SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
1. Nama dan Identitas Mahasiswa: ARIFIN SAEFULLOH
2. Judul kitab fiqih: ‫االختصار‬ ‫غاية‬ ‫حل‬ ‫في‬ ‫األخيار‬ ‫كفاية‬
3. Pengarang kitab: ‫الشافعي‬ ‫الدمشقي‬ ‫الحصني‬ ‫الحسيني‬ ‫محمد‬ ‫بن‬ ‫بكر‬ ‫أبي‬ ‫الدين‬ ‫تقي‬ ‫العالمة‬ ‫اإلمام‬
4. Jumlah halaman:594
5. Penerbit: Daarul Khair
6. Cetakan: ke-1
7. Tahun terbit: 1991
8. Muhaqqiq: ‫سليمان‬ ‫وهبي‬ ‫محمج‬ ‫و‬ ‫بلطجي‬ ‫الحميد‬ ‫عبد‬ ‫علي‬
9. Alamat web sumber pengambilan kitab: www.waqfeya.com
https://ia601602.us.archive.org/10/items/waq121481/121481.pdf
Kitab Al Faroidh dan Al Washoya
Halaman: 327
Al Faroidh merupakan bentuk jamak dari kata faridhah, terambil dari kata al fardh, yaitu bermakna
ketentuan, Allah  berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 227:
‫فرضتم‬ ‫ما‬ ‫فنصف‬
Artinya yang kalian tentukan, ini secara bahasa.
Adapun secara syariat, Al faroidh adalah bagian tertentu secara syariat untuk orang yang berhak
padanya, dahulu pada masa jahiliyah para lelaki saling mewarisi sedangkan wanita tidak, begitu
juga para pembesar, sedangkan orang kecil tidak dan saling mewarisi dengan cara sumpah, maka
Allah  merubah hukum tersebut. Begitu juga waris mewarisi di masa awal Islam, maka
hukumnya pun dinasakh. Tatkala turun ayat-ayat surat An Nisa, Rasulullah  bersabda:
‫لوارث‬ ‫وصية‬ ‫ال‬ ‫أال‬ ‫حقه‬ ‫حق‬ ‫ذي‬ ‫كل‬ ‫أعطى‬ ‫قد‬ ‫وجل‬ ‫عز‬ ‫هللا‬ ‫إن‬
“Sesungguhnya Allah  telah memberikan pemilik hak pada yang menjadi haknya, ketahuilah
bahwa tidak ada wasiat bagi ahli waris.”
Ada empat sahabat Nabi  yang terkenal keilmuan faroidhnya, yaitu:
Ali, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan Zaid -semoga Allah meridhai mereka- , Imam Syafi’iy memilih
madzhab Zaid berdasarkan sabda Nabi 
‫زيد‬ ‫أفرضكم‬
“Yang paling memahami faroidh diantara kalian adalah Zaid”
Dan karena itu lebih dekat pada qiyas,, maksud dari pilihan Imam Syafii pada mazhab Zaid adalah
bahwa beliau melihat dalil-dalilnya yang beliau temukan adalah dalil yang lurus maka beliau
amalkan, bukan karena beliau taklid pada Zaid, wallahu a’lam, beliau berkata:
BAB PARA AHLI WARIS
(Dan Ahli Waris Laki-Laki ada sepuluh: Anak laki-laki, cucu lelaki dari anak laki-laki dan
seterusnya ke bawah, Ayah, Kakek dan seterusnya ke atas, Saudara lelaki dan anak lelakinya dan
Paman dari pihak Ayah dan juga anak lelakinya walaupun jauh, dan Suami, mantan budak orang
yang memerdekakan. Ahli waris wanita ada tujuh yaitu anak perempuan dan cucu perempuan dari
anak laki-laki, dan Ibu, Nenek dan saudari, dan istri dan mantan budak yang memerdekakannya.)
Para ahli waris terkadang tercampur dan terkadang terpisah, Syaikh memulainya dari yang
terpisah, maka beliau berkata dan ahli waris laki-laki serta merincinya, manusia merincinya
dengan dua cara: cara sederhana yaitu seperti yang disebutkan Syaikh, dan adapula yang
menyebutkannya dengan cara meerincikan dengan mengatakan: ahli waris laki-laki ada lima belas;
1. Anak laki laki;
2. cucu laki laki dari anak laki laki dan seterusnya ke bawah;
3. Ayah;
4. kakek dan seterusnya ke atas;
5. Saudara kandung;
6. saudara seayah;
7. saudara seibu;
8. anak laki-laki dari saudara kandung;
9. dan anak laki laki dari saudara seayah;
10. Paman kandung;
11. Paman seayah;
12. Anak laki laki dari paman kandung;
13. Anak laki laki dari paman seayah;
14. Suami;
15. Pemerdeka budak.
mereka terumpul dalam pewarisan, dan yang dimaksud dengan kakek adalah ayah dari ayah, dan
jika mereka berkumpul semua, tidak ada yang mewarisi kecuali tiga pihak:
1. Ayah;
2. Anak laki-laki;
3. Suami.
Sedangkan wanita maka ahli waris dari kalangan mereka ada tujuh: Anak perempuan Cucu
perempuan dari anak laki laki dan seterusnya hingga akhir sebagaimana yang telah disebutkan
secara ringkas. Adapun secara terperinci maka jumlahnya ada sepuluh:
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki seterusnya ke bawah
3. Ibu
4. Nenek dari pihak Ayah dan seterusnya ke atas
5. Nenek dari pihak Ibu dan seterusnya ke atas
6. Saudara perempuan kandung
7. Saudara perempuan se-Ayah
8. Saudara perempuan se-Ibu
9. Istri
10. Pemerdeka budak
Mereka semua juga berkumpul bersama dalam mewarisi, dan jika semua ahli waris perempuan
ada maka tidak mewarisi kecuali lima orang saja yaitu:
1. Istri
2. Anak perempuan
3. Cucu perempuan dari anak laki-laki
4. Ibu
5. Saudara perempuan kandung
Jika semua ahli waris berkumpul, maksudnya baik yang laki-laki maupun yang perempuan, maka
yang mewarisi hanya kedua orang tua, anak laki-laki dan anak perempuan dan salah satu dari
suami atau istri, dan dalil dari ahli waris yang kami sebutkan adalah Ijma’ sebagaimana telah
disebutkan nash-nash berikut dan dalil atas tiadanya saling mewarisi dari selain ahli waris tersebut
adalah berdasarkan dalil asal.
Dan ketahuilah bahwa setiap ahli waris laki-laki yang sendirian bisa mengambil seluruh harta
warisan kecuali Suami dan Saudara laki-laki se-Ibu, dan jika ahli waris perempuan sendirian tidak
bisa mengambil seluruh harta warisan kecuali bagi dia yang memiliki hak wala (pemerdeka
budak), Wallahu a’lam.
Beliau berkata:
‫واألبوان‬ ‫الزوجان‬ :‫خمسة‬ ‫بحال‬ ‫يسقط‬ ‫ال‬ ‫ومن‬
‫الصلب‬ ‫وولد‬
Dan orang yang tidak bisa gugur karena kondisi tertentu ada lima: Suami/Istri, kedua orang tua,
dan anak kandung
Ketahuilah bahwa Al-Hajb (tertutup) ada dua:
1. Hajb Nuqshon (berkurang) seperti Hajb anak kepada Suami dari setengah menjadi
seperempat, dan Istri dari seperempat menjadi seperdelapan, dan Ibu dari sepertiga menjadi
seperenam.
2. Hajb Hirman (terhalang total).
Kemudian ahli waris ada dua bagian:
bagian yang tidak ada perantara antara dirinya dengan si mayit, mereka adalah Suami Istri, kedua
orang tua, anak-anak, maka mereka tidak ada seorangpun yang menghalangi karena tidak ada
perantara antara mereka dengan si mayit, Wallahu A’lam.
Beliau berkata:
‫الملتين‬ ‫وأهل‬ ‫والمرتد‬ ‫والقاتل‬ ‫والمكاتب‬ ‫الولد‬ ‫وأم‬ ‫والمدبر‬ ‫العبد‬ :‫سبعة‬ ‫بحال‬ ‫يرث‬ ‫ال‬ ‫ومن‬
Dan orang yang tidak mewarisi karena sebab keadaan tertentu ada tujuh: hamba sahaya, budak
mudabbar, ummul walad, budak mukatab, pembunuh, murtad, pemeluk dua agama.
Ketahuilah bahwa warisan terhalang karena beberapa sebab, diantaranya karena perbudakan,
budak tidak mewarisi karena kalau dia mewarisi niscaya harta warisan itu untuk tuannya
sedangkan tuan tersebut adalah orang lain bagi si mayit maka tidak mungkin saling mewarisi,
sebagaimana tidak saling mewarisi karena dia tidak memiliki hak sebagaimana firman Allah:
ٍ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ‫ى‬ٰ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ر‬ِ‫د‬ْ‫ق‬َ‫ي‬ َّ
‫ال‬ ‫ا‬ً‫ك‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ْ‫م‬َّ‫م‬ ‫ا‬ً‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬
seorang hamba sahaya di bawah kekuasaan orang lain, yang tidak berdaya berbuat sesuatu,
begitu juga sama dengan budak adalah al -mudabbar dan al mukatab, ummul walad karena adanya
perbudakan, sedangkan al muba’adh ada perbedaan pendapat: yang benar dan sebagaimana dinash
oleh Asy-Syafiiy dan yang diputuskan oleh jumhur bahwa (al muba’adh) tidak mewarisi karena
jika mewarisi niscaya sebagian harta untuk tuan sisanya, dan dia adalah orang jauh bagi si mayit.
Al Muzaniy dan Ibnu Suraij berkata bahwa (al muba’adh) mewarisi seukuran kemerdekaannya.
Apakah (al muba’adh) memberikan warisan? Ada dua pendapat, yang paling nampak adalah benar,
dan itu adalah pendapat yang baru karena (al muba’adh) telah memiliki secara sempurna, karena
inilah maka bisa memberikan warisan seluruh yang ia kumpulkan dengan setengah merdeka,
wallahu A’lam.
Diantara sebab-sebab yang menghalangi warisan adalah pembunuhan, maka pembunuh tidak
mewarisi baik membunuh secara langsung maupun dengan sebab tertentu, sama saja pembunuhan
yang dijamin qishash atau diyat ataupun kaffarat, atau tanpa jaminan sama sekali seperti had atau
qishash baik dari yang sudah mukallaf maupun belum seperti anak kecil, orang gila ataupun tidak.
Sama saja pembunuhnya bukan karena paksaan ataupun karena terpaksa karena keumuman hadits
Nabi :
‫ميراث‬ ‫للقاتل‬ ‫ليس‬
Pembunuh tidak berhak mendapatkan warisan
Dan karena sabda Nabi 
‫شيئا‬ ‫المقتول‬ ‫من‬ ‫القاتل‬ ‫يرث‬ ‫ال‬
Pembunuh tidak mewarisi sesuatupun dari orang yang dibunuhnya
Dan dalam riwayat lain:
‫شيء‬ ‫الميراث‬ ‫من‬ ‫للقاتل‬ ‫ليس‬
Pembunuh tidak mendapatkan warisan sedikitpun
Adapun murtad maka tidak mewarisi dan tidak memberikan warisan dan apa yang menjadi
miliknya adalah Fai, dan dari Abu Burdah berkata:
Rasulullah  mengutusku ke seorang laki-laki Arros (seseorang yang menikahi istri ayahnya) istri
ayahnya, maka beliau memerintahkanku untuk memenggal lehernya dan aku bagi lima hartanya,
dan dia adalah seorang yang murtad. Karena dia telah menghalalkan perbuatannya itu.
Tidak ada perbedaan antara murtad yang terang-terangan dan zindiq yang dia menampakkan
keislaman dan menyembunyikan kekafiran, seperti inilah yang ditafsirkan oleh Ar Rafi’iy disini.
Ibnu Rif’ah berkata: adanya murtad tidak saling mewarisi kondisinya jika meninggal diatas
kemurtadan maka jika ia kembali ke Islam maka nampak jelas warisannya dan apa yang dia
ucapkan adalah kelupaan,
Abu Manshur menegaskan dengan masalah dan menyebutkan adanya ijma’ atas tiadanya warisan
dalam kondisi ini, bahwasanya dia kafir pada kondisi itu secara hakekat, dan dia tidak membiarkan
diatas kekafiran, dan Islam adalah baru setelah itu, dan pada pewarisannya bertentangan dengan
dalil-dalil yang mencegah dari saling mewarisi, Wallahu A’lam.
Dan ucapannya (‫الملتين‬ ‫)وأهل‬ mencakup beberapa contoh: diantaranya bahwa seorang muslim tidak
mewarisi dari orang kafir dan sebaliknya karena adanya pebedaan agama, Rasulullah  bersabda:
‫المسلم‬ ‫الكافر‬ ‫وال‬ ‫الكافر‬ ‫المسلم‬ ‫يرث‬ ‫ال‬
Seorang muslim tidak mewarisi dari orang kafir dan orang kafir tidak mewarisi dari orang
muslim.
Dan tidak ada perbedaan antara nasb dan mu’tiq dan suami, dan walaupun masuk islam sebelum
pembagian atau setelah pembagian.
Apakah Yahudi mewarisi dari Nashrani dan sebaliknya?
Ada perbedaan pendapat: yang benar adalah iya (tidak saling mewarisi), hal ini jika keduanya
adalah Dzimmiy atau keduanya Harbiy, baik sama dalam mata uang ataupun berbeda, maka jika
salah satunya Dzimmiy dan yang lain Harbiy maka ada perbedaan juga, Madzhab memutuskan
tidak adanya saling mewarisi karena terputusnya perwalian perkataan Ar Rafi’iy dan An Nawawiy,
dan bisa jadi sebagian ahli faroid menukil adanya Ijma’ akan hal tersebut, Wallahu A’lam.
Al Mu’ahad dan Al Mustamin seperti Dzimmiy menurut pendapat yang benar yang berdalil karena
keduanya terjaga dengan perjanjian dan jaminan keamanan, dan ada yang mengatakan keduanya
seperti Harbiy, Wallahu A’lam.
(‫)فرع‬ : Kami ragu pada kematian orang karena hilang dan terputusnya kabar atau ketidaktahuan
kondisinya setelah masuk ke negeri perang atau terpecahnya kapal yang dia ada di dalamnya dan
tidak diketahui kondisinya, maka ini tidak diwarisi hingga tegak buktinya bahwa dia mati, maka
jika belum jelas bukti bahwa dia mati maka ada yang berpendapat tidak dibagikan hartanya hingga
nyata kematiannya karena perbedaan umur manusia, dan yang benar adalah bahwa jika telah
berlalu masa menunggu maka hakim memutuskan padanya bahwa orang yang semisalnya tidak
akan hidup pada masa itu, maka harta dibagikan antara ahli waris pada saat hukum turun, kemudian
ukuran masa menunggu ada berapa pendapat, yang paling shahih adalah masa yang kebanyakan
dugaan tidak akan seseorang hidup lebih lama dari itu, Wallahu A’lam.
Beliau berkata:
‫االبن‬ ‫العصبة‬ ‫وأقرب‬
‫ابنه‬ ‫ثم‬
‫األم‬ ‫و‬ ‫لألب‬ ‫األخ‬ ‫ثم‬ ‫الجد‬ ‫ثم‬ ‫أبوه‬ ‫ثم‬ ‫األب‬ ‫ثم‬
‫واألم‬ ‫لألب‬ ‫األخ‬ ‫ابن‬ ‫ثم‬ ‫لألب‬ ‫األخ‬ ‫ثم‬
‫لأل‬ ‫األخ‬ ‫ابن‬ ‫ثم‬
‫ب‬
‫المعتق‬ ‫فالمولى‬ ‫العصبات‬ ‫عدمت‬ ‫إذا‬ ‫ثم‬ ‫الترتيب‬ ‫هذا‬ ‫على‬ ‫العم‬ ‫ثم‬
Dan Ashobah yang paling dekat adalah anak laki-laki kemudian putranya (cucu laki-laki dari anak
laki-laki) kemudian Ayah kemudian ayahnya kemudian kakek kemudian saudara laki-laki
kandung kemudian saudara laki-laki se-Ayah kemudian anak saudara laki-laki kandung, kemudian
anak saudara laki-laki se-Ayah kemudian paman sesuai urutan ini, kemudian jika seluruh Ashobah
tidak ada, maka untuk pembebas budak.
Ashobah terambil dari kata Ta’shib bermakna halangan, diberi nama seperti itu karena menguatkan
satu dengan lainnya, diantaranya adalah Ashoobah karena ia menguatkan kepala, ada yang
mengatakan selain itu, manusia dalam memberikan pengertian pada Ashobah bermacam-macam
lafazh: diantaranya bahwa setiap yang tidak memiliki bagian tertentu dari seluruh ahli waris dan
mewarisi seluruh harta jika sendirian., atau sisa dari ahli waris pemilik hak bagian tertentu,
kemudian ashobah yang paling utama adalah anak laki-laki berdasarkan firman Allah :
ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫د‬ َ
‫ال‬ ْ‫و‬َ‫ا‬ ْْٓ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ ‫اّٰلله‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬ ِ
‫ص‬ ْ‫ُو‬‫ي‬
Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu,
Allah  mengawali dengan anak anak karena orang Arab memulai dengan anak-anak mereka dan
karena Allah  menggugurkan ashobah Ayah dengannya, berdasarkan firman-Nya:
ۚ ٌ‫د‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ٗ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ْ‫ِن‬‫ا‬ َ‫ك‬َ‫ر‬َ‫ت‬ ‫ا‬َّ‫م‬ِ‫م‬ ُ‫ُس‬‫د‬ُّ‫س‬‫ال‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫د‬ ِ‫اح‬ َ‫و‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ‫و‬َ‫ب‬َ ِ
‫ال‬ َ‫و‬
Untuk kedua orang tua, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia
(yang meninggal) mempunyai anak.
Dan jika ta’shibnya Ayah gugur karena anak, maka yang lain lebih utama untuk gugur, karena
karena ia dikoneksikan oleh anak laki-laki maupun oleh Ayah, kemudian cucu laki-laki dari anak
laki-laki setelah anak laki-laki dan seterusnya ke bawah seperti anak laki-laki pada hukum lainnya,
kemudian Ayah karena ia ia ashibah dan dia memiliki perwalian atasnya sendiri dan yang selainnya
diperantarai maka diutamakan kedekatannya dengan anak laki-laki sang Ayah yaitu saudara laki-
laki kandung, kemudian saudara laki-laki se-Ayah atas para paman, walaupun berjauhan karena
yang dekat dari satu macam diutamakan atas macam yang terakhir darinya walaupun ia lebih dekat
darinya, kemudian anak-anak lelaki paman begitu juga kemudian paman ayah akndung
didahulukan dari paman se-Ayah kemudian anak anak laki-laki merekan, kemudian paman kakek
didahulukan dari yang sekandung kemudian dari se-Ayah hingga akhir, maka jika tidak terdapat
satupun ashobah dari nasab dan mayit adalah mantan budak, maka Ashobah diberikan kepada
orang yang telah memerdekakannya baik laki-laki maupun perempuan, karena seorang lelaki
datang bersama laki-laki lain kepaa Nabi  dan berkata: wahai Rasulullah  sesungguhnya saya
membelinya dan memerdekakannya maka apa perkara warisannya? Maka Nabi  bersabda:
‫فالوالية‬ ‫وإال‬ ‫أحق‬ ‫فالعصوبة‬ ‫عصبة‬ ‫ترك‬ ‫إن‬
‫أعتق‬ ‫لمن‬ ‫الوالء‬ ‫آخر‬ ‫حديث‬ ‫وفي‬
Jika ia meninggalkan Ashobah maka Ahsobah paling berhak, jika tidak maka perwalian yang
mendapatkan
Pada hadits lain:
Perwalian buat orang yang memerdekakan
Jika tidak ada ahli waris maka harta berpindah ke baitul mal dengan syarat penyalurannya sesuai
dengan syariat, jika tidak demikian karena penguasanya zhalim atau karena tidak terkumpul
padanya syarat kepemimpinan sebagaimana pada masa kita sekarang, maka Syaikh Abu Hamid
berkata: Tidak disalurkan kepada pemilik hak waris tertentu juga tidak diserahkan pada dzawil
arham, karena harta kaum muslimin tidak gugur dikarenakan tiadanya imam yang adil.
Kedua: diserahkan dan disalurkan kepada dzawil arham karena harta disalurkan pada mereka atau
ke baitul maal secara ijma’, jika terhalang salah satunya maka disalurkan ke salah satunya, Ar
Rafi’iy berkata: itulah yang paling benar atau yang benar menurut ahli tahqiq sahabat sahabat
kami, dan diantara yang membenarkan dan berfatwa dengannya adalah Ibnu Saroqoh dan pemilik
kitab Al Hawiy dan Al Qadhiy Husain dan Al Mutawaliy dan lainnya, Ibnu Saroqoh berkata: dan
itu adalah perkataan guru guru kami secara umum, dan di atas pendapat itu pula fatwa hari ini di
penjuru negeri dan Al Mawardi menukilnya dari madzhab Asy Syafi’iy, dan berkata Syaikh Abu
Hamid menyalahkan pada perselisihannya, dan hanyalah madzhab Asy Syafi’iy mencegah
menyerahkan harta ke mereka jika Baitul Mal istiqamah, Wallahu A’lam.
Aku berkata: Al Mawardi berkata dan para ahli tahqiq telah bersepakat dan selaras dengan
pendapat seluruhnya bahwa tidak boleh menyerahkan harta kepada pemimpin yang fasik jika tetap
diserahkan maka itu adalah tindakan maksiat dan mewajibkan mengganti karena kazalimannya,
dan yang benar harta diberikan kepada ahlil furudh menurut pendapat yang palin benar, selain
kepada suami atau istri, diserahkan sesuai kadar bagiannya masing-masing , karena disana ada ahli
furudh, jika tidak ada selain suami istri maka harta diserahkan kepada dzawil arham menurut
pendapat yang paling benar,
apakah dikhususkan pada yang fakir atau diserahkan kepada yang paling membutuhkan ataukah
tidak?
Yang benar adalah diserahkan kepada seluruhnya, dan apakah atas dasar kemaslahatan atau atas
dasar pewarisan? Ada dua pendapat:
Ar Rafi’iy berkata yang paling mirip dengan pokok madzhab ini adalah atas dasar kemaslahatan,
An Nawawiy berkata yang benar sesuai kebanyakan sahabat adalah diserahkan kepada seluruh
dzawil arham atas dasar pewarisan, Wallahu A’lam.
Dzawul Arham adalah seluruh kerabat yang buka termasuk ahli furudh dan bukan pula ashobah,
dan perinciannya setiap kakek dan nenek yang gugur, dan cucu dari anak perempuan dan anak
anak perempuan saudar, dan anak anak saudari perempuan dan anak anak dari saudara se-Ibu dan
paman se-Ibu, dan anak anak perempuan paman dan bibi dari pihak ayah, dan juga paman dan bibi
dari pihak ibu, jika kita berpendapat pertama dengan Radd kepada dzawil arham dan itu yang lebih
benar,
Maka maksud dari fatwa bahwasanya jika tidak ada orang yang diberikan padanya berupa dzawil
arham kecuali sekelompok maka jika seseorang menyerahkan padanya bagian tertentu dan sisanya
diserahkan secara radd seperti anak perempuan yang memiliki hak setengah secara fardh dan
sisanya mendapatkan secara radd, dan jika sekelompok sisanya diantara mereka sesua kadar
bagiannya, dan jika berkumpul dua kelompok atau lebih maka dikembalikan kelebihannya pada
mereka sesuai bagiannya.
Adapun pewarisan dzawil arham maka dari madzhab padanya ada perbedaan dalam caranya,
sebagian mengambil dengan madzhab ahli tanzil dan diantara mereka ada yang mengambil
madzhab ahli qarabah, dan dinamakan yang pertama dengan nama ahli tanzil karena mereka
menyerahkan setiap cabangnya kepada asalnya, dan dinamakan satunya lagi dengan nama ahli
qarabah karena mereka mewariskan yang paling dekat kemudian yang dekat seperti ashobah, An
Nawawi berkata yang paling benar dan paling adil adalah madzhab ahli tanzil, wallahu a’lam.
Kedua madzhab ini sepakat atas orang yang bersendirian dari dzawil arham boleh mengambil
seluruh harta baik dia laki-laki maupun wanita, dan yang nampak hanyalah perbedaan ketika
dzawil arham berkumpul.
KESIMPULAN
A. Dalil-dalil yang digunakan adalah dalil dari Al Quran, Hadits dan Ijma’ para ulama.
B. Perbedaan pendapat pada pembahasan ini ketika seluruh ahli waris (dzawil furudh dan ashobah)
tidak ada, harta diserahkan kepada siapakah? Ada beberapa pendapat:
1. Diserahkan kepada Dzawil Arham
2. Diserahkan kepada Baitul Maal
C. Metode istinbath al-Ahkam, menggunakan qiyas.
E. Pendapat yang rajih, wallahu a’lam adalah diserahkan kepada Dzawil Arham sesuai yang
menjadi perantara ahli waris.
pendalaman fiqh
pendalaman fiqh
pendalaman fiqh
pendalaman fiqh
pendalaman fiqh
pendalaman fiqh
pendalaman fiqh

More Related Content

What's hot

Durhaka kepada orangtua
Durhaka kepada orangtuaDurhaka kepada orangtua
Durhaka kepada orangtua23398
 
Indahnya membangun mahligahi rumah tangga
Indahnya membangun mahligahi rumah tanggaIndahnya membangun mahligahi rumah tangga
Indahnya membangun mahligahi rumah tanggaCecep Azka Noberic
 
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHAT
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHATPENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHAT
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHATNURLIDYAWATI JASMIN
 
Nikah, cerai, atau zina (daud)
Nikah, cerai, atau zina (daud)Nikah, cerai, atau zina (daud)
Nikah, cerai, atau zina (daud)Diah eka wahyudi
 
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, maharKonsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, maharikafia maulidia
 
Andi abdullah pernikahan
Andi abdullah pernikahanAndi abdullah pernikahan
Andi abdullah pernikahanIntanPrawisti
 
Fiqih nikah dan talaq
Fiqih nikah dan talaqFiqih nikah dan talaq
Fiqih nikah dan talaqaskar hamid
 
FIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahan
FIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahanFIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahan
FIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahanAhmad Haris Miftah
 
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Marhamah Saleh
 
Airmata rasulullah saw
Airmata rasulullah sawAirmata rasulullah saw
Airmata rasulullah sawHelmon Chan
 
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaikMemilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaikYunus Thariq
 
Syarat dan rukun nikah dalam islam
Syarat dan rukun nikah dalam islamSyarat dan rukun nikah dalam islam
Syarat dan rukun nikah dalam islamikafia maulidia
 
Hikmah beriman kepada hari akhir dan membiasakan perilaku
Hikmah beriman kepada hari akhir dan membiasakan perilakuHikmah beriman kepada hari akhir dan membiasakan perilaku
Hikmah beriman kepada hari akhir dan membiasakan perilakuNurfaisyalAnas
 

What's hot (19)

Fiqh munakahat
Fiqh munakahatFiqh munakahat
Fiqh munakahat
 
Durhaka kepada orangtua
Durhaka kepada orangtuaDurhaka kepada orangtua
Durhaka kepada orangtua
 
Indahnya membangun mahligahi rumah tangga
Indahnya membangun mahligahi rumah tanggaIndahnya membangun mahligahi rumah tangga
Indahnya membangun mahligahi rumah tangga
 
10. hukum pernikahan
10. hukum pernikahan10. hukum pernikahan
10. hukum pernikahan
 
Ummi s xii ips-3
Ummi s xii ips-3Ummi s xii ips-3
Ummi s xii ips-3
 
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHAT
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHATPENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHAT
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : MUNAKAHAT
 
Nikah, cerai, atau zina (daud)
Nikah, cerai, atau zina (daud)Nikah, cerai, atau zina (daud)
Nikah, cerai, atau zina (daud)
 
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, maharKonsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
 
Andi abdullah pernikahan
Andi abdullah pernikahanAndi abdullah pernikahan
Andi abdullah pernikahan
 
Fiqih nikah dan talaq
Fiqih nikah dan talaqFiqih nikah dan talaq
Fiqih nikah dan talaq
 
FIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahan
FIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahanFIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahan
FIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahan
 
7. fiqh munakahat
7. fiqh munakahat7. fiqh munakahat
7. fiqh munakahat
 
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
 
Airmata rasulullah saw
Airmata rasulullah sawAirmata rasulullah saw
Airmata rasulullah saw
 
Munakahat
MunakahatMunakahat
Munakahat
 
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaikMemilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
 
Syarat dan rukun nikah dalam islam
Syarat dan rukun nikah dalam islamSyarat dan rukun nikah dalam islam
Syarat dan rukun nikah dalam islam
 
Hikmah beriman kepada hari akhir dan membiasakan perilaku
Hikmah beriman kepada hari akhir dan membiasakan perilakuHikmah beriman kepada hari akhir dan membiasakan perilaku
Hikmah beriman kepada hari akhir dan membiasakan perilaku
 
PPT Nikah 4 Mazhab
PPT Nikah 4 MazhabPPT Nikah 4 Mazhab
PPT Nikah 4 Mazhab
 

Similar to pendalaman fiqh

Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajreId 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajreAzwar Lawalata
 
Summary of the islamic fiqh tuwajre
Summary of the islamic fiqh tuwajreSummary of the islamic fiqh tuwajre
Summary of the islamic fiqh tuwajrehabil184
 
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajreId 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajreHellena Ifan
 
179336972 mawaris-2-ppt
179336972 mawaris-2-ppt179336972 mawaris-2-ppt
179336972 mawaris-2-pptAisyiyahDrajat
 
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -Sri Apriyanti Husain
 
Hak waris zul arham
Hak waris zul arhamHak waris zul arham
Hak waris zul arhamsitikholiyah
 
Rukun dan Syarat Nikah
Rukun dan Syarat NikahRukun dan Syarat Nikah
Rukun dan Syarat Nikahshafirahany22
 
B12 Pelajaran 12 Perkahwinan.docx
B12 Pelajaran 12 Perkahwinan.docxB12 Pelajaran 12 Perkahwinan.docx
B12 Pelajaran 12 Perkahwinan.docxssuser6a561b
 
Pendidikan Islam tingkatan 5 - Perkahwinan dalam Islam - SPM
Pendidikan Islam tingkatan 5 - Perkahwinan dalam Islam - SPMPendidikan Islam tingkatan 5 - Perkahwinan dalam Islam - SPM
Pendidikan Islam tingkatan 5 - Perkahwinan dalam Islam - SPMMuhammad Fareez Iqmal
 
Pernikahan dan Harta Warisan.pptx
Pernikahan dan Harta Warisan.pptxPernikahan dan Harta Warisan.pptx
Pernikahan dan Harta Warisan.pptxFathanMubina18
 
Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1ezz_ally
 
KEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptx
KEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptxKEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptx
KEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptxMohammadSyaifudin2
 

Similar to pendalaman fiqh (20)

Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajreId 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
 
Summary of the islamic fiqh tuwajre
Summary of the islamic fiqh tuwajreSummary of the islamic fiqh tuwajre
Summary of the islamic fiqh tuwajre
 
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajreId 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
 
Bab xi
Bab xiBab xi
Bab xi
 
Bab xi
Bab xiBab xi
Bab xi
 
179336972 mawaris-2-ppt
179336972 mawaris-2-ppt179336972 mawaris-2-ppt
179336972 mawaris-2-ppt
 
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
 
Hak waris zul arham
Hak waris zul arhamHak waris zul arham
Hak waris zul arham
 
Rukun dan Syarat Nikah
Rukun dan Syarat NikahRukun dan Syarat Nikah
Rukun dan Syarat Nikah
 
tugas agama islam.pptx
tugas agama islam.pptxtugas agama islam.pptx
tugas agama islam.pptx
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Mahram, Rukun dan Syarat Nikah
Mahram, Rukun dan Syarat NikahMahram, Rukun dan Syarat Nikah
Mahram, Rukun dan Syarat Nikah
 
B12 Pelajaran 12 Perkahwinan.docx
B12 Pelajaran 12 Perkahwinan.docxB12 Pelajaran 12 Perkahwinan.docx
B12 Pelajaran 12 Perkahwinan.docx
 
Pendidikan Islam tingkatan 5 - Perkahwinan dalam Islam - SPM
Pendidikan Islam tingkatan 5 - Perkahwinan dalam Islam - SPMPendidikan Islam tingkatan 5 - Perkahwinan dalam Islam - SPM
Pendidikan Islam tingkatan 5 - Perkahwinan dalam Islam - SPM
 
Pernikahan dan Harta Warisan.pptx
Pernikahan dan Harta Warisan.pptxPernikahan dan Harta Warisan.pptx
Pernikahan dan Harta Warisan.pptx
 
Warisan dalam islam
Warisan dalam islamWarisan dalam islam
Warisan dalam islam
 
Fiqh Mawaris
Fiqh MawarisFiqh Mawaris
Fiqh Mawaris
 
ZAWI AL ARHAM DAN AL HAJB
ZAWI AL ARHAM DAN AL HAJBZAWI AL ARHAM DAN AL HAJB
ZAWI AL ARHAM DAN AL HAJB
 
Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1
 
KEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptx
KEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptxKEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptx
KEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptx
 

Recently uploaded

Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxfitriaoskar
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

pendalaman fiqh

  • 1. 1. Nama dan Identitas Mahasiswa: ARIFIN SAEFULLOH 2. Judul kitab fiqih: ‫االختصار‬ ‫غاية‬ ‫حل‬ ‫في‬ ‫األخيار‬ ‫كفاية‬ 3. Pengarang kitab: ‫الشافعي‬ ‫الدمشقي‬ ‫الحصني‬ ‫الحسيني‬ ‫محمد‬ ‫بن‬ ‫بكر‬ ‫أبي‬ ‫الدين‬ ‫تقي‬ ‫العالمة‬ ‫اإلمام‬ 4. Jumlah halaman:594 5. Penerbit: Daarul Khair 6. Cetakan: ke-1 7. Tahun terbit: 1991 8. Muhaqqiq: ‫سليمان‬ ‫وهبي‬ ‫محمج‬ ‫و‬ ‫بلطجي‬ ‫الحميد‬ ‫عبد‬ ‫علي‬ 9. Alamat web sumber pengambilan kitab: www.waqfeya.com https://ia601602.us.archive.org/10/items/waq121481/121481.pdf Kitab Al Faroidh dan Al Washoya Halaman: 327 Al Faroidh merupakan bentuk jamak dari kata faridhah, terambil dari kata al fardh, yaitu bermakna ketentuan, Allah  berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 227: ‫فرضتم‬ ‫ما‬ ‫فنصف‬ Artinya yang kalian tentukan, ini secara bahasa. Adapun secara syariat, Al faroidh adalah bagian tertentu secara syariat untuk orang yang berhak padanya, dahulu pada masa jahiliyah para lelaki saling mewarisi sedangkan wanita tidak, begitu juga para pembesar, sedangkan orang kecil tidak dan saling mewarisi dengan cara sumpah, maka Allah  merubah hukum tersebut. Begitu juga waris mewarisi di masa awal Islam, maka hukumnya pun dinasakh. Tatkala turun ayat-ayat surat An Nisa, Rasulullah  bersabda: ‫لوارث‬ ‫وصية‬ ‫ال‬ ‫أال‬ ‫حقه‬ ‫حق‬ ‫ذي‬ ‫كل‬ ‫أعطى‬ ‫قد‬ ‫وجل‬ ‫عز‬ ‫هللا‬ ‫إن‬ “Sesungguhnya Allah  telah memberikan pemilik hak pada yang menjadi haknya, ketahuilah bahwa tidak ada wasiat bagi ahli waris.”
  • 2. Ada empat sahabat Nabi  yang terkenal keilmuan faroidhnya, yaitu: Ali, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan Zaid -semoga Allah meridhai mereka- , Imam Syafi’iy memilih madzhab Zaid berdasarkan sabda Nabi  ‫زيد‬ ‫أفرضكم‬ “Yang paling memahami faroidh diantara kalian adalah Zaid” Dan karena itu lebih dekat pada qiyas,, maksud dari pilihan Imam Syafii pada mazhab Zaid adalah bahwa beliau melihat dalil-dalilnya yang beliau temukan adalah dalil yang lurus maka beliau amalkan, bukan karena beliau taklid pada Zaid, wallahu a’lam, beliau berkata: BAB PARA AHLI WARIS (Dan Ahli Waris Laki-Laki ada sepuluh: Anak laki-laki, cucu lelaki dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah, Ayah, Kakek dan seterusnya ke atas, Saudara lelaki dan anak lelakinya dan Paman dari pihak Ayah dan juga anak lelakinya walaupun jauh, dan Suami, mantan budak orang yang memerdekakan. Ahli waris wanita ada tujuh yaitu anak perempuan dan cucu perempuan dari anak laki-laki, dan Ibu, Nenek dan saudari, dan istri dan mantan budak yang memerdekakannya.) Para ahli waris terkadang tercampur dan terkadang terpisah, Syaikh memulainya dari yang terpisah, maka beliau berkata dan ahli waris laki-laki serta merincinya, manusia merincinya dengan dua cara: cara sederhana yaitu seperti yang disebutkan Syaikh, dan adapula yang menyebutkannya dengan cara meerincikan dengan mengatakan: ahli waris laki-laki ada lima belas; 1. Anak laki laki; 2. cucu laki laki dari anak laki laki dan seterusnya ke bawah; 3. Ayah; 4. kakek dan seterusnya ke atas; 5. Saudara kandung; 6. saudara seayah; 7. saudara seibu; 8. anak laki-laki dari saudara kandung; 9. dan anak laki laki dari saudara seayah; 10. Paman kandung;
  • 3. 11. Paman seayah; 12. Anak laki laki dari paman kandung; 13. Anak laki laki dari paman seayah; 14. Suami; 15. Pemerdeka budak. mereka terumpul dalam pewarisan, dan yang dimaksud dengan kakek adalah ayah dari ayah, dan jika mereka berkumpul semua, tidak ada yang mewarisi kecuali tiga pihak: 1. Ayah; 2. Anak laki-laki; 3. Suami. Sedangkan wanita maka ahli waris dari kalangan mereka ada tujuh: Anak perempuan Cucu perempuan dari anak laki laki dan seterusnya hingga akhir sebagaimana yang telah disebutkan secara ringkas. Adapun secara terperinci maka jumlahnya ada sepuluh: 1. Anak perempuan 2. Cucu perempuan dari anak laki-laki seterusnya ke bawah 3. Ibu 4. Nenek dari pihak Ayah dan seterusnya ke atas 5. Nenek dari pihak Ibu dan seterusnya ke atas 6. Saudara perempuan kandung 7. Saudara perempuan se-Ayah 8. Saudara perempuan se-Ibu 9. Istri 10. Pemerdeka budak Mereka semua juga berkumpul bersama dalam mewarisi, dan jika semua ahli waris perempuan ada maka tidak mewarisi kecuali lima orang saja yaitu: 1. Istri 2. Anak perempuan 3. Cucu perempuan dari anak laki-laki 4. Ibu
  • 4. 5. Saudara perempuan kandung Jika semua ahli waris berkumpul, maksudnya baik yang laki-laki maupun yang perempuan, maka yang mewarisi hanya kedua orang tua, anak laki-laki dan anak perempuan dan salah satu dari suami atau istri, dan dalil dari ahli waris yang kami sebutkan adalah Ijma’ sebagaimana telah disebutkan nash-nash berikut dan dalil atas tiadanya saling mewarisi dari selain ahli waris tersebut adalah berdasarkan dalil asal. Dan ketahuilah bahwa setiap ahli waris laki-laki yang sendirian bisa mengambil seluruh harta warisan kecuali Suami dan Saudara laki-laki se-Ibu, dan jika ahli waris perempuan sendirian tidak bisa mengambil seluruh harta warisan kecuali bagi dia yang memiliki hak wala (pemerdeka budak), Wallahu a’lam. Beliau berkata: ‫واألبوان‬ ‫الزوجان‬ :‫خمسة‬ ‫بحال‬ ‫يسقط‬ ‫ال‬ ‫ومن‬ ‫الصلب‬ ‫وولد‬ Dan orang yang tidak bisa gugur karena kondisi tertentu ada lima: Suami/Istri, kedua orang tua, dan anak kandung Ketahuilah bahwa Al-Hajb (tertutup) ada dua: 1. Hajb Nuqshon (berkurang) seperti Hajb anak kepada Suami dari setengah menjadi seperempat, dan Istri dari seperempat menjadi seperdelapan, dan Ibu dari sepertiga menjadi seperenam. 2. Hajb Hirman (terhalang total). Kemudian ahli waris ada dua bagian: bagian yang tidak ada perantara antara dirinya dengan si mayit, mereka adalah Suami Istri, kedua orang tua, anak-anak, maka mereka tidak ada seorangpun yang menghalangi karena tidak ada perantara antara mereka dengan si mayit, Wallahu A’lam. Beliau berkata: ‫الملتين‬ ‫وأهل‬ ‫والمرتد‬ ‫والقاتل‬ ‫والمكاتب‬ ‫الولد‬ ‫وأم‬ ‫والمدبر‬ ‫العبد‬ :‫سبعة‬ ‫بحال‬ ‫يرث‬ ‫ال‬ ‫ومن‬
  • 5. Dan orang yang tidak mewarisi karena sebab keadaan tertentu ada tujuh: hamba sahaya, budak mudabbar, ummul walad, budak mukatab, pembunuh, murtad, pemeluk dua agama. Ketahuilah bahwa warisan terhalang karena beberapa sebab, diantaranya karena perbudakan, budak tidak mewarisi karena kalau dia mewarisi niscaya harta warisan itu untuk tuannya sedangkan tuan tersebut adalah orang lain bagi si mayit maka tidak mungkin saling mewarisi, sebagaimana tidak saling mewarisi karena dia tidak memiliki hak sebagaimana firman Allah: ٍ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ‫ى‬ٰ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ر‬ِ‫د‬ْ‫ق‬َ‫ي‬ َّ ‫ال‬ ‫ا‬ً‫ك‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ْ‫م‬َّ‫م‬ ‫ا‬ً‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ seorang hamba sahaya di bawah kekuasaan orang lain, yang tidak berdaya berbuat sesuatu, begitu juga sama dengan budak adalah al -mudabbar dan al mukatab, ummul walad karena adanya perbudakan, sedangkan al muba’adh ada perbedaan pendapat: yang benar dan sebagaimana dinash oleh Asy-Syafiiy dan yang diputuskan oleh jumhur bahwa (al muba’adh) tidak mewarisi karena jika mewarisi niscaya sebagian harta untuk tuan sisanya, dan dia adalah orang jauh bagi si mayit. Al Muzaniy dan Ibnu Suraij berkata bahwa (al muba’adh) mewarisi seukuran kemerdekaannya. Apakah (al muba’adh) memberikan warisan? Ada dua pendapat, yang paling nampak adalah benar, dan itu adalah pendapat yang baru karena (al muba’adh) telah memiliki secara sempurna, karena inilah maka bisa memberikan warisan seluruh yang ia kumpulkan dengan setengah merdeka, wallahu A’lam. Diantara sebab-sebab yang menghalangi warisan adalah pembunuhan, maka pembunuh tidak mewarisi baik membunuh secara langsung maupun dengan sebab tertentu, sama saja pembunuhan yang dijamin qishash atau diyat ataupun kaffarat, atau tanpa jaminan sama sekali seperti had atau qishash baik dari yang sudah mukallaf maupun belum seperti anak kecil, orang gila ataupun tidak. Sama saja pembunuhnya bukan karena paksaan ataupun karena terpaksa karena keumuman hadits Nabi : ‫ميراث‬ ‫للقاتل‬ ‫ليس‬ Pembunuh tidak berhak mendapatkan warisan Dan karena sabda Nabi 
  • 6. ‫شيئا‬ ‫المقتول‬ ‫من‬ ‫القاتل‬ ‫يرث‬ ‫ال‬ Pembunuh tidak mewarisi sesuatupun dari orang yang dibunuhnya Dan dalam riwayat lain: ‫شيء‬ ‫الميراث‬ ‫من‬ ‫للقاتل‬ ‫ليس‬ Pembunuh tidak mendapatkan warisan sedikitpun Adapun murtad maka tidak mewarisi dan tidak memberikan warisan dan apa yang menjadi miliknya adalah Fai, dan dari Abu Burdah berkata: Rasulullah  mengutusku ke seorang laki-laki Arros (seseorang yang menikahi istri ayahnya) istri ayahnya, maka beliau memerintahkanku untuk memenggal lehernya dan aku bagi lima hartanya, dan dia adalah seorang yang murtad. Karena dia telah menghalalkan perbuatannya itu. Tidak ada perbedaan antara murtad yang terang-terangan dan zindiq yang dia menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran, seperti inilah yang ditafsirkan oleh Ar Rafi’iy disini. Ibnu Rif’ah berkata: adanya murtad tidak saling mewarisi kondisinya jika meninggal diatas kemurtadan maka jika ia kembali ke Islam maka nampak jelas warisannya dan apa yang dia ucapkan adalah kelupaan, Abu Manshur menegaskan dengan masalah dan menyebutkan adanya ijma’ atas tiadanya warisan dalam kondisi ini, bahwasanya dia kafir pada kondisi itu secara hakekat, dan dia tidak membiarkan diatas kekafiran, dan Islam adalah baru setelah itu, dan pada pewarisannya bertentangan dengan dalil-dalil yang mencegah dari saling mewarisi, Wallahu A’lam. Dan ucapannya (‫الملتين‬ ‫)وأهل‬ mencakup beberapa contoh: diantaranya bahwa seorang muslim tidak mewarisi dari orang kafir dan sebaliknya karena adanya pebedaan agama, Rasulullah  bersabda: ‫المسلم‬ ‫الكافر‬ ‫وال‬ ‫الكافر‬ ‫المسلم‬ ‫يرث‬ ‫ال‬ Seorang muslim tidak mewarisi dari orang kafir dan orang kafir tidak mewarisi dari orang muslim.
  • 7. Dan tidak ada perbedaan antara nasb dan mu’tiq dan suami, dan walaupun masuk islam sebelum pembagian atau setelah pembagian. Apakah Yahudi mewarisi dari Nashrani dan sebaliknya? Ada perbedaan pendapat: yang benar adalah iya (tidak saling mewarisi), hal ini jika keduanya adalah Dzimmiy atau keduanya Harbiy, baik sama dalam mata uang ataupun berbeda, maka jika salah satunya Dzimmiy dan yang lain Harbiy maka ada perbedaan juga, Madzhab memutuskan tidak adanya saling mewarisi karena terputusnya perwalian perkataan Ar Rafi’iy dan An Nawawiy, dan bisa jadi sebagian ahli faroid menukil adanya Ijma’ akan hal tersebut, Wallahu A’lam. Al Mu’ahad dan Al Mustamin seperti Dzimmiy menurut pendapat yang benar yang berdalil karena keduanya terjaga dengan perjanjian dan jaminan keamanan, dan ada yang mengatakan keduanya seperti Harbiy, Wallahu A’lam. (‫)فرع‬ : Kami ragu pada kematian orang karena hilang dan terputusnya kabar atau ketidaktahuan kondisinya setelah masuk ke negeri perang atau terpecahnya kapal yang dia ada di dalamnya dan tidak diketahui kondisinya, maka ini tidak diwarisi hingga tegak buktinya bahwa dia mati, maka jika belum jelas bukti bahwa dia mati maka ada yang berpendapat tidak dibagikan hartanya hingga nyata kematiannya karena perbedaan umur manusia, dan yang benar adalah bahwa jika telah berlalu masa menunggu maka hakim memutuskan padanya bahwa orang yang semisalnya tidak akan hidup pada masa itu, maka harta dibagikan antara ahli waris pada saat hukum turun, kemudian ukuran masa menunggu ada berapa pendapat, yang paling shahih adalah masa yang kebanyakan dugaan tidak akan seseorang hidup lebih lama dari itu, Wallahu A’lam. Beliau berkata: ‫االبن‬ ‫العصبة‬ ‫وأقرب‬ ‫ابنه‬ ‫ثم‬ ‫األم‬ ‫و‬ ‫لألب‬ ‫األخ‬ ‫ثم‬ ‫الجد‬ ‫ثم‬ ‫أبوه‬ ‫ثم‬ ‫األب‬ ‫ثم‬ ‫واألم‬ ‫لألب‬ ‫األخ‬ ‫ابن‬ ‫ثم‬ ‫لألب‬ ‫األخ‬ ‫ثم‬ ‫لأل‬ ‫األخ‬ ‫ابن‬ ‫ثم‬ ‫ب‬ ‫المعتق‬ ‫فالمولى‬ ‫العصبات‬ ‫عدمت‬ ‫إذا‬ ‫ثم‬ ‫الترتيب‬ ‫هذا‬ ‫على‬ ‫العم‬ ‫ثم‬ Dan Ashobah yang paling dekat adalah anak laki-laki kemudian putranya (cucu laki-laki dari anak laki-laki) kemudian Ayah kemudian ayahnya kemudian kakek kemudian saudara laki-laki kandung kemudian saudara laki-laki se-Ayah kemudian anak saudara laki-laki kandung, kemudian anak saudara laki-laki se-Ayah kemudian paman sesuai urutan ini, kemudian jika seluruh Ashobah tidak ada, maka untuk pembebas budak.
  • 8. Ashobah terambil dari kata Ta’shib bermakna halangan, diberi nama seperti itu karena menguatkan satu dengan lainnya, diantaranya adalah Ashoobah karena ia menguatkan kepala, ada yang mengatakan selain itu, manusia dalam memberikan pengertian pada Ashobah bermacam-macam lafazh: diantaranya bahwa setiap yang tidak memiliki bagian tertentu dari seluruh ahli waris dan mewarisi seluruh harta jika sendirian., atau sisa dari ahli waris pemilik hak bagian tertentu, kemudian ashobah yang paling utama adalah anak laki-laki berdasarkan firman Allah : ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫د‬ َ ‫ال‬ ْ‫و‬َ‫ا‬ ْْٓ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ ‫اّٰلله‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬ ِ ‫ص‬ ْ‫ُو‬‫ي‬ Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, Allah  mengawali dengan anak anak karena orang Arab memulai dengan anak-anak mereka dan karena Allah  menggugurkan ashobah Ayah dengannya, berdasarkan firman-Nya: ۚ ٌ‫د‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ٗ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ْ‫ِن‬‫ا‬ َ‫ك‬َ‫ر‬َ‫ت‬ ‫ا‬َّ‫م‬ِ‫م‬ ُ‫ُس‬‫د‬ُّ‫س‬‫ال‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫د‬ ِ‫اح‬ َ‫و‬ ِ‫ل‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ َ‫و‬َ‫ب‬َ ِ ‫ال‬ َ‫و‬ Untuk kedua orang tua, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Dan jika ta’shibnya Ayah gugur karena anak, maka yang lain lebih utama untuk gugur, karena karena ia dikoneksikan oleh anak laki-laki maupun oleh Ayah, kemudian cucu laki-laki dari anak laki-laki setelah anak laki-laki dan seterusnya ke bawah seperti anak laki-laki pada hukum lainnya, kemudian Ayah karena ia ia ashibah dan dia memiliki perwalian atasnya sendiri dan yang selainnya diperantarai maka diutamakan kedekatannya dengan anak laki-laki sang Ayah yaitu saudara laki- laki kandung, kemudian saudara laki-laki se-Ayah atas para paman, walaupun berjauhan karena yang dekat dari satu macam diutamakan atas macam yang terakhir darinya walaupun ia lebih dekat darinya, kemudian anak-anak lelaki paman begitu juga kemudian paman ayah akndung didahulukan dari paman se-Ayah kemudian anak anak laki-laki merekan, kemudian paman kakek didahulukan dari yang sekandung kemudian dari se-Ayah hingga akhir, maka jika tidak terdapat satupun ashobah dari nasab dan mayit adalah mantan budak, maka Ashobah diberikan kepada orang yang telah memerdekakannya baik laki-laki maupun perempuan, karena seorang lelaki datang bersama laki-laki lain kepaa Nabi  dan berkata: wahai Rasulullah  sesungguhnya saya membelinya dan memerdekakannya maka apa perkara warisannya? Maka Nabi  bersabda:
  • 9. ‫فالوالية‬ ‫وإال‬ ‫أحق‬ ‫فالعصوبة‬ ‫عصبة‬ ‫ترك‬ ‫إن‬ ‫أعتق‬ ‫لمن‬ ‫الوالء‬ ‫آخر‬ ‫حديث‬ ‫وفي‬ Jika ia meninggalkan Ashobah maka Ahsobah paling berhak, jika tidak maka perwalian yang mendapatkan Pada hadits lain: Perwalian buat orang yang memerdekakan Jika tidak ada ahli waris maka harta berpindah ke baitul mal dengan syarat penyalurannya sesuai dengan syariat, jika tidak demikian karena penguasanya zhalim atau karena tidak terkumpul padanya syarat kepemimpinan sebagaimana pada masa kita sekarang, maka Syaikh Abu Hamid berkata: Tidak disalurkan kepada pemilik hak waris tertentu juga tidak diserahkan pada dzawil arham, karena harta kaum muslimin tidak gugur dikarenakan tiadanya imam yang adil. Kedua: diserahkan dan disalurkan kepada dzawil arham karena harta disalurkan pada mereka atau ke baitul maal secara ijma’, jika terhalang salah satunya maka disalurkan ke salah satunya, Ar Rafi’iy berkata: itulah yang paling benar atau yang benar menurut ahli tahqiq sahabat sahabat kami, dan diantara yang membenarkan dan berfatwa dengannya adalah Ibnu Saroqoh dan pemilik kitab Al Hawiy dan Al Qadhiy Husain dan Al Mutawaliy dan lainnya, Ibnu Saroqoh berkata: dan itu adalah perkataan guru guru kami secara umum, dan di atas pendapat itu pula fatwa hari ini di penjuru negeri dan Al Mawardi menukilnya dari madzhab Asy Syafi’iy, dan berkata Syaikh Abu Hamid menyalahkan pada perselisihannya, dan hanyalah madzhab Asy Syafi’iy mencegah menyerahkan harta ke mereka jika Baitul Mal istiqamah, Wallahu A’lam. Aku berkata: Al Mawardi berkata dan para ahli tahqiq telah bersepakat dan selaras dengan pendapat seluruhnya bahwa tidak boleh menyerahkan harta kepada pemimpin yang fasik jika tetap diserahkan maka itu adalah tindakan maksiat dan mewajibkan mengganti karena kazalimannya, dan yang benar harta diberikan kepada ahlil furudh menurut pendapat yang palin benar, selain kepada suami atau istri, diserahkan sesuai kadar bagiannya masing-masing , karena disana ada ahli furudh, jika tidak ada selain suami istri maka harta diserahkan kepada dzawil arham menurut pendapat yang paling benar, apakah dikhususkan pada yang fakir atau diserahkan kepada yang paling membutuhkan ataukah tidak?
  • 10. Yang benar adalah diserahkan kepada seluruhnya, dan apakah atas dasar kemaslahatan atau atas dasar pewarisan? Ada dua pendapat: Ar Rafi’iy berkata yang paling mirip dengan pokok madzhab ini adalah atas dasar kemaslahatan, An Nawawiy berkata yang benar sesuai kebanyakan sahabat adalah diserahkan kepada seluruh dzawil arham atas dasar pewarisan, Wallahu A’lam. Dzawul Arham adalah seluruh kerabat yang buka termasuk ahli furudh dan bukan pula ashobah, dan perinciannya setiap kakek dan nenek yang gugur, dan cucu dari anak perempuan dan anak anak perempuan saudar, dan anak anak saudari perempuan dan anak anak dari saudara se-Ibu dan paman se-Ibu, dan anak anak perempuan paman dan bibi dari pihak ayah, dan juga paman dan bibi dari pihak ibu, jika kita berpendapat pertama dengan Radd kepada dzawil arham dan itu yang lebih benar, Maka maksud dari fatwa bahwasanya jika tidak ada orang yang diberikan padanya berupa dzawil arham kecuali sekelompok maka jika seseorang menyerahkan padanya bagian tertentu dan sisanya diserahkan secara radd seperti anak perempuan yang memiliki hak setengah secara fardh dan sisanya mendapatkan secara radd, dan jika sekelompok sisanya diantara mereka sesua kadar bagiannya, dan jika berkumpul dua kelompok atau lebih maka dikembalikan kelebihannya pada mereka sesuai bagiannya. Adapun pewarisan dzawil arham maka dari madzhab padanya ada perbedaan dalam caranya, sebagian mengambil dengan madzhab ahli tanzil dan diantara mereka ada yang mengambil madzhab ahli qarabah, dan dinamakan yang pertama dengan nama ahli tanzil karena mereka menyerahkan setiap cabangnya kepada asalnya, dan dinamakan satunya lagi dengan nama ahli qarabah karena mereka mewariskan yang paling dekat kemudian yang dekat seperti ashobah, An Nawawi berkata yang paling benar dan paling adil adalah madzhab ahli tanzil, wallahu a’lam. Kedua madzhab ini sepakat atas orang yang bersendirian dari dzawil arham boleh mengambil seluruh harta baik dia laki-laki maupun wanita, dan yang nampak hanyalah perbedaan ketika dzawil arham berkumpul.
  • 11. KESIMPULAN A. Dalil-dalil yang digunakan adalah dalil dari Al Quran, Hadits dan Ijma’ para ulama. B. Perbedaan pendapat pada pembahasan ini ketika seluruh ahli waris (dzawil furudh dan ashobah) tidak ada, harta diserahkan kepada siapakah? Ada beberapa pendapat: 1. Diserahkan kepada Dzawil Arham 2. Diserahkan kepada Baitul Maal C. Metode istinbath al-Ahkam, menggunakan qiyas. E. Pendapat yang rajih, wallahu a’lam adalah diserahkan kepada Dzawil Arham sesuai yang menjadi perantara ahli waris.