Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Hal ini menekankan pentingnya pencegahan promiskuitas dan hubungan seks bebas tanpa pelindung sebagai upaya mencegah penyebaran HIV/AIDS.
1. Perilaku Seksual sebagai Faktor Resiko Kejadian HIV-AIDS
4A S1 Keperawatan
Kelompok SIK :
Abdillah M Fauzi
Alifia Rahmayani Sumardi
Amelia Marlina
Anita Sekar Wulansari
Fahmi Priadi Utama
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
Jl. Karamat No.36 Sukabumi
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah infeksi yang disebabkan
oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan suatu penyakit
yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh. Sebuahtemuan baru yang mengarah pada
pertumbuhan, isolasi dan karakterisasi dari sebuah virus herpes baru yang
dikenaldengan kaposi’s sarcoma-associated herpes virus (KSHV) atau human
herpes virus type 8 (HHV-8) dari lesi sarkomakaposi (SK). Sarkoma kaposi adalah
kanker yang berkembang dari sel-sel yang melapisi kelenjar getah bening atau
pembuluh darah. Seseorang yang terinfeksi HIV mempunyai risiko 100 hingga
300 kali lebih sering terkena SK. Lesi awal SK-AIDS tampak sebagai makula
keunguan berbentuk oval kecil yang berkembang dengan cepat menjadi plak dan
nodul kecil, yang seringkali timbul di seluruh bagian tubuh dan memiliki
kecenderungan mengalami progresivitas yang cepat. Telah dilaporkan kasus
seorang laki-laki imunokompromais berusia 27 tahun datang dengan keluhan
lemah letih lesu dan bentol-bentol berwarna merah keunguan di dada, perut,
punggung dan belakang telinga sejak 3bulan sebelum masuk rumah sakit.
Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan adanya HIV-AIDS dengan TB
paru,candidiasis oral dan sarkoma kaposi. Diagnosis pada pasien ini ditegakkan
berdasarkan keluhan dan data klinis yaitu anti HIV positif dengan CD4 49 u/L dan
biopsi kulit dengan hasil sesuai dengan gambaran sarkoma kaposi.Penatalaksanaan
pada pasien ini yaitu dengan pemberian OAT kategori I, ARV dan anti jamur.
Pemberian ARV yangadekuat untuk HIV-AIDS merupakan kunci dalam
tatalaksana SK-AIDS.
3. BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian HIV
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.
Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin
lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit. Infeksi HIV yang tidak
segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi seriusyang disebut AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadiumakhir dari
infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi
sudah hilang sepenuhnya.
B. Gejala HIV dan AIDS
Gejala HIV dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap
infeksi akut, dan terjadi pada beberapa bulan pertama setelah seseorang
terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi
membentuk antibodi untuk melawan virus HIV. Pada banyak kasus, gejala
pada tahap ini muncul 1-2 bulan setelah infeksi terjadi. Penderita umumnya
tidak menyadari telah terinfeksi HIV. Hal ini karena gejala yang muncul mirip
dengan gejala penyakit flu, serta dapat hilang dan kambuh kembali. Perlu
diketahui, pada tahap ini jumlah virus di aliran darah cukup tinggi. Oleh
karena itu, penyebaran infeksi lebih mudah terjadi pada tahap ini.
Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat
berlangsung hingga
beberapa minggu, yang meliputi:
a. Demam hingga menggigil.
4. b. Muncul ruam di kulit.
c. Muntah.
d. Nyeri pada sendi dan otot.
e. Pembengkakan kelenjar getah bening.
f. Sakit kepala.
g. Sakit perut.
h. Sakit tenggorokan dan sariawan.
Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi
tahap laten dapat berlangsung hingga beberapa tahun atau dekade. Pada tahap
ini, virus HIV semakin berkembang dan merusak kekebalan tubuh.
C. Penyebab dan penularan HIV dan AIDS
AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). HIV
yang masuk ke dalam tubuh akan menghancurkan sel CD4. Sel CD4 adalah
bagian dari sel darah putih yang melawan infeksi. Semakin sedikit sel CD4
dalam tubuh, maka semakin lemah pula sistem kekebalan tubuh seseorang.
Penularan HIV terjadi saat darah, sperma, atau cairan vagina dari seseorang
yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui
berbagai cara, antara lain:Hubungan seks. Infeksi HIV dapat terjadi melalui
hubungan seks baik melalui vagina maupun dubur (anal). Meskipun sangat
jarang, HIV juga dapat menular melalui seks oral. Akan tetapi, penularan
lewat seks oral hanya akan terjadi bila terdapat luka terbuka di mulut
penderita, misalnya seperti gusi berdarah atau sariawan. Berbagi jarum suntik.
Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV, adalah salah satu
cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV. Misalnya menggunakan
jarum suntik bersama saat membuat tato, atau saat menggunakan NAPZA
suntik. Transfusi darah. Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima
donor darah dari penderita HIV
5. D. Pengobatan HIV dan AIDS
Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV,
namun adajenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis
obat ini disebut antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan
unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri, dan mencegah
virus HIV menghancurkan sel CD4.
Beberapa jenis obat ARV, antara lain:
a. Efavirenz
b. Etravirine
c. Nevirapine
d. Lamivudin
e. Zidovudin
Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor
jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pasien terhadap pengobatan.
Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3-6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV
RNA dilakukan sejak awal pengobatan, dilanjutkan tiap 3-4 bulan selama
masa pengobatan.
E. Pencegahan HIV dan AIDS
Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV.
Meskipun demikian, infeksi dapat dicegah dengan beberapa langkah berikut:
Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik seks melalui vagina
atau melalui dubur. Bila memilih kondom berpelumas, pastikan pelumas yang
berbahan dasar air. Hindari kondom dengan pelumas yang berbahan dasar
minyak, karena dapat membuat kondom bocor. Untuk seks oral, gunakan
kondom yang tidak Berpelumas Hindari berhubungan seks dengan lebih dari
satu pasangan. Beri tahu pasangan bila Anda positif HIV, agar pasangan Anda
menjalani tes HIV.
6. Diskusikan kembali dengan dokter bila Anda didiagnosis positif HIV
dalam masa kehamilan, mengenai penanganan selanjutnya dan perencanaan
persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin. Bagi pria, disarankan
bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.
7. BAB III
TABEL DAN GRAFIK
A. Jumlah Kumulatif Kasus AIDS di Indonesia Menurut Faktor Resiko Periode
1987 – 2016
No Faktor Resiko AIDS
1
Heteroseksual 58846
2 Biseksual 491
3 IDU (Injection Drug User) 9080
4 Transfusi Darah 222
5 Transmisi Perinatal 2587
6 Tak diketahui 11678
JUMLAH 82904
Sumber : Dinas Kesehatan 2016
B. Grafik Jumlah Kumulatif Kasus AIDS di Indonesia Menurut Faktor Resiko
Periode 1987 – 2016
71%
1%
11%
0%3%
14%
Grafik Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Faktor
Resiko Periode 1987 – 2016
Heteroseksual Biseksual IDU (Injection Drug User)
Transfusi Darah Transmisi Perinatal Tak diketahui
8. BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel dan grafik diatas menunjukkan bahwa jumlah kasus HIV di
indonesia periode tahun 1987 – 2016 dengan faktor resiko heteroseksual sebanyak
58.846 jumlah kasus, dengan faktor resiko biseksual sebanyak 491 jumlah kasus,
untuk faktor resiko IDU (Injection Drug User) sebanyak 9.080 kasus, sedangakan
dengan faktor resiko dari Transfusi darah sebanyak 222 kasus, untut faktor resiko
transmisi perinatal sebanyak 2.587 kasus, dan yang belum diketahui sebanyak 11.678
kasus.
Dari data diatas memberikan informasi bahwa kelompok heteroseksual
menjadi kelompok paling rentan atas kasus AIDS di Indonesia selama periode 1987 –
2016 tercatat ada 58.846 kasus. Kelompok kedua yang beresiko tinggi adalah IDU
(Injection Dug User) yang mencapai 9.080 kasus yang tercatat. Sayangnya ada lebih
dari 11 ribu kasus yang belum diketahui resiko penyebab kasusnya.
Masih tingginya faktor resiko pada kelompok heteroseksual dapat
mengingatkan kembali apa yang harus digaris bawahi dari penyebaran HIV-AIDS.
Perilaku sesksual sebagai faktor resiko terbesar dalam paparan HIV-AIDS
menegaskan kembali soal problema promikuitas, atau hubungan seksual antara
sejumlah wanita dan pria tanpa ada aturan yang mengikat. Seks dengan lebih dari satu
pasangan, tanpa pelindung, meningkatkan resiko HIV-AIDS.
9. BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit AIDS merupakan penyakit yang sangat berbahaya yang
diakibatkan karena infeksi virus HIV. Penyakit HIV/AIDS dikatakan sangat
berbahaya dikarenakan penyakit ini dapat diderita oleh siapapun dan dapat
ditularkan dengan mudah melalui kebiasaan buruk dari manusia. Selain itu,
sampai saat ini obatnya pun belum ada. Bahkan penyakit yang sangat
mematikan ini berkembang sangat cepat di dalam kehidupan manusia.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Departemen Kesehatan, di negara kita
terjadi peningkatan kasus penderita HIV/AIDS setiap tahun secara signifikan.
Oleh karena itu, kita harus menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat
menyebabkan AIDS, yaitu melalui pencegahan misalnya :tidak melakukan
hubungan seksual secara bebas, menghidarkan penggunaan narkotika
suntikan, dan sebagainya. Hanya pencegahan agar tidak terinfeksi penyakit
HIV/AIDS lah jalan terbaik yang dapat kita lakukan saat ini. Masalah AIDS
ini tidak tentu akan menyebar luas, apabila dilakukan pencegahan secara dini,
apalagi jika ada partisipasi dari semua pihak.