SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
MAKALAH
FIQIH IBADAH
DosenPengampu : Marwiyah, M.SI.
Tentang :
“IBADAH”
Disusun oleh :
Candini Novianti ( 11826005 )
KELAS 2 B
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2018/2019
A. Pengertian Ibadah
Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu “abida-ya’budu-‘abdan-
‘ibaadatan” yang berarti taat, tunduk, patuh dan merendahkan diri. Kesemua pengertian itu
mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh dan merendahkan diri
dihadapan yang disembah disebut “abid” (yang beribadah). Kemudian pengertian ibadah secara
terminologi atau secara istilah adalah sebagai berikut :
a. Menurut ulama tauhid dan hadis ibadah yaitu:
“Mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan diri dan menundukkan
jiwa kepada-Nya”
Selanjutnya mereka mengatakan bahwa ibadah itu sama dengan tauhid. Ikrimah salah seorang ahli
hadits mengatakan bahwa segala lafadz ibadah dalam Al-Qur’an diartikan dengan tauhid.
b. Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan ibadah sebagai berikut:
“Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan melaksanakan segala bentuk syari’at
(hukum).”
c. Menurut ahli fikih ibadah adalah:
“Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan
mengharapkan pahala-Nya di akhirat.”
d. Menurut ulama tasawwuf
“ perbuatan seorang mukallaf yang berlawanan dengan keinginan nafsunya untuk membesarkan
Tuhannya.”
Dari semua pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat ditarik pengertian umum dari
ibadah itu sebagaimana rumusan berikut:
“Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT,
baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka
mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya.”1
B. Hakikat Ibadah
Dalam menguraikan hakikat ibadah ini telah bermacam-macam pula rumusan yang
dikemukakan oleh para ulama dan cendekiawan muslim, antara lain :
1 Drs.H. Syahminan Zaini, problematika ibadah dalam kehidupan manusa, kalammulia,Jakarta,1989,hlm. 19.
Ibnu Katsir mengatakan : ibadah ialah suatu pengertian yang mengumpulkan
kesempurnaan cinta, tunduk dan taat.
M. Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan : hakikat ibadah ialah ketundukan jiwa yang timbul
dari karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan yang Ma,bud (disembah) dan merasakan
kebesaranNya lantaran beri’tikad (berkeyakinan) bahwa bagi alam ini ada kekuasaan yang akal
tidak dapat mengetahui hakikatNya.
Ada yang mengatakan : pokok ibadah itu ialah : Tiada engkau menolak sesuatu hukum
Allah, tiada engkau meminta sesuatu hajat (keperluan) kepada selainNya dan tiada engkau mau
menahan sesuatu dijalanNya.
Ada pula yang mengatakan : pokok ibadah itu ialah : Engkau meridhoi Allah selaku
pengendali dan memilihkan urusan engkau dan engkau meridhoi Allah selaku pujian dan
sembahan engkau.
Dan rumusan-rumusan tersebut dapat disimpulkan, bahwa ibadah adalah menundukkan
kemauan dan tindakan manusia kepada kehendak Allah. Memang seharusnya demikian. Sebab
manusia adalah ciptaan Allah. Roger Garaudy mengatakan : Manusia tidak akan jadi manusia
dalam arti yang sesungguhnya kalau tidak tunduk kepada Allah. Allah menyatakan, bahwa
manusia yang tidak tunduk kepadaNya akan lebih jelek dari binatang melata yang terjelek.2
C. Tujuan Ibadah
Pertama, untuk menghadapkan diri kepada Allah dan mengkonsentrasikan niat dalam setiap
keadaan, agar mencapai derajat yang lebih tinggi ( mencapai taqwa ).
Kedua, agar terciptanya suatu kemaslahatan dan menghindarkan diri dari perbuatan keji dan
mugkar; artinya, manusia itu tidak terlepas dari disuruh dan dilarang, mengerjakan perintah, dan
menjauhi larangan, maka berlakulah pahala dan siksa, itulah inti dari ibadah.3
2 Ibid,hal.23
3 Moh. Lukman hakim,“pengertian, tujuan dan hakikatibadah”,diakses dari
https://lukman0711.wordpress.com/fikih-ibadah/pengertian-tujuan-dan-hakikat-ibadah/,pada tanggal 30 mar
2019 pukul 12.28.
D. Hikmah Ibadah
1. Tidak Syirik,.Dan melainkan bersujudlah kepada Allah, yang telah menciptakan mereka,
jika benar-benar hanya kepada Nya kamu menyembah (beribadah) [Ha Mim As Sajdah
41:38]. Seorang hamba yang sudah berketapan hati untuk senantiasa beribadah
menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah
mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada,
sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli Nya dan dapat dijadikan tempat
bernaung.
2. Memiliki ketakwaan Hai manusia, sembahlah Tuhan mu yang telah menjadikan kamu dan
juga orang-orang sebelummu supaya kamu bertakwa [Al Baqarah 2:22]. Ada dua hal yang
melandasi manusia menjadi bertakwa, yaitu karena cinta atau karena takut. Ketakwaan
yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan
kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan
Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang
dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu
kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu
kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari
pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan, Sesungguhnya shalat mencegah orang dari kekejian dan
kejahatan yang nyata [Al Ankabut 29:46]. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat
sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa
dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus
selalu dipakai dimanapun manusia berada.
4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang
dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar
yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut
lebih memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini.
5. Tidak kikir, dan karena cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli kerabat,
dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan kaum musafir, dan mereka yang
meminta sedekah dan untuk memerdekakan sahaya. [Al Baqarah 2:178]. Harta yang
dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya
diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begita besar
terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan
hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah
SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan
untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk
pengorbanan harta untuk keperluan umat.
6. Merasakan keberadaan Allah SWT, Yang Dia melihatmu sewaktu kamu berdiri (shalat)
dan bolak balik dalam sujud Ketika seorang hamba beribadah, Allah SWT benar-benar
berada berada dihadapannya, maka harus dapat merasakan/melihat kehadiran Nya atau
setidaknya dia tahu bahwa Allah SWT sedang memperhatikannya.
7. Meraih martabat liqa Illah, Tangan Allah ada diatas tangan mereka [Al Fath 48:11].
Dengan ibadah seorang hamba meleburkan diri dalam sifat-sifat Allah SWT,
menghanguskan seluruh hawa nafsunya dan lahir kembali dalam kehidupan baru yang
dipenuhi ilham Ilahi. Dalam martabat ini manusia memiliki pertautan dengan Tuhan yaitu
ketika manusia seolah-olah dapat melihat Tuhan dengan mata kepalanya sendiri. Sehingga
segala inderanya memiliki kemampuan batin yang sangat kuat memancarkan daya tarik
kehidupan suci. Dalam martabat ini Allah SWT menjadi mata manusia yang dengan itu ia
melihat, menjadi lidahnya yang dengan itu ia bertutur kata, menjadi tangannya yang
dengan itu ia memegang, menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar, menjadi
kakinya yang dengan itu ia melangkah.
8. Terkabul Doa-doanya, Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa
kepada Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan Kudan beriman kepada Ku supaya
mereka mengikuti jalan yang benar [Al Baqarah 2:187]. Hamba yang didengar dan
dikabulkan doa-doanya hanyalah mereka yang dekat dengan Nya melalui ibadah untuk
selalu menyeru kepada Nya.
9. Banyak saudara, Ibadah selayaknya dikerjakan secara berjamaah, karena setiap individu
pasti memerlukan individu yang lain dan ibadah yang dikerjakan secara berjamaah
memiliki derajat yang lebih tinggi dari berbagai seginya terutama terciptanya jalinan tali
silaturahim. Dampak dari ibadah tidak hanya untuk individu tetapi untuk kemajuan semua
manusia, jangan pernah putus asa untuk mengajak orang lain untuk beribadah, karena ia
sedang memperluas lingkungan ibadah dan memperpanjang masanya.
10. Memiliki kejujuran, Dan apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka ingat lah
kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk dan sambil berbaring atas rusuk kamu. [An Nisa
4:104]. Ibadah berarti berdzikir (ingat) kepada Allah SWT, hamba yang menjalankan
ibadah berarti ia selalu ingat Allah SWT dan merasa bahwa Allah SWT selalu
mengawasinya sehingga tidak ada kesempatan untuk berbohong. Kejujuran mengantarkan
orang kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan orang ke surga [HR Bukhari &
Muslim]
11. Berhati ikhlas, Dan mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah
dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada Nya dengan lurus. [Al Bayyinah 98:6]. Allah
SWT menilai amal ibadah hambanya dari apa yang diniatkan, lakukanlah dengan ikhlas
dan berkwalitas. Jangan berlebihan karena Allah SWT tidak menyukainya Binasalah orang
yang keterlaluan dalam beribadah, beliau ulang hingga tiga kali. [HR Muslim]
12. Memiliki kedisiplinan, Ibadah harus dilakukan dengan dawam (rutin dan teratur), khusyu
(sempurna), terjaga dan semangat.
13. Sehat jasmani dan rohani, hamba yang beribadah menjadikan gerakan shalat sebagai
senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al Qur an sebagai sarana terapi
kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba yang tekun dalam ibadah dikaruniakan
kesehatan.4
4 IslamReligius,“hikmah ibadah”,diakses dari http://islamireligius.blogspot.com/2009/08/hikmah-
ibadah.html?m=1, pada tanggal 30 maret 2019 pukul 12.44.

More Related Content

What's hot (17)

Ibadah
IbadahIbadah
Ibadah
 
dirosah islamiyah
dirosah islamiyahdirosah islamiyah
dirosah islamiyah
 
Wasiat Emas Untuk Haji
Wasiat Emas Untuk  HajiWasiat Emas Untuk  Haji
Wasiat Emas Untuk Haji
 
fiqih
fiqihfiqih
fiqih
 
Pembahasan muroqobah muhasabah dan taubat
Pembahasan muroqobah muhasabah dan taubatPembahasan muroqobah muhasabah dan taubat
Pembahasan muroqobah muhasabah dan taubat
 
Syahadatain
SyahadatainSyahadatain
Syahadatain
 
Konsep syahadah-dan-tuntutannya
Konsep syahadah-dan-tuntutannyaKonsep syahadah-dan-tuntutannya
Konsep syahadah-dan-tuntutannya
 
Makalah tasawuf2
Makalah tasawuf2Makalah tasawuf2
Makalah tasawuf2
 
Derajat ihsan
Derajat ihsanDerajat ihsan
Derajat ihsan
 
Ibadah dan Pembentukan Perilaku Positif
Ibadah dan Pembentukan Perilaku PositifIbadah dan Pembentukan Perilaku Positif
Ibadah dan Pembentukan Perilaku Positif
 
Ibadah
IbadahIbadah
Ibadah
 
Akidah akhlak 7
Akidah akhlak 7Akidah akhlak 7
Akidah akhlak 7
 
2 akhlak kpd allah
2 akhlak kpd allah2 akhlak kpd allah
2 akhlak kpd allah
 
Makalah rabiatul adawiyah
Makalah rabiatul adawiyahMakalah rabiatul adawiyah
Makalah rabiatul adawiyah
 
Arkanul islam
Arkanul islamArkanul islam
Arkanul islam
 
Syirik
SyirikSyirik
Syirik
 
Tugas agama islam
Tugas agama islamTugas agama islam
Tugas agama islam
 

Similar to Ibadah (20)

PPT MAKALAH AGAMA.pptx
PPT MAKALAH AGAMA.pptxPPT MAKALAH AGAMA.pptx
PPT MAKALAH AGAMA.pptx
 
Ikhlas
IkhlasIkhlas
Ikhlas
 
Pendidikan Agama Islam-Ibadah
Pendidikan Agama Islam-IbadahPendidikan Agama Islam-Ibadah
Pendidikan Agama Islam-Ibadah
 
Pendidikan Agama Islam - Keikhlasan Dalam Beribadah
Pendidikan Agama Islam - Keikhlasan Dalam BeribadahPendidikan Agama Islam - Keikhlasan Dalam Beribadah
Pendidikan Agama Islam - Keikhlasan Dalam Beribadah
 
Ibadah.pdf
Ibadah.pdfIbadah.pdf
Ibadah.pdf
 
Ibadah.docx
Ibadah.docxIbadah.docx
Ibadah.docx
 
Ai3 ppt ibadah kelompok 3
Ai3 ppt ibadah kelompok 3Ai3 ppt ibadah kelompok 3
Ai3 ppt ibadah kelompok 3
 
Pp agama
Pp agamaPp agama
Pp agama
 
Ai3 ibadah kelompok 3
Ai3 ibadah kelompok 3 Ai3 ibadah kelompok 3
Ai3 ibadah kelompok 3
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Shalat.pptx
Shalat.pptxShalat.pptx
Shalat.pptx
 
PPT Qur'an Hadist Klmpk 9.pptx
PPT Qur'an Hadist Klmpk 9.pptxPPT Qur'an Hadist Klmpk 9.pptx
PPT Qur'an Hadist Klmpk 9.pptx
 
Hubungan tahara dengan shalat 3
Hubungan tahara dengan shalat 3Hubungan tahara dengan shalat 3
Hubungan tahara dengan shalat 3
 
Hubungan tahara dengan shalat 3
Hubungan tahara dengan shalat 3Hubungan tahara dengan shalat 3
Hubungan tahara dengan shalat 3
 
Hubungan tahara dengan shalat 3
Hubungan tahara dengan shalat 3Hubungan tahara dengan shalat 3
Hubungan tahara dengan shalat 3
 
Aqabah6
Aqabah6Aqabah6
Aqabah6
 
Iksan dalam al qur'an
Iksan  dalam al qur'anIksan  dalam al qur'an
Iksan dalam al qur'an
 
Fiqih
FiqihFiqih
Fiqih
 
Fiqih 1
Fiqih 1Fiqih 1
Fiqih 1
 

Ibadah

  • 1. MAKALAH FIQIH IBADAH DosenPengampu : Marwiyah, M.SI. Tentang : “IBADAH” Disusun oleh : Candini Novianti ( 11826005 ) KELAS 2 B PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK 2018/2019
  • 2. A. Pengertian Ibadah Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu “abida-ya’budu-‘abdan- ‘ibaadatan” yang berarti taat, tunduk, patuh dan merendahkan diri. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh dan merendahkan diri dihadapan yang disembah disebut “abid” (yang beribadah). Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah adalah sebagai berikut : a. Menurut ulama tauhid dan hadis ibadah yaitu: “Mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya” Selanjutnya mereka mengatakan bahwa ibadah itu sama dengan tauhid. Ikrimah salah seorang ahli hadits mengatakan bahwa segala lafadz ibadah dalam Al-Qur’an diartikan dengan tauhid. b. Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan ibadah sebagai berikut: “Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan melaksanakan segala bentuk syari’at (hukum).” c. Menurut ahli fikih ibadah adalah: “Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya di akhirat.” d. Menurut ulama tasawwuf “ perbuatan seorang mukallaf yang berlawanan dengan keinginan nafsunya untuk membesarkan Tuhannya.” Dari semua pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat ditarik pengertian umum dari ibadah itu sebagaimana rumusan berikut: “Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya.”1 B. Hakikat Ibadah Dalam menguraikan hakikat ibadah ini telah bermacam-macam pula rumusan yang dikemukakan oleh para ulama dan cendekiawan muslim, antara lain : 1 Drs.H. Syahminan Zaini, problematika ibadah dalam kehidupan manusa, kalammulia,Jakarta,1989,hlm. 19.
  • 3. Ibnu Katsir mengatakan : ibadah ialah suatu pengertian yang mengumpulkan kesempurnaan cinta, tunduk dan taat. M. Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan : hakikat ibadah ialah ketundukan jiwa yang timbul dari karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan yang Ma,bud (disembah) dan merasakan kebesaranNya lantaran beri’tikad (berkeyakinan) bahwa bagi alam ini ada kekuasaan yang akal tidak dapat mengetahui hakikatNya. Ada yang mengatakan : pokok ibadah itu ialah : Tiada engkau menolak sesuatu hukum Allah, tiada engkau meminta sesuatu hajat (keperluan) kepada selainNya dan tiada engkau mau menahan sesuatu dijalanNya. Ada pula yang mengatakan : pokok ibadah itu ialah : Engkau meridhoi Allah selaku pengendali dan memilihkan urusan engkau dan engkau meridhoi Allah selaku pujian dan sembahan engkau. Dan rumusan-rumusan tersebut dapat disimpulkan, bahwa ibadah adalah menundukkan kemauan dan tindakan manusia kepada kehendak Allah. Memang seharusnya demikian. Sebab manusia adalah ciptaan Allah. Roger Garaudy mengatakan : Manusia tidak akan jadi manusia dalam arti yang sesungguhnya kalau tidak tunduk kepada Allah. Allah menyatakan, bahwa manusia yang tidak tunduk kepadaNya akan lebih jelek dari binatang melata yang terjelek.2 C. Tujuan Ibadah Pertama, untuk menghadapkan diri kepada Allah dan mengkonsentrasikan niat dalam setiap keadaan, agar mencapai derajat yang lebih tinggi ( mencapai taqwa ). Kedua, agar terciptanya suatu kemaslahatan dan menghindarkan diri dari perbuatan keji dan mugkar; artinya, manusia itu tidak terlepas dari disuruh dan dilarang, mengerjakan perintah, dan menjauhi larangan, maka berlakulah pahala dan siksa, itulah inti dari ibadah.3 2 Ibid,hal.23 3 Moh. Lukman hakim,“pengertian, tujuan dan hakikatibadah”,diakses dari https://lukman0711.wordpress.com/fikih-ibadah/pengertian-tujuan-dan-hakikat-ibadah/,pada tanggal 30 mar 2019 pukul 12.28.
  • 4. D. Hikmah Ibadah 1. Tidak Syirik,.Dan melainkan bersujudlah kepada Allah, yang telah menciptakan mereka, jika benar-benar hanya kepada Nya kamu menyembah (beribadah) [Ha Mim As Sajdah 41:38]. Seorang hamba yang sudah berketapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli Nya dan dapat dijadikan tempat bernaung. 2. Memiliki ketakwaan Hai manusia, sembahlah Tuhan mu yang telah menjadikan kamu dan juga orang-orang sebelummu supaya kamu bertakwa [Al Baqarah 2:22]. Ada dua hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa, yaitu karena cinta atau karena takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban. 3. Terhindar dari kemaksiatan, Sesungguhnya shalat mencegah orang dari kekejian dan kejahatan yang nyata [Al Ankabut 29:46]. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun manusia berada. 4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini. 5. Tidak kikir, dan karena cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan kaum musafir, dan mereka yang meminta sedekah dan untuk memerdekakan sahaya. [Al Baqarah 2:178]. Harta yang
  • 5. dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan harta untuk keperluan umat. 6. Merasakan keberadaan Allah SWT, Yang Dia melihatmu sewaktu kamu berdiri (shalat) dan bolak balik dalam sujud Ketika seorang hamba beribadah, Allah SWT benar-benar berada berada dihadapannya, maka harus dapat merasakan/melihat kehadiran Nya atau setidaknya dia tahu bahwa Allah SWT sedang memperhatikannya. 7. Meraih martabat liqa Illah, Tangan Allah ada diatas tangan mereka [Al Fath 48:11]. Dengan ibadah seorang hamba meleburkan diri dalam sifat-sifat Allah SWT, menghanguskan seluruh hawa nafsunya dan lahir kembali dalam kehidupan baru yang dipenuhi ilham Ilahi. Dalam martabat ini manusia memiliki pertautan dengan Tuhan yaitu ketika manusia seolah-olah dapat melihat Tuhan dengan mata kepalanya sendiri. Sehingga segala inderanya memiliki kemampuan batin yang sangat kuat memancarkan daya tarik kehidupan suci. Dalam martabat ini Allah SWT menjadi mata manusia yang dengan itu ia melihat, menjadi lidahnya yang dengan itu ia bertutur kata, menjadi tangannya yang dengan itu ia memegang, menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar, menjadi kakinya yang dengan itu ia melangkah. 8. Terkabul Doa-doanya, Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa kepada Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan Kudan beriman kepada Ku supaya mereka mengikuti jalan yang benar [Al Baqarah 2:187]. Hamba yang didengar dan dikabulkan doa-doanya hanyalah mereka yang dekat dengan Nya melalui ibadah untuk selalu menyeru kepada Nya. 9. Banyak saudara, Ibadah selayaknya dikerjakan secara berjamaah, karena setiap individu pasti memerlukan individu yang lain dan ibadah yang dikerjakan secara berjamaah memiliki derajat yang lebih tinggi dari berbagai seginya terutama terciptanya jalinan tali silaturahim. Dampak dari ibadah tidak hanya untuk individu tetapi untuk kemajuan semua
  • 6. manusia, jangan pernah putus asa untuk mengajak orang lain untuk beribadah, karena ia sedang memperluas lingkungan ibadah dan memperpanjang masanya. 10. Memiliki kejujuran, Dan apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka ingat lah kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk dan sambil berbaring atas rusuk kamu. [An Nisa 4:104]. Ibadah berarti berdzikir (ingat) kepada Allah SWT, hamba yang menjalankan ibadah berarti ia selalu ingat Allah SWT dan merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasinya sehingga tidak ada kesempatan untuk berbohong. Kejujuran mengantarkan orang kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan orang ke surga [HR Bukhari & Muslim] 11. Berhati ikhlas, Dan mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada Nya dengan lurus. [Al Bayyinah 98:6]. Allah SWT menilai amal ibadah hambanya dari apa yang diniatkan, lakukanlah dengan ikhlas dan berkwalitas. Jangan berlebihan karena Allah SWT tidak menyukainya Binasalah orang yang keterlaluan dalam beribadah, beliau ulang hingga tiga kali. [HR Muslim] 12. Memiliki kedisiplinan, Ibadah harus dilakukan dengan dawam (rutin dan teratur), khusyu (sempurna), terjaga dan semangat. 13. Sehat jasmani dan rohani, hamba yang beribadah menjadikan gerakan shalat sebagai senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al Qur an sebagai sarana terapi kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba yang tekun dalam ibadah dikaruniakan kesehatan.4 4 IslamReligius,“hikmah ibadah”,diakses dari http://islamireligius.blogspot.com/2009/08/hikmah- ibadah.html?m=1, pada tanggal 30 maret 2019 pukul 12.44.