Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Filsafat Abad Modern Dan Alirannya.pdf
1. MAKALAH
FILSAFAT ABAD MODERN DAN ALIRANNYA
Dosen Pengampu:
Salamah Eka Susanti, M.Si.
Disusun Oleh: Kelompok 10
Umi Kulsum 221201017354
Wilda Faridatul Azman 221201017355
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
2023
2. i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita,
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran
bagi kita semua.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni
ibu Salamah Eka Susanti, M.Si. yang telah membimbing serta mengajarkan kami,
dan mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul “FILSAFAT
ABAD MODERN DAN ALIRANNYA” dan juga terima kasih yang sebesar-
besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga
terselesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik
secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman
sekalian.
Kraksaan, 10 April 2023
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan ......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Filsafat Abad Modern ..............................................................................3
B. Aliran-aliran Filasafat Abad Modern.......................................................5
1. Renaissance .........................................................................................5
2. Rasionalisme (Descartes-Spinoza-Leibniz) ........................................7
3. Idealisme Objektif (Fichte-Schelling-Hegel)......................................8
4. Empirisisme (Locke-Hume-Spencer)..................................................9
5. Pragmatisme: William James (1842-1910).......................................11
6. Eksistensialisme (Kierkegaard-Sartre)..............................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
A. Kesimpulan ............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern.Pada masa ini
rasionalisme semakin dipikirkan. Tidak gampang untuk menentukan mulai dari
kapan Abad Pertengahan berhenti.Namun, dapat dikatakan bahwa Abad
Pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa Renaisans.
Masa setelah Abad Pertengahan adalah masa Modern. Sekalipun, memang tidak
jelas kapan berakhirnya Abad Pertengahan itu. Akan tetapi, ada hal-hal yang
jelas menandai masa Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan
manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
ekonomi.Usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-
Romawi. Kebudayaan ini pulalah yang diresapi oleh suasana kristiani. Di
bidang Filsafat, terdapat aliran yang terus mempertahankan masa Klasik.Aliran-
aliran dari Kungfu dan mazhab Stoa menjadi aliran-aliran yang terus
dipertahankan. Pada masa Renaissance ini tidak menghasilkan karya-karya
yang penting.
Pada masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada bidang
ekonomi. Hal ini terlihat dari kota-kota yang berkembang menjadi pusat
perdagangan, pertukaran barang, kegiatan ekonomi monoter, dan perbankan.
Kaum kelas menengah melakukan upaya untuk bangkit dari keterpurukan
dengan mengembangkan suatu kebebasan tertentu. Kebebasan ini berkaitan
dengan syarat-syarat dasar kehidupan. Segala macam barang kebutuhan bisa
dibeli dengan uang. Makanisme pasar pun sudah mulai mengambil peranan
penting untuk menuntut manusia untuk rajin, cerdik, dan cerdas. Dari sudut
pandang sosio-ekonomi menjelaskan bahwa individu berhadapan dengan
tuntutan-tuntutan baru dan praktis yang harus dijawab berdasarkan kemampuan
akal budi yang mereka miliki. Kemampuan ini tanpa harus mengacu kepada
otoritas lain, entah itu dari kekuasaan gereja, tuntutan tuan tanah feodal, maupun
ajaran muluk-muluk dari para filsuf
5. 2
B. Rumusan Masalah
1. Filsafat abad modern?
2. Aliran-aliran filsafat abad modern?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui filsafat abad modern.
2. Untuk mengetahui aliran-aliran filsafat abad modern.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Abad Modern
Akhir abad ke 16 Eropa memasuki abad sangat menentukan dalam
dunia perkembangan filsafat, sejak Descartes, Spinoza dan Leibniz mencoba
untuk menyusun suatu sistem filsafat dengan dunia yang berpikir dalam
pusatnya, yaitu suatu sistem berpikir rasional.
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal
(reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes
pengetahuan. Rasionalisme pada dasarnya ada dua macam, yaitu dalam bidang
agama dan filsafat, dalam agama rasionalisme adalah lawan autoritas.Sejarah
rasionalisme pada esensialnya sudah ada sejak Thales ketika merumuskan
Aristoteles, dan beberapa filsuf sesudahnya.
Dalam abad modern tokoh utama rasionalisme adalah Rene
Descartes,Sementara dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan
empirisme. Rasionalisme dalam bidang agama biasanya digunakan untuk
mengkritik agama, rasionalisme dalam filsafat berguna sebagai teori
pengetahuan. sebab Descarteslah orang yang membangun fondasi filsafat jauh
berbeda bahkan berlawanan dengan fondasi filsafat abad pertengahan.Dasar
filosofis utama Descartes adalah bahwa perkembangan filsafat sangat lambat
bila dibandingkan dengan laju perkembangan filsafat pada zaman sebelumnya.
Ia melihat tokoh-tokoh gereja yang mengatasnamakan agama telah
menyebabkan lambatnya perkembangan filsafat. Descartes ingin melepaskan
dari dominasi gereja dan mengembalikan pada semangat filsafat Yunani, yaitu
filsafat yang berbasis pada akal. Dengan demikian corak utama filsafat modern
yang dimaksud di sini adalah dianutnya kembali rasionalisme seperti pada masa
Yunani kuno.
Rasionalisme yang dikembangkan oleh Descartes, kemudian
dikembangkan lagi oleh Spinoza, Leibniz dan Pascal.Paham yang berlawanan
dengan rasionalisme adalah empirisme. aliran ini lebih menekankan peranan
pengalaman dan mengecilkan peran akal dalam memperoleh pengetahuan.
7. 4
Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan dari rasionalisme. Dalam
menguatkkan doktrinya, empisme mengembangkan dua teori:
Yaitu pertama teori tentang makna yang begitu tampak pada pemikiran
J. Locke dalam buku An Essay concerning human understanding ketika ia
menentang innate idea (ide bawaan) rasionalisme Descartes. Teori tentang
makna kemudian dipertegas oleh D. Hume dalam bukunya Treatise of human
nature dengan cara membedakan antara idea dan kesan (impression).
Pada abad 20 kaum empirisis cendrung menggunakan teori makna
mereka pada penentuan apakah suatu konsep diterapkan dengan benar atau
tidak. Filsafat empirisme tentang teori makna berdekatan dengan positivisme
logis. Oleh karena itu, bagi penganut empirisis jiwa dapat dipahami sebagai
gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola jumlah yang dapat
diindera, dan hubungan kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama.
Teori kedua yaitu teori pengetahuan, menurut pengikut rasionalisme ada
bbeberapa kebenaran umum seperti setiap kejadian mempunyai sebab, seperti
dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar etika yang dikenal dengan
istilah kebenaran apriori yang diperoleh lewat institusi rasional.
Empirisme menolak pendapat seperti itu, mereka menganggap bahwa
kebenaran hanya aposteriori yaitu pengetahuan melalui observasi. Tokoh
empirisme yang eksis mengembangkan teori ini J. Locke, D. Hume dan H.
Spencer. Rasionalisme dan empirisme dalam pandangan kritisisme sudah
terjebak pada paham eklusivisme, ke dua aliran ini sama-sama mempertahankan
kebenaran, seperti rasionalisme mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah
rasio, sementara empirisme mengatakan sumber pengetahuan adalah
pengalaman, padahal masing-masing aliran ini memiliki kelemahan-
kelemahan. Dalam kondisi seperti itu Immanual Kant tampil untuk
mendamaikan kedua aliran tersebut, menurut Kant bahwa pengetahuan
merupakan hasil kerja sama dua unsur yaitu ‘pengalaman inderawi’ dan
‘keaktifan akal budi’. Pengalaman inderawi merupakan unsur aposteriori (yang
datang kemudian), akal budi merupakan unsur apriori (yang datang lebih dulu).
Empirisme dan rasionalisme hanya mementingkan satu dari dua unsur
ini. Kant telah memperlihatkan bahwa pengetahuan selalu merupakan sebuah
8. 5
sintesis. Revolusi kopernikan yang telah diadakan Kant dalam bidang filsafat
dengan kritisismenya, diteruskan dengan lebih radikal lagi oleh pengikutnya.11
Perkembangan filsafat idealisme yang menyetarafkan realitas seluruhnya
dengan roh atau rasio menuai pesimisme dengan lahirnya positivisme.
Aliran ini mulanya dikembangkan oleh A. Comte, menurut positivisme
pengetahuan tidak pernah boleh melebihi fakta-fakta, untuk itu pengetahuan
empiris menjadi contoh istimewa bagi aliran ini, sehingga mereka menolak
metafisika dan mengutamakan pengalaman, meskipun positivisme
mengandalkan pengalaman dalam mendapatkan pengetahuan, namun mereka
membatasi diri pada pengalaman objektif saja. Para murid Kant tidak puas
terhadap batas kemampuan akal, alasannya karena akal murni tidak akan dapat
mengenal hal yang berada di luar pengalaman.
Untuk itu dicari suatu sistem metafisika yang ditemukan lewat dasar
tindakan. Para idealis dalam hal ini tidak sepakat dengan Kant dan mereka
menyangkal adanya ‘das ding an sich’ (realitas pada dirinya). Menurut mereka,
Kant jatuh dalam kontradiksi dengan mempertahankan ‘das ding an sich’.
Menurut Kant sendiri penyebab merupakan salah satu katagori akal budi dan
akibatnya tidak boleh disifatkan pada das ding an sich. Karena alasan-alasan
serupa itu para idealis mengesampingkan ‘das ding an sich’. Menurut pendapat
mereka tidak ada suatu realitas pada dirinya atau suatu realitas yang objektif.
Realitas seluruhnya merupakan hasil aktivitas suatu subjek, yang dimaksud
subjek di sini bukan subjek perorangan melainkan subjek absolut. Pemikiran
idealisme dikembangkan oleh Fichte dengan idealisme subjektif, Schelling
dengan idealisme objektif dan Hegel dengan idealisme mutlak.
B. Aliran-aliran Filasafat Abad Modern
1. Renaissance
Istilah ini bahasa Prancis. Dalam bahasa Latin, re+ nasci berarti lahir
kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarahwan untuk
menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi
di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia, sepanjang abad ke 15 dan ke-16.
Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang sejarahwan terkenal,
9. 6
Michelet, dan dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep
sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme,
kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai
periode yang dilawankan dengan periode Abad Pertengahan (Runes: 270),
Karya filsafat pada abad ini sering disebut filsafat renaissance (Runes: 271).
Zaman Renaissance rupanya dianggap juga sebagai suatu babak
penting dalam sejarah peradaban. Voltaire, orang yang membagi babak
sejarah peradaban menjadi empat, menganggap Renaissance merupakan
babak ketiga dari keempat babak itu. Pada abad ke-19, Renaissance
terutama dipandang sebagai masa yang penting dalam seni dan sastra.
Menurut Jules Michelet, sejarahwan Prancis terkenal yang telah disebut di
atas, Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia. Dialah yang
mula-mula menyatakan bahwa Renaissance lebih dari sekadar kebangkitan
peradaban yang merupakan permulaan kebangkitan dunia modern.
Sejarahwan ini diikuti oleh Jakob Burckhardt yang menginterpretasikan
Renaissance sebagai periode sejak Dante sampai Michelangelo di Italia,
yang merupakan kelahiran spirit modern dalam transformasi idea dan
lembaga-lembaga.
Dari berbagai perdebatan tentang Renaissance, yang dapat diambil
ialah bahwa Renais sance ialah periode perkembangan peradaban yang
terletak di ujung atau sesudah Abad Kegelapan sampai muncul Abad
Modern. Perkembangan itu terutama sekali dalam bidang seni lukis dan
sastra. Akan tetapi, di antara perkembangan itu terjadi juga perkembangan
dalam bidang filsafat. Re naissance telah menyebabkan manusia mengenali
kembali dirinya, menemukan dunianya. Akibat dari sini ialah munculnya
penelitian- penelitian empiris yang lebih giat.
Jadi, ciri utama Renaissance ialah humanisme, individualisme, lepas
dari agama (tidak mau diatur oleh agama), empirisisme, dan rasionalisme
Hasil yang diperoleh dari watak itu ialah pengetahuan rasional berkembang.
Filsafat berkembang bukan pada Zaman Renaissance itu, melainkan kelak
pada zaman sesudahnya (Zaman Modern).
10. 7
Jadi, Zaman Modern filsafat didahului oleh Zaman Renaissance.
Sebenarnya secara esensial Zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak
berbeda dari Zaman Modern. Ciri-ciri filsafat renaissance ada pada filsafat
modern.
2. Rasionalisme (Descartes-Spinoza-Leibniz)
Pada bagian ini dibicarakan pemikiran pokok Descartes, Spinoza,
dan Leibniz Mereka adalah tokoh besar dalam filsafat rasionalisme Sebelum
itu, pegertian rasionalisme perlu diuraikan lebih dulu.
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal
(re-son) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan
mengetes pengeahuan. Jika empirisisme mengatakan bahwa pengetahuan
diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme
mengajarkan bahwa pengeahuan diperoleh dengan cara berpikir. Alat dalam
berpikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-haidah logika.
Rasionalisme ada dua macam: dalam bidang agama dan dalam
bidangfilsafat. Dalam bidang agama rasionalisme adalah lawan autoritas,
dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan empirisisme Rasionalisme
dalam bidang agama biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama,
rasionalisme dalam bidang filsafat terutama berguna sebagai teori
pengetahuan. Sebagai lawan empirisisme, rasio- nalisme berpendapat
bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang dari penemuan
akal. Contoh yang paling jelas ialah pemahaman kita tentang logika dan
matematika.
Pada Zaman Modern filsafat, tokoh pertama rasionalisme ialah
Descarte yang dibicarakan setelah ini. Bersamaan dengan itu akan
dibicarakan j tokoh besar rasionalisme lainnya, yaitu Baruch Spinoza dan
Leibniz Setel periode ini rasionalisme dikembangkan secara sempurna oleh
Hegel yang kemudian terkenal sebagai tokoh rasionalisme dalam sejarah
Menurut catatan, Descartes adalah orang Inggris. Ayahnya anggota
parlemen Inggris. Pada tahun 1612 Descartes pergi ke Prancis la
mengerjakan ibadah menurut ajaran agama Katholik, tetapi ia juga
11. 8
menganut Galileo yang pada waktu itu masih ditentang oleh tokoh-tokoh
Gereja. Dari tahun 1629 sampai tahun 1649 ia menetap di Belanda.
Descartes telah lama merasa tidak puas terhadap perkembangan
filsafat yang amat lamban dan banyak memakan korban itu. Amat lamban
terutama bila dibandingkan dengan perkembangan filsafat pada zaman
sebelumnya. Ia melihat tokoh-tokoh Gereja yang mengatasnamakan agama
telah menyebabkan lambannya perkembangan itu. la ingin filsafat
dilepaskan dari dominasi agama Kristen. la ingin filsafat dikembalikan
kepada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal. la
ingin menghidupkan kembali rasionalisme Yunani.
3. Idealisme Objektif (Fichte-Schelling-Hegel)
Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa
hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada
Jiwa (mind) dan spirit (roh). Istilah ini diambil dari "idea", yaitu sesuatu
yang hadir dalam jiwa. Keyakinan ini ada pada Plato. Pada filsafat modem,
pandangan ini mula-mula kelihatan pada George Berkeley (1685-1753)
yang menyatakan bahwa hakikat objek-objek fisik adalah idea-idea. Leibniz
menggunakan istilah ini pada permulaan abad ke-18; menamakan pemikiran
Plato sebagai lawan materialisme Epicurus (Reese-243).
Idealisme mempunyai argumen epistemologi tersendiri. Oleh karena
itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi bergantung pada
spirit tidak disebut idealis karena mereka tidak menggunakan argumen
epistemologi yang digunakan oleh idealisme. Mereka menggunakan
argumen yang mengatakan bahwa objek-objek fisik pada akhirnya adalah
cipta Tuhan, argumen orang-orang idealis mengatakan bahwa objek-objek
fisik tida dapat dipahami terlepas dari spirit.
Idealisme secara umum selalu berhubungan dengan rasionalisme.Ini
adalah mazhab epistemologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan a priori
atau deduktif dapat diperoleh manusia dengan akalnya. Lawan rasionalisme
dalam epistemologi ialah empirisisme yang mengatakan bahwa
pengetahuan bukan diperoleh lewat rasio (akal), melainkan melalui
pengalaman empiris. Orang-orang empirisisme amat sulit menerima paham
12. 9
bahwa semua realitas adalah mental atau bergantung pada jiwa atau roh
karena pandangan itu melibatkan dogma metafisik.
Plato sering disebut sebagai seorang idealis sekalipun idea-nya tidak
khusus (spesifik) mental, tetapi lebih merupakan objek universal (mirip
dengan definisi pada Aristoteles, pengertian umum pada Socrates). Akan
tetapi, la sependapat dengan idealisme modern yang mengajarkan bahwa
hakikat penampakan (yang tampak) itu berwatak (khas) spiritual. Ini terlihat
dengan jelas pada legenda manusia guanya yang terkenal itu Pandangan ini
dikembangkan oleh Plotinus.
Idealis pertama dalam pengertian modern ialah Berkeley yang pada
abad ke-18 menolak eksistensi independen benda-benda. Pada abad ke-
17sudah ada tendensi yang kuat menuju terbentuknya paham ini itu
kelihatan pada "keraguan" Descartes menghadaps fisik. Menurut pandangan
subjektif, materi adalah sebagaimana yang dipahami oleh manusia Menurut
pandangan objektif, materi adalah idea dalam pikiran Tuhan,bebas dari
tangkapan manusia. Demikian Berkeley. la mengajukan tigaargumen: (1)
apa yang diketahui haruslah "ada di dalam pikiran" atauberhubungan
dengan pikiran (mind), (2) kita tidak dapat mengatakan secarapositif bahwa
materi yang dipahami berada bebas dari pemahaman (3)sifat objek pisik
selalu berekor pada pengalaman atau pikiran. Argumenini menjelaskan
bentuk idealisme Berkeley.
4. Empirisisme (Locke-Hume-Spencer)
Empirisisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri,
dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisisme diambil dari bahasa
Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu
doktrin, empirisisme adalah lawan rasionalisme. Untuk memahami ist
doktrin ini perlu dipahami lebih dahulu dua ciri pokok empirisisme yaitu
mengenai teori tentang makna dan teori tentang pengetahuan
Teori makna pada aliran empirisisme biasanya dinyatakan sebagai
teori tentang asal pengetahuan, yaitu asal-usul idea atau konsep. Pada Abad
Pertengahan teori ini diringkaskan dalam rumus Nihil est in intellectu quod
13. 10
non prius fuerit in sensu (tidak ada sesuatu di dalam pikiran kita selain
didahului oleh pengalaman) (lihat Encyclopedia Americana: 10).
Sebenarnya pernyataan ini merupakan tesis Locke yang terdapat di dalam
bukunya, An Essay Concerning Human Understanding, yang
dikeluarkannya tatkala menentang ajaran idea bawaan (innate idea) pada
orang-orang rasionalis Jiwa (mind) itu, tatkala orang dilahirkan, keadaannya
kosong, laksana kertas putih atau tabula rasa, yang belum ada tulisan di
atasnya, dan setiap idea yang diperolehnya mestilah datang melalui
pengalaman; yang dimaksud dengan pengalaman di sini ialah pengalaman
inderawi. Atau pengetahuan itu datang dari obervasi yang kita lakukan
terhadap jiwa (mind) kita sendin dengan alat yang oleh Locke disebut inner
sense (pengindera dalam).
Pada abad ke-20 kaum empirisis cenderung menggunakan teori
makna mereka pada penentuan apakah suatu konsep diterapkan dengan
benar atau tidak, bukan pada asal-usul pengetahuan. Salah satu contoh
penggunaan empirisisme secara pragmatis ini ialah pada Charles Sanders
Peirce dalam kalimat Tentukanlah apa pengaruh konsep itu pada praktek
yang dapat dipahami kemudian konsep tentang pengaruh itu, itulah konsep
tentang objek tersebut."
Teori yang kedua, yaitu teori pengetahuan, dapat diringkaskan
sebagai benkut. Menurut orang rasionalis ada beberapa kebenaran umum
seperti setiap kejadian tentu mempunyai sebab", dasar-dasar matematika,
dan beberapa prinsip dasar etika, dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan
sendirinya yang dikenal dengan istilah kebenaran a priori yang diperoleh
lewat intuisi rasional Empirisisme menolak pendapat itu. Tidak ada
kemampuan intuisi rasional itu. Semua kebenaran yang disebut tadi adalah
kebenaran yang diperoleh lewat observasi jadi ia kebenaran a posteriori.
(Uraian ini disingkatkan dari Encyclopedia Americana: 10.) Sekarang mari
kita pelajari John Locke, salah seorang tokoh empirisisme, kemudian Hume,
setelah itu Spencer.
14. 11
5. Pragmatisme: William James (1842-1910)
Kata pragmatisme sering sekali diucapkan orang. Orang-orang
menyebut- kan kata itu biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang
berkata, "Rancangan ini kurang pragmatis", maka maksudnya ialah
rancangan itu kurang praktis. Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari
pengertian pragmatisme yang sebenarnya, tetapi belum menggambarkan
keseluruhan pengertian pragmatisme.
Kata pragmatisme diambil dari kata pragma (bahasa Yunani) yang
berarti tindakan, perbuatan (Encyclopedia Americans, 15:683) Pragmatisme
mula-mula diperkenalkan oleh Charles Sanders Peirce (1899-1914), filosof
Amerika yang pertama kali menggunakan pragmatisme sebagai metode
filsafat (Stroh, 1968), tetapi pengertian pragmatisme telah terdapat juga
pada Socrates, Aristoteles, Berkeley, dan Hume. Bila pragmatisme
disangkutkan dengan empirisisme-kiranya sangkutan itu memang bat maka
sejarah pragmatisme berani tersebar pada banyak filosof bar lainnya, satu di
antaranya tentu saja John Locke. Selain itu tidak mudah membedakan
pragmatisme dengan utilitarianisme Karena kedua isme ini sama-sama
menekankan kegunaan, maka pengusutan pengertian pragmatisme
seharusnya kembali kepada John Stuart Mill (1806-18753), anak tokoh
besar James Mill. Orang terakhir ini adalah kawan dekat Jeremy Bentham,
seorang utilitarianis.
William James mengatakan bahwa secara ringkas pragmatisme
adalah realitas sebagaimana yang kita ketahui, Peirce-lah yang
membiasakan istilah ini dengan ungkapannya, "Tentukan apa akibatnya,
apakah dapat dipahami secara praktis atau tidak.
Sebenarnya istilah pragmatisme lebih banyak berarti sebagai metode
untuk memperjelas suatu konsep ketimbang sebagai suatu doktrin
kefilsafatan. Istilah ini mengingatkan kita akan pentingnya tindakan dan
tujuan manusia dalam pengalaman, pengetahuan, dan pengertian Descartes
mengatakan bahwa konsep dapat muncul dari intuisi, tetapi Peirce
mengatakan bahwa konsep hanya dapat muncul dari pengalaman.
15. 12
William James (1842-1910) adalah tokoh yang paling bertanggung
jawab yang membuat pragmatisme menjadi terkenal di seluruh dunia. Lebih
dari itu, ia merupakan orang Amerika pertama yang memberikan kontribusi
ke dalam gelombang dahsyat pemikiran filsafat di dunia Barat.
6. Eksistensialisme (Kierkegaard-Sartre)
Tidak banyak aliran filsafat yang mengguncangkan dunia, filsafat
eksistensialisme adalah salah satu di antaranya. Nanti Anda akan melihat
bahwa filsafat ini tidak luar biasa, akar-akarnya ternyata tidak dapat
bertahan dari berbagai kritik. Akan tetapi, isme ini termasuk isme yang
membuat guncangan yang hebat.
Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari kata
Latin ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi
adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Pikiran semacam ini dalam
bahasa Jerman disebut dasein. De berarti di sana, sein berarti berada.
Filsafat eksistensi tidak sama persis dengan filsafat eksistensialisme
(Hassan, 1974.7). Yang dimaksud dengan filsafat eksistensi adalah benar-
benar sebagaimana arti katanya, yaitu filsafat yang menempatkan cara
wujud manusia sebagai tema sentral. Sejak muncul filsafat eksistensi, cara
wujud manusia telah dijadikan tema sentral pembahasan filsafat, tetapi
belum pernah ada eksistensi yang radikal menghadapkan manusia kepada
dirinya seperti pada eksistensialisme.
Sifat materialisme ternyata merupakan pendorong lahirnya
eksistensialisme. Yang dimaksud dengan eksistensi ialah cara orang berada
di dunia. Kata berada pada manusia tidak sama dengan beradanya pohon
atau batu. Untuk menjelaskan arti kata berada bagi manusia, aliran
eksistensialisme mula-mula menghantam materialisme.
Eksistensialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda
lain tidaklah sama. Manusia berada di dunia; sapi dan pohon juga. Akan
tetapi, cara beradanya tidak sama. Manusia berada di dalam dunia; ia
mengalami beradanya di dunia itu; manusia menyadari dirinya berada di
dunia.
16. 13
Eksistensialisme juga lahir sebagai reaksi terhadap idealisme.
Materialisme dan idealisme adalah dua pandangan filsafat tentang hakikat
yang ekstrem. Kedua-duanya berisi benih-benih kebenaran, tetapi
keduaduanya juga salah. Eksistesialisme ingin mencari jalan keluar dari
kedua ekstremitas itu.
17. 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat abad modern Akhir abad ke 16 Eropa memasuki abad sangat
menentukan dalam dunia perkembangan filsafat, sejak Descartes, Spinoza dan
Leibniz mencoba untuk menyusun suatu sistem filsafat dengan dunia yang
berpikir dalam pusatnya, yaitu suatu sistem berpikir rasional.
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal
(reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes
pengetahuan. Rasionalisme pada dasarnya ada dua macam, yaitu dalam bidang
agama dan filsafat. Rasionalisme yang dikembangkan oleh Descartes,
kemudian dikembangkan lagi oleh Spinoza, Leibniz dan Pascal.Paham yang
berlawanan dengan rasionalisme adalah empirisme. Rasionalisme dan
empirisme dalam pandangan kritisisme sudah terjebak pada paham eklusivisme,
ke dua aliran ini sama-sama mempertahankan kebenaran, seperti rasionalisme
mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio, sementara empirisme
mengatakan sumber pengetahuan adalah pengalaman, padahal masing-masing
aliran ini memiliki kelemahan-kelemahan.
Idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada Jiwa (mind) dan spirit
(roh). Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi
bergantung pada spirit tidak disebut idealis karena mereka tidak menggunakan
argumen epistemologi yang digunakan oleh idealisme. la mengajukan
tigaargumen: (1) apa yang diketahui haruslah "ada di dalam pikiran"
atauberhubungan dengan pikiran (mind), (2) kita tidak dapat mengatakan
secarapositif bahwa materi yang dipahami berada bebas dari pemahaman
(3)sifat objek pisik selalu berekor pada pengalaman atau pikiran.
Empirisisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan
mengecilkan peranan akal. Salah satu contoh penggunaan empirisisme secara
pragmatis ini ialah pada Charles Sanders Peirce dalam kalimat Tentukanlah apa
18. 15
pengaruh konsep itu pada praktek yang dapat dipahami kemudian konsep
tentang pengaruh itu, itulah konsep tentang objek tersebut."
Kata pragmatisme diambil dari kata pragma (bahasa Yunani) yang
berarti tindakan, perbuatan (Encyclopedia Americans, 15:683) Pragmatisme
mula-mula diperkenalkan oleh Charles Sanders Peirce (1899-1914), filosof
Amerika yang pertama kali menggunakan pragmatisme sebagai metode filsafat
(Stroh, 1968), tetapi pengertian pragmatisme telah terdapat juga pada Socrates,
Aristoteles, Berkeley, dan Hume. Istilah ini mengingatkan kita akan pentingnya
tindakan dan tujuan manusia dalam pengalaman, pengetahuan, dan pengertian
Descartes mengatakan bahwa konsep dapat muncul dari intuisi, tetapi Peirce
mengatakan bahwa konsep hanya dapat muncul dari pengalaman.
Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari kata
Latin ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Yang dimaksud
dengan filsafat eksistensi adalah benar-benar sebagaimana arti katanya, yaitu
filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.
19. 16
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. 2000. Filsafat umum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Edwards, Paul, Ed. 1977. Encyclopedia Americana. New York: The Macmillan
Publishing Co.
Hassan, A. 1974. Kita dan kami. Jakarta: Bulan Bintang.
Resse W.L. 1980. Dictionary of philosophy and religion. New jersey: Humanities
Press, Ins.
Runes, Dagobert D, Ed. 1971. Dictionary of philosophy, Totowa. New Jersey:
Littlefield, Adam & Co.