1. MAULID NABI SEBAGAI PERADABAN ISLAM
Oleh : AAT ROYHATUDIN*
Makkah, sebelum lahirnya Muhammad bin Abdullah dalam sejarahnya terdapat tanpa
peradaban dan kebudayaan pun tampak kehilangan makna, yang dikenal dengan sebutan
Jahiliyah. Tepat pada tanggal 12 Rabiul Awwal atau 570 M tahun Gajah dimulai sejarah
peradaban dan berpengaruh besar terhadap perkembangan pengetahuan, yang kemudian
momentum 12 Rabiul Awwal sebagai peringatan maulid nabi, telah tersusun demikian
rapih menjadi sebuah tatanan budaya yang menghiasi sejarah kehidupan umat Islam
dalam rentang waktu yang panjang.
Kehidupan Jahiliyah dan kehidupan nabi Islam (Muhammad) telah berlangsung dalam
halaman sejarah, diketahuinya bahwa Jahiliyyah menggambarkan image kesuraman dan
kebudayaan yang kotor dan moral yang rendah. Image Muhammad tentang dirinya ada
perubahan yang berarti, yang menunjukan sifat ilmiah dalam arti bahwa dalam rangka
fenomena Islam, image tersebut menunjukkan manifestasi konsepsi agama dan
memungkinkan dirasakan keagungannya.
Islam merupakan visi dan misi Muhammad yang hendak merubah kepada kebaikan dan
pengatahuan, karena Islam adalah fakta manusia yang menjelaskan evolusi sosiologis dan
Islam adalah wahyu Tuhan yang mendapatkan kelebihan dan kehormatan yang sangat
besar. Pengetahuan adalah kehormatan terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia
sangat perlu oleh karena tradisi kehidupan itu merupakan bagian penting dari hukum dan
moral Islam.
Awal Peradaban Islam
Perubahan dari tradisi Jahiliah merupakan potret dari kekuatan keluarga bani Hasyim
yang terkemuka namun tidak kaya, menjadikan pengetahuan sebagai alasan perubahan
maka diturunkan seorang manusia yang sempurna akhlaknya atas restu Tuhan yang maha
sempurna. Dalam bukunya Humanisme dalam Islam, Prof. Dr. Marcel A. Boisard
mengatakan” dengan menekankan sifat kemanusiaan yang biasa bagi Muhammad

2. Qur’an mengatakan bahwa Muhammad adalah contoh yang baik untuk membina orang
mukmin.
Memberi contoh yang baik merupakan makna peradaban sebagai dasar keberangkatan
sebuah pengetahuan, karena pengaruh dinamika kehidupan pada saat itu (jahiliyah)
sangat kental terhadap tradisi nenek moyang yang sulit untuk diremukan, apalagi harus
berhadapan dengan pemimpin yang zalim, hingga pekerjaan-pekerjaan untuk
merubahnya kepada kebaikan membutuhkan bantuan dari firman Tuhan.
Firman-firman Tuhan melalui al-Qur’an diturunkan kepada Muhammad sebagai dasar
peradaban Islam adalah warisan peradaban dari masa ke masa, yang akan menampakkan
perbedaan mendasar antara perbuatan kebatilan dan kebenaran. Dimulai dengan
penekanan akidah (kepercayaan dan keyakinan kepada Allah ‘Azza wa Jalla). Merupakan
tugas awal dan dasar sebagai peradaban Islam tanpa harus melupakan peradaban lain
yang pernah ada di dunia. Meletakkan dasar-dasar hukum interaksi kehidupan manusia
dengan syariat yang dibawanya membawa dampak besar bagi perkembangan Islam saat
ini, terutama sekali budaya pewarisan ilmu pengetahuan mesti disemarakkan, tanpa
menghilangkan identitas dan entitas dari peradaban itu sendiri. Kelahiran Nabi yang
disebut dengan Maulid mayoritas Muslim, khususnya Indonesia menyemarakkan dengan
gegap gempita menganggap sebagai warisan budaya ilmu pengetahuan.
Maulid dalam makna
Maulid sering didekatkan maknanya dengan kata nabi, nabi Muhammad sebagai obyek
ritualisasi ketika selebrasi digaungkan. Ritualisasi dalam perkembangannya memang
tidak bisa dilepaskan dengan kata sakralisasi. Pen-sucian kepada Muhammad tidak
berlandaskan kepada pengamalan ilmu untuk ibadah dan pengaktualisasian sikap
keimanan yang bertumpu pada pengetahuan adalah bukan sebagai ritualisasi yang hanya
mengutamakan kedangkalan cara berpikir kritis.
Maulid mulai disemarakan oleh sosok the great warior (panglima besar) Salahuddin al-
Ayubi orang yang mengobarkan api semangat Islam, api perjuangan Islam. Namun tidak
hanya sekedar merayakan dan mementingkan simbolisme dengan cara lebih mewah dan

3. besar-besaran, karena alasan semangat perjuangan tapi maulid nabi yang dianggap
bermakna adalah refleksi diri dalam bentuk pengampunan yang hakiki dengan pandai
menerjemahkan bahasa Muhammad dengan sikap pengamalan ilmu karena ibadah,
pengaktualisasian sikap estetika yang humanis diejawantahkan dalam kehidupan.
Maulid sebagai peradaban
Kelahiran Muhammad mengingatkan kepada semangat juang ketika menancapkan
kekuasaan untuk meraih peradaban di Madinah, yaitu peradaban yang berlandaskan
kepada kebudayaan dan bersumber pada pengetahuan adalah wajar bila Salahuddin
mengatakan, “semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara
mempertebal kecintaan umat kepada nabi Muhammad”. Gaul Labon menganggap
Muhammad sebagai pemimpin terbesar dan tidak ada seorang pun yang dapat
menandingi kebesarannya, dan Michael H Hart menobatkannya sebagai manusia paling
berpengaruh dalam perubahan sejarah manusia.
Keberadaan Muhammad sebagai nabi mencapai tingkat kerasulan memiliki karakter
manusia langka dan asing sampai mencapai manusia sempurna dan sejati hingga
kelahirannya menjadi isyarat penting yang memiliki makna dan arti karena ke-suri
tauladannya yang baik.
Sejatinya maulid tetap dimaknai dengan perubahan hidup yang mengedepankan nilai
keimanan kepada Tuhan dan kecintaan Muhammad, berlomba-lomba dalam kebaikan,
persaingan untuk mendapatkan prestasi menjadi ilmuwan adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sejarah maulid dalam tradisinya (salahudin dan walisongo).
Maulid yang melahirkan tradisi intelektual dan keimanan yang kuat adalah tanda-tanda
lahirnya suatu peradaban yang terdapat komunitas yang aktif dan kreatif terhadap ilmu
pengetahuan sebagai peradaban Islam yang diwariskan Muhammad kepada pengikutnya.
Membalasnya dengan kecintaan melalui tradisi keilmuan dari peringantan kelahiran nabi
bagian penerjemahan bahasa Tuhan untuk disampaikan.

4. Mari memperingati maulid dengan bersungguh-sungguh menebarkan kecintaan kepada
sosok yang sempurna yang telah disempurnakan. Gebyarkan maulid tanpa
menghilangkan substansi dan maknanya supaya mendapat ridho Tuhan. Amiin
*Penulis adalah Guru MTs Annizhomiyyah Jaha Labuan