Dokumen ini membahas tentang pentingnya mempelajari ilmu faraid atau aturan pembagian warisan dalam Islam. Ilmu ini menjelaskan siapa saja ahli waris yang berhak atas harta warisan dan berapa besar porsi yang mereka peroleh sesuai aturan-aturan yang ditetapkan. Tanpa pengetahuan ilmu ini, pembagian warisan bisa menimbulkan ketidakadilan yang dapat memicu perpecahan.
1. Ilmu Faroid Pembagian Harta waris
dan Ahli waris
Nama Anggota Kelopmpok
1. Mohamad Alief S. 2. Fastabiq A.C
(20562020064) (205620200 48)
2. Hukum Mempelajari Ilmu Faroid
Hukum mempelajari ilmu faroid dalam islam adalah fardhu kifayah, artinya
wajib dilakukan. Namun, jika sudah dilakukan oleh Muslim yang lain, maka
kewajiban ini gugur.
Jadi, apabila dalam suatu kelompok masyarakat membagi warisan tidak
berdasarkan ilmu faraid karena tidak memahaminya, seluruh anggota
masyarakat itu akan berdosa. Namun, jika ada satu orang yang memahami
ilmu ini, masyarakat lainnya akan terbebas dari dosa tersebut.
3. Apa yang dimaksud dengan ilmu pembagian warisan faroid ?
Ilmu faroid adalah ilmu yang membahas tentang aturan pembagian harta
warisan seseorang yang telah meninggal kepada ahli warisnya yang masih
hidup sesuai syariat Islam. Tidak hanya harta, tetapi juga hak-hak lainnya yang
berhak diperoleh ahli waris.
Dalam ilmu faroid, dijelaskan secara lengkap apa yang dimaksud dengan harta
waris, siapa yang berhak menerimanya, hingga rukun dan syarat pembagian
harta warisan. Tujuannya agar warisan yang diperoleh menjadi harta yang
halal untuk dimanfaatkan.
4. Yang dimaksud dari Harta Waris dan Ahli Waris
Harta Warisan
merupakan harta peninggalan yang diberikan kepada ahli waris atau
keluarga yang bersangkutan ketika seseorang meninggal. Pembagian harta
warisan biasanya didasarkan pada hubungan darah, pernikahan,
persaudaraan, hingga hubungan kerabat.
Ahli Waris
adalah orang-orang yang berhak atas harta warisan yang ditinggalkan oleh
pewaris. Dalam buku Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Sajuti Thalib
memberi definisi, ahli waris adalah orang yang berhak mendapat bagian dari
harta peninggalan.
6. Mengapa ilmu faroid sangat diperlukan dalam pembagian harta
warisan?
Karena pada ilmu faroid terdapat aturan-aturan tentang siapa saja yang
berhak mendapatkan warisan hingga berapa besar bagian harta waris
untuk tiap-tiap ahli waris.
Dengan mengetahui ilmu faroid, seorang Muslim akan dapat dengan
mudah membagikan harta warisnya sesuai syariat Islam. Sehingga
terhindar dari pembagian harta waris yang tidak adil yang dapat
membuat perpecahan di tengah keluarga.
7. Hal ini ditegaskan dalam surat An Nisa Ayat 12 :
Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-
isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu
mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang
ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah
Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu
tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi
wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu.
9. Cara Pembagian Warisan Menurut Ilmu Faroid, Aturan dan
Ketentuannya
1. Setengah (1/2)
Ashhabul furudh yang berhak mendapatkan setengah (1/2) adalah satu kelompok
laki-laki dan empat perempuan. Di antaranya suami, anak perempuan, cucu
perempuan dari keturunan anak laki-laki, saudara kandung perempuan, dan saudara
perempuan sebapak.
2. Seperempat (1/4)
Ahli waris yang berhak mendapatkan seperempat dari harta pewaris hanyalah dua
orang, yaitu suami atau istri.
10. 3. Seperdelapan (1/8)
Ahli waris yang berhak mendapatkan bagian warisan seperdelapan adalah istri. Istri
yang mendapatkan waris dari peninggalan suaminya, baik itu memiliki anak atau cucu
dari rahimnya atau rahim istri yang lain.
4. Duapertiga (2/3)
Ahli waris yang berhak mendapatkan dua pertiga warisan terdiri dari empat perempuan.
Ahli waris ini, antara lain anak perempuan kandung, cucu perempuan dari anak laki-laki,
saudara perempuan kandung, dan saudara perempuan sebapak.
11. 5. Sepertiga (1/3)
Ahli waris yang berhak mendapatkan sepertiga warisan hanya dua, yaitu ibu dan dua
saudara baik laki-laki atau perempuan dari satu ibu.
6. Seperenam (1/6)
Ahli waris yang berhak mendapatkan bagian seperenam warisan ada 7 orang, yakni
bapak, kakek, ibu, cucu perempuan, keturunan anak laki-laki, saudara perempuan
sebapak, nenek, dan saudara laki-laki dan perempuan satu ibu.
12. Dalam hukum Islam, ada beberapa hal yang menyebabkan hak
waris seseorang menjadi gugur. Di antaranya:
1.Budak
Seseorang yang berstatus budak tidak mempunyai hak untuk mewarisi sekalipun dari saudaranya.
Sebab, segala sesuatu yang dimiliki budak, secara langsung menjadi milik tuannya.
2.Pembunuhan
Apabila seorang ahli waris membunuh pewaris (misalnya: seorang anak membunuh ayahnya), maka
ia tidak berhak mendapatkan warisan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
"Tidaklah seorang pembunuh berhak mewarisi harta orang yang dibunuhnya.“
3. Perbedaan Agama
Seorang muslim tidak dapat mewarisi ataupun diwarisi oleh orang nonmuslim, apapun agamanya.
Hal ini telah diterangkan Rasulullah SAW dalam sabdanya:
"Tidaklah berhak seorang muslim mewarisi orang kafir dan tidak pula orang kafir mewarisi muslim."
(HR. Bukhari dan Muslim).
13. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembagian warisan tanpa ilmu
faroid adalah pendapatan tidak halal. Dijelaskan dalam buku Pedoman Praktis Ilmu
Waris oleh Aisyah As-Salafiyah, pembagian warisan dengan ilmu faraid dinilai lebih
adil karena dilakukan berdasarkan firman Allah SWT.
Selain itu, hal ini juga tidak akan menimbulkan fitnah dan pertengkaran keluarga.
Sebab, dengan pembagian warisan yang menggunakan ilmu faraid, setiap ahli waris
akan mendapatkan hak mereka sesuai ketentuan Allah SWT.