SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
1
PROPOSAL DISERTASI
IMPLIKASI KEBIJAKAN SERTIFIKASI DOSEN DALAM
PENINGKATAN KINERJA STUDI KASUS PENDIDIKAN TINGGI
AGAMA ISLAM SWASTA DALAM LINGKUNGAN PESANTREN
Oleh :
Asmad, S.Pd.I, MM
Dosen Pembimbing :
Prof.Dr.Hary Yuswadi, MA
Drs.Himawan Bayu Patriadi, MA, Pd.D
Dr.Akhmad Toha, M.Si
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM DOKTOR ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
2
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Arus demokratisasi global telah menekan pemerintahan di berbagai belahan
dunia ke arah pencapaian “good governance” yang setidaknya memiliki tiga
pilar utama, yaitu transparansi, akuntabilitas dan partisipasi (UNDP, 2001).
Dampak dari arah baru pemerintahan ini tidak hanya terjadi pada sektor
pemerintahan saja, namun merambah pada berbagai aspek kehidupan berbangsa
dan bernegara, terutama isu-isu yang terkait dengan pelayanan publik yang utama
seperti sektor kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Sektor
pendidikan dipandang sebagai suatu sektor strategis dalam pembangunan dewasa
ini, pada tataran global, dunia sedang memasuki era ekonomi berbasis
pengetahuan (knowledge based economy). Pandangan ini mempercayai bahwa
pertumbuhan ekonomi, kemakmuran dan kesejahteraan suatu negara sangat
dipengaruhi oleh kualitas pendidikan dan kemampuannya menguasai ilmu
pengetahuan.
Sesuai UU RI No.20, pasal 20 (2003) dan PP No.60, Pasal 3 (1999)
dikatakan bahwa perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan
tinggi, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat atau yang disebut dengan
Tridharma Perguruan Tinggi. Ketiga kegiatan ini merupakan aspek-aspek yang
saling berkaiatan, tidak terpisahkan satu sama lain untuk lingkup produktivitas
suatu perguruan tinggi.
Pencapaian tujuan penyelenggaraan perguruan tinggi ini diemban oleh
dosen, sebagai inti yang menjalankan operasional organisasi. Oleh karenanya,
ukuran produktivitas perguruan tinggi terutama sekali menggunakan standar
kinerja dosen ini. Misalnya, penentuan akreditasi program studi atau perguruan
tinggi menggunakan standar kinerja dosen yang berhubungan dengan kegiatan
Tridharma Perguruan Tinggi ini. Laporan EPSBED yang dilaksanakan setiap
semester juga menggunakan standar kinerja dosen. Yang paling utama adalah
3
penilaian kinerja dosen untuk kenaikan pangkat jabatan akademik dosen, yang
menunjukkan promosi karir seorang dosen (PP No.6. Pasal 102, 1999).
Salah satu perguruan tinggi yang mengalami perkembangan signifikan
adalah perguruan tinggi swasta. Menurut pengamat perguruan tinggi dari
Universitas Andalas, Prof Dr Elfindri, menilai banyak perguruan tinggi swasta di
Indonesia kesulitan menyediakan dosen berkualitas. Hal itu muncul lebih akibat
sebagian besar PTAIS juga pada umumnya menghadapi persoalan keuangan.
Keberadaan PTAIS di Indonesia yang sangat beragam, baik dari distribusi
beroperasinya, kinerja perkembangannya, maupun pengelolaan jurusan yang
tersedia.
PTAIS sebagai perguruan tinggi Islam telah berkembang dan menyaingi PT
negeri yang sudah berumur setengah abad lebih. Tetapi, jumlah PTAIS berkualitas
itu hanya sedikit, sementara ribuan PTAIS lainnya hidup Senin-Kamis, tetapi
masih tetap berjuang menyediakan pelayanan kepada anak-anak bangsa. Salah
satu masalah yang dihadapi oleh PTAIS adalah persoalan ketersediaan dosen yang
bermutu. Pemerintah mengharuskan perguruan tinggi memiliki dosen yang
berkualifikasi pendidikan minimum S-2. Sebuah jurusan minimal memiliki enam
dosen. Akan tetapi, ketika pendirian legalitas awal, maka ketersediaan dosen
dipenuhi dengan berbagai cara, dan pada akhirnya keberadaan dosen di PTAIS
menjadi persoalan krusial. Hal itu diakibatkan negara diakui memang tidak
menyediakan dosen untuk penyelenggaraan pendidikan tinggi swasta. Sedangkan
dilema dihadapi PTAIS ketika jumlah mahasiswa tiap tahun dapat mendaftar pada
masing-masing jurusan minimum 40 orang, maka jurusan hanya mampu
membayar dosen jauh di bawah dari ketentuan upah minimum.
Sementara itu, dosen di PTAIS yang dinyatakan dosen tetap, kebanyakan
tidak memiliki kepastian penghasilan mereka. Bagi yang punya performa baik,
maka berangsur-angsur dosen yang sudah mengabdi di yayasan mendaftar
menjadi pegawai negeri, atau pada tempat lain. Kemudian untuk penggantinya
sulit memperoleh dosen yang lebih baik sehingga dipastikan dosen di PTAIS
banyak yang menggunakan pegawai negeri lokal yang menyambi dengan sisa
waktu. Sebaliknya kebijakan pemerintah kini menegerikan PTAIS baik menjadi
4
PTN justru kontraproduktif. PTAIS sedemikian banyak justru memerlukan aturan
agar lebih semakin bergengsi di kemudian hari. Jika dalam satu jurusan mesti
tersedia dosen 6 dosen tetap, maka setengahnya dapat disediakan oleh negara,
artinya dosen pegawai negeri yang ditempatkan pada PTAIS.
Di Indonesia, tuntutan penyelenggaraan pelayanan pendidikan yang
berazaskan “good governance” semakin menguat, terutama setelah bergulirnya
era reformasi tahun 1998. Karakteristik kebijakan pembangunan sektor
pendidikan yang lama cenderung menekankan dominasi peran pemerintah pusat
dalam pengaturan pendidikan, kebijakan seperti ini berakibat pada penyeragaman
dan pemusatan pengelolaan pendidikan yang berdampak pada lemahnya
aktualisasi kapasitas pendidikan. Prinsip good governance menekankan pada
akuntabilitas publik.
Secara konseptual kebijakan tersebut memberikan ’angin segar’ dan harapan
yang optimistik bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Namun ada beberapa hal
yang perlu dicermati, terutama terkait dengan dampak perubahan status tersebut
yang kenyataannya menyisakan banyak persoalan terkait dengan struktur
organisasi, manajemen, rekrutmen mahasiswa dan urusan finansial.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam sektor pendidikan adalah
sertifikasi untuk pendidik. Kebijakan sertifikasi pendidik bagi dosen dalam
jabatan yang dilakukan dengan uji kompetensi melalui penilaian portofolio, pada
awal pelaksanaanya menimbulkan kontroversi dan membuat resah kalangan
dosen (Kedaulatan Rakyat, 7 Desember 2005; Kompas, 18 Nopember 2005, 19
dan 20 September 2007, 2 Oktober 2007; dan Media Indonesia, 7 Desember
2005); bahkan hingga kini masih terjadi permasalahan pembayaran tunjangan
profesi (Kompas, 21 Januari 2011). Berbagai permasalahan tersebut
menunjukkan bahwa kebijakan sertifikasi pendidik memiliki derajat penerimaan
(akseptabilitas) dan tingkat keterlaksanaan (implementabilitas) yang relatif
rendah di kalangan dosen sebagai sasaran kebijakan.
Berbagai permasalahan tersebut diduga terjadi karena ada sesuatu yang
tidak tepat dalam perumusan (formulasi) kebijakan sertifikasi pendidik.
Dugaan ini berdasarkan pemikiran bahwa “More important in terms of the
5
process of implementation is the fact that decisions made at the design or
formulation stage have considerable impact on how implementation proceeds
(Grindle, 1980: 8). Selain itu pada tahap perumusan kebijakan, sebagaimana
dikemukakan oleh Nugroho (2008: 355) ditetapkan batas-batas kebijakan yang
menyangkut sumberdaya waktu, kemampuan sumberdaya manusia,
kelembagaan, dan dana atau anggaran. Oleh karena itu “sungguhpun telah
disahkan, bukan berarti rumusan kebijaksanaan tersebut telah bebas dari
problema” (Imron ,1996: 51). Dengan demikian permasalahan-permasalahan
dalam implementasi kebijakan sertifikasi pendidik bagi dosen dalam jabatan pada
dasarnya dapat ditelusur atau dilacak dari proses perumusan kebijakan sertifikasi
pendidik.
Pengkajian terhadap proses perumusan kebijakan ini sangat bermanfaat
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan guna menyusun kebijakan yang
memadai, sebagaimana dikemukakan oleh Kerr (1976: 17) bahwa:
“..., so descriptions of how policies are made can provide us with
information that is requisite to making sound decisions on what we ought
to be doing when making policies. In other words, a process description
is a description of behaviour and, as such, cannot itself recommend
action; but it can provide information that is essential to coming to
careful decisions about how policies ought to be made”.
Pendapat tersebut menegaskan bahwa deskripsi tentang bagaimana suatu
kebijakan dibuat dapat menyediakan kepada kita berbagai informasi yang
diperlukan untuk menyusun keputusan-keputusan yang baik, yang harus
dilakukan dalam mengambil kebijakan. Kajian perumusan kebijakan tersebut
merupakan deskripsi tentang perilaku pengambilan keputusan, yang memang
tidak merekomendasikan suatu tindakan, tetapi dapat menyediakan informasi
penting untuk memenuhi kecermatan dalam mengambil keputusan sebagaimana
seharusnya suatu kebijakan ditetapkan. Dengan demikian penelitian ini
berusaha mengkaji perilaku perumusan kebijakan sertifikasi pendidik bagi dosen
dalam jabatan.
Kebijakan merupakan hasil dari politik, atau hasil dari alokasi nilai,
yakni apa yang dipilih pemerintah untuk dikerjakan, termasuk untuk tidak
6
dikerjakan (Dye, 1976: 1). Sehubungan dengan itu kebijakan (termasuk
kebijakan pendidikan) merupakan perangkat operasional, atau pedoman-pedoman
bagi pemerintah untuk melaksanakan keputusan-keputusan yang ditetapkan oleh
lembaga politik (Makmun, 2008). Dengan merujuk pendapat pakar (Kerr, 1976;
Wildavsky, 1979; Monahan dan Hengst, 1982; Harman, 1984; MacRae dan
Wilde, 1985; Anderson, 1988; dan Guba, 1991) dapat disimpulkan bahwa
kebijakan pendidikan adalah serangkaian keputusan dan/atau tindakan
pemerintah yang memiliki tujuan khusus untuk menyelesaikan permasalahan atau
urusan di bidang pendidikan dan hasilnya memiliki dampak terhadap orang
banyak. Sehubungan dengan itu kebijakan pendidikan perlu disusun secara
cermat, jelas dan tegas guna mengatur penyelenggaraan pendidikan sehingga
dapat meningkatkan kinerja pendidikan nasional.
Pada dasarnya proses kebijakan tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya.
Proses kebijakan, termasuk kebijakan pendidikan, berlangsung dalam suatu
sistem politik dan pemerintahan yang berlaku, dan mendapat pengaruh dan
dukungan dari lingkungan sekitarnya. Kebijakan sertifikasi bagi dosen dan dosen
memang suatu langkah yang strategis untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan
di Indonesia. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada dosen
Yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang dibarengi dengan peningkatan
kesejahteraan yang layak.
Terlepas dari berbagai permasalahan seputar implementasi dalam konteks
organisasi yang menyeluruh dengan tujuan dan target yang jelas, prioritas yang
jelas serta sumber daya pendukung yang jelas pula. Program sertifikasi tidak
hanya dipandang sebagai cara memberikan tunjangan profesi, tetapi sebagai upaya
mengubah motivasi dan kinerja dosen secara terencana, terarah dan
berkesinambungan.
Komitmen pemerintah dan DPR RI dalam upaya memajukan pendidikan
semakin menguatkan setelah disahkannya beberapa produk hukum baru dalam
bidang pendidikan. Hal ini tercermin dalam UU No. 20 tahun 2005 tentang
7
Sisdiknas, UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Dosen dan Dosen dan PP RI No.
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Konsekuensidariitu,antara
lain bahwa pemerintah harus segera menyelenggarakan program sertifikasi dosen
sebagaiupayauntuk meningkatkan mutu dan martabat dosen. Program sertifikasi
ini menjadi peluang dan tantangan bagi dosen, Peluang oleh karena berbagai
kesempatan untuk bermutu dan fasilitas kesejahteraan yang menjadi hak dosen.
Tantangan oleh karena program sertifikasi hanya akan diikuti oleh dosen yang
benar- benar sejati menjadi dosen.
Sertifikasi dosen merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan
untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang dosen, Sehingga
diharapkan semua dosen harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin
mengajar. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Dosen dan Dosen mengemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian
sertifikat pendidik untuk dosen dan dosen. Sedangkan yang dimaksud dengan
sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada dosen dan dosen sebagai tenaga profesional. Melalui sertifikasi ini
diharapkan dosen menjadi pendidik yang profesional, yaitu pendidikkan minimal
S-1 (Strata satu)/D-4 (Diploma empat) dan berkompetensi sebagai agen
pembelajaran yang dibuktikan dengan kepemilikan sertifikasi pendidik setelah
dinyatakan lulus uji kompetensi. Peningkatan mutu dosen melalui program
sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Muslich (2007: 9), manfaat uji sertifikasi antara lain sebagai
berikut:
a. Melindungi profesi dosen dari praktik layanan pendidikan yang tidak
kompeten sehingga dapat merusak citra profesi dosen itu sendiri.
b. Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas
dan profesional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas
pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia di negeri ini.
c. Menjadi wahana penjamin mutu bagi Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) yang bertugas mempersiapkan calon dosen dan
juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan.
8
d. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan
eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan berlaku.
Sedangkan tujuan sertifikasi di antaranya, yang pertama menentukan
kelayakan dosen sebagai agen pembelajaran. Kedua meningkatkan proses dan
mutu pendidikan. Ketiga meningkatkan martabat dosen, dan keempat
meningkatkan profesionalisme (Sujanto, 2009: 9).
Secara formal UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, UU RI No.14 tahun 2005 tentang Dosen dan Dosen dan PP No.16
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, menyatakan bahwa dosen
adalah tenaga profesioanal. Sebagai tenaga profesional, dosen dipersyaratkan
memiliki kualitas akademik S-1atau D-4 dalam bidang yang relevan dengan
mata pelajaran yang diampunya dan menguasai kompetensi sebagai agen
pembelajaran. Pemenuhan persyaratan kualifikasi akademik S-1/D-4 dibuktikan
dengan ijazah yang diperolehnya di Lembaga Pendidikan Tinggi dan
persyaratan relevansi dibuktikan dengan kesesuaian antara bidang pendidikan
yang dimiliki dan mata pelajaran yang diampu di sekolah. Sementara itu,
persyaratan penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran (yang meliputi
kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial) dibuktikan dengan
sertifikat sebagai pendidik.
Salah satu lembaga perguruan tinggi yang menerapkan sertifikasi adalah
pendidikan pesantren. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam
yang menempatkan sosok kiai sebagai tokoh sentral dan masjid sebagai pusat
lembaganya (Dhofier, 1994). Lembaga ini merupakan institusi pendidikan Islam
tertua di Indonesia dan sekaligus bagian dari warisan budaya bangsa (indigenous
culture) (Zarkasyi, 1998). Siswa yang pernah mengenyam pendidikan pesantren
kemudian juga belajar di lembaga pendidikan lainnya baik di dalam maupun di
luar negeri pada umumnya memandang bahwa pesantren tetap memiliki tempat
terhormat sebagai lembaga pendidikan Islam khas Indonesia yang dapat dirunut
pertalian keilmuan dan kurikulumnya dengan pusat-pusat pembelajaran ilmu
agama Islam diberbagai belahan dunia.
9
Optimisme itu biasanya mendasarkan pada bukti-bukti bahwa pesantren
masih tetap terselenggara sejak ratusan tahun yang lalu, lulusannya dapat
memainkan peranan yang berharga di bidang keilmuan atau kepemimpinan, dan
belum ada lembaga pendidikan yang melahirkan ulama dari generasi ke generasi
dalam kapasitas sebagaimana yang diluluskan oleh pesantren.
Seiring dengan perkembangan zaman, potensi pesantren sebagai intitusi
pendidikan yang mengajarkan agama dan penekanan moral dipertanyakan.
Muhammad Busyro mengatakan jika dewasa ini pandangan masyarakat umum
terhadap pesantren ada dua macam. Yaitu: (1) Mereka yang menyangsikan
relevansi lembaga ini untuk menyongsong masa depan. (2) Mereka yang justru
melihat pesantren sebagai sebuah alternatif model pendidikan masa depan
(Busyro, 1998). Melihat kenyataan ini, pondok pesantren mau tidak mau harus
terbuka dengan dunia luar. Hal ini diulai sejak abad ke-20 dengan penerapan
sistem konvergensi, yakni pemaduan kurikulum pesantren dengan kurikulum
pemerintah. Sedikitnya ada dua cara yang dilakukan pondok pesantren dalam hal
ini; (1) Merevisi kurikulum dengan memasukkan semakin banyak mata pelajaran
umum atau bahkan keterampilan umum; (2) membuka kelembagaan dan fasilitas-
fasilitas pendidikan bagi kepentingan pendidikan umum (Azra, 1998). Sistem
konvergensi ini apabila dikelola dengan manajemen yang baik akan memberikan
peluang dan harapan terhadap pesantren menjadi lembaga yang mampu berperan
melaksanakan pendidikan secara integral antara penanaman al-akhlak al-karîmah
(moral) dan intelektual.
Muhajir (2005) berpendapat yang berkaitan dengan dinamika dalam arti
instrumentasi, antara lain: pendapat Durkheim yang mengatakan perubahan
evolusioner dari mekanik ke organik. Pembagian kerja dan tata sosial yang semula
kaku mendetail menjadi luwes. Sedangkan Homans mengatakan teori tukar
menukar (exchange theory), bahwa manusia bertindak atas prinsip meminimalkan
biaya dengan menjangkau keuntungan maksimal. Kekuatan (power) dimiliki oleh
orang yang mampu memberi hadiah (keuntungan) lebih besar dalam tukar
menukar dengan kesediaan menerima imbalan yang lebih kecil. Lewis Coser
mengatakan peranan konflik sebagai pendorong perubahan sosial, dan mempunyai
10
fungsi positif dan fungsi negatif dalam perubahan sosial, dan fungsi negatif
konflik menimbulkan keraguan dan keseimbangan nilai sosial yang ada. Adanya
perubahan bisa terjadi dengan evolusioner, dan dalam perubahan tersebut ada
suatu kekuatan (power) yang menjadikan sesuatu itu dapat berubah. Dalam
fenomena yang terjadi, hal ini menunjukkan bahwa suatu kekuatan yang ada di
pesantren adalah sosok sentral, yaitu seorang kiai.
Fenomena tentang pola pengembangan pendidikan dengan sertifikasi di
pesantren juga memiliki perbedaan cara dan pengelolaannya. Rasionalnya adalah
apabila kompetensi dosen bagus yang diikuti dengan kesejahteraan yang bagus,
diharapkan kinerjanya juga bagus. Begitu pula, apabila kinerjanya bagus maka
KBM-nya akan bagus pula. KBM yang bagus diharapkan dapat membuahkan
pendidikan yang bermutu (Muslich, 2007: 8). Kinerja adalah tingkat keberhasilan
seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya serta kemampuan untuk memcapai tujuan dan standar yang
telah ditetapkan (Sulistyorini: 2001). Kinerja dosen adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seorang dosen dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta
waktu. Kinerja dosen sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi karena
dosen mengemban tugas profesional, artinya tugas-tugas tersebut hanya dapat
dikerjakan dengan kompetensi khusus yang diperoleh dari kependidikan.
1.2 Perumusan Masalah
Sebagian besar PTAI menghadapi kendala utama yang sama yaitu
menurunnya input mahasiswa di PTAI. Hal tersebut ditengarai karena kurangnya
minat mereka untuk belajar di PTAI. Asumsinya, PTAI tidak bisa memberikan
prospek masa depan yang baik. Ada dua sebab mengapa demikian; pertama, sikap
inferioritas dari civitas akademika; kedua, perlakuan administratif dari pengguna
lulusan PTAI yang sering memperlakukan tidak adil terhadap lulusan PTAI.
Kondisi tersebut, diperparah dengan tidak diimbanginnya proses pembelajaran di
PTAI yang lebih baik. Jika masalah-masalah semacam ini tidak segera dicarikan
alternatif pemecahannya, maka tidak mustahil PTAI akan menjadi “kering” dan
11
pada akhirnya, akan “mati”. Permasalahan yang ada di PTAIS juga bisa
disebabkan kinerja dosen dan karyawan yang juga menunjang keberhasilan dna
kemajuan PTAIS. Oleh karena itu, kebijakan sertifikasi dapat dijadikan suatu
solusi untuk menjang kesejahteraan dalam meningkatkan kinerja dosen.
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah bagaimanakah implementasi kebijakan sertifikasi dosen bagi
kinerja dosen PTAIS Islam STAIQOD, STAIFAS dan STAIDA Blok Agung?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengkaji implementasi kebijakan sertifikasi dosen bagi kinerja
dosen PTAIS Islam STAIQOD, STAIFAS dan STAIDA Blok Agung.
1.3.2 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Untuk menambah khasanah keilmuan bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya tentang pengaruh sertifikasi terhadap dosen bagi
kinerja dosen PTAIS Islam di Blok Agung di Kabupaten Jember dan
Banyuwangi.
b. Manfaat Praktis
Memberikan sumbangan saran dan pemikiran mengenai sertifikasi dalam
rangka untuk meningkatkan kinerja guru dosen bagi kinerja dosen PTAIS
Islam di Blok Agung di Kabupaten Jember dan Banyuwangi.

More Related Content

Viewers also liked

Punishment and reinforcers
Punishment and reinforcersPunishment and reinforcers
Punishment and reinforcersjessefarr
 
Lecture 9 FB: moderating online news communities
Lecture 9  FB: moderating online news communitiesLecture 9  FB: moderating online news communities
Lecture 9 FB: moderating online news communitiesrskslides
 
Website design technology
Website design technologyWebsite design technology
Website design technologyJins Joseph Seo
 
Mujahid (presentation metil) tugas individu
Mujahid (presentation metil) tugas individu Mujahid (presentation metil) tugas individu
Mujahid (presentation metil) tugas individu Mujahid Syahid
 
Managemen lembaga penddikan (new)
Managemen lembaga penddikan (new)Managemen lembaga penddikan (new)
Managemen lembaga penddikan (new)Edwarn Abazel
 
101212 cooling booklet 1
101212 cooling booklet 1101212 cooling booklet 1
101212 cooling booklet 1aco1970
 
Class 1 intro
Class 1 introClass 1 intro
Class 1 introrskslides
 
Week 4 twitter indispensable news tool.2014
Week 4   twitter indispensable news tool.2014Week 4   twitter indispensable news tool.2014
Week 4 twitter indispensable news tool.2014rskslides
 
Comissio economica chc Presentació temporara 2012
Comissio economica chc Presentació temporara 2012Comissio economica chc Presentació temporara 2012
Comissio economica chc Presentació temporara 2012castelldefelshc
 
Lecture 5 writing news tweets
Lecture 5   writing news tweetsLecture 5   writing news tweets
Lecture 5 writing news tweetsrskslides
 
Week 11 semester review
Week 11 semester reviewWeek 11 semester review
Week 11 semester reviewrskslides
 

Viewers also liked (16)

Cover
CoverCover
Cover
 
TxVSN
TxVSNTxVSN
TxVSN
 
Punishment and reinforcers
Punishment and reinforcersPunishment and reinforcers
Punishment and reinforcers
 
Mobile application
Mobile applicationMobile application
Mobile application
 
Lecture 9 FB: moderating online news communities
Lecture 9  FB: moderating online news communitiesLecture 9  FB: moderating online news communities
Lecture 9 FB: moderating online news communities
 
Website design technology
Website design technologyWebsite design technology
Website design technology
 
Cocaine
CocaineCocaine
Cocaine
 
Mujahid (presentation metil) tugas individu
Mujahid (presentation metil) tugas individu Mujahid (presentation metil) tugas individu
Mujahid (presentation metil) tugas individu
 
Managemen lembaga penddikan (new)
Managemen lembaga penddikan (new)Managemen lembaga penddikan (new)
Managemen lembaga penddikan (new)
 
101212 cooling booklet 1
101212 cooling booklet 1101212 cooling booklet 1
101212 cooling booklet 1
 
Class 1 intro
Class 1 introClass 1 intro
Class 1 intro
 
Week 4 twitter indispensable news tool.2014
Week 4   twitter indispensable news tool.2014Week 4   twitter indispensable news tool.2014
Week 4 twitter indispensable news tool.2014
 
Comissio economica chc Presentació temporara 2012
Comissio economica chc Presentació temporara 2012Comissio economica chc Presentació temporara 2012
Comissio economica chc Presentació temporara 2012
 
Draft silabus pkn
Draft silabus pknDraft silabus pkn
Draft silabus pkn
 
Lecture 5 writing news tweets
Lecture 5   writing news tweetsLecture 5   writing news tweets
Lecture 5 writing news tweets
 
Week 11 semester review
Week 11 semester reviewWeek 11 semester review
Week 11 semester review
 

Similar to 1 - Implikasi Kebijakan Sertifikasi Dosen dalam Peningkatan Kinerja Pendidikan Tinggi Agama Islam

Kebijakan pendidikan di indonesia
Kebijakan pendidikan di indonesiaKebijakan pendidikan di indonesia
Kebijakan pendidikan di indonesiaAzhari Saputra
 
Contoh pernyataan masalah
Contoh pernyataan masalahContoh pernyataan masalah
Contoh pernyataan masalahyulin_eunice
 
1. Prof Dr Maisah, M.Pdi 2. Dr Fadillah M.Pd. 3. Esen Pramudya Utama, review ...
1. Prof Dr Maisah, M.Pdi 2. Dr Fadillah M.Pd. 3. Esen Pramudya Utama, review ...1. Prof Dr Maisah, M.Pdi 2. Dr Fadillah M.Pd. 3. Esen Pramudya Utama, review ...
1. Prof Dr Maisah, M.Pdi 2. Dr Fadillah M.Pd. 3. Esen Pramudya Utama, review ...EsenPramudyaUtama
 
STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN.pptx
STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN.pptxSTUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN.pptx
STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN.pptxpaknoor1
 
Analisis kebijakan pendidikan
Analisis kebijakan pendidikanAnalisis kebijakan pendidikan
Analisis kebijakan pendidikanSyaifulBahri103
 
Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor Pendukung
Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor PendukungPerspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor Pendukung
Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor PendukungDenny Kodrat
 
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidiMamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidimahmudi moedy
 
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-nur aini
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-nur ainiMamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-nur aini
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-nur ainimahmudi moedy
 
Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...
Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...
Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...muhamadrusdi4
 
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxTUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxManajemenPendidikanI3
 
manajenem pengembangan kurikulum
manajenem pengembangan kurikulummanajenem pengembangan kurikulum
manajenem pengembangan kurikulumdyah saptarini
 
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbs
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbsMakalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbs
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbsrinanj
 
In house training_tugas_administrasi_dan
In house training_tugas_administrasi_danIn house training_tugas_administrasi_dan
In house training_tugas_administrasi_danAan Cahyanto
 
Tesis : Pengurusan Kewangan bertaraf PTj
Tesis : Pengurusan Kewangan bertaraf PTjTesis : Pengurusan Kewangan bertaraf PTj
Tesis : Pengurusan Kewangan bertaraf PTjazman_awan9
 
Implementasi kurikulum
Implementasi kurikulumImplementasi kurikulum
Implementasi kurikulumunlogical
 

Similar to 1 - Implikasi Kebijakan Sertifikasi Dosen dalam Peningkatan Kinerja Pendidikan Tinggi Agama Islam (20)

Kebijakan pendidikan di indonesia
Kebijakan pendidikan di indonesiaKebijakan pendidikan di indonesia
Kebijakan pendidikan di indonesia
 
Contoh pernyataan masalah
Contoh pernyataan masalahContoh pernyataan masalah
Contoh pernyataan masalah
 
1. Prof Dr Maisah, M.Pdi 2. Dr Fadillah M.Pd. 3. Esen Pramudya Utama, review ...
1. Prof Dr Maisah, M.Pdi 2. Dr Fadillah M.Pd. 3. Esen Pramudya Utama, review ...1. Prof Dr Maisah, M.Pdi 2. Dr Fadillah M.Pd. 3. Esen Pramudya Utama, review ...
1. Prof Dr Maisah, M.Pdi 2. Dr Fadillah M.Pd. 3. Esen Pramudya Utama, review ...
 
STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN.pptx
STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN.pptxSTUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN.pptx
STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN.pptx
 
Rochmanu, e jrnal
Rochmanu, e  jrnalRochmanu, e  jrnal
Rochmanu, e jrnal
 
Analisis kebijakan pendidikan
Analisis kebijakan pendidikanAnalisis kebijakan pendidikan
Analisis kebijakan pendidikan
 
Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor Pendukung
Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor PendukungPerspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor Pendukung
Perspektif Sistem Pendidikan menurut Faktor Pendukung
 
11. naskah publikasi
11. naskah publikasi11. naskah publikasi
11. naskah publikasi
 
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidiMamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-sukmaidi
 
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-nur aini
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-nur ainiMamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-nur aini
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-nur aini
 
Inisiasi 8
Inisiasi 8Inisiasi 8
Inisiasi 8
 
Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...
Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...
Sm, muhamad rusdi, prof hapzi ali, external macro environment analysis, unive...
 
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxTUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
 
Inisiasi 8
Inisiasi 8Inisiasi 8
Inisiasi 8
 
manajenem pengembangan kurikulum
manajenem pengembangan kurikulummanajenem pengembangan kurikulum
manajenem pengembangan kurikulum
 
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbs
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbsMakalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbs
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbs
 
Dewinta etika pdf
Dewinta etika pdfDewinta etika pdf
Dewinta etika pdf
 
In house training_tugas_administrasi_dan
In house training_tugas_administrasi_danIn house training_tugas_administrasi_dan
In house training_tugas_administrasi_dan
 
Tesis : Pengurusan Kewangan bertaraf PTj
Tesis : Pengurusan Kewangan bertaraf PTjTesis : Pengurusan Kewangan bertaraf PTj
Tesis : Pengurusan Kewangan bertaraf PTj
 
Implementasi kurikulum
Implementasi kurikulumImplementasi kurikulum
Implementasi kurikulum
 

More from Edwarn Abazel

Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinanFaktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinanEdwarn Abazel
 
Paradigma manajemen pendidikan islam
Paradigma manajemen pendidikan islamParadigma manajemen pendidikan islam
Paradigma manajemen pendidikan islamEdwarn Abazel
 
Dasar dasar manajemen
Dasar dasar manajemenDasar dasar manajemen
Dasar dasar manajemenEdwarn Abazel
 
Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
Pengertian Manajemen Mutu TerpaduPengertian Manajemen Mutu Terpadu
Pengertian Manajemen Mutu TerpaduEdwarn Abazel
 
filosofi mutu kinerja dan arti mmt
 filosofi mutu kinerja dan arti mmt filosofi mutu kinerja dan arti mmt
filosofi mutu kinerja dan arti mmtEdwarn Abazel
 
Pengembangan lembaga pendidikan islam
Pengembangan lembaga pendidikan islamPengembangan lembaga pendidikan islam
Pengembangan lembaga pendidikan islamEdwarn Abazel
 
Manajemen pendidikan madrasah ppt
Manajemen pendidikan madrasah pptManajemen pendidikan madrasah ppt
Manajemen pendidikan madrasah pptEdwarn Abazel
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamEdwarn Abazel
 
Manajemen pendidikan islam gm
Manajemen pendidikan islam gmManajemen pendidikan islam gm
Manajemen pendidikan islam gmEdwarn Abazel
 
Manajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikanManajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikanEdwarn Abazel
 

More from Edwarn Abazel (20)

Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinanFaktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
 
Paradigma manajemen pendidikan islam
Paradigma manajemen pendidikan islamParadigma manajemen pendidikan islam
Paradigma manajemen pendidikan islam
 
Dasar dasar manajemen
Dasar dasar manajemenDasar dasar manajemen
Dasar dasar manajemen
 
Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
Pengertian Manajemen Mutu TerpaduPengertian Manajemen Mutu Terpadu
Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
 
filosofi mutu kinerja dan arti mmt
 filosofi mutu kinerja dan arti mmt filosofi mutu kinerja dan arti mmt
filosofi mutu kinerja dan arti mmt
 
Perilaku pemimpin
Perilaku pemimpinPerilaku pemimpin
Perilaku pemimpin
 
Pengembangan lembaga pendidikan islam
Pengembangan lembaga pendidikan islamPengembangan lembaga pendidikan islam
Pengembangan lembaga pendidikan islam
 
Geostrategi ppt
Geostrategi pptGeostrategi ppt
Geostrategi ppt
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Geopolitik ppt
Geopolitik pptGeopolitik ppt
Geopolitik ppt
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Filsafat manusia
Filsafat manusiaFilsafat manusia
Filsafat manusia
 
Manajemen pendidikan madrasah ppt
Manajemen pendidikan madrasah pptManajemen pendidikan madrasah ppt
Manajemen pendidikan madrasah ppt
 
analisis swot
analisis swotanalisis swot
analisis swot
 
Bab3revisi
Bab3revisiBab3revisi
Bab3revisi
 
Bab2revisi
Bab2revisiBab2revisi
Bab2revisi
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islam
 
Manajemen pendidikan islam gm
Manajemen pendidikan islam gmManajemen pendidikan islam gm
Manajemen pendidikan islam gm
 
Manajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikanManajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikan
 

Recently uploaded

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 

Recently uploaded (20)

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 

1 - Implikasi Kebijakan Sertifikasi Dosen dalam Peningkatan Kinerja Pendidikan Tinggi Agama Islam

  • 1. 1 PROPOSAL DISERTASI IMPLIKASI KEBIJAKAN SERTIFIKASI DOSEN DALAM PENINGKATAN KINERJA STUDI KASUS PENDIDIKAN TINGGI AGAMA ISLAM SWASTA DALAM LINGKUNGAN PESANTREN Oleh : Asmad, S.Pd.I, MM Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Hary Yuswadi, MA Drs.Himawan Bayu Patriadi, MA, Pd.D Dr.Akhmad Toha, M.Si PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM DOKTOR ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS JEMBER 2014
  • 2. 2 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus demokratisasi global telah menekan pemerintahan di berbagai belahan dunia ke arah pencapaian “good governance” yang setidaknya memiliki tiga pilar utama, yaitu transparansi, akuntabilitas dan partisipasi (UNDP, 2001). Dampak dari arah baru pemerintahan ini tidak hanya terjadi pada sektor pemerintahan saja, namun merambah pada berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama isu-isu yang terkait dengan pelayanan publik yang utama seperti sektor kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Sektor pendidikan dipandang sebagai suatu sektor strategis dalam pembangunan dewasa ini, pada tataran global, dunia sedang memasuki era ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economy). Pandangan ini mempercayai bahwa pertumbuhan ekonomi, kemakmuran dan kesejahteraan suatu negara sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan dan kemampuannya menguasai ilmu pengetahuan. Sesuai UU RI No.20, pasal 20 (2003) dan PP No.60, Pasal 3 (1999) dikatakan bahwa perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat atau yang disebut dengan Tridharma Perguruan Tinggi. Ketiga kegiatan ini merupakan aspek-aspek yang saling berkaiatan, tidak terpisahkan satu sama lain untuk lingkup produktivitas suatu perguruan tinggi. Pencapaian tujuan penyelenggaraan perguruan tinggi ini diemban oleh dosen, sebagai inti yang menjalankan operasional organisasi. Oleh karenanya, ukuran produktivitas perguruan tinggi terutama sekali menggunakan standar kinerja dosen ini. Misalnya, penentuan akreditasi program studi atau perguruan tinggi menggunakan standar kinerja dosen yang berhubungan dengan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi ini. Laporan EPSBED yang dilaksanakan setiap semester juga menggunakan standar kinerja dosen. Yang paling utama adalah
  • 3. 3 penilaian kinerja dosen untuk kenaikan pangkat jabatan akademik dosen, yang menunjukkan promosi karir seorang dosen (PP No.6. Pasal 102, 1999). Salah satu perguruan tinggi yang mengalami perkembangan signifikan adalah perguruan tinggi swasta. Menurut pengamat perguruan tinggi dari Universitas Andalas, Prof Dr Elfindri, menilai banyak perguruan tinggi swasta di Indonesia kesulitan menyediakan dosen berkualitas. Hal itu muncul lebih akibat sebagian besar PTAIS juga pada umumnya menghadapi persoalan keuangan. Keberadaan PTAIS di Indonesia yang sangat beragam, baik dari distribusi beroperasinya, kinerja perkembangannya, maupun pengelolaan jurusan yang tersedia. PTAIS sebagai perguruan tinggi Islam telah berkembang dan menyaingi PT negeri yang sudah berumur setengah abad lebih. Tetapi, jumlah PTAIS berkualitas itu hanya sedikit, sementara ribuan PTAIS lainnya hidup Senin-Kamis, tetapi masih tetap berjuang menyediakan pelayanan kepada anak-anak bangsa. Salah satu masalah yang dihadapi oleh PTAIS adalah persoalan ketersediaan dosen yang bermutu. Pemerintah mengharuskan perguruan tinggi memiliki dosen yang berkualifikasi pendidikan minimum S-2. Sebuah jurusan minimal memiliki enam dosen. Akan tetapi, ketika pendirian legalitas awal, maka ketersediaan dosen dipenuhi dengan berbagai cara, dan pada akhirnya keberadaan dosen di PTAIS menjadi persoalan krusial. Hal itu diakibatkan negara diakui memang tidak menyediakan dosen untuk penyelenggaraan pendidikan tinggi swasta. Sedangkan dilema dihadapi PTAIS ketika jumlah mahasiswa tiap tahun dapat mendaftar pada masing-masing jurusan minimum 40 orang, maka jurusan hanya mampu membayar dosen jauh di bawah dari ketentuan upah minimum. Sementara itu, dosen di PTAIS yang dinyatakan dosen tetap, kebanyakan tidak memiliki kepastian penghasilan mereka. Bagi yang punya performa baik, maka berangsur-angsur dosen yang sudah mengabdi di yayasan mendaftar menjadi pegawai negeri, atau pada tempat lain. Kemudian untuk penggantinya sulit memperoleh dosen yang lebih baik sehingga dipastikan dosen di PTAIS banyak yang menggunakan pegawai negeri lokal yang menyambi dengan sisa waktu. Sebaliknya kebijakan pemerintah kini menegerikan PTAIS baik menjadi
  • 4. 4 PTN justru kontraproduktif. PTAIS sedemikian banyak justru memerlukan aturan agar lebih semakin bergengsi di kemudian hari. Jika dalam satu jurusan mesti tersedia dosen 6 dosen tetap, maka setengahnya dapat disediakan oleh negara, artinya dosen pegawai negeri yang ditempatkan pada PTAIS. Di Indonesia, tuntutan penyelenggaraan pelayanan pendidikan yang berazaskan “good governance” semakin menguat, terutama setelah bergulirnya era reformasi tahun 1998. Karakteristik kebijakan pembangunan sektor pendidikan yang lama cenderung menekankan dominasi peran pemerintah pusat dalam pengaturan pendidikan, kebijakan seperti ini berakibat pada penyeragaman dan pemusatan pengelolaan pendidikan yang berdampak pada lemahnya aktualisasi kapasitas pendidikan. Prinsip good governance menekankan pada akuntabilitas publik. Secara konseptual kebijakan tersebut memberikan ’angin segar’ dan harapan yang optimistik bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Namun ada beberapa hal yang perlu dicermati, terutama terkait dengan dampak perubahan status tersebut yang kenyataannya menyisakan banyak persoalan terkait dengan struktur organisasi, manajemen, rekrutmen mahasiswa dan urusan finansial. Salah satu kebijakan pemerintah dalam sektor pendidikan adalah sertifikasi untuk pendidik. Kebijakan sertifikasi pendidik bagi dosen dalam jabatan yang dilakukan dengan uji kompetensi melalui penilaian portofolio, pada awal pelaksanaanya menimbulkan kontroversi dan membuat resah kalangan dosen (Kedaulatan Rakyat, 7 Desember 2005; Kompas, 18 Nopember 2005, 19 dan 20 September 2007, 2 Oktober 2007; dan Media Indonesia, 7 Desember 2005); bahkan hingga kini masih terjadi permasalahan pembayaran tunjangan profesi (Kompas, 21 Januari 2011). Berbagai permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kebijakan sertifikasi pendidik memiliki derajat penerimaan (akseptabilitas) dan tingkat keterlaksanaan (implementabilitas) yang relatif rendah di kalangan dosen sebagai sasaran kebijakan. Berbagai permasalahan tersebut diduga terjadi karena ada sesuatu yang tidak tepat dalam perumusan (formulasi) kebijakan sertifikasi pendidik. Dugaan ini berdasarkan pemikiran bahwa “More important in terms of the
  • 5. 5 process of implementation is the fact that decisions made at the design or formulation stage have considerable impact on how implementation proceeds (Grindle, 1980: 8). Selain itu pada tahap perumusan kebijakan, sebagaimana dikemukakan oleh Nugroho (2008: 355) ditetapkan batas-batas kebijakan yang menyangkut sumberdaya waktu, kemampuan sumberdaya manusia, kelembagaan, dan dana atau anggaran. Oleh karena itu “sungguhpun telah disahkan, bukan berarti rumusan kebijaksanaan tersebut telah bebas dari problema” (Imron ,1996: 51). Dengan demikian permasalahan-permasalahan dalam implementasi kebijakan sertifikasi pendidik bagi dosen dalam jabatan pada dasarnya dapat ditelusur atau dilacak dari proses perumusan kebijakan sertifikasi pendidik. Pengkajian terhadap proses perumusan kebijakan ini sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi yang diperlukan guna menyusun kebijakan yang memadai, sebagaimana dikemukakan oleh Kerr (1976: 17) bahwa: “..., so descriptions of how policies are made can provide us with information that is requisite to making sound decisions on what we ought to be doing when making policies. In other words, a process description is a description of behaviour and, as such, cannot itself recommend action; but it can provide information that is essential to coming to careful decisions about how policies ought to be made”. Pendapat tersebut menegaskan bahwa deskripsi tentang bagaimana suatu kebijakan dibuat dapat menyediakan kepada kita berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun keputusan-keputusan yang baik, yang harus dilakukan dalam mengambil kebijakan. Kajian perumusan kebijakan tersebut merupakan deskripsi tentang perilaku pengambilan keputusan, yang memang tidak merekomendasikan suatu tindakan, tetapi dapat menyediakan informasi penting untuk memenuhi kecermatan dalam mengambil keputusan sebagaimana seharusnya suatu kebijakan ditetapkan. Dengan demikian penelitian ini berusaha mengkaji perilaku perumusan kebijakan sertifikasi pendidik bagi dosen dalam jabatan. Kebijakan merupakan hasil dari politik, atau hasil dari alokasi nilai, yakni apa yang dipilih pemerintah untuk dikerjakan, termasuk untuk tidak
  • 6. 6 dikerjakan (Dye, 1976: 1). Sehubungan dengan itu kebijakan (termasuk kebijakan pendidikan) merupakan perangkat operasional, atau pedoman-pedoman bagi pemerintah untuk melaksanakan keputusan-keputusan yang ditetapkan oleh lembaga politik (Makmun, 2008). Dengan merujuk pendapat pakar (Kerr, 1976; Wildavsky, 1979; Monahan dan Hengst, 1982; Harman, 1984; MacRae dan Wilde, 1985; Anderson, 1988; dan Guba, 1991) dapat disimpulkan bahwa kebijakan pendidikan adalah serangkaian keputusan dan/atau tindakan pemerintah yang memiliki tujuan khusus untuk menyelesaikan permasalahan atau urusan di bidang pendidikan dan hasilnya memiliki dampak terhadap orang banyak. Sehubungan dengan itu kebijakan pendidikan perlu disusun secara cermat, jelas dan tegas guna mengatur penyelenggaraan pendidikan sehingga dapat meningkatkan kinerja pendidikan nasional. Pada dasarnya proses kebijakan tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Proses kebijakan, termasuk kebijakan pendidikan, berlangsung dalam suatu sistem politik dan pemerintahan yang berlaku, dan mendapat pengaruh dan dukungan dari lingkungan sekitarnya. Kebijakan sertifikasi bagi dosen dan dosen memang suatu langkah yang strategis untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada dosen Yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak. Terlepas dari berbagai permasalahan seputar implementasi dalam konteks organisasi yang menyeluruh dengan tujuan dan target yang jelas, prioritas yang jelas serta sumber daya pendukung yang jelas pula. Program sertifikasi tidak hanya dipandang sebagai cara memberikan tunjangan profesi, tetapi sebagai upaya mengubah motivasi dan kinerja dosen secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Komitmen pemerintah dan DPR RI dalam upaya memajukan pendidikan semakin menguatkan setelah disahkannya beberapa produk hukum baru dalam bidang pendidikan. Hal ini tercermin dalam UU No. 20 tahun 2005 tentang
  • 7. 7 Sisdiknas, UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Dosen dan Dosen dan PP RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Konsekuensidariitu,antara lain bahwa pemerintah harus segera menyelenggarakan program sertifikasi dosen sebagaiupayauntuk meningkatkan mutu dan martabat dosen. Program sertifikasi ini menjadi peluang dan tantangan bagi dosen, Peluang oleh karena berbagai kesempatan untuk bermutu dan fasilitas kesejahteraan yang menjadi hak dosen. Tantangan oleh karena program sertifikasi hanya akan diikuti oleh dosen yang benar- benar sejati menjadi dosen. Sertifikasi dosen merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang dosen, Sehingga diharapkan semua dosen harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Dosen dan Dosen mengemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk dosen dan dosen. Sedangkan yang dimaksud dengan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada dosen dan dosen sebagai tenaga profesional. Melalui sertifikasi ini diharapkan dosen menjadi pendidik yang profesional, yaitu pendidikkan minimal S-1 (Strata satu)/D-4 (Diploma empat) dan berkompetensi sebagai agen pembelajaran yang dibuktikan dengan kepemilikan sertifikasi pendidik setelah dinyatakan lulus uji kompetensi. Peningkatan mutu dosen melalui program sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. Menurut Muslich (2007: 9), manfaat uji sertifikasi antara lain sebagai berikut: a. Melindungi profesi dosen dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi dosen itu sendiri. b. Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia di negeri ini. c. Menjadi wahana penjamin mutu bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang bertugas mempersiapkan calon dosen dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan.
  • 8. 8 d. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan berlaku. Sedangkan tujuan sertifikasi di antaranya, yang pertama menentukan kelayakan dosen sebagai agen pembelajaran. Kedua meningkatkan proses dan mutu pendidikan. Ketiga meningkatkan martabat dosen, dan keempat meningkatkan profesionalisme (Sujanto, 2009: 9). Secara formal UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU RI No.14 tahun 2005 tentang Dosen dan Dosen dan PP No.16 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, menyatakan bahwa dosen adalah tenaga profesioanal. Sebagai tenaga profesional, dosen dipersyaratkan memiliki kualitas akademik S-1atau D-4 dalam bidang yang relevan dengan mata pelajaran yang diampunya dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Pemenuhan persyaratan kualifikasi akademik S-1/D-4 dibuktikan dengan ijazah yang diperolehnya di Lembaga Pendidikan Tinggi dan persyaratan relevansi dibuktikan dengan kesesuaian antara bidang pendidikan yang dimiliki dan mata pelajaran yang diampu di sekolah. Sementara itu, persyaratan penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran (yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial) dibuktikan dengan sertifikat sebagai pendidik. Salah satu lembaga perguruan tinggi yang menerapkan sertifikasi adalah pendidikan pesantren. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang menempatkan sosok kiai sebagai tokoh sentral dan masjid sebagai pusat lembaganya (Dhofier, 1994). Lembaga ini merupakan institusi pendidikan Islam tertua di Indonesia dan sekaligus bagian dari warisan budaya bangsa (indigenous culture) (Zarkasyi, 1998). Siswa yang pernah mengenyam pendidikan pesantren kemudian juga belajar di lembaga pendidikan lainnya baik di dalam maupun di luar negeri pada umumnya memandang bahwa pesantren tetap memiliki tempat terhormat sebagai lembaga pendidikan Islam khas Indonesia yang dapat dirunut pertalian keilmuan dan kurikulumnya dengan pusat-pusat pembelajaran ilmu agama Islam diberbagai belahan dunia.
  • 9. 9 Optimisme itu biasanya mendasarkan pada bukti-bukti bahwa pesantren masih tetap terselenggara sejak ratusan tahun yang lalu, lulusannya dapat memainkan peranan yang berharga di bidang keilmuan atau kepemimpinan, dan belum ada lembaga pendidikan yang melahirkan ulama dari generasi ke generasi dalam kapasitas sebagaimana yang diluluskan oleh pesantren. Seiring dengan perkembangan zaman, potensi pesantren sebagai intitusi pendidikan yang mengajarkan agama dan penekanan moral dipertanyakan. Muhammad Busyro mengatakan jika dewasa ini pandangan masyarakat umum terhadap pesantren ada dua macam. Yaitu: (1) Mereka yang menyangsikan relevansi lembaga ini untuk menyongsong masa depan. (2) Mereka yang justru melihat pesantren sebagai sebuah alternatif model pendidikan masa depan (Busyro, 1998). Melihat kenyataan ini, pondok pesantren mau tidak mau harus terbuka dengan dunia luar. Hal ini diulai sejak abad ke-20 dengan penerapan sistem konvergensi, yakni pemaduan kurikulum pesantren dengan kurikulum pemerintah. Sedikitnya ada dua cara yang dilakukan pondok pesantren dalam hal ini; (1) Merevisi kurikulum dengan memasukkan semakin banyak mata pelajaran umum atau bahkan keterampilan umum; (2) membuka kelembagaan dan fasilitas- fasilitas pendidikan bagi kepentingan pendidikan umum (Azra, 1998). Sistem konvergensi ini apabila dikelola dengan manajemen yang baik akan memberikan peluang dan harapan terhadap pesantren menjadi lembaga yang mampu berperan melaksanakan pendidikan secara integral antara penanaman al-akhlak al-karîmah (moral) dan intelektual. Muhajir (2005) berpendapat yang berkaitan dengan dinamika dalam arti instrumentasi, antara lain: pendapat Durkheim yang mengatakan perubahan evolusioner dari mekanik ke organik. Pembagian kerja dan tata sosial yang semula kaku mendetail menjadi luwes. Sedangkan Homans mengatakan teori tukar menukar (exchange theory), bahwa manusia bertindak atas prinsip meminimalkan biaya dengan menjangkau keuntungan maksimal. Kekuatan (power) dimiliki oleh orang yang mampu memberi hadiah (keuntungan) lebih besar dalam tukar menukar dengan kesediaan menerima imbalan yang lebih kecil. Lewis Coser mengatakan peranan konflik sebagai pendorong perubahan sosial, dan mempunyai
  • 10. 10 fungsi positif dan fungsi negatif dalam perubahan sosial, dan fungsi negatif konflik menimbulkan keraguan dan keseimbangan nilai sosial yang ada. Adanya perubahan bisa terjadi dengan evolusioner, dan dalam perubahan tersebut ada suatu kekuatan (power) yang menjadikan sesuatu itu dapat berubah. Dalam fenomena yang terjadi, hal ini menunjukkan bahwa suatu kekuatan yang ada di pesantren adalah sosok sentral, yaitu seorang kiai. Fenomena tentang pola pengembangan pendidikan dengan sertifikasi di pesantren juga memiliki perbedaan cara dan pengelolaannya. Rasionalnya adalah apabila kompetensi dosen bagus yang diikuti dengan kesejahteraan yang bagus, diharapkan kinerjanya juga bagus. Begitu pula, apabila kinerjanya bagus maka KBM-nya akan bagus pula. KBM yang bagus diharapkan dapat membuahkan pendidikan yang bermutu (Muslich, 2007: 8). Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya serta kemampuan untuk memcapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan (Sulistyorini: 2001). Kinerja dosen adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang dosen dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Kinerja dosen sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi karena dosen mengemban tugas profesional, artinya tugas-tugas tersebut hanya dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang diperoleh dari kependidikan. 1.2 Perumusan Masalah Sebagian besar PTAI menghadapi kendala utama yang sama yaitu menurunnya input mahasiswa di PTAI. Hal tersebut ditengarai karena kurangnya minat mereka untuk belajar di PTAI. Asumsinya, PTAI tidak bisa memberikan prospek masa depan yang baik. Ada dua sebab mengapa demikian; pertama, sikap inferioritas dari civitas akademika; kedua, perlakuan administratif dari pengguna lulusan PTAI yang sering memperlakukan tidak adil terhadap lulusan PTAI. Kondisi tersebut, diperparah dengan tidak diimbanginnya proses pembelajaran di PTAI yang lebih baik. Jika masalah-masalah semacam ini tidak segera dicarikan alternatif pemecahannya, maka tidak mustahil PTAI akan menjadi “kering” dan
  • 11. 11 pada akhirnya, akan “mati”. Permasalahan yang ada di PTAIS juga bisa disebabkan kinerja dosen dan karyawan yang juga menunjang keberhasilan dna kemajuan PTAIS. Oleh karena itu, kebijakan sertifikasi dapat dijadikan suatu solusi untuk menjang kesejahteraan dalam meningkatkan kinerja dosen. Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah implementasi kebijakan sertifikasi dosen bagi kinerja dosen PTAIS Islam STAIQOD, STAIFAS dan STAIDA Blok Agung? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji implementasi kebijakan sertifikasi dosen bagi kinerja dosen PTAIS Islam STAIQOD, STAIFAS dan STAIDA Blok Agung. 1.3.2 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Untuk menambah khasanah keilmuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya tentang pengaruh sertifikasi terhadap dosen bagi kinerja dosen PTAIS Islam di Blok Agung di Kabupaten Jember dan Banyuwangi. b. Manfaat Praktis Memberikan sumbangan saran dan pemikiran mengenai sertifikasi dalam rangka untuk meningkatkan kinerja guru dosen bagi kinerja dosen PTAIS Islam di Blok Agung di Kabupaten Jember dan Banyuwangi.