2. Nama Kelompok I :
-Adelia dwinta
-Erlangga J.
-Lia Puspita
-Nor Chanifah N
-Risqa Fajriyah
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
“AL KARIIM”
SMA NEGERI 20 SURABAYA
4. A. Pengertian Asmaul Husna
• Asmaa'ul husna adalah nama-nama Allah yang indah dan baik.
Asma berarti nama dan
husna berarti yang baik atau yang indah.
• Jadi asma'ul husna adalah nama nama milik Allah yang baik lagi indah.
• Berikut adalah beberapa terjemahan dalil yang terkandung di dalam Al-
Qur'an dan Hadits tentang asmaa'ul husna:
1. "Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia
mempunyai asmaa'ul husna (nama-nama yang baik)." - (Q.S. Thaa-Haa: 8)
2. Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang
mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaa'ul husna (nama-nama yang
terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu"
- (Q.S Al-Israa': 110)
3. "Allah memiliki Asmaa' ulHusna, maka memohonlah kepada-Nya dengan
menyebut nama-nama yang baik itu..." - (QS. Al-A'raaf : 180)
5.
6. b. Pengertian Al kariim
• Secara bahasa Al-Karim الكريم) ) mempunyai arti Yang Maha Mulia, Yang Maha
Dermawan atau Yang Maha Pemurah. Dia-lah Zat Yang Mahamulia secara mutlak.
Allah Mahamulia di atas segala-galanya, sehingga apabila seluruh makhluk-Nya
tidak ada satupun yang taat kepada-Nya, maka tidak akan mengurangi sedikitpun
kemuliaan-Nya. Begitu pula sebaliknya, jika seluruh makhluk-Nya taat dan patuh
dalam melaksanakan perintah-Nya, maka tidak akan pula menambah kemuliaan-
Nya.
• Menurut istilah, Al-Karim diartikan sebagai Allah Yang Maha Mulia lagi Maha
Pemurah yang memberi anugerah atau rezeki kepada semua mahkluk-Nya. Dapat
pula dimaknai sebagai Dzat yang sangat banyak memiliki kebaikan, Maha pemurah,
pemberi nikmat dan keutamaan, baik ketika diminta maupun tidak.
7. Al-Karim adalah salah satu daripada Asma-ul-Husna. Nama
ini memberi pengertian istimewa tentang Allah s.w.t. Al-
Karim bermaksud:
1: Allah s.w.t Maha Pemurah.
2: Allah s.w.t memberi tanpa diminta.
3: Allah s.w.t memberi sebelum diminta.
4: Allah s.w.t memberi apabila diminta.
5: Allah s.w.t memberi bukan kerana permintaan, tetapi
cukup sekadar harapan, cita-cita dan angan-angan hamba-
hamba-Nya. Dia tidak mengecewakan harapan mereka.
6: Allah s.w.t memberi lebih baik daripada apa yang diminta
dan diharapkan oleh para hamba-Nya.
7: Allah Yang Maha Pemurah tidak kedekut dalam
pemberian-Nya. Tidak dikira berapa banyak diberi-Nya dan
kepada siapa Dia memberi.
8: Paling penting, demi kebaikan hamba-Nya sendiri, Allah
s.w.t memberi dengan bijaksana, dengan cara yang paling
baik, masa yang paling sesuai dan paling bermanafaat
kepada si hamba yang menerimanya.
Lanjutan...
8. C. Penjelasan Al kariim
Berikut ini kita sebutkan beberapa penjelasan para ulama pakar bahasa
Arab tentang makna Al-Kariim:
• Ibnu Faris menyebutkan, bahwa asal kata karam menunjukkan dua
makna; salah satunya adalah kemulian (Mu’jam Maqayiis Lughah, 5/139).
• Berkata Ibnu Qutaibah, “Al-Kariim artinya Pemaaf, Allah adalah Al-Kariim
yang memaafkan dosa para hamba-Nya yang beriman.” (Mu’jam Maqayiis
Lughah, 5/139).
• Berkata pula Imam Al-Azhary, “Al-Kariim salah satu dari sifat-sifat Allah
dan nama-Nya. yaitu Zat yang amat banyak memiliki kebaikan, amat
pemurah, pemberi nikmat dan keutamaan. Al-Kariim adalah nama yang
tercakup di dalamnya segala sifat yang terpuji, maka Allah adalah Kariim
(Mahamulia) amat terpuji segala perpuatan-Nya.” (Tahdziib Al-Lughah,
3/374).
• Ibnu Mantsur menjelaskan, “Al-Kariim salah satu dari sifat-sifat Allah dan
nama-Nya. yaitu Zat yang amat banyak memiliki kebaikan, amat pemurah
lagi pemberi. Yang tidak pernah habis pemberiannya, Dia-lah Zat Yang
Mahamulia secara mutlak. Al-Kariim adalah nama yang tercakup di
dalamnya segala kebaikan, kemulian dan keutamaan. Dan Al-Kariim
adalah nama yang tekumpul di dalamnya segala hal yang terpuji. Maka,
Allah adalah Kariim (Mahamulia) amat terpuji segala perpuatan-Nya, Rabb
yang memiliki ‘Arasy yang mulia lagi agung.” (Lisaanul Arab, 12/510).
9. D. Dalil tentang Al Kariim
Jika kita mencermati, nama Allah Al-Kariim dalam Al-Qur’an :
• Pertama dalam surat An-Naml, ayat 40.
ِنَوُْلبَيِل يِبَر ِلْضَف ْنِم اَذَه َلاَق ُهَدْنِع اًّرِقَت ْسُم ُهَآَر اَّمَلَفْمَأ ُرُك ْشَأَأ يَْنمَو ُرُفْكَأَامَّنِإَف َرَك َش
يمِرَك ٌّيِنَغ يِبَر َّنِإَف َرَفَك َْنمَو ِهِسْفَنِل ُرُك َْشي
“Maka, tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya,
iapun berkata, ‘Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencobaku, apakah aku
bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur,
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa
yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.”
• Kedua dalam surat Al-Infithaar, ayat 6 :
ِميِرَكْال َكِبَرِب َكَّرَغ َام ُان َسْنِ ْاْل َاهُّيَأ َاي
“Wahai manusia, apa yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka)
terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.”
10. I. Penjelasan tentang ayat an- Naml
Pada ayat surat An-Naml di atas, Allah menceritakan tentang perkataan
Nabi Sulaiman ‘alaihissalam saat beliau melihat kehadiran istana Balqis
dihadapannya. Pemberian Allah tersebut dinilai oleh Nabi Sulaiman ‘alaihissalam
sebagai ujian terhadap kesyukurannya pada Allah atas segala nikmat yang
diberikan kepadanya. Lalu ayat ini ditutup dengan dua nama Allah yang mulia Al-
Ghany (Mahakaya) dan Al-Kariim (Mahamulia). Kedua nama ini sangat erat dengan
konteks awal ayat tersebut. Barangsiapa yang mau bersyukur hal itu tidak akan
menambah kekayaan Allah, karena Allah Mahakaya. Sebaliknya, barangsiapa yang
tidak mau bersyukur, tidak akan mengurangi kekayaan Allah. Demikian pula
barangsiapa yang bersyukur akan mendapat balasan dari Al-Kariim (Yang Maha
Pemurah) balasan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa yang tidak bersyukur,
Allah senantiasa memberinya rezeki atas mereka. Sebagaimana dalam firman
Allah,
ُكْال ِهِداَبِعِل ىَضْرَي َََلو ْمُكْنَع ٌّيِنَغ َ َّاَّلل َّنِإَف واُرُفْكَت ْنِإْمُكَل ُهَضْرَي واُرُك ْشَت ْنَِإو َرْف
“Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah Mahakaya darimu (tidak
memerlukanmu) dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi para hamba-Nya; dan jika
kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai kesyukuran itu bagimu.” (QS. Az-Zumar: 7).
“Barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan)
dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Allah Mahakaya
lagi Mahamulia. Allah memberi bukan karena butuh kepada makhluk, tapi karena
Allah bersifat Kariim (Maha Pemurah).”
11. Adapun pada ayat surat Al-Infithaar Allah bertanya kepada manusia, apa yang
memperdaya mereka untuk selalu durhaka pada Allah. Sedangkan Allah senantiasa
menurunkan berbagai nikmat dan rahmat untuk mereka, karena Allah bersifat Maha
Pemurah terhadap manusia. Tidaklah sepantasnya manusia berbuat demikian,
karena Allah Maha Kariim (Pemurah) terhadap mereka.
Bahwa makna Al-Kariim: Allah berbuat baik kepada seluruh makhluk tanpa sebuah
kewajiban yang mesti dilakukannya. Semua kebaikan yang diberikan Allah kepada
makhluk adalah semata-mata atas kemurahan Allah kepada makhluk-Nya.
II. Penjelasan tentang ayat an- Naml
12. III. Contoh dalam Al Qur’an
• bentuk ke-Karim-an Allah :
a. Allah memaafkan sesuatu hak yang wajib diserahkan kepada-Nya. Maka, Allah
memaafkan dosa para hamba yang lalai dalam menunaikan kewajiban kepada
Allah. Karena nama Allah Al-Kariim digandengkan dengan nama Allah Al-’Afw
sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berikut,
“Dari Aisyah radhiallahu ‘anha ia berkata, “Aku bertanya yang Rasulullah, apa
pendapatmu jika seandainya aku mengetahui malam (lailatu) al-qadar apa yang
aku ucapkan?” Beliau bersabda, “Ucapkanlah: Ya Allah sesungguhnya engkau
Maha Pemaaf lagi Mahamulia, engkau mencintai sifat pemaaf, maka ampunilah
aku.””
b. Di samping itu jika seseorang bertaubat dari kesalahannya, Allah
mengahapus dosanya dan mengganti posisi kesalahan tersebut dengan nilai
kebaikan.
• Sebagaimana Allah berfirman,
ُ َّاَّلل ُلِدَبُي َكِئَول
ُ
أَف ااحِلَاص اًَلمَع َلِمَعَو ََنمََآو َابَت َْنم ََّلِإُ َّاَّلل َانََكو ٍتَان ََسح ْمِهِتاَئِي َس
ااميِحَر ااروُفَغ
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal
shaleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqaan: 70).
13. c. Allah senantiasa memberi, tidak pernah terhenti pemberian-Nya.
Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,
َب ْسََأو ِْضرَ ْاْل يِف َامَو ِتَاوَام َّالس يِف َام ْمُكَل َرَّخ َس َ َّاَّلل َّنَأ اْوَرَت ْمَلَأَو اًَرِهاََ ُهَمَعِن ْمُكْيَلَع َغاًَنَِِاب
“Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu
nikmat-Nya lahir dan batin.” (QS. Luqmaan: 20).
d. Allah memberi nikmat dari semenjak pertama meskipun tanpa diminta.
Sebagaimana terdapat dalam firman Allah,
َّالس َوُهَو ْمُاكَّيَِإو َاهُقُزْرَي ُ َّاَّلل َاهَقْزِر ُلِمْحَت ََل ًٍَّبَاد ْنِم ْنِيَأََكوُميِلَعْال ُعيِم
“Dan berapa banyak binatang yang tidak membawa rezekinya sendiri. Allah-lah yan
memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al-Ankabuut: 60).
e. Allah memberi berbagai kebaikan tanpa mengharap pamrih, karena Allah bersifat Maha
Pemurah secara mutlak.
Sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah,
ِنوُمِعْطُي ْنَأ ُديِر
ُ
أ َامَو ٍقْزِر ْنِم ْمُهْنِم ُديِر
ُ
أ َام.ُذ ُاقَّزَّرال َوُه َ َّاَّلل َّنِإُينِتَمْال ًَِّوُقْال و
“Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendak
supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya, Allah Dialah Maha Pemberi rezeki yang
mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzaariyaat: 57-58).
Lanjutan...
14. f. Allah menyebutkan bahwa kitab suci Al-Qur’an Kalamullah adalah kitab yang
Kariim (mulia), sebagamana terdapat dalam firman Allah,
يمِرَك نَْآرُقَل ُهَّنِإ
“Sesungguhnya, Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia.” (QS. Al-
Waaqi’ah: 77).
• Dijelaskan oleh para ulama, karena Al Qur’an adalah Kalamullah menggandung
kebaikan yang begitu banyak. Di dalamnya terdapat petunjuk yang lurus,
keterangan yang jelas, ilmu yang berguna dan hikmah yang banyak (Tasiir Al-
Baghawy, 8/22). Segala kebaikan hanyalah dengan menjalankan isi Al-Quran
tersebut.
Lanjutan...
15. • Dengan memahami makna nama Allah al-Karîm akan
menumbuhkan sifat-sifat yang mulia dalam diri seorang
muslim, diantaranya:
1. Menanamkan sifat mulia dalam diri seorang muslim, karena
Allah Maha Mulia dan mencintai orang yang bersifat mulia.
2. Menanamkan sifat pemurah dalam diri seorang muslim.
Karena diantara makna al-Karîm adalah Maha Pemurah.
Tentu Allah amat mencintai orang yang bersifat pemurah.
Dan Allah membenci orang yang bersifat kikir.
3. Menumbuhkan rasa cinta yang dalam pada diri seorang
muslim kepada Allah. Karena Allah bersifat Maha Pemurah.
Allah memberi nikmat tanpa batas kepadanya meskipun
tanpa diminta.
4. Wajibnya memuliakan kitab Allah, al-Qur'ânul Karîm.
Karena, al-Qur'ân adalah kalam Allah yang mulia, yang
diturunkan melalui perantara malaikat yang mulia kepada
Rasul yang mulia.
5. Wajibnya memuliakan malaikat-malaikat Allah, diantaranya
malaikat Jibril. Barang siapa yang membencinya, maka ia
adalah musuh Allah.
E. Pelajaran yang dapat kita ambil
16. 6. Wajibnya mencintai para rasul Allah.
Barangsiapa yang membenci salah seorang
diantara mereka, maka ia adalah musuh
Allah
7. Menumbuhkan sifat suka memuliakan
tetangga dan tamu, sesuai anjuran
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
8. Menumbuhkan sifat suka pemaaf, karena
Allah menyukai sifat pemaaf.
9. Mendorong kita untuk selalu berdoa
kepada Allah. Karena Allah Maha Pemurah
terhadap hamba-Nya. Allah malu
mengembalikan tangan hamba yang
diangkat saat berdoa dalam keadaan
kosong.
Lanjutan...
17. F. Kesimpulan
Allah berbuat baik kepada seluruh makhluk tanpa sebuah
kewajiban yang mesti dilakukannya. Semua kebaikan yang
diberikan Allah kepada makhluk adalah semata-mata atas
kemurahan Allah kepada makhluk-Nya. Dengan demikian, makhluk
itu menjadi mulia. Perlu kita ketahui bahwa segala kemulian yang
terdapat pada makhluk adalah atas pemberian Allah Yang
Mahamulia. Hal tersebut menunjukkan akan kemuliaan makhluk
tersebut disisi Allah, melebihi makhluk-makhluk yang lainnya.
Jika kita cermati, makna Al-Kariim menunjukkan kesempurnaan
kemulian Allah dalam Zat dan segala sifat, serta perbuatan-Nya.
• Allah Mahamulia dalam Zat-Nya, maka tidak ada cacat sedikitpun
dalam Zat Allah. Sesungguhnya Zat Allah Mahaindah.
• Allah Mahamulia dalam segala sifat-Nya, maka tidak ada sifat
jelek terdapat pada Allah. Sesungguhnya, sifat-sifat Allah amat
sempurna dalam segala maknanya.
• Allah juga Mahamulia dalam segala perbuatannya, maka tidak
ada kecacatan dalam perbuatan Allah. Sesungguhnya segala
perbuatan Allah penuh dengan berbagai hikmah yang luas.