dari kayu lainnya (sektor Industri Pengolahan). Kemudian ada sektor kontruksi yang juga merupakan sektor maju dan tumbuh dengan pesat di Kabupaten Bantul serta sub.sektor lembaga keuangan bukan bank. Pada Kabupaten Kulon Progo sub.sektor yang merupakan sub.sektor maju dan tumbuh dengan pesat adalah tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil- hasilnya, Kehutanan (sektor pertanian), penggalian (sektor pertambangan dan penggalian), kayu dan barang dari kayu lainnya, pupuk kimiadan barang dari karet, semen dan barang galian bukan logam, alat angkutan mesin dan peralatannya (sektor industri pengolahan), dan yang terakhir adalah sub.sektor angkutan jalan raya. 3. Sektor-sektor perekonomian yang masih kurang potensial dari kedua kabupaten tersebut adalah: a. Metode Analisis Shift Share Dari analisis menggunakan metode shift share pada Kabupaten Bantul sektor - sektor yang kurang kompetitive adalah Sektor Industri Pengolahan pada sub.sektro Industri makanan, minuman dan tembakau, sub.sektor Industri pupuk, kimia dan barang dari karet, kemudian Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 12
  • 13. Untuk Kabupaten Kulon Progo sektor sektor yang kurang kompetitive adalah Sektor Industri Pengolahan pada sub.sektor Industri makanan, minuman dan tembakau dan sub.sektor Industri pupuk, kimia dan barang dari karet, kemudian sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta sektor Jasa-jasa. b. Metode Analisis Location Quotient Hasil analisis menggunakan metode Location Quotient di Kabupaten Bantul yang merupakan sub.sektor non basis adalah sub.sektor Kehutanan, perikanan (Sektor pertanian), Kertas dan barang cetakan, alat angkutan mesin dan peralatannya, barang lainnya (sektor industri pengolahan), air bersih (sektor listrik, gas dan air bersih), hotel, restoran (sektor perdagangan, hotel dan terstoran) kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten Bantul bukan merupakan sektor basis. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa penunjang serta sektor jasa jasa juga merupaka sektor non basis di kabupaten bantul. Pada Kabupaten Kulon Progo menunjukkan sub.sektor non basis antara lain tekstil barang dari kulit dan alas kaki, kertas dan barang cetakan, barang lainnya (sektor Industri Pengolahan), sektor Listrik, gas dan air bersih, sektor kontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran pada sub.sektor hotel dan restoran, kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi pada sub.sektor angkutan rel, jasa penunjang angkutan dan pos dan telekomunikasi. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada sub.sektor lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, real estat, jasa perusahaan. Sektor jasa-jasa pada jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, jasa perorangan dan rumah tangga. c. Metode Analisis Tipologi Klassen Hari hasil menggunakan analisis tipologi klassen sub.sektor yang relatif masih tertinggal di Kabupaten Bantul adalah sub.sektor kertas dan barang cetakan, barang lainnya, listrik, hotel, restoran, pos dan telekomunikasi, bank, real estat, serta jasa hiburan dan rekreasi. Pada kabupaten Kulon Progo sektor yang berada pada Kuadran IV yaitu sub.sektor yang relatif tertinggal adalah sektor kontruksi, sub.sektor restoran, Jasa penunjang angkutan, pos dan telekomunikasi, serta jasa perusahaan. 13
  • 14. 4. Perbandingan potensi ekonomi antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulon Progo menggunakan tiga metode yaitu metode dapat disimpulkan bahwa sektor unggulan Kabupaten Bantul adalah sektor industri pengolahan dan sektor Pertanian. Sedangkan untuk Kabupaten Kulon Progo adalah sektor pertanian dan industri pengolahan. Untuk sektor yang bukan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Bantul adalah sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Untuk kabupaten Kulon Progo adalah sektor kontruksi. LANDASAN TEORI A. Pembangunan Pembangunan Ekonomi 1.Proses Pembangunan Ekonomi Proses pembangunan ekonomi dibagi menjadi 4 (empat) tahap sebagai berikut ( Arsyad, 1997: 24 ) : Tahap pertama adalah proses perencanaan (ekonomi). Ditetapkan dan diterjemahkan kedalam target kuantitatif untuk pertumbuhan, penciptaan kesempatan kerja, distribusi pendapatan, pengurangan kemiskinan, dan lainnya. Tahap kedua adalah mengukur ketersediaan sumber daya yang langka selama periode perencanaan tersebut, misalnya: tabungan, bantuan luar negeri, penerimaan pemerintah, penerimaan eksport, tenaga kerja yang terlatih, dan lainnya. Kesemuanya itu bersama keterbatasan administrasi dan organisasi, merupakan kendala (constraints) yang mengendalai kemampuan perekonomian tersebut untuk mencapai target – targetnya. Tahap ketiga, hampir semua dari upaya ekonomi ditujukan untuk memilih berbagai cara (kegiatan dan alat) yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan nasional. Pada tahap ini ditetapkan proyek – proyek investasi, seperti jalan raya, jaringan irigasi, pabrik – pabrik, pusat – pusat kesehatan. Yang termasuk perencanaan nasional : kebijaksanaan – kebijaksanaa harga, seperti nilai kurs, tingkat suku bunga, upah, pengaturan pajak, atau subsidi yang semuanya ini merangsang perusahaan– perusahaan swasta untuk mengembangkan tujuan– tujuan pembangunan nasional, dan perubahan keuangan (perbankan) atau penataan kembali sektor pertanian, yang bisa mengurang hambatan – hambatan untuk mengubah dan mendukung kegiatan–kegiatan pembangunan lainnya. Tahap keempat, perencanaan mengerjakan proses pemilihan kegiatan–kegiatan yang mungkin dan penting untuk mencapai tujuan nasional (welfare function) tanpa terganggu 14
  • 15. oleh adanya kendala– kendala sumber daya dan organisasional. Hasil dari proses ini adalah strategi pembangunan (development strategy) atau rencana yang mengatur kegiatan–kegiatan yang akan dilakukan selama beberapa tahun (biasanya 5 tahun). (Arsyad, 1997: 24) 2. Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Pengertian pembangunan ekonomi sangat luas, bukan hanya sekedar bagaimana menaikan GNP per tahun saja. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan – kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Berdasarkan batasan tersebut maka pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dapat meningkat dalam jangka panjang. Maka dari definisi tersebut, pembangunan ekonomi mempunyai 3 sifat penting, yaitu bahwa pembangunan ekonomi merupakan : 1. Suatu proses, yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus. 2. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan per – kapita. 3. Kenaikan pendapatan per – kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang. Jadi pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai proses agar saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor–faktor yang menghasilkan pembangunan ekonomi sehingga dapat dilihat dan dianalisis. Dengan cara tersebut bisa diketahui deretan peristiwa yang timbul dan akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap ke tahap berikutnya (Arsyad, 1997:11). Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan ekonomi, karena pertumbuhan hanya meliputi kenaikan output produksi yang menyebabkan kenaikan pada pendapatan, tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertambahan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak. Jadi pembangunan selalu dibarengi dengan adanya pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembangunan. Dengan demikian suatu perekonomian dapat dikatakan sedang berkembang apabila pendapatan per–kapita menunjukkan kecenderungan (trend) jangka panjang yang meningkat. Namun demikian tidak berarti bahwa pendapatan per – kapita akan mengalami kenaikan terus menerus. Adanya 15
  • 16. resesi ekonomi, kekacauan politik, dan penurunan ekspor misalnya, dapat mengakibatkan suatu perekonomian mengalami penurunan tingkat kegiatan ekonominya. Jika keadaan demikian hanya bersifat sementara, dan kegiatan ekonomi secara rata – rata meningkat dari tahun ke tahun, maka masyarakat tersebut dapat dikatakan mengalami pembangunan ekonomi. Pengertian pembangunan ekonomi secara tidak langsung menyatakan bahwa untuk melihat laju pembangunan suatu negara dan perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakatnya, maka tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah satu syarat utama. 3. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi 1. Teori – teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah Dalam pertumbuhan regional tidaklah semua sama dengan apa yang dikemukakan pada pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini di sebabkan pada analisa pertumbuhan ekonomi regional lebih ditekankan pada pengaruh perbedaan karakteristik daerah terhadap pertumbuhan ekonomi. Tetapi pertumbuhan ekonomi regional dan pertumbuhan ekonomi nasional juga mempunyai ciri yang sama, yaitu memberi tekanan pada unsur waktu yang merupakan faktor penting dalam analisa pertumbuhan ekonomi. Pada pembangunan ekonomi regional memberikan tekanan pada unsur region, maka faktor-faktor yang mejadi perhatian juga berbeda dengan apa yang ada pada pertumbuhan ekonomi nasional. Pada teori pertumbuhan ekonomi nasional faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah modal, lapangan pekerjaan dan kemajuan teknologi. Akan tetapi pada teori pertumbuhan ekonomi regional faktor-faktor yang mendapat perhatian utama adalah keuntungan lokasi, aglomerasi dan arus lalu lintas modal antar wilayah. Karena perbedaan faktor-faktor tersebut maka analisa pertumbuhan ekonomi regional berbeda dengan teori-teori dalam menganalisaatumbuhan ekonomi nasional. Teori-teori yang dapat digunakan dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi regional diantaranya adalah sebagai berikut : a. Teori lokasi Terdapat tiga kelompok dalam pemaparan tentang teori lokasi. Kelompok pertama sering dinamakan sebagai pembela prinsip-prinsip Least Cost Theory, yang 16
  • 17. menekankan analisa pada aspek produksi dan mengabaikan unsur pasar dan permintaan. Analisa dari aliran Least Cost Theory didasarkan pada asumsi pokok antara lain : a) lokasi pasar dan sumber bahan baku telah tertentu, b) sebagai bahan baku adalah Localized materials, c) tidak terjadi perubahan teknologi, d) ongkos transport tetap untuk setiap kesatuan produksi dan jarak. Kelompok kedua dinamakan Market Area Theory dimana faktor permintaan lebih penting artinya dalam pemilihan lokasi. Teori ini disusun atas dasar beberapa asumsi utama yaitu: a) konsumen tersebar secara merata ke seluruh tempat, b) bentuk persamaan permintaan dianggap sama, c) ongkos angkut untuk setiap kesatuan produksi dan jarak adalah sama. Kelompok yang ketiga dinamakan Bid Rent Theory, dimana pemilihan lokasi perusahaan industri lebih banyak ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menyewa tanah. Teori ini lebih banyak berlaku di daerah perkotaan yang harga sewa dan tanah sangat tinggi. Teori ini juga disusun atas dasar beberapa asumsi tertentu yaitu : a) terdapat seluas tanah yang dapat dimanfaatkan dan tingkat kesuburan yang sama, b) ditengah tanah tersebut terdapat sebuah pusat produksi dan konsumsi, c) ongkos angkut sama untuk setiap kesatuan jarak produksi, d) harga barang produksi juga sama untuk setiap jenis produksi, e) tidak terjadi perubahan teknologi (Esmara, 1985 : 327 ). Teori lokasi ini pada intinya mengemukakan tentang pemilihan lokasi yang dapat meminimumkan beaya. Lokasi optimum dari suatu perusahaan industri pada umumnya terletak di mana permintaan terkonsentrasi (pasar) atau pada sumberbahan baku. Alasan ini adalah bila suatu perusahaan industri memilih lokasi pada salah satu kedua tempat tersebut, maka ongkos angkut untuk bahan baku atau hasil produksi akan dapat diminimumkan dan keuntungan aglomerasi yang timbul dari adanya konsentrasi perusahaan pada suatu lokasi akan dapat dirasakan manfaatnya (Arysad,1999:117 ). b. Teori Basis Ekonomi Teori ini didasari dari sudut teori lokasi, yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi yang selanjutnya dapat digunakan oleh daerah tersebut sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi tersebut umumnya berbeda-beda setiap daerah tergantung pada letak geografis daerah 17
  • 18. yang bersangkutan. Hal ini berarti untuk dapat meningkatkan pertumbuhan suatu daerah, strategi pembangunannya harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak harus dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional. Model basis ekonomi menyederhanakan perekonomian menjadi dua sektor, yaitu sektor basis dan bukan basis. Kegiatan sektor basis adalah kegiatan yang mengekspor barang dan jasa keluar perekonomian atau memasarkan barang dan jasa kepada mereka yang datang dari luar perekonomian yang bersangkutan. Dengan demikian sektor basis berperan sebagai faktor penggerak utama, dimana setiap perubahan yang terjadi dalam aktivitas ekonomi tersebut akan menimbulkan dampak multiplier terhadap pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Disisi lain sektor non basis adalah kegiatan sektor yang menyediakan barang atau jasa yang dibutuhkan aleh masyarakat atau oleh sektor ekonomi basis yang berada dalam batas perekonomian wilayah. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menurut model basis ekonomi ditentukan oleh kemampuan suatu daerah tersebut melakukan ekspor berupa barang atau jasa termasuk tenaga kerja. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan maju mundurnya sektor basis. Kemajuan antara lain disebabkan oleh perkembangan jaringan transportasi, perkembangan permintaan dan pendapatan dari wilayah lain, perkembangan teknologi dan prasarana lainnya. Sedangkan kemunduran sektor basis disebabkan oleh perubahan permintaan dari luar wilayah, habisnya cadangan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan dari perkembangan teknologi (Yasri, 1994: 9 ). Strategi pembangunan yang dapat dilaksanakan adalah penekanan terhadap arti penting bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Kebijakannya mencakup pengurangan hambatan dan batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang beorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut. Faktor-faktor penentu utama dalam pertumbuhan ekonomi regional adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk 18
  • 19. tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999 : 116 ). c. Teori Tempat Sentral Teori tempat sentral menganggap bahwa ada semacam hirarki tempat. Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang memyediakan sumberdaya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik didaerah perkotaan maupun didaerah pedesaan (Arysad, 1999 : 117 ). Dampak dari adanya tempat sentral ini adalah aglomerasi industri. Keuntungan dari adanya aglomerasi industri ini adalah : pertama yaitu semacam keuntungan yang dapat timbul karena pusat pengembangan memungkinkan perusahaan industri yang tergabung di dalamnya beroperasi dengan skala besar, karena adanya jaminan sumber bahan baku dan pasar. Kedua, yaitu adanya saling keterkaitan antar industri sehingga kebutuhan bahan baku dan pemasaran dapat di penuhi dengan mengeluarkan ongkos angkut yang minimum. Ketiga, yaitu timbulnya fasilitas sosial dan ekonomi dapat digunakan secara bersama-sama sehingga pembebanan ongkos untuk masing-masing perusahaan industri dapat dilakukan serendah mungkin (Esmara,1985:336 ). Untuk mempelajari apakah suatu sektor ekonomi merupakan sektor basis atau non basis dalam suatu wilayah dapat digunakan metode pengukuran langsung metode pengukuran tidak langsung ( Glasson, 1974 dalam Yasri, 1994 : 9 ). Metode pengukuran langsung dilakukan melalui survey secara langsung dalam mengidentifikasi sektor mana yang basis dan mana yang non basis. Melalui pendekatan ini dapat ditentukan sektor basis maupun non basis secara tepat, tetapi dalam pelaksanaannya memerlukan dana dan sumber daya yang besar. Atas dasar ini para pakar ekonomi regional merekomendasikan penggunaan metode pengukuran tidak langsung yaitu menggunakan kuosien lokasi ( Locational Quotient ). d. Teori Ekonomi Neo Klasik 19
  • 20. Peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan daerah, karena teori ini tidak memiliki dimensi spesial yang signifikan. Teori ini memberi dua konsep dalam pembanguna ekonomi daerah yaitu keseimbangan dan mobilitas faktor produksi. Artinya system perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiah jika modal bisa mengalir tanpa pembatasan. Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang tinggi menuju ke daerah yang berupak rendah (Arysad, 1999 ; 116 ). e. Teori Kausasi Kumulatif Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dasar dari tesis kausasi kumulatif ini. Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antar daerah-daerah tersebut. Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibanding daerah-daerah lain (Arysad,1999:117 ). f. Model Daya Tarik Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialisasi melalui pemberian subsidi dan intensif (Arsyad, 1999 : 188 ). B. Metode Analisi Shift Share Teknik analisis ini adalah teknik analisis kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administrative yang lebih tinggi sebagai pembanding. Dalam teknik ini terdapat 3 komponen: Pertama, pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah. Kedua, pergeseran proporsional, yang menunjukkan perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi propinsi atau nasional. Ketiga, pergeseran diferensial yang memberikan informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah dengan perekonomian yang dijadikan referensi. 20
  • 21. Ketiga hubungan komponen tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut Shift Share Analysis (SSA) SSA = (Xtt(1) /Xtt(0) – 1) + (Xtj(1) /Xtj(0) – Xtt(1) /Xtt(0) ) + (Xij(1) /Xij(0) – Xtj(1) /Xtj(0)) a b c Keterangan : SSA = Shift Share Analysis a = komponen share (menyatakan laju pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjuk-kan dinamika) b = komponen proportional shift (menyatakan pertum-buhan total aktivitas tertentu secara relatif dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang menunjukkan dinamika sektor/aktivitas total dalam wilayah c = komponen differential shift (menjelaskan bagaimana daya kompetisi suatu aktivitas tertentu dibandingkan dengan total sektor atau aktivitas dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika (keung-gulan atau ketidakunggulan) suatu sektor atau aktivitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktivitas tersebut di wilayah lain. Xij(1) = jumlah tenaga kerja dari sektor produksi j di wilayah kabupaten ke-i pada tahun akhir Xij(0) = jumlah tenaga kerja dari sektor produksi j di wilayah Kabupaten ke-i pada tahun awal Xtj(1) = jumlah tenaga kerja total dari sektor produksi j di wilayah Provinsi pada tahun akhir Xtj(0 )= jumlah tenaga kerja total dari sektor produksi j di wilayah Provinsi pada tahun awal 21
  • 22. Xtt(1) = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah Provinsi pada tahun akhir Xtt(0) = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah Provinsi pada tahun awal. C. Metode Analysis Location Quotient ( L Q ) Pada dasarnya metode ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan sektor di daerah yang diamati dengan kemampuan sektor yang sama di daerah yang lebih luas (tingkat nasional). Variabel yang digunakan dalam analisis ini berupa nilai tambah serta jumlah tenaga kerja. Adapun dalam analisis ini dicoba memahami Location Quotient (LQ) dengan menggunakan nilai tambah bruto sebagai variabel yang ada dalam PDRB menurut harga konstan. Secara matematis Location Quotient (LQ) dirumuskan sebagai berikut LQ = Xij/Xit Xtj/Xtt Keterangan : LQ = Location Quotient Xij = jumlah tenaga kerja dari sektor produksi j di wilayah kabupaten ke-i Xit = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah kabupaten ke-i Xtj = jumlah tenaga kerja total dari sektor produksi j di wilayah Provinsi Xtt = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah Provinsi LQ < 1 berarti sektor yang bersangkutan produksinya belum dapat memenuhi kebutuhan daerah sendiri, disebabkan oleh kurangnya peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah karena tidak mempunyai keunggulan komparatif dan dikategorikan sektor non basis. LQ > 1 atau LQ = 1 Berarti sektor yang bersangkutan produksinya sudah dapat memenuhi kebutuhan daerah tersebut bahkan mengekspor. Oleh karena itu daerah 22
  • 23. tersebut diakatakan mempunyai keunggulan komparatif di sektor tersebut dan dikatakan sebagai sektor basis. (http://diligib.uns.ac.id/upload/dokumen) D. Employment Surplus Index (ESI) ESIa = Xij – (Xit/Xtt)Xtj (Keterangan : ESIa = ESI model absolut) ESIr = [Xij – (Xit/Xtt) Xtj] / Xit x 100 % (Keterangan : ESIr = ESI model relatif) Keterangan: Xij = jumlah tenaga kerja dari sektor produksi j di wilayah Kabupaten ke-i Xit = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah Kabupaten ke-i Xtj = jumlah tenaga kerja total dari sektor produksi j di wilayah Provinsi Xtt = jumlah tenaga kerja total dari keseluruhan sektor produksi di wilayah Provinsi E. Otonomi Daerah 1. Hakekat Otonomi Daerah Otonomi daerah adalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. ( UU No.32 Tahun 2004) 2. Pelaksanaan Otonomi daaerah Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus penting dalam rangka memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing- masing. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan pemerintah daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi 23
  • 24. dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan CARA PENELITIAN 1. Bahan atau Materi Penelitian Materi utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Produk Domestik Regional Bruto tahun 2006-2009 dan data ketenaga kerjaan pada Kabupaten Kulon Progo. Kemudian data-data tersebut dianalisis menggunakan Pendekatan Shift Share, Employement Surplus Index, dan Loqatiouent Quotion 2. Alat Alat bantu yang digunakan untuk menganalisis data penelitian adalah software Microsoft Exel. Software ini digunakan untuk menganalisa data statistik agar dapat diolah, ditampilkan, sehingga dapat menyajikan suatu informasi sesuai yang diharapkan pengguna. 3. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis data-data Produk Domestik Regional Bruto dan data ketenaga kerjaan Kabupaten Kulon Progo, pengolahan data nya untuk mencari sektor-sektor potensial dilakukan dengan membandingkan PDRB kabupaten tersebut dengan PDRB Propinsi Yogyakarta. Data tersebut dianalisis menggunakan pendekatan analisis Shift Share, LQ, dan Employment Surplus Index. Setelah data-data tersebut dianalisis maka akan menghasilkan suatu kesimpulan yaitu sektor-sektor unggulan dari kedua Kabupaten tersebut. 4. Analisis Hasil Untuk mengetahui hasil penelitian potensi ekonomi Kabupaten Kulon Progo peneliti menggunakan analisis data kuantitatif dan kulalitatif. Analisis data Kualitatif adalah proses yang meliputi mencatat, mengorganisasikan, mengelompokkan dan mensintesiskan data dan selanjutnya memaknai setiap kategori data, mencari dan menemukan pola, hubungan hubungan dan memaparkan temuan-temuan dalam bentuk 24
  • 25. deskripsi naratif, bagan, flow chart, matriks maupun gambar-gambar yang bisa dimengerti dan pahami oleh orang lain. Analisis Data kuantitatif adalah proses menghitung data yang ada menggunakan rumus atau metode analisis yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. JADWAL PENELITIAN Bulan Ke Tahap Kegiatan 1 2 3 4 5 6 Persiapan 1. Pengumpulan data Pelaksanaan 1. Pengolahan data 2. Analisis data 3. Pengambilan kesimpulan dan hasil penelitian Penyelesaian 1. Penyusunan laporan draf 2. Penyusunan laporan akhir 25
  • 26. PERSONALIA PENELITIAN 1. Peneliti I a. Nama Lengkap : Dra. Ike Yuli Andjani b. NIP : 19650716 199003 2 001 c. Pangkat/Golongan : III/b d. Jabatan Sekarang : Asisten Ahli e. Tempat penelitian/alamat : Kabupaten Kulon Progo f. Waktu yang disediakan : 2 jam/ hari 2. Peneliti II a. Nama Lengkap : Adi Irawan b. NIP :- c. Pangkat/Golongan :- d. Jabatan Sekarang :- e. Tempat Penelitian/alamat : Kabupaten Kulon Progo f. Waktu yang disediakan : 2 jam/hari 3. Pembantu Peneliti : 1 orang 26
  • 27. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Provinsi Yogyakarta. 2010. Jogjs dalam Angka 2010. BPS: Provinsi DIY Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo. 2010. Kulon Progo dalam Angka 2010. BPS: Kulon Progo. Lincolin Arsyad. 1993. Pengantar Perencanaan Ekonomi. PT. Media Widya Mandala: Yogyakarta. Lincolin Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE UGM: Yogyakarta. Hendra Esmara. 1985. Memelihara Momentum Pembangunan. Gramedia: Jakarta 27